bab iv hasil penelitian dan pembahasan · 2018. 7. 12. · pendidikan agama kristen. data responden...
TRANSCRIPT
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Gambaran Umum Kecamatan Tuntang
Daerah penelitian sesuai dengan perencanaan
penulisan, berada di Kabupaten Semarang,
tepatnya pada Kecamatan Tuntang. Dengan peta
wilayah seperti gambar di bawah ini.
Gambar 1.1
Peta Wilayah Kecamatan Tuntang
50
Gambar 1.1 diatas menunjukan peta wilayah
Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang terdiri
atas enam belas desa dan kelurahan. Kecamatan ini
terbagi atas enam belas desa antara lain : Kalibeji,
Gedangan, Sraten, Rowosari, Jombor, Candirejo,
Kesongo, Watuagung, Lopait, Tuntang, Delik, Tlogo,
Karangtengah, Karanganyar, Tlompakan, dan
Ngajaran.
Dengan mengacu pada gambar tersebut maka
yang menjadi lokasi penelitian penulis dari ke enam
belas desa di atas adalah SD Tlogo 01 yang berada
di Desa Tlogo, SD Karang Tengah 01 yang berada di
Desa Karang Tengah, SD Tlompakan 01 yang
berada di Desa Tlompakan dan SD Ngajaran 03
yang berada di Desa Ngajaran.
2. Gambaran Lokasi Penelitian
Sesuai dengan uraian gambaran umum daerah
penelitian yang telah disebutkan sebelumnya pada bab
ini. Dengan demikian sesuai persoalan penelitian,
penulis memilih empat sekolah dasar negeri di
Kecamatan Tuntang untuk dijadikan tempat atau
lokasi penelitian. Hal ini didasari oleh gugus atau
kelompok kerja guru Pendidikan Agama Kristen (PAK)
di beberapa sekolah dasar Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Ke empat Sekolah dasar tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut :
51
Tabel 4.1
Lokasi Penelitian
No. Nama Sekolah Dasar
Jenis
Sekolah
Dasar
Alamat /
kecamatan
1 SD Tlogo
Negeri Desa Tlogo,
Kecamatan
Tuntang
2 SD Karang Tengah 01
Negeri Jl. Macanan Tlogo, Desa
Karang Tengah,
Kecamatan
Tuntang
3 SD Tlompakan 01 Negeri Desa Tuntang,
Kecamatan
Tuntang
4 SD Ngajaran 03 Negeri Desa Ngajaran,
Kecamatan
Tuntang
Tabel 4.1. : Lokasi Penelitian
Data pada tabel 4.1 menjelaskan tentang lokasi
sekolah di empat desa atau kelurahan dimana penulis
melakukan penelitian yakni Sekolah Dasar Negeri
Tlogo, Karangtengah 01, Tlompakan 01 dan Ngajaran
03 dengan bertempat pada Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
a. Sumber Data Penelitian
Penelitian dilakukan melalui teknik observasi,
wawancara dan kuesioner. Tahap pendahuluan
yang dilakukan penulis adalah melakukan studi
lapangan dengan pengamatan langsung ke kelas
PAK dari guru responden dan pertemuan dengan
para guru PAK pada Gugus atau Kelompok Kerja
Guru PAK.
52
Dalam hasil penelitian, sesuai dengan prosedur
penelitian, penulis melakukan studi pendahuluan
dengan para guru PAK di Lokasi Penelitian, dan
dapat dikatakan Secara keseluruhan responden
guru PAK dalam penelitian telah berlangsung
berjumlah empat orang berdasarkan gugus atau
Kelompok Kerja Guru (KKG) mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen. Data responden dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Data Guru PAK
No Nama
Guru
Sekolah Dasar
Tempat
Mengajar
Mengajar Mata
Pelajaran
1. Sumaedi
SD Negeri Tlogo
Pendidikan Agama
Kristen
2. Sulastri
SD Negeri
Karang Tengah
01
Pendidikan Agama
Kristen
3. Turyanti SD Negeri
Tlompakan 01
Pendidikan Agama
Kristen
4. Paini SD Negeri
Ngajaran 03
Pendidikan Agama
Kristen
Tabel 4.2 : Responden Guru PAK SD
Tabel 4.2 diatas menunjukan data guru PAK
pada objek penelitian pada empat sekolah di kecamatan
53
Tuntang, kabupaten Semarang. Dengan masing-masing
sekolah dasar terdapat satu guru Pendidikan Agama
Kristen (PAK).
B. Analisa Data dan Pembahasan
Pada tahap ini akan dibahas analisa data dan
pembahasan sesuai prosedur penelitian dan
pengembangan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya.
Data ini dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk
melihat secara objektif kondisi real dalam pembelajaran
di kelas, tentang proses pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen yang berlangsung di beberapa sekolah
pada Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Terhadap persoalan ini, maka penulis melakukan
sebuah studi awal di lapangan atau studi pendahuluan
untuk menemukan hasil penelitian terkait dengan
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Dalam studi
pendahuluan, penulis menemukan hal-hal sebagai
berikut.
1. Pendidikan Agama Kristen
Pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen
(PAK) sebagai mata pelajaran bagi para guru PAK di
daerah penelitian penulis yaitu, bagi Guru PAK di
SD Tlogo, Tlompakan 01, Ngajaran 03 dan Karang
Tengah 01 adalah mata pelajaran tentang nilai-nilai
54
kekristenan, berisi tentang Fiman Tuhan,
menekankan tentang tingkah laku, perbuatan dan
kepercayaan seseorang dan PAK bukan sekedar
pelajaran untuk mendapatkan nilai raport tapi lebih
dalam dari itu yaitu membawa siswa menuju ke
kedewasaan sesuai dengan iman Kristen, nilai-nilai
kristiani.
Dengan demikian dapat dikatakan penulis yaitu
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
mengajarkan para siswa tentang pengenalan Allah
dalam diri Yesus Kristus, berlandaskan Firman
Allah dan membentuk siswa untuk bertumbuh
dalam kedewasaan iman. Dengan demikian
disampaikan oleh para guru PAK di Kecamatan
Tuntang bahwa pendidikan agama Kristen bertujuan
agar nilai-nilai Kristen tertanam pada anak atau
dapat mencontohi perilaku Yesus dalam
kehidupannya, serupa dengan pendapat Guru PAK
pada SD Ngajaran 03 yaitu supaya siswa dapat
mengenal Yesus lebih jelas dan supaya mengetahui
siapakah Yesus itu, dan ditambahkan oleh Guru
PAK SD Tlompakan 01 dan Karang Tengah 01
bahwa untuk mengenal Juru Selamat dan
meneladaninya, kemudian bagi Guru PAK Karang
Tengah 01 bahwa PAK tidak hanya untuk
mendapatkan nilai raport juga memperdalam iman
55
percayanya pada Tuhan Yesus, sehingga dapat
mengasihi sesama dan alam ciptaan.
