bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. kondisi...

22
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian tindakan kelas menggunkan metode kooperatif tipe STAD menggutarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui pra siklus,siklus I dan siklus II. 4.1. Kondisi Sekolah SDN Kutowinangun 11 Salatiga berada di Desa Butuh Kecamatan Tingkir Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup strategis dan tidak jauh dengan rumah penduduk yang berada dekat sekolah . Letak SD ini membuat kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik karena suasana di sekitar SD cukup tenang. SDN Kutowinangun 11 Salatiga memiliki 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 6 ruang kelas, 1 ruang UKS, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang WC guru, 5 ruang WC siswa, 1 ruang untuk solat bagi para guru dan siswa yang non Kristen, 1 ruang kesenian, 1 ruang leb, 1 ruang komputer, 1 untuk kelas agama Kristen, dan lapanagn upacara yang cukup luas. Jumlah peserta didik dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak 136 siswa. Ruang kelas juga sudah cukup baik dengan penerangan dan ventilasi yang cukup. Disetiap ruang kelas juga tersedia tempat hasil karya siswa dengan berbagai macam karya-karya siswa sehingga kelas terkesan menarik, tidak membosankan bagi siswa dan dapat memacu kreatifitas siswa dalam berkarya. Fasilitas yang ada di SDN Kutowinangun 11 cukup lengkap,terdapat 2 buah komputer yang digunakan untuk memfasilitasi guru dalam mengetik data- data administrasi yang diperlukan dan 1 buah komputer untuk mengelola data- data perpustakaan. Selain itu juga sekolah ini juga memiliki alat peraga yang cukup lengkap untuk memfasilitasi para guru dalam melakukan pembelajaran jika harus digunakan alat peraga tersebut. Buku-buku yang ada di sekolah ini, khususnya di perpustakaan juga cukup lengkap dan banyak buku-buku yang baru.

Upload: vuxuyen

Post on 07-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian tindakan kelas menggunkan

metode kooperatif tipe STAD menggutarkan hasil penelitian yang dilakukan

melalui pra siklus,siklus I dan siklus II.

4.1. Kondisi Sekolah

SDN Kutowinangun 11 Salatiga berada di Desa Butuh Kecamatan Tingkir

Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup strategis dan tidak jauh dengan rumah

penduduk yang berada dekat sekolah . Letak SD ini membuat kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan dengan baik karena suasana di sekitar SD cukup tenang.

SDN Kutowinangun 11 Salatiga memiliki 1 ruang guru, 1 ruang

perpustakaan, 6 ruang kelas, 1 ruang UKS, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang WC

guru, 5 ruang WC siswa, 1 ruang untuk solat bagi para guru dan siswa yang non

Kristen, 1 ruang kesenian, 1 ruang leb, 1 ruang komputer, 1 untuk kelas agama

Kristen, dan lapanagn upacara yang cukup luas. Jumlah peserta didik dari kelas 1

hingga kelas 6 sebanyak 136 siswa. Ruang kelas juga sudah cukup baik dengan

penerangan dan ventilasi yang cukup. Disetiap ruang kelas juga tersedia tempat

hasil karya siswa dengan berbagai macam karya-karya siswa sehingga kelas

terkesan menarik, tidak membosankan bagi siswa dan dapat memacu kreatifitas

siswa dalam berkarya.

Fasilitas yang ada di SDN Kutowinangun 11 cukup lengkap,terdapat 2

buah komputer yang digunakan untuk memfasilitasi guru dalam mengetik data-

data administrasi yang diperlukan dan 1 buah komputer untuk mengelola data-

data perpustakaan. Selain itu juga sekolah ini juga memiliki alat peraga yang

cukup lengkap untuk memfasilitasi para guru dalam melakukan pembelajaran jika

harus digunakan alat peraga tersebut. Buku-buku yang ada di sekolah ini,

khususnya di perpustakaan juga cukup lengkap dan banyak buku-buku yang baru.

