bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 hasil...
TRANSCRIPT
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Penelitian
Secara umum, proses rancangan dan pelaksanaan dari penelitian ini
dimulai sejak bulan Januari - Maret. Penelitian ini dilakukan dalam tahapan
yang cukup panjang mulai dari perizinan sampai mengenalkan model yang
akan diteliti kepada guru dan terakhir samapi pelaksanaan postes. Saat
memohon izin dengan pihak sekolah tidak ada kendala yang terjadi. Berikut
adalah jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan di SD Negeri 01 Bonyokan :
Tabel 23
Jadwal Kegiatan Penelitian di SD Negeri 01 Bonyokan
No Hari, tanggal Kegiatan
1 Rabu, 7 Januari 2015 Menemui Kepala Sekolah untuk meminta izin
melakukan penelitian dan observasi kondisi sekolah.
2 Selasa, 10 Februari
2015
Menemui guru untuk meminta bantuan dalam kegiatan
penelitian
3 Sabtu, 28 Februari
2015
Melakukan uji soal pada 31 siswa di SDN 5 Dimoro,
Grobogan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrument soal tes.
4 Sabtu,7 Maret 2015 Mengenalkan model yang akan digunakan serta
menjelaskan prosedur yang dilakukan dalam model
yang diteliti dengan memberikan RPP yang akan
digunakan untuk treatment.
5 Sabtu, 14 Maret 2015 Melakukan uji pretes di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
6 Senin, 23 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 1 dan 2 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model PBL di
kelas eksperimen
7 Selasa, 24 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 3 dan 4 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model PBL di
kelas eksperimen
8 Rabu, 25 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 1 dan 2 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model TPS di
kelas kontrol
9 Kamis, 26 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 3 dan 4 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model TPS di
kelas kontrol
10 Sabtu, 28 Maret 2015 Melakukan postes di kelas kontrol dan eksperimen.
Berpamitan dan ucapan terima kasih terhadap
pihak sekolah atas dukungan terhadap kegiatan
penelitian yang dilakukan.
60
Jadwal tersebut merupakan panduan yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian. Namun, jadwal tersebut sifatnya dapat menyesuaikan
dengan waktu dari pihak sekolah yang terkait. Dalam hal ini, baik kepala
sekolah maupun guru yang bersangkutan cukup kooperatif dalam membantu
mulai dari tahap awal sampai pelaksanaan kegiatan penelitian lapangan,
khususnya membantu mengkondisikan waktu dan materi.
Saat mengenalkan model yang akan digunakan dalam penelitian,
diketahui bahwa guru sudah cukup mengenal dengan baik langkah-langkah
dalam model TPS maupun PBL. Guru juga cukup kreatif dalam
mengembangkan pembelajaran dengan model dan taktik tertentu. Dengan
demikian, diharapkan guru tidak mengalami kendala dalam
mengimplementasikan pembelajaran saintifik dengan menggunakan model
PBL maupun TPS.
Pembelajaran dilaksanakan 4 kali sesuai banyaknya pembelajaran yang
bermuatan IPA dalam subtema 2 tema tempat tinggalku. Ada 12 Indikator yang
akan digunakan dalam 4 kali pembelajaran dalam tiap kelas. Guru dalam
mengajar menggunakan panduan dari RPP yang dibuat secara rinci oleh
peneliti. RPP dibuat dengan rinci agar tidak menimbulkan penafsiran makna
dari pihak guru
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Treatment yang diberikan di kelas 4B sebagai kelas eksperimen adalah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model PBL pada muatan
IPA subtema 2 tema tempat tinggalku. Treatment dilakukan pada hari Senin-
Selasa tanggal 23-24 Maret 2015. Berikut adalah uraian hasil pelaksanaan
treatment:
1) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 1
Dilaksanakan pada hari Senin 23 Maret 2015 pukul 07.30-09.00 dengan
Indikator : 1) Mengidentifikasi contoh kegiatan pelestarian lingkungan yang
memanfaatkan teknologi. 2) Mengidentifikasi jenis-jenis sampah, 3)
menjelaskan proses pengolahan sampah melalui teknologi pengolahan sampah,
4)Menjelaskan manfaat teknologi pengolahan sampah bagi ingkungan dan
61
masyarakat. Jumlah siswa yang hadir ada 25. Materi ini mengharuskan anak
mampu membedakan jenis-jenis sampah, mampu menjelaskan teknik
pengolahan sampah berdasarkan jenisnya dan manfaat pengolahan sampah bagi
masyarakat dan lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengamati
bungkus jajanan yang dibawa guru, Siswa diajak melakukan demonstrasi
sederhana meremas sampah untuk membedakan sampah yang mudah hancur
dan tidak hancur. Kemudian guru menggali pengetahuan siswa tentang
sampah-sampah di sekitarnya. Lalu ditampilkan video tentang bahaya sampah
berlebihan terhadap lingkungan. Setelah itu, guru menyampaikan permasalahan
yang harus dipecahkan siswa yaitu bagaimana mengatasi sampah yang ada di
lingkungan siswa agar tidak membahayakan lingkungan. Siswa kemudian
dibagi ke dalam kelompok dan melakukan pembelajaran mandiri tentang
teknik pengolahan sampah. Guru kemudian membagikan LKS yang isinya
meminta siswa membuat rencana pengolahan terhadap sampah yang ada di
sekitarnya. Siswa antusias dalam membuat rencana pengolahan sampah.
