bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi awal hasil belajar
matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang. Berikut ini rincian gambaran kondisi awal pada saat
dilakukan observasi awal pra siklus oleh peneliti:
4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan dan wawancara hasil belajar siswa kelas 3 SD N
Kaliwungu 03 khususnya mata pelajaran Matematika pada semester 2 tahun
ajaran 2013/2014 sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, lebih dari separuh
jumlah siswa dalam satu kelas masih memperoleh nilai dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yaitu 63. Sehingga tidak jarang ditemui siswa yang harus
melakukan perbaikan dalam kegiatan ulangan harian. Beberapa faktor penyebab
minimnya nilai ketuntasan belajar yang diperoleh siswa, mereka beranggapan
bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Pada saat
kegiatan Observasi dilakukan oleh peneliti tepat pada saat pembelajaran
Matematika berlangsung. Dan beberapa hal yang di dapat oleh peneliti yaitu :
a. Metode pembelajaran yang diterapkan monoton karena guru hanya
menyampaikan materi dengan metode ceramah, sehingga membuat siswa
merasa bosan dengan materi yang di sampaikan.
b. Penyampaian materi Pembelajaran Matematika bersifat abstraks sehingga
siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru,
c. Siswa pasif dalam proses pembelajaran karena metode ceramah masih
mendominasi proses pembelajaran,
55
d. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang di sesuai di dalam kelas,
e. Belum diterapkannya model pembelajaran yang sesuai,
f. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi dibuktikan dengan hasil
belajar siswa yang rendah.
Untuk mengetahui hasil belajar Matematika peneliti meminta data ulangan
harian matematika siswa pada guru kelas 3, dari data tersebut kemudian diolah
dalam tabel ketuntasan hasil belajar Matematika pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Tabel Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD Negeri Kaliwungu
03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2013-2014
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 4 28,58%
2 Tidak Tuntas 10 71,42%
Sumber: Arsip Nilai Ulangan Harian Matematika Kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang belum tuntas
dalam mengerjakan tes ulangan harian mata pelajaran Matematika yakni sebanyak
10 siswa atau 71,42% yang belum dapat mencapai KKM (63) sedangkan siswa
yang tuntas atau sudah dapat mencapai KKM ada 4 siswa atau 28,58%.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus 1
Praktek pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dengan Standar
Kompetensi 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar 3.1 Mengenal pecahan sederhana,
dengan fokus materi Membuktikan pecahan, Menulis lambang pecahan,
Menyajikan gambar dengan menuliskan pecahannya, Membilang pecahan dengan
kata-kata dan Membedakan pembilang dan penyebut.
56
4.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk
melakukan observasi di kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03. Setelah mendapat izin
dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara dan observasi di kelas 3
khususnya pada saat mata pelajaran matematika berlangsung.
Dalam kegiatan observasi peneliti mengidentifikasi kebutuhan siswa,
mencari kendala apa saja yang dialami guru dalam mengajar matematika,
mengindentifikasi sumber belajar dan media yang guru gunakan dan meminta data
nilai hasil belajar matematika siswa kelas 3.
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai dalam observasi, peneliti
menyiapkan teknik untuk melakukan perbaikan nilai matematika. Berikut ini
persiapan yang dilakukan peneliti pada siklus 1 adalah : a). Mempersiapkan
silabus mata pelajaran matematika kelas 3 SD semester 2 pada pokok bahasan
Pecahan Sederhana dan pada Kopetensi Dasar 3.1 Mengenal pecahan sederhana,
b). Menyiapkan materi pelajaran dan sumber belajar yang akan digunakan, c).
Menyusun RPP dengan menggunakan kolaborasi Model Pembelajaran Think Pair
Share dan Talking Stick, d). Menyiapkan sarana dan prasarana serta membuat
media/alat peraga guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, e).
Membuat dan menyiapkan Lembar Kerja Siswa, f). Menyiapkan lembar observasi
kegiatan guru dan siswa, g) membuat kisi-kisi soal evaluasi hasil belajar
matematika, h) melakukan uji coba instrumen, i) menyusun soal tes hasil belajar
siswa, dan j) Mengkomunikasikan rencana pembelajaran kepada guru kelas 3.
Peneliti melakukan 2 kali pertemuan dengan guru kelas untuk
mengenalkan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
Pertemuan pertama untuk menyerahkan Silabus dan RPP, sedangkan pertemuan
kedua untuk memantapkan kesiapan guru kelas dalam menerapkan kolaborasi
model Pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick pada pertemuan ini guru
dan peneliti melakukan sharing apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan apa
57
saja yang nantinya akan masuk dalam penilaian baik itu penilaian tertulis maupun
penilaian dalam observasi.
Hal ini dilakukan karena dalam penelitian observer atau guru kelas
memiliki peran besar dalam mengobservasi keterlaksanaan sintaks agar teknik
koloborasi dari model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick dapat
digunakan sebagai upaya perbaikan nilai matematika siswa. Selain itu, untuk
keperluan tes akhir siklus peneliti melakukan uji coba instrumen. Uji coba
instrumen dilakukan di SD yang berbeda namun dengan karakteristik sekolah
yang sama, yaitu SD Negeri 1 Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelas 4, hal ini dilakukan agar soal tes yang
digunakan benar-benar valid dan reliabel untuk mengukur kemampuan siswa
terhadap materi yang diajarkan.
4.1.2.2 Tindakan
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2014, dalam
2x35 menit (2 jam pelajaran) adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Pada awal pembelajaran guru melakukan serangkaian kegiatan awal.
Namun, sebelumnya guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pembelajaran. Karena proses pembelajaran dilaksanakan tidak pada jam pertama
maka hal yang pertama dilakukan oleh guru adalah mengisi daftar presensi siswa
untuk mengetahui adakah siswa yang tidak dapat hadir. Kemudian, Guru
menggambarkan 3 simbol yang berbentuk kolom di papan tulis, simbol :-) : untuk
siswa yang dapat mendengarkan dengan baik dan simbol “briliant” untuk siswa
yang dapat menjawab pertanyaan yang di berikan dari guru dan yang terakhir
adalah simbol untuk siswa yang tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Jadi
guru akan menuliskan nama siswa sesuai dengan kolom yang ada.
58
Tujuan dari ini adalah agar siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam
mengikuti pembelajaran selain itu cara ini juga dapat dijadikan cara yang baik
sebagai bentuk penghargaan guru terhadap siswa. Dan cara ini akan selalu
dilakukan guru setiap kali tatap muka dengan siswa. Tak lupa guru juga
menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran
hari itu yaitu siswa dapat Membuktikan pecahan , , , Menulis
lambang pecahan, dan Menyajikan gambar dengan menuliskan pecahannya.
b) Kegiatan Inti
Pada tahap inilah akan terlihat pembelajaran dengan kolaborasi model
pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick. Kegiatan inti diawali
dengan memberikan persoalan yang di berikan guru dalam bentuk cerita yaitu
cerita tentang kisah pemuda tampan yang membagikan satu buah roti tawar
yang berbentuk kotak kepada seorang nenek tua yang kelaparan di hutan.
Lalu Guru memberikan pertanyaan kepada siswa “Menurut kalian bagaimana
bisa pemuda tampan itu membagikan roti tawarnya?bukannya Ia hanya
memiliki satu buah roti saja?”.