Dengan demikian maka bagi penulis
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sangat
penting bagi para siswa karena selain membangun
pengenalan mereka akan Tuhan Yesus Sang
Juruselamat juga membuat anak didik bisa
membentuk diri mereka agar bisa menanamkan hal-
hal yang baik kepada sesama dan alam ciptaan.
2. Faktor-faktor Dalam Proses Pembelajaran PAK
Dalam mengajar PAK para guru dituntut agar dapat
mengatur proses pembelajaran dengan seefektif
mungkin. Karena hasil belajar siswa ditentukan oleh
proses pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu
dapat diuraikan sesuai dengan penelitian pembelajaran
PAK di empat Sekolah Dasar, Pada Kecamatan Tuntang
sebagai Berikut.
a. Guru
Guru merupakan ujung tombak dalam sebuah
proses pembelajaran. Baik buruknya sebuah proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan
guru dalam mengelola proses pembelajaran. Ada
beberapa hal tentang guru PAK yang ditemukan
dalam penelitian.
56
i. Kemampuan Guru PAK
Kemampuan guru merupakan fakor
pertama yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Terkait dengan hal ini dari hasil
penelitian ditemukan para Guru semampu
mereka merancang media pembelajaran sendiri.
Walaupun kurangnya media baik buku dan
sarana penunjang dalam mengajar tetapi
mereka berusaha untuk menyiapkan media
pembelajaran yang sesuai dengan dengan
materi. Seperti diungkapkan oleh salah satu
guru PAK di SD Karang Tengah 01, ketika
dalam mengajar misalnya tentang Peperangan
antara Daud dan Goliath, kami mengajarkan
anak dengan membuat kartapel. Hal ini senada
dengan Guru PAK di SD Tlompakan 01,
kemudian ada Perahu nuh juga, kami
mengajarkan anak dalam membuat perahu, dan
guru menyiapkan baskom isi air dan
dipraktekan anak. Hal-hal tertentu guru bisa
menyiapkan dan anak juga bisa mempraktekan
sendiri agar materi tentang Firman Allah dalam
Alkitab bisa dimengerti oleh anak.
Mengenai kemampuan yang harus dimiliki
oleh Guru PAK, maka penulis setuju dengan
peran seperti demikian. Sebab pengalaman
mengajar menjadi indikator empirik, hal ini
57
dengan melihat pada tingkat keterampilan guru
dalam mengajar. Asumsinya semakin lama
mereka mengajar, semakin menguasai materi
dan dapat menggunakan metode pembelajaran
secara baik. Karena itu dapat dikatakan
penguasaan materi adalah hasil bentukan
pengalaman mengajar. Ini dikarenakan setiap
materi yang diajarkan pada suatu semester
akan diulangi pada semester berikutnya.
Pengulangan terus menerus bagi mereka dapat
menumbuhkan pemahaman yang baru dan
guru mampu merancang sebuah pembelajaran
yang baik. Tetapi dirasakan bahwa ada guru
juga yang tidak berusaha untuk
mengembangkan kemampuan mengajar mereka
dengan alasan karena sudah tua.
ii. Sikap Profesional
Mengenai sikap professional seorang guru
ditemukan dalam penelitian bahwa, ada kesan
guru sudah tua. Karena usia mereka sudah di
atas 45 Ini diungkapkan oleh semua guru PAK
dimana peneliti melakukan observasi dan
wawancara dengan gugus atau kelompok keja
guru PAK di setiap sekolah lokasi penelitian.
Kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor
seperti alasan usia yang sudah tua, kurang
kreatif dalam mengembangkan metode
58
pembelajaran yang berkompetensi serta masih
menggunakan lebih banyak teknik ceramah.
Penulis tidak setuju dengan alasan usia
dan sikap pasif yang dikemukakan oleh guru
PAK dalam menjelaskan kekurangan dirinya.
Guru PAK yang telah memiliki kesempatan
mengajar seharusnya bisa mengembangkan
diri dalam merespon dunia pendidikan yang
senantiasa mengalami perubahan dan
kemajuan. Seorang pendidik seharusnya tidak
berhenti belajar. Dia harus terus menerus
memperdalam atau mencari informasi baru
mengenai keberadaan peserta didik yang
diajar, mengenai cara atau model pengajaran
yang menarik dan relevan.
Disamping kemampuan untuk merancangkan
pembelajaran juga bagi penulis sebagai pengajar
senantiasa mempersiapkan pengajaran dengan
baik, namun disamping itu guru juga harus
menjadi seorang pembelajar yang berkompeten
selalu memperdalam pengetahuannya dalam
bidang pengajaran yang ditekuni. Dalam
hubungannya dengan peran yang dilaksanakan
oleh guru PAK, kedua peran tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan
kompetensi guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
59
iii. Latar belakang pendidikan dan mengajar guru
Mengingat pentingnya Pendidikan Agama
Kristen dalam lembaga Pendidikan Fomal
(Sekolah) dalam penelitian ditemukan bahwa
rata-rata guru PAK pada SD Kecamatan
Tuntang Kabupaten berasal dari latar belakang
pendidikan jenjang Strata 1 (S1). Hal ini dapat
ditunjukan dalam tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3
Data Kualifikasi Kependidikan
No. Nama Guru Kualifikasi
Pendidikan Asal Sekolah
1 Sulastri S1 PAK SD Negeri Karang
Tengah 01
2 Turyanti S1 PAK SD Negeri
Tlompakan 01
3 Paini S1 PAK SD Negeri Ngajaran
03
4 Sumaedi S1 PAK SD Negeri Tlogo
Tabel 4.3 : Responden Guru PAK SD Kecamatan Tuntang
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 tampak
bahwa kondisi rill guru PAK SD di Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang ditinjau dari
kualifikasi pendidikan yakni rata-rata adalah
Strata satu (S1), ini menandakan bahwa
sebagai guru yang berasal dari jenjang
pendidikan S1 merupakan potensi sumber
daya manusia yang baik untuk meningkatkan
60
mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
di SD Kecamatan Tuntang.
Potensi kualifikasi Pendidikan oleh setiap
guru PAK ini ditemukan bahwa walaupun
masing-masing guru PAK pada SD Kecamatan
Tuntang rata-rata berasal dari latar belakang
pendidikan yang baik, tetapi masih kedapatan
memiliki kemampuan pengajaran yang lemah.
Padahal dengan latar belakang pendidikan
yang tinggi akan memungkinkan guru memiliki
pandangan wawasan yang luas dalam
mendesain proses pembelajaran. Ini yang akan
mempengaruhi mutu pembelajaran pendidikan
Agama Kristen.
