bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1....
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Subyek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 10 siswa kelas VII A
SMP Kristen 2 Salatiga yang hasil pre testnya menunjukkan bahwa siswa
tersebut memiliki perilaku bullying yang tinggi. Selanjutnya 10 siswa yang
memiliki perilaku bullying tinggi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu sebagai
kelompok kontrol dan eksperimen, dimana kelompok eksperimen nantinya
akan dikenakan perlakukan.Dalam hal ini kesamaan antara kedua kelompok
dapat dilihat dari hasil uji homogenitas harus menghasilkan Asymp. Sig. (2-
tailed)>0,50, dan dalam penelitian ini hasil uji homogenitas yaitu 0,914
yang berarti Asymp. Sig. (2-tailed)>0,50. Tabel 4.1 dibawah ini
mendeskrepsikan mengenai kondisi kelompok eksperimen dan kontrol
sebelum perlakuan.
Tabel 4.1 Deskripsi kelompok eksperimen dan kontrol
No. Nama Kelompok Jenis kelamin
1 DV Eksperimen Laki-laki
2 MY Eksperimen Perempuan
3 DN Eksperimen Laki-laki
4 JY Eksperimen Laki-laki
5 KN Eksperimen Laki-laki
6 MC Kontrol Perempuan
7 NT Kontrol Laki-laki
8 DM Kontrol Laki-laki
9 NR Kontrol Perempuan
10 ST Kontrol Laki-laki
Kemudian pada Tabel 4.2 dibawah ini akan dijelaskan mengenai
skor pre test bullying kelompok eksperimen dan kelompok kontrol :
Tabel 4.2 Hasil pre test kelompok eksperimen dan kontrol
No Nama Total Kategori
Ek Ko Ek Ko Ek Ko
1 DV MC 84 83 Tinggi Tinggi
2 MY NT 85 85 Tinggi Tinggi
3 DN DM 80 80 Tinggi Tinggi
4 JY NR 81 80 Tinggi Tinggi
5 KN ST 80 81 Tinggi Tinggi
Jum
lah
5 5 410 409
Keterangan : Ek : Eksperimen
Ko : Kontrol
Rendah : 26- 52 Tinggi : 78 – 104
Sedang : 53 – 79
Dari tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini
terdapat 10 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 5 siswa sebagai
kelompok kontrol dan 5 siswa sebagai kelompok eksperimen. Jumlah skor
keseluruhan kelompok eksperimen yaitu 410, sedangkan jumlah skor yang
diperoleh kelompok kontrol adalah 409.
4.2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian eksperimen dibutuhkan jumlah yang sama untuk
setiap kelompoknya. Dalam penelitian ini kesamaan antara kedua kelompok
dapat dilihat dari hasil skor bullying. Setelah dilakukan uji beda pada hasil
kuisioner bullying pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan
ditunjukkan sig. 0.914> 0.5, sedangkan mean rank kelompok eksperimen
5.60 dan mean rank kelompok kontrol adalah 5.40, sehingga penulis dapat
melanjutkan penelitian.Hasil uji bedakuisioner bullying dapat dilihat pada
tabel. Selanjutnya kelompok eksperimen di berikan layanan bimbingan
kelompok dengan teknik role play sedang kelompok kontrol tidak diberikan
layanan atau treatment.
Tabel 4.3 Uji Homogenitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
Ranks
VAR00002 N Mean Rank Sum of Ranks
VAR00003 Eksperimen 5 5.60 28.00
Kontrol 5 5.40 27.00
Total 10
Test Statisticsb
VAR00003
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 27.000
Z -.108
Asymp. Sig. (2-tailed) .914
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil perilaku bullyingpada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukkan sig. 0.914>0.5,
sedangkanmean rank kelompok eksperimen 5.60 dan mean rank kelompok
kontrol adalah 5.40.
Selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini kondisi awal
perilaku bullying siswa kelas VII A sebelum mendapatkan perlakuan atau
treatment, dimana dari kondisi awal tersebut, dapat kita lihat pada indikator
bullying, perilaku bullying apa saja yang paling menonjol diantara perilaku-
perilaku bullying lain di kelas VII A yang nantinya digunakan penulis
sebagai dasar untuk menentukan topik yang akan diangkat dalam layanan
bimbingan kelompok teknik role play yang diberikan selama 8 sesi
pertemuan.
Tabel 4.4 kondisi awal perilaku bullying siswa kelas VII A
No Jenis Bullying Indikator Bullying 3 Skor
Tertinggi
1. Bullying verbal Mengejek teman di sekolah 63
2. Bullying fisik Memukul dan menendang teman di
sekolah
74
3. Bullying
mental
Mengucilkan teman di sekolah 60
Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis diatas,
selanjutnya kelompok eksperimen akan diberikan treatment yaitu diberikan
layanan Bimbingan kelompok teknikbermain peran (Role Play) sebanyak 8
kali pertemuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan treatment.
Tabel 4.5 Berikut ini merupakan susunan program layanan yang akan
diberikan kepada kelompok eksperimen
Sesi /
Frekuensi
Indikator Topik Yang ingin
dicapai
Metode
1
(1 x 40
menit)
- Pengertian
bullying.
- Faktor
penyebab
bullying.
- Pelaku
bullying.
- Contoh
kasus-kasus
bullying di
sekolah.
-Sharing
pengalaman
siswa.
- Memahami arti
bullying.
- Terbuka dalam
menceritakan
masalah yang
dialami
sebenarnya.
- Ceramah
- Sharing
- Tanya jawab
- Permainan
(Ice Breaking)
2-3
(2 x 40
menit)
-Bullying
verbal
-
Mengejek
teman di
- Bullying
verbal
(Mulutmu
Harimaumu)
- Menyebutkan
bentuk-bentuk
bullying.
- Bermain Role
Play untuk jenis
- Ceramah
- Role Play
- Sharing
sekolah
bullying verbal.
- Cara mengatasi
bullying verbal
4-5
(2 x 40
menit)
-Bullying
Fisik
-
Memukul
dan
menendan
g teman
- Bullying fisik
(Kecil-kecil
cabe rawit)
- Bermain Role
Play untuk jenis
bullying fisik.