Hal ini bertujuan untuk menguji kemampuan dasar siswa tentang materi
pecahanan. Sebuah roti satu potong berbentuk kotak apabila di bagikan menjadi 2
maka masing-masing akan mendapatkan bagian yang sama yaitu setengah.
Mereka berfikir secara individu dan apabila mereka telah mendapatkan
jawabannya maka mereka di minta untuk meletakkan tangan diatas kepala dan
guru akan menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan
oleh guru.
Setelah itu mereka mendengarkan penjelasan dari guru terkait dari
jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Lalu guru memberikan permasalahan
baru kepada siswa namun siswa diminta untuk berfikir secara kelompok yaitu
bersama dengan teman satu bangkunya, maka guru menentukan nama kelompok
untuk siswa, permasalahan kedua yang di berikan oleh guru juga terkait dengan
pembuktian pecahan , , , dengan menunjukkan sebuah gambar.
59
Siswa meletakkan tangan diatas kepala apabila bisa menjawab pertanyaan yang
guru berikan, setelah itu Siswa mendengarkan penjelasan dari guru terkait dengan
pembuktian pecahan , , , siswa juga diminta untuk menulis
lambang pecahan dengan melihat gambar roti yang di bawa guru, setelah itu
barulah siswa mengerjakan latihan dengan mewarnai bagian roti sesuai dengan
pecahannya.
Sebelum permainan dengan Stick dilakukan maka guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memahami dan membaca materi kembali (dapat
di lakukan dengan bertanya apabila ada yang belum jelas). Setelah mereka selesai
memahami materi kembali maka dimulailah permainan dengan stick, Guru dan
siswa bersama-sama bernyanyi sambil memutarkan stick apabila guru mengatakan
stop dan Stick itu berhenti pada salah satu siswa maka siswa tersebut diminta maju
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
c) Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, siswa bersama guru menyimpulkan apa saja yang
telah dipelajari pada pertemuan tersebut. Kemudian, guru menyampaikan
pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2014, dalam
2x35 menit (2 jam pelajaran ) adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan untuk pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan pada
jam pertama maka hal yang pertama dilakukan oleh guru adalah berdoa bersama
siswa, selanjutnya mengisi daftar presensi siswa untuk mengetahui adakah siswa
yang tidak dapat hadir. Kemudian, Guru menggambarkan 3 simbol yang
berbentuk kolom di papan tulis, dan menanyakan arti dari masing-masing simbol
60
tersebut, ternyata siswa masih ingat dengan arti dari masing-masing simbol
tersebut. Simbol :-) : untuk siswa yang dapat mendengarkan dengan baik dan
simbol “briliant” untuk siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang di berikan
dari guru dan yang terakhir adalah simbol untuk siswa yang tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik. Jadi guru akan menuliskan nama siswa sesuai dengan
kolom yang ada.
Tak lupa guru juga menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa dalam pembelajaran hari itu yaitu siswa dapat Membilang pecahan dengan
kata-kata dan dapat membedakan pembilang dan penyebut.
b) Kegiatan Inti
Pada tahap inilah akan kembali terlihat pembelajaran dengan kolaborasi
model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick. Guru mengingatkan
siswa terhadap materi pembelajaran sebelumnya, selanjutnya siswa menjawab
pertanyaan yang di berikan guru (menunjukkan beberapa gambar pecahan), siswa
diminta untuk berfikir secara individu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru, setelah itu siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Selanjutnya guru memberikan permasalahan baru bagaimana membilang
dengan kata-kata dalam pecahan, dan siswa diminta untuk berfikir dengan teman
sebangkunya, setelah mereka menemukan jawaban maka mereka dapat
meletakkan tangan diatas kepala mereka. Dan guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membilang dalam kata-kata dalam pecahan, selanjutnya guru juga
memberikan penjelasan kepada siswa mengenai perbedaan pembilang dan
penyebut melalui sebuah alat peraga yang di buat guru. Dilanjutkan siswa bekerja
sama dengan teman satu bangkunya untuk menempelkan perbedaan pembilang
dan penyebut yang berbentuk baju dan rok.
Sebelum dimulai permainan dengan Stick maka guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk memahami materi lebih dalam lagi, dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang belum
jelas. Setelah mereka selesai memahami materi dengan seksama maka permainan
61
Stick pun siap dimulai siswa bersama-sama bernyanyi sambil memutar stick,
apabila guru mengatakan “stop” maka siswa yang terakhir kali memegang stick
berhak untuk maju dan mengerjakan soal yang di berikan oleh guru.
c). Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, siswa dan guru bersama-sama melakukan
refleksi atas apa yang telah di pelajari dalam 2 kali pertemuan, tak lupa guru juga
mengingatkan pada siswa bahwa dipertemuan mendatang akan ada tes dan
materinya adalah materi yang telah di pelajari selama 2 kali pertemuan.
Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2014, pada
pertemuan ketiga ini sekaligus di jadikan sebagai evaluasi pada siklus 1. Adapun
waktunya adalah 2x35 menit (2 jam pelajaran) kegiatan yang dilaksanakan
meliputi :
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
untuk tes, seperti lembar soal dan jawaban. Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan berdoa dan mengabsen siswa, setelah itu guru tetap menuliskan 3 simbol
seperti biasa agar kegiatan tes dapat berjalan dengan baik dan untuk
mengantisipasi perilaku siswa agar tetap dapat terkontrol.
b) Kegiatan Inti
Guru mengingatkan kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah di
laksanakan dalam 2 kali pertemuan sebelumnya, materi apa saja yang telah
diajarkan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada yang belum jelas terkait dengan materi yang diajarkan. Setelah itu guru
menjelaskan bagaimana peraturan dalam mengerjakan tes, termasuk berapa lama
siswa dalam mengerjaka tes. Selanjutnya siswa mengerjakan soal tes yang
diberikan oleh guru.
62
c) Kegiatan Akhir
Setelah mereka selesai mengerjakan soal tes, selanjutnya mereka kembali
bermain dengan Stick untuk membahas soal yang ada dalam tes. Dan hasil dari
permainan tersebut ternyata ada beberapa siswa yang masih salah dalam
menjawab soal yang di berikan.
4.1.2.3 Observasi
Tahap observasi dilakukan setiap kali pertemuan pada saat pembelajaran
Matematika berlangsung untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan untuk
mengetahui apakah sintaks pembelajaran dengan kolaborasi modeI pembelajaran
Think Pair Share dan Talking Stick dapat berjalan dengan baik.
Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi
yang telah dibuat berdasarkan sintak pembelajaran, dan selama kegiatan
pembelajaran guru kelas dapat menilai keterlaksanaan sintaks menggunakan
lembar observasi yang diberikan. Sintaks pembelajaran dibuat agar selesai tiap
kali pertemuan.
Dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pelaksanaan
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan sintaks kolaborasi model
pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick. Adapun aspek penilaian dalam
lembar observasi ada 25. Obsrver yang tidak lain adalah guru kelas 3 mengamati
apakah sintaks pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan secara
keseluruhan atau tidak. Dari hasil observasi, berikut ini disajikan tabel
keterlaksanaan Sintaks pembelajaran Matematika dengan kolaborasi model
pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick.