Kemudian dalam melangsungkan proses
pembelajaran juga ditemukan beberapa hal
terkait dengan pengelolaan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
sebagai berikut:
Terkait dengan penelitian pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen di Kecamatan Tuntang
terkhususnya empat sekolah yang diteliti. Sesuai
pada tabel 4.3 telah dibahas tentang kualifikasi
pendidikan guru PAK pada SD Kecamatan Tuntang.
Dapat ditambahkan juga dalam merencanakan
pembelajaran yang baik guru perlu melakukan
rencana yang meliputi tujuan, materi, metode dan
61
penggunaan media dalam pembelajaran. Ditemukan
bahwa Perencanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen pada SD Negeri Kecamatan Tuntang
yaitu guru membuat alokasi waktu analisis KKM,
silabus, program tahunan, program evaluasi, soal-
soal evaluasi, program perbaikan dan pengayaan
serta soal-soalnya, Rencana Harian (RH), RH
sebelum mengajar, mengajar tuntas. Semuanya ini
bagi guru terkhususnya diungkapkan oleh Guru
PAK di SD Ngajaran 03 adalah untuk mengajak
siswa ke jalan yang benar.
Secara umum kerangka rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PAK di SD
Negeri Kecamatan Tuntang telah dirumuskan atas
dasar pertimbangan yang matang. Hal ini bisa
dicermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah memenuhi ketentuan dan standar
minimal yang ditetapkan oleh BSNP.
Terkait dengan perencanaan saat wawancara
dengan Kelompok Kerja Guru PAK di Kecamatan
Tuntang, mereka mengatakan bahwa dalam
perencanaan pembelajaran, RPP sudah dituntut
harus ada setiap guru sebelum melakukan
pengajaran, RPP sudah dipersiapkan jauh
sebelumnya karena juga termasuk tuntutan
memang harus ada dan harus mempunyai.
62
Persiapan yang matang dari seorang guru
sangatlah penting, untuk mengefektifkan proses
pembelajaran. Guru harus tahu dan paham
persiapan dan metode, serta baik atau buruknya
metode tersebut. Persiapan ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni persiapan tertulis dan
persiapan tidak tertulis. Persiapan tertulis meliputi
mempersiapkan rencana pembelajaran yang di
dalamnya terdapat Scenario pembelajaran yang
sesuai dengan metode-metode yang digunakan
untuk menyampaikan materi, mempersiapkan
bahan atau materi ajar dalam bentuk segmentasi
teks atau tugas yang disesuaikan dengan silabus,
persiapan sarana dan prasarana yang menunjang
pembelajaran PAK yang sesuai dengan materi.
Sedangkan persiapan tidak tertulis meliputi
persiapan mental, penguasaan bahan dan lain
sebagainya. Guru PAK dituntut untuk
merencanakan pembelajaran agar proses
pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan
salah satu Guru PAK di SD Karang Tengah 01,
beliau mengatakan bahwa “Pelaksanaan
pembelajaran di sekolah selalu melihat dari
pembelajaran RPP, tidak bisa dipisahkan antara
perencanaan dan pelaksanaan”
63
Pelaksanaan pembelajaran PAK di SD Negeri
Kecamatan Tuntang diampuh oleh Guru PAK.
Sedangkan untuk alokasi waktu pembelajaran PAK
adalah 4 (empat) jam yaitu 3 (tiga) jam untuk PAK
dan 1 (satu) jam untuk Budi Pekerti. Setiap jam
terdiri dari 35 menit. Atau ditambakan oleh guru
PAK SD Karang Tengah 01 yaitu tiap kelas 1 (satu)
kali pertemuan itu 3 (tiga) jam pelajaran PAK
ditambah 1 (satu) jam budi pekerti jadi setiap kelas
ada 4 (empat) jam pelajaran, 1 (satu) minggu sama
dengan 6 (enam) kali 4 (empat) jam pelajaran
menjadi 24 (dua puluh empat) jam pelajaran. Tetapi
dirasakan waktu yang tersedia tidak cukup
memadai. Selain persiapan guru yang berkaitan
dengan materi, pelaksanaan pembelajaran PAK di
SD Negeri Kecamatan Tuntang juga memperhatikan
pendekatan, media dan metode yang dipakai.
Kemudian ditemukan juga dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen, para guru PAK
menegaskan dalam pelaksanaan pembelajaran
dikembangkan dengan memiliki tujuan, isi,
kurikulum dan metode sebagai berikut:
a) Tujuan
(i) Agar materi yang diberikan oleh para guru
PAK semakin berbobot bahkan semakin baik
diterima oleh para siswa.
64
(ii) Membina dan membentuk moral para siswa
secara rohani dalam mengenal Yesus
Kristus.
(iii) Supaya nilai-nilai kristiani tertanam pada
anak dengan kuat.
(iv) Memperdalam iman percaya para siswa pada
Tuhan Yesus sehingga dapat mengasihi
sesama dan alam ciptaan Tuhan
b) Kurikulum
(i) Gereja
(ii) Firman
(iii) Konteks
c) Metode
Metode yang biasanya dipakai dalam
pembelajaran PAK adalah Cerita, Ceramah,
Tanya Jawab, Diskusi, Pemberian Tugas dan
Demostrasi
Penulis menganalisa bahwa metode penerapan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang
dilakukan oleh setiap guru berbeda-beda sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Namun meskipun
dengan konsep yang berbeda, menurut penulis pada
dasarnya guru PAK ingin memperkenalkan peserta
didik kepada iman kristiani dalam perbuatan yang
nyata setiap hari. Baik belajar memimpin doa
bersama, menjaga nilai-nilai kebenaran kristiani
dalam perbuatan nyata setiap hari. Baik belajar
65
memimpin doa bersama, menjaga nilai kebenaran
kristiani, kemampuan meceritakan kisah Alkitab
bahkan mengubah sikap peserta didik
Kemudian dalam pembelajaran ditemukan juga
keberhasilan suatu proses pembelajaran diukur dari
evaluasi yang telah dilakukan terhadap semua
komponen pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
PAK yang dilakukan berupa penilaian formatif,
dimana, ukuran keberhasilan siswa dinilai baik
secara angka, partisipasi maupun sikap. Baik
mengenai materi yang sudah disampaikan, tutur
kata dan rajin beribadah
Mengenai dengan penilaian guru PAK terhadap
peserta didik, angka yang diperoleh siswa pada
umumnya antara 60 sampai 65 Angka pencapaian
siswa ini menunjukan bahwa mata pelajaran PAK
dapat dipahami siswa dengan cukup baik. Penilaian
yang dilakukan tidak hanya semata-mata pada
tugas-tugas yang diberikan oleh guru PAK, tetapi
penilaian sikap anak didik.