- Cara mengatasi
bullying fisik.
- Ceramah
- Role Play
- Sharing
6-7
(2 x 40
menit)
- Bullying
Mental
-
Mengucil
kan teman
- Bullying
Mental
(Don’t Look
Someone Just
From Their
Appearance)
- Bermain Role
Play untuk jenis
bullying mental.
- Cara mengatasi
bullying mental.
- Ceramah
- Role Play
- Sharing
8
(1 x 40
menit)
- Dampak
bullying
- Cara
menyikapi
bullying
- Kebijakan
- Menyebutkan
dampak-dampak
yang
ditimbulkan dari
bullying.
- Bagaimana
- Ceramah
- Tanya jawab
- Sharing
sekolah
tentang
bullying,
konsekuensi
dari tindakan
bullying.
cara menyikapi
bullying
- Menyebutkan
kebijakan
sekolah tentang
bullying, dan
konsekuensi dari
tindakan
bullying.
4.3. Pelaksanaan Penelitian
4.3.1. Perijinan Penelitian
Pada kegiatan awal penulis memberikan surat ijin penelitian
kepada pihak sekolah (Kepala Sekolah) SMP Kristen 2 Salatiga yang
prosedur pemberian surat ijin awal diberikan kepada bagian Tata
Usaha SMP Kristen 2 Salatiga, dalam surat perijinan tersebut telah
disetujui oleh Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP)
UKSW yang kemudian diserahkan kepada pihak Kepala Sekolah SMP
Kristen 2 Salatiga.
Dalam perijinan tersebut penulis menyampaikan maksud kepada
Kepala Sekolah dimana penulis akan melaksanakan beberapa kegiatan
di sekolah tersebut diantaranya uji instrumen penelitian, pre test, post
test,dan treatment yang akan diberikan kepada siswa kelas VII. Uji
instrumen penelitian dan pre test dilaksanakan pada bulan November
2013, sedangkan untuk pelaksanaan treatment atau pemberian layanan
dan post test dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai selesai,
dan pelaksanaan kegiatan dilakukan diluar jam sekolah yaitu saat jam
pulang sekolah dengan perijinan dari orang tua siswa, guru BK,
Kepala Sekolah, dan siswa yang bersangkutan.
4.3.2. Tes Awal (Pre Test)
Tes awal atau Pre test dilaksanakan oleh penulis pada tanggal
25 November 2013 dengan menyebarkan skala bullying kepada
seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 93 siswa yang terbagi dalam 4
kelas.
Setelah itu penulis menganalisis skala bullying yang telah diisi
oleh siswa kelas VII untuk mengetahui kelas mana yang memiliki
tingkat bullying tertinggi diantara keempat kelas, dari hasil analisis
tersebut kelas VII A merupakan kelas dengan tingkat bullying
tertinggi dengan skor 1297. Terdapat 10 siswa yang memiliki tingkat
bullying yang tinggi, selanjutnya siswa tersebut dibagi secara acak
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol yang berjumlah 5 siswa
dan kelompok eksperimen yang berjumlah 5 siswa. Selanjutnya
berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16 for
windows, dari kedua kelompok tersebut tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan demikian
penelitian dapat dilanjutkan.
4.3.3. Perlakuan (Treatment)
Penulis memberikan treatment dengan memberikan layanan
bimbingan kelompok teknik role play (bermain peran) sesuai dengan
rancangan yang sudah dibuat oleh penulis selama 8 sesi dan
dilaksanakan setiap seminggu 2 kali atau sesuai dengan kesepakatan
siswa setelah jam kegiatan sekolah usai.Layanan yang diberikan
penulis dapat dikatakan berhasil apabila kelompok eksperimen setelah
mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik role play selama 8
kali pertemuan selesai dan diberiakn post test menunjukan perubahan
dan penurun perilaku bullying dari pada kelompok kontrol.
Adapun sesi kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role
play atau treatment sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama (Sesi 1) hari Jumat, 7 Februari 2014
a. Tahap pembentukan (Perencanaan)
Pertemuan pertama atau sesi 1 ini dilakukan pada hari
Jumat setelah jam sekolah berakhir yaitu pada pukul 11.00. Sesi
pertama merupakan awal dari kegiatan treatment yang dilakukan,
akan tetapi pada pertemuan pertama kali ini penulis tidak secara
langsung memberikan kegiatan bimbingan kelompok teknik role
play tetapi memberikan layanan klasikal terlebih dahulu. Tujuan
dari pemberian layanan klasikal ini adalah untuk memperkenalkan
dan menjalin kedekatan antara penulis dengan siswa-siswa yang
akan diajak melakukan treatment.
Topik yang diangkat dalam pertemuan yang pertama ini
adalah “Bullying di Sekolah”, selain itu penulis juga memiliki
tujuan untuk memperkenalan siswa mengenai bullying, khususnya
bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.
b. Tahap Peralihan
Dalam tahap ini penulis menanyakan kembali kesiapan
siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal pada tahap
atau sesi pertama, dan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan
selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
topik yang akan dibahas mengenai bullying melalui tampilan power
point. Penulis menjelaskan mengenai apa itu bullying, jenis-jenis
bullying, faktor penyebab siswa melakukan tindakan bullying, serta
pelaku dalam tindakan bullying. Selain itu, penulis juga
memberikan contoh nyata mengenai tindakan bullying di sekolah
yang terjadi di Indonesia. Penulis juga mengajak siswa untuk
bersama-sama bercerita mengenai pengalaman mereka selama
bersekolah yang berkaitan dengan tindakan bullying.
Siswa juga diajak untuk melakukan permainan ”Five
Boomm”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan pikiran
siswa setelah melakukan kegiatan treatment, sehingga siswa
kembali bersemangat. Gambar 4.1 menunjukan kegiatan pada sesi
pertama yang dilaksanakan dikelas VII B.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa
kegiatan dalam sesi pertama akan segera berakhir. Penulis
mengajak siswa untuk melakukan evaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan, selanjutnya menarik kesimpulan dari kegiatan pada
sesi pertama. Selain itu, penulis juga meminta para siswa untuk
mengisi lembar evaluasi kegiatan yang berisi seputar materi yang
telah dibahas dalam sesi pertama ini.