63
Tabel 4.2
Tabel Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick Siklus 1 Pertemuan Ke- 1
No Sintaks yang
harus
dilaksanakan
Sintaks
yang
terlaksana
Presentase
%
Sintaks
yang tidak
terlaksana
Presentase
%
1 25 25 100% 0 0%
Jumlah 25 25 100% 0 0%
Pada pertemuan 1 Siklus 1 seluruh sintaks dari model pembelajaran
kolaborasi Think Pair Share dan Talking Stick telah dilaksanakan semuanya.
Namun, ada beberapa sintaks yang belum dapat berjalan dengan baik, walaupun
keseluruhan sintaks telah di laksanakan.
Penelitian berikutnya yaitu pada Siklus 1 pertemuan 2. Kali ini peneliti
juga masih menggunakan lembar observasi yang sama dengan pertemuan
berikutnya. Agar keterlaksaan sintak dapat terlihat apakah sudah baik atau masih
ada yang perlu di perbaiki. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan sintaks
pembelajaran dengan model kolaborasi Think Pair Share dan Talking Stick maka
pada pertemuan kedua siklus 1 dapat digambarkan sebagai berikut:
64
Tabel 4.3
Tabel Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick Siklus 1 Pertemuan Ke- 2
No Sintaks yang
harus
dilaksanakan
Sintaks
yang
terlaksana
Presentase
%
Sintaks
yang tidak
terlaksana
Presentase
%
1 25 25 100% 0 0%
Jumlah 25 25 100% 0 0%
Keseluruhan sintaks dapat terlaksana , hanya saja dalam beberapa sintaks
masih dijumpai kekurangan-kekurangan. Penelitian ini berlanjut hingga ke Siklus
1 pertemuan ke 3. Pada pertemuan ketiga ini sekaligus dijadikan kegiatan evaluasi
pembelajaran pada siklus 1. Maka pada pertemuan ketiga siklus 1 dapat
digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Tabel Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick Siklus 1 Pertemuan Ke- 3
No Sintaks yang
harus
dilaksanakan
Sintaks
yang
terlaksana
Presentase
%
Sintaks
yang tidak
terlaksana
Presentase
%
1 25 20 80% 5 20%
Jumlah 25 20 80% 5 20%
65
Pada pertemuan ketiga ini, guru tidak melaksanakan seluruh sintaks
pembelajaran. dikarenakan ada beberapa yang terlupakan, karena pada pertemuan
ketiga ini guru terfokus pada kegiatan evaluasi pembelajaran.
4.1.2.4 Refleksi
Pada kegiatan refleksi ini observer megemukakan bahwa kegiatan
pembelajaran sudah baik, namun harapan untuk siklus ke 2 supaya hal yang sudah
baik dapat dipertahankan dan yang masih kurang baik dapat lebih ditingkatkan.
Sementara itu dari hasil refleksi yang dilakukan masih dijumpai beberapa
kekurangan diantaranya siswa masih membutuhkan waktu yang lama dalam
berfikir karena mereka masih terlihat bingung dengan persoalan yang diberikan,
suasana kelas menjadi tidak terkontrol karena pembagian kelompok yang guru
lakukan masih membuat siswa bingung, dan permainan Stick yang dilakukan
membuat siswa merasa takut jika mereka menjawab pertanyaan dengan jawaban
yang salah.
4.1.3 Pelaksanaan Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dua kali pertemuan untuk
menyampaikan materi di kelas dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes
akhir siklus.
Pelaksanaan siklus 2 di bagi menajadi empat tahapan yaitu a) perencanaan,
b) tindakan, c) observasi, dan d) refleksi. Kompetensi Dasar yang berbeda dengan
siklus 1 yaitu : 3.2 Membandingkan pecahan sederhana dengan materi pokok
membandingkan pecahan sederhana dengan dan membandingkan pecahan
sederhana dengan cara dikalikan. Adapun pelaksanaan siklus 2 rinciannya adalah
sebagai berikut :
66
4.1.3.1 Perencanaan
Pada siklus 2 pelaksanaan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada
siklus 1 dengan cara memperbaikinya yaitu dengan mengubah teknik dan strategi
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Misalnya dengan Pembagian kelompok
diskusi di buat lebih berfariatif dan permainan Stick juga dilakukan dengan
penambahan Score agar lebih berfariatif. Sebelum kegiatan pembelajaran pada
siklus 2 ini dilaksanakan, seperti biasa guru menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran.
Mulai dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
Kompetensi Dasar ”Membandingkan pecahan sederhana”. Adapun tahap
persiapan pada setiap pertemuan dapat dijelaskan dengan lebih rinci sebagai
berikut :
Pertemuan Pertama
Sebelum kegiatan pembelajaran guru menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran, seperti Stick, Absensi , Lembar Kerja Siswa,
Media yang dapat mendukung pembelajaran, dan yang tak kalah penting adalah
lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Guru merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada siklus 2 pertemuan 1 dengan pokok bahasan
“Membandingkan pecahan dengan menggunakan garis bilangan”.
Pertemuan Kedua
Perencanaan pembelajaran pada siklus 2 pertemuan 1 merupakan lanjutan
dari pertemuan sebelumnya. Pokok bahasan pada siklus 2 pertemuan 1 ini adalah
“Membandingkan pecahan dengan cara dikalikan”. Kegiatan yang dilakukan
siswa yaitu siswa dapat mengerjakan soal yang ada di dalam amplop, yang telah
disediakan sebelumnya oleh guru. untuk itu sebelum proses pembelajaran di mulai
guru terlebih dulu menyiapkan amplop yang berisi soal untuk siswa kerjakan
nanti.
67
Selain itu, pada pertemuan 2, guru menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran, termasuk membagi siswa dalam 7 kelompok
yang masing-masing beranggotakan 2 siswa, dalam pembagian kelompok ini guru
sengaja membaginya terlebih dahulu agar siswa tidak mendapat patner kerja yang
sama setiap kali pembelajaran.
Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan 3 siklus 2 ini digunakan untuk kegiatan Evaluasi untuk
melihat keberhasilan kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar soal, dan tak lupa lembar observasi guru dan
siswa. Karena di akhir pertemuan guru akan melakukan penempelan hasil karya
siswa maka guru juga mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Seperti gunting,
lem, isolasi dll.
4.1.3.2 Tindakan
Pertemuan Pertama
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2014
dengan alokasi waktu 2x35 menit (2 jam pelajaran) terdiri dari tiga kegiatan
pembalajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa. Guru
Menyampaikan apersepsi dengan meminta siswa untuk menirukan tepukan yang
guru lakukan.
Seperti biasa guru selalu memberikan motivasi kepada siswa dengan cara
menuliskan 3 simbol yang diberikan oleh guru untuk siswa yang dapat memenuhi
kriteria yang guru kehendaki. Misal simbol :-) : untuk siswa yang dapat
mendengarkan dengan baik dan simbol “briliant” untuk siswa yang dapat
menjawab pertanyaan yang di berikan dari guru dan yang terakhir adalah simbol
68
untuk siswa yang tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Guru akan mencatat
nama siswa yang memang memenuhi kriteria untuk ditulis namanya pada kolom-
kolom tersebut.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan Inti ini baru akan terlihat pembelajaran dengan kolaborasi
model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick. Guru memberikan 2
buah pecahan yang berbeda dan di tulis di papan tulis, siswa diminta untuk
berfikir sendiri dalam 5 menit pecahan mana yang lebih kecil dan mana yang
lebih besar dan pecahan mana yang lebih kecil.
