bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Daerah Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu ditampilkan pada Gambar 2 dan 3
Gambar 1. Peta Kabupaten Grobogan
Keterangan peta : yang diarsir adalah kecamatan Purwodadi
2
Gambar 2. Peta Kelurahan Purwodadi
Keterangan Peta :
: Batas Wilayah Kelurahan
: Batas Wilayah RW
: Sungai/ Kali/ Saluran
: 23 RW di Kelurahan Purwodadi
: Puskesmas
: Rumah Sakit
Kota Purwodadi adalah ibukota Kabupaten Grobogan provinsi
Jawa Tengah yang terletak pada 64 km sebelah tenggara Kota
Semarang, dan 64 km sebelah utara Kota Solo. Purwodadi memiliki
3
luas wilayah 77.656 Ha dengan jumlah penduduk 133.175 jiwa.
Purwodadi terdiri dari empat kelurahan yaitu Kelurahan Purwodadi,
Kuripan, Danyang dan Kalongan. Luas wilayah disetiap kelurahan
yaitu Purwodadi 39.051 Ha, Kuripan 5.200 Ha, Danyang 30.251 Ha,
dan Kalongan 3.154 Ha. Kepadatan penduduk disetiap kelurahan yaitu
Purwodadi 64.321 jiwa, Kuripan 24.448 jiwa, Danyang 22.734 jiwa,
Kalongan 21.672 jiwa.
Kelurahan Purwodadi terletak di Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Purwodadi
memiliki luas wilayah 39.051 Ha dengan kepadatan penduduk 64.321
jiwa. Kelurahan Purwodadi memiliki 23 RW dan 136 RT.
Peneliti hanya mengambil tempat penelitian berfokus pada 2 RW
saja yaitu RW Jagalan Utara (9RT) dan RW Jetis Barat (6RT). Alasan
peneliti mengambil RW Jagalan Utara yaitu karena berada pada pusat
kota dan dekat dengan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit,
praktek dokter, praktek bidan, klinik kesehatan dan puskesmas.
Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di RW Jetis Barat dengan
alasan jauh dari pusat kota dan fasilitas kesehatan.
Desa Truwolu terletak di Kecamatan Ngaringan, Kabupaten
Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Desa Truwolu memiliki luas wilayah
605.470 Ha dan jumlah penduduk 7.926 jiwa. Batas wilayah desa
4
Truwolu antara lain sebelah utara Bandungsari, selatan Sendangrejo,
barat Dapurno, dan timur Kalanglundo.
Gambar 3. Peta Desa Truwolu
4.2 Deskripsi Diri Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu
4.2.1 Jumlah Penderita Diabetes Mellitus
Diabetes adalah satu dari lima penyakit utama tidak menular
yang paling banyak di derita di Kabupaten Grobogan (Dinas
Kesehatan 2011). Kelima penyakit tersebut antara lain hipertensi,
asma, diabetes mellitus, gagal jantung dan paru obstruksi
kronik/menahun. Dengan masing-masing jumlah kasus yaitu hipertensi
(15.587 kasus), asma (6.344 kasus), diabetes mellitus (4.297 kasus),
deccom cordis/gagal jantung (944 kasus), paru obstruksi
kronik/menahun (459 kasus).
: Bidan Desa
5
Penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi berdasarkan
catatan Puskesmas Purwodadi 1 tahun 2013 328 penderita
sedangkan tahun 2014 sampai bulan Maret 161 penderita. Jumlah
tersebut hanya pada penderita rawat jalan saja karena Puskesmas
Purwodadi 1 tidak memiliki rawat inap.
Penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu berdasarkan
catatan Puskesmas Ngaringan sebanyak 10 penderita. Menurut Bidan
desa 5 orang penderita dan 2 penderita diabetes mellitus peneliti
dapatkan dari informasi warga desa. Sehingga total jumlah penderita
diabetes mellitus di desa Truwolu sebanyak 17 orang.
4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus
Berdasarkan data yang tercatat di Kelurahan Purwodadi jumlah
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 30.569 jiwa dan perempuan
33.752 jiwa.
Penderita diabetes mellitus berdasarkan catatan RS Panti
Rahayu (Yakkum) Purwodadi yang rawat jalan tahun 2010 dengan
jenis kelamin laki-laki 985 dan perempuan 1.122. Tahun 2011 jenis
kelamin laki-laki 996 dan perempuan 1.188. Tahun 2012 jenis kelamin
laki-laki 1.002 dan perempuan 1.206. Tahun 2013 jenis kelamin laki-
laki 1.054 dan perempuan 1.334. Penderita diabetes mellitus dengan
rawat inap tahun 2010 jenis kelamin laki-laki 231 dan perempuan 387.
Tahun 2011 jenis kelamin laki-laki 251 dan perempuan 458. Tahun
6
2012 jenis kelamin laki-laki 245 dan perempuan 525. Tahun 2013
dengan jenis kelamin laki-laki 263 dan perempuan 543.
Menurut catatan Puskesmas Purwodadi 1 penderita diabetes
mellitus di RW Jagalan Utara yang berjenis kelamin laki-laki 4 orang
dan perempuan 12 orang. Sedangkan di RW Jetis Barat yang berjenis
kelamin laki-laki 3 orang dan perempuan 8 orang.
Data penduduk desa Truwolu yang berjenis kelamin laki-laki
3.594 jiwa dan perempuan 4.327 jiwa.
Penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu berdasarkan
catatan Puskesmas Ngaringan yang berjenis kelamin laki-laki 4 orang,
sedangkan 13 lainnya berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut
berdasarkan catatan bidan, puskesmas, rumah sakit maupun warga di
desa. Data jenis kelamin diatas sejalan dengan hasil penelitian
terhadap responden (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Jenis Kelamin
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Laki-laki 7 25,9% 4 23,5%
Perempuan 20 74,1% 13 76,5%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.1. menunjukan jenis kelamin penderita diabetes mellitus
di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan baik penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan
7
Purwodadi) dan di desa terbanyak adalah sama berjenis kelamin
perempuan, dengan persentase di kota (74,1%) dan di desa (76,5%).
4.2.3 Agama
Agama yang terdapat di Kelurahan Purwodadi adalah agama
Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Hindu, Budha. Dengan jumlah
masing-masing agama yaitu Islam 48.028, Kristen Protestan 10.802,
Khatolik 5.012, Hindu 381 dan Budha 98. Agama yang paling
mendominasi di Kelurahan Purwodadi.
Penduduk desa Truwolu, berdasarkan catatan Kantor Balai Desa
Truwolu agama yang paling mendominasi adalah agama Islam.
Jumlah agama Islam 7.894 dan Kristen Protestan 32. Sedangkan
agama Khatolik, Hindu dan Budha tidak ada. Data agama diatas
sejalan dengan hasil penelitian terhadap responden (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Agama
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Islam 22 81,5% 16 94,1%
Khatolik 1 3,7% 0 0%
Kristen Protestan 4 14,8% 1 5,9%
Hindu 0 0% 0 0%
Budha 0 0% 0 0%
Konghucu 0 0% 0 0%
Kejawen 0 0% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
8
Tabel 4.2 menunjukan agama penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan baik penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan
Purwodadi) maupun di desa sebagian besar beragama Islam, dengan
persentase di kota (81,5%) dan desa (94,1%).
4.2.4 Pendidikan Terakhir
Menurut data dari Kantor Kelurahan Purwodadi tercatat yang
tidak pernah menempuh bangku pendidikan adalah 521 orang, tidak
tamat SD 1.056 orang, pendidikan terakhir SD 11.201 orang,
pendidikan terakhir SMP 4.342 orang, pendidikan terakhir SMA 25.491
orang, pendidikan terakhir Diploma 5.357 orang, pendidikan terakhir
S1 15.267 orang, pendidikan terakhir S2 1.051 orang, pendidikan
terakhir S3 35 orang.
Sedangkan menurut data Kantor Balai Desa Truwolu tercatat
yang tidak pernah menempuh bangku pendidikan adalah 561 orang,
tidak tamat SD 2.192 orang, pendidikan terakhir SD 2.178 orang,
pendidikan terakhir SMP 876 orang, pendidikan terakhir SMA 1.053
orang, pendidikan terakhir Diploma 735 orang, pendidikan terakhir S1
325 orang. Data pendidikan terakhir diatas sejalan dengan hasil
penelitian terhadap responden (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
9
Pendidikan Terakhir
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Tamat SD 2 7,4% 3 17,6%
SD 4 14,8% 5 29,4%
SLTP/SMP 3 11,1% 5 29,4%
SMA 9 33,3% 0 0%
Diploma 4 14,8% 2 11,8%
Pendidikan Terakhir
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
S1 4 14,8% 2 11,8%
S2 1 3,7% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.3 menunjukan pendidikan terakhir penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan
Purwodadi) terbanyak memiliki pendidikan terakhir SMA (33,3%),
sedangkan di desa terbanyak memiliki pendidikan terakhir SD dan
SMP (29,4%).
4.2.5 Pekerjaan
Berdasarkan data Kelurahan Purwodadi, tercatat yang tidak
bekerja 2.150 orang, sedangkan yang pekerjaan pegawai 26.213
orang, pekerjaan wiraswasta 32.115 orang, pekerjaan petani 2.231
orang, pekerjaan ibu rumahtangga 1.210 orang, lainnya sebanyak 402
orang.
Berdasarkan data dari Kantor Balai Desa Truwolu tercatat yang
tidak bekerja 718 orang, yang pekerjaan pegawai 931 orang, yang
pekerjaan wiraswasta 1.737 orang, yang pekerjaan petani 3.745
10
orang, dan pekerjaan ibu rumahtangga 561 orang, lainnya sebanyak
234 orang. Data pekerjaan diatas sejalan dengan hasil penelitian
terhadap responden (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Pekerjaan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Wiraswasta 14 51,9% 4 23,5%
Guru 5 18,5% 4 23,5%
Petani 3 11,1% 7 41,2%
Pensiunan 2 7,4% 0 0%
Ibu rumahtangga 3 11,1% 2 11,8%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.4 menunjukan pekerjaan penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan
Purwodadi) pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta (51,9%) dan di
desa pekerjaan terbanyak adalah petani (41,2%).
4.2.6 Status Pernikahan
Menurut data Kelurahan Purwodadi tercatat yang memiliki status
pernikahan belum menikah 23.959 orang, menikah 37.421 orang,
janda 2.325 orang, duda 616 orang.
11
Menurut data Kantor Balai Desa Truwolu tercatat yang memiliki
status pernikahan belum menikah 2.652 orang, menikah 5.101 orang,
janda 123 orang dan duda 50 orang. Data status pernikahan diatas
dapat dilihat juga dari hasil penelitian terhadap responden (Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Status Pernikahan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Belum Menikah 0 0% 0 0%
Menikah 23 85,2% 12 70,6%
Janda 3 11,1% 4 23,5%
Duda 1 3,7% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.5 menunjukan status pernikahan penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan baik di kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa
terbanyak memiliki status menikah, dengan persentase di kota
(85,2%) dan desa (70,6%).
