bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 ... - widyatama
TRANSCRIPT
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai uraian dan analisis data yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2015-2017. Pemaparan hasil penelitian meliputi
analisis deskriptif, analisis regresi, koefisien determinasi, dan analisis jalur.
4.1.1 Deskripsi Umum Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah tax avoidance, cost of debt dan nilai
perusahaan. Tax avoidance dalam penelitian ini merupakan variabel independen,
sedangkan yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan. Dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu cost of debt.
Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2015-2017. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu penentuan sampel penelitian berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, yang dijelaskan dalam tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1
Kriteria Pemilihan Sampel
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2015-2017
150
2 Perusahaan yang listing dan delisting
periode 2015-2017
(9)
73
88
89
Lanjutan Tabel 4.1
Kriteria Pemilihan Sampel
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan
3 Perusahaan melakukan kegiatan merger,
akuisisi dan melakukan perubahan drastis
(4)
4 Perusahaan yang tidak melaporkan keuangan
yang diaudit
(14)
5 Perusahaan yang tidak melaporkan keuangan
secara lengkap periode 2015-2017
(19)
6 Perusahaan yang mengalami kerugian tahun
2015-2017
(41)
7 Perusahaan yang tidak memiliki beban pajak
kini dan beban bunga
(31)
Jumlah Sampel Perusahaan 32
Tahun Observasi 3
Jumlah Observasi 96
Sumber :idx.co.id (Data diolah)
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, peneliti
mendapatkan 32 perusahaan yang akan diteliti. Daftar sampel penelitian disajikan
dalam tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1 ARNA PT.Arwana Citra Mulia Tbk
2 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk
3 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk
4 BUDI PT. Budi Starch & Sweetener Tbk
5 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
6 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
7 EKAD PT. Eka Dharma International Tbk
8 GGRM PT.Gudang Garam Tbk
9 ICBP PT. Indofood VBP Sukses Makmur
10 INAI PT. Indal Alumunium Industry Tbk
11 INDF PT indofood Sukses Makmur Tbk
12 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk
90
Lanjutan Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
13 JPFA PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk
14 KAEF PT. Kimia Farma Tbk
15 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
16 KBLM PT. Kabelindo Murni
17 MYOR PT. Mayora Indah Tbk
18 NIPS PT. Nipress Tbk
19 PYFA PT.Pyridam Farma Tbk
20 RICY PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk
21 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk
22 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk
23 SKLT PT. Sekar LAUT Tbk
24 SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
25 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk
26 STAR PT. Star Petroohem Tbk
27 TRIS PT. Trisula International Tbk
28 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk
29 TPIA PT. Chandra Asri PetroChemical Tbk
30 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Industri Tbk
31 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk
32 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
Sumber :Saham Ok dan Idx.com (Data diolah).
4.1.2 Gambaran Mengenai Tax Avoidance
Tax avoidance adalah upaya untuk mengurangi, menghindari serta
meringankan beban pajak dengan berbagai cara yang dimungkinkan dengan
undang-undang perpajakan dengan memperhatikan ada atau tidaknya suatu akibat
pajak yang ditimbulkannya (Ernest R.Mortenson dalam Zain : 2008).
Menurut Suandy (2011:7), penghindaran pajak adalah rekayasa ‘tax
affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan.
Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-
91
undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam
bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang.”
Tax avoidance dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Current
Effective Tax Rate (CETR). Pengukuran tax avoidance menurut Harlon dan
Heitzmen (2010) mengenai current ETR sebagai berikut :
Current ETR = beban pajak kini
Laba sebelum pajak
Data mengenai gambaran tax avoidance perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2015-2017 terdapat pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3
Data Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2015-2017
No Kode Nama
CETR
2015 2016 2017
Rata
Rata
1 ARNA PT.Arwana Citra Mulia Tbk 0,25 0,26 0,26 0,26
2 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk 0,26 0,26 0,23 0,25
3 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk 0,31 0,28 0,28 0,29
4 BUDI
PT. Budi Starch & Sweetener
Tbk 0,25 3,72 0,25 1,41
5 CEKA
PT. Wilmar Cahaya
Indonesia Tbk 0,25 0,13 0,25 0,21
6 CPIN
PT. Charoen Pokphand
Indonesia Tbk 0,26 0,44 0,23 0,31
7 EKAD
PT. Eka Dharma
International Tbk 0,29 0,23 0,26 0,26
8 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 0,25 0,25 0,26 0,25
9 ICBP
PT. Indofood VBP Sukses
Makmur 0,27 0,27 0,32 0,29
10 INAI
PT. Indal Alumunium
Industry Tbk 0,50 0,39 0,26 0,38
11 INDF
PT indofood Sukses Makmur
Tbk 0,35 0,34 0,33 0,34
12 JECC
PT. Jembo Cable Company
Tbk 0,71 0,25 0,25 0,40
92
Lanjutan Tabel 4.3
Data Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2015-2017
No Kode Nama
CETR
2015 2016 2017
Rata
Rata
13 JPFA
PT.Japfa Comfeed
Indonesia Tbk 0,25 0,22 0,36 0,28
14 KAEF PT. Kimia Farma Tbk 0,25 0,29 0,26 0,27
15 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 0,24 0,24 0,24 0,24
16 KBLM PT. Kabelindo Murni 0,41 0,43 0,01 0,28
17 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 0,24 0,25 0,25 0,25
18 NIPS PT. Nipress Tbk 0,27 0,26 0,26 0,26
19 PYFA PT.Pyridam Farma Tbk 0,32 0,27 0,26 0,28
20 RICY
PT. Ricky Putra
Globalindo,Tbk 0,40 0,40 0,36 0,39
21 ROTI
PT.Nippon Indosari
Corporindo Tbk 0,28 0,24 0,27 0,27
22 SCCO
PT. Supreme Cable
Manufacturing Tbk 0,23 0,23 0,22 0,22
23 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 0,31 0,18 0,16 0,22
24 SMGR PT. Semen Indonesia Tbk 0,23 0,11 0,26 0,20
25 SMSM
PT. Selamat Sempurna
Tbk 0,21 0,24 0,23 0,23
26 STAR PT. Star Petroohem Tbk 0,88 0,92 0,88 0,89
27 TRIS
PT. Trisula International
Tbk 0,25 0,47 0,35 0,36
28 TOTO
PT. Surya Toto Indonesia
Tbk 0,25 0,33 0,26 0,28
29 TPIA
PT. Chandra Asri
PetroChemical Tbk 0,53 0,25 0,25 0,34
30 ULTJ
PT. Ultra Jaya Milk
Industri Tbk 0,25 0,24 0,31 0,27
31 UNIT
PT. Nusantara Inti Corpora
Tbk 0,77 0,55 0,31 0,54
32 WIIM
PT. Wismilak Inti Makmur
Tbk 0,26 0,22 0,26 0,25
Nilai Maksimal 0,88 3,72 0,88 1,41
Nilai Minimal 0,21 0,11 0,01 0,20
Nilai Rata-rata 0,34 0,41 0,28 0,34
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan (Data diolah).
