bab iv hasil penelitian 4.1 gambaran umum tulungagungrepository.ub.ac.id/6606/5/bab 4.pdf · 44 bab...
TRANSCRIPT
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Tulungagung
Luas wilayah Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan sebesar 1.150,41
Km² (105.650 Ha) atau sekitar 2,2% dari seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur.
Jarak antara Ibukota Kabupaten Tulungagung (Kecamatan Tulungagung) dengan
Ibukota Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya) kurang lebih 154 Km ke arah Barat
Daya. Sementara jarak antara Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di
Kabupaten Tulungagung berkisar antara 0 – 36 km, dimana Kecamatan
Pucanglaban merupakan daerah yang memiliki jarak terjauh dari Ibukota
Kabupaten. Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Tulungagung adalah
sebagai berikut :
5 Sebelah Utara : Kabupaten Kediri
6 Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
7 Sebelah Selatan : Samudera Hindia/Indonesia
8 Sebelah Barat : Kabupaten Trenggalek
Secara geografis Kabupaten Tulungagung terletak antara koordinat
111°43’00” - 112°07’00” BT dan 7o51’00” – 8°18’00” LS. Kabupaten
Tulungagung merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Timur. Kabupaten Tulungagung terletak kurang lebih 154 km ke arah barat daya
dari Kota Surabaya. Secara administrasi Kabupaten Tulungagung dibagi menjadi
19 (sembilan belas) kecamatan, 271 desa/kelurahan. Pembagian wilayah di
Kabupaten Tulungagung secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
45
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tulungagung Tahun 2014
No Kecamatan
Desa/
Kelurahan
Dusun/
Lingkungan
RW RT
Luas
Wilayah
(Km2)
1 Besuki 10 21 44 226 82,16
2 Bandung 18 45 95 333 41,96
3 Pakel 19 45 93 316 36,06
4 Campurdarat 9 27 78 330 39,56
5 Tanggunggunung 7 36 73 173 117,73
6 Kalidawir 17 54 134 440 97,81
7 Pucanglaban 9 24 46 164 82,94
8 Rejotangan 16 45 146 478 66,49
9 Ngunut 18 37 149 443 37,7
10 Sumbergempol 17 46 121 372 39,28
11 Boyolangu 17 45 108 463 38,44
12 Tulungagung 14 - 92 323 13,67
13 Kedungwaru 19 45 131 493 29,74
14 Ngantru 13 43 116 361 37,03
15 Karangrejo 13 40 72 264 35,54
16 Kauman 13 34 90 311 30,84
17 Gondang 20 49 104 379 44,02
46
No Kecamatan
Desa/
Kelurahan
Dusun/
Lingkungan
RW RT
Luas
Wilayah
(Km2)
18 Pagerwojo 11 37 62 229 88,22
19 Sendang 11 53 97 281 96,46
Jumlah 271 726 1.851 6.379 1.055,65
Sumber: Bagian Pemerintahan Setkab Tulungagung (KDA Kabupaten
Tulungagung 2015)
Hampir semua kecamatan di Kabupaten Tulungagung dialiri sungai, kecuali
Kecamatan Tanggunggunung dan Pucanglaban. Jumlah sungai yang ada di
Kabupaten Tulungagung kurang lebih ada 27 sungai, yang mana ada beberapa
sungai yang melewati lebih dari 1 kecamatan. Misalnya Sungai Parit Agung
(melintasi selatan Kabupaten Tulungagung), Sungai Song (melintas barat
Kabupaten Tulungagung) dan Sungai Brantas (melintasi utara Kabupaten
Tulungagung). Sedangkan bila dilihat dari jarak rata-rata dari kecamatan ke
ibukota kabupaten yang memiliki jarak terjauh adalah Kecamatan Pucanglaban
sejauh 36 Km.
Di wilayah Kota Tulungagung terdapat beberapa sungai yang memiliki aliran
sepanjang tahun. Beberapa sungai tersebut memiliki daerah pengaliran sungai
yang cukup luas dan membentuk suatu daerah aliran sungai (DAS), Kabupaten
Tulungagung termasuk dalam DAS Brantas yaitu dimana terdapat sungai - sungai
kecil yang bermuara di Kali Brantas. Selain dialiri oleh sungai - sungai tersebut
47
diatas keadaan hidrologi Kabupaten Tulungagung juga ditentukan oleh adanya
waduk, dam, mata air, pompa air dan sumur bor.