45

Jumlah tenaga pengajar dan karyawan di SDN Kutowinangun 11 sebanyak

13 guru dengan rincian 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama islam, 1 guru

agama Kristen, 1 guru olahraga, 1 guru wiyata bakti yang mengapu mata pelajaran

SBK dan pengelola perpustakaan, 1 guru bahasa inggris, 1 penjaga sekolah.

4.1.1 Kondisi Awal Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pada siswa kelas I sebanyak 19 siswa yang

terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Sebagian besar siswa

kurang berani dan aktif selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, berdasarkan

data yang diperoleh dari guru kelas I SDN Kutowinangun 11, diketahui hasil

belajar Pkn yang diraih siswa masih rendah. Ini dapat dilihat di dalam table 4. 1

berikut ini :

Table 4. 1

Nilai Hasil Belajar Pkn Pra Siklus

No

Nama Siswa

Nilai

Kemunculan

Ket Tuntas Belum tuntas

1 Deni 65* * * TT

2 Yoga 70 V V T

3 Antoni 35* * * TT

4 Alga 100 V V T

5 Denis 55* * * TT

6 Dika Putra 49* * * TT

7 Dika Setiawan 70 V V T

8 Dewi 55* * * TT

9 Daud 65* * * TT

10 Hydra 80 V V T

1 Idea 80 V V T

12 Kethlen 90 V V T

13 Nandita 40* * * TT

14 Rajafi 90 V V T

46

15 Valent 55* * * TT

16 Rendi 90 V V T

17 Slamet 40* * * TT

18 Angel 55* * * TT

19 Rengga 80 V V T

Jumlah 1.264 9 10

Rata-rata/persentase 66 47,36% 52,64%

Keterangan :

* = Siswa tidak tuntas

V = Siswa tuntas

Table 4.2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pkn Pra Siklus

Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

90-100 4 21,05 Tuntas

80-89 3 15,79 Tuntas

70-79 2 10,53 Tuntas

60-69 2 10,53 Tidak tuntas

50-59 4 21,05 Tidak tuntas

40-49 3 15,79 Tidak tuntas

30-39 1 5,26 Tidak tuntas

20-29 0 0 Tidak tuntas

Jumlah 19 100

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa siswa yang mendapatkan nilai

90-100 sebanyak 4 siswa atau 21,05%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai

80-89 sebanyak 3 siswa atau 15,79%, siswa yang mendapatkan nilai 70-79

sebanyak 2 siswa atau 10,53% yang telah mencapai nilai KKM 70. Sedangkan

siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 70 meliputi nilai 60-69 sebanyak 2

siswa atau 10,53%, siswa yang mendapat nilai 50-59 sebanyak 4 siswa atau

21,05%, siswa yang mendapatkan nilai 40-49 sebanyak 3 siswa atau 15,79% dan

47

siswa yang mendapatkan nilai 30-39 sebanyak 1 siswa atau 5,26%, sedangkan

siswa yang mendapatkan nilai 20-29 tidak ada.

Secara jelas tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran pra siklus

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3

Data Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Pkn Pra Siklus

Siklus

Jumlah siswa

Nilai Ketuntasan

Banyak siswa Persentase

TT T TT T

Prasiklus 19 70 10 9 52,64% 47,36%

Berdasarkan tabel 4.3 tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran

pra siklus dapat dijelaskan bahwa siswa yang tuntas dan mencapai nilai 70 ke atas

hanya berjumlah 9 siswa atau dengan persentase 47,36% dan yang belum tuntas

10 siswa atau dengan persentase 52,64% dari jumlah siswa kelas 1 SDN

Kutowinangun 11 yang ada 19 siswa.

Adapun untuk lebih jelasnya tentang tingkat ketuntasan siswa pada

pelaksanaan pembelajaran pra siklus dapat dilihat pada gambar 4. 1 di bawah ini.

48

Gambar 4.1

Diagram Tingkat Ketuntasan Pra Siklus

Melihat gambar 4.1 tentang tingkat ketuntasan siswa yang sangat

mengecewakan tersebut dikarenakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar pada pra siklus tidak menggunkan model pembelajaran yang dapat

membuat siswa atau peserta didik aktif dan senang dalam mengikuti pelajaran.