Setelah itu tiap kelompok melakukan presentasi dan guru menilai apakah
rencana pengolahan sampah yang dibuat tiap kelompok sudah benar/belum.
Sikap yang ditanamkan dalam pembelajaran ini adalah menghargai lingkungan
Secara umum, pembelajaran berlangsung kondusif.
2) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 2
Pembelajaran 2 dilaksanakan pada hari yang sama pukul 09.30-11.00
dengan indikator : 1) Mengidentifikasi contoh pemanfaatan teknologi dalam
kegiatan pelestarian makhluk hidup, 2) Mendeskripsikan proses pembuatan
transplantasi terumbu karang, 3) Menemukan konsep teknologi di lingkungan sehari-
hari, 4) Mengidentifikasi jenis teknologi yang digunakan dalam pembuatan peralatan
sehari-hari. Ada dua pokok pembahasan yaitu tentang teknologi pelestarian
terumbu karang dan teknologi di kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan pembahasan teknologi dalam pelestarian terumbu karang. Guru
menampilkan video tentang penangkapan ikan menggunakan bom. Setelah itu,
guru menggali pemahaman siswa tentang masalah yang ditimbulkan dari
penangkapan ikan dengan menggunakan bom. Pemahaman siswa diarahkan
62
menuju rusaknya terumbu karang akibat penangkapan ikan menggunakan bom.
Setelah itu guru menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa
yaitu bagaimana cara mengembangbiakkan terumbu karang dengan cepat untuk
mengatasi kerusakan terumbu karang akibat bom. Siswa dalam kondisi masih
dalam kelompok kemudian mereka berdiskusi tentang cara
mengembangbiakkan terumbu karang. Sesuai dengan materi yang mereka
temukan, mereka berdiskusi tentang teknik transplantasi terumbu karang untuk
mengatasi permasalahan yang diajukan guru. Tiap kelompok membuat narasi
tentang transplantasi terumbu karang sesuai informasi yang mereka kumpulkan
dalam diskusi. Kegiatan dilanjutkan dengan pokok bahasan yang kedua yaitu
teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan diawali dengan
mengamati kedelai dan tempe yang dibawa guru. Melalui pengamatan tempe
dan kedelai, siswa mendapatkan pemahaman bahwa teknologi berguna untuk
membantu manusia mengolah SDA menjadi benda yang berguna bagi
manusia. Kemudian guru menunjukkan kertas dan kursi kayu. Guru meminta
siswa menunjukkan perbedaan dari kedua benda tersebut untuk mendapatkan
definisi antara teknologi sederhana dan modern. Setelah itu, guru
menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa yaitu menemukan
benda-benda di kelas yang dibuat dengan teknologi sederhana dan modern
beserta mengidentifikasi bahan dasarnya. Guru kemudian membagikan LKK
pada tiap kelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan
masalah yang diberikan guru. Kegiatan ini diikuti siswa dengan penuh antusias.
Mereka menjadi lebih tertarik dengan benda-benda di kelas. Kegiatan diskusi
berjalan dengan menyenangkan dan cukup kondusif. Media video dan benda
nyata sangat menunjang dalam proses pembelajaran.
3) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 3
Pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Maret 2015 pukul
07.30-09.00 dengan indikator 1) Membandingkan pemanfaatan teknologi sederhana
dan modern, 2) Menyebutkan perbedaan teknologi sederhana dan modern. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan menyanyi lagu prau layar kemudian dilanjutkan
kegiatan membaca berantai wacana tentang pembuatan perahu tradisional dan
63
kapal. Setelah itu, guru menampilkan video tentang kesulitan yang dialami
anak-anak di suatu daerah yang harus berenang menyeberangi sungai untuk
pergi ke sekolah. Setelah itu, guru mengajukan permasalahan “ apa yang akan
kamu lakukan untuk membantu anak-anak itu agar tidak perlu berenang
menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah?” dengan permainan Jika Aku
Menjadi. Tiap kelompok diminta berperan seolah-olah mereka adalah pemilik
perusahaan yang ingin membantu anak-anak yang kesulitan tersebut. Tiap
kelompok diminta memilih untuk membantu dengan membuatkan kapal atau
perahu lalu menceritakan proses pembuatannya. Guru juga meminta tiap
kelompok menggambar rancangan perahu/kapal yang akan mereka
sumbangkan. Selanjutnya guru meminta tiap kelompok melakukan presentasi
untuk menawarkan bantuan yang akan mereka berikan. Kegiatan ini diikuti
siswa dengan antusias. Secara tidak langsung mereka mempelajari cara
pembuatan kapal dan perahu tetapi juga berlatih sikap kepedulian terhadap
orang lain. Anak juga berlatih mempertahankan pendapatnya karena guru juga
menguji alasan mereka dalam membuat sesuatu. Melalui kegiatan ini pula,
siswa dapat menunjukkan perbedaan kapal dengan perahu dari segi teknologi
pembuatannya dan kegunaannya.
4) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 4
Pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari yang sama pukul 09.30-11.00
dengan indikator 1) Menyebutkan jenis teknologi yang digunakan dalam pembuatan
alat permainan tradisional, 2) Menjelaskan hubungan antara teknologi, SDA dan
lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan menghias layang-
layang sebagai salah satu permainan tradisional. Guru juga mengajarkan sikap
yang baik dalam bermain seperti bertanggung jawab, sportif dan berani. Lalu,
guru melakukan kuis sederhana berupa lomba menyebutkan permainan
tradisional sebanyak-banyaknya. Anak menjadi tertarik dan antusias.
Selanjutnya, guru meminta beberapa siswa menceritakan pengalamannya
bermain permainan tradisional. Guru memberikan apresiasi bagi siswa yang
bercerita dengan berani. Kemudian, guru mengajak siswa mengamati layang-
layang yang sudah mereka hias dan meminta mereka menyebutkan bahan-
64
bahannya. Guru mengarahkan pemahaman siswa tentang penggunaan bahan
alam dalam pembuatan permainan tradisional dengan teknologi sederhana.
Guru menyampaikan permasalahan yaitu “ dapatkan anak menemukan
permainan tradisional yang menggunakan bahan dari alam dan menjelaskan
manfaatnya bagi masyarakat.” Kegiatan ini dilakukan secara individual.
Ternyata, siswa mengalami kesulitan dalam menemukan permainan tradisional
yang menggunakan bahan dari alam. Akibatnya, suasana pembelajaran menjadi
kurang kondusif.
Secara umum dari empat pembelajaran yang sudah dilakukan, guru
menguasai langkah pembelajaran yang sudah dijelaskan secara jelas dalam
RPP. Karakter siswa yang aktif menjadikan pembelajaran PBL berjalan dengan
lancar. Kegiatan tanya jawab dalam menggiring pemahaman siswa menjadikan
anak lebih memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat tentang
sesuatu. Anak juga aktif bertanya untuk sesuatu yang belum dipahami.
Kegiatan diskusi dan investigasi pemecahan masalah juga berlangsung
kondusif karena kemampuan penguasaan kelas guru yang baik. Permasalahan –
permasalahan yang ada di sekitar siswa dieksplorasi dengan baik menjadi
sumber belajar bagi anak. Dalam treatment ini, guru banyak menggunakan
media video yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Materi yang
ditampilkan dalam video itu bukan semata-mata menjadi sumber pengetahuan
yang membuat siswa tahu tentang sebuah peristiwa tetapi video tersebut
kemudian dianalisis menjadi sebuah permasalahan yang harus dipecahkan
siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Secara umum tingkat keterlaksanaan
treatment di kelas ekperimen dapat diamati pada tabel 24 berikut
65
65
Tabel 24
Keterlaksanaan Sintak di Kelas Ekperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
Kegiatan Indikator Jumlah
Item
Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Pembelajaran 3 Pembelajaran 4
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kegiatan
Awal/
Pendahuluan
1. Menyiapkan ruang kelas,
media dan siswa
2 2 - 2 - 2 - 2 -
2. Melakukan presensi dan
apersepsi
3 2 1 3 - 2 1 3 -
2. Kegiatan Inti Tahap 1. Pemberian informasi
awal (Mengamati)
2 2 - 2 - 2 - 2 -
Tahap 2. Orentasi siswa pada
masalah (Menanya)
2 2 - 2 - 2 - 2 -
Tahap 3. Mengorganisasi siswa
untuk belajar (mengumpulkan
Informasi)
3 2 1 3 - 2 1 3 -
Tahap 4 Membimbing
penyelidikan individu dan
kelompok
2 2 - 2 - 2 - 2 -
Tahap 5.Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah (Mengasosiasikan)
3 2 1 2 1 3 - 3 -
Tahap 6.Mengembangkan hasil
karya dan Menyajikan hasil
karya (Mengkomunikasikan)
4 4 - 3 1 3 1 4 -
3. Kegiatan
Akhir
3. Menutup pembelajaran
4
3
1
4
0
4
0
3
1
Jumlah 25 21 4 23 2 22 3 24 1
66
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol
Treatment yang diberikan kepada kelas kontrol berupa penerapan
pembelajaran saintifik melalui model TPS. Penerapan treatment dilakukan
dalam 4 kali pembelajaran sama halnya dengan kelas eksperimen. Treatment
dilakukan pada hari Rabu- Kamis tanggal 25-26 Maret 2015. Berikut adalah
uraian singkat hasil pelaksanaan treatment:
1) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 1
Pembelajaran 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2015 pukul
07.30-09.00 dengan Indikator : 1) Mengidentifikasi contoh kegiatan pelestarian
lingkungan yang memanfaatkan teknologi. 2) Mengidentifikasi jenis-jenis sampah, 3)
menjelaskan proses pengolahan sampah melalui teknologi pengolahan sampah, 4)
Menjelaskan manfaat teknologi pengolahan sampah bagi ingkungan dan masyarakat.
Materi ini mengharuskan anak mampu membedakan jenis-jenis sampah,
mampu menjelaskan teknik pengolahan sampah berdasarkan jenisnya dan
manfaat pengolahan sampah bagi masyarakat dan lingkungan. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan melihat video cara pengolahan sampah lalu siswa
dibentuk dalam kelompok berpasangan dengan media kertas warna. Lalu guru
membagikan LKS untuk dikerjakan siswa dalam kelompok berpasangan.