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan adalah
evaluasi atau penilaian formatif, dimana guru
menilai secara keseluruhan dari pribadi siswa. Baik
itu penilaian secara angka, respon kreatif dan sikap.
Hal ini yang dinilai bukan hanya masalah kognitif
siswa, melainkan apakah penguasaan terhadap
66
materi pembelajaran dapat ditampilkan dalam
perbuatan nyata.
Secara keseluruhan evaluasi pengajaran
dilakukan pada sebelum semester usai. Dimana
guru mengumpulkan dan mengolah data siswa yang
bersumber dari tugas, hasil tes, penilaian sikap dan
yang lainnya untuk dibuat menjadi sebuah
penilaian. Penilaian juga tidak terlepas dari
pengamatan guru terhadap siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Evaluasi pengajaran yang dilakukan adalah
teknik penugasan, teknik tes tertulis dan penilaian
sikap, bentuk instrumen teknik tes penugasan
adalah tugas mandiri. Dan tugas kelompok
sedangkan bentuk instrumen teknik tes tertulis
adalah tes uraian. Penugasan biasanya dilakukan
langsung setelah mata pelajaran berakhir, tetapi tes
tertulis berupa ulangan dilakukan setelah materi
pelajaran disampaikan.
Penilaian terhadap siswa dilakukan 3 (tiga) aspek
yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun
sebagian besar responden hanya menyebutkan contoh-
contoh penilaian aspek kognitif dan psikomotorik,
sedangkan penilaian aspek afektif dan psikomotorik
saling tumpang tindih.
Beberapa bentuk evaluasi serta penilaian siswa yang
disebutkan adalah sebagai berikut: 1) Penilaian
67
penguasaan konsep teori (aspek kognitif) dilakukan
dalam bentuk tes tertulis maupun lisan (Tanya jawab,
diskusi); 2) Penilaian sikap murid (aspek afektif)
terhadap teman dan guru di sekolah; 3) Penilaian
tugas-tugas atau pekerjaan rumah penilaian (aspek
psikomotorik); 4) Absensi kegiatan ibadah ibadah dan
absensi kelas agama. Kemudian Bentuk penilaian
mandiri lainnya dari hasil prakarya peserta didik yaitu
berupa pembuatan pembatas alkitab, menulis puisi dan
hafalan Doa Bapa Kami dan Ayat Alkitab.
d) Sarana Belajar
Mengenai sarana belajar dalam pembelajaran
PAK. Ada beberapa hal yang ditemukan dalam
penelitian.
i. Ruang Kelas
Ada beberapa sekolah yang belum
menyediakan prasarana ruang khusus untuk jam
pelajaran agama Kristen, seperti di SD Tlogo dan
SD Ngajaran 03. Dalam penelitian ditemukan
bahwa ketersediaan sarana bagi guru PAK di SD
Tlogo 01 dan Ngajaran 03 sangat memprihatikan.
Di SD Tlogo 01 dikatakan oleh Pak Meidy sebagai
pengajar PAK bahwa tidak ada ruangan
mengajar, sehingga biasanya menggabungkan
tiga kelas sekali mengajar dari kelas 1 sampai
kelas 3. Hal ini dirasakan juga oleh Ibu Paini
68
selaku pengajar PAK di SD Ngajaran 03 bahwa
tempat pembelajaran yang tidak disediakan
sehingga waktu pembelajaran sering berpindah-
pindah mencari tempat yang nyaman, kadang
pembelajaran berlangsung di Ruang Guru,
Koperasi dan di halaman sekolah. Ketika akan
melaksanakan pembelajaran. Ketika mengajar
harus mencari-cari ruangan yang kira-kira dapat
dipakai sehingga kondisi ini menyita waktu jam
pelajaran yang sebenarnya. Kadang kala jika
tidak ada satupun ruangan yang dapat dipakai
pembelajaran dilaksanakan diluar ruangan (out
door) dimana guru dan murid belum tentu
mempersiapkan diri dengan situasi belajar yang
demikian.
Meninjau hal ini, penulis menganalisis
kondisi pembelajaran terkhususnya sarana
penunjang dalam mengajar PAK sangat
memprihatinkan. Padahal keberhasilan
implementasi penerapan pembelajaran atau mutu
pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana belajar. Kemudian daya serap anak dalam
belajar itu ditentukan oleh tingkatan usia
mereka. Ketika siswa secara bersamaan
diposisikan ada dalam satu kelas dengan
tingkatan umur yang berbeda dan materi yang
berbeda maka dapat menyebabkan siswa tidak
69
dapat belajar atau memperoses pengetahuan
dengan baik.
ii. Media dan Sumber Belajar
Media pembelajaran diartikan sebagai
sesuatu yang dapat di gunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan
siswa sehingga dapat mendorong proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang baik. Adapun media yang
digunakan oleh guru PAK di SD Negeri
Kecamatan Tuntang adalah sebagai berikut ada
yang masih menggunakan Kapur dan ada yang
sudah menggunakan spidol (White Board).
Media ini digunakan dalam menyampaikan
materi-materi PAK di kelas. Dengan
menggunakan media yang ada berarti
memberikan pengalaman belajar kepada siswa
mulai dari sesuatu yang abstrak menuju kepada
yang konkrit. Akan tetapi tidak selamanya media
pembelajaran tersebut dapat digunakan secara
tepat untuk berbagai situasi. Seorang guru
benar-benar dituntut untuk mampu dan jeli
memilih media pembelajaran agar supaya
pembelajaran bisa dilakukan seefektif mungkin.
Mengenai media dan sumber belajar dalam
pembelajaran PAK ditemukan juga pada SD Tlogo
70
01 terkhususnya dalam pengajaran PAK tidak
ada buku pegangan murid. Hal ini juga dirasakan
di SD Ngajaran 03 yang mana buku tidak lengkap
dan harus usaha sendiri. Sementara untuk Guru
PAK pada SD Karang Tengah dan Tlompakan 01
tidak ada masalah dalam ketersediaan media dan
sumber belajar. Guru tidak memaksakan murid
untuk membeli buku paket terbaru tapi buku
pelajaran dengan standar kurikulum terbaru,
sumbernya dari buku wajib Kementerian Agama
terbitan BPK Gunung Mulia, Buku PAK terbitan
Andi, LKS Terbitan BPK Gunung Mulia dan LKS
Jamrut dari Solo menjadi pegangan guru dan
kami mengopynya ke anak sesuai pembelajaran
agar anak mempelajarinya nanti setelah pulang
kerumah. Selain buku pegangan PAK juga ada
sumber belajar lainnya selain Alkitab sebagai
sumber pegangan hidup, Konkordansi Alkitab
dan Alkitab Penuntun Sumber berkelimpahan.