Berdasarkan temuan-temuan pada pembelajaran pra siklus tersebut

peneliti mempunyai pemikiran untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas PTK. Di dalam perbaikan itu peneliti menggunkan

model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division).

4.1.2 Deskripsi Siklus I

4.1.3 Perencanaan

Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I, perencanaan dibuat

berdasarkan kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi pada tahap pra siklus

untuk dicari pemecahannya. Adapun tindakan perbaikan yang akan dilakukan

dengan menggunakan model pembelajaran STAD yaitu lebih menekankan kepada

47%

53%

Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil

Belajar Pra Siklus

Tuntas

Tidak tuntas

49

pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil. Peneliti dengan dibantu oleh

teman sejawat membuat rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

Langkah pembelajaran yang direncanakan dan akan dilaksanakan pada

pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran ?

4.1.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada bulan maret Minggu ke-4

pada tahun 2016 dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertungas untuk

mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada

mata pelajaran Pkn dengan materi Tata tertib di sekolah. Pada pembelajaran siklus

I ini diawali dengan guru memberi salam dan mengkondisikan kelas, kemudian

mengabsen siswa dan dilanjutkan dengan mengatur tempat duduk siswa sesuai

dengan metode yang digunakan yaitu model STAD. Setelah itu guru memberi

tahu kompetensi dasar dan indicator pembelajaran yang akan dilaksanakan

kemudian guru memberi apersepsi berupa pertanyaan yang menyinggung materi

yang akan disampaikan.

Adapun untuk pertanyaan apersepsi yang diberikan kepada siswa adalah

sebagai berikut: (1) apakah yang di maksud dengan tata tertib?; (2) siapa yang

harus menjaga ketertiban di sekolah?; (3) siapa yang pernah melakukan tata tertib?;

yang diberikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman awal siswa tentang

materi yang akan dibahas dalam pembelajaran.

Masuk pada pembelajaran inti, sebelumnya guru memasang alat peraga

berupa gambar-gambar contoh tata tertib yang ada di sekolah pada papan tulis di

depan kelas. Setelah itu guru memberi penjelasan tentang tata tertib di sekolah

tersebut. Guru menjelaskan panjang lebar tentang materi pembelajaran kemudian

guru membentuk kelompok kecil sesuai dengan model STAD yaitu

mengelompokan siswa dengan anggota masing-masing kelompok 4-5 siswa dan

masing-masing kelompok diberi lembar kerja siswa untuk didiskusikan. Selesai

berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok, siswa bersama guru membahas hasil

kerja kelompok dan menyimpulkannya serta dilanjutkan dengan guru membuat

50

rangkuman dari materi yang didiskusikan untuk dicatat oleh siswa.

Masuk pada kegiatan akhir yang dilaksanakan selama 20 menit pada

pembelajaran siklus I ini, guru memberikan tes akhir atau tes formatif yang

bertujuan untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.

Selesai mengerjakan tes formatif kemudian guru bersama siswa mengoreksi hasil

tes formatif dan menganalisisnya. Guru memberi penghargaan berupa tepuk tangan

kepada siswa yang benar dalam mengerjakan. Dari hasil analisis tes formatif

ternyata hasil belajar Pkn pada siswa meningkat jika dibandingkan dengan

pembelajaran pra siklus. Setelah itu guru memberikan perbaikan dan pengayaan

sebagai pekerjaan rumah (PR) dan dilanjutkan guru bersama siswa merefleksi hasil

pembelajaran dan guru menutup pembelajaran dengan memberi salam.

4.2. Pengamatan/Pengumpulan Data

Data pengamatan pada siklus I tentang tindakan guru dan siswa bahwa guru

dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik, hanya masih terdapat kelemahan-

kelemahan antara lain guru dalam memberikan penjelasan perlu diingatkan, karena

teridentifikasikan guru masih menjelaskan terlalu cepat dan terburu-buru sehingga

banyak siswa yang tidak paham akan penjelasan tersebut. Guru dalam menanggapi

pertanyaan dari siswa teridentifikasi kurang, dan guru kurang menumbuhkan

kepercayaan diri siswa, karena guru kurang dalam memberikan penghargaan

kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar.