Setelah itu, guru memandu demonstrasi sederhana meremas sampah daun dan
plastik untuk memudahkan pemahaman siswa tentang sampah organik dan
anorganik. Lalu siswa membuat rencana pengolahan sampah yang ada di
sekitar rumahnya secara berpasangan. Selanjutnya dilakukan presentasi tiap
pasangan untuk menyampaikan hasil diskusinya. Secara umum kegiatan
diskusi berjalan kondusif tetapi dalam diskusi pasangan terkadang ada anak
yang pasif dan bergantung pada temannya. Aktivitas tanya jawab pun
dilakukan secara aktif oleh guru untuk menggali pemahaman siswa.
2) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 2
Pembelajaran 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2015 pukul
09.30-11.00 dengan indikator : 1) Mengidentifikasi contoh pemanfaatan teknologi
dalam kegiatan pelestarian makhluk hidup, 2) Mendeskripsikan proses pembuatan
transplantasi terumbu karang, 3) Menemukan konsep teknologi di lingkungan sehari-
67
hari, 4) Mengidentifikasi jenis teknologi yang digunakan dalam pembuatan peralatan
sehari-hari. Ada dua pokok pembahasan yaitu tentang teknologi pelestarian
terumbu karang dan teknologi di kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran
diawali dengan melihat video tentang perkembangbiakan terumbu karang
kemudian dilanjutkan diskusi berpasangan untuk menceritakan proses
perkembangbiakan melalui cara transplantasi dengan mengurutkan gambar
yang ada di buku siswa. Guru kemudian meminta beberapa pasangan untuk
menceritakan hasil diskusinya tentang cara perkembangbiakan terumbu karang
dengan teknik transplantasi. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan pada
pokok bahasan selanjutnya. Guru menunjukkan dua benda yaitu buku dan
tempe. Dari kedua benda tersebut guru menggali pengetahuan siswa dengan
tanya jawab untuk menemukan perbedaannya. Selanjutnya, siswa mampu
memperoleh definisi dari teknologi sederhana dan modern. Lalu, siswa
dibentuk kelompok secara berpasangan dan diminta untuk berdiskusi
menemukan benda-benda di kelas yang dibuat dengan teknologi sederhana dan
modern. Kemudian guru meminta beberapa pasangan menyampaikan hasil
diskusinya.
3) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 3
Pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Kamis 26 Maret 2015 pukul
09.00-11.30 dengan indikator 1) Membandingkan pemanfaatan teknologi sederhana
dan modern, 2) Menyebutkan perbedaan teknologi sederhana dan modern. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan mengamati gambar kapal dan perahu lalu
dilanjutkan membaca wacana tentang pembuatan kapal tradisional dan modern.
Guru bertanya jawab dengan siswa kemudian mengajak siswa berpikir secara
individu dalam menemukan perbedaan kapal dan perahu dari gambar yang
diamati. Lalu siswa dibentuk menjadi kelompok berpasangan dengan teman
sebangku. Mereka kemudian diberi tugas untuk berdiskusi menceritakan proses
pembuatan kapal dan perahu beserta perbedaan yang mereka temukan dari
kapal dan perahu. Kemudian beberapa pasangan diminta menyampaikan hasil
diskusinya. Pada treatment ketiga ini mulai tampak anak merasa jenuh untuk
berdiskusi berpasangan meskipun kelompok pasangannya sudah diganti
68
dengan teman yang lain. Hal itu dapat dilihat dari antusiasme mereka dalam
mengerjakan LKK yang berkurang.
4) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 4
Pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Maret 2015 pukul
11.30-13.00 dengan indikator 1) Menyebutkan jenis teknologi yang digunakan
dalam pembuatan alat permainan tradisional, 2) Menjelaskan hubungan antara
teknologi, SDA dan lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru
meminta beberapa siswa menceritakan pengalamannya bermain permainan
tradisional serta memperagakannya di depan teman-teman. Guru memberikan
apresiasi bagi siswa yang bercerita dengan berani. Kemudian, guru mengajak
siswa mengamati layang-layang yang dibawa guru dan meminta mereka
menyebutkan bahan-bahannya. Guru mengarahkan pemahaman siswa tentang
penggunaan bahan alam dalam pembuatan permainan tradisional dengan
teknologi sederhana. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok
berpasangan kemudian meminta mereka menyebutkan 5 permainan tradisional
beserta manfaatnya bagi masyarakat. Kemudian beberapa pasangan diminta
menyampaikan hasil diskusinya.
Secara umum, treatment yang dilakukan dalam pembelajaran
didominasi aktivitas diskusi berpasangan dengan media yang hampir sama
dengan kelas eksperimen yaitu berupa video pembelajaran dan benda nyata.