Penulis juga meminta kepada siswa untuk mengungkapkan
perasaan serta hal apa yang siswa dapat dalam kegiatan di sesi
pertama ini. Penulis juga menyampaikan rencanan layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan doa.
2. Pertemuan kedua (Sesi 2), hari Sabtu, 8 Februari 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Sesi kedua dilaksanakan pada hari Sabtu seusai siswa
(anggota kelompok) mengikuti jam pelajaran yaitu pada pukul
10.45 WIB. Pada sesi kedua ini penulis memberikan penjelasan
mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada sesi kedua kali ini.
Pada sesi kedua kali ini penulis mengajak kelompok untuk
melakukan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik role play
atau bermain peran.
Pada sesi ini penulis menjelaskan pengertian, tujuan, asas,
dan prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play,
menyepakati kontrak waktu, memberikan semangat agar anggota
kelompok antusias dalam melakukan layanan yang diberikan.
Materi yang akan dibahas dan diperankan siswa dalam
kegiatan sesi kedua ini mengenai bullying verbal. Penulis
mengangkat judul cerita yaitu “Mulutmu Harimaumu”. Tujuan
yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah siswa mampu
memahami mengenai bullying verbal secara lebih mendalam dan
detail, siswa mampu melakukan peran dalam kegiatan role play,
dan siswa mampu mengembangkan diri dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi apabila mengalamibullying verbal.
b. Tahap peralihan
Penulis menjelaskan kembali prosedur dari kegiatan
bimbingan kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan
siswa dalam mengikuti layanan.
c. Tahap kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan membagikan materi
mengenai bullying verbal yang berisi pengertian bullying verbal,
contoh bullying verbal, serta hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah bullying verbal, naskah permainan peran dengan topik
“Mulutmu Harimaumu”.
Kemudian penulis mulai membagi peran yang akan
diperagakan oleh siswa yang akan melakukan kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play kali ini, setelah semua peran terbentuk
siapa yang menjadi pelaku, korban, dan bystander bullying,
kemudian penulis memberikan waktu 20 menit kepada siswa yang
akan memaikan peran dalam kegiatan ini untuk membaca naskah
dan mendalami peran yang akan mereka peragakan. Tidak lupa
penulis menunjuk salah seorang siswa untuk berperan sebagai
pengamat dalam kegiatan layanan kali ini.
Setelah waktu pendalaman karakter selesai, kemudian
penulis mulai mengajak siswa untuk memerankan kegiatan role
playyang dilaksanakan sesuai dengan karakter tokoh dalam cerita
tersebut. Dalam cerita ini pelaku bullying beserta satu orang
temannya melakukan tindakan bullying secara verbal kepada
korban. Si korban bullyingmemiliki satu orang teman juga, yang
dalam cerita ini ikut membela korban dari penindasan pelaku. Akan
tetapi, dalam cerita ini lebih ditonjolkan bahwa korban mampu
mengatasi tindakan bullying yang dilakukan pelaku dengan teknik-
teknik yang sudah tertera dalam naskah drama. Sampai pada
akhirnya pelaku merasa jengkel dan bosan untuk melakukan
tindakan bullying kepada korban. Gambar 4.2 menunjukan kegiatan
role play dikelas VII B.
d. Tahap penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi
kedua dalam kegiatan ini akan segera berakhir. Penulis mengajak
kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Selain
itu, penulis juga mempersilahkan JY untuk membacakan hasil
pengamatanya untuk kemudian dikomentari oleh anggota
kelompok. Setelah semua selesai penulis menjelaskan bahwa masih
akan ada sesi ketiga setelah siswa istirahat, dimana masih dengan
materi yang sama tetapi kita melakukan rolling atau pergantian
pemain dan peran.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias siswa
sangat baik, selain itu menurut hasil pengamatan JY, anggota
kelompok mampu memerankah tokoh sesuai dengan karakter
masing-masing tokoh walaupun masih ada sedikit kesalahan atau
lupa naskah dalam pemberian layanan, anggota kelompok juga
mampu memahami cara yang tepat dalam menangani bullying
verbal saat nanti di sekolah tanpa harus melakukan tindakan
kekerasan dalam penyelesaian permasalahan tersebut.
3. Pertemuan ketiga (Sesi 3), hari Sabtu, 8 Februari 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi ketiga ini, penulis masih menggunakan
hari yang sama untuk melakukan layanan yaitu Sabtu, 8 Februari
2014 namun waktu pelaksanaan layanan diberikan setelah siswa
selesai istirahat makan siang sekitar pukul 12.30 WIB. Pada
kegiatan sesi ketiga ini penulis kembali menjelaskan pengertian,
tujuan, asas dan prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik
role play. Serta memberi motivasi kepada siswa agar layanan
berjalan dengan lancar dan baik.
Topik yang dipilih dalam pertemuan ketiga ini masih sama
dengan topik pertemuan kedua yaitu “Mulut mu Harimau mu”.
Tujuan yang ingin dicapai siswa mampu memahami bullying verbal
secara detail dan mendalam, selain itu siswa mampu melakukan
peran dalam kegiatan role play secara bergantian dengan
mengangkat tema bullying verbal agar siswa mampu
mengembangkan diri dan menyelesaikan masalah secara benar
apabila mengalami bullying verbal.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam
mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Dalam tahap kegiatan ini penulis kembali menjelaskan
tentang topik yang akan siswa perankan dalam layanan pada sesi
ketiga. Pada sesi ketiga ini topik yang diangkat masih merupakan
topik yang sama dengan kegiatan di sesi kedua yang berjudul
“Mulutmu Harimaumu”, namun bedanya pada sesi ketiga ini peran
yang siswa lakukan diputar bergantian dimana siswa yang pada sesi
kedua menjadi pelaku kini menjadi korban, yang menjadi korban
berperan sebagai bystander, begitu pula seterusnya. Setelah penulis
menentukan para pemain, penulis juga menunjuk salah seorang
siswa sebagai pengamat.