12
4.3 Data Keluarga Dan Status Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus
Sampel di Kelurahan Purwodadi Dan Desa Truwolu
4.3.1 Jumlah Anak
Peneliti menanyakan jumlah anak untuk mengetahui data
keluarga responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui berapa jumlah anak
responden penelitian. Jumlah anak yang dimiliki oleh responden
(Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Jumlah Anak
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Memiliki Anak 0 0% 0 0%
1 Anak 3 11,1% 0 0%
2 Anak 10 37% 3 17,6%
3 Anak 9 33,3% 8 47,1%
4 Anak 4 14,8% 3 17,6%
5 Anak 1 3,7% 1 5,9%
7 Anak 0 0% 1 5,9%
9 Anak 0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.6 menunjukan jumlah anak penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan
13
Purwodadi) terbanyak memiliki 2 anak 37%, sedangkan di desa
terbanyak memiliki 3 anak 47,1%.
4.3.2 Jumlah Saudara Kandung Perempuan
Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti
menanyakan jumlah saudara kandung perempuan responden. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena
peneliti ingin mengetahui berapa jumlah saudara kandung perempuan
yang dimiliki responden penelitian. Jumlah saudara kandung
perempuan yang dimiliki responden (Tabel 4.7).
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Kandung Perempuan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu
Jumlah Saudara Kandung Perempuan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Ada 5 18,5% 2 11,8%
1 6 22,2% 2 11,8%
2 5 18,5% 3 17,6%
3 4 14,8% 7 41,1%
4 4 14,8% 0 0%
5 0 0% 2 11,8%
6 1 3,7% 1 5,9%
7 2 7,4% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.7 menunjukan jumlah saudara kandung perempuan
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
14
Truwolu. Data tersebut memperlihatkan di kota (Kelurahan Purwodadi)
terbanyak memiliki 1 saudara kandung perempuan 22,2%, sedangkan
di desa terbanyak memiliki 3 saudara kandung perempuan 41,1%.
4.3.3 Jumlah Saudara Kandung Laki-laki
Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti
menanyakan jumlah saudara kandung laki-laki responden. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
ingin mengetahui berapa jumlah saudara kandung laki-laki yang
dimiliki responden penelitian. Jumlah saudara kandung laki-laki yang
dimiliki responden (Tabel 4.8).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara
Kandung Laki-laki Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Jumlah Saudara Kandung Laki-laki
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Ada 5 18,5% 2 11,8%
1 9 33,3% 4 23,5%
2 6 22,2% 6 35,3%
3 6 22,2% 4 23,5%
4 0 0% 1 5,9%
5 1 3,7% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.8 menunjukan jumlah saudara kandung laki-laki
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data tersebut memperlihatkan di kota (Kelurahan Purwodadi)
15
terbanyak memiliki 1 saudara kandung laki-laki 33,3%, sedangkan di
desa terbanyak memiliki 2 saudara kandung laki-laki 35,3%.
4.3.4 Keluarga Yang Menderita Diabetes
Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti
menanyakan apakah ada keluarga responden yang juga menderita
diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya keturunan
diabetes mellitus yang diwariskan oleh keluarga responden. Ada
tidaknya keluarga yang menderita diabetes mellitus pada responden
(Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluarga Yang
Menderita Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Apakah Ada Orang Tua/Saudara Yang Menderita Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 17 63% 13 76,5%
Tidak 10 37% 4 23,5%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.9 menunjukan keluarga yang juga menderita diabetes
mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan
Purwodadi) maupun di desa terbanyak memiliki anggota keluarga
16
yang menderita diabetes mellitus juga dengan persentase di kota 63%
dan di desa 76,5%.
4.3.5 Anggota Keluarga Yang Menderita Diabetes
Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti
menanyakan siapa saja keluarga responden yang juga menderita
diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut karena peneliti ingin mengetahui siapa saja keluarga yang
menderita diabetes mellitus dan siapa saja yang mendapat keturunan
diabetes mellitus yang diwariskan. Siapa saja keluarga yang
menderita diabetes mellitus pada responden (Tabel 4.10).
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluarga Yang
Menderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Siapa Yang Menderita
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Ada 10 37% 4 23,5%
Ayah 5 18,5% 1 5,9%
Ibu 2 7,4% 0 0%
Kakek 2 7,4% 4 23,5%
Paman 1 3,7% 1 5,9%
Saudara Kandung 1 3,7% 0 0%
Ayah, Saudara Kandung
2 7,4% 0 0%
Ayah, Saudara Kandung, Nenek
1 3,7% 2 11,8%
Ayah, Ibu, Nenek 2 7,4% 1 5,9%
17
Ibu, Saudara Kandung, Nenek, Bibi
1 3,7% 1 5,9%
Ibu, Saudara Kandung, Kakek, Paman, Bibi
0 0% 3 17,6%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.10 menunjukan siapa keluarga yang juga menderita
diabetes mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan di kota
(Kelurahan Purwodadi) terbanyak keluarga yang menderita diabetes
mellitus juga adalah ayah 18,5% sedangkan di desa terbanyak
keluarga yang menderita diabetes mellitus juga adalah kakek 23,5%
4.3.6 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa
Untuk mengetahui status kesehatan responden, peneliti
menanyakan pernahkah responden melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah sebelum terdiagnosa. Hal tersebut peneliti tanyakan
untuk mengetahui sebelum responden didiagnosa diabetes mellitus
apakah responden memiliki kesadaran untuk cek kadar glukosa darah
dan melakukan pengontrolan status kesehatan. Pemeriksaan kadar
glukosa darah sebelum terdiagnosa pada responden (Tabel 4.11).
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kadar
Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Pernah Cek Kadar Gula Darah Sebelum Terdiagnosa
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 13 48,1% 6 35,3%
18
Tidak 14 51,9% 11 64,7%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.11 menunjukan pemeriksaan kadar glukosa darah
sebelum terdiagnosa pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di
kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa terbanyak tidak
memeriksakan kadar glukosa darah sebelum terdiagnosa, dengan
persentase di kota 51,9% dan di desa 64,7%.
4.3.7 Tempat Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum Terdiagnosa
Untuk mengetahui status kesehatan responden, peneliti
menanyakan tempat pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum
terdiagnosa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah
responden memanfaatkan sarana kesehatan sebagai tempat
pemeriksaan yang dipilih atau tidak. Tempat pemeriksaan kadar
glukosa darah sebelum terdiagnosa pada responden (Tabel 4.12).
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Pemeriksaan
Kadar Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Dimana Tempat Cek Kadar Gula Darah Sebelum Terdiagnosa
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Puskesmas 8 61,5% 4 66,6%
Bidan 1 7,7% 0 0%
Klinik Kesehatan 1 7,7% 0 0%
Rumah Sakit 3 23% 1 16,7%
Puskesmas, Klinik Kesehatan
0 0% 1 16,7%
Total 13 100% 6 100%
19
Tabel 4.12 menunjukan tempat pemeriksaan kadar glukosa
darah sebelum terdiagnosa pada penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan baik penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan
Purwodadi) maupun di desa terbanyak memeriksakan kadar glukosa
darah sebelum terdiagnosa adalah di Puskesmas, dengan persentase
di kota (61,5%) dan desa (66,6%).
4.3.8 Tingkat Keseringan Pemeriksaan Glukosa Darah Sebelum
Terdiagnosa
Untuk mengetahui status kesehatan responden peneliti
menanyakan tingkat keseringan pemeriksaan kadar glukosa darah
sebelum terdiagnosa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
apakah responden rutin dalam hal memeriksakan glukosa darah
sebelum terdiagnosa. Tingkat keseringan pemeriksaan glukosa darah
sebelum terdiagnosa pada responden (Tabel 4.13).
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan
Pemeriksaan Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Tingkat Keseringan Cek Kadar Gula Darah
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Pernah 14 51,9% 11 64,7%
10 hari sekali 2 7,4% 0 0%
14 hari sekali 2 7,4% 0 0%
1 bulan sekali 8 29,6% 4 23,5%
2 bulan sekali 1 3,7% 2 11,8%
3 bulan sekali 0 0% 1 5,9%
20
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.13 menunjukan tingkat keseringan pemeriksaan glukosa
darah sebelum terdiagnosa pada penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan baik di kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa
terbanyak 1 bulan sekali memeriksakan kadar glukosa darah sebelum
terdiagnosa, dengan persentase di kota (29,6%) dan desa (23,5%).
4.3.9 Pengetahuan Gejala Diabetes Mellitus
Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap gejala
diabetes mellitus, peneliti menanyakan apakah responden mengetahui
apa saja gejala diabetes mellitus. Tahu tidaknya gejala diabetes
mellitus yang responden (Tabel 4.14)
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gejala Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu
Apakah Mengetahui Gejala Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 27 100% 17 100%
Tidak 0 0% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
21
Tabel 4.14 menunjukan pengetahuan yang diketahui oleh
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan
Purwodadi) dan desa 100% mengetahui gejala penyakit diabetes
mellitus.
4.3.10 Gejala Yang Dialami
Peneliti menanyakan apakah responden mengetahui apa saja
gejala diabetes mellitus. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
gejala apa saja yang responden alami saat menderita diabetes
mellitus. Gejala apa saja yang dialami responden (Tabel 4.15)
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Yang Dialami
Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Gejala Yang Dialami
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Banyak kencing 1 3,7% 2 11,7%
Badan Lemas 3 11,1% 0 0%
Banyak kencing,badan lemas,pandangan kabur
7 25,9% 5 29,4%
Gejala Yang Dialami
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Banyak kencing,kesemutan,
0 0% 2 11,7%
Banyak kencing,banyak makan
2 7,4% 0 0%
Banyak kencing,berat badan turun
2 7,4% 0 0%
Banyak 4 14,8% 1 5,9%
22
makan,banyak kencing,badan lemas
Banyak makan,banyak minum,banyak kencing,badan lemas
2 7,4% 0 0%
Banyak kencing,badan lemas,berat badan turun
1 3,7% 1 5,9%
Banyak kencing,banyak minum,badan lemas,berat badan turun
0 0% 2 11,7%
Banyak makan,banyak kencing,banyak minum badan lemas,berat badan turun
3 11,1% 1 5,9%
Banyak kencing,badan lemas,pandangan kabur
2 7,4% 0 0%
Banyak makan,banyak kencing,banyak minum,badan lemas,kesemutan
0 0% 1 5,9%
Gejala Yang Dialami
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Banyak makan,banyak kencing,banyak minum,badan lemas,kesemutan,pandangan kabur
0 0% 2 11,7%
Total 27 100% 17 100s%
23
Tabel 4.15 menunjukan gejala yang dialami penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut
memperlihatkan baik di kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa
gejala terbanyak yang dialami sama yaitu banyak kencing, badan
lemas, dan pandangan kabur, dengan persentase di kota 25,9% dan
desa 29,4%.
Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara
kepada 5 responden yaitu sebagai berikut :
Responden 1 :“Gejalanya sama seperti adik-adik saya sampai sudah hafal mbak seperti kesemutan, pandangan mata kabur, sering lelah, sering kencing dimalam hari dan berat badan saya turun mbak”
Responden 2 :“Oh…gejala yang saya alami mata kabur, mudah
kelelahan, mudah lupa dan gampang stress” Responden 3 :“Yang pertama saya rasakan itu mata saya kabur
pandangannya, badan terasa lemas dan sering kencing malam hari”
Responden 4 :“Badan sering lemes gitu,terus sering kencing terus,
ditambah lagi bagian tubuh seperti kaki dan tangan terasa kesemutan terus”
Responden 5 :“ Sering kencing mbak malam hari, bias sampai 6-7 kali
kencing terus.
4.3.11 Pengetahuan Faktor Penyebab Timbulnya Diabetes
Peneliti menanyakan apakah responden mengetahui faktor
penyebab timbulnya diabetes mellitus. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui apakah responden memiliki pengetahuan yang baik
dalam hal faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya
24
diabetes mellitus. Tahu tidaknya responden terhadap faktor penyebab
timbulnya diabetes mellitus (Tabel 4.16)
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Faktor Penyebab
Timbulnya Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Mengetahui Faktor Penyebab Timbulnya Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 23 85,2% 15 88,2%
Tidak 4 14,8% 2 11,8%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.16 menunjukan pengetahuan tentang faktor penyebab
timbulnya diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan
Purwodadi) maupun di desa sebagian besar mengetahui faktor
penyebab timbulnya diabetes mellitus, dengan persentase di kota
(85,2%) dan desa (88,2%).
4.3.12 Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Diabetes
Peneliti menanyakan apakah responden mengetahui faktor
penyebab timbulnya diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti
menanyakan hal tersebut karena peneliti ingin mengetahui apakah
responden mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
timbulnya diabetes mellitus. Faktor yang menyebabkan timbulnya
diabetes mellitus pada responden (Tabel 4.17)
Tabel 4.17
25
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus
di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Keturunan 2 8,7% 2 13,3%
Pola makan 2 8,7% 4 26,7%
Keturunan,pola makan 5 21,7% 5 33,3%
Lingkungan,pola makan 2 8,7% 0 0%
Keturunan,kegemukan 1 4,3% 0 0%
Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,pola makan
4 17,4% 1 6,7%
Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,keturunan
2 8,7% 2 13,3%
Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,keturunan,lingkungan
1 4,3% 0 0%
Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,keturunan,lingkungan,pola makan
4 17,4% 1 6,7%
Total 23 100% 15 100%
Tabel 4.17 menunjukan faktor penyebab timbulnya diabetes
mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan
Purwodadi) maupun di desa faktor penyebab timbulnya diabetes
mellitus terbanyak karena keturunan dan pola makan, dengan
persentase di kota (21,7%) dan desa (33,3%).
Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara
yaitu sebagai berikut :
26
Responden 1 :“Menurut saya itu mungkin karena pola makan saya mbak sama dahulu saya itu kurang berolahraga karena aktivitas saya sebagai seorang pengajar. Bangun tidur masak untuk anak-anak kemudian jam 7 pergi mengajar jadi tidak ada waktu buat olahraga”
Responden 2 :“Karena pola makan saya yang tidak teratur hal
tersebut timbul karena kebiasaan saya yang suka makan pada malam hari”
Responden 3 :“Kalau menurut saya, menurut yang saya tahu, menurut
yang saya alami itu karena makanan dan karena saya kurang olahraga karena begitu sebelumnya saya kan sebetulnya sering sekali olahraga trus jadi jarang kok terus timbul gula darah saya menjadi 250 “
4.3.11 Pantangan Saat Menderita Penyakit Diabetes Mellitus
Peneliti menanyakan apa saja yang dihindari/ yang menjadi
pantangan saat menderita diabetes mellitus. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui apakah responden mengontrol diabetesnya dengan
mengatur pantangan makan saat menderita diabetes mellitus.
Pantangan yang dihindari saat menderita diabetes mellitus pada
responden (Tabel 4.18)
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pantangan Saat
Menderita Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Apa Yang Dihindari Saat Menderita Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak tahu 2 7,4% 0 0%
Makan makanan/ minuman manis
3 11,1% 5 29,4%
Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat
10 37% 7 41,1%
Apa Yang Dihindari Saat Menderita Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Makan makanan/ 2 7,4% 0 0%
27
minuman manis, stres
Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, stress
7 25,9% 1 5,9%
Makan makanan/ minuman manis, olahraga, stres
0 0% 2 11,8%
Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, makan sayur-sayuran
1 3,7% 0 0%
Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, makan sayur-sayuran, olahraga
2 7,4% 0 0%
Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, stres, menghindari makanan tinggi kolesterol
0 0% 2 11,8%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.18 menunjukan pantangan yang dilakukan penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
tersebut memperlihatkan baik di kota dan desa terbanyak memiliki
pantangan yang sama yaitu menhindari makanan/minuman yang
manis serta karbohidrat, dengan persentase di kota 37% dan desa
41,1%.
Persentase diatas didukung oleh wawancara ke 5 responden
sebagai berikut :
Responden 1 :“Saya tidak lagi mengkonsumsi makanan yang sifatnya manis-manis, terus saya gak makan nasi terlalu
28
banyak tetap saya kurangi karena nasi kan kadar gulanya tinggi”
Responden 2 :“Ya…yang saya hindari makanan yang mengandung gula terlalu tinggi seperti sirup”
Responden 3 :“Seperti emping mlinjo trus gula, saya tidak mengkonsumsi gula pasir tapi saya mengkonsumsi Sakorit atau Tropikanaslim untuk menghindari penumpukan gula didalam tubuh saya”
Responden 4 :“Ya…mengurangi minum-minuman manis ,gula pokoknya saya hindari”
4.3.12 Gejala Komplikasi Yang Dialami
Peneliti menanyakan apa saja gejala komplikasi yang dialami
responden. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui status kesehatan
dan komplikasi yang dialami penderita diabetes mellitus. Gejala
komplikasi yang dialami oleh responden (Tabel 4.19).
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Komplikasi Yang Dialami Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Gejala Komplikasi Yang Dialami
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Ada 19 70,3% 8 47%
Kebutaan 4 14,8% 1 5,9%
Luka gangrene 0 0% 4 23,5%
Jantung 1 3,7% 1 5,9%
Stroke 1 3,7% 0 0%
Kebutaan, luka gangrene
2 7,4% 1 5,9%
Kebutaan, luka gangren, stroke
0 0% 1 5,9%
Kebutaan, luka gangren, jantung, stroke
0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
29
Tabel 4.19 menunjukan gejala komplikasi yang dialami penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah
sama yaitu tidak memiliki gejala komplikasi, dengan persentase di kota
70,3% dan desa 47%.
4.4 Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi
Dan Desa Truwolu
4.4.1 Tempat Berobat
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan dimana tempat
berobat yang dipilih oleh responden. Hal yang mendasari peneliti
menanyakan tempat berobat adalah untuk mengetahui apakah
responden memanfaatkan fasilitas kesehatan atau tidak sebagai
tempat berobat yang dipilih. Tempat berobat yang dipilih responden
(Tabel 4.20).
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Berobat Penderita Diabetes
Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Pilihan Tempat Berobat
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Puskesmas 11 40,7% 6 35,3%
Bidan 4 14,8% 3 17,6%
Klinik kesehatan 4 14,8% 0 0%
Rumah sakit 4 14,8% 1 5,9%
Puskesmas,klinik kesehatan
4 14,8% 2 11,7%
Puskesmas, bidan 0 0% 2 11,7%
Klinik kesehatan, rumah sakit
0 0% 1 5,9%
Puskesmas, klinik kesehatan, tempat
0 0% 1 5,9%
30
pengobatan alternatif
Pilihan Tempat Berobat
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Pengobatan Alternatif 0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.20 menunjukan tempat berobat penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas
memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama memilih
tempat berobat ke Puskesmas, dengan persentase di kota 40,7% dan
desa 35,3%.
Persentase diatas didukung oleh hasil wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 :“Saya berobat ke RS Umum di Purwodadi sampai sekarang tiap 1 bulan sekali saya cek up ke RS itu”
Responden 2 :“Pertama saya pergi berobat di dokter praktek di
Purwodadi” Responden 3 :“Pergi ke Puskesmas itu tadi..” Responden 4 :“Pertama kali saya bawa ke Puskesmas mbak, kata
Puskesmas suruh bawa cek kedokter…Lalu saya bawa ke Dokter Utomo setelah itu tidak kuat lagi biayanya mahal jadi saya sekarang pergi ke pengobatan alternatif”
Responden 5 :“Cuma 1 bulan itu saya pergi ke Puskesmas setelah itu
ke Bidan desa mbak…”
4.4.2 Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang
mendasari pemilihan tempat berobat responden. Yang menjadi dasar
peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin
31
mengetahui apa saja alasan kuat yang mendasari responden memilih
tempat pengobatan. Apa saja alasan responden memilih tempat
berobat (Tabel 4.21)
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu
Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ekonomi 5 18,5% 9 52,9%
Jarak lebih dekat 2 7,4% 0 0%
Fasilitas 9 33,3% 6 35,3%
Ekonomi, jarak lebih dekat
7 25,9% 1 5,9%
Jarak lebih dekat, fasilitas
3 11,1% 0 0%
Fasilitas, lebih percaya berobat ke dokter
1 3,7% 0 0%
Fasilitas, terjamin dan pemeriksaan yang lengkap
0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.21 menunjukan alasan tempat berobat yang dipilih oleh
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan di kota terbanyak memilih
tempat berobat dengan alasan fasilitas 33,3% sedangkan di desa
terbanyak memilih tempat berobat dengan alasan ekonomi 52,9%.
Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara
kepada responden sebagai berikut :
32
Responden 1 :“Karena letaknya dekat dengan rumah saya, saya domisili memang di purwodadi jadi untuk mempersingkat waktu meringankan biaya karena saya kan seorang PNS jadi agak ringan biayanya kalau priksa di RS Umum”
Responden 2 :“Terus terang saya lebih percaya jika saya berobat ke dokter dibanding pergi ketempat lain”
Responden 4 :“Alasanya yang pertama ya tidak punya uang itu…uangnya pas-pasan, saya ini cuma ibu rumahtangga, suami saya cuma kuli bangunan ya mbak…mau ke dokter tapi mahal mbak..”