Apabila siswa telah menemukan jawabannya maka siswa di minta untuk
berdiri, dan guru akan menunjuk siswa ecara acak. Setelah itu guru memberikan
penjelasan mengenai arti dari tanda kurang dari, lebih dari dan sama dengan.
Selanjutnya guru menunjukkan contoh dari garis bilangan pecahan, dan guru
menjelaskan urutan dari garis bilangan pecahan dan bagaimana cara membuat
garis bilangan. dilanjutkan dengan pembagian siswa ke dalam kelompok diskusi
nya dengan cara di lotre jadi 7 dari 14 siswa dalam kelas mengambil satu
gulungan kertas untuk masing-masing orang, nama yang tertulis di dalam
gulungan kertas tersebut maka dialah yang akan menjadi patner kerjanya.
Kemudian guru memberikan potongan-potongan kertas kepada masing-
masing kelompok yang bertuliskan pecahan di dalamnya, masing-masing
kelompok diminta untuk berdiskusi dengan kelompoknya mengurutkan pecahan-
pecahan tersebut dari yang terkecil hingga ke terbesar lalu menempelkan
potongan kertas kecil itu di selembar kertas besar dan membuatnya menjadi
sebuah garis bilangan. Apabila siswa telah selesai mengerjakannya maka hasilnya
di tempel di depan kelas, baru setelah itu guru menjelaskan mengenai garis
bilangan yang terbuat dari potongan-potongan kertas.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
yang belum jelas. Setelah siswa merasa jelas dengan penjelasan yang disampaikan
barulah mereka kembali bermain dengan Stick. Permainan Stick kali ini berbeda
69
dengan biasanya, siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang guru berikan akan
mendapatkan nilai dan ditulis di papan tulis.
c) Kegiatan Akhir
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Mengingatkan
kembali apabila ada materi yang belum jelas, mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari dan menyampaikan pokok bahasan yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1 pertemuan 2, yaitu
ketika guru memberi pertanyaan pada siswa, sebagian siswa sudah berani untuk
menjawab secara mandiri meskipun juga masih malu-malu. Pada saat guru
menjelaskan tentang materi pembelajaran sebagian besar siswa cukup antusias
memperhatikan. Pada saat kegiatan diskusi masing-masing siswa juga sudah
cukup aktif, meskipun juga tetap terlihat siswa yang masih pasif.
Dilanjukan kegiatan presentasi hasil diskusi oleh masing-masing
kelompok, ketika guru meminta siswa untuk bertanya, memberi pendapat atau
tanggapan sudah ada beberapa siswa yang berani memaparkan tanggapannya,
walaupun tanggapannya juga sama dengan apa yang telah dipaparkan oleh
kelompok yang presentasi. Pada saat di suruh memberikan kesimpulan atas
pembelajaran sudah ada beberapa siswa yang berani menyampaiakan pendapat
mereka.
Pertemuan kedua
Pertemuan ke 2 pada siklus 2 ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan
sebelumnya. Peretemuan 2 siklus 2 dilaksanakan tanggal 24 Februari 2014
dengan alokasi 2x35 menit (2 jam pelajaran), yang terdiri dari tiga kegiatan
pembelajaran yaitu kegiatan awal, inti dan akhir. Dilanjutkan siswa berfikir
sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang guru berikan dan siswa diskusi
mengerjakan soal yang ada dalam amplop yang masing-masing kelompok telah
dapatkan.
70
Setelah itu siswa kembali bermain dengan Stick, guru secara acak
memberikan Stick pada salah satu kelompok, bagi kelompok yang ditunjuk maka
harus mempresentasikan hasil diskusi yang di dapatkan. Tak lupa di akhir
pertemuan pada pertemuan 2 ini siswa diingatkan kembali bahwa pada pertemuan
berikutnya akan dilaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran.
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
mengabsensi siswa, dan menyiapkan media dan sumber pembelajaran.
Selanjutnya guru meminta siswa menirukan apa yang guru ucapkan, ketika guru
mengucapkan : “dam dara dam dam ” maka siswa menjawab: “dam dam”. Siswa
yang dapat menirukan apa yang guru ucapkan dengan bersemangat maka akan
mendapatkan pujian.
Setelah itu seperti biasa guru menggambarkan 3 simbol yang berbentuk
kolom di papan tulis, simbol :-) : untuk siswa yang dapat mendengarkan dengan
baik dan simbol “briliant” untuk siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang di
berikan dari guru dan yang terakhir adalah simbol untuk siswa yang tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini kembali dapat terlihat bagaiamana pelaksanaan
pembelajaran dengan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick. Kegiatan inti yang pertama Guru menggambarkan 2 bentuk kartu
domino di papan tulis dilanjutkan Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
berapa nilai pecahan yang ada pada gambar kartu domino dan manakah yang lebih
besar? Siswa kembali diminta untuk berfikir secara individu dalam waktu 5 menit
dan menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru (membandingkan pecahan
dengan cara dikalikan). Siswa yang mengerti jawabannya dapat berdiri disamping
tempat duduk dan guru akan menunjuk salah satu siswa untuk menjawab.
71
Setelah itu, Guru membahas jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan berikutnya yaitu siswa menjawab pertanyaan kedua yang di berikan oleh
guru terkait dengan materi (pertanyaan di berikan dalam amplop yang masing-
masing kelompok beda). Siswa berdiskusi dengan teman satu bangku untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Pertanyaan yang ada dalam amplop masih sama
seputar domino dan siswa diminta untuk menentukan nilai pecahan dari gambar
kartu domino dan membandingkan manakah pecahan yang lebih besar dan mana
yang lebih kecil dengan mengisikan tanda kurang dari lebih dari dan sama
dengan.
Setelah mereka selesai berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
maka guru beberapa kelompok dengan menggunakan Stick untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kembali Guru memberikan
penjelasan mengenai jawaban yang paling tepat terkait dengan diskusi siswa.
Selanjutnya siswa diberikan waktu beberapa menit untuk membaca dan
memahami ulang materi sebelum dimulainya permainan Stick. Setelah siswa siap
bermain dengan Stick maka permainan stick bisa dimulai. Siswa bermain dengan
menggunakan Stick (siswa bersama-sama bernyanyi sambil memutarkan Stick,
apabila guru mengatakan “Stop” maka siswa yang terakhir kali memegang Stick
berhak untuk maju dan mengerjakan soal yang di berikan oleh guru).
c) Kegiatan Akhir
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Siswa dan guru
bersama-sama melakukan refleksi atas apa yang telah di pelajari dalam 2 kali
pertemuan, tak lupa guru juga mengingatkan pada siswa bahwa dipertemuan
mendatang akan ada tes dan materinya adalah materi yang telah di pelajari selama
2 kali pertemuan.