Dari hasil penelitian diatas penulis
menganalisa bahwa cara guru dalam
menjembatani kekurangan sumber belajar sangat
berbeda-beda. Terkait dengan kurangnya
tersedianya sumber belajar inipun akan
mempengaruhi siswa dalam belajar. Sekalipun
demikian ada buku milik guru sendiri sebagai
penunjang pembelajaran yang disesuaikan
71
dengan standar kompetensi sesuai kurikulum
yang sudah ditetapkan.
iii. Lingkungan Belajar
Mengenai lingkungan belajar, ditemukan
bahwa kurangnya kerja sama antara guru PAK
dengan pemimpin sekolah. Seperti dikatakan
oleh Ibu Sulastri sebagai guru PAK di SD
Karang Tengah 01 bahwa memang dulu waktu
masa kepemimpinan sekolah yang dulu kerja
sama kami baik sebagai terkhusunya guru mata
pelajaran PAK dan kepala sekolah. Mungkin
karena dulu Kepala sekolahnya beragama
Kristen, tetapi dengan adanya pergantian kepala
sekolah yang baru ini dalam hal ini non
kristiani membuat kurang kerja sama yang
baik. Ini dirasakan sama oleh Ibu Paini selaku
Guru PAK di SD Ngajaran 03 yang berimbas
pada tidak adanya ruangan tetap terkhususnya
bagi mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Bagi para guru PAK di SD penelitian
penulis ditemukan bahwa para guru
menciptakan suasana sekolah yang kondusif
dalam mendukung pembelajaran PAK antara
lain menciptakan tata tertib sekolah dalam
rangka meningkatkan akhlak peserta didik
sebagai berikut : Kewajiban mengucapkan
salam antara sesama teman dengan kepala
72
sekolah, peserta didik serta karyawan sekolah
apabila baru bertemu pada pagi hari atau mau
berpisah pada siang hari, Berdoa sebelum dan
sesudah pengajaran, Kewajiban untuk
menciptakan suasana aman, bersih, indah,
tertib, kekeluargaan dan rindang dilingkungan
sekolah dan sekitarnya, Kewajiban siswa
menghindari rasa dan sikap permusuhan,
perselisihan, dan pertengkaran antara sesame
serta meningkatkan sikap disiplin, Peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan lainya
berpakaian sesuai ketentuan yang ada.
Sesuai dengan lingkungan belajar di atas,
penulis menganalisa bahwa walaupun dipimpin
oleh Kepala Sekolah yang non Kristen yang
tidak ada hubungan kerja sama yang begitu
baik, tetapi cara guru PAK dalam menciptakan
kondisi pembelajaran dalam sekolah menutupi
kesenjangan yang ada, dan dikatakan baik.
e) Siswa
Terkait dengan siswa dalam pembelajaran di
sekolah penelitian penulis ditemukan bahwa
karakteristik siswa heterogen dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, agama serta kehidupan agama
masing-masing. Ini nampak dalam pola tingkah laku
73
sehari-hari juga minatnya untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Rata-rata sekolah dasar di Kecamatan
Tuntang, guru mengajar dengan jumlah murid yang
tidak sama. Ditemukan bahwa jumlah siswa sangat
sedikit setiap kelas I (satu) hanya terdiri dari 1 (satu)
siswa, contohnya pada kelas I (satu). Sementara
kelas II dan seterusnya bisa satu bahkan kurang
lebih 5 (lima) siswa.
Maka bagi jumlah murid yang terlalu sedikit
menjadi masalah dan mengajar dengan jumlah
murid terlalu banyak juga masalah karena kapasitas
kelas dianggap tidak proposional. Sementara guru
yang mengajar dengan jumlah murid sedikit
mengalami kendala kesulitan mengembangkan
strategi metode pembelajaran yang variatif. Maka
menghadapi keadaan kelas yang seperti ini guru
lebih banyak menggunakan metode ceramah dan
Tanya jawab. Sedangkan mengajar dengan jumlah
murid terlalu banyak guru mengalami kesulitan
untuk menfasilitasi kebutuhan dan kompetensi
seluruh peserta didiknya. Seperti contohnya Pa
Meidy pada SD Tlogo 01 dalam mengajar PAK
karena terlalu sedikitnya murid dan tidak adanya
ruangan belajar maka sekali mengajar
menggabungkan 3 (tiga) kelas dalam sekali tatap
muka yaitu siswa kelas 1 (satu) sampai 3 (tiga),
74
karena cakupannya tidak sesuai dengan
perkembangan yang seharusnya maka pembelajaran
tidak berjalan dengan baik. Kelas menjadi gaduh,
murid di ajak bernyanyi sebahagian besar ada yang
saling melempar dan main dengan teman
sebelahnya. Hal ini membuat Pa Meidy Guru PAK di
SD Tlogo 01 merasa tidak bisa memenuhi tujuan
pembelajaran dengan efektif.
Ada juga guru PAK yang karena jumlah murid
yang sedikit dan tersedianya ruangan belajar
khusus Mata Pelajaran PAK maka diajarkan dengan
tenang malah disebut dengan private.
Para siswa ini dibina dan dibimbing untuk
memberitakan karya kasih Allah di tengah dunia.
Mereka adalah anak dalam usia jenjang sekolah 6
(enam) sampai 12 (dua belas tahun). Terkait dengan
penelitian ini, maka penulis menganalisa bahwa
para siswa masih berada dalam masa pertumbuhan,
sebab itu adanya rasa saling membutuhkan untuk
dibina dan dibimbing.
Sebagian guru PAK telah melaksanakan tanggung
jawabnya dalam membelajarkan peserta didiknya,
Dalam wawancara dan observasi partisipan yang
dilakukan, maka guru PAK pada ke empat sekolah
dasar kecamatan tuntang selalu mengaplikasikan
materi PAK ke perbuatan sehari-hari para siswa.
Dalam konsep pengajaran Pendidikan Agama
75
Kristen dipahami oleh sebagian besar pengajar
sebagai respon nyata para siswa pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari. Para siswa
diberikan pemahaman bahkan tugas-tugas, untuk
melakukan perbuatan-perbuatan seorang Kristen
yang telah mereka pelajari dari guru disekolah.