Responden 5 : “Ya itu tadi dekat dari rumah gak ongkos lagi ke Puskesmas sama biayanya lebih murah mbak maka dari itu saya pergi berobat ke Bidan desa”
4.4.3 Tingkat Keseringan Berobat
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan tingkat
keseringan berobat yang dilakukan responden. Hal yang mendasari
peneliti menanyakan tingkat keseringan berobat dikarenakan peneliti
ingin mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan yang dilakukan
responden dengan cara melihat seberapa sering responden pergi
berobat. Tingkat keseringan berobat pada responden (Tabel 4.22)
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Berobat Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu
Tingkat Keseringan Pergi Berobat/Periksa
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak pernah 2 7,4% 4 23,5%
Jarang 2 7,4% 2 11,8%
10 hari sekali 2 7,4% 0 0%
2 minggu sekali 4 14,8% 0 0%
1 bulan sekali 16 59,3% 8 47%
2 bulan sekali 1 3,7% 2 11,8%
33
3 bulan sekali 0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.22 menunjukan tingkat keseringan berobat pada
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa
terbanyak sama 1 bulan sekali pergi berobat, dengan persentase di
kota 59,3% dan desa 47%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 :“Tiap 1 bulan sekali saya cek up ke RS”
Responden 2 :“Dulu 1 bulan sekali kontrol kedokter tetapi sekarang saya tidak pernah kontrol lagi”
Responden 3 :“Dulu saya 1 bulan sekali cek up di Puskesmas Ngaringan tapi kebetulan kan saya sudah punya alatnya sendiri untuk jaga-jaga kalau gula darah saya tiba-tiba naik..”
Responden 4 : “Dulu ya 1 bulan sekali saya berobat, sekarang ya gak pernah mbak…gak punya uang…mending sekarang ini uangnya buat sekolah anak-anak”
4.4.4 Penggunaan Insulin
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah
responden menggunakan pengobatan insulin atau tidak. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan penggunaan insulin tersebut karena
peneliti ingin mengetahui ada tidaknya responden yang menggunakan
pengobatan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam
keadaan normal. Penggunaan insulin pada responden (Tabel 4.23)
34
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Insulin
Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Apakah Menggunakan Obat Insulin Untuk Mengontrol Kadar Gula Darah
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 1 3,7% 7 41,2%
Tidak 26 96,3% 10 58,8%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.23 menunjukan penggunaan insulin pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah
sama tidak menggunakan insulin, dengan persentase di kota 96,3%
dan desa 58,8% .
Persentase pada data di atas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 1 : “Tidak mbak…”
Responden 2 : “Tidak..tidak pernah..”
Responden 3 : “Tidak..tidak pernah sampai sekarang”
Responden 4 : “Gak mbak…saya gak tau itu apa”
Responden 5 : “Tidak pernah mbak…”
35
4.4.5 Lama Penggunaan Insulin
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan sudah berapa
lama responden menggunakan pengobatan insulin. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan lama penggunaan insulin dikarenakan
peneliti ingin mengetahui berapa lama penggunaan insulin yang sudah
dijalani responden. Selain itu peneliti ingin mengetahui ada tidaknya
responden yang tergantung dengan pengobatan insulin. Lama
penggunaan insulin pada responden (Tabel 4.24)
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan
Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Lama Penggunaan Pengobatan Insulin
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Menggunakan Insulin
26 96,3% 10 58,8%
< 1 Tahun 1 3,7% 2 11,7%
1 Tahun 0 0% 2 11,7%
2-3 Tahun 0 0% 1 5,9%
> 3 Tahun 0 0% 1 5,9%
>4 Tahun 0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.24 menunjukan lama penggunaan insulin pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan di kota yang menggunakan insulin dengan
lama kurang dari 1 tahun 3,7%, sedangkan di desa terbanyak
menggunakan insulin selama kurang dari 1 tahun dan 1 tahun masing-
masing 11,7%.
36
4.4.6 Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan di bagian tubuh
mana insulin biasa disuntikan. Yang menjadi dasar peneliti
menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui
bagian tubuh mana saja insulin disuntikan dan apakah penyuntikanya
dilakukan dibagian tubuh yang sama terus menerus atau tidak. Bagian
yang disuntik insulin pada responden (Tabel 4.25)
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bagian Tubuh Yang
Disuntik Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Menggunakan Insulin
26 96,3% 10 58,8%
Lengan Atas 1 3,7% 7 41,2%
Bokong 0 0% 0 0%
Perut 0 0% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.25 menunjukan bahwa bagian tubuh yang disuntik
insulin pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
(3,7%) dan Desa Truwolu (41,2%) adalah sama yaitu disuntikan di
lengan atas.
4.4.7 Frekuensi Suntik Insulin
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan berapa kali sehari
penyuntikan insulin dilakukan. Yang menjadi dasar peneliti
menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui
37
kepatuhan responden dalam menggunakan pengobatan insulin dalam
sehari. Frekuensi suntik insulin pada responden (Tabel 4.26)
Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Suntik Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Frekuensi Suntik Insulin
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak menggunakan insulin
26 96,3% 10 58,8%
Tidak pernah lagi suntik insulin
0 0% 5 29,4%
2 kali sehari 1 3,7% 0 0%
2 bulan sekali 0 0% 1 5,9%
3 bulan sekali 0 0% 0 0%
4 bulan sekali 0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.26 menunjukan frekuensi suntik insulin pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan di kota yang melakukan suntik insulin,
frekuensi suntik yang dilakukan adalah 2 kali sehari 3,7% sedangkan
di desa terbanyak tidak pernah lagi melakukan suntik insulin 29,4%.
4.4.8 Frekuensi Minum Obat
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan berapa kali sehari
responden meminum obat oral. Yang menjadi dasar peneliti
38
menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui
kepatuhan responden dalam meminum obat oral. Frekuensi minum
obat pada responden (Tabel 4.27)
Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Minum Obat Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Frekuensi Meminum Obat Dalam Sehari
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak pernah 2 7,4% 2 11,7%
1 kali sehari 8 29,6% 4 23,5%
2 kali sehari 15 55,6% 10 58,9%
3 kali sehari 2 7,4% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.27 menujukan frekuensi minum obat pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah
sama frekuensi minum obat dalam sehari adalah 2 kali sehari, dengan
persentase di kota 55,6% dan desa 58,9%.
Persentase pada data diatas di dukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “Diberi pil mbak biasanya 2 tablet saya minum 1 hari 1 kali”
Responden 2 : “Diberi obat pil dalam 1 hari diminum 1 kali”
39
Responden 3 : “ Saya cuma minum obat sekali saja terus saya rasa jantung saya berdebar-debar sampai sekarang saya tidak mau lagi minum obat”
Responden 4 : “kalau obat dari dokter saya minum 3 kali sehari”
Responden 5 : “Sehari Cuma 1 kali mbak…pagi aja minumnya…”
4.4.9 Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang
mendasari responden memilih menggunakan obat oral. Yang menjadi
dasar peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin
mengetahui apa saja alasan kuat yang mendasari responden memilih
menggunakan obat oral. Alasan memilih menggunakan obat oral pada
responden (Tabel 4.28)
Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Memilih
Penggunaan Obat Oral Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak pernah 2 7,4% 2 11,8%
Anjuran dokter 7 25,9% 8 47%
Cepat menurunkan kadar gula darah
0 0% 1 5,9%
Ekonomis 2 7,4% 3 17,6%
Anjuran dokter, ekonomis
3 11,1% 1 5,9%
Anjuran dokter, lebih terjamin
3 11,1% 0 0%
Anjuran dokter, cepat menurunkan kadar gula darah
3 11,1% 1 5,9%
Cepat menurunkan kadar gula darah, ekonomis
2 7,4% 1 5,9%
Anjuran dokter, cepat menurunkan kadar gula
5 18,5% 0 0%
40
darah, lebih terjamin
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.28 menunjukan alasan penggunaan obat oral yang
digunakan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun
di desa alasan memilih menggunakan obat oral adalah sama karena
anjuran dokter, dengan persentase di kota 25,9% dan desa 47%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 1 : “Alasanya cepat menurunkan kadar glukosa darah dan lebih terjamin”
Responden 2 : “ Karena anjuran dokter”
Responden 3 : “Tidak pernah lagi minum obat oral “
Responden 4 : “Karena anjuran dokter”
Responden 5 : “Karena anjuran dokter”
4.4.10 Upaya-Upaya Menurunkan Kadar Gula Darah
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan upaya apa saja
yang responden lakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti
ingin mengetahui upaya-upaya apa saja yang responden lakukan
untuk menurunkan kadar glukosa darah. Serta apakah responden
bersikap acuh tak acuh terhadap penyakit yang dideritanya atau tidak.
41
Upaya-upaya untuk menurunkan kadar glukosa darah pada responden
(Tabel 4.29)
Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya-Upaya
Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Upaya-upaya Menurunkan Kadar Gula Darah
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Diet 2 7,4% 3 17,6%
Olahraga 1 3,7% 1 5,9%
Obat tradisional 1 3,7% 1 5,9%
Diet, olahraga 6 22,2% 2 11,8%
Upaya-upaya Menurunkan Kadar Gula Darah
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Diet, obat tradisional 8 29,6% 6 35,3%
Olahraga, obat tradisional
1 3,7% 0 0%
Diet, olahraga, obat tradisional
8 29,6% 4 23,5%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.29 menunjukan upaya yang dilakukan penderita
diabetes mellitus untuk menurunkan kadar glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa
upaya yang dilakukan terbanyak sama yaitu dengan diet dan obat
tradisional, dengan persentase di kota 29,6% dan desa 35,3%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 1 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring serta lauk
42
pauk porsinya dikurangi kemudian mengurangi makan/minum yang manis, olahraga jalan-jalan didepan rumah selama 30 menit pada sore hari, pengobatan tradisional yang dilakukan dengan menggunakan obat herbal propolis yang diteteskan sebanyak 3-5 tetes kedalam 1 gelas air diminum 3 kali sehari”
Responden 2 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan mengganti nasi dengan makanan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian, olahraga yang dilakukan seperti voli, bulutangkis setiap hari di sekolah kurang lebih 30 menit - 1 jam, dan menggunakan pengobatan tradisional yaitu jamu yang di buat sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”
Responden 3 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan mengganti nasi biasa dengan nasi merah, obat tradisionalnya dengan menggunakan air rebusan batok kelapa yang diminum 1 kali sehari.