72
Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2014, pada
pertemuan ketiga ini sekaligus di jadikan sebagai evaluasi pada siklus 1. Adapun
waktunya adalah 2x35 menit (2 jam pelajaran) kegiatan yang dilaksanakan
meliputi :
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
untuk tes, seperti lembar soal dan jawaban. Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan berdoa dan mengabsen siswa, setelah itu guru tetap menuliskan 3 simbol
seperti biasa agar kegiatan tes dapat berjalan dengan baik dan untuk mengantisipasi
perilaku siswa agar tetap dapat terkontrol. Dan tak lupa guru juga menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak di capai.
b) Kegiatan Inti
Guru mengingatkan kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah di
laksanakan dalam 2 kali pertemuan sebelumnya, materi apa saja yang telah
diajarkan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
yang belum jelas terkait dengan materi yang diajarkan. Setelah itu guru
menjelaskan bagaimana peraturan dalam mengerjakan tes, termasuk berapa lama
siswa dalam mengerjakan tes. Selanjutnya siswa mengerjakan soal tes yang
diberikan oleh guru.
Setelah mereka selesai mengerjakan soal tes maka guru kembali
memberikan permasalahan kepada siswa dan siswa berfikir secara Individu
dilanjutkan dengan siswa di bagi ke dalam kelompok diskusi untuk berdiskusi
bersama teman satu bangkunya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Guru memantau jalannya diskusi ini, Selanjutnya guru membahas apa
yang telah mereka diskusikan dan guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, dan mempelajari ulang materi.
73
c). Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir mereka kembali bermain dengan Stick untuk
membahas soal yang ada dalam tes. Dan hasil dari permainan tersebut ternyata
siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan.
4.1.3.3 Observasi
Tahap observasi dilakukan setiap kali pertemuan pada saat pembelajaran
Matematika berlangsung untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan untuk
mengetahui apakah sintaks pembelajaran dengan kolaborasi modeI pembelajaran
Think Pair Share dan Talking Stick dapat berjalan dengan baik. Observasi
dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi yang telah dibuat
berdasarkan sintak pembelajaran, dan selama kegiatan pembelajaran guru kelas
dapat menilai keterlaksanaan sintaks menggunakan lembar observasi yang
diberikan.
Sintaks pembelajaran dibuat agar selesai tiap kali pertemuan. Dengan
menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran yang
telah disesuaikan dengan sintaks kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share
dan Talking Stick. Adapun aspek penilaian dalam lembar observasi ada 25.
Observer yang tidak lain adalah guru kelas 3 kembali mengamati jalannya
pembelajaran di dalam kelas. Apakah sintaks pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan baik dan secara keseluruhan atau tidak. Dari hasil observasi, berikut ini
disajikan tabel keterlaksanaan Sintaks pembelajaran Matematika dengan
kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick.
74
Tabel 4.5
Tabel Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick Siklus 2 Pertemuan Ke- 1
No Sintaks yang
harus
dilaksanakan
Sintaks
yang
terlaksana
Presentase
%
Sintaks
yang tidak
terlaksana
Presentase
%
1 25 25 100% 0 0%
Jumlah 25 25 100% 0 0%
Pada pertemuan 1 Siklus 2 seluruh sintaks dari model pembelajaran
kolaborasi Think Pair Share dan Talking Stick telah dilaksanakan semua. Aspek
Penilaian lainnya yang tidak termasuk dalam sintaks juga dapat terlaksana tanpa
ada yang terlewatkan.
Penelitian berikutnya yaitu pada Siklus 2 pertemuan 2. Kali ini peneliti
juga masih menggunakan lembar observasi yang sama dengan pertemuan
berikutnya. Agar keterlaksaan sintak dan aspek penilaian lainnya dapat terlihat
apakah sudah ada perbedaan dari siklus sebelumnya atau sebaliknya.
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran dengan
model kolaborasi Think Pair Share dan Talking Stick maka pada pertemuan kedua
siklus 2 dapat digambarkan sebagai berikut:
75
Tabel 4.6
Tabel Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick Siklus 2 Pertemuan Ke- 2
No Sintaks yang
harus
dilaksanakan
Sintaks
yang
terlaksana
Presentase
%
Sintaks
yang tidak
terlaksana
Presentase
%
1 25 25 100% 0 0%
Jumlah 25 25 100% 0 0%
Pada pertemuan ke 2 Siklus 2 ini seluruh sintaks telah guru lakukan
dengan baik, keseluruhan aspek penilaian dan sintaks pembelajaran telah
dilaksanakan guru dan siswa dengan baik.
Penelitian ini berlanjut hingga ke pertemuan terakhir di siklus 2.
Pertemuan terakhir ini sekaligus dijadikan evaluasi pembelajaran pada siklus 2.
Maka pada pertemuan ketiga dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
76
Tabel 4.7
Tabel Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Think Pair Share dan
Talking Stick Siklus 2 Pertemuan Ke- 3
No Sintaks yang
harus
dilaksanakan
Sintaks
yang
terlaksana
Presentase
%
Sintaks
yang tidak
terlaksana
Presentase
%
1 25 25 100% 0 0%
Jumlah 25 25 100% 0 0%
Pada pertemuan ketiga ini merupakan puncak dari keberhasilan penerapan
model Think Pair Share dan Talking Stick. Guru melaksanakan seluruh sintak
pembelajaran dengan baik tanpa ada yang terlewatkan. Kegiatan evaluasi berjalan
dengan baik, siswa mengerjakan soal dengan memanfaatkan waktu dengan tepat.
4.1.3.4 Refleksi
Penerapan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking
Stick dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Siswa kelas 3 SD Negeri
Kaliwungu 03 juga terlihat dapat mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik,
Selain itu siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan yang terjadi pada
setiap siklusnya.
Meskipun demikian masih ada siswa yang mengobrol dengan teman
sebangkunya ketika guru menjelaskan materi di depan kelas dan untuk mengatasi
hal tersebut maka guru menegur dan menasehati siswa dengan mengatakan bahwa
akan ada nilai tambahan yang di tulis di depan kelas bagi anak yang dapat
mendengarkan penjelasan dari guru dan menjawab pertanyaan dengan baik. Selain
77
itu, pada siklus 2 ini siswa sudah berani dengan lebih percaya diri menjawab
pertanyaan dari guru dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Permainan Talking Stick juga berjalan dengan baik siswa sudah tidak memiliki
ketakutan dalam menjawab pertanyaan.
4.2 Hasil Penelitian
Selama penelitan berlangsung peneliti mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam pelaporan hasil penelitian tindakan kelas ini. Cara
mengumpulkan hasil penelitian dengan melakukan tes akhir siklus dan observasi
saat pembelajaran berlangsung.
4.2.1 Deskripsi Data
Pada penelitian tindakan kelas ini data yang dicari adalah data hasil
belajar matematika siswa selama penerapan kolaborasi model pembelajaran Think
Pair Share dan Talking Stick di dalam kelas. Adapun deskripsi data untuk setiap
siklus adalah sebagai berikut :
4.2.1.1 Data Siklus 1
Data yang ditulis dalam setiap siklus yaitu data hasil belajar Matematika
siswa kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten
Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Data hasil belajar matematika
siswa diperoleh pada tes hasil belajar di setiap akhir siklus.