Adapun tentang sarana dan prasarana yang digunakan saat pembelajaran

sudah teridentifikasikan baik dan lengkap, hanya guru kurang terampil dalam

mendemonstrasikan alat peraga, sedangkan tentang perilaku siswa saat mengikuti

pelajaran hanya teridentifikasi tentang keberanian siswa dalam bertanya masih

tergolong kurang.

51

Secara jelas disajikan nilai tes formatif pembelajaran siklus I pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Hasil Belajar Pkn Siklus I

No

Nama siswa

Nilai

Kemunculan

Ket

Tuntas Tidak tuntas

1 Deni 75 V V T

2 Yoga 79 V V T

3 Antoni 69 * * TT

4 Alga 100 V V T

5 Denis 76 V V T

6 Dika putra 79 V V T

7 Dika setiawan 70 V V T

8 Dewi 79 V V T

9 Daud 69 * * TT

10 Hydar 85 V V T

11 Idea 80 V V T

12 Kethlen 95 V V T

13 Nandita 59 * * TT

14 Rajafi 95 V V T

15 Valent 50 * * TT

16 Rendi 95 V V T

17 Slamet 75 V V T

18 Angel 79 V V T

19 Rengga 79 V V T

Jumlah 1.488 15 4

Rata-rata/persentase 78 78,95% 21,05%

52

Keterangan :

* = Siswa tidak tuntas

V = Siswa tuntas

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pkn Siklus I SDN Kutowinangun 11

Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

90-100 4 2105 Tuntas

80-89 2 10,53 Tuntas

70-79 9 47,36 Tuntas

60-69 2 10,53 Tidak tuntas

50-59 2 10,53 Tidak tuntas

40-49 0 0 Tidak tuntas

30-39 0 0 Tidak tuntas

20-29 0 0 Tidak tuntas

Jumlah 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar siklus I dapat dijelaskan

bahwa siswa yang memperoleh nilai antara 90-100 sebanyak 4 siswa atau 21,05%

dan siswa yang mencapai nilai 80-89 sebanyak 2 siswa atau 10,53%. Siswa yang

mencapai nilai 70-79 sebanyak 9 siswa atau 47,36% dan siswa yang mencapai nilai 60-69

sebanyak 2 siswa atau 10,53% dan yang mendapatkan nilai 50-59 sebanyak 2 siswa atau

10,53%. Siswa yang mendapatkan nilai 40-49, 30-39 dan 20-29 sama sekali tidak ada.

Secara rinci untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti perbaikan

pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.

53

Tabel 4.6

Data Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Pkn Siklus I

Siklus

Jumlah

siswa

Nilai Ketuntasan

Banyak siswa Persentase

TT T TT T

Prasiklus 19 70 4 19 21,05% 78,95%

Berdasarkan tabel 4.6 tentang tabel tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran

siklus I dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan dengan penambahan

alat peraga diperoleh data bahwa siswa yang tuntas dan berhasil meraih nilai 70 ke

atas berjumlah 15 siswa dari 19 siswa kelas I yang ada atau dengan persentase

ketuntasan 78,95%, sedangkan untuk siswa yang belum tuntas atau yang belum

mencapai nilai 70 berjumlah 4 siswa dari 19 siswa kelas I SDN Kutowinangun 11

yang ada atau dengan persentase ketuntasan sebesar 21,05%, dan rata-rata kelas

secara klasikal mencapai 78,32. Jadi, tindakan perbaikan siklus I dengan

menggunakan model pembelajaran STAD ini sudah terdapat peningkatan hasil

belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil tes formatif pada tahap pra siklus

walupun belum mencapai tingkat ketuntasan maksimal sebesar 86%. Secara jelas

tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada

gambar 4.2 berikut ini.

54

Gambar 4.2

Diagram Tingkat Ketuntasan Siklus I

Berdasarkan gambar 4.2 jelas terlihat bahwa tingkat ketuntasan siswa pada

pembelajaran siklus I dengan menggunkan model STAD hasilnya belum sesuai

dengan yang diharapkan.