Dalam pembelajaran ini, peranan guru sangat penting dalam memandu
aktivitas diskusi berpasangan. Hal itu mengingat karakteristik anak dalam tiap
kelompok berbeda-beda. Kendala yang ditemukan dalam implementasi
pembelajaran saintifik dengan model TPS adalah kurangnya waktu dalam
memfasilitasi anak melakukan presentasi kelompok satu persatu. Selain itu,
dalam aktivitas diskusi ada anak yang cenderung pasif dan bergantung pada
pasangannya. Ada juga yang memilih mengerjakan sendiri tanpa menghiraukan
teman pasangannya. Untuk itu, guru harus lebih intensif dalam membimbing
diskusi kelompok. Secara umum tingkat keterlaksanaan treatment di kelas
ekperimen dapat diamati pada tabel 25 berikut
69
Tabel 25
Keterlaksanaan Sintak di Kelas Kontrol
SD Negeri 01 Bonyokan, Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
Kegiatan Indikator Jumlah
Item
Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Pembelajaran 3 Pembelajaran 4
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kegiatan
Awal/
Pendahuluan
1. Menyiapkan ruang kelas,
media dan siswa 2 2 - 2 - 2 - 2 -
2. Melakukan presensi dan
apersepsi 3 2 1 3 - 2 1 3 -
2. Kegiatan Inti Tahap 1 Menyampaikan sekilas
materi dengan media tertentu.
(Mengamati)
3 3 - 2 1 3 - 2 1
Tahap 2 Menyampaikan
pertanyaan bahan diskusi
(Menanya)
3 3 - 2 1 3 - 3 -
Tahap 3 Anak berpikir secara
individu (Mengumpulkan
Informasi)
4 3 1 4 - 4 - 3 1
Tahap 4 Berdiskusi dalam
kelompok berpasangan.
(Mengasosiasikan )
3 3 - 3 0 3 - 2 1
Tahap 5 Mengkomunikasikan
hasil diskusi
(Mengkomunikasikan)
2 1 1 2 0 2 - 2 -
3. Kegiatan
Akhir
3. Menutup pembelajaran
4
3
1
4
0
3
1
4
0
Jumlah 24 20 4 22 2 22 2 21 3
70
4.2 Data Hasil Penelitian
4.2.1 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data hasil belajar Kelas eksperimen dan kontrol berupa hasil belajar
kognitif yang terdiri dari hasil nilai pretes dan postes. Hasil Pretes didapatkan
sebelum treatment dilakukan dan berguna untuk mengetahui apakah kedua
kelas dalam kondisi setara atau tidak. Hasil Postes didapatkan setelah treatment
dilakukan. Hasil postes berguna untuk mengetahui apakah ada perbedaan
pengaruh treatment terhadap hasil belajar kognitif siswa di kedua kelas.
4.2.1.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data pretes yang telah diperoleh terlebih dahulu dibuat tabel distribusi
frekuensi. Untuk dapat membuat tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu
harus ditentukan banyaknya kelas yang terdapat dalam kelompok. Dalam
menentukan banyaknya kelas dalam distribusi frekuensi, peneliti menggunakan
aturan Sturges yang menjelaskan bahwa K = 1+ 3,3 log n dimana n adalah
banyaknya siswa. Dari ketentuan tersebut dapat dihitung bahwa banyaknya
kelas :
K = 1 + 3,3 log n ( jumlah siswa kelas kontrol+ kelas eksperimen)
K = 1 + 3,3 log ( 26+25 )
K = 1 + 3,3 log 51
K = 6,634981581123 dibulatkan menjadi 7
Tabel 26
Distribusi Frekuensi Nilai Pre tes
SD Negeri 01 Bonyokan Kecamatan Jatinom Kab. Klaten
Rentang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Jumlah Presentase Jumlah Presentase
47-53 0 0% 4 15.39%
54-59 3 12% 4 15.39%
60-66 5 20% 5 19.23%
67-73 9 36% 6 23.08%
74-79 4 16% 2 7.69%
80-86 2 8% 4 15.39%
87-92 2 8% 1 3.85%
Jumlah 25 100% 26 100%
71
Berdasarkan tabel tersebut dapat dianalisis bahwa di kelas eksperimen
tidak ada siswa dengan hasil nilai pretes yang berada pada rentang 47-53.
Selanjutnya untuk nilai dengan rentang 54-59 ada 3 anak atau sekitar 12% dari
jumlah keseluruhan. Kemudian untuk nilai dengan rentang 60-66 ada 5 anak
atau sekitar 20% dari jumlah keseluruhan. Lalu untuk nilai dengan rentang 67-
73 ada 9 anak atau sekitar 36% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya nilai
dengan rentang 74-79 ada 4 anak atau sekitar 16% dari jumlah keseluruhan.
Kemudian nilai dengan rentang 80-86 ada 2 anak atau sekitar 8% dari jumlah
keseluruhan. Lalu nilai dengan rentang 87-92 ada 2 anak atau sekitar 8% dari
jumlah keseluruhan. Jumlah total ada 25 anak karena ada 1 anak yang tidak
masuk karena sakit.
Sedangkan untuk kelas kontrol, untuk nilai dengan pretes yang berada
pada rentang 47-53 ada 4 anak atau sekitar 15,39%. Selanjutnya untuk nilai
dengan rentang 54-59 ada 4 anak atau sekitar 15,39% dari jumlah keseluruhan.
Kemudian untuk nilai dengan rentang 60-66 ada 5 anak atau sekitar 19,23%
dari jumlah keseluruhan. Lalu untuk nilai dengan rentang 67-73 ada 6 anak
atau sekitar 23,08% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya nilai dengan rentang
74-79 ada 2 anak atau sekitar 7,69 % dari jumlah keseluruhan. Kemudian nilai
dengan rentang 80-86 ada 4 anak atau sekitar 15,39% dari jumlah keseluruhan.