Setelah itu siswa kembali memerankan peran siswa sesuai
naskah dan skenario yang sudah ditentukan penulis, akan tetapi
siswa juga diperbolehkan berimprovisasi sesuai keinginan mereka,
asalkan tidak merubah inti dari naskah bullying verbal dan
penyelesaiannya. Kegiatan pada sesi ketiga ini bertujuan agar siswa
sama-sama bisa merasakan bagaimana perasaan menjadi seorang
pelaku yang akhirnya gagal melakukan bullying, bagaimana
menjadi korban yang ditindas, dan bagaimana menjadi penonton.
Gambar 4.3 menunjukan suasana layanan pada sesi ketiga.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa
kegiatan pada sesi ketiga akan segera berakhir. Penulis mengajak
siswa berdiskusi dan mengevalusi seluruh kegiatan pada pertemuan
hari Sabtu secara keseluruhan, yaitu pada sesi kedua dan ketiga.
Selain itu penulis juga mempersilahkan pengamat untuk
membacakan hasil pengamatanya.
Kemudian penulis mengajak siswa untuk mengambil
kesimpulan dari kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role
play yang membahas mengenai bullying verbal dengan tema
”Mulut mu Harimau mu” pada sesi kedua dan ketiga, dari hasil
pengambilan kesimpulan diketahui bahwa siswa memahami
mengenai bullying verbal, contoh bullying verbal, dan bagaimana
cara mengatasibullying verbal secara baik dan benar. Selain itu
siswa juga diminta untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan pada
sesi 2 dan 3.
4. Pertemuan keempat (Sesi 4), hari Sabtu, 15 Februari 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Sesi keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Februari
2014 seusai jam sekolah usai yaitu pada pukul 11.00 WIB. Pada
sesi keempat ini penulis memberikan penjelasan mengenai kegiatan
layanan bimbingan kelompok teknik role play meliputi pengertian,
tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok
teknik role play, menyepakati kontrak waktu, memberikan
semangat agar anggota kelompok antusias dalam melakukan
layanan yang diberikan. Setelah pada pertemuan yang lalu
membahas mengenai bullying verbal maka pada pertemuan layanan
sesi kali ini kelompok diajak untuk membahas mengenai bullying
fisik.
Penulis mengangkat judul cerita yaitu “Kecil-kecil Cabe
Rawit”, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah siswa
mampu memahami mengenai bullying fisik secara lebih mendalam
dan detail, siswa mampu melakukan peran dalam kegiatan role
play, dan siswa mampu mengembangkan diri dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi apabila mengalami bullying fisik saat di
sekolah, karena bullying jenis ini paling sering dijumpai dihampir
semua sekolah.
b. Tahap peralihan
Penulis menjelaskan kembali prosedur dari kegiatan
bimbingan kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan
siswa dalam mengikuti layanan.
c. Tahap kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan membagikan materi
mengenai bullying fisik dimana materi tersebut berisi tentang
pengertian bullying fisik, contoh bullying fisik, serta hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah bullying fisik, naskah permainan peran
dengan topik “Kecil-kecil Cabe Rawit”.
Selanjutnya, penulis mulai membagi peran yang akan
diperagakan oleh siswa yang akan melakukan kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play kali ini, ada yang berperab sebagai
pelaku bullying, korban , dan penonton. Selanjutnya, penulis
memberikan waktu 20 menit kepada siswa yang akan memaikan
peran dalam kegiatan ini untuk membaca naskah dan mendalami
karakter yang akan mereka peragakan. Tidak lupa penulis
menunjuk salah seorang siswa yang tidak mendapatkan peran
sebagai pengamat dalam kegiatan layanan kali ini.
Setelah waktu pendalaman karakter selesai, kemudian
penulis mulai mengajak siswa untuk mulai memerankan kegiatan
role play yang dilaksanakan sesuai dengan karakter tokoh masing-
masing siswa dalam cerita tersebut. Pada sesi keempat ini siswa
terlihat sangat bersemangat dikarenakan mereka bisa menunjukan
ekspersi mereka saat mendalami karakter dalam kegiatan role play.
Gambar 4.4 menunjukan kegiatan role play dikelas VII B.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi
keempat dalam kegiatan ini akan segera berakhir. Penulis mengajak
kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Selain
itu, penulis juga mempersilahkan DN sebagai pengamat untuk
membacakan hasil pengamatanya untuk kemudian dikomentari
oleh anggota kelompok. Setelah semua selesai, penulis
menjelaskan bahwa masih akan ada sesi kelima setelah siswa
istirahat, dimana masih dengan materi yang sama tetapi kita
melakukan rolling atau pergantian pemain dan peran.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias siswa
sangat baik, selain itu menurut hasil pengamatan DN, anggota
kelompok mampu memerankah tokoh sesuai dengan karakternya
masing-masing dengan penuh penghayatan.
5. Pertemuan kelima (Sesi 5), hari Sabtu, 15 Februari 2104
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi kelima ini, penulis masih menggunakan
hari yang sama seperti pada sesi 2 dan 3 untuk melakukan layanan
yaitu Sabtu, 15 Februari 2014 namun waktu pelaksanaan layanan
diberikan setelah siswa selesai istirahat makan siang sekitar pukul
12.15 WIB. Pada kegiatan sesi ketiga ini penulis kembali
menjelaskan pengertian, tujuan, asas dan prosedur dari kegiatan
bimbingan kelompok teknik role play. Serta memberi motivasi
kepada siswa agar layanan berjalan dengan lancar dan baik seperti
pada layanan sebelumnya.
Topik yang dipilih dalam pertemuan kelima ini masih sama
dengan topik pertemuan keempat yaitu “Kecil-kecil Cabe Rawit”.