93
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai CETR maksimal dari 32 perusahaan
yang menjadi subjek penelitian adalah sebesar 3,72 yaitu perusahaan PT. Budi
Starch & Sweetener Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai minimum diperoleh
sebesar 0,01 yaitu perusahaan PT.Kabelindo Murni Tbk pada tahun 2017. Nilai
rata-rata CETR perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-
2017 adalah sebesar 0,34.
Kriteria Penilaian tax avoidance dengan range sebesar ((3,72 – 0,01) :5) =
0,742 dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost Of Debt
0,01 - 0,752 Sangat Rendah
0,753 - 1,495 Rendah
1,496 - 2,238 Sedang
2,239 - 2,981 Tinggi
2,982 - 3,724 Sangat Tinggi
Sumber : Data diolah.
Untuk mengetahui perkembangan rata-rata tax avoidance dari 32
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi
sampel penelitian disajikan dalam grafik dibawah ini :
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode Tahun 2015-2017
0,340,41
0,28
0,00
0,20
0,40
0,60
2015 2016 2017
Perkembangan Tax Avoidance
94
4.1.3 Gambaran Mengenai Variabel Cost Of Debt
Menurut PSAK No. 26 (2014:26,1), definisi biaya pinjaman adalah
sebagai berikut :
“biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang ditanggung entitas
sehubungan dengan peminjaman dana. bunga pinjaman meliputi antara
lain bunga atas penggunaaan dana pinjaman baik pinjaman jangka panjang
maupun jangka pendek, amortisasi diskonto, atau premi yang terkait
dengan pinjaman dan diskonto atas biaya yang terkait dengan perolehan
pinjaman seperti konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan selisih kurs
atas pinjaman dalam valuta asing (sepanjang selisih kurs tersebut
merupakan penyesuaian terhadap biaya bunga) atau amortisasi premi
kontrak valuta berjangka panjang dalam rangka hedging dana yang
dipinjam dalam valuta asing.”
Menurut PSAK No.26 (2014:26,2), “biaya pinjaman harus diakui sebagai
beban pada periode terjadinya pinjamna tersebut dan apabila suatu dana
berasal dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan
aktiva tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi ditentukan
dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi
untuk memperoleh aktiva tertentu”.
Untuk mengukur cost of debt dalam penelitian ini menggunakan rasio
yang dikemukakan oleh Pittman dan Fortin dalam Lim (2011) dan Khalidah Aziza
(2016), dalam perhitungan cost of debt ini tidak memperhatikan tingkat bunga
dan jangka waktu peminjaman.
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑏𝑡 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
Data cost of debt perusahaan manufaktur yang menjadi objek penelitian
disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini :
95
Tabel 4.5
Data Cost Of Debt Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
Tahun 2015-2017
No Kode Nama
COD
2015 2016 2017
Rata
Rata
1 ARNA PT.Arwana Citra Mulia Tbk 0,03 0,06 0,07 0,06
2 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk 0,08 0,06 0,04 0,06
3 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk 0,08 0,07 0,06 0,07
4 BUDI PT. Budi Starch & Sweetener Tbk 0,11 0,13 0,13 0,13
5 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,08 0,16 0,07 0,10
6 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0,11 0,13 0,11 0,12
7 EKAD PT. Eka Dharma International Tbk 0,11 0,06 0,05 0,07
8 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 0,11 0,10 0,07 0,09
9 ICBP PT. Indofood VBP Sukses Makmur 0,06 0,03 0,03 0,04
10 INAI PT. Indal Alumunium Industry Tbk 0,08 0,06 0,07 0,07
11 INDF PT indofood Sukses Makmur Tbk 0,11 0,08 0,07 0,09
12 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk 0,08 0,10 0,09 0,09
13 JPFA PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0,12 0,10 0,10 0,11
14 KAEF PT. Kimia Farma Tbk 0,05 0,05 0,05 0,05
15 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 0,02 0,02 0,03 0,02
16 KBLM PT. Kabelindo Murni 0,09 0,20 0,03 0,11
17 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 0,13 0,11 0,10 0,12
18 NIPS PT. Nipress Tbk 0,09 0,10 0,10 0,10
19 PYFA PT.Pyridam Farma Tbk 0,19 0,11 0,10 0,13
20 RICY PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk 0,13 0,14 0,14 0,14
21 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 0,12 0,12 0,11 0,12
22 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing
Tbk 0,10 0,05 0,04 0,06
23 SKLT PT. Sekar LAUT Tbk 0,08 0,06 0,09 0,08
96
Lanjutan Tabel 4.5
Data Cost Of Debt Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
Tahun 2015-2017
No Kode Nama
COD
2015 2016 2017
Rata
Rata
24 SMGR PT. Semen Indonesia Tbk 0,00 0,05 0,08 0,04
25 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 0,07 0,05 0,03 0,05
26 STAR PT. Star Petroohem Tbk 0,24 0,23 0,26 0,24
27 TRIS PT. Trisula International Tbk 0,10 0,09 0,14 0,11
28 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk 0,04 0,03 0,03 0,03
29 TPIA PT. Chandra Asri PetroChemical Tbk 0,05 0,06 0,05 0,06
30 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Industri Tbk 0,01 0,01 0,00 0,00
31 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk 0,28 0,26 0,28 0,28
32 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 0,09 0,07 0,05 0,07
Nilai Maksimal 0,28 0,26 0,28 0,28
Nilai Minimal 0,00 0,01 0,00 0,00
Nilai Rata-Rata 0,09 0,09 0,08 0,09
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan –Idx.com (Data diolah).
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa nilai COD maksimal dari 32 perusahaan
yang menjadi subjek penelitian adalah sebesar 0,28 yaitu perusahaan PT.
Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai minimum diperoleh
sebesar 0,00 yaitu perusahaan PT.Semen Indonesia pada tahun 2015 dan PT.Ultra
Jaya Milk Industry pada tahu 2017 . Nilai rata-rata COD perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017 adalah sebesar 0,09.
Kriteria Penilaian cost of debt dengan range sebesar ((0,28 – 0,00) :5) =
0,056 dijelaskan dalam tabel berikut ini :
97
Tabel 4.6
Kriteria Penilaian Cost of Debt Terhadap Nilai Perusahaan
0,00 - 0,056 Sangat Rendah
0,057 - 0,113 Rendah
0,114 - 0,17 Sedang
0,171 - 0,227 Tinggi
0,228 - 0,284 Sangat Tinggi
Sumber : Data diolah.
Untuk mengetahui perkembangan rata-rata cost of debt pada 32
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017 yang
menjadi sampel penelitian disajikan dalam grafik dibawah ini :
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Rata-rata Cost Of Debt Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2015-2017
4.1.4 Gambaran Mengenai Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan, bagi investor
nilai perusahaan merupakan konsep penting karena nilai perusahaan merupakan
indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai
perusahaan tidak hanya mencerminkan bagaimana nilai intrinsik pada saat ini
tetapi juga mencerminkan prospek dan harapan akan kemampuan perusahaan
tersebut dalam meningkatkan nilai kekayaannya di masa depan (Silaban, 2013).
0,09 0,09
0,08
0,07
0,08
0,09
0,10
Per
kem
ban
gan
Rat
a-R
ata
CO
D
2015 2016 2017
Cost Of Debt
98
Alat ukur nilai perusahaan dapat menggunakan perhitungan Price Earning
Ratio, Tobin Q dan Price Book Value. Dalam penelitian ini peneliti memilih
indikator dari nilai perusahaan adalah Price Book Value (PBV) karena price book
value banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, Ada
beberapa keunggulan PBV yaitu nilai buku merupakan ukuran yang stabil dan
sederhana yang dapat dibandingkan dengan harga pasar. Keunggulan kedua
adalah PBV dapat dibandingkan antar perusahaan sejenis untuk menunjukkan
tanda mahal/murahnya suatu saham. Rasio ini dapat memberikan gambaran
potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara
tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.
Data nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode tahun 2015-2017 disajikan dalam tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7
Data Nilai Perusahaan - Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2015-2017
No Kode Nama
PBV
2015 2016 2017
Rata
Rata
1 ARNA PT.Arwana Citra Mulia Tbk 4,10 4,15 2,44 3,56
2 AUTO Pt. Astra Otoparts Tbk 0,76 0,96 0,92 0,88
3 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk 0,83 0,01 1,16 0,67
4 BUDI PT. Budi Starch & Sweetener Tbk 0,26 0,34 0,35 0,32
5 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,63 0,00 0,85 0,49
6 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 3,39 3,47 3,24 3,37
7 EKAD PT. Eka Dharma International Tbk 1,16 0,79 0,75 0,90
8 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 2,78 3,27 4,04 3,36
9 ICBP PT. Indofood VBP Sukses Makmur 4,79 5,61 5,11 5,17
PBV = Harga per Lembar Saham
Nilai Buku Per Lembar Saham
99
Lanjutan Tabel 4.7
Data Nilai Perusahaan - Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2015-2017
No Kode Nama
PBV
2015 2016 2017
Rata
Rata
10 INAI PT. Indal Alumunium Industry Tbk 0,53 0,82 0,89 0,75
11 INDF PT indofood Sukses Makmur Tbk 1,05 1,55 1,43 1,34
12 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk 0,56 1,14 1,46 1,05
13 JPFA PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1,11 2,21 1,51 1,61
14 KAEF PT. Kimia Farma Tbk 2,59 6,84 5,83 5,09
15 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 5,66 6,01 5,97 5,88
16 KBLM PT. Kabelindo Murni 0,50 0,83 0,41 0,58
17 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 5,25 6,38 6,71 6,11
18 NIPS PT. Nipress Tbk 1,04 0,78 0,93 0,92
19 PYFA PT.Pyridam Farma Tbk 0,59 1,03 0,90 0,84
20 RICY PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk 0,26 0,24 0,23 0,24
21 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 5,39 5,97 5,39 5,58
22 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing Tbk 0,83 1,33 0,71 0,96
23 SKLT PT. Sekar LAUT Tbk 1,68 1,27 2,46 1,80
24 SMGR PT. Semen Indonesia Tbk 2,46 1,91 1,93 2,10
25 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 4,76 3,62 4,10 4,16
26 STAR PT. Star Petroohem Tbk 0,49 0,55 0,97 0,67
27 TRIS PT. Trisula International Tbk 0,95 0,98 0,92 0,95
28 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk 4,81 3,26 2,50 3,52
29 TPIA PT. Chandra Asri PetroChemical Tbk 0,93 4,94 4,75 3,54
30 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Industri Tbk 4,07 3,95 3,59 3,87
31 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk 0,08 0,11 0,07 0,09
32 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 0,96 0,96 0,62 0,85
Nilai Maksimal 5,66 6,84 6,71 6,11
Nilai Minimal 0,08 0,00 0,07 0,09
Nilai Rata-Rata 2,04 2,35 2,29 2,23
Sumber : Laporan Keuangan –Idx.com (Data diolah).
Pada tabel 4.7 terlihat bahwa nilai PBV maksimal dari 32 perusahaan yang
menjadi subjek penelitian adalah sebesar 6,84 yaitu perusahaan PT. Kimia Farma
Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai PBV minimum diperoleh sebesar 0,00 yaitu
perusahaan PT.Wilmar Cahaya Indonesia pada tahun 2016. Nilai rata-rata PBV
100
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017 adalah
sebesar 2,23.
Kriteria penilaian nilai perusahaan dari data 32 perusahaan yang diteliti
dengan range sebesar ((0,28 – 0,00) :5) = 0,056 dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Kriteria Penilaian Nilai Perusahaan
0,00 - 1,368 Sangat Rendah
1,369 - 2,737 Rendah
2,738 - 4,106 Sedang
4,107 - 5,475 Tinggi
5,476 - 6,844 Sangat Tinggi
Sumber : Data diolah.
Untuk mengetahui perkembangan rata-rata PBV pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017 berikut disajikan
dalam grafik dibawah ini :
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Rata-Rata Nilai Perusahaan - Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017
4.1.5 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dilihat
dari nilai minimun, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Variabel –
2,04
2,35 2,29
1,50
2,00
2,50
Per
kem
ban
gan
Rat
a-R
ata
PB
V
2015 2016 2017
Nilai Perusahaan
101
variabel dalam penelitian ini terdiri dari tax avoidance sebagai variabel
independen, nilai perusahaan sebagai variabel dependen dan cost of debt sebagai
variabel intervening. Hasil uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS
pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
CETR 96 ,01 3,72 ,3425 ,37827
COD 96 ,00 ,28 ,0902 ,05842
PBV 96 ,00 6,84 2,2257 1,95920
Valid N
(listwise)
96
Sumber : Laporan Keuangan (Data diolah).
Pada tabel 4.9 hasil uji statistik deskriptif terdapat 96 data observasi yang
merupakan perkalian jumlah sampel perusahaan yang diteliti (32 perusahaan)
dengan periode penelitian selama 3 tahun (2015-2017). Hasil uji statistik
deskriptif untuk variabel tax avoidance dengan indikator CETR menunjukan nilai
minimum sebesar 0,01 dan nilai maksimum 3,72 dengan mean atau rata-rata
sebesar 0,3425 dan standar deviasi sebesar 0,37827. Semakin besar nilai CETR
artinya rendahnya praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan, sebaliknya
semakin kecil nilai CETR menunjukan tingginya praktik tax avoidance.
Berdasarkan olah data tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa praktik tax avoidance
yang tinggi selama periode 2015-2017 dari 32 perusahaan manufaktur yang
diteliti ditunjukan dengan nilai CETR minimum yaitu sebesar 0,01 yang terdapat
pada PT. Kabelindo Murni Tbk. Sementara rendahnya praktik tax avoidance
102
ditunjukan dengan nilai CETR yang besar yaitu sebesar 3,72 yaitu pada PT. Budi
Strach & Sweetener Tbk.
Hasil uji statistik desktiptif untuk variabel cost of debt memiliki nilai
minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,28 dengan mean atau nilai
rata-rata sebesar 0,0902 dan standar deviasi sebesar 0,05842. Semakin besar nilai
COD artinya tingginya biaya utang perusahaan yang menunjukan besarnya beban
bunga yang dibayar perusahaan, sebaliknya semakin kecil nilai COD menunjukan
kecilnya beban bunga yang dibayar perusahaan, besar kecilnya beban bunga
sebagai akibat dari besar kecilnya penggunaan utang perusahaan. Berdasarkan
olah data pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa cost of debt yang tinggi selama
periode 2015-2017 dari 32 perusahaan manufaktur yang diteliti nilai COD
minimum yaitu sebesar 0,00 terdapat pada PT. Semen Indonesia Tbk dan PT.Ultra
Jaya Milk Industry Tbk hal ini menunjukan rendahnya beban bunga yang dibayar
perusahaan. Sementara biaya utang yang besar ditunjukan dengan nilai COD yang
besar yaitu sebesar 0,28 yaitu pada PT. Nusantara Inti CorporaTbk .
Hasil uji statistik desktiptif untuk variabel nilai perusahaan yang diukur
dengan menggunakan PBV memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 6,84 dengan mean atau nilai rata-rata sebesar 2,2257 dan
standar deviasi sebesar 1,95920. Semakin besar nilai PBV artinya semakin tinggi
ekspektasi investor terhadap perusahaan menunjukan nilai perusahaan yang
tinggi, sebaliknya semakin kecil nilai PBV menunjukan rendahnya nilai
perusahaan. Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan
bahwa nilai perusahaan yang tinggi selama periode 2015-2017 dari 32 perusahaan
103
manufaktur yang diteliti ditunjukan dengan nilai PBV maksimal yaitu sebesar
6,84 terdapat pada PT.Kimia Farma Tbk. Sementara nilai perusahaan terendah
ditunjukan dengan nilai PBV yang kecil yaitu sebesar 0,00 yaitu pada PT.
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
Dari tabel 4.9 hasil uji statistik deskriptif diatas dua variabel yaitu cost of
debt dan nilai perusahaan menunjukan nilai dari rata-rata lebih besar dari standar
deviasi. Sementara itu untuk tax avoidance standar deviasi lebih besar
dibandingkan mean atau rata rata hal ini menunjukan data tax avoidance dari 32
perusahaan yang diteliti bervariasi akan tetapi perbedaan standar deviasi dengan
mean selisihnya sangat kecil hanya sebesar 0,03. Hal ini menunjukan kualitas
dari data diatas secara general baik karena nilai rata-rata lebih besar dari standar
deviasinya mengidentifikasikan standar eror dari variabel tersebut kecil.
4.1.6 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan dari
model regresi. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji
autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Pada penelitian ini menggunakan analisis
jalur maka prasyarat untuk analisis jalur sesuai teori yang dikemukakan oleh
Imam Ghozali dan Fuad (2008) bahwa uji asumsi klasik yang fundamental dalam
analisis multivariat adalah normalitas.
Menurut Allison (2012:60) apabila variabel bebas dalam penelitian hanya
satu, maka uji multikolinieritas tersebut tidak perlu digunakan. Sementara itu
104
menurut Abrams (2010) uji autokorelasi bisa diabaikan jika data penelitian berupa
data cross section.
Penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel bebas dan menggunakan data
cross section, sehingga uji asumsi klasik yang digunakan hanya uji normalitas. Uji
normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual
yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal.
Uji normalitas residual dengan menggunakan metode grafik yaitu dengan melihat
penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of . Hasil uji
normalitas dari penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas – Normal P-P Plot
Berdasarkan grafik normalitas menggunakan normal p-plot di atas,
diketahui bahwa titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal yang menunjukan
bahwa data sudah memenuhi asumsi normalitas.
105
4.1.7 Persamaan Regresi
Persamaan regresi yang akan dibentuk adalah:
Y = α + βiX
Z = α + βiY
Z = α + βiX
Z = α + βiX.βiY
Keterangan:
Z = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
Y = Cost Of Debt
X = Tax Avoidance
βi = Koefisien regresi pada masing-masing variabel independen
Dengan menggunakan bantuan softwareSPSS v.21, diperoleh hasil analisis
regresi linier sebagai berikut:
Hasil olah data statistik untuk regresi pengaruh tax avoidance (X) terhadap cost of
debt (Y) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Koefisien Regresi Linier
Tax Avoidance Terhadap Cost of Debt
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,074 ,008 9,610 ,000
CETR ,047 ,015 ,302 3,066 ,003
a. Dependent Variable: COD
Sumber : Hasil Olah SPSS.
106
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.10 terlihat nilai koefesien
regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier sebagai berikut:
Ŷ = 0,074 + 0,047 X
Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 0,074 memiliki arti bahwa jika variabel bebas (X)
yakni tax Avoidance bernilai 0 (nol), maka cost of debt akan bernilai 0,074
atau dengan kata lain variabel Y yaitu cost of debt tanpa dipengaruhi
variabel independent sudah mempunyai nilai sebesar 0,074.
b. Nilai tax avoidance (X) sebesar 0,047, memiliki arti bahwa jika variabel
tax avoidance mengalami peningkatan sebesar satu , maka cost of debt akan
mengalami peningkatan sebesar 0,047.
Hasil olah data statistik untuk regresi pengaruh Y terhadap Z adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.11
Hasil Koefisien Regresi Linier
Cost of Debt Terhadap Nilai Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,430 ,340 10,075 ,000
COD -13,354 3,173 -,398 -4,209 ,000
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : Hasil Olah SPSS.
107
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.11 terlihat nilai koefesien
regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier sebagai berikut:
Z = 3,43 – 13,354 Y
Dari hasil persamaan regresi tersebut masing-masing variabel dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 3,43 memiliki arti bahwa jika variabel intervening
(Y) yakni cost of debt bernilai 0 (nol), maka nilai perusahaan akan bernilai
3,43 atau dengan kata lain variabel dependen yaitu nilai perusahaan tanpa
dipengaruhi cost of debt sudah mempunyai nilai sebesar 3,43
b. Nilai cost of debt (Y) sebesar -13,354, memiliki arti bahwa jika variabel
cost of debt (Y) bernilai 1 maka nilai perusahaan akan mengalami
penurunan sebesar 13,354.
Tabel 4.12
Hasil Koefisien Regresi Linier
Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant
)
2,579 ,266 9,683 ,000
CETR -1,032 ,523 -,199 -1,972 ,052
a. Dependent Variable: PBV
108
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.12 terlihat nilai koefesien
regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier sebagai berikut:
Z = 2,579 – 1,032X
Dari hasil persamaan regresi tersebut masing-masing variabel dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 2,579 memiliki arti bahwa jika variabel X yakni
tax avoidance bernilai 0 (nol), maka nilai perusahaan akan bernilai 2,579
atau dengan kata lain variabel dependen yaitu nilai perusahaan tanpa
dipengaruhi tax avoidance sudah mempunyai nilai sebesar 2,579.
b. Nilai cost of debt (Y) sebesar -13,354, memiliki arti bahwa jika variabel
cost of debt (Y) bernilai 1 maka nilai perusahaan akan mengalami
penurunan sebesar 1,032.
Tabel 4.13
Hasil Koefisien Regresi Linier
Tax Avoidance Melalui Cost of Debt Terhadap Nilai Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3,506 ,351 9,973 ,000
CETR -,452 ,515 -,087 -,878 ,382
COD -12,473 3,332 -,372 -3,743 ,000
a. Dependent Variable: PBV
109
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.12 terlihat nilai koefesien
regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier sebagai berikut:
Z = 3,506 – (-0,452X.-12,473Y)
Dari hasil persamaan regresi tersebut masing-masing variabel dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 3,506 memiliki arti bahwa jika variabel X dan Y
yakni bernilai 0 (nol), maka nilai perusahaan akan bernilai 3,506 atau
dengan kata lain variabel dependen yaitu nilai perusahaan tanpa
dipengaruhi tax avoidance dan cost of debt sudah mempunyai nilai sebesar
3,506.
b. Nilai tax avoidance sebesar -0,452 dab cost of debt (Y) sebesar -12,473,
memiliki arti bahwa jika variabel tax avoidace dan cost of debt (Y) bernilai
1 maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 5,637.
4.1.8 Analisis Koefesien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen Dengan
menggunakan SoftwareSPSS v.21 diperoleh output sebagai berikut:
110
Tabel 4.14
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R-square)
Tax avoidance Terhadap Cost Of Debt
Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,302a ,091 ,081 ,05599
a. Predictors: (Constant), CETR
Sumber : Hasil olah data SPSS.
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi atau Rsquare pengaruh tax avoidance terhadap cost of debt sebesar
0,091 atau 9,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tax avoidance memberikan
pengaruh terhadap cost of debt pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017 dengan sampel 32 perusahaan sebesar
9,1%, sedangkan sisanya sebesar 100% - 9,1% = 90,9% merupakan pengaruh atau
kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti artinya pengaruh tax avoidance
terhadap cost of debt berdasarkan kriteria penilaian tax avoidance pada tabel 4.4
berpengaruh sangat rendah.
Tabel 4.15
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R-square)
Cost Of Debt Terhadap Nilai Perusahaan
Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,398a ,159 ,150 1,80672
a. Predictors: (Constant), COD
111
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi atau Rsquare pengaruh cost of debt terhadap nilai perusahaan sebesar
0,159 atau 15,9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel cost of debt memberikan
pengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017 dengan sampel 32 perusahaan sebesar
15,9%, sedangkan sisanya sebesar 100% - 15,9% = 84,1% merupakan pengaruh
atau kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti diluar penelitian.
4.1.9 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji signifikansi parsial (Uji - t) bertujuan untuk menganalisis atau
melakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
hipotesis yang telah ditetapkan yaitu variabel (X) terhadap (Y) maupun variabel
(Y) terhadap variabel terikat (Z), variabel (X) terhadapp (Z) serta pengujian
hipotesis variabel intervening (Y) dalam memediasi pengaruh variabel X terhadap
variabel z. Dengan menggunakan program Software SPSS v21, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis 1 : Pengaruh Tax Avoidance (X) terhadap Cost of Debt
H01 (Hipótesis Nol)
H01: β1 = 0 Tax Avoidance tidak berpengaruh terhadap Cost of Debt pada
perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
H1: β1 ≠ 0 Tax Avoidance berpengaruh terhadap Cost of Debt pada
perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, db = 93, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak sebesar = -1,985 dan 1,985
112
Kriteria : Tolak H01 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H1 (p-value < 0,05)
Tolak H1 jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel, terima H01 (p-value > 0,05)
Dari tabel 4.10 hasil output SPSS diperoleh nilai thitung untuk tax avoidance
(X) sebesar 3,066 dengan nilai ttabel sebesar 1,985. Dikarenakan nilai thitung lebih
besar dari nilai ttabel (3,066 > 1,985) dengan nilai signifikansi 0,03 ≤ 0,05 maka
menolak H01 artinya menolak dugaan yang menyatakan tax avoidance tidak
berpengaruh terhadap cost of debt. Dengan perkataan lain tax avoidance
berpengaruh terhadap cost of debt. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk
pengujian parsial (X) terhadap (Y) tampak sebagai berikut:
Gambar 4.5
Kurva Uji Hipotesis Parsial X terhadap Y
2. Pengujian Hipotesis II:
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β1 = 0 Cost of Debt tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
H2: β1 ≠ 0 Cost of Debt berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penolakan Ho
t tabel = -1,985 0 t tabel = 1,985
t hitung = 3,066
113
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, db = 93, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak sebesar = -1,985 dan 1,985.
Kriteria : Tolak H02 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H1 (p-value < 0,05)
Tolak H2 jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel, terima H02 (p-value > 0,05)
Berdasarkan tabel 4.11 hasil output SPSS diperoleh nilai thitung untuk cost of
debt (Y) sebesar -4,209 dengan nilai ttabel sebesar -1,985. Dikarenakan nilai -thitung
lebih kecil dari nilai -ttabel (-4,209 < -1,985) dengan nilai signifikansi 0,00 ≤ 0,05
maka menolak H02 artinya menolak dugaan yang menyatakan cost of debt tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan perkataan lain cost of debt
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel
untuk pengujian parsial (X) terhadap (Y) tampak sebagai berikut:
Gambar 4.6
Kurva Uji Hipotesis Parsial Y terhadap Z
3. Pengujian Hipotesis III
H0 (Hipótesis Nol)
H03: β1 = 0 Tax avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penolakan Ho
t tabel = -1,985 0 t tabel = 1,985
t hitung = -4,209
114
H3: β1 ≠ 0 Tax avoidance berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, db = 93, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak sebesar = -1,985 dan 1,985.
Kriteria : Tolak H03 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H1 (p-value < 0,05)
Tolak H3 jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel, terima H02 (p-value > 0,05)
Berdasarkan tabel 4.11 hasil output SPSS diperoleh nilai thitung untuk tax
avoidance (X) sebesar -1,972 dengan nilai ttabel sebesar -1,985. Dikarenakan nilai
-thitung lebih besar dari nilai -ttabel (-1,972 > -1,985) dengan nilai signifikansi 0,052
≥ 0,05 maka menerima H03 artinya menerima dugaan yang menyatakan tax
avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan perkataan lain tax
avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Jika digambarkan, nilai
thitung dan ttabel untuk pengujian parsial (X) terhadap (Z) tampak sebagai berikut:
Gambar 4.7
Kurva Uji Hipotesis Parsial X terhadap Z
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
t tabel = -1,985 0 t tabel = 1,985
t hitung = -1,972
115
4. Pengujian Hipotesis IV
H0 (Hipótesis Nol)
H04: β1 = 0 Tax Avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
melalui cost of debt pada perusahaan manufaktur periode 2015-
2017.
H4: β1 ≠ 0 Tax Avoidance berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui
cost of debt pada perusahaan manufaktur periode 2015-2017.
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji sobel untuk mencari nilai t hitung
yang diperoleh dengan menggunakan rumus :
𝑡 =𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏 dengan 𝑆𝑎𝑏 = √(𝑎2 𝑥 𝑠𝑏2) + (𝑏2 𝑥 𝑠𝑎2) + (𝑠𝑎2 𝑥 𝑠𝑏2)
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, db = 93, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak sebesar = -1,985 dan 1,985
Kriteria : Tolak H03 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H3 (p-value < 0,05)
Tolak H3 jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel, terima H03 (p-value > 0,05)
Tahap pertama menghitung nilai standar eror tidak langsung (Sab) :
𝑆𝑎𝑏 = √(0,3022 𝑥 0,052) + (−0,3982 𝑥 0,052) + (0,052 𝑥 0,052)
= √(0,09 𝑥 0,0025) + (0,158 𝑥 0,0025) + (0,0025 𝑥 0,0025)
= √ 0,000225 + 0,000395 + 0,00000625
= √0,000626
= 0,025
Dari hasil perhitungan diatas Standar eror tidak langsung bernilai 0,025 maka
tahap selanjutnya menghitung t hitung untuk pengujian hipotesis mediasi yang
dijelaskan dibawah ini :
116
𝑡 =𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
𝑡 =0,302 𝑥(−0,398)
0,025
𝑡 =0,302 𝑥(−0,398)
0,025
𝑡 =− 0,120
0,025
𝑡 =- 4,8
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai thitung untuk cost af debt (Y)
memediasi tax avoidance terhadap nilai perusahaan sebesar -4,8 dengan nilai ttabel
sebesar -1,985. Dikarenakan nilai -thitung lebih kecil dari nilai -ttabel (-4,8 < -1,985)
dengan nilai signifikansi 0,025≤ 0,05 maka menolak H04 artinya menolak dugaan
yang menyatakan bahwa tax avoidance tidak berrpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui cost of debt. Dengan perkataan lain cost of debt memediasi
pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan. Jika digambarkan, nilai thitung
dan ttabel untuk pengujian parsial (X) terhadap (Z) melalui (Y) tampak sebagai
berikut:
Gambar 4.8
Kurva Uji Hipotesis Parsial X terhadap Z Melalui Y
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penolakan Ho
t tabel = -1,985 0 t tabel = 1,985
t hitung = -4,8
117
4.1.11 Hasil Uji Path Analisis
Untuk mengukur pengaruh variabel dependen terhadap variabel
independen dengan menggunakan variabel intervening digunakan analisis jalur
atau yang dikenal dengan path analisis. Path analysis adalah pengembangan dari
teknik analisis regresi bertujuan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel,
mengukur pengaruh langsung maupun tidak langsung antara variabel independen
terhadap variabel dependen sekaligus memungkinkan pengujian variabel
intervening. Pola path analisis dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar
4.8 dibawah ini :
Sumber : Sugiyono (2014).
Gambar 4.9
Model Penelitian
Dari gambar diatas model jalur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Struktur I : Pengaruh X terhadap Y
Struktur II : Pengaruh Y terhadap Z
Struktur III : Pengaruh X Terhadap Z
Struktur IV : Pengaruh X terhadap Z melalui Y
Hasil olah data statistik menghasilkan koefisien pengaruh X terhadap Y
dalah sebagai berikut :
Y
X Z
118
Tabel 4.16
Correlations Variabel
CETR COD PBV
CETR
Pearson
Correlation
1 ,302** -,199
Sig. (2-tailed) ,003 ,052
N 96 96 96
COD
Pearson
Correlation
,302** 1 -,398**
Sig. (2-tailed) ,003 ,000
N 96 96 96
PBV
Pearson
Correlation
-,199 -,398** 1
Sig. (2-tailed) ,052 ,000
N 96 96 96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a. Pengujian Struktur I :Pengaruh X terhadap Y
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.10 diatas pengaruh tax avoidance
terhadap cost of debt nilai signifikansinya sebesar 0,03 < 0,05 artinya tax
avoidance berpengaruh terhadap cost of debt, berdasarkan hasil tersebut
analisis jalur untuk struktur I dalam mengukur besarnya pengaruh variabel X
terhadap Y dapat dilanjutkan. Besarnya pengaruh X terhadap Y dapat
dihitung sebagai berikut :
X - Y
Pengaruh
Langsung 0,302 X 0,302 = 0,091
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan besarnya pengaruh tax avoidance
terhadap cost of debt dalam penelitian ini sebesar 0,091 atau jika di
prosentasikan pengaruh X terhadap Y sebesar 9,1 %.
b. Pengujian Struktur II : Pengaruh Y terhadap Z.
119
Berdasarkan hasil olah data statistik pada tabel 4.11 untuk regresi sederhana
pengaruh Y terhadap Z signifikansinya sebesar 0,00 < 0,05 artinya Cost of debt
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, berdasarkan hasil tersebut analisis
jalur untuk struktur II dapat dilanjutkan. Besarnya pengaruh Y terhadap Z
dapat dihitung sebagai berikut :
Y – Z
Pengaruh
Langsung -0,398 X -0,398
= 0,158404
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan besarnya pengaruh cost of debt
terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini sebesar 0,158 atau jika di
prosentasikan pengaruh Y terhadap Z sebesar 15,8 %.
c. Pengujian Struktur III : Pengaruh X terhadap Z
Siginifikansi X terhadap Z atau tax avoidance terhadap nilai perusahaan
menunjukan angka 0,052 ≥ 0,05 artinya variabel X tidak berpengaruh
terhadap variabel Z.
d. Pengujian Struktur IV : Pengaruh X terhadap Z melalui Y
Siginifikansi X terhadap Z melalui Y berdasarkan hasil perhitungan test sobel
sebesar 0.025 ≤ 0,05 artinya X terhadap Z melalui Y dapat diukur dan
merupakan pengaruh tidak langsung. Besarnya pengaruh X terhadap Z
melalui Y dapat dihitung dengan mengkalikan koefisien korelasi X terhadap
Y dengan koefisien korelasi Y terhadap Z.
X - Y – Z
Pengaruh
Tidak
Langsung 0,302 X -0,398 = -0,1202
120
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan besarnya pengaruh tax
avoidance terhadap nilai perusahaan melalui cost of debt dalam penelitian ini
sebesar -0,12 atau jika di prosentasikan pengaruh X terhadap Z melalui Y sebesar
-12%. Hal ini menunjukan cost of debt dapat memediasi hubungan tax avoidance
terhadap nilai perusahaan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Tax Avoidance terhadap Cost Of Debt
Sesuai dengan hipotesis yang telah dilakukan dalam uji t untuk menguji
pengaruh secara parsial tax avoidance terhadap cost of debt. Berdasarkan kurva
uji hipotesis pada gambar 4.5 diatas memperlihatkan hasil uji t menunjukan
penolakan H01, yang artinya menolak dugaan yang menyatakan bahwa tax
avoidance tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Dengan perkataan lain tax
avoidance memiliki pengaruh terhadap cost of debt. Pada tabel 4.10 diperoleh
nilai thitung untuk tax avoidance (X) sebesar 3,066 dengan nilai ttabel sebesar 1,985.
Dikarenakan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,066 > 1,985) dengan nilai
signifikansi 0,003 ≤ 0,05 maka H01 ditolak, artinya tax avoidance berpengaruh
terhadap cost of debt pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2015-2017. Sedangkan sesuai dengan Unstandardized Coefficients menjelaskan
bahwa setiap kenaikan 1 poin tax avoidance maka cost of debt akan mengalami
peningkatan sebesar 0,047.
121
Dalam penelitian ini, peneliti juga memperhitungkan hasil path analisis
yang menunjukan pengaruh langsung tax avoidance terhadap cost of debt sebesar
0,091 atau 9,1%. Jika dilihat dari tabel kriteria penilaian tax avoidance nilai
0,091 dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh tax avoidance terhadap cost of
debt memiliki pengaruh yang rendah/kecil.
Berdasarkan gambar 4.5 kurva uji hipotesis parsial X terhadap Y
menunjukan tax avoidance berpengaruh positif terhadap cost of debt, dikarenakan
perusahaan memanfaatkan modal yang diperoleh dari pinjaman atau utang yang
menimbulkan cost of debt untuk menghindari atau memperkecil beban pajak.
Sehingga jika praktik tax avoidance dengan cara memperbesar utang pinjaman
yang menimbulkan pembayaran utang dan bunga utang semakin tinggi yang
diindikasikan dengan nilai CETR semakin rendah akan meningkatkan cost of
debt. Selain itu pengaruh positif tax avoidance terhadap cost of debt terjadi karena
kreditor menganggap penghindaran pajak sebuah resiko, seperti pelangaran
terhadap aturan perpajakan, utang yang besar menimbulkan biaya kebangkutan
sehingga kreditor cenderung akan meningkatkan bunga pinjaman. Untuk
mengatur besarnya biaya pinjaman yang diakui dalam perpajakan pemerintah
dalam hal ini DJP menetapkan hal tersebut dalam peraturan menteri keuangan
yaitu Nomor 169/PMK.03./2015 tentang perbandingan utang dengan modal
sendiri yaitu 4:1, dan peratuaran DJP Nomor 25/PER/PJ/2017 tentang besarnya
perbandingan utang dan modal perusahaan untuk keperluan perhitungan pajak dan
tata cara perhitungan utang swasta luar negeri.
122
Hasil penelitian yang menunjukan tax avoidance berpengaruh positif
terhadap cost of debt ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masri dan
Martani (2012), Jenice Ekasanti Santosa dan Heni Kurniawan (2016).
4.2.2 Pengaruh Cost of Debt terhadap Nilai Perusahaan.
Sesuai dengan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam uji t untuk
menguji pengaruh secara parsial mengenai cost of debt terhadap nilai perusahaan
pada tabel 4.11 hasil output SPSS menunjukan nilai thitung untuk cost of debt (Y)
sebesar -4,029 dengan nilai -ttabel sebesar -1,985. Dikarenakan nilai -thitung lebih
kecil dari nilai -ttabel (-4,209 < -1,985) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka
H02 ditolak, artinya menolak dugaan yang menyatakan bahwa cost of debt tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan perkataan lain cost of debt
berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017. Berdasarkan Unstandardized
Coefficients menjelaskan bahwa setiap kenaikan satu poin cost of debt maka nilai
perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 13,354.
Dalam penelitian ini, peneliti juga memperhitungkan hasil path analisis
yang menunjukan pengaruh langsung cost of debt terhadap nilai perusahaan
sebesar 0,158 atau 15,8%. Jika dilihat dari tabel kriteria penilaian cost of debt
tabel 4.6 nilai 15,8 dapat disimpulkan bahwa cost of debt berpengaruh sedang
terhadap nilai perusahaan.
Dari hasil pengujian hipotesis pada gambar 4.6 kurva uji hipotesis parsial
Y terhadap Z menunjukkan cost of debt berpengaruh negatif terhadap nilai
123
perusahaan, dikarenakan kerugian pendanaan melalui utang dapat memberikan
risiko keuangan (financial risk) yaitu tambahan risiko yang dibebankan para
pemegang saham biasa sebagai akibat dari keputusan untuk melakukan pendanaan
melalui utang. Utang jangka pendek maupun jangka panjang harus dibayar
kembali pada waktu tertentu tanpa memperhatikan kondisi perusahaan, berikut
dengan bunga berkala yang ditetapkan kreditor atas pinjaman yang diberikan.
Kegagalan membayar pokok utang dan bunga biasanya menyebabkan proses
hukum dimana pemegang saham mungkin kehilangan kendali atas perusahaan dan
sebagian atau selurih investasi mereka. Semakin besar proporsi utang pada
struktur modal perusahaan maka semakin tinggi beban tetap dan komitmen
pembayaran kembali yang ditimbulkan. Kemungkin perusahaan tidak mampu
membayaran bunga dan pokok pinjaman saat jatuh tempo dan kemungkinan
kerugian kreditor juga meningkat.
Penggunaan utang yang mencapai titik maksimum akan memungkinkan
terjadinya financial distress, yaitu kondisi dimana perusahaan mengalami
kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Sehingga menimbulkan biaya
kebangkrutan (bancruptcy cost). Perusahaan yang bangkrut akan menanggung
beban hukum dan akuntansi yang tinggi, serta juga akan sulit mempertahankan
pelanggan, pemasok dan karyawannya. Selain itu, kebangkrutan sering kali
memaksa suatu perusahaan untuk melikuidasi aset dengan nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai yang seharusnya jika perusahaan terus beroperasi.
Masalah yang berkaitan dengan kebangkrutan kemungkinan akan naik seiring
dengan semakin besarnya jumlah utang yang dimiliki suatu perusahaan dalam
124
struktur modalnya. Jadi biaya kebangkrutan akan mencegah perusahaan
mendorong pengguaan utangnya ketingkat yang berlebihan (Brigham & Houston,
2011).
Keputusan pendanaan melalui utang juga dapat menimbulkan biaya
keagenan yang muncul dari masalah keagenan. Menurut Husnan dan Enny (2006)
masalah keagenan muncul dalam dua macam yaitu antara pemilik perusahaan
(principals) dengan pihak manajemen (agent) dan antara pemegang saham dengan
pemegang obligasi. Biasanya pihak manajemen mengambil keputusan yang
terbaik bagi kepentingan mereka sendiri, dan bukan untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Keputusan keuangan juga dapat diambil untuk
kepentingan pemegang saham, tetapi mengorbankan kepentingan pemegang
obligasi . keputusan menambah utang yang sangat besar dapat menimbulkan
dampak penurunan harga obligasi karena obligasi yang diterbitkan perusahaan
sekarang dinilai sangat berisiko. Maka keputusan tersebut akan menguntungkan
pemegang saham atas pengorabanan para kreditor dengan demikian penggunaan
utang oleh perusahaan menjadi tidak menarik jika perusahaan harus menanggung
biaya keagenan, biaya kebangkrutan, serta biaya bunga yang dapat menyebabkan
nilai perusahaan turun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh I
Made Sudana (2015) pada kondisi tidak pasti dan ada pajak, semakin banyak
utang yang akan menimbulkan biaya utang semakin besar pada mulanya akan
menaikan nilai perusahaan akan tetapi pada batas penggunaan utang tertentu jika
utangnya terus bertambah maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan
125
karena resiko kebangkrutan dampaknya lebih besar daripada penghematan pajak.
Penelitian ini mendukung penelitian dari Nurvita (2017), yang menunjukan
kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
4.2.3 Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan.
Sesuai dengan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam uji t untuk
menguji pengaruh secara parsial mengenai tax avoidance terhadap nilai
perusahaan pada tabel 4.12 memperlihatkan hasil uji t menunjukan hasil output
SPSS menunjukan nilai thitung untuk tax avoidance (X) sebesar -1,972 dengan nilai
ttabel sebesar -1,985. Dikarenakan nilai -thitung lebih besar dari nilai -ttabel (-1,972 >
-1,985) dengan nilai signifikansi 0,052 > 0,05 maka H03 diterima, artinya
menerima dugaan yang menyatakan bahwa tax avoidance tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Dengan perkataan lain tax avoidance tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2015-2017. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
praktik tax avoidance selama dilakukan sesuai aturan yang berlaku atau tidak
melanggar aturan perpajakan dipandang oleh investor sebagai sesuatu yang legal
dan sah-sah saja dilakukan oleh perusahaan sehingga tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Akibatnya praktik tax avoidance tidak akan mengurangi ketertarikan
investor untuk menanamkan modalnya. Penggunaan variabel tax avoidance
bukanlah satu-satunya penentu keputusan investor terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desai
dan Dhramapala (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan antara
126
penghindaran pajak/tax avoidance terhadap nilai perusahaan. Penelitian Vivi
Adeyani Tandean (2016), (Tarihoran, 2016), Dewi Kusuma Wardani dan Juliani
(2017), yang menyatakan penghindaran pajak tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
4.2.4 Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan melalui Cost of
Debt .
Berdasarkan hasil perhitungan uji sobel dalam pengujian hipotesis
pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan melalui cost of debt, diketahui
bahwa nilai -t hitung sebesar -4,8 lebih kecil dibandingkan dengan -t tabel (-4,8 <
-1,985) dan nilai signifikansi pengaruh tidak langsung sebesar 0,025 < 0,05 maka
H03 ditolak artinya menolak dugaan yang menyatakan tax avoidance tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui cost of debt. Dengan perkataan lain
cost of debt sebagai variabel intervening dapat memediasi pengaruh tax avoidance
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2015-2017.
Sementara hasil path analysis menunjukan pengaruh tidak langsung tax
avoidance terhadap nilai perusahaan dengan cost of debt sebagai variabel
intervening menunjukan bahwa tax avoidance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan sebesar -0,12 atau penurunan sebesar 12% artinya jika tax avoidance
yang dilakukan dengan menaikan utang sehingga berakibat biaya utang naik
maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 12%.
127
Hasil penelitian menunjukkan tax avoidance berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan dengan cost of debt sebagai variabel mediasi mengindikasikan
praktik tax avoidance dengan cara memperbesar utang yang berakibat pada tinggi
nya biaya utang atau cost of debt akan mempengaruhi keputusan investor dalam
menanamkan modalnya, karena praktik tax avoidance dengan cara menggunakan
utang yang besar sehingga menimbulkan biaya bunga yang tinggi, perusahaan
memiliki resiko tidak bisa membayar utang yang mengakibatkan kebangkrutan,
selain itu jika penggunaan utang yang besar dan melampui aturan yang ditetapkan
(perbandingan utang dengan modal sediri 3:1) menjadikan perusahaan melakukan
pelanggaran aturan perpajakan yang dapat dikenai sanksi hukum sehingga hal
tersebut akan mengurangi penilaian investor terhadap perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh I Made
Sudana (2015) yang menyatakan dalam kondisi pasti dan ada pajak, semakin
banyak utang yang digunakan dibandingkan dengan modal sendiri nilai
perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena penggunaan utang
menimbulkan biaya bunga dan dapat dikurangkan pada laba kena pajak, sehingga
pajak yang dibayarkan perusahaan menjadi lebih kecil karena terjadi penghematan
pajak sebagai akibat dari praktik tax avoidance akan tetapi jika penggunaan utang
terus bertambah dapat menurunkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
merupakan keterbaruan dari penelitian sebelumnya.