Lalu nilai dengan rentang 87-92 ada 1 anak atau sekitar 3,85% dari jumlah
keseluruhan. Jumlah total ada 26 anak. Untuk gambaran atas hasil pretes
tersebut dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
Gambar 2. Diagram Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
0
2
4
6
8
10
47-53 54-59 60-66 67-73 74-79 80-86 87-92
Ekperimen
Kontrol
72
4.2.1.2 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data postes yang telah diperoleh terlebih dahulu dibuat tabel distribusi
frekuensi. Untuk dapat membuat tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu
harus ditentukan banyaknya kelas yang terdapat dalam kelompok. Cara
menentukan jumlah kelas menggunakan aturan yang sama dengan distribusi
frekuensi nilai Pretes yaitu aturan Sturges.
Adapun tabel hasil distribusi frekuensi nilai postes dapat dilihat pada tabel
27 berikut ini:
Tabel 27
Distribusi Frekuensi Nilai Postes
SD Negeri 01 Bonyokan Kecamatan Jatinom Kab. Klaten
Rentang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Jumlah Presentase Jumlah Presentase
51-56 0 0% 1 3.85%
57-62 0 0% 3 11.54%
63-68 5 20% 5 19.23%
69-74 1 4% 5 19.23%
75-80 12 48% 8 30.77%
81-86 1 4% 1 3.85%
87-92 6 24% 3 11.54%
Jumlah 25 100% 26 100%
Dari tabel diatas diketahui bahwa untuk nilai postes kelas eksperimen
tidak ada siswa yang mendapat nilai diantara 51-56 dan 57-62. Untuk skor 63-
68 ada 5 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 20% dari jumlah
keseluruhan. Untuk skor 69-74 ada 1 anak yang mendapatkan skor tersebut
atau sekitar 4% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 75-80 ada 12 anak yang
mendapatkan skor tersebut atau sekitar 48% dari jumlah keseluruhan. Untuk
skor 81-86 ada 1 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 4% dari
jumlah keseluruhan. Untuk tingkat tertinggi yaitu skor 87-92 ada 6 anak yang
mendapatkan skor tersebut atau sekitar 24% dari jumlah keseluruhan. Pada
kelas eksperimen, ada 1 siswa yang tidak masuk selama treatment dan postes
dikarenakan sakit.
73
Sedangkan untuk kelas kontrol, Untuk skor 51-56 ada 1 anak yang
mendapatkan skor tersebut atau sekitar 3,85% dari jumlah keseluruhan. Untuk
skor 57-62 ada 3 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 11,54%
dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 63-68 ada 5 anak yang mendapatkan skor
tersebut atau sekitar 19,23 % dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 69-74 ada 5
anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 19,23% dari jumlah
keseluruhan. Untuk skor 75-80 ada 8 anak yang mendapatkan skor tersebut
atau sekitar 30,77% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 81-86 ada 1 anak
yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 3,85% dari jumlah keseluruhan.
Untuk tingkat tertinggi yaitu skor 87-92 ada 3 anak yang mendapatkan skor
tersebut atau sekitar 11,54% dari jumlah keseluruhan. Untuk gambaran atas
hasil postes tersebut dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
Gambar 3. Diagram Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis Deskriptif Data
Setelah pelaksanaan treatment selesai dilakukan, kemudian dilakukan
postes baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Untuk mendapatkan
gambaran tentang hasil postes yang telah didapatkan maka perlu dilakukan
analisis deskriptif. Dengan melakukan analisis deskriptif, dapat diketahui nilai
rata-rata kelas, nilai tertinggi, nilai terendah, standar deviasi dll.
Untuk melakukan analisis deskriptif peneliti menggunakan bantuan SPSS
20 for window. Berikut adalah hasil analisis deskriptif nilai postes kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
0
2
4
6
8
10
12
51-56 57-62 63-68 69-74 75-80 81-86 87-92
Eksperimen
Kontrol
74
Tabel 28
Hasil Analisis Deskriptif Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelaseksperimen 25 64 92 78.56 8.155
KelasKontrol 26 52 92 73.23 9.783
Valid N (listwise) 25
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa :
1) Pada Kelas Eksperimen terdapat nilai terendah 64 dan nilai teringgi 92
dengan rata-rata nilai adalah 78,56. Untuk standar deviasinya sebesar
8,155.
2) Pada kelas kontrol terdapat nilai terendah 52 dan nilai tertinggi 92.
Sedangkan untuk nilai rata-rata kelas kontrol adalah 73,23 dengan
standar deviasi sebesar 9,783.
4.3.2 Analisis Uji T
Analisis uji T dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan
pengaruh setelah dilakukan treatment terhadap hasil belajar siswa pada kedua
kelas. Untuk melakukan uji T, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat
yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas yang diukur menggunakan
nilai postes yang telah diperoleh.