Tujuan yang ingin dicapai siswa mampu memahami bullying fisik
secara detail dan mendalam, selain itu siswa mampu melakukan
peran dalam kegiatan role play secara bergantian dengan
mengangkat tema bullying fisik agar siswa mampu
mengembangkan diri dan menyelesaikan masalah secara benar
apabila mengalami bullying fisik, mengingat jenis bullying ini
paling sering terjadi di setiap sekolah, dan hampir ditemukan
kasusnya setiap hari.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam
mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Dalam tahap kegiatan ini penulis kembali menjelaskan
tentang topik yang akan siswa perankan dalam layanan pada sesi
kelima. Pada sesi kelima ini topik yang diangkat masih merupakan
topik yang sama dengan kegiatan di sesi keempat yang berjudul
“Kecil-kecil Cabe Rawit”, namun bedanya pada sesi kelima ini
peran yang mereka lakukan diputar bergantian dimana siswa yang
pada sesi keempat menjadi pelaku kini menjadi korban, yang
menjadi korban berperan sebagai bystander, begitu pula seterusnya.
Setelah penulis menentukan para pemain, tidak lupa juga penulis
menunjuk salah seorang siswa sebagai pengamat.
Setelah itu siswa kembali memerankan peran mereka sesuai
naskah dan skenario yang sudah ditentukan penulis, akan tetapi
siswa juga diperbolehkan berimprovisasi sesuai keinginan mereka,
asalkan tidak merubah inti dari naskah bullying fisik dan
penyelesaiannya. Dalam kegiatan layanan sesi keempat dan kelima
ini siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan kegiatan role
play, mereka terlihat sangat menjiwai dan mendalami karakter saat
memerankan perannya sebagai pelaku dimana dirinya melakukan
bullying kepada pihak korban. Gambar4.5 dibawah ini menunjukan
suasana layanan pada sesi kelima di kelas VII B.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa
kegiatan pada sesi kelima akan segera berakhir. Penulis mengajak
siswa berdiskusi dan mengevalusi seluruh kegiatan pada pertemuan
hari Sabtu secara keseluruhan, yaitu pada sesi keempat dan kelima.
Selain itu penulis juga mempersilahkan pengamat untuk
membacakan hasil pengamatanya.
Kemudian penulis mengajak siswa untuk mengambil
kesimpulan dari kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role
play yang membahas mengenai bullying fisikdengan tema ”Kecil-
kecil Cabe Rawit” pada sesi keempat dan kelima, dari hasil
pengambilan kesimpulan diketahui bahwa siswa memahami
mengenai bullying fisik, contoh bullying fisik, dan bagaimana cara
mengatasi bullying fisik secara baik dan benar. Selain itu siswa
juga diminta untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan pada sesi 4
dan 5.
6. Pertemuan keenam (Sesi 6), hari Selasa, 18 Februari 2014
a. Tahap pembentuksn kelompok (Perencanaan)
Pada treatmentsesi keenam kegiatan dilaksanakan pada hari
Selasa, 18 Februari 2014 seusai jam sekolah berakhir yaitu pukul
14.00 WIB. Pada kegiatan awal sesi keenam ini, seperti biasa
penulis memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu bimbingan kelompok dengan teknik role play.
Pada sesi ini penulis menjelaskan pengertian, tujuan, asas,
dan prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play,
menyepakati kontrak waktu, serta memberikan motivasi agar
anggota kelompok antusias dalam melakukan layanan yang
diberikan.
Materi yang akan dibahas dan diperankan siswa dalam
kegiatan sesi keenam ini mengenai bullying mental, setelah pada
pertemuan sebelumnya siswa dan penulis membahas mengenai
bullyingverbal dan fisikn serta memerankan kegiatan yang sama
yaitu bermain peran. Pada sesi ini Penulis mengangkat judul cerita
yaitu “Don’t Look Someone Just From The Appearance”, tujuan
yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah siswa mampu
memahami mengenai bullying mental secara lebih mendalam dan
detail, siswa mampu melakukan peran dalam kegiatan role play,
dan siswa mampu mengembangkan diri dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi apabila mengalami bullying mental saat
berada di sekolah
b. Tahap peralihan
Penulis menjelaskan kembali prosedur dari kegiatan
bimbingan kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan
siswa dalam mengikuti layanan.
c. Tahap kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan membagikan materi
mengenai bullying mental yang berisi pengertian bullying mental,
contoh bullying mental, serta hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah bullying mental, mengingat bullying jenis ini sulit
terdeteksi dan cukup berbahaya bagi bagi pihak koban, sehingga
siswa diminta benar-benar melakukannya dengan sungguh-
sungguh.
Selanjutnya, seperti biasa penulis mulai membagi peran
yang akan diperagakan oleh siswa dalam kegiatan permainan
peran ini, setelah semua peran terbentuk siapa yang menjadi
pelaku, korban, dan bystander bullying, kemudian penulis
memberikan waktu 20 menit kepada siswa yang akan memaikan
peran dalam kegiatan ini untuk membaca naskah dan mendalami
karakter yang akan mereka peragakan. Tidak lupa seperti pada
layanan sebelumnya, penulis menunjuk salah seorang siswa untuk
berperan sebagai pengamat dalam kegiatan layanan kali ini.
Setelah waktu pendalaman karakter selesai, kemudian
penulis mulai mengajak siswa untuk memerankan kegiatan role
play yang dilaksanakan sesuai dengan karakter tokoh dalam cerita
tersebut. Dalam cerita ini pelaku bullying beserta satu orang
temannya melakukan tindakan bullying secara mental kepada
korban. Si korban bullyingberusaha untuk tetap tenang dalam
menangani permasalahan yang sedang dihadapinya, dimana korban
merasa diasingkan dari pergaulan teman-teman di kelasnya. Dalam
layanan inilah peran korban benar-benar harus dihayati dan
ditonjolkan agar semua siswa yang terlibat memahami cara yang
tepat dalam menangani bullying mental. Gambar 4.6 menunjukan
kegiatan role play dikelas VII B dalam menangani bullying
mental.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi
keenam dalam kegiatan ini akan segera berakhir. Penulis mengajak
kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Selain
itu, penulis juga mempersilahkan pengamat untuk membacakan
hasil pengamatanya untuk kemudian dikomentari oleh anggota
kelompok. Setelah semua selesai penulis menjelaskan bahwa masih
akan ada sesi berikutnya (ketujuh) setelah siswa istirahat makan
siang, dimana masih dengan materi yang sama tetapi kita
melakukan rolling atau pergantian pemain dan peran.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias siswa
baik, selain itu menurut hasil pengamatan observer, anggota
kelompok mampu memerankan tokoh sesuai dengan karakter yang
mereka perankan dengan baik.