Menurut penulis, hanya sebagian pengajar PAK
Sekolah Dasar yang memahami dengan baik konsep
pembelajaran yang harus dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengajar PAK seperti di
Karang Tengah 01 dan Tlompakan 01 memberikan
pemahaman yang mendalam kepada para murid
seperti tata cara yang baik ketika bersekutu
bersama Tuhan, bersikap mengasihi sesama,
melatih berdoa dan membuka Alkitab. Ini
menandakan bagi penulis dalam pembelajaran PAK
harus didukung dengan perbuatan nyata, salah
satunya kemampuan memimpin doa. Dimana
mengajar anak untuk mengenal Allah yang
menunjukan kasihNya melalui perlindungan. Dapat
dipelajari dari buku-buku yang berisi cerita-cerita
Alkitab. Namun, agar para murid menemukan
sendiri makna perlindungan Tuhan tersebut, mereka
dilatih untuk memanjatkan permohonan dalam doa.
Sehingga mereka terbiasa berkomunikasi dengan
Tuhan Yesus Kristus sebagai pelindung setiap
harinya.
76
Kemudian ditambahkan oleh Bapak Guru PAK di
SD Tlogo 01 juga diterapkan seperti mengurangi
kebiasaan buruk yang sering sekali terjadi dalam
lingkungan masyarakat bahkan sekolah, yaitu
kecenderungan menghakimi orang lain. Karena
dalam pembelajaran PAK memberikan pemahaman
bahwa sebagai umat Kristen, para siswa harus
bersikap bahkan mempertahankan nilai-nilai
kebenaran kristiani yang mereka pelajari. Sering kali
masyarakat kita cenderung menghakimi orang lain
yang berbuat kesalahan. Mulai dari melakukan
kekerasan psikologis maupun secara fisik. Dalam
pembelajaran PAK, para siswa ditanamkan sikap
kristiani yang penuh kasih. Hal ini bertujuan agar
mereka dapat menentukan bahkan melakukan sikap
yang benar sebagai seorang Kristen ketika berada
dalam kondisi tersebut.
Keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran PAK yang telah dipaparkan
sebelumnya di SD Tlogo 01 dan Ngajaran 03 tidak
kemudian membuat para guru itu kehilangan
semangat mengajar. Tetapi mereka mengusahakan
agar para siswa tidak hanya menerima pelajaran di
sekolah. Tetapi memberikan tugas bagi para siswa
untuk mengikuti ibadah sekolah minggu dan
melaporkan kegiatan yang mereka lakukan pada
saat kebaktian, terutama di sekolah minggu. Tujuan
77
utamanya adalah untuk melatih para siswa
memahami makna dari pelajaran mengenai bentuk
persekutuan kekristenan.
Pengadaan media dan alat peraga pembelajaran
PAK yang terbatas di sekolah dilakukan dengan
mengembangkan metode belajar yang aktif dan
kreatif. Yakni memberi tugas untuk membaca
Alkitab di rumah. Kemudian setiap kali pertemuan
di kelas PAK, para siswa diberikan kesempatan
untuk menceritakan kembali kisah atau tokoh yang
mereka baca dari Alkitab tersebut. Ini diterapkan
dengan tujuan agar dapat membantu meningkatkan
pemahaman para siswa dalam mengenal Tuhan
melalui Alkitab. Hal tersebut terbukti dari laporan
orang tua tentang para siswa yang selalu terpacu
untuk membaca Alkitab di rumah meski tanpa
ditugaskan.
Kemudian dirasakan oleh guru dalam belajar
bahwa ketidaktersedianya sarana dan media
pembelajaran bagi para siswa mengakibatkan
menjadi kendala dalam mengajar. Sehingga metode
yang selalu dipakai guru adalah adalah metode
cerita, diskusi, Tanya cawab, ceramah dan
demonstrasi.
Dengan demikian maka, dalam menganalisis
hal ini bagi penulis kurang setuju dengan metode
yang dipakai guru PAK di SD penelitian penulis
78
hanyalah satu arah atau lebih berpusat pada guru.
Sehingga model pembelajaran seperti ini membuat
siswa hanya menjadi penerima pasif. Model
pembelajaran ini lebih mengutamakan hasil
daripada proses. Padahal dalam pembelajaran PAK
lebih berpusat pada Alkitab, bagaimana mungkin
anak dapat memahami cerita tentang kisah-kisah di
Alkitab karena dengan memakai pembelajaran satu
arah. Hal ini mengakibatkan dalam pembelajaran
PAK anak menjadi jenuh. Karena guru PAK hanya
menginginkan hasil yang dicapai daripada proses
maka sebagian besar siswa memperoleh nilai dengan
remidi atau perbaikan. Karena rata-rata tidak
mencukupi nilai sesuai KKM 70.
Hal ini dapat digambarkan dalam tabel hasil
belajar sebagai berikut :
Tabel 4.4
Tabel Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen
SD Negeri Tlogo 01, Kecamatan Tuntang
Tahun
akademik
Nilai
tertinggi Kategori
2010/2011 60 Tidak Tuntas
2011/2012 61 Tidak Tuntas
2012/2013 65 Tidak Tuntas
2013/2014 64 Tidak Tuntas
Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK
SD Negeri Ngajaran 03, Kecamatan Tuntang
Tahun
akademik
Nilai
tertinggi Kategori
2010/2011 62 Tidak Tuntas
2011/2012 62 Tidak Tuntas
79
2012/2013 60 Tidak Tuntas
2013/2014 63 Tidak Tuntas
Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK
SD Negeri Tlompakan 01, Kecamatan Tuntang
Tahun
akademik
Nilai
tertinggi Kategori
2010/2011 60 Tidak Tuntas
2011/2012 60 Tidak Tuntas
2012/2013 62 Tidak Tuntas
2013/2014 64 Tidak Tuntas
Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK
SD Negeri Karang Tengah 01, Kecamatan Tuntang
Tahun
akademik
Nilai
tertinggi Kategori
2010/2011 63 Tidak Tuntas
2011/2012 62 Tidak Tuntas
2012/2013 62 Tidak Tuntas
2013/2014 65 Tidak Tuntas
Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa nilai rata-rata
yang kurang memuaskan karena nilai yang diperoleh
masih disekitar nilai standar ketuntasan belajar
minimal yang telah ditentukan yakni 70 secara rata-
rata belum memenuhi indikator standar ketuntasan
belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi
maka siswa dituntut untuk lebih memahami dan
menguasai materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Ini menandakan bahwa untuk menghasilkan
suatu mutu pembelajaran, guru sebagai manajer dalam
proses pembelajaran harus memperhatikan upaya
peningkatan kualitas belajar siswa secara
berkelanjutan. Bagaimanapun tanpa adanya upaya
80
kreatif dan inovatif dari guru terhadap pembelajaran di
setiap sekolah secara terencana dan terarah, maka
tidak mungkin dicapai pembelajaran yang efektif.