4.3.2.1.Uji Prasyarat
A. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu uji prasyarat yang diperlukan untuk
mengetahui apakah kelas dalam kondisi berdistribusi normal. uji normalitas
menggunakan patokan taraf kesalahan (α) adalah 5% atau 0,05. Untuk kelas
4A, saat pretes dilakukan kehadiran siswa mencapai 100%. Sedangkan saat 4B
ada satu siswa yang tidak hadir. Analisis normalitas menggunakan teknik
analisis dengan metode Kolmogorov-Smirnov mengingat jumlah sampel ada 51
yang artinya n >50. Analisis menggunakan SPSS 20 for windows. Adapun
hasil uji normalitas hasil postes dapat diamati pada tabel 29 berikut :
75
Tabel 29
Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Kelas Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Nilai Kelas Eksperimen .150 25 .151
Kelas Kontrol .119 26 .200*
Ho = Kelas berdistribusi Normal, Sig > α
Ha = Kelas berdistribusi tidak normal, Sig < α
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilakukan uji
Kolmogorov Smirnov terhadap hasil postes didapatkan level signifikan untuk
kelas eksperimen adalah 0,151 dan kelas kontrol 0,200. Level signifikan dari
kedua kelas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov sudah melebihi α yang
ditentukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelas dalam kondisi
berdistribusi normal. Untuk melihat grafik normalitas hasil postes pada kela
eksperimen dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
Gambar 4. Grafik Uji Normalitas Hasil Postes Kelas Eksperimen
Adapun untuk grafik hasil uji normalitas hasil postes kelas kontrol
dapat diamati pada gambar 5 berikut :
76
Gambar 5. Grafik Uji Normalitas Hasil Postes Kelas Kontrol
B. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji
homogenitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelas memiliki
kondisi yang homogen atau tidak dilihat dari hasil postes yang diperoleh.
Patokan α yang digunakan sama dengan uji normalitas yaitu 5% atau 0,05. Uji
homogenitas hasil postes untuk kelas 4A dan 4B menggunakan uji Levene
yang hasilnya dapat diamati pada tabel 30 berikut.
Tabel 30
Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.472 1 49 .495
Ho = Kelas homogen, Sig > α
Ha = Kelas tidak homogen, Sig < α
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat pada kolom Sig menunjukkan
level signifikansi adalah 0,495. Itu berarti level signifikansi > α. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kondisi kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen adalah homogen. Dengan begitu, kedua uji prasyarat sudah
terpenuhi.
77
4.3.2.2 Hasil Uji T
Selanjutnya dilakukan analisis perbedaan pengaruh treatment terhadap
hasil belajar anak yang dilakukan dengan metode uji t yang jenisnya
Independent Sample T Test. Metode tersebut dipilih karena populasi yang satu
tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain. Dengan
menggunakan metode ini, peneliti dapat mengetahui adanya perbedaan
pengaruh dengan membandingkan nilai rata-rata hasil tes setelah treatment
dilakukan. Untuk patokan signifikansi yang digunakan dalam uji T ini adalah
sebesar 5% atau 0,05. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Sebaliknya, jika signifikansi kurang dari 0,05 Ho ditolak dan Ha
diterima. Analisis uji t dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 for Windows.
Berikut adalah hasil uji t yang dilakukan terhadap hasil tes kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Tabel 31
Hasil Uji T Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai
Equal
variances
assumed
.472 .495 2.109 49 .040 5.329 2.527 .251 10.408
Equal
variances
not
assumed
2.116 48.050 .040 5.329 2.518 .266 10.392
78
Kondisi kelas diasumsikan setara sehingga hasil uji t diamati pada baris
Equal Variances Assumed. Dari baris tersebut menunjukkan bahwa
Signifikansi (2 tailed ) menunjukkan nilai sebesar 0,040 yang artinya lebih
kecil dari 0,05 (0,040 < 0,05). Nilai df menunjukkan angka 49 artinya 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
2.009. Pada tabel diatas 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2.109. Jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ( 2.109 >
2.009). Perbedaan rata-rata nilai antara kelas kontrol dan eksperimen adalah
sebesar 5,329.
4.3.3 Analisis Uji Hipotesis
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Ho = 𝜇1 = 𝜇2
tidak ada perbedaan pengaruh antara penerapan pendekatan saintifik
melalui model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan
IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SD.
b. Ha = 𝜇1 ≠ 𝜇2
ada perbedaan pengaruh antara penerapan pendekatan saintifik melalui
model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA
Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SD.
Kriteria pengujian hipotesis didasarkan pada patokan signifikansi yang
digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05. Adapun acuan interpretasi uji hipotesis
adalah sebagai berikut :
Sig.(2 Tailed) > 0,05 artinya Ho diterima dan Ha ditolak
Sig.(2 Tailed) < 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima
Dari hasil uji beda melalui uji t yang dihitung dengan SPSS 20 for
windows menunjukkan bahwa nilai sig (2 tailed) adalah 0,040 yang artinya
0,040 < 0,05. Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan saintifik
melalui model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA
Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SDN 01 Bonyokan Klaten.