7. Pertemuan Ketujuh (Sesi 7), hari Selasa, 18 Februari 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi ketujuh role play kaliini, seperti biasa
penulis masih menggunakan hari yang sama seperti pada sesi-sesi
sebelumnya untuk melakukan layanan yaitu pada hari Selasa, 18
Februari 2014 namun waktu pelaksanaan layanan diberikan setelah
siswa selesai istirahat makan siang sekitar pukul 15.00 WIB. Pada
kegiatan sesi ketujuh ini penulis kembali menjelaskan pengertian,
tujuan, asas dan prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik
role play. Serta memberi motivasi kepada siswa agar layanan
berjalan dengan lancar dan baik seperti pada layanan sebelumnya.
Topik yang dipilih dalam pertemuan kelima ini masih sama
dengan topik pertemuan keempat yaitu“Don’t Look Someone Just
From The Appearance”. Tujuan yang ingin dicapai siswa mampu
lebih memahami dan memahami bullying mental dengan lebih baik
lagi, selain itu siswa mampu melakukan peran dalam kegiatan role
play secara bergantian dengan mengangkat tema bullying mental
agar siswa mampu mengembangkan diri dan menyelesaikan
masalah secara benar apabila mengalami bullying mental.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam
mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Dalam tahap kegiatan ini penulis kembali menjelaskan
tentang topik yang akan siswa perankan dalam layanan pada sesi
ketujuh. Pada sesi ketujuhini topik yang diangkat masih merupakan
topik yang sama dengan kegiatan di sesi keempat yang berjudul
“Don’t Look Someone Just From The Appearance”, namun
bedanya pada sesi ketujuh ini peran yang mereka lakukan diputar
bergantian dimana siswa yang pada sesi keenam menjadi pelaku
kini menjadi korban, yang menjadi korban berperan sebagai
bystander, begitu pula seterusnya. Setelah penulis menentukan para
pemain, tidak lupa juga penulis menunjuk salah seorang siswa
sebagai pengamat.
Setelah itu siswa kembali memerankan peran mereka sesuai
naskah dan skenario yang sudah ditentukan penulis, akan tetapi
siswa juga diperbolehkan berimprovisasi sesuai keinginan mereka,
asalkan tidak merubah inti dari naskah bullying mental dan
penyelesaiannya. Gambar4.7 dibawah ini menunjukan suasana
layanan pada sesi ketujuh di kelas VII B.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa
kegiatan pada sesi ketujuh akan segera berakhir, selain itu dengan
berakhirnya sesi ketujuh berarti menandakan pula selesainya
kegiatan bimbingan kelompok teknik role playpada layanan ini.
Penulis mengajak siswa berdiskusi dan mengevalusi seluruh
kegiatan pada pertemuan hari Selasa secara keseluruhan, yaitu pada
sesi keenam dan ketujuh. Selain itu penulis juga mempersilahkan
pengamat untuk membacakan hasil pengamatanya.
Kemudian penulis mengajak siswa untuk mengambil
kesimpulan dari kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role
play yang membahas mengenai bullying mental, dari hasil
pengambilan kesimpulan diketahui bahwa siswa memahami
mengenai bullying mental, contoh bullying mental, dan bagaimana
cara mengatasi bullying mental secara baik dan benar. Selain itu
siswa juga diminta untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan pada
sesi 6 dan 7.
Penulis juga menyampaikan bahwa kegiatan bimbingan kelompok
sudah selesai dilakukan namun masih ada satu pertemuan lagi
antara siswa dan penulis pada hari Jumat, 21 Februari 2014.
8. Pertemuan kedelapan (Sesi 8), Hari Jumat, 21 Februari 2014
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pertemuan terakhir dalam layanan ini dilakukan pada sesi
kedelapan pada hari Jumat, 21 Februari 2014, setelah jam sekolah
berakhir yaitu pada pukul 11.00. Sesi kedelapan merupakan akhir
dari kegiatan treatment yang dilakukan, pada sesi ini penulis
mengajak siswa melakukan layanan klasikal yang membahas
mengenai dampak bullying, cara menyikapi bullying, kebijakan
sekolah mengenai bullying.
Topik yang diangkat dalam pertemuan yang pertama ini
adalah “Konsekuensi dan cara menyikapi bullying di Sekolah”,
selain itu penulis juga memiliki tujuan untuk memperkenalan siswa
mengenai bullying, khususnya bullying yang terjadi di lingkungan
sekolah.Tujuan dari pemberian layanan klasikal ini adalah siswa
mampu memahami mengenai bahaya atau dampak yang
ditimbulkan dari tindakan bullying, siswa mampu menyikapi
tindakan bullying secara tepat, dan mengetahui gambaran mengenai
kebijakan sekolah didalam menangani bullying secara benar.
b. Tahap Peralihan
Dalam tahap ini penulis menanyakan kembali kesiapan
siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal sesi kedelapan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
topik yang akan dibahas mengenai dampakbullying, cara menyikapi
bullying secara benar dan kebijakan sekolah dalam menangani
bullying di sekolah melalui tampilan power point. Penulis
menjelaskan mengenai mengenai materi yang disampaikan,
selainitu penulis juga memberikan contoh-contoh gambaran
kebijakan sekolah dalam menangani bullying, kemudian penulis
juga menanyakan kepada siswa apakah kebijakan di SMP Kristen 2
hampir sama dengan kebijakan yang dicontohkan penulis. Selain
itu, penulis juga memberikan refrensi kebijakan di sekolah-sekolah
lain di Indonesia dalam menangani bullying.
Untuk mencairkan suasana setelah siswa mendapatkan
layanan, kemudian penulis mengajak siswa-siswa untuk melakukan
permainan ”Kata Berantai”. Permainan ini dimaksudkan untuk
menyegarkan pikiran siswa setelah melakukan kegiatan treatment,
sehingga siswa kembali bersemangat. Gambar 4.8 menunjukan
ekspresi siswa setelah mendapatkan layanan.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa
kegiatan dalam sesi kedelapan akan segera berakhir. Penulis
mengajak siswa untuk melakukan evaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan, selanjutnya menarik kesimpulan dari kegiatan pada
sesi kedelapan. Selain itu, penulis juga meminta para siswa untuk
mengisi lembar evaluasi kegiatan yang berisi seputar materi yang
telah dibahas dalam sesi kedelapan ini.