4.2.1 Refleksi

Refleksi dimaksud untuk evaluasi terhadap semua temuan dalam

pembelajaran baik kelemahan maupun kekurangan yang ada pada siklus I dan

dicarikan pemecahannya. Observer menemukan kekurangan guru dalam proses

pembelajaran. Dari hasil pengamatan diperoleh data kelemahan sebagai berikut :

4.2.4.1 Guru kurang menanggapi dan merespon setiap pertanyaan siswa.

Hal ini terliha pada saat siswa bertanya kepada guru yang

berhubungan dengan tata tertib, guru jarang menjawab karena terlalu asik

menjelaskan materi pelajaran tersebut.

4.2.4.2 Guru kurang memberi motivasi yang dapat menumbuhkan

kepercayaan diri siswa. Motivasi yang dapat menumbuhkan

79%

21%

Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil

Belajar Siklus I

Tuntas

Tidak tuntas

55

kepercayaan diri dapat berupa pemberian pertanyaan yang lebih mudah

sehingga siswa dapat menjawab dengan benar, cara seperti itu

membuat siswa termotivasi.

4.2.4.3 Guru perlu meningkatkan pemberian kesempatan untuk bertanya

kepada siswa dengan menerapkan Tanya jawab secara lisan.

Berdasarkan hasil temuan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran

siklus I yang sudah menggunakan model STAD tersebut perlu adanya

pembenahan. Tindakan selanjutnya yaitu pada tindakan siklus II dengan membuat

perencanaan perbaikan pembelajaran yang lebih terfokus. Tidak hanya itu saja,

guru dalam perbaikan siklus II juga lebih memberikan motivasi berupa

pertanyaan-pertanyaan lisan yang lebih mudah sebagai free tes dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertnya jawab tentang materi yang sedang

dipelajari tersebut.

4.3 Deskripsi Siklus II

4.3. 1 Perencanaan

Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II mengacu pada

kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi pada tahap siklus I untuk dicari

pemecahannya. Model pembalajaran yang akan digunakan adalah sama dengan

model pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I yaitu model pembelajaran

STAD. Hanya saja dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini guru

lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan lebih

mengutamakan Tanya jawab. Tidak hanya itu saja, tetapi guru juga lebih

menumbuhkan motivasi dengan memberikan pertanyaan yang lebih mudah

sehingga siswa dapat menjawab dengan benar agar siswa lebih bersemangat

dalam pembelajaran. Kecuali itu, guru juga harus terampil dalam

mendemonstrasikan alat peraga sehingga siswa lebih memahami penjelasan guru

tentan tata tertib di sekolah dan di rumah.

Penelitian dengan dibantu oleh teman sejawat membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran. Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran dapat

dilihat pada lampiran?

56

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaa siklus II ini dilaksanakan pada bulan April minggu ke-3 dan 4

tahun 2016 dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertugas untuk mengamati

kinerja guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata

pelajaran Pkn dengan materi tata tertib di rumah. Pada pembelajaran siklus II ini

diawali dengan guru memberi salam dan mengkondisikan kelas, kemudian

mengabsen siswa kemudian mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan metode

yang digunakan yaitu model STAD. Setelah itu guru memberi tahu kompetensi

dasr dan indikator pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk mengetahui

pemahaman awal siswa tentang materi yang akan dipelajari maka guru

memberikan apersepsi berupa free tes berupa pertanyaan lisan yang berkaitan

dengan materi yang akan dipelajari.

Masuk pada pembelajaran inti, siswa mendengarkan penjelasan guru

tentang tata tertib di sekolah dan di rumah kemudian siswa diminta untuk maju

kedepan menjelaskan satu contoh tata tertib. Setelah selesai guru melakukan

Tanya jawab tentang contoh yang sudah dijelaskan oleh siswa yang sudah maju

kedepan guru memberikan umpan balik kepada siswa yang bertujuan supaya

siswa aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan keberanin siswa untuk

berkomentar. Kemudian dilanjutkan dengan siswa diminta untuk membentuk

kelompok kecil untuk berdiskusi dengan diberi lembar kerja untuk dikerjakan

secara berkelompok. Selesai mengerjakan lembar kerja, wakil dari masing-masing

kelompok membacakan hasil kerjanya dan siswa yang lain memberi tanggapan.