Karena itu peningkatan kualitas pengajaran
merupakan konsekuensi yang harus diperhatikan dan
ditingkatkan oleh para pengajar. Terkait dengan hal ini
sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Kristen, maka
siswa perlu dibina dan dibimbing untuk memberitakan
karya kasih Allah di tengah dunia. Mereka adalah anak
usia sekolah. Untuk itu adanya rasa saling
membutuhkan untuk dibina dan dibimbing.
Untuk itu dalam memaksimalkan proses
pembelajaran PAK maka diperlukan usaha oleh para
guru PAK sebagai desainer pembelajaran untuk
keberhasilan proses belajar-mengajar.
C. Pembahasan
Menyadari pentingnya mutu pembelajaran, maka
semestinya guru dituntut melakukan bidang tugasnya
secara professional. Setelah melakukan pengamatan
dalam penelitian dan analisa data terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Tlogo,
Ngajaran 03, Tlompakan 01 dan Karang Tengah 03.
Maka kendala yang telah dijelaskan terutama pada
kekurangan sarana pembelajaran terkait dengan media
dan sumber belajar yang adalah pendukung
pembelajaran, maka guru dituntut sebagaimana
81
mestinya untuk melakukan usaha perbaikan
kekurangan media dan sumber belajar tersebut.
Dalam menjembatani hal ini, pembelajaran
dikatakan baik dan bermutu ketika keberhasilan
pembelajaran itu didukung oleh salah satu faktor yaitu
ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber
belajar. Guru berperan sebagai desainer pembelajaran.
Terkait dengan masalah penelitian dalam
pembelajaran, salah satunya pada ketersediaan media
dan sumber belajar, maka sesuai dengan pertimbangan
penulis terhadap masalah faktor pembelajaran tentang
media pengajaran ini, maka masalah ini dapat
dijadikan potensi penulis untuk membuat media
pembelajaran yang dapat dipakai dalam pembelajaran.
Sesuai dengan analisis kebutuhan yang telah dibahas
sebelumnya maka dapat diusulkan rancangan model
konseptual berupa strategi hipotetik dan Produk desain
media pembelajaran PAK yang dipilih oleh penulis
adalah Flash Card.
1. Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen.
Mengenai rancangan model konseptual berupa
strategi hipotetik yang diusulkan penulis untuk
meningkatkan mutu pembelajaran menjadi tanggung
jawab guru sebagai berikut.
82
a. Guru Pendidikan Agama Kristen harus menciptakan
suasana kelas dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen dengan mendorong para peserta didik
agar mereka merasa dirinya penting, berharga
memliki bakat dan kemampuan sebagai anak
Tuhan. Ini dapat dilakukan dengan cara: Memasang
gambar Alkitab di dinding ruang kelas (kartun),
ruang kelas dapat juga ditata seperti taman dengan
menempel gambar pohon atau bunga. guru
memahami keadaan dan kebutuhan anak dan
mengingat semua nama mereka, agar mereka
merasa diri mereka penting bagi guru, menyambut
peserta didik dengan ramah-tamah, mengajak murid
bernyanyi lagu Pujian Kristen dan Memberi
kesempatan kepada anak dengan pujian agar bisa
memimpin doa sebelum memulai pelajaran
Pendidikan Agama Kristen.
b. Guru Pendidikan Agama Kristen harus menguasai
peserta didik dengan pendekataan kecintaan,
perhatian dan kasih sayang, tidak dengan ancaman
dan kekerasan. Hal ini dapat diterapkan dengan
cara menyambut anak dalam kelas sebelum
memulai pembelajaran dengan penuh kasih sayang,
senyum dan menanyakan bagaimana kabar mereka.
c. Guru harus mendekati peserta didik dengan teladan,
Positive Thingking dan dengan bahasa yang mudah
dipahami serta dengan cara yang mudah dipahami
83
dengan cara menciptakan iklim belajar yang
menyenangkan. Ini dapat dilakukan dengan cara
selalu menyapa anak dengan senyum ketika
berpapasan dan mengatur iklim pembelajaran
dengan menyanyikan lagu pujian anak sambil
bertepuk tangan atau dengan gaya anak setelah itu
mengajak anak dan berdoa, membaca Alkitab
sebagai sumber belajar sebelum mengajar.
d. Selalu belajar dari kesalahan dan kegagalan dalam
proses pembelajaran, serta tidak melakukan sesuatu
yang dilakukan oleh orang-orang yang telah gagal
dalam mendidik. Ini berarti guru harus selalu
mengevaluasi proses pembelajaran setiap selesai
mengajar.
e. Guru Pendidikan Agama Kristen harus menghargai
sekecil apapun pandangan, pendapat dan kreatifitas
peserta didik. Dapat dilakukan dengan cara selalu
memberikan pujian kepada anak ketika
menanyakan anak tentang materi pembelajaran
atau kreatifitas anak dalam memimpin doa, lagu
atau metode demonstrasi yang dilakukan anak
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen dan dapat juga member pujian kepada anak
ketika anak menyampaikan tugas rumah dari guru
seperti buku ibadah dan ayat hafalan.
f. Guru Pendidikan Agama Kristen harus memiliki
keteladanan dan professional yang memadai. Ini
84
berarti yang harus dilakukan guru PAK adalah
penyiapan diri sebelum mengajar baik materi dan
cara menyampaikan pelajaran.
g. Guru harus menciptakan iklim kelas yang terbuka.
Ini berarti karena pentingnya Pelajaran PAK maka,
guru dalam menyampaikan materi harus
menyampaikan komunikatif dengan peserta didik,
menghargai dirinya sebagai ciptaan Tuhan
kemudian anakpun dapat diajak untuk menghargai
sesame lingkungan dan keluarga sebagai pemberian
Tuhan yang maha mulia.
h. Guru harus bertindak sebagai pelayan belajar yang
bertugas membantu kesulitan belajar peserta didik,
serta tidak bertindak sebagai penguasa kelas. Ini
berarti dalam mengajar guru harus selalu ramah
dengan bahasa yang komunikatif agar peserta didik
mampu memahami materi pembelajaran.
Mengenai hal-hal di atas dalam peningkatan
strategi pembelajaran juga, seorang Guru PAK
diharapkan sebagai manajer yang kreatif dan inovatif
dalam proses pembelajaran PAK secara terencana dan
terarah agar pembelajaran menjadi efektif dan kualitas
pengajaran dapat ditingkatkan.