Dengan nilai tertinggi adalah 90 sedangkan nilai terendah adalah 50.
Dan siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (KKM=63) adalah sebanyak 9
siswa atau sekitar 64,28%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 5 siswa atau sekitar 35,72%. Untuk lebih jelasnya maka dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
78
Tabel 4.8
Tabel Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Siswa Kelas 3 SD
Negeri Kaliwungu 03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2013-2014
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 9 64,28%
2 Tidak Tuntas 5 35,72%
4.2.1.2 Data Siklus 2
Dalam siklus 2 data yang diambil sama dengan siklus 1, yaitu nilai hasil
belajar Matematika. Data tersebut diperoleh setelah mereka mengerjakan hasil
evaluasi pembelajaran dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Think
Pair Share dan Talking Stick. Siswa yang sudah dapat mencapai KKM yang
ditentukan sebanyak 12 siswa dan 2 siswa yang lain belum dapat mencapai
standar KKM yang ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dengan melihat
tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Tabel Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus 2 Siswa Kelas 3 SD
Negeri Kaliwungu 03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2013-2014
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 12 85,71%
2 Tidak Tuntas 2 14,29%
79
4.2.2 Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis
ketuntasan dan analisis deskriptif komparatif. Adapun penjelasan lebih rinci
adalah sebagai berikut:
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan
Ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan Tabel Siklus 1 yang telah ditulis dapat
diukur dengan menggunakan KKM 63 maka yang telah mencapai KKM adalah 9
siswa atau 64,28% sedangkan yang nilainya dibawah KKM adalah 5 siswa atau
35,72%. Nilai Maksimum 90, nilai minimum 50, dan rata-ratanya adalah 70.
Berikut ini tabel ketuntasan belajar siswa siklus 1 :
Tabel 4.10
Tabel Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 1 Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03 Semester 2
Tahun Pelajaran 2013-2014
Ketuntasan belajar Jumlah Presentase
Tuntas 9 64,28%
Belum Tuntas 5 35,72%
Jumlah 14 100%
Nilai Maksimum 90
Nilai Minimum 50
Rata-Rata 70
80
Ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan Tabel Siklus 2 juga dapat
diukur dengan menggunakan KKM 63 maka yang telah mencapai KKM adalah 12
siswa atau 64,28% sedangkan yang nilainya dibawah KKM adalah 2 siswa atau
35,72%. Nilai Maksimum 100, nilai minimum 60, dan rata-ratanya adalah 80.
Berikut ini tabel ketuntasan belajar siswa siklus 2 :
Tabel 4.11
Tabel Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 2 Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03 Semester 2
Tahun Pelajaran 2013-2014
Ketuntasan
belajar
Jumlah Presentase
Tuntas 12 85,71%
Belum Tuntas 2 14,29%
Jumlah 14 100%
Nilai Maksimum 100
Nilai Minimum 60
Rata-Rata 80
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat jumlah siswa yang tuntas adalah 12
siswa atau 85,71% sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM 63 sebanyak 2
siswa atau 14,29% dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 60. Rata-rata
nilai kelas adalah 80.
81
4.2.2.2 Analisis Deskriptif Komparatif
Untuk mengetahui apakah ada perubahan hasil belajar Matematika siswa
pada setiap siklus maka data dapat dilihat pada tabel perbandingan ketuntasan
hasil belajar Matematika Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 berikut ini :
Tabel 4.12
Tabel Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra
Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2
No Nilai Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah
siswa
Persen
(%)
Jumlah
siswa
Persen
(%)
Jumlah
siswa
Persen
(%)
1 Tuntas 4 28,57% 9 64,28% 12 85,71%
2 Tidak
Tuntas
10 71,43% 5 35,72% 2 14, 29%
Jumlah 14 100% 14 100% 14 100%
Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel dapat dilihat
adanya peningkatan jumlah ketuntasan hasil belajar siswa kelas 3 dalam mata
pelajaran Matematika, terbukti untuk hasil ketuntasan belajar sebelum tindakan
hanya ada 4 siswa yang tuntas, keempat siswa ini pada dasarnya memang
tergolong siswa yang cerdas sehingga mereka dapat memahami pelajaran
meskipun dalam guru menjelaskan menggunakan model konvensional.
Namun, setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menerapkan
kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick terjadi
peningkatan dimana siswa yang tuntas menjadi 9 siswa atau 64,28% yang artinya
82
9 siswa ini telah mampu menyerap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada
siklus 1. Sementara pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas berjumlah 12 siswa
atau 85,71%. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan kolaborasi
model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick dpat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini :
Gambar.4.1
Gambar Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus
1, dan Siklus 2 SDNegeri Kaliwungu 03
Berdasarkan pada Gambar diatas terlihat bahwa pembelajaran dengan
menggunakan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Kaliwungu
03, Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran
2013/2014. Pada pra siklus prosentase siswayang mencapai KKM 63 adalah 40%
sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 71,42%.
Kemudian guru mulai menerapkan pembelajaran dengan Kolaborasi
model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick pada siklus 1 siswa yang
83
belum tuntas adalah 35,72% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya
sebanyak 64,28%, yang artinya indikator kinerja dalam siklus 1 belum mencapai
indikator kinerja yang di tetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai
di atas 63. Sehingga pembelajaran berlanjut ke siklus 2 dengan menerapkan
kembali kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick.
Sehingga, pada siklus 2 dengan menerapkan kolaborasi model
pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick pada pembelajaran yang
berlangsung maka siswa yang tuntas menjadi 85,71% dan yang belum tuntas
adalah 14,29%. Dengan demikian, pada proses pembelajaran pada siklus 2 ini
sudah mencapai indikator kerja yang ditetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa yang
mendapatkan nilai diatas 63, sehingga tampak jelas bahwa kegiatan penelitian ini
harus dihentikan pada siklus 2.
4.3 Pembahasan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas 3 SD Negeri
Kaliwungu 03, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Semester 2 tahun
pelajaran 2013/2014 dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Think
Pair Share dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri
Kaliwungu 03, Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
Pada pra siklus persentase siswa yang mencapai KKM 63 adalah 29%
sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 71%. Artinya hanya ada 4 siswa
yang berhasil mencapai KKM yang ditetapkan. Dan 10 diantaranya belum bisa
mencapai KKM yang ditetapkan.
Hal ini disebabkan karena ke empat siswa yang dapat mencapai KKM
memang siswa yang memiliki daya tangkap yang cepat terhadap materi, selain itu
mereka juga rajin untuk selalu berlatih mengerjakan soal yang diberikan guru.
Kemudian guru mulai menerapkan pembelajaran dengan Kolaborasi
model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick pada siklus 1 dan siklus
2. Dengan diterapkannya model pembelajaran kolaborasi Think Pair Share dan
84
Talking Stick ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri
Kaliwungu 03. Berikut adalah diskripsi dari pembelajaran Siklus 1 pertemuan 1
hingga siklus 2 pertemuan ke 3.
4.3.1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan, 2 kali
pertemuan guna menyampaikan materi pembelajaran dan 1 kali pertemuan diakhir
Siklus digunakan untuk tes akhir Siklus 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penjelasan masing-masing pertemuan berikut ini :
1. Pertemuan pertama
Pada pertemuan 1 Siklus 1 seluruh sintaks dan aspek penilaian yang ada
pada lembar observasi dari model pembelajaran kolaborasi Think Pair Share dan
Talking Stick telah dilaksanakan secara keseluruhan. Mulai dari pembukaan
pembelajaran hingga kegiatan akhir atau penutup dari pembelajaran pada siklus 1.