Selesai pembahasan hasil diskusi maka guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan hasil kerja dari kelompok yang melaporkan hasil kerjanya. Setelah

itu guru bersama siswa menyimpulkan materi dengan membuat rangkuman untuk

dicatat siswa.

Pada akhir pembelajaran, siswa diberi tes formatif sebagai tolak ukur

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Kemudian secara

bersama-sama antara guru dan siswa mengoreksi tes formatif dan guru

menganalisisnya. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang benar dalam

57

mengerjakan soal tes formatif berupa pemberian tepuk tangan.

hasil analisis tes formatif siklus II dapat dilihat pada lampiran? Skripsi ini.

Berdasarkan hasil analisis tersebut ternyata dengan penerapan model

pembelajaran STAD mampu meningkatkan prestasi siswa. Setelah menganalisis

tes formatif tersebut, guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam.

4.3.3 Pengamatan/Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada saat pembelajaran siklus II

berlangsung. Data tersebut adalah berupa lembar pengamatn yang diperoleh dari

teman-teman sejawat sebagai pengamat cara kerja guru dan perilaku siswa dalam

pembelajaran dapat dilihat pada lampiran?

Berdasarkan hasil pengamatan pada lampiran? Tentang hasil

pengamatan tindakan guru dan siswa pada siklus II tersebut diperoleh data bahawa

cara guru melaksanakan pembelajaran sudah teridentifikasikan baik dan

sempurna. Demikian juga tentang sarana dan prasarana yang digunakan dalam

pembelajaran juga teridentifikasi baik. Adapun tentang siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar juga sudah teridentifikasi baik.

Secara jelas disajikan nilai tes formatif pembelajaran siklus II pada tabel 4.7

berikut :

Tabel 4.7

Hasil Belajar Pkn Siklus II

No Nama siswa Nilai Kemunculan Ket

Tuntas Tidak tuntas

1 Deni 95 V V T

2 Yoga 95 V V T

3 Antoni 70 V V T

4 Alga 100 V V T

58

5 Denis 75 V V T

6 Dika putra 95 V V T

7 Dika setiawan 80 V V T

8 Dewi 80 V V T

9 Daud 90 V V T

10 Hydar 95 V V T

11 Idea 90 V V T

12 Kethlen 95 V V T

13 Nandita 75 V V T

14 Rajafi 95 V V T

15 Valent 65 * * TT

16 Rendi 95 V V T

17 Slamet 85 V V T

18 Angel 90 V V T

19 Rengga 90 V V T

Jumlah 1.655 18 1

Rata-

rata/persentase

87 94,74% 5,26

Keterangan :

* = Siswa tidak tuntas

v = Siswa tuntas

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pkn Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

90-100 12 63, 16 Tuntas

80-89 3 15,79 Tuntas

70-79 3 15,79 Tuntas

60-69 1 5,26 Tidak tuntas

Jumlah 14 100

59

Berdasarkan tabel 4.8 tentang distribusi frekuensi hasil belajar siklus II

dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai 90-100 sebanyak 12 siswa

atau 63, 16% dan siswa yang mencapai nilai 80-89 sebanyak 3 siswa atau 15,79%,

sedangkan siswa yang mencapai nilai 70-79 sebanyak 3 siswa atau 15,79%, dan

siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM antara 60-69 sebanyak 1

siswa atau 5,26%.

Pencampaian tingkat ketuntasan pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut.

Tabel 4.9

Data Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Siklus

Jumlah siswa

Nilai Ketuntasan

Banyak siswa Persentase

TT T TT T

Prasiklus 19 70 1 18 5,26% 94,75%

Pada tabel 4.9 tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus

II dapat dijelaskan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 18 siswa atau 94,74% dari

19 siswa yang ada dan yang belum tuntas 1 siswa atau jika dipersentasikan

sebesar 5,26%.

Secara jelas tentang ketuntasan siswa pada siklus II ini akan disajikan

dalam bentuk diagram seperti pada gamabr 4.3 berikut.