Penulis juga meminta kepada siswa untuk mengungkapkan
perasaan serta hal apa yang mereka dapat selama mengikuti
layanan ini, mulai dari sesi pertama sampai dengan sesi kedelapan
ini. Penulis merasa senang, karena siswa mengungkapkan bahwa
banyak ilmu yang mereka dapat selama mengikuti layanan ini,
mulai dari mengerti apa yang dimaksud dengan bullying, mengenal
bullying verbal, fisik, dan mental, serta mengetahui cara yang tepat
untuk mengatasi bullying. Selain itu, hal terpenting adalah siswa
menjadi memahami bahwa bullying adalah tindakan berbahaya dan
harus dilawan dan dihilangkan.
Sebelum menutup kegiatan dalam sesi ini, tidak lupa
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para anggota
kelompok atas partisipasinya selama kegiatan dari sesi 1 sampai 8,
tidak lupa penulis mengajak siswa berjabat tangan, dan berfoto
bersama. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan doa penutup dan
salam perpisahan.
4.3.4. Tes Akhir (Post Test)
Post test dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Februari 2014 dengan
menyebarkan skala bullying yang berjumlah 26 item pernyataan pada
subyek penelitian, yaitu 10 siswa kelas VII A SMP Kristen 2 Salatiga.
Lima orang siswa pada kelompok kontrol dan lima orang siswa pada
kelompok eksperimen.
Tabel 4.6 dibawah ini akan menjelaskan mengenai skor pre test
dan post test bullying kelompok eksperimen.
Tabel 4.6 Hasil pre test dan post test skala bullying kelompok
eksperimen
Pre Test Post Test
No. Nama Skor Kategori No. Nama Skor Kategori
1 DV 84 Tinggi 1 DV 69 Sedang
2 MY 85 Tinggi 2 MY 57 Sedang
3 DN 80 Tinggi 3 DN 63 Sedang
4 JY 81 Tinggi 4 JY 60 Sedang
5 KN 80 Tinggi 5 KN 61 Sedang
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa terdapat penurunan skor skala
bullying masing-masing subyek penelitian pada kelompok
eksperimen. Skor skala bullying pre test kelompok eksperimen
menyatakan bahwa lima subyek penelitian merupakan siswa yang
memiliki perilaku bullying kategori tinggi,yaitu skor antara 80-104.
Sedangkan hasil pos test bullying yang telah disebarkan kepada siswa,
diketahui bahwa skor skala bullying masing-masing siswa menurun
dan berkategori sedang, yaitu skor antara 53-79. Hasil pre test dan
post test kelompok kontrol dan eksperimen akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Analisis data
menggunakan SPSS 16,0 for windows.
4.4. Analisis Data
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data
yang dianalisis adalah data skor post test skala bullying kelompok
eksperimen dan kontrol. Tabel 4.7 merupakan perbandingan hasil post test
skala bullying pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.7 tabel perbandingan hasil post test skala bullying pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
No. Nama Skor No. Nama Skor
1 DN 61 1 DM 83
2 DV 69 2 MC 80
3 JY 60 3 NR 82
4 KN 63 4 NT 84
5 MY 57 5 ST 82
Berikut ini merupakan analisis data perbandingan hasil post test
skala bullying pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji
dengan menggunakan analisis data Mann Whitney.
Tabel 4.8 Hasil analisis data perbandingan hasil post test skala
bullying pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ranks
VAR00002 N Mean Rank Sum of Ranks
VAR00003 kelompok kontrol 5 8.00 40.00
kelompok eksperimen 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
VAR00003
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setelah diberikan treatment berupa layanan bimbingan
kelompok teknik role play pada kelompok eksperimen, mean rank hasil
skala bullying pada kelompok ini berjumlah 8.00, sedangkan pada kelompok
kontrol yang tidak mendapat treatment berupa layanan bimbingan kelompok
teknik role play, jumlah mean rank hasil skala bullying pada kelompok ini
berjumlah 3.00. sehingga mean rank hasil skala bullying kelompok
eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank hasil skala bullying
kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil skala bullying kelompok eksperimen
dan kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil skor Asymp. Sig (2-tailed)
hasil analisis berjumlah 0.009 < 0.01.
Berikut ini merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre
test dan post test skala bullying pada kelompok eksperimen yang diuji
dengan menggunakan Mann Whitney.
Tabel 4.9 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post test
skala bullying pada kelompok eksperimen
Ranks
VAR00002 N Mean Rank Sum of Ranks
VAR00003 post test 5 3.00 15.00
pre test 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
VAR00003
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test
skala bullying pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test skala
bullying adalah 8.00, sedangkan mean rank post test skala bullying adalah
3.00, sehingga terdapat penurunan mean rank kelompok eksperimen
sebesar 5.00 dan mean rank hasil post test skala bullying lebih rendah dari
pada mean rank hasil pre test skala bullying pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara hasil pre test dan post test skala bullying pada
kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan skor Z -2.619 dan
hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.009 < 0.01.
4.5. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah Layanan bimbingan
kelompok teknik role play dapat mengurangi perilaku bullying pada siswa
kelas VII A SMP Kristen 2 Salatiga. Berdasarkan hasil analisis data yang
membandingkan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.009 < 0.01, sehingga
dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok
kontrol dan eksperimen. Selain itu, ada penurunan perilaku bullying yang
signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test
kelompok eksperimen dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) 0.009 < 0.01,
sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan analisis data tersebut maka
hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima.
4.6. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post
test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.009 < 0.01 sehingga dinyatakan ada
perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen. Selain itu, ada penurunan perilaku bullying yang
signifikan yaitu sebesar 5.00, dibuktikan dengan hasil analisis data mean
rank pre test yaitu 8.00 dan mean rank post test sebesar 3.00 pada kelompok
eksperimen.