Mengingat guru sebagai manager pembelajaran
maka guru bertugas untuk memanajemen
pembelajaran dengan baik sebelum proses belajar
85
mengajar, selama mengajar dan sesudah mengajar agar
terjadi peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena
itu dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen, maka peran guru dalam memanajemen
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sebagai
berikut.
a. Manajemen sebelum proses belajar mengajar yang
termasuk dalam kegiatan inti antara lain :
i. Mengatur pembagian tugas mengajar
Pendidikan Agama Kristen
ii. Menyusun jadwal pelajaran Pendidikan Agama
Kristen
iii. Menyusun program pembelajaran baik program
per semester maupun program tahunan
iv. Menyusun atau membuat persiapan mengajar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
sekolah. (untuk pembelajaran PAK bisa dimulai
dengan Nyanyian, Doa, Pembacaan Alkitab baru
Mengajar Materi sesuai Standar Kompetensi)
b. Manajemen Selama Proses Pembelajaran. Kegiatan
ini akan meliputi antara lain :
i. Mengisi daftar kemajuan kelas
Guru harus menggambarkan sejauh mana
sesuatu kelas mempelajari materi pelajaran
Pendidikan Agama Kristen sebagaimana yang
terprogram dalam garis besar program
pembelajaran.
86
ii. Mengelola Organisasi Kelas
Mengatur siswa dalam pembelajaran baik
pengaturan tempat duduk, Alkitab da Buku-
buku pelajaran serta menggunakan metode
atau taktik bahkan strategi pengajaran agar
tujuan instruksionalnya tercapai secara efektif
serta efisien.
iii. Menyelenggarakan evaluasi hasil belajar
Dalam mengevaluasi hasil belajar
Pendidikan Agama Kristen, yang harus
dilakukan Guru PAK adalah menyusun soal,
mengawasi evaluasi, memeriksa hasil tes,
membuat dokumentasi nilai dalam buku nilai
(daftar nilai).
Sedangkan tugas dari pihak administrasi
adalah : Menggandakan soal dan Membuat
dokumentasi nilai dari buku nilai sekolah.
c. Manajemen sesudah selesai Proses Belajar
Mengajar.
i. Menyusun laporan hasil pendidikan
ii. Kegiatan pencatatan yang berhubungan
dengan masalah perbaikan proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Kristen (Remedial
teaching)
87
2. Desain Produk Pembelajaran.
Desain produk pembelajaran disusun
berdasarkan studi pendahuluan terhadap data-data
penelitian dalam proses pembelajaran pendidikan
Agama Kristen. Desain produk ini juga dibuat
berdasarkan hasil analisis temuan terhadap
masalah-masalah dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen yang dapat dijadikan
potensi dalam pengembangan desain produk
pembelajaran pendidikan Agama Kristen. Ketika
masalah dalam pembelajaran ditemukan
sebahagian besar terletak pada ketidak tersedianya
sarana dalam hal ini media pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen, maka sesuai
karakteristik siswa dalam penelitian, penulis
mengusulkan desain produk berupa media
pembelajaran Flash Card.
Tahap ini akan dirancang dan dibuat produk
berupa bahan ajar yang berwujud (tangible) dari
seluruh komponen dasar desain pembelajaran dengan
berbasis media grafis. Media Grafis yang dimaksudkan
disini adalah media yang aplikatif, sangat membantu
proses belajar mengajar, mudah dijalankan, serta
didapatkan atau dibuat. Dengan cara menggunakan
media pengajaran Flash Card. Hal ini disesuaikan
dengan kebutuhan siswa di kelas 1 dalam proses
kegiatan belajar-mengajar Pendidikan Agama Kristen
88
Pada beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
Flash Card adalah salah satu media yang
berwujud kartu berukuran 25 x 30 cm. Ada gambar di
sisi depan dan keterangan mengenai gambar tersebut
di sisi belakangnya. Penulis memilih Flash Card karena
sangat menarik karena penampilan gambar berwarna
dapat menarik perhatian siswa SD, praktis pembuatan
dan penggunaannya dan gampang diingat. Terkait
dengan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen selalu
berhubungan dengan Kisah Alkitabiah yang
diimplementasikan dalam kehidupan para siswa, maka
diusulkannya desain produk media pembelajaran Flash
Card ini. Kelebihan lainnya adalah penggunaan Flash
Card memungkinkan diadakannya metode permainan
yang edukatif sekaligus menyenangkan. Penggunaan
gambar pada sebuah muka kartu memiliki dampak
besar pada proses belajar dan penanaman konsep
dalam ingatan (Indriana, 2011)
Mengenai proses penggunaan Flash Card dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dapat
digambarkan dalam bagan 1.2 berikut
89
Bagan 1.2
Proses Persiapan Flash Card
Bagan 1.3
Desain Produk Media pembelajaran
Flash Card
Mengkaji
Kurikulum
PAK
Materi dan
Model Desain
Produk
Persiapan
media
Pengoperasian
D
E S
A I
N
Produk Media
Pembelajaran
Flash Card
1. Mempersiapkan
flashcard
2. Mengatur tempat
duduk
3. Menerangkan
flashcard
4. Siswa Mengamati
flashcard
5. Permainan Kreatif
Pembelajaran
Menggunakan
Media gambar
Flashcard
90
Dengan demikian, maka berikut ini adalah contoh
tampilan bahan ajar dengan menggunakan media grafis
menggunakan flashcard yang akan dikembangkan
dengan mengikuti alur tahapan dalam desain produk.
Alur Produk
Sesuai Tahapan Desain Produk Pembelajaran
Flash Card
a. Mengkaji Kurikulum mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen untuk melihat Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan
Pembelajaran pada Mata Pelajaran dapat
ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6
Kurikulum Mata Pelajaran PAK
KOMPETENSI INTI :
Mensyukuri Alam Ciptaan Allah dan Isinya
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR DAN TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Mensyukuri Alam
Ciptaan Allah dan Isinya
1. Mengenal dan merasakan Kasih Tuhan melalui ciptaanNya.
- Siswa dapat mensyukuri
alam ciptaan Allah dengan
cara memelihara alam
ciptaan Allah. 2. Menyayangi tumbuhan ciptaan
Tuhan dan ikut merawatnya.
- Siswa dapat merasakan kasih
Tuhan melalui tumbuhan
ciptaan Tuhan.
3. Menyayangi binatang Ciptaan
91
Tuhan.
- Siswa dapat mensyukuri
alam ciptaan Tuhan dengan
cara merawat alam ciptaan Tuhan.
4. Ikut Serta merawat lingkungan
sekitar.
- Siswa dapat mensyukuri
alam ciptaan Tuhan dengan
cara merawat alam ciptaan Tuhan.
b. Membuat Materi dan Model Desain Produk
Perancangan Media Pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen sesuai dengan Kurikulum dan
karakteristik siswa bersamaan denga persiapan da
pengoperasian media pembelajaran Flash Card
c. Mempersiapkan media pembelajaran Flash Card
d. Mengoperasikan Media Pembelajaran Flash Card
92