60

Gambar 4.3

Diagram Tingkat Ketuntasan Siklus II

Berdasarkan gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang tuntas

meningkat menjadi 18 siswa atau 94%. Melihat hasil yang begitu

menggembirakan jelas terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran mata

pelajaran Pkn tentang tata tertib di sekolah dan di rumah.

4.3.4 Refeleksi

Gambar dengan dibantu teman merefleksikan perubahan sikap selama

proses pembelajaran siklus II dan peningkatan kemampuan siswa dalam

menguasai materi. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan

menggunakan model pembelajaran STAD diperoleh refleksi sebagai berikut.

4.3.4.1 Setiap penyusunan dari siswa sudah ditanggapi dengan memberikan

waktu untuk Tanya jawab.

4.3.4.2 Guru dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa, dengan baik melalui

perbaikan pertanyaan secara lisan yang lebih mudah untuk dijawab oleh

siswa sehingga siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

95%

5%

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Tuntas

Tidak tuntas

61

4.3.4.3 Proses pelaksanaan pembelajaran teridentifikasi baik karena susdah

menerapkan model STAD dengan benar dan sesuai dengan

perencanaan.

4.3.4.4 Hasil belajar siswa meningkat dengan tingkat ketuntasan mencapai 94%

atau 18 siswa yang telah mencapai ketuntasan dengan meraih nilai tes

formatif di atas 70 dan yang belum tuntas hanya 1 siswa atau 5,26%

dengan rata-rata klasikal sebesar 87.

4.3.5 Pembahasan

Pembelajaran pada mata pelajaran Pkn tentang tata tertib di sekolah dan

di rumah yang dilakukan selama penelitian berlangsung terdapat peningkatan-

peningkatan ke arah perbaikan. Secara jelas tentang peningkatan-peningkatan

jumlah ketuntasan siswa dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4. 10 berikut.

Tabel 4. 10

Data Tingkat Ketuntasan Siklus, pra siklus,siklus I dan siklus II

Siklus Jumlah

siswa

KKM Banyak siswa Persentase

Belum

tuntas

Tuntas Belum

tuntas

Tuntas

Pra siklus 19 70 10 9 52,64%

47,36%

Siklus I 19 70 4 15 21,05% 78,95%

Siklus II 19 70 1 18 5,26 94,74

Berdasarkan tabel 4. 10 dapat dijelaskan bahawa masing-masing siklus

sudah terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus,

jumlah siswa yang tuntas 9 atau jika dipersentasekan sebesar 47,36% dan yang

belum tuntas sebanyak 10 siswa atau jika dipersentasekan sebesar 52,64% .

kemorosotan pada tahap awal atau pra siklus tersebut. Karena guru dalam

62

melaksanakan pembelajaran belum menggunkan metode yang sesuai, untuk itu

dilakukan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.

Perbaikan pembelajaran siklus I dengan menggunakan model

pembelajaran STAD, sesuai dengan pendapat Felder (1994: 2) bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk

bekerja sama dalam kelompok-kelompok untuk mendapatkan tujuan bersama.

Siswa dibentuk kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa dan hasil belajar Pkn

tentang tata tertib di sekolah dan di rumah pada. Siswa kelas I SDN

Kutowinangun 11 meningkat. Hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang tuntas

meningkat dari 9 siswa atau 47,36% pada pembelajaran prasiklus menjadi 15

siswa atau jika dipersentasekan sebesar 78,95% dengan rata-rata klasikal sebesar

78, jadi dalam pelaksanaan siklus I ini sudah ada peningkatan ketuntasan sebesar

47,36%. Karena belum memenuhi target ketuntasan maka dilakukan perbaikan

pembelajaran pada siklus II. Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II

dengan menggunkan pendapat Wahyuni (2001: 8) yang menyebutkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai

kemampuan berbeda, jumlah siswa yang tuntas meningkat pesat menjadi 18 siswa

atau jika dipersentasekan sebesar 94% dan hanya 1 siswa yang belum tuntas

dengan nilai di bawah 70 atau jika dipersentasekan sebesar 5,26%. Rata-rata nilai

klasikal siklus II ini sebesar 87. Jika dibandingkan dengan siklus I.