Menurut Olweus (1993), bullying harus memiliki 3 unsur
didalamnya yaitu bersifat menyerang (agresif) dan negatif, dilakukan
berulang kali, ada ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.
Sedangkan menurut Beau Biden (2008) mengatakan bahwa bullying adalah
kondisi ketika satu anak atau sekelompok anak terus menyakiti anak-anak
lain dengan kata-kata atau tindakan. Jika bullying terus dibiarkan, maka hal
ini akan menyebabkan dampak yang buruk tidak hanya secara fisik akan
tetapi juga melemahkan mental dari diri anak.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku
bullying adalah melalui kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik role
play atau bermain peran. Benett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan
bahwa role play aatau bermain peran adalah suatu alat untuk
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian
mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang
pararel dengan yang terjadi dengan kehidupan yang sebenarnya.. Melalui
teknik ini, siswa diminta untuk memerankan peran sebagai pelaku, korban,
dan bystander, dalam teknik ini pula, siswa diberikan naskah atau skenario
yang berisi skrip percakapan yang didalamnya diberikan teknik atau cara
dalam menangani perilaku bullying secara tepat dan aman, baik itu bullying
verbal, fisik, ataupun mental. Dalam teknik role play ini siswa juga
diajarkan untuk melatih kosakata-kosakata bullying untuk mengatasi
bullying verbal dan mental, dilatih cara membentengi diri dari perilaku
bullying fisik, selain itu dalam kegiatan role play ini, peran pun juga diputar
secara bergantian, sehingga siswa dapat merasakan masing-masing peran
dalam situasi yang didramatisir. Dengan menggunakan ketiga peran yang
diperankan secara bergantian, siswa dapat memahami karakter dan dampak
yang berbeda pula pada masing-masing peran.
Melalui teknik ini, jika siswa mampu melakukan peran abstrak
sesuai skenario dan peran yang siswa lakukan dalam role play secara
sungguh-sungguh, maka siswa juga dapat melakukan peran yang sama pula
dalam kehidupan yang nyata, dengan demikian siswa dapat memahami dan
mengetahui bagaimana cara mengontrol dan membawa diri siswa dalam
lingkungan pergaulan untuk meminimalisir perilaku atau tindakan bullying
saat mereka berada dalam lingkungan pergaulan, selain itu role play juga
memberikan kesempatan untuk siswa menuangkan ekspresi dan perasaan
secara lebih tepat dan benar sebelum siswa diperhadapkan pada kondisi
nyata.
Dalam penelitian ini, terdapat 2 kelompok yang menjadi subjek
penelitian. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan
treatment berupa bimbingan kelompok teknik role play, sedangkan
kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment. Dalam setiap sesinya,
anggota kelompok eksperimen memainkan peran secara bergantian dengan
naskah yang sudah disusun penulis dengan topik yang berbeda-beda di
setiap sesinya. Layanan bimbingan kelompok teknik role play diberikan
kepada kelompok eksperimen dalam 8 sesi pertemuan. Penyusunan topik
layanan berdasarkan pada aspek-aspek perilaku bullying yang dikemukakan
oleh Beau Biden (2008) dengan dasar teori dari Olweus (2003), yaitu aspek
verbal, aspek fisik, dan aspek mental.
Dalam setiap sesi layanan bimbingan kelompok teknik role play
dilakukan evaluasi dengan melibatkan observer yang juga merupakan
anggota kelompok. Dengan menggunakan hasil pengamatan observer
diketahui bahwa di setiap sesi layanan anggota kelompok sangat antusias,
memberikan respon yang baik terhadap layanan yang diberikan dan
menunjukkan sikap yang diharapkan sesuai dengan tujuan layanan pada
setiap sesinya. Layanan diberikan di tempat yang nyaman sehingga anggota
kelompok dapat mengikuti layanan dengan baik dan dapat berjalan lancar.
Selain itu, Olweus (1993) menyatakan bullying dapat diturunkan
melalui 3 program campur tangan atau intervensi terhadap bullying. Salah
satu dari ketiga program tersebut yaitu program pada level atau tingkat
kelas, yang didalamnya terdapat kegiatan atau program yang dapat
dilakukan siswa di kelas dalam mengurangi perilaku bullying dengan jalan
role play atau bermain peran. Intervensi tersebut adalah penguatan korban,
dengan melatih siswa bermain peran dengan menggunakan skrip atau
naskah yang sudah tersedia dimana didalam naskah tersebut diberikan
teknik atau cara yang tepat untuk mencegah bullying berupa kosakata-
kosakata untuk menangulangi perilaku bullying.
Untuk mendukung penelitian penulis, penulis juga memasukan
penelitian terdahulu milik Zulaikah (2011) tentang “Perubahan Perilaku
Bystander Bullying Melalui Role Play Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri
8 Salatiga”, dan dari hasil analisis data dapat diambil kesimpulan ada
perubahan signifikan perilaku bystander bullying siswa kelas VIII E SMP N
8 Salatiga pada kelompok eksperimen setelah mengikuti layanan yang
diberikan, perubahan tersebut dikarenakan perlakuan bimbingan kelompok
teknik role play yang telah diikuti kelompok eksperimen, dimana terjadi
penurunan perilaku bystander bullying dari pre test 6 siswa berkategori
sedang, dan 4 siswa berkategori tinggi menjadi 3 siswa berkategori rendah,
dan 7 berkategori sedang dari hasil post test.
Hasil penelitian penulis pun juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Zulaikah (2011), yang menyatakan bullying dapat diturunkan
dengan bimbingan kelompok teknik role play. Hasil penelitian penulis
menunjukan penurunan perilaku tindakan bullying kelompok eksperimen
yang berjumlah 5 siswa yang berkategori bullying tinggi turun menjadi 5
siswa berkategori sedang setelah mendapatkan layanan bimbingan
kelompok teknik role play. Sehingga dari hasil penelitian Zulaikah (2011)
dapat mendukung dan melengkapi penilitian penulis, bahwa bimbingan
kelompok teknik role play dapat menurunkan perilaku bullying pada siswa.