Potensi air di sini sangat besar peranannya dimanfaatkan secara optimal untuk
memenuhi kebutuhan/keperluan irigasi, penyediaan air baku untuk minum,
industri, perikanan dan lain sebagainya. Disamping pemanfaatan tersebut dalam
rangka penataan air banyak dilaksanakan program/kegiatan pembangunan seperti
pengembangan jaringan irigasi, pekerjaan normalisasi saluran, pembuatan tanggul
sungai, pembuatan pelengsengan dan lain sebagainya
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tulungagung mempunyai tugas pokok
yaitu melaksanakan urusan pemerintahan Daerah di bidang pariwisata dan
kebudayaan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis kepariwisataan,
kebudayaan, kesenian dan perfilman serta pemasaran.Penyelenggaraan pariwisata
dan kebudayaan meliputi kepariwisataan, kebudayaan, kesenian dan perfilman
serta pemasaran. Penyelenggaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas
pariwisata dan kebudayaan meliputi kepariwisataan, kebudayaan, kesenian dan
perfilman serta pemasaran.Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD.
Penyelenggaraan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Dalam hal ini melalui Dinas pariwisata kepala dinas memiliki tugas
Menyelenggarakan perumusan, penetapan, memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok Dinas serta mengkoordinasikan
dan membina UPTD.
48
Fungsi :
1. Penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan teknis kepariwisataan, kebudayaan, kesenian dan
perfilman, pemasaran.
2. .Penyelenggaraan fasilitas dan pengendalian pelaksanaan pariwisata dan
kebudayaan
3. Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka tugas pokok dan
fungsi dinas.
4. Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD
Berdasarkan data penelitian, berikut adalah tugas tiap bidang pada Dinas
Pariwisata Kota Tulungagung
A. Bidang Kesenian Dan Perfilman
Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan
melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kesenian meliputi seni
tradisi, seni kontemporer dan perfilman, prasarana dan sarana kesenian
Fungsi:
1. Penyelenggarakan pengkajian rencana dan program kesenian tradisional,
seni kontemporer dan perfilman, serta prasarana dan sarana.
2. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelestarian
pengembangan dan pemanfaatan seni tradisional, seni kontemporer dan
perfilman, serta prasarana dan sarana.
3. Penyelenggaraan pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan seni
tradisional, seni kontemporer dan perfilman, serta prasarana dan sarana.
49
4. Penyelenggaraan pengkajian bahan dan fasilitasi pelestarian,
pengembangan dan pemanfaatan seni tradisional, seni kontemporer dan
perfilman, serta prasarana dan sarana.
5. Penyelenggaraan pengkajian bahan dan fasilitasi hak atas kekayaan
intelektual seni tradisional, seni kontemporer dan perfilman.
B. Bidang Pemasaran
Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis, fasilitasi dan
menyelenggarakan pemasaran kepariwisataan daerah.
Fungsi :
1. Penyelenggaraan kebijakan teknis pemasaran kepariwisataan daerah.
2. Penyelenggaraan penyiapan bahan kebijakan, penetapan dan pedoman
pelaksanaan pemasaran kepariwisataan skala Provinsi
3. Penyelenggaraan pengkajian bahan dan fasilitasi pemasaran
kepariwisataan Daerah.
4. Penyelenggaraan koordinasi dengan Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan event promosi kepariwisataan Daerah.
C. Bidang Kepariwisataan
Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan produk kepariwisataan,
meliputi produk pariwisata, usaha pariwisata, obyek dan daya tarik wisata
serta pemberdayaan masyarakat pariwisata.
50
Fungsi :
1. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis, fasilitasi dan
pengembangan kepariwisataan meliputi produk pariwisata, usaha
pariwisata, obyek dan daya tarik wisata, dan pemberdayaan
masyarakat pariwisata.
2. Penyelenggaraan pembinaan usaha pariwisata, obyek dan daya tarik
wisata dan produk pariwisata sesuai dengan standardisasi usaha
pariwisata.
3. Penyelenggaraan pengembangan usaha pariwisata, produk pariwisata,
obyek dan daya tarik wisata dan pemberdayaan masyarakat pariwisata.
4. Penyelenggaraan pola pembinaan dengan kelembagaan pariwisataan.
D. Bidang Kebudayaan
Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis, fasilitasi dan
penyelenggaraan pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan
meliputi permuseuman, peninggalan sejarah dan kepurbakalaan, kesejarahan,
nilai tradisional dan kebahasaan daerah
Fungsi :
1. Penyelenggaraan kebijakan teknis kebudayaan.
2. Penyelenggaraan pengkajian rencana dan program kebudayaan.
3. Penyelenggaraan pengkajian bahan pedoman dan petunjuk teknis
pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan.
4. Penyelenggaraan pengkajian bahan dan fasilitasi pelestarian,
pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan.