Hasil pembelajaran siklus II jelas terlihat peningkatan dari siklus

sebelumnya yang hanya mencapai ketuntasan sebesar 78,95% atau 15 siswa

menjadi 94,74% atau 18 siswa dari 19 siswa yang ada. Jadi peningkatan pada

siklus II ini sebesar 15,79% atau sebanyak 3 siswa.

Lebih jelasnya tentang peningkatan dari masing-masing siklus dapat

dilihat pada gambar 4.4 berikut:

63

Gambar 4.4

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pkn Pra siklus, Siklus I, Siklus II

1. 4.3.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah dibahas secara menyeluruh

penerapan model kooperatif tipe STAD siswa kelas I SD Negeri Kutowinangun

11 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat dari pra siklus,

siklus I, siklus II. Bisa diketahui jika terjadi peningkatan yang cukup signifikan

setelah guru menerapakn model pembelajaran kooperatif lerning tipe STAD.

Sebelum dilakukan penelitian hasil belajar siswa tergolong rendah karena metode

mengajar guru masi bersifat konvesional dan menoton ditandai dengan penjelasan

materi dan diakhiri dengan pemberian tugas, hal tersebut terjadi secara berulang-

ulang. Sehingga murid merasa bosan terhadap proses pembelajaran yang

dilakukan. Berdasarkan hasil kajian yang relevan Sulastri (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar IPA melalui

pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan alat peraga konkret tentang

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Ju

mla

h S

isw

a

Diagram Batang Perbandingan Pra

Siklus,Siklus I,Siklus II

Tidak Tuntas

Tuntas

64

energi siswa kelas IV SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil

belajar IPA dengan penggunaan alat peraga.

pula bahwa dengan penerapan metode STAD dalam pembelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar. Dan penelitian yang dilakukan Ruben (2010) Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Tentang Struktur Organisasi Desa dan

Kecamatan Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Siswa Kelas 4 SDN

Gesengan 02 Kabupaten Pati Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013. Dari

dua penelitian tersebut terbukti berhasil meskipun diterapkan pada mata pelajaran

yang berbeda terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian sebelum dilakukan tindakan atau

dikatakan dengan pra siklus jumlah siswa yang tuntas 9 siswa dengan persentase

47,36% sedangkan yang tidak tuntas 10 siswa dengan persentase 52,64%. Pada

pra siklus rata-rata yang di peroleh 66, nilai maksimum 100 dan nilai minimum

35. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan pada siklus I siswa yang tuntas 15

siswa dengan persentase 78,95% , sedangkan yang tidak tuntas 4 siswa dengan

persentase 21,05% . pada siklus I rata-rata yang diperoleh 78, nilai maksimum 100

dan nilai minimum 50. Dan mengalami peningkatan pada siklus II yang tuntas 18

siswa dengan persentase 94,74% sedangkan yang tidak tuntas ada 1 siswa dengan

persentase 5,26%. Pada siklus II rata-rata yang diperoleh 87, nilai maksimum 100

dan nilai minimum 65. Dari yang ditulis diatas dapat disimpulkan kegiatan

pembelajaran Pkn pada siswa kelas I. Jika dilihat dari seluruh kegiatan

pembelajarn yang sudah direncanakan maka pembelajaran tersebut dapat dikatakn

berhasil pada siklus II. Adapun hambatan utama yang dihadapi dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pada awalnya siswa belum

terbiasa berkerjasama dalam kelompok dan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Pkn. Namun, hal tersebut dapat

diselesaikan dengan pengarahan dan bimbingan yang maksimal dalam setiap

kegiatan yang dilakasanakan siswa oleh guru, sehingga akhirnya siswa bisa

65

berkerjasama dan saling membantu dalam belajar. Selain itu, hambatan lainnya

adalah pemakaian alokasi waktu yang kurang sesuai. Adapun siswa yang belum

tuntas sebanyak 1 siswa dikarenakan siswa tersebut kurang bias membaca,dan

menulis.