Hanya saja masih ditemui beberapa kendala dalam pembelajaran, diantaranya
yaitu ketika guru memberikan permasalahan kepada siswa, siswa masih terlihat
bingung dan tak tahu apa yang harus dilakukan, hal ini terjadi karena siswa
merasa asing dengan model pembelajaran yang diterapkan siswa dituntut aktif
dalam berfikir, tentu saja permasalahan itu membuat siswa menjadi tidak
berkonsentrasi dengan pelajaran dan menyita banyak waktu.
Meskipun demikian guru dapat mengatasi nya dengan menjelaskan
secara berulang-ulang agar siswa lebih paham dan mengerti apa yang harus
dilakukan. Selain itu kendala yang kedua yaitu pada sintaks menjawab
permasalahan yang guru berikan siswa juga masih terlihat pasif dan jawaban
mereka juga belum tertuju atau sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru.
Hal ini disebabkan karena siswa memang tidak terbiasa sama sekali untuk tunjuk
jari dan menjawab pertanyaan tanpa rasa malu dan takut, Sehingga guru meminta
siswa untuk meletakkan tangan diatas kepala apabila siswa mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara ini dirasa mampu mengurangi
85
rasa malu, dan takut siswa, serta agar dapat membiasakan siswa lebih aktif di
dalam kelas.
Selain itu, pada sintaks diskusi bersama dengan teman satu bangkunya
masih dijumpai siswa yang asik mengobrol dengan teman, sehingga
mengakibatkan hasil diskusi yang di peroleh juga kurang maksimal. Setelah
mereka berdiskusi lalu guru memberikan penjelasan terkait materi dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca ulang materi sebelum
mereka bermain Talking Stick, pada tahap ini juga masih terlihat beberapa siswa
justru melamun dan tidak melaksanakan apa yang guru perintahkan. Guru kembali
memberikan penjelasan berulang-ulang agar siswa lebih mengerti apa yang harus
dilakukan. Selanjutnya pada tahap permainan dengan Stick juga ditemui kendala,
ini merupakan pertama kalinya siswa bermain Talking Stick sehingga mereka
merasa bingung dan takut dalam menjawab, selain itu guru juga kurang
mempersiapkan alat yang dibutuhkan seperti tipe recorder. Guru berfikir bahwa
di sekolah sudah disediakan tipe yang dapat digunakan di dalam kelas namun
ternyata sekolah tidak memiliki tipe yang dapat digunakan guru di dalam kelas,
dan dari kekurangan inilah maka guru memutuskan bahwa cara dalam permainan
Talking Stick sedikit berbeda dari biasanya, siswa kelas 3 diminta untuk bernyanyi
lagu yang mereka tentukan sambil menggulirkan Stick dari teman satu ke teman
yang lain. Guru pun memutuskan bahwa permainan Talking Stick dengan metode
siswa bernyanyi akan selalu di terapkan hingga penelitian ini selesai pada akhir
Siklus 2. Itulah beberapa kendala yang ditemui pada pertemuan pertamama.
Peneliti akan melakukan perbaikan pada pertemuan berikutnya.
2. Pertemuan Kedua
Keseluruhan sintaks dapat terlaksana dengan baik, hanya saja ketika guru
mencoba membagi kelompok dengan cara berhitung, siswa kembali mulai terlihat
bingung, karena pembelajaran sebelumnya bersama dengan guru kelas 3 mereka
jarang sekali belajar dengan metode diskusi sehingga hal tersebut menyulitkan
siswa dalam membentuk kelompok. Namun peneliti dapat mengatasi hal ini
86
dengan membagi kelompok secara acak. Pembelajaran pada pertemuan 2 ini
dimulai dari guru memberikan permasalahan kepada siswa dan siswa diminta
untuk berfikir secara individu dalam menyelesaikan persoalan yang guru berikan,
pada tahap ini siswa sudah mulai mengerti dan melaksanakan apa yang
diperintahkan guru, meskipun demikian namun masih juga dijumpai siswa yang
tidak mendengar apa yang di perintahkan guru karena melamun. Pada sintaks
diskusi dengan teman satu bangku siswa mulai terlihat aktif mencari solusi atas
persoalan yang guru berikan.
Siswa jugamulai terlihat aktif ketika menyampaikan hasil diskusi dengan
teman satu bangkunya, hal ini di karenakan guru memberikan motivasi dengan
poin. Sehingga mereka akan mendapat poin 10 setiap menjawab pertanyaan
dengan benar, hal ini dilakukan agar siswa menjadi lebih aktif dari biasanya.
Ternyata memang benar siswa menjadi lebih aktif dalam menjawab pertanyaan
meskipun juga masih terlihat malu dan canggung. Kendala lain yang dijumpai
juga masih kendala yang sama yaitu rasa takut dalam bermain Talking Stick.
Mereka masih takut salah dalam menjawab pertanyaan yang guru berikan.
Seluruh kendala akan dijadikan bahan evaluasi oleh guru agar, pelaksanaan
pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik.
3. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga ini, guru tidak melaksanakan seluruh sintaks
pembelajaran. dikarenakan ada beberapa yang terlupakan karena pada pertemuan
ketiga ini guru terfokus pada kegiatan evaluasi pembelajaran. sebelum permainan
dengan talking stick guru lupa tidak memberikan waktu kepada siswa untuk
memahami ulang materi, namun meskipun demikian hanya dijumpai 2 orang
siswa saja yang tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru, selain itu hal lain
yang terlupakan adalah guru hanya meminta siswa untuk berfikir secara individu
tanpa dilibatkan dalam kelompok diskusinya.
Meskipun sintaks pembelajaran tidak di lakukan secara keseluruhan sama
seperti pertemuan sebelumnya, dikarenakan siswa harus melaksanakan kegiatan
87
evaluasi siklus 1 namun pada pertemuan ketiga ini siswa sudah mulai terlihat
tidak canggung dan grogi lagi dalam menyampaikan pendapatnya di depan kelas.
Kegiatan evaluasi juga berjalan dengan baik, tanpa terlihat sedikitpun siswa
berdiskusi dalam proses pelaksanaan tes.
Sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus 1 meningkat dari
perolehan hasil belajar sebelumnya. Meskipun belum seluruh siswa dapat
mencapai KKM, siswa yang belum tuntas adalah 35,72% sedangkan siswa yang
tuntas dalam belajarnya sebanyak 64,28%, walaupun belum bisa mencapai
indikator yang ditetapkan yaitu 80% , Namun terjadinya peningkatan jumlah
ketuntasan siswa yang semula hanya ada 4 siswa yang tuntas namun setelah
kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick ini diterapkan
menambah jumlah ketuntasan siswa yaitu menjadi 9 siswa yang mampu mencapai
KKM.