79
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini dimulai dengan membahas hasil
keterlaksanaan treatment dalam pembelajaran. Secara umum, treatment yang
dilakukan di kelas eksperimen berupa penerapan pendekatan saintifik dengan
model PBL dan di kelas kontrol berupa penerapan pendekatan saintifik dengan
model TPS dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan RPP yang telah
dibuat. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan treatment, acuan yang
digunakan adalah lembar observasi. Dari hasil observasi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa guru mampu melakukan pembelajaran sesuai langkah-
langkah model PBL dan TPS dengan baik. Setelah treatment selesai kemudian
dilakukan postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selanjutnya pembahasan hasil analisis uji t yang dilakukan dengan
menggunakan SPSS 20 for windows. Dari hasil uji beda dengan menggunakan
uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,040 yang artinya 0,040 <
0,05. Selain itu, Nilai df menunjukkan angka 49 artinya 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2.009. Pada
tabel output hasil uji t diketahui bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2.109. Jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
(2.109>2.009). Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan saintifik
melalui model pembelajaran PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar
muatan IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SDN 01 Bonyokan Klaten.
Dengan demikian berarti hipotesis telah menjawab rumusan permasalahan
yang diajukan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan kesimpulan jika terdapat
perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan saintifik melalui
model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA Subtema 2
tema 8 pada siswa kelas 4 SDN 01 Bonyokan Klaten. Pengaruh terhadap hasil
belajar tersebut juga dapat diamati dari nilai postes yang didapatkan siswa. Jika
dilihat dari rata-rata nilai postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil postes kelas eksperimen lebih tinggi
dari pada kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil postes kelas eksperimen adalah
sebesar 78,56 sedangkan nilai rata-rata hasil postes kelas kontrol adalah 73,23.
80
Hal tersebut berarti penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dapat
memberikan pengaruh positif yang lebih baik bagi hasil belajar kognitif anak
siswa kelas 4 SD pada materi muatan IPA subtema 2 tema 8 dibandingkan
dengan penerapan pendekatan saintifik melalui model TPS .
Sesuai dengan pendapat Suyadi (2013: 142) menjelaskan bahwa
keunggulan PBL adalah dapat memberikan keleluasaan bagi peserta didik
dalam mempelajari pengetahuan baru serta membantu peserta didik dalam
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata. Selanjutnya, Fogarty (dalam Hillman, 2003:2) menjelaskan bahwa PBL
dapat mempengaruhi siswa dalam membangkitkan minat, meningkatkan
kecerdasan inkuiri yang nyata dan sesuai serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk belajar dari situsi dalam kehidupan mereka. Ketika dilakukan
implementasi penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dalam
pembelajaran IPA, anak diberikan stimulus berupa permasalahan yang harus
diselesaikan berupa masalah-masalah yang biasa muncul di kehidupan sehari-
hari. Lalu, siswa merespon dengan mencari jalan keluar sesuai pengetahuannya
sendiri secara mandiri dengan berkelompok/individual. Kemudian, kegiatan
belajar dilakukan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dalam
presentasi ini, anak dilatih untuk mempertahankan argumennya terhadap
permasalahan. Jadi, tingkat pemahaman anak menjadi meningkat. Selain itu,
anak melakukan sendiri aktivitas belajar sesuai pemikirannya dengan
bimbingan dari guru.
Pada pembelajaran di kelas kontrol, aktivitas diskusi, berpikir dan
presentasi kelompok juga dilakukan. Kegiatan diskusi berpasangan mampu
membuat anak belajar mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok kecil.
Anak juga dilatih menyampaikan hasil diskusinya kepada teman di kelas.
Tetapi, kegiatan diskusi berpasangan ini menjadi tidak efektif ketika ada anak
yang lebih mendominasi dan anak yang pasif. Selain itu, kesempatan untuk
melakukan presentasi tiap kelompok berpasangan pun terbatas sehingga
banyak kelompok yang tidak mendapat kesempatan presentasi.
81
Secara umum, hasil penelitian ini mendukung pendapat bahwa
penerapan PBL dalam pembelajaran dapat memberi pengaruh positif terhadap
hasil belajar IPA. Adanya pengaruh positif terjadi karena keterlibatan anak
dalam pembelajaran meningkat dibandingkan pembelajaran dengan model
laim. Seperti penelitian yang dilakukan Meksi Ritasty, Nur Muzidah, Prisky
Chitika, Merinda Dian P. dan Yunita Dewi yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran PBL memberikan pengaruh terhadap hasil belajar anak .
Penelitian ini memiliki kelebihan karena dengan penerapan pendekatan
saintifik dengan model PBL menjadikan anak aktif dalam pembelajaran. Hal
itu dapat dilihat dari keaktifan anak dalam bertanya, menyelesaikan tugas,
mengumpulkan informasi, bekerja kelompok dan melakukan presentasi dengan
benar. Hal itu merupakan unsur-unsur penting yang harus ada dalam sebuah
pembelajaran agar siswa menjadi subjek belajar yang sesungguhnya.
Namun, disisi lain penelitian ini tetap memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya yaitu sangat bergantung pada kemampuan guru, karakteristik siswa
dan jenis materi. Guru harus dapat merangsang anak untuk memiliki rasa ingin
tahu dan minat untuk menyelesaikan masalah yang diajukan. Siswa harus
memiliki karakter aktif, disiplin berani dan bertanggung jawab agar dapat
menyelesaikan permasalahan yang diajukan. Selain itu, tidak semua materi
cocok dengan pendekatan saintifik melalui model PBL. Jadi sebelum
diterapkan di dalam kelas, perlu adanya seleksi materi yang sesuai dengan
pendekatan saintifik melalui model PBL.