Responden 4 : “diet dengan cara sehari makan 2 kali pagi dan sore, pagi makan nasi kemarin dan sore makan nasi jagung, porsi dikurangi, pengobatan tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”
Responden 5 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan nasinya diganti dengan nasi kemarin, pengobatan tradisional yang dilakukan dengan cara meminum air rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”
4.4.11 Upaya Pengobatan Lain Selain Pengobatan Farmakologis
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah ada
usaha pengobatan lain yang responden lakukan selain pengobatan
farmakologis. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut
dikarenakan peneliti ingin mengetahui ada tidaknya usaha pengobatan
lain yang responden lakukan selain pengobatan farmakologis. Ada
43
tidaknya upaya pengobatan selain pengobatan farmakologis pada
responden (Tabel 4.30)
Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya Pengobatan Lain Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Adakah Upaya Pengobatan Lain Selain Pengobatan Farmakologis
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 18 66,7% 11 64,7%
Tidak 9 33,3% 6 35,3%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.30 menunjukan bahwa ada tidaknya upaya pengobatan
lain selain pengobatan farmakologis yang dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama
yaitu melakukan upaya pengobatan lain selain pengobatan
farmakologis, dengan persentase di kota 66,7% dan desa 64,7%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 1 : “saya gunakan pengobatan lain yaitu pengobatan tradisional dengan menggunakan obat herbal propolis yang diteteskan sebanyak 3-5 tetes kedalam 1 gelas air diminum 3 kali sehari”
Responden 2 : “iya…pakai pengobatan tradisional yang dilakukan
dengan cara membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”
Responden 3 : “tidak pernah minum obat lagi jadi menggunakan pengobatan tradisional yang dilakukan yaitu dengan cara meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok
44
kelapa yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari”
Responden 4 : “karena tidak punya biaya jadi melakukan pengobatan
tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”
Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air
rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”
4.4.12 Penggunaan Pengobatan Tradisional
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah
pengobatan lain yang dilakukan selain pengobatan farmakologis
adalah pengobatan tradisional. Hal yang mendasari peneliti
menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui
apakah responden menggunakan pengobatan tradisional atau tidak
untuk menurunkan kadar glukosa darah. Ada tidaknya penggunaan
tradisional pada responden (Tabel 4.31)
Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan
Pengobatan Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Apakah Menggunakan Pengobatan Tradisional
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 18 66,7% 11 64,7%
Tidak 9 33,3% 6 35,3%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.31 menunjukan penggunaan pengobatan tradisional
pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa
45
terbanyak sama yaitu menggunakan pengobatan tradisional, dengan
persentase di kota 66,7% dan desa 64,7%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 1 : “Ada mbak…saya dibelikan obat namanya propolis, itu katanya untuk semua macem penyakit. Saya coba dibelikan itu oleh anak saya beberapa botol kecil lalu saya minum 3 kali sehari.”
Responden 2 : “iya…pakai pengobatan tradisional yang dilakukan
dengan cara membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”
Responden 3 : “tidak pernah minum obat lagi jadi menggunakan
pengobatan tradisional yang dilakukan yaitu dengan cara meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok kelapa yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari”
Responden 4 : “karena tidak punya biaya jadi melakukan pengobatan
tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”
Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air
rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”
4.4.13 Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang
menjadi dasar responden menggunakan pengobatan tradisional. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti
ingin mengetahui alasan kuat yang menjadi dasar responden memilih
menggunakan pengobatan tradisional dibandingkan pengobatan
46
medis . Alasan menggunakan pengobatan tradisional pada responden
(Tabel 4.32)
Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Pengobatan
Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak menggunakan 9 33,3% 6 35,2%
Ekonomi 4 14,8% 3 17,6%
Lingkungan 2 7,4% 1 5,9%
Mudah didapat 4 14,8% 1 5,9%
Ekonomi, mudah didapat
3 11,1% 2 11,8%
Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Lingkungan, mudah didapat
2 7,4% 2 11,8%
Ekonomi, lingkungan, mudah didapat
3 11,1% 1 5,9%
Ekonomi, tradisi, mudah dapat
0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.32 menunjukan alasan pengobatan tradisional yang
dipilih pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di
desa alasan terbanyak penggunaan pengobatan tradisional sama
karena ekonomi, dengan persentase di kota 14,8% dan desa 17,6%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
47
Responden 1 : “Saya dibelikan obat propolis katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, maka dari itu saya coba. Mudah didapat tinggal beli di apotik “
Responden 2 : “Pada saat omong-omong sama teman saya mereka bilang ada namanya daun insulin khasiatnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, setelah itu saya coba. Sebenarnya itu tanaman mudah didapat saya sendiri juga tanam sendiri”
Responden 3 : “Karena saya tidak mau lagi minum obat makanya saya coba pengobatan tradisional, Puji Tuhan keluhan yang saya alami hilang”
Responden 4 : “Alasannya ya pertama mbak…saya cuma ibu rumahtangga uangnya pas-pasan mbak…dari pada buat berobat-berobat mending buat makan anak-anak saya buat sekolah anak-anak saya mbak”
Responden 5 : “Kata orang-orang bisa menyembuhkan penyakit gula karena rasanya yang tawar, dan bahannya mudah didapat di sekitar rumah”
4.4.14 Jenis Obat Tradisional Yang Digunakan
Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan jenis obat
tradisional seperti apa yang digunakan responden. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin
mengetahui jenis obat tradisional seperti apa yang responden
gunakan untuk dapat menurunkan kadar glukosa darah. Jenis obat
tradisional yang digunakan responden (Tabel 4.33)
Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Obat Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Jenis Obat Tradisional Yang Digunakan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Menggunakan 9 33,3% 6 35,3%
Obat Herbal 6 22,2% 4 23,5%
48
Jamu-Jamuan 12 44,4% 7 41,2%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4. 33 menunjukan jenis obat tradisional yang digunakan
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa
jenis obat tradisional terbanyak yang di gunakan sama yaitu jamu-
jamuan, dengan persentase di kota 44,4% dan desa 41,2%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “saya dibelikan obat herbal namanya propolis, itu katanya untuk semua macem penyakit. Saya coba dibelikan itu oleh anak saya beberapa botol kecil lalu saya minum 3 kali sehari”
Responden 2 : “membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus
daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”
Responden 3 : “meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok kelapa
yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari “
Responden 4 : “saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua
diminum 2 kali sehari” Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air
rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”
49
4.5 Pengelolaan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi
Dan Desa Truwolu
4.5.1 Cara Pengelolaan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus, peneliti menanyakan
pengelolaan apa saja yang dilakukan responden untuk mengendalikan
diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui pengelolaan apa
saja yang responden lakukan untuk dapat mengendalikan
penyakitnya. Serta sejauh mana usaha yang dilakukan responden
untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Pengelolaan yang
dilakukan oleh responden (Tabel 4.34)
Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Pengelolaan Yang Dilakukan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Diet 3 11,1% 7 41,2%
Olahraga 1 3,7% 1 5,8%
Diet, Olahraga 3 11,1% 2 11,8%
Diet, pengobatan 1 3,7% 2 11,8%
Olahraga, pengobatan 1 3,7% 0 0%
Diet, rutin cek darah, pengobatan
7 25,9% 0 0%
Diet, olahraga, rutin cek darah
1 3,7% 2 11,8%
Diet, olahraga, rutin cek 10 37% 3 17,6%
50
darah, pengobatan
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.34 menunjukan pengelolaan pada penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas
memperlihatkan pengelolaan yang dilakukan di kota terbanyak adalah
diet, rutin cek kadar glukosa darah, dan pengobatan 25,9%,
sedangkan di desa terbanyak adalah pengelolaan dengan cara diet
saja 41,2%.
Persentase data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “melakukan pemeriksaan kadar gula darah rutin 1 bulan sekali, diet dengan cara mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring dan terkadang nasinya diganti dengan nasi jagung serta lauk pauk porsinya, pengobatan melakukan pengobatan secara farmakologis dan pengobatan tradisional “
Responden 2 : “ pengelolaan dengan olahraga voli dan pola makan
diatur dengan cara mengurangi porsi makan dan melakukan pengobatan tradisional”
Responden 3 : “Dikelola dengan mengubah pola makan dan mengurangi porsi makan serta mengganti makan nasi merah, olahraga serta pengobatan tradisional dengan arang batok kelapa serta minum jus wortel rutin tiap pagi”
Responden 4 : “tidak pernah olahraga ya hanya melakukan pekerjaan ibu rumahtangga, sama mengurangi porsi makan dan mengganti dengan makan nasi jagung, pengoabatan di alternatif”
Responden 5 : “ Tidak pernah olahraga hanya bekerja di sawah, pengobatan di bidan kalau ada uang, sama mengganti makan dengan makan nasi jagung”
51
4.5.2 Pengelolaan Dengan Diet
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus, peneliti menanyakan
apakah pengelolaan yang dilakukan responden dengan melakukan
diet serta bagaimana cara melakukan diet tersebut. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
ingin mengetahui dengan cara seperti apa diet tersebut dilakukan oleh
responden dalam mengendalikan diabetes mellitus. Pengelolaan
dengan cara diet yang dilakukan responden (Tabel 4.35)
Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet Pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Cara Melakukan Diet
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Melakukan Diet 3 11,1% 0 0%
Mengurangi porsi makan 1 3,7% 0 0%
Mengurangi porsi makan, mengurangi yang manis-manis
15 55,5% 6 35,3%
Mengurang yang manis-manis, mengganti makanan dengan jenis makanan lain
2 7,4% 2 11,8%
Cara Melakukan Diet
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Mengurangi porsi makan, mengganti makanan dengan jenis makanan lain
0 0% 1 5,8%
Mengurangi porsi makan, mengurang yang manis-manis, mengganti makanan dengan jenis makanan lain
6 22,2% 8 47%
Total 27 100% 17 100%
52
Tabel 4.35 menunjukan pengelolaan dengan cara diet yang
dilakukan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan cara diet yang
dilakukan di kota terbanyak adalah mengurangi porsi makan dan
mengurangi yang manis-manis 55,5%, sedangkan di desa terbanyak
mengurangi porsi makan, mengurangi yang manis-manis, dan
mengganti makanan dengan jenis makanan lain 47%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “Mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring serta lauk pauk porsinya dikurangi kemudian mengurangi makan/minum yang manis”
Responden 2 :“Hanya mengurangi makan dan minum yang manis
serta porsi dikurangi” Responden 3 :“Diet dengan cara mengurangi porsi makan dan
mengganti nasi biasa dengan nasi merah” Responden 4 : “Mengurangi porsi makan dan nasinya diganti dengan
nasi kemarin” Responden 5 : “Diet dengan cara sehari makan 2 kali pagi dan sore,
pagi makan nasi kemarin dan sore makan nasi jagung, porsi dikurangi”
4.5.3 Frekuensi Makan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti
menanyakan berapa kali sehari responden melakukan makan. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena
peneliti ingin mengetahui kepatuhan menjalani diet itu sendiri dalam
53
hal frekuensi makan dalam sehari. Frekuensi makan yang dilakukan
oleh responden (Tabel 4.36)
Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Frekuensi Makan Dalam 1 Hari
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
2 kali sehari 7 25,9% 8 47%
3 kali sehari 17 63% 9 53%
>3 kali sehari 3 11,1% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.36 menunjukan frekuensi makan pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan frekuensi makan yang dilakukan terbanyak
baik di kota maupun di desa yaitu 3 kali sehari, dengan persentase di
kota 63% dan desa 53%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “Frekuensi makan tetap 3 kali sehari walaupun porsi makan dikurangi”
Responden 2 : “Frekuensi makan tetap 3 kali sehari” Responden 3 : “Dalam satu hari tetap makan 3 kali” Responden 4 :“Dulu kalau belum tahu kena diabetes ya 3-4 kali sehari
sekarang cuma 2 kali sehari pagi sama sore..biar cepet sembuh mbak…”
Responden 5 : “1 hari tu mbak kadang saya makan 1 kali kadang 2
kali gak tentu. Makan nasi jagung sedikit nanti makan ketelanya sedikit…1 piring itu gak penuh mbak”
54
4.5.4 Makanan Tambahan Lain Yang Di Konsumsi
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti
menanyakan ada tidaknya makanan tambahan lain yang dikonsumsi
oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut
adalah karena peneliti ingin mengetahui dalam melakukan diet,
apakah responden menggunakan makanan tambahan lain untuk
dikonsumsi serta tetap mempertahankan asupan gizi responden.
Adanya makanan tambahan lain yang dikonsumsi responden (Tabel
4.37)
Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Makanan Tambahan Lain Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu
Adakah Makanan Tambahan Lain Yang di Konsumsi
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 14 51,9% 9 52,9%
Tidak 13 48,1% 8 47,1%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.37 menunjukan ada tidaknya makanan tambahan lain
yang dikonsumsi pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di
kota maupun di desa terbanyak sama yaitu mengkonsumsi makanan
tambahan lain, dengan persentase di kota 51,9% dan desa 52,9%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
55
Responden 2 : “Menggunakan makanan tambahan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian”
Responden 4 : “Terkadang mengkonsumsi singkong dan ubi” Responden 5 : “Mengkonsumsi nasi jagung”
4.5.5 Jenis Makanan Tambahan Lain
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti
menanyakan apa saja jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi
oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut
adalah karena peneliti ingin mengetahui jenis makanan tambahan apa
saja yang responden konsumsi untuk mengelola diet itu sendiri. Jenis
makanan tambahan lain yang dikonsumsi responden (Tabel 4.38)
Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Makanan
Tambahan Lain Yang di Konsumsi Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Jenis Makanan Tambahan Yang di Konsumsi
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak ada tambahan makanan lain
13 48,1% 8 47%
Ubi-ubian 3 11,1% 2 11,8%
Nasi jagung 3 11,1% 0 0%
Beras merah 1 3,7% 0 0%
Buah 2 7,4% 0 0%
Ubi-ubian, nasi jagung 2 7,4% 3 17,6%
Ubi-ubian, buah 1 3,7% 1 5,9%
Jenis Makanan Tambahan Yang di Konsumsi
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Makanan ringan, buah 1 3,7% 0 0%
Buah, nasi jagung 0 0% 1 5,9%
Ubi-ubian, kacang-kacangan, nasi jagung
1 3,7% 1 5,9%
Ubi-ubian, nasih wadang dan nasi jagung
0 0% 1 5,9%
56
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.38 menunjukan jenis makanan tambahan lain yang di
konsumsi oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun
di desa jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi terbanyak
sama yaitu ubi-ubian dan nasi jagung, dnegan persentase di kota
11,1% dan desa 17,6%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 2 : “Menggunakan makanan tambahan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian”
Responden 4 : “Terkadang mengkonsumsi singkong dan ubi” Responden 5 : “Mengkonsumsi nasi jagung”
4.5.6 Pelaksanaan Diet
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti
menanyakan apakah responden melaksanakan diet setiap hari. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena
peneliti ingin mengetahui kepatuhan responden dalam melaksanakan
diet. Pelaksanaan diet yang dilakukan responden (Tabel 4.39)
Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Diet Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Apakah Tiap Hari Melakukan Diet
57
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 23 85,2% 16 94,1%
Tidak 4 14,8% 1 5,9%
Total 27 100% 7 100%
Tabel 4.39 menunjukan keseringan dalam melakukan diet oleh
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota dan di desa
sebagian besar melakukan diet setiap hari, dengan persentase di kota
85,2% dan desa 94,1%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 2 : “Setiap hari mbak..porsi dikurangi tetapi tetap makan 3 kali sehari”
Responden 3 : “Iya harus patuh tiap hari…karena saya merasa mempunyai resiko kencing manis dari bapak saya sehingga saya tetap mengelola badan saya sendiri supaya tidak terjadi komplikasi makanya saya patuh diet tiap hari…tetap makan dan tetap diet gitu mbak…”
Responden 5 : “Ya setiap hari sampai bosan…terkadang itu pengen makan nasi beras beli diwarung tapi jarang-jarang…Dulunya saya makan 3 kali sehari saya kurangi jadi 2 kali sehari kadang malah 1 kali sehari…kalau ketela biasanya dibuat cemilan aja…”
4.5.7 Penurunan Berat Badan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti
menanyakan ada tidaknya penurunan berat badan saat melakukan
diet dan berapa kg penurunan berat badan yang dialami. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
58
ingin mengetahui saat melakukan diet, apakah responden mengalami
penurunan berat badan secara signifikan atau tidak. Penurunan berat
badan responden (Tabel 4.40)
Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Jumlah kg Penurunan Berat Badan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak ada penurunan 23 85,2% 13 76,5%
2 kg 2 7,4% 2 11,7%
3 kg 1 3,7% 1 5,9%
4 kg 0 0% 1 5,9%
6 kg 1 3,7% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.40 menunjukan penurunan berat badan pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa yang paling
mendominasi adalah tidak adanya penurunan berat badan yang
dialami, dengan persentase di kota 85,2% dan desa 76,5%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “ Tidak ada penurunan berat badan mbak...malah naik karena saya banyak ngemil”
Responden 2 : “Kurang lebih 4 kg turun berat badan saya”
Responden 3 : “ya sekitar 2-3 kg mungkin dari efek saya diet tadi mbak”
59
Responden 4 : “Efeknya ya badan saya menjadi lebih kurus mungkin turun berat badan saya tetapi saya tidak pernah timbang mbak”
Responden 5 : “Berat badan turun 2 kg mbak…tapi saya biarkan saja”
4.5.8 Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti
menanyakan adakah pemantauan/evaluasi diet dari tenaga kesehatan
dan apa saja hal-hal yang dipantau oleh tenaga kesehatan. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
ingin mengetahui ada tidaknya pemantauan/evaluasi dari tenaga
kesehatan tentang diet yang dijalani responden. Serta hal-hal apa saja
yang tenaga kesehatan pantau dalam menjalani diet. Pemantauan diet
dari tenaga kesehatan pada responden (Tabel 4.41)
Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu
Adanya Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak ada 8 29,6% 9 52,9%
Kepatuhan diet 7 25,9% 3 17,6%
Makanan untuk diet 1 3,7% 1 5,9%
Berat badan 1 3,7% 0 0%
Kepatuhan diet, makanan untuk diet
1 3,7% 2 11,7%
Kepatuhan diet, waktu diet
4 14,8% 1 5,9%
Adanya Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Kepatuhan diet, berat badan
1 3,7% 0 0%
Kepatuhan diet, waktu diet, makanan untuk diet
4 14,8% 0 0%
60
Kepatuhan diet, makanan untuk diet, berat badan
0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.41 menunjukan pemantauan diet dari tenaga kesehatan
yang pernah dialami oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di
kota maupun di desa terbanyak adalah tidak adanya pemantauan diet
dari tenaga kesehatan, dengan persentase di kota 29,6% dan desa
52,9%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “Tidak ada”
Responden 2 : “Setahu saya tidak pernah”
Responden 3 : “Dulu tidak ada pantauan sekarang saya tidak pernah pergi periksa lagi”
Responden 4 : “Tidak pernah”
Responden 5 : “Tidak ada pemantauan mbak…orang desa kok”
4.5.9 Manfaat Latihan Jasmani
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan
olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan pengetahuan
responden mengenai manfaat latihan jasmani/olahraga bagi penderita
diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui pengetahuan tentang
61
manfaat olahraga/ latihan jasmani yang diketahui oleh responden
dalam mengendalikan diabetes mellitus. Pengetahuan manfaat
olahraga/ latihan jasmani pada responden (Tabel 4.42)
Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Manfaat Latihan
Jasmani Bagi Penderita Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Manfaat Olahraga/Latihan Jasmani Bagi Penderita Diabetes
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak tahu 5 18,5% 10 58,9%
Menurunkan kadar gula darah
6 22,2% 2 11,7%
Mencegah kegemukan 4 14,8% 0 0%
Mencegah komplikasi 1 3,7% 0 0%
Mengeluarkan keringat 0 0% 1 5,9%
Badan segar 1 3,7% 0 0%
Menurunkan kadar gula darah, mencegah komplikasi
5 18,5% 2 11,7%
Menurunkan kadar gula darah, mencegah kegemukan, mencegah komplikasi
5 18,5% 2 11,7%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.42 menunjukan pengetahuan manfaat latihan jasmani
bagi penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data di atas memperlihatkan di kota terbanyak mengetahui
manfaat olahraga yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah
22,2%, sedangkan di desa terbanyak tidak mengetahui manfaat
olahraga bagi penderita diabetes mellitus 58,9% .
62
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 1 : “Sebenarnya olahraga itu baik ya mbak untuk kesehatan apalagi yang mempunyai sakit diabetes seperti saya ini tetapi terkadang saya malas dan banyaknya rutinitas menjadikan saya lebih malas lagi…terkadang saya sempatkan jalan-jalan ya terasa segar jika keringat itu keluar tetapi kadang-kadang tidak sempat”
Responden 2 : “ Untuk mengendalikan diabetes saya harus olahraga, maka dari itu tiap hari saya bekerja biar mengeluarkan keringat supaya kadar gula darah saya bisa turun”
Responden 3 : “Manfaat olahraga ya seperti tadi saya sampaikan, sebagian besar bisa untuk mengurangi kadar gula darah”
Responden 4 : “Seger mbak kalau keringat sudah keluar walaupun capek pasti…kelihatanya seperti penyakit keluar lewat keringat saat melakukan pekerjaan tadi”
Responden 5 : “Olahraganya ya disawah itu bertani nanti keluar keringat sendiri kalau olahraga-olahraga lain gak pernah”
4.5.10 Pemeriksaan Sebelum Olahraga
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/
latihan jasmani, peneliti menanyakan sebelum melakukan olahraga
apakah responden melakukan pemeriksaan medis. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
ingin mengetahui ada tidaknya pemeriksaan medis sebelum
responden melakukan olahraga/ latihan jasmani. Pemeriksaan
sebelum olahraga yang dilakukan responden (Tabel 4.43)
63
Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Sebelum Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu
Apakah Ada Pemeriksaan Medis Sebelum Melakukan Olahraga
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 1 3,7% 0 0%
Tidak 26 96,3% 17 100%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.43 menunjukan ada tidaknya pemeriksaan sebelum
olahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun
di desa yang paling mendominasi adalah tidak adanya pemeriksaan
yang dilakukan sebelum olahraga, dengan persentase di kota 96,3%
dan desa 100%. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara kepada
5 responden di kota maupun di desa yang mengatakan tidak adanya
pemeriksaan medis sebelum olahraga.
4.5.11 Frekuensi Berolahraga
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/
latihan jasmani, peneliti menanyakan seberapa sering responden
melakukan olahraga/ latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti
menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui
keseringan melakukan olahraga dalam upaya mengendalikan diabetes
mellitus yang dilakukan oleh responden. Frekuensi olahraga yang
dilakukan responden (Tabel 4.44)
Tabel 4.44
64
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Frekuensi Olahraga/Latihan Jasmani
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak Pernah 8 29,6% 8 47%
Setiap hari 11 40,7% 6 35,3%
3 hari sekali 2 7,4% 1 5,9%
1 minggu sekali 5 18,5% 2 11,7%
Tidak tentu 1 3,7% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.44 menunjukan frekuensi berolahraga pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak
melakukan olahraga setiap hari, dengan persentase di kota 40,7% dan
desa 35,3%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
Responden 2 : “Melakukan olahraga setiap hari di sekolah seperti main voli dan bulu tangkis”
Responden 3 : “Dua hari sekali…pokoknya rutin 2 hari sekali mbak…”
4.5.12 Jenis Olahraga
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/
latihan jasmani, peneliti menanyakan jenis olahraga apa yang
responden lakukan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui jenis-jenis olahraga
seperti apa yang responden lakukan dalam mengendalikan diabetes
mellitus. Jenis olahraga yang dilakukan oleh responden (Tabel 4.45)
65
Tabel 4.45 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Olahraga Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Jenis Olahraga Yang Dilakukan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak ada 8 29,6% 8 47%
Joging 5 18,5% 2 11,8%
Senam 2 7,4% 0 0%
Bekerja 4 14,8% 4 23,5%
Joging,senam 3 11,1% 2 11,8%
Joging,bersepeda 3 11,1% 0 0%
Joging,bersepeda,bekerja 1 3,7% 1 5,9%
Jalan santai di sekitar rumah
1 3,7% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.45 menunjukan jenis olahraga pada penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas
memperlihatkan jenis olahraga yang paling banyak dilakukan di kota
adalah jogging 18,5% sedangkan di desa bekerja 23,5%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 2 : “ Olahraganya voli kalau tidak badminton “
Responden 3 : “Senam aerobik mbak… terkadang jalan-jalan/ lari-lari kecil disekeliling rumah atau dijalan sana 2-3 km sama suami saya mengelilingi sekolahan beberapa kali begitu…”
Responden 4 : “Tidak mbak…saya cuma ibu rumahtangga jadi olahraganya ya bersih-bersih rumah, nimba-nimba air, nyuci juga udah bikin badan saya berkeringat”
Responden 5 : “Tidak pernah mbak…olahraganya ya disawah itu bertani nanti keluar keringat sendiri kalau olahraga-olahraga lain gak pernah”
66
4.5.13 Lamanya Berolahraga
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/
latihan jasmani, peneliti menanyakan berapa lama responden
melakukan olahraga/ latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti
menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui
dalam mengelola diabetes mellitus berapa lama responden melakukan
olahraga/ latihan jasmani. Lamanya berolahraga yang dilakukan
responden (Tabel 4.46)
Tabel 4.46 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Olahraga
Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Lamanya Berolahraga
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak berolahraga 8 29,6% 8 47%
15 menit 4 14,8% 2 11,8%
30 menit 6 22,2% 1 5,9%
45 menit 5 18,5% 2 11,8%
>60 menit 4 14,8% 4 23,5%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.46 menunjukan lamanya berolahraga pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
diatas memperlihatkan lama berolahraga yang dilakukan penderita di
kota terbanyak 30 menit 22,2%, sedangkan di desa terbanyak lebih
dari 60 menit 23,5%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai
berikut :
67
Responden 2 : “kurang lebih 30 menit-60 menitan samapai keluar keringat”
Responden 3 : “1 jam mbak (60 menit)”
Responden 4 : “olahraganya ya bersih-bersih rumah, nimba-nimba air, nyuci juga udah bikin badan saya berkeringat yang berjam-jam”
Responden 5 : “ Namanya ibu rumah tangga ya bekerjanya macam-macam sampai berjam-jam mbak..”
4.5.14 Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan
olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya
penurunan berat badan yang dialami oleh responden saat melakukan
olahraga. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut
adalah karena peneliti ingin mengetahui saat melakukan
olahraga/latihan jasmani, responden mengalami penurunan berat
badan atau tidak. Penurunan berat badan saat berolahraga yang
dialami responden (Tabel 4.47)
Tabel 4.47 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan
Saat Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Ada tidaknya Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 18 66,7 % 6 35,3 %
Tidak 9 33,3 % 11 64,7 %
Total 27 100 % 17 100 %
Tabel 4.47 menunjukan penurunan berat badan pada penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data
68
diatas memperlihatkan di kota terbanyak mengalami penurunan berat
badan 66,7% sedangkan di desa terbanyak tidak mengalami
penurunan berat badan 64,7%.
4.5.15 Keluhan Saat Olahraga/Latihan Jasmani
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan
olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya keluhan
yang responden alami saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena
peneliti ingin mengetahui ada tidaknya keluhan yang dapat
membahayakan responden saat melakukan olahraga. Adanya keluhan
saat berolahraga yang dialami responden (Tabel 4.48)
Tabel 4.48 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Saat Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Ada tidaknya Keluhan Saat Melakukan Olahraga
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 5 18,5% 3 17,6%
Tidak 22 81,5% 14 82,4%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.48 menunjukan ada tidaknya keluhan saat olahraga
pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa
yang paling mendominasi adalah tidak adanya keluhan yang dialami
saat berolahraga, dengan persentase di kota 81,5% dan desa 82,4%.
69
4.5.16 Keluhan Yang Dialami
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan
olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan keluhan apa saja yang
responden alami saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
ingin mengetahui keluhan apa saja yang dialami responden yang
dapat membahayakan responden saat melakukan olahraga. Keluhan
yang dialami responden (Tabel 4.49)
Tabel 4.49 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Yang Dialami Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu
Keluhan Yang Dialami Saat Berolahraga
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak ada 22 81,5% 14 82,3%
Lelah 2 7,4% 1 5,9%
Lemas, lelah 3 11,1% 1 5,9%
Sesak nafas, nyeri 0 0% 1 5,9%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.49 menunjukan keluhan yang dialami pada penderita
diabetes mellitus saat berolahraga di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan keluhan yang dialami penderita
diabetes mellitus di kota terbanyak adalah lemas dan lelah 11,1%,
sedangkan di desa sebanyak 5,9% mengalami keluhan lelah, lemas,
sesak nafas dan nyeri .
Persentase pada data di atas didukung oleh wawancara kepada
responden sebagai berikut :
70
Responden 2 : “ Tidak ada keluhan yang berat paling hanya lelah saja”
Responden 3 : “ Tidak ada keluhan…”
Responden 4 : “ Bada terasa capek saja “
Respponden 5 : “ Tidak ada keluhan”
4.5.17 Terapi Insulin Saat Berolahraga
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan
olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya terapi
insulin yang digunakan saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal
yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena
peneliti ingin mengetahui apakah responden menggunakan terapi
insulin saat melakukan olahraga/latihan jasmani atau tidak. Ada
tidaknya terapi insulin yang dilakukan responden (Tabel 4.50)
Tabel 4.50 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Terapi Insulin Saat
Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Apakah Mendapat Terapi Insulin Saat Melakukan Olahraga
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Ya 0 0% 0 0%
Tidak 27 100% 17 100%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.50 menunjukan ada tidaknya terapi insulin saat
berolahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan 100% tidak ada terapi
insulin saat berolahraga yang dilakukan bagi penderita diabetes
mellitus di kota maupun desa. Hal tersebut di dukung oleh wawancara
71
kepada 5 responden di kota dan desa yang mengatakan tidak
melakukan terapi insulin saat berolahraga.
4.5.18 Pemantauan Olahraga Dari Tenaga Kesehatan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan
olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan apakah ada
pemantauan/evaluasi dari tenaga kesehatan saat melakukan
olahraga/latihan jasmani serta aspek apa saja yang dipantau oelh
tenaga kesehatan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal
tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya
pemantauan dari tenaga kesehatan dan aspek apa saja yang dipantau
dari tenaga kesehatan. Pemantauan olahraga dari tenaga kesehatan
yang dialami responden (Tabel 4.51)
Tabel 4.51 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Olahraga
Dari Tenaga Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Pemantauan/Evaluasi Olahraga Dari Tenaga Kesehatan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak ada 18 66,7% 16 94,1%
Kepatuhan olahraga 8 29,6% 1 5,9%
Kepatuhan olahraga dan waktu olahraga
1 3,7% 0 0%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.51 menunjukan pemantauan olahraga dari tenaga
kesehatan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun
72
di desa terbanyak tidak ada evaluasi atau pemantauan dari tenaga
kesehatan, persentase di kota 66,7% dan desa 94,1%.
Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada
5 responden sebagai berikut :
Responden 2 : “ Tidak ada pemantauan dari tenaga kesehatan”
Responden 3 : “ Tidak ada mbak…tidak pernah”
4.5.19 Pengelolaan Pengobatan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan cara
mengelola pengobatan, peneliti menanyakan pengelolaan pengobatan
apa yang dilakukan responden untuk mengendalikan diabetes
mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah
karena peneliti ingin mengetahui pengelolaan apa saja yang
responden lakukan dalam menjalani pengobatan diabetes mellitus.
Pengelolaan dengan pengobatan yang dilakukan responden (Tabel
4.52)
Tabel 4.52 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan
Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Pengobatan Yang Dilakukan Dalam Pengelolaan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak melakukan pengobatan
3 11,1% 0 0%
Pengobatan medis 7 25,9% 6 35,3%
Pengobatan tradisional 4 14,8% 6 35,3%
Pengobatan medis dan tradisional
13 48,1% 5 29,4%
Total 27 100% 17 100%
73
Tabel 4.52 menunjukan pengelolaan pengobatan yang dilakukan
oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota dan desa terbanyak
melakukan pengelolaan dengan pengobatan medis dan tradisional,
dengan persentase di kota 48,1% dan di desa 35,3%.
4.5.20 Kepatuhan Menjalani Pengobatan
Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan cara
mengelola pengobatan, peneliti menanyakan kepatuhan dalam hal
mengelola pengobatan serta kepatuhan dalam hal apa yang dilakukan
responden untuk mengendalikan diabetes mellitus. Hal yang
mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti
ingin mengetahui patuh tidaknya responden dalam mengelola
pengobatan. Serta kepatuhan dalam hal apa saja yang dilakukan
responden. Kepatuhan menjalani pengobatan yang dilakukan
responden (Tabel 4.53)
Tabel 4.53 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Menjalani
Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
Kepatuhan Dalam Menjalani Pengobatan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
Tidak menjawab 3 11,1% 0 0%
Waktu pengobatan 1 3,7% 1 5,9%
Cara pemberian pengobatan
2 7,4% 0 0%
Dosis pengobatan
3 11,1% 0 0%
Kepatuhan Dalam Menjalani Pengobatan
Kategori Kota Persentase Desa Persentase
74
Waktu pengobatan, dosis pengobatan
3 11,1% 3 17,6%
Waktu pengobatan, cara pemberian pengobatan
3 11,1% 0 0%
Cara pemberian pengobatan, dosis pengobatan
3 11,1% 1 5,9%
Waktu pengobatan, cara pemberian pengobatan, dosis pengobatan
9 33,3% 12 70,5%
Total 27 100% 17 100%
Tabel 4.53 menunjukan kepatuhan menjalani pengobatan pada
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa
terbanyak sama yaitu patuh dalam hal waktu pengobatan, cara
pemberian pengobatan, dan dosis pengobatan, dengan persentase di
kota 33,3% dan desa 70,5%.
4.6 Pembahasan
Penelitian yang bertujuan mengetahui perilaku pengobatan dan
pengelolaan diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi, mengetahui
perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Desa
Truwolu, membandingkan perilaku pengobatan dan pengelolaan
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu,
didapatkan hasil :
75
4.6.1 Banyaknya Penderita Diabetes Mellitus Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu
Tujuan peneliti menanyakan banyaknya penderita diabetes
mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu adalah untuk
mengetahui dan membandingkan jumlah penderita diabetes mellitus di
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Hasil penelitian menunjukan
bahwa diabetes mellitus merupakan satu dari lima penyakit utama
tidak menular yang paling banyak di derita di Kabupaten Grobogan
dengan jumlah 4.297 yaitu 0,3% (Dinas Kesehatan, 2011). Salah satu
daerah di Kabupaten Grobogan yang memiliki penderita diabetes
mellitus adalah Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi berdasarkan Puskesmas
Purwodadi 1 tahun 2013 adalah 328 (0,5%), tahun 2014 sampai bulan
maret 161 penderita. Sedangkan penderita diabetes mellitus di Desa
Truwolu berdasarkan Puskesmas Ngaringan (2012) sebanyak 10
penderita. Menurut bidan desa Truwolu terdapat 5 penderita dan 2
orang penderita peneliti dapatkan dari informasi warga. Jadi penderita
diabetes mellitus di Desa Truwolu sebanyak 0,2%.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad (2013) di Desa Mendungsari Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar, berdasarkan catatan Puskesmas
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar jumlah penduduk Kecamatan
Gondangrejo adalah 72.579, dari jumlah tersebut pada tahun 2012
76
persentase penduduk Kecamatan Gondangrejo yang menderita
diabetes mellitus adalah 0,5% yaitu sebanyak 337. Periode Januari
sampai April 2013, jumlah penduduk di Kecamatan Gondangrejo yang
menderita diabetes mellitus mencapai 0,2% yaitu sebanyak 146
penderita. Menurut Depkes RI (2009) jumlah kasus diabetes mellitus
di Indonesia sebesar 3,3%. Hasil Riskesdas (2013) menunjukan
bahwa penderita diabetes mellitus di Jawa Tengah sebesar 1,6%.
Menurut peneliti penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
penderita diabetes mellitus di Jawa Tengah dan Indonesia. Menurut
peneliti sedikitnya penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
dan Desa Truwolu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor ekonomi, adat istiadat, gaya hidup, pendidikan, pengetahuan,
serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan. Sehingga
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu
memiliki jumlah penderita diabetes mellitus yang lebih sedikit
dibandingkan di Jawa Tengah dan Indonesia.
4.6.2 Deskripsi Diri Penderita Diabetes Mellitus
Tujuan peneliti menanyakan deskripsi diri penderita diabetes
mellitus adalah untuk mengetahui dan membandingkan deskripsi diri
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan deskripsi diri
terutama pada pekerjaan utama penderita diabetes mellitus di
77
Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Pekerjaan utama yang
paling banyak dijalani penderita di Kelurahan Purwodadi adalah
wiraswasta (51,9%). Sedangkan pekerjaan utama yang paling banyak
dijalani penderita di Desa Truwolu adalah petani (41,2%). Menurut
peneliti banyaknya kejadian diabetes mellitus dengan penderita yang
memiliki pekerjaan wiraswasta di kota dikarenakan kesibukan bekerja
sehingga tidak memperhatikan pola makan maupun gaya hidup sehat.
Sedangkan menurut peneliti banyaknya kejadian diabetes mellitus
penderita di desa yang memiliki pekerjaan petani, disebabkan karena
kurangnya pengetahuan sehingga penderita bersikap acuh tak acuh
terhadap penyakit yang dideritanya dan lebih memilih fokus bekerja
untuk menghidupi keluarga. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lalu (2013) yang dilakukan terhadap 53
responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 23% tingkat
pengetahuan tentang Diabetes Mellitus di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dalam kategori
kurang, sebanyak 26 orang 59,1% responden memiliki pekerjaan
petani sehingga responden bersikap acuh tak acuh terhadap
penyakitnya dan mereka hanya fokus bekerja untuk menghidupi
keluarga, sehingga tidak menghiraukan penyakit yang dideritanya.
Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap
penderita diabetes mellitus. Pengetahuan yang baik tentang diabetes
78
mellitus akan dapat menimbulkan sikap yang baik terhadap penyakit
yang dijalani.
4.6.3 Data Keluarga Dan Status Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus
Tujuan peneliti menanyakan data keluarga dan status kesehatan
penderita diabetes mellitus adalah untuk mengetahui dan
membandingkan ada tidaknya diabetes mellitus yang diturunkan
melalui genetik. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan data
keluarga di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu terutama pada
anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi paling
banyak adalah ayah. Sedangkan anggota keluarga yang menderita
diabetes mellitus di Desa Truwolu yang paling banyak adalah Kakek.
Walaupun di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus berbeda tetapi pada
dasarnya penderita diabetes mellitus sama-sama diperoleh dari
keturunan anggota keluarga. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Darmono (2007) yang menyatakan bahwa diabetes
mellitus dapat disebabkan oleh faktor genetik dari salah satu anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus. Peneliti sependapat
dengan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan oleh Darmono
bahwa diabetes mellitus dapat disebabkan oleh faktor genetik. Faktor
genetik dapat menyebabkan timbulnya diabetes mellitus.
79
4.6.4 Pengobatan Diabetes Mellitus
Tujuan peneliti menanyakan pengobatan diabetes mellitus
adalah untuk mengetahui dan membandingkan tempat pengobatan,
alasan menggunakan pengobatan, frekuensi pengobatan, lamanya
penggunaan pengobatan, serta pengobatan apa saja yang digunakan
oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesamaan pengobatan
yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu terutama pada bagian tubuh yang
disuntik insulin yaitu lengan atas, dengan hasil di Kelurahan
Purwodadi 3,7% dan Desa Truwolu 41,2%. Perbedaan pengobatan
diabetes mellitus terutama pada pengobatan insulin yang dijalani
penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa
Truwolu. Dalam menjalani pengobatan suntik insulin, penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi melakukan suntik insulin 2
kali sehari (3,7%). Sedangkan penderita diabetes mellitus di desa,
tidak pernah lagi menjalani suntik insulin (29,4%). Menurut peneliti
faktor yang mempengaruhi penderita diabetes mellitus di desa tidak
pernah lagi menjalani suntik insulin dikarenakan faktor ekonomi.
Penderita diabetes mellitus di desa 41,2% mengatakan bahwa suntik
insulin memiliki harga yang mahal. Sehingga penderita diabetes
mellitus lebih memilih tidak pernah lagi menggunakan suntik insulin.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kresnasari
80
(2011) di RSUP Sanglah Denpasar, menyatakan bahwa dari 94
sampel yang diperiksa didapatkan 38 sampel (40,4%) yang memiliki
hambatan ketika menggunakan terapi insulin. Adapun alasan-alasan
yang didapatkan antara lain : takut dengan jarum suntik (20,2%), takut
dengan sakit atau nyeri yang ditimbulkan (17%), takut gemuk (7,5%),
takut terjadi hipoglikemia/ komplikasi lainnya (4,2%), harga insulin
mahal (5 atau 5,3%), dan bingung cara pakai (6,4%), takut tanggapan
lingkungan yang negatif (4,2%), dan lain-lainnya yaitu trauma (1
atau1,06%). Peneliti berpendapat bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pemilihan penggunaan
suntik insulin, salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi.
Ekonomi yang rendah akan mempengaruhi perilaku pengobatan
penderita diabetes, seperti halnya biaya pengobatan dan biaya
transportasi mencapai sarana kesehatan. Sehingga faktor ekonomi
sangat berperan penting dalam pengobatan diabetes mellitus.
4.6.5 Pengelolaan Diabetes Mellitus
Dalam upaya memahami kesamaan dan perbedaan pengelolaan
diabetes mellitus oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Purwodadi dan Desa Truwolu dalam upaya mengontrol kadar glukosa
darah, maka diperoleh sebagai berikut yaitu kesamaan penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu terutama
pada kepatuhan pengelolaan pengobatan yang dilakukan penderita,
yaitu dalam hal waktu pengobatan, cara pemberian pengobatan, dan
81
dosis pengobatan dengan hasil di Kelurahan Purwodadi 33,3% dan
Desa Truwolu 70,5%. Perbedaan pengelolaan diabetes mellitus
terutama pada pengetahuan tentang manfaat latihan jasmani/
olahraga bagi penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan
Desa Truwolu. Penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi
mengetahui manfaat latihan jasmani/olahraga bagi penderita diabetes
mellitus sedangkan penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu tidak
mengetahui manfaat olahraga/latihan jasmani (58,9%). Penderita
diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi mengetahui manfaat
olahraga yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah (22,2%).
Menurut peneliti, penderita diabetes mellitus di desa tidak mengetahui
manfaat olahraga dikarenakan kurangnya pengetahuan. Pengetahuan
tentang manfaat yang kurang menyebabkan mereka lebih cenderung
mengabaikan olahraga/latihan jasmani bagi pengelolaan diabetes
mellitus. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Achmad (2011) bahwa pengetahuan yang tidak baik berisiko 4
kali tidak berhasil dalam pengelolaan DM (p=0,015; OR=4 (1,27-
12,58). Menurut American Diabetes Asssociation dalam Positon
Statement yang berjudul Physical Activity/Exercise and Diabetes
(2004) dijelaskan bahwa telah dilakukan studi untuk mengetahui
keuntungan dari latihan jasmani terhadap metabolisme karbohidrat
dan sensitivitas insulin. Studi tersebut menghasilkan kesimpulan
bahwa latihan jasmani intensitas 50-80% VO2-max (intensitas sedang
82
dan tinggi) selama 4 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit
dapat memperbaiki/menurunkan kadar HbA1c kisaran 10-20%. HbA1c
adalah glukosa yang terikat pada sel darah merah. Kadar A1c di
dalam darah menggambarkan kadar glukosa darah rata-rata selama 3
bulan. Peneliti berpendapat bahwa untuk mencapai pengelolaan
diabetes mellitus dibutuhkan pengetahuan tentang manfaat olahraga
bagi penderita diabetes mellitus, supaya pengetahuan yang baik
tentang manfaat olahraga, penderita dapat termotivasi untuk
melakukan olahraga supaya dapat mengontrol kadar glukosa darah.
Pengetahuan tentang manfaat olahraga bagi penderita diabetes
mellitus berperan penting dalam pencapaian keberhasilan pengelolaan
diabetes mellitus.