Dikatakan belum berhasil karena memang pada saat pelaksanaan siklus 1
guru masih menemui banyak kekurangan diantaranya siswa tidak terbiasa dengan
permainan, dan bekerja pada kelompok diskusi pada saat pembelajaran
berlangsung, siswa bingung apa yang harus dilakukan, belum dapat berfikir kritis
dan memberikan jawaban sesuai dengan apa yang diinginkan guru. Sehingga
berakibat siswa belum mampu menyerap materi dengan baik.
4.3.2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2
Pelaksanaan Siklus 2 tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pada Siklus 1.
Perbedaan antara Siklus 1 dan Siklus 2 ini adalah pada Siklus 1 masih ditemui
beberapa kerurangan-kekurangan, namun dalam Siklus 2 guru sudah belajar dari
kekurangan pada Siklus 1 sehingga pada Siklus 2 pembelajaran yang dilaksanakan
sudah lebih baik dibandingan dengan Siklus sebelumnya. Berikut adalah
penjelasan lebih rinci pada tiap-tiap pertemuan di Siklus 2.
1. Pertemuan pertama
88
Pada pertemuan 1 Siklus 2 seluruh sintaks dan aspek penilaian yang ada di
lembar observasi dari model pembelajaran kolaborasi Think Pair Share dan
Talking Stick telah dilaksanakan seluruhnya oleh peneliti. Ada 25 aspek yang
dinilai pada lembar observasi dan termasuk didalamnya adalah sintaks dari model
pembelajaran kolaborasi Think Pair Share dan Talking Stick. Mulai dari
pemberian permasalahan di awal pembelajaran hingga presentasi hasil diskusi
oleh siswa dengan melalui permainan Stick.
Guru memulai pembelajaran dengan memberikan persoalan atau
permasalahan kepada siswa dilanjutkan siswa berfikir secara individu untuk
menjawab pertanyaan yang guru berikan. Pada tahap ini siswa sudah mulai
terlihat tidak bingung seperti pada siklus 1, sedikit demi sedikit siswa mulai
terbiasa dengan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran. Selanjutnya guru
membagi siswa dalam kelompok, dalam pembagian kelompok ini guru
membaginya secara berfariatif sehingga siswa tidak jenuh dan bosan dengan
patnernya.
Satu kelompok 2 orang mereka berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalahan yang sama, guru memantau bagaimana jalannya diskusi, kemudian
Guru memberikan Stick pada salah seorang kelompok dimana siapa yang
mendapatkan Stick maka diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, dalam tahapan ini siswa sudah tidak terlihat malu dan canggung dalam
berpendapat di depan kelas. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memahami ulang materi sebelum dilaksanakannya permainan Stick.
Ketika mereka sudah siap, barulah permainan Stick dapat dimulai, Ini pertama
kalinya permainan Stick dengan modifikasi di terapkan, yaitu dengan pemberian
score pada siswa yang mampu menjawab.
Meskipun masih terlihat agak takut namun setidaknya cara ini dapat
memberikan siswa motivasi dalam menjawab. Pada akhir pembelajaran guru
memberikan refleksi mengenai bagaimana pembelajaran yang telah dilaksanakan
di dalam kelas.
89
2. Pertemuan kedua
Pada pertemuan ke 2 Siklus 2 ini seluruh sintaks telah guru lakukan
dengan baik, siswa juga sudah terlihat berantusias dapat menjawab pertanyaan
dari guru. Selain itu siswa juga mulai senang belajar dengan teman satu
bangkunya sehingga mereka dapat saling bertukar pendapat dalam menyelesaikan
soal yang diberikan guru. Bahkan motivasi dan antusiasme siswa mulai terlihat di
pertemuan 2 siklus 2 ini. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan meningkat dari pertemuan sebelumnya dimana siswa harus di pancing
dengan poin 10 barulah siswa mau bertanya. Namun pada pertemuan dua ini
peneliti sudah tidak menggunakan cara itu lagi siswa sudah dengan otomatis aktif
bertanya dan menjawab.
Tanpa di ingatkan mereka meminta guru dengan segera memulai
permainan Talking Stick itu berarti siswa telah terbiasa dengan proses
pembelajaran dengan kolaborasi model Think Pair Share dan Talking Stcik di
dalam kelas. Hanya saja pada pertemuan kali ini kekurangan nya adalah Guru
tidak meneliti kembali bahan yang digunakan untuk pembuatan media
pembelajaran sehingga ada 2 anak yang terpaksa menggunakan kertas yang
berwarna berbeda dalam pembuatan media pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran guru dan siswa memberikan refleksi secara
bersama-sama. Dan penelitian ini berlanjut hingga ke pertemuan terakhir di siklus
2. Pada pertemuan terakhir ini juga guru jadikan sebagai evaluasi pembelajaran
pada siklus 2.
3. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga ini merupakan puncak dari keberhasilan penerapan
model Think Pair Share dan Talking Stick. Guru melaksanakan seluruh sintak
pembelajaran dengan baik tanpa ada yang terlewatkan. Kegiatan evaluasi berjalan
90
dengan baik, siswa mengerjakan soal dengan memanfaatkan waktu dengan tepat.
Rasa canggung dalam berpendapat sudah tidak lagi dijumpai pada siswa,
ketakutan dalam bermain Stick serta proses diskusi pembagian kelompok pun
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Maka dapat dikatakan bahwa pertemuan
terakhir ini adalah puncak keberhasilan dari kolaborasi model pembalajaran Think
Pair Share dan Talking Stick.
Pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas adalah 12 siswa atau 85,71% dan
yang belum tuntas hanya ada 2 siswa atau 14,29%. Jika dibandingkan dengan
indikator kinerja 80% siswa tuntas, persentase ketuntasan pada siklus 2 ini lebih
besar dari indikator kinerja, oleh karena itu pembelajaran pada siklus 2 ini dapat
dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan pada siklus 2. Pelaksanaan
sintaks pembelajaran pada siklus 2 juga dapat berjalan dengan baik.
Siswa yang tuntas dapat menyerap materi pembelajaran dengan baik
dikarenakan pada siklus 2 siswa sudah terbiasa dengan kolaborasi model
pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick dengan belajar dari siklus1,
sedangkan 2 orang siswa yang tidak tuntas dikarenakan mereka belum bisa
menyerap materi yang disajikan dengan pembelajaran yang diterapkan, karena hal
ini belum terbiasa mereka lakukan.
Penerapan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking
Stick dapat meningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru pada saat pembelajaran berlangsung. Secara bertahap siswa menjadi lebih
aktif dalam kegiatan di kelas, siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan materi
pelajaran dari guru, namun dengan pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat
berfikir kritis, menyelesaikan permasalahan yang guru berikan dengan teman
sebangkunya, mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan dari guru
di depan kelas, dan mempresentasikan hasil diskusi.
Disamping itu, mereka juga dapat saling bertukar pikiran bersama dengan
teman satu kelompoknya. Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
penerapan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick
91
juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, tidak hanya belajar matematika
dengan angka namun dengan diskusi, presentasi, berfikir kristis dalam
menyelesaikan permasalahan, mengembangkan kreativitas, dan permainan.
Dengan cara ini siswa dapat belajar berpikir secara analitis, dan sistematis.
Serta dapat menumbuhkan kepedulian setiap anggota kelompok untuk saling
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Sehingga dari beberapa efek
positif tersebut maka hasil belajar siswa pun menjadi meningkat.