51
5. Penyelenggaraan pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan
kebudayaan
4.1.1 Potensi Wisata Bahari Tulungagung
Tempat Wisata di Tulungagung Jawa Timur – merupakan salah satu
daerah yang masuk dalam Provinsi Jawa Timur dan pusat pemerintahannya ada di
Kecamatan Tulungagung. Tulungagung terutama terkenal sebagai salah satu
penghasil marmer paling besar di Indonesia. Letaknya ada di seratus lima puluh
empat kilometer di sebelah barat daya dari Kota Surabaya. Wilayah Tulungagung
sendiri terdiri dari dataran rendah hingga pegunungan. Selain memiliki beberapa
pantai yang indah, di Tulungagung kita bisa menemukan banyak air terjun dan
juga pesona pemandangan pegunungan yang tak kalah indahnya. Wisata
Tulungagung terbaru sangat beragam dan cocok untuk seluruh anggota keluarga.
Mulai dari wisata alam sampai dengan wisata sejarah, semuanya tersedia di sini.
Berikut adalah tempat-tempat wisata yang paling direkomendasikan di
Tulungagung.:
1. Pantai Popoh
Pantai ini merupakan salah satu wisata Tulungagung hits. Jaraknya ada di
bagian selatan kota, tepatnya adalah di Kecamatan Besuki. Letaknya ada di
kawasan teluk dengan ombak yang tidak terlalu besar. Kegiatan yang bisa
dilakukan di sini di antaranya adalah berenang hingga menyewa perahu untuk
berkeliling sekitar kawasan teluk.
52
2. Pantai Coro
Tempat wisata pantai di Tulungagung selanjutnya ada Pantai Coro. Pantai
ini memiliki pasir berwarna putih dan tepatnya ada di Kecamatan Besuki.
Keunggulan dari pantai ini terutama adalah dari letaknya yang tidak jauh dari
pusat kota dan kabupaten. Perjalanan menuju pantai ini dapat dituju dari Pantai
Popoh kemudian ke arah Reco Sewu. Selanjutnya kita harus parkir kendaran di
Reco Sewu dan perjalanan dilanjutkan dengan cara berjalan kaki sejauh beberapa
kilometer
3. Pantai Sine
Tempat wisata di Tulungagung dan trenggalek berikutnya yang sayang
apabila dilewatkan adalah Pantai Sine. Jaraknya sekitar tiga puluh lima kilometer
di sebelah selatan dari Kota Tulungagung. Pantai ini memiliki pasir berwarna
putih kecokelatan dan ombaknya cukup besar. Objek wisata yang satu ini tepatnya
berlokasi di Desa Kalibatur. Pantai ini dikenal pula dengan nama Pantai Matahari
Terbit dan kita bisa menyaksikan aktivitas nelayan di sini.
4. Pantai Molang
Pantai lainnya yang dapat kita kunjungi adalah Pantai Molang. Wisata di
Tulungagung yang satu ini terletak di Kecamatan Pucanglaban. Lokasinya sendiri
cukup strategis karena ada di perbatasan antara Tulungagung dengan Blitar. Akses
jalan ke pantai juga terbilang mudah. Begitu sampai di Pucanglaban, kita akan
menemukan banyak papan petunjuk yang mengarah ke pantai.
53
5. Pantai Lumbung
Tempat wisata Tulungagung baru berupa pantai berikutnya adalah Pantai
Lumbung. Letaknya berdekatan dengan Pantai Molang, yaitu di Kecamatan
Pucanglabang. Kita bisa mengunjunginya dengan mengikuti jalur menuju Pantai
Molang. Begitu sampai di kawasan tambak, kita bisa bertanya pada penduduk
sekitar mengenai arah menuju Pantai Lumbung.
6. Pantai Pethok Gebang
Masih ada lagi pantai lainnya yang dapat kita kunjungi yaitu Pantai Pathok
Gebang. Pantai ini terutama sangat terkenal di kalangan petualang karena medan
menuju pantai terbilang sulit. Wisatawan harus menaiki bukit serta menyusuri
hutan selama tiga puluh hingga empat puluh menit dengan berjalan kaki. Ciri khas
dari Pantai Pathok Gebang ini adalah karang atau tebing yang berukuran cukup
besar dan deburan air yang lumayan tinggi saat diterjang ombak
7. Pantai Klayak
Wisata pantai Tulungagung berikutnya adalah Pantai Klatak. Pantai ini
terutama cocok untuk wisatawan yang menyukai pantai dengan pasir gelap. Objek
wisata satu ini berada di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki. Jika wisatawan
datang dari Kota Tulungagung dengan menggunakan kendaraan bermotor,
diperlukan waktu tempuh sekitar satu setengah jam. Kegiatan faorit yang biasa
dilakukan wisatawan di sini adalah berenang, bersantai hingga memancing ikan.
4.1.2 Pemerintahan Kota Tulungagung
Pemerintah Kota Tulungagung menunjukkan adanya dataran rendah,
perbukitan bergelombang serta daerah lereng Gunung Wilis seperti yang terlihat
54
pada Gambar 2.