bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 kondisi...
TRANSCRIPT
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui
bahwa pembelajaran pemahaman membaca dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang berlangsung di kelas V SD Negeri Kebowan 01 lebih
bergantung pada bahan ajar cetak, LKS, dan metode ceramah. Fakta tersebut
didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan sebelum dilakukan
tindakan dengan beberapa siswa kelas V, mereka mengatakan bahwa mereka
jarang mendapatkan bacaan diluar buku diktag yang di berikan oleh sekolah,
guru hanya menyuruh mereka membaca bacaan yang ada pada buku diktag
atau LKS yang mereka gunakan dan mengerjakan soal latihan, dan guru juga
jarang membahas mengenai bacaan. Jika ada siswa yang kurang mengerti
dengan bacaan atau ada siswa yang bertanya guru baru mulai menjelaskan isi
bacaan yang di baca oleh siswa.
Hal tersebut dapat mengakibatkan siswa menjadi malas membaca, dan
setiap siswa mendapatkan tugas untuk memahami teks bacaan, para siswa
mengeluh. Hal tersebut disebabkan karena bahan bacaan yang itu-itu saja dan
mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari metode dan
strategi mengajar yang mampu memfasilitasi seluruh siswa, jangan sampai
ada siswa yang gagal hanya karena metode dan strategi mengajar guru yang
dianggap guru sudah baik, tetapi pada kenyataannya tidak dapat meningkatan
hasil pemahaman membaca siswa.
Hasil pemahaman membaca siswa kelas V SD Negeri Kebowan 01
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia belum sempurna yaitu dari 34 siswa
masih ada 12 siswa yang belum mampu mencapai KKM (65) dengan
persentase ketuntasan kelas 64,71% dengan rata-rata kelas 71,041. Secara
lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
44
Tabel 4.1
Hasil Pemahaman Membaca Bahasa Indonesia
Sebelum Dilakukan Tindakan
Pra Siklus
Rata-Rata 71,041
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 50
Persentase Ketuntasan 64,7%
Selain rata-rata kelas dan persentase ketuntasan kelas, dari tabel 4.1 dapat
dilihat adanya ketidakseimbangan yang sangat menonjol dari hasil
pemahaman membaca siswa. Ketidakseimbangan tersebut dapat dilihat dari
perbandingan nilai tertinggi yaitu 95 dengan nilai terendah kelas yaitu 50.
Sedangkan untuk persentase ketuntasan kelas secara jelas dapat dilihat dalam
diagram di bawah ini.
Gambar 4.1 Diagram Presentase Tingkat Ketuntasan Siswa Pra Silus
Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mampu
mencapai KKM (65) adalah 22 siswa atau 64,7% dari seluruh siswa kelas V
yang berjumlah 34 siswa. Sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 12 siswa
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
tuntas tidak tuntas
12 siswa
22 siswa
45
atau 35,3% dari seluruh siswa kelas V. Karena kondisi inilah diperlukan
peningkatan pemahaman membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan di kelas V SD Negeri
Kebowan 01 pada bulan Februari 2014. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus dengan mengambil kompetensi dasar “membandingkan isi dua teks
yang dibaca dengan membaca sekilas”. Dalam siklus pertama dilakukan tiga
pertemuan dan tindakan, pengamatan dan refleksi. Data yang diperoleh
selama penelitian adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Siklus pertama dilakukan dalam tiga pertemuan dan mengambil
dua indikator, yaitu:
a. Siswa membaca dua teks bertema sama dan dapat menjelaskan isi dari
teks bacaan
b. Siswa mebuat pertanyaan mengenai bacaan dan membuat
perbandingan antara dua bacaan.
Rincian tahapan dari siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Hasil refleksi dari kondisi pra siklus merupakan acuan untuk
merencanakan tindakan yang akan dilakukan di siklus I. Dalam tahan
perencanaan ini peneliti :
1) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami teks dengan
membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak”.
2) Memilih bahan bacaan dan membuat lembar kerja siswa sesuai
dengan SK dan KD yang bertemakan “Industri”.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan strategi
pembelajaran SQ3R.
a) Survey : Siswa membaca sekilas isi bacaan yang diberikan.
46
b) Question : Siswa mengungkapkan rasa ingin tahunya setelah
membaca sekilas dengan membuat pertanyaan.
c) Read : Siswa membaca kembali isi bacaan yang telah
mereka baca sekilas agar lebih paham dengan isi bacaan.
d) Recite : Mencermati kembali isi bacaan yang telah dibaca
dan pertanyaan yang dibuat pada tahap question telah terjawab
dari melakukan recite.
e) Review : Mengulang kembali untuk mengingat hal-hal
penting yang didaptkan dalam bacaan.
4) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan untuk
proses pembelajaran.
5) Menyusun kisi-kisi soal untuk siklus I.
6) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
7) Membuat soal untuk evaluasi akhir siklus I.
8) Membuat pedoman observasi sistematik bagi kerja guru dan siswa
selama pelaksanaan siklus.
b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
1.) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 10 Februari 2014.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
a.) Kegiatan awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa
sudah masuk kelas. Kemudian guru mulai bertanya kepada
siswa mengenai pemahaman membaca kepada siswa. “Bacaan
apa yang paling kalian sukai?”. Setelah itu guru kembali
mengajukan pertanyaan, “Kira-kira kalau kalian membaca ada
tidak hal yang membuat kalian sulit untuk memahami
bacaan?”. Kegiatan awal diakhiri dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
47
b.) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan tentang apa
itu SQ3R. Kemudian siswa diminta untuk membentuk
kelompok yang terdiri dari empat orang siswa untuk setiap
kelompok. Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru
membagikan dua bacaan untuk masing-masing siswa.
Kemudian siswa diminta untuk membaca sekilas mengenai
bacaan yang diberikan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
survey.
Kegiatan selanjutnya dalam kelompok siswa diminta untuk
berdiskusi untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka
ketahui dalam bacaan yang mereka belum jelas karena hanya
dibaca sekilas saja (question). Kemudian siswa diminta untuk
membaca kembali bacaan secara teliti agar mereka mengerti
dengan jelas isi bacaan (read). Setelah itu setiap kelompok
diminta untuk membacakan daftar pertanyaan yang telah
mereka buat. Kemudian bersama-sama guru, siswa mengecek
kembali pertanyaan apakah sudah terjawab belum dengan isi
bacaan yang telah mereka baca dengan teliti (recite).
c.) Kegiatan penutup
Siswa bersama dengan guru membahas kembali dan
menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan pertama dan
melakukan refleksi tentang pelajaran yang telah dipelajari,
apakah ada kesulitan, apa saja yang disukai dan apa yang siswa
ingin lakukan dipelajaran selanjutnya (review).
2.) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 11 Februari 2014.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
48
a.) Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai guru memastikan bahwa semua
siswa sudah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran
Setelah itu siswa dan guru melakukan sedikit tanya jawab
tentang materi di pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan
kembali untuk memancing ingatan siswa dan rasa ingin tahu
siswa. Sebelum menuju ke inti pelajaran gur menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b.) Kegiatan inti
Siswa duduk dalam kelompok seperti pada pertemuan
sebelumnya. Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru
membagikan dua bacaan untuk masing-masing siswa.
Kemudian siswa diminta untuk membaca sekilas mengenai
bacaan yang diberikan (survey).
Kegiatan selanjutnya dalam kelompok siswa diminta untuk
berdiskusi untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka
ketahui dalam bacaan yang mereka belum jelas karena hanya
dibaca sekilas saja (question). Kemudian siswa diminta untuk
membaca kembali bacaan secara teliti agar mereka mengerti
dengan jelas isi bacaan (read). Setelah itu setiap kelompok
diminta untuk membacakan daftar pertanyaan yang telah
mereka buat. Kemudian bersama-sama guru, siswa mengecek
kembali pertanyaan apakah sudah terjawab belum dengan isi
bacaan yang telah mereka baca dengan teliti (recite). Setelah
itu siswa mengerti dengan isi bacaan, siswa diminta untuk
mengerjakan LKS yang sudah disiapkan oleh guru.
c.) Kegiatan penutup
Siswa bersama dengan guru membahas kembali dan
menyimpulkan inti pelajaran yang telah mereka pelajari dan
melakukan refleksi tentang pelajaran yang telah dipelajari,
49
apakah ada kesulitan, apa saja yang disukai dan apa yang siswa
ingin lakukan dipelajaran selanjutnya (review).
3.) Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 12 Februari 2014 dan
fokus pada tes evaluasi siklus I. Jumlah soal yang digunakan
adalah 8 soal yang valid dan reliabel dari 15 soal yang telah dibuat.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
a.) Kegiatan awal
Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa
telah memasuki ruang kelas. Kemudian siswa dan guru
melakukan review secara sekilas tentang materi pelajaran yang
telah siswa pelajari dipertemuan sebelumnya. Dilanjutkan
dengan guru memberitahu aturan-aturan saat siswa
mengerjakan tes.
b.) Kegiatan inti
Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi
sintaks strategi SQ3R tidak nampak dalam poses belajar
mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa
mengerjakan soal tes selama 30 menit.
c.) Kegiatan penutup
Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi
siswa dengan melakukan tanya jawab bagaimana siswa
mengerjakan soal tes dengan mudah atau tidak
c. Pengamatan Hasil Tindakan
Hasil tindakan dari penelitian ini adalah pemahaman membaca
siswa melalui hasil belajar. Pemahaman membaca siswa diperoleh
setelah siswa mengerjakan tes akhir siklus di pertemuan ketiga.
Adapun hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
50
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siklus I
No Nilai Kategori Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 <70 Belum tuntas 7 20,6%
2 ≥70 Tuntas 27 79,4%
Jumlah 34 100%
Erdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 12 siswa
yang belum mendapatkan nilai tuntas atau belum memenuhi nilai
KKM. Sedangkan 22 siswa telah memperoleh nilai lebih besar sama
dengan 70. Presentase ketuntasan siswa pada siklus I dapat dilihat
melalui diagram berikut.
Gambar 4.2 Presentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siswa Siklus I
Hasil pemahaman siswa yang ditunjukkan pada diagram diatas dari
tahap pra siklus sampai siklus I mengalami peningkatan yang cukup
baik jika dilihat dari nilai rata-rata yang muncul dan presentase
ketuntasan kelas. Berikut ini disajikan tabel perbandingan hasil
pemahaman membaca siswa pada tahap pra siklus dan siklus I.
79,40%
20,60%
Diagram Presentase
Ketuntasan Siswa Siklus I
tuntas
tidak tuntas
51
Tabel 4.3 Hasil Pemahaman Membaca Siswa Pra Siklus dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
Rata-Rata 71,041 75,05
Nilai Tertinggi 80 90
Nilai Terendah 50 60
Persentase Ketuntasan 64,7% 79,4%
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan pemahaman membaca siswa. Meskipun tingkat
ketuntasan siswa belum mencapai 100%, tingkat ketuntasan siswa
meningkat 14,7% dari 64,7% menjadi 79,4%. KKM pra siklus
adalah 65 sedangkan KKM pada siklus I ditingkatkan menjadi 70.
Dengan peningkatan nilai KKM persentase ketuntasan siswa juga
naik, hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi guru juga
mempengaruhi peningkatan membaca siswa. Disamping itu nilai
terendah kelas pun tidak lagi 50 tapi meningkat menjadi 60.
Berikut ini diagram batang yang menunjukkan peningkatan
persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus ke
siklus I.
Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Persentase Ketuntasan Tahap Pra
Siklus ke Siklus I
64,70%
79,40%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
persentase ketuntasan kelas
Diagram Peningkatan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
52
d. Refleksi dan Tingkat Lanjut
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebenarnya metode
pengajaran SQ3R dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
membaca siswa. Namun guru juga harus benar-benar memastikan
bahwa siswa sudah mengerti dengan apa yang mereka kerjakan. Selain
itu sikap siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam proses
pembelajaran membuat rasa ingin tahun siswa kurang. Dalam sintaks
question, masih banyak siswa yang takut untuk bertanya untuk
menyampaikan pendapat mereka. Guru harus pandai-pandai membuat
suasana kelas menjadi menyenangkan dan tidak membuat siswa
merasa tertekan dengan pelajaran yang disampaikan dan membuat gur
menjadi teman bagi siswa agar mereka tidak takut untuk
mengemukakan pertanyaannya.
Dalam pelaksanaan pengajaran menggunakan metode SQ3R di
kelas V, kesulitan yang terlihat selama pelaksanaan adalah rasa berani
siswa dalam mengungkapkan dan menyampaikan pendapat mereka
masih kurang. Siswa kelas V masih merasa takut untuk menyampaikan
apa yang mereka ingin ungkapkan sehingga guru harus pintar-pintar
membujuk siswa untuk menyampaikan pendapatnya.
Beberapa siswa di kelas V cenderung tidak mempedulikan apa
yang disampaikan oleh guru, mereka sibuk dengan apa yang
dibicarakan sehingga hal tersebut mengganggu konsentrasi dalam
proses pembelajaran. Kadang mereka juga mengejek temannya dalam
menyampaikan pendapnya di depan kelas, sehingga membuat siswa
lain merasa terganggu dengan perilaku siswa tersebut. Dalam hal ini
guru harus berperan tegas terhadap siswa tersebut sehingga tidak
mengganggu konsentrasi siswa di kelas.
Pada siklus I masih ada 7 siswa yang nilai pemahaman membaca
mereka belum memenuhi KKM (70), dan beberapa dari mereka adalah
beberapa siswa yang termasuk siswa yang suka mengejek temannya di
53
kelas dan tidak memperhatikan instruksi guru. Ternyata hal tersebut
mempengaruhi nilai pemahaman siswa dalam membaca.
Pada siklus I ini, guru masih perlu pandai-pandai mengeolah waktu
dalam proses pembelajaran. Di karenakan waktu yang kurang
dikarenakan waktu cukup terbuang untuk diskusi dalam kelompok
yang terlalu lama, dan waktu siswa mengajukan pertanyaan di depan
kelas juga terlalu lama karena para siswa masih takut untuk
menyampaikan pertanyaannya. Tetapi pada pertemuan kedua
manajemen waktu lebih pas karena guru sudah mampu mengontrol
situasi kelas.
2. Siklus II
Siklus kedua dilakukan dalam dua pertemuan dan masih
mengambil dua indikator sama seperti siklus I, yaitu:
a) Siswa membaca dua teks bertema sama dan dapat menjelaskan isi
dari teks bacaan
b) Siswa mebuat pertanyaan mengenai bacaan dan membuat
perbandingan antara dua bacaan.
Rincian tahapan dari siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Hasil refleksi pada siklus I dengan teman observer menjadi salah
satu pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik
lagi di siklus II. Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan
pertemuan pada siklus II ini adalah:
1) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami teks dengan
membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak”.
2) Memilih bahan bacaan dan membuat lembar kerja siswa sesuai
dengan SK dan KD yang bertemakan “Informasi”.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan strategi
pembelajaran SQ3R.
54
4) Menentukan indikator pencapaian yaitu KKM (70) dan persentase
kriteria ketuntasan kelas mencapai 100%.
5) Menyusun kisi-kisi soal untuk siklus I.
6) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
7) Membuat soal untuk evaluasi akhir siklus I.
8) Membuat pedoman observasi sistematik bagi kerja guru dan siswa
selama pelaksanaan siklus.
b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
1.) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014.
Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi:
a.) Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai guru memastikan bahwa semua
siswa sudah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Lalu guru membagikan hasil tes evaluasi siklus I kepada para
siswa. Setelah itu siswa dan guru melakukan sedikit tanya
jawab tentang materi di pertemuan sebelumnya untuk
mengingatkan kembali untuk memancing ingatan siswa dan
rasa ingin tahu siswa. Sebelum menuju ke inti pelajaran guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b.) Kegiatan inti
Siswa duduk dalam kelompok seperti pada pertemuan
sebelumnya. Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru
membagikan dua bacaan untuk masing-masing siswa.
Kemudian siswa diminta untuk membaca sekilas mengenai
bacaan yang diberikan (survey).
Kegiatan selanjutnya dalam kelompok siswa diminta untuk
berdiskusi untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka
ketahui dalam bacaan yang mereka belum jelas karena hanya
dibaca sekilas saja (question). Kemudian siswa diminta untuk
55
membaca kembali bacaan secara teliti agar mereka mengerti
dengan jelas isi bacaan (read). Setelah itu setiap kelompok
diminta untuk membacakan daftar pertanyaan yang telah
mereka buat. Kemudian bersama-sama guru, siswa mengecek
kembali pertanyaan apakah sudah terjawab belum dengan isi
bacaan yang telah mereka baca dengan teliti (recite). Setelah
itu siswa mengerti dengan isi bacaan, siswa diminta untuk
mengerjakan LKS yang sudah disiapkan oleh guru.
c.) Kegiatan penutup
Siswa bersama dengan guru membahas kembali dan
menyimpulkan inti pelajaran yang telah mereka pelajari dan
melakukan refleksi tentang pelajaran yang telah dipelajari,
apakah ada kesulitan, apa saja yang disukai dan apa yang
siswa ingin lakukan dipelajaran selanjutnya (review).
2.) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 18 Februari 2014 dan
fokus pada tes evaluasi siklus II. Jumlah soal yang digunakan
adalah 8 soal yang valid dan reliabel dari 15 soal yang telah
dibuat. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
a.) Kegiatan awal
Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa
telah memasuki ruang kelas. Kemudian siswa dan guru
melakukan review secara sekilas tentang materi pelajaran yang
telah siswa pelajari dipertemuan sebelumnya. Dilanjutkan
dengan guru memberitahu aturan-aturan saat siswa
mengerjakan tes.
b.) Kegiatan inti
Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi
sintaks strategi SQ3R tidak nampak dalam poses belajar
56
mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa
mengerjakan soal tes selama 30 menit.
c.) Kegiatan penutup
Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi
siswa dengan melakukan tanya jawab bagaimana siswa
mengerjakan soal tes dengan mudah atau tidak
c. Pengamatan Hasil Tindakan
Setelah dilakukan tes akhir siklus II diperoleh data bahwa ternyata
semua siswa mendapatkan hasil pemahaman bacaan yang sudah
memenuhi KKM 70. Dengan kata lain tingkat ketuntasan belajar
siswa mencapai 100%. Berikut disajikan tabel persentase ketuntasan
hasil belajar siklus II.
Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Kategori Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 <70 Belum tuntas 0 0%
2 ≥70 Tuntas 34 100%
Jumlah 34 100%
Dari tabel tersebut dapat diketahui sebanyak 34 orang siswa atau
100% siswa sudah mencapai KKM yakni 70. Diagram berikut
menampilkan persentase ketuntasan nilai hasil pemahaman membaca
siswa pada siklus II.
57
Gambar 4.4 Persentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siklus II
Nilai pemahaman membaca yang didapat setelah pelasksanaan
perbaikan pembelajaran pada sillus II ini selama 2 kali pertemuan
mengalami peningkatan dalam nilai pemahaman membaca yang
didapat siswa pada siklus I. Nilai pemahaman membaca tersebut dapat
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Nilai Pemahaman Membaca Siswa Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Rata-Rata 75,05 83,53
Nilai Tertinggi 90 100
Nilai Terendah 60 70
Persentase Ketuntasan 79,4% 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan pemahaman
membaca siswa yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar
20,6% dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 79,4% menjadi 100%.
Berikut ini adalah diagram batang yang menunjukkan persentase
ketuntasan pemahaman membaca siswa pada siklus I dan siklus II.
34 siswa
100 %
Persentase Ketuntasan Pemahaman
Membaca Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
58
Gambar 4.5 Persentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siswa Siklus I
dan Siklus II
d. Refleksi
Berdasarkan pengalaman yang dilakukan dari siklus I, pelasnaan
siklus II lebih baik. Pengontrolan kelas yang dilakukan lebih baik, hal
ini terbukti karena siswa yang tadinya tidak memperhatikan guru pada
saat menjelaskan, mereka sudah memperhatikan guru dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru memang harus tegas dalam
menghadapi siswa yang berperilaku seperti itu.
Guru juga harus menjadi guru yang flesibel dalam proses
pembelajaran, tidak tergantung dengan RPP yang dibuat, jika situasi
pembelajaran mulai membosankan atau terjadi sesuatu dalam kelas
guru harus menjadi seorang guru yang fleksibel agar dapat
mengontrol situasi dan kondisi di dalam kelas.
Diskusi juga masih dilakukan dalam siklus II, dan manajemen
waktu yang digunakan pada siklus II juga lebih baik dibandingkan
siklus I. Siswa yang tadinya di siklus I masih merasa takut untuk
mengungkapkan hasil diskusinya di depan kelas, pada siklus II tiap
kelompok mulai berebut untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Presentase Ketuntasan
Siklus I 82,35%
Siklus II 100%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
Diagram Persentase Ketuntasan Pemahaman
Membaca Pada Siklus I dan Siklus II
59
Adanya peningkatan pemahaman membaca siswa dari kondisi
awal, siklus I, dan Siklus II. Dari pelaksanaan tindakan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode
pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mampu
meningkatkan pemahaman membaca siswa di SD N Kebowan 01. Hal
ini dikarenakan terjadi peningkatan hasil belajar pemahaman
membaca dari kondisi awal diketahui rata-rata hasil belajar
pemahaman membaca sebesar 71,041 menjadi 75,05 pada siklus I,
dan meningkat lagi menjadi 83,53 pada siklus II. Jumlah siswa yang
tuntas juga meningkat menjadi 34 siswa atau semua siswa di kelas V
dapat mencapai KKM (70). Jadi, persentase ketuntasan kelas yang
dicapai pada siklus II yaitu 100% telah mampu mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 100% sehingga dapat
dikatakan bahwa penelitian ini bisa dihentikan pada siklus II.
4.3 Analisis Data Rekapitulasi Pra siklus, Siklus I, Siklus II
Hasil belajar siswa dari tahap pra siklus , siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan rekapitulasi data hasil
belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan siklus II pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas 3 SD Negeri Kebowan 01.
Tabel 4.6
Perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan siklus II
Kategori
Nilai*
Kondisi Awal
(Pra Siklus) Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tuntas 22 64,7% 27 79,4% 34 100%
Belum
Tuntas 12 35,3% 7 20,6% 0 0%
*Kriteria Ketuntasan Minimal Pra Siklus= 65
Kriteria Ketuntasan Minimal Siklus I dan Siklus II = 70
60
Pada tahap pra siklus jumlah siswa yang belum tuntas adalah 12 orang
dengan KKM 65 kemudian pada siklus I menurun menjadi 7 orang dengan
KKM 70 dan pada akhir siklus II tidak ada lagi siswa yang nilainya di
bawah 70. Persentase ketuntasan kelas meningkat dari siklus ke siklus.
Peningkatan pertama adalah sebesar 14,7%, dari yang semula adalah
64,7% di tahap pra siklus menjadi 79,4% di siklus I. Selanjutnya dari
siklus I ke siklus II meningkat 20,6% menjadi 100%. Untuk melihat
peningkatan dengan lebih jelas berikut ini adalah diagram perbandingan
persentase ketuntasan hasil belajar tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II
Gambar 4.6 Diagram perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar tahap pra
siklus, siklus I, dan siklus II
4.4 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi
yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Apakah dalam
pelaksanaan tindakan sintaks strategi SQ3R sudah terlaksana semuanya
atau belum. Berikut ini disajikan hasil penilaian lembar observasi dari
pelaksanaan tindakan pada siklus I sampai siklus II. Tabel 4.7
menunjukkan hasil penilaian aktivitas guru dan siswa pada pertemuan
pertama di siklus I.
64,70%
79,40%
100%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
Perbandingan persentase ketuntasan hasilbelajar pra siklus, siklus ke I dan siklus ke II
Pra Siklus Siklus I Siklus II
61
Tabel 4.7
Data Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 38 50 76% Baik (B) Berhasil
Guru 89 110 80,9% Baik (B) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa
adalah 39 dari 50, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 78%.
Sedangkan skor aktivitas guru adalah 89 dari 110 atau 80,9% jika
dinyatakan dalam bentuk persen. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah
ditentukan aktivitas siswa dan guru masuk dalam kategori baik yang
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran
berhasil. Selanjutnya hasil penilaian aktivitas guru dan siswa pada
pertemuan kedua di siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Data Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pertemuan Kedua Siklus I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 42 50 84% Baik (B) Berhasil
Guru 93 110 84,5% Baik (B) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa
adalah 42 dari 50, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 84%.
Sedangkan skor aktivitas guru adalah 93 dari 110 atau 84,5% jika
dinyatakan dalam bentuk persen. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah
ditentukan aktivitas siswa dan guru masuk dalam kategori baik yang
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran
berhasil. Satu lagi data lembar observasi yang diperoleh selama proses
62
tindakan dilakukan yaitu data lembar aktivitas guru dan siswa pada
pertemuan pertama di siklus II.
Tabel 4.9
Data Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus II
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 45 50 90% Sangat Baik
(SB) Berhasil
Guru 100 110 90,9% Sangat Baik
(SB) Berhasil
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa adalah 45
dari 50, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 90%. Sedangkan skor
aktivitas guru adalah 100 dari 110 atau 90,9% jika dinyatakan dalam
bentuk persen. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan aktivitas
siswa dan guru masuk dalam kategori sangat baik dan bisa dikatakan
bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran berhasil.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode SQ3R
sebagai metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
meningkatkan pemahaman membaca, dapat dinyatakan kemampuan
pemahaman membaca siswa meningkat. Peningkatan pemahaman
membaca ini ditandai oleh:
a) Kemampuan siswa menemukan ide pokok bacaan
Ide pokok bacaan merupakan hal pertama yang harus diketahui
pembaca untuk memahami isi bacaan, karena ide pokok merupakan
inti dari bacaan. Peningkatan kemampuan ini terlihat dari hasil analisis
tes pemahaman isi pada aspek kemampuan menemukan ide pokok
63
bacaan, jumlah siswa yang menjawab benar pada aspek ini meningkat
pada tiap siklusnya. Peningkatan ini disebabkan tahap question pada
penerapan metode SQ3R membuat siswa dapat berpikir kritis dan
cepat menangkap makna bacaan (Rahmat Husein, dkk. 2006: 3).
b) Kemampuan siswa menarik kesimpulan bacaan
Kemampuan menarik kesimpulan bacaan penting pengaruhnya
terhadap kemampuan pemahaman membaca siswa. Penerapan metode
SQ3R dengan menggunakan teknik diskusi pada siklus Idan siklus II
telah mampu meningkatkan kemampuan siswa menarik kesimpulan
bacaan. Hal ini disebabkan proses diskusi yang dilakukan merupakan
langkah strategis memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam
membaca (Darmiyati Zuchdi, 2007: 164).
c) Kemampuan siswa membuat rangkuman.
Menurut pendapat Darmiyati Zuchdi (2007: 123) bahwa tidak ada
kemampuan yang lebih esensial bagi pelajar masa kini daripada
kemampuan membuat rangkuman yang efektif tentang apa yang
dibacanya. Penerapan metode SQ3R membuat siswa berpikir
sistematis, padahal konsep berpikir sistematis ini sangat diperlukan
seseorang dalam membuat rangkuman. Sehingga berakibat
meningkatnya kemampuan siswa membuat rangkuman.
d) Kemampuan siswa mencapai KKM yaitu mendapat nilai ≥70
Nilai yang diperoleh siswa meningkat pada tiap siklusnya. Peneliti
menetapkan batas minimal ketuntasan belajar yang semula 65 menjadi
70. Nilai rata-rata siswa meningkat dalam tiap siklus, yaitu kondisi
awal diketahui rata-rata hasil belajar pemahaman membaca sebesar
71,041 menjadi 75,05 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 83,53
pada siklus II.
Peningkatan tersebut membuktikan bahwa metode SQ3R sangat
tepat untuk membantu meningkatkan pemahaman membaca siswa
dengan metode SQ3R, meskipun dilaksanakan secara bertahap. Namun
demikian, usaha penerapan metode SQ3R secara bertahap pada siklus
64
I- III membawa dampak positif yang sangat memuaskan (Suyatmi,
Sumarwati, dan Rohmadi, 2005: 40).
Dampak positif ini disebabkan, secara tidak langsung bahwa
sesuatu yang masih asing tidak akan dapat dicerna dengan mudah.
Oleh karena itu diperlukan proses secara berangsur-angsur untuk
memahaminya.
Tahap metode SQ3R yang harus dilakukan pembaca yang
mencakup kegiatan survey, tanya jawab (question), read, membuat
ikhtisar (recite), dan klarifikasi (review) dapat membantu pembaca
untuk lebih mengerti isi teks. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Reongudee (2002: 38). Siswa yang diajarkan
dengan metode ini menyebabkan nilai membaca siswa lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang tidak diterapkan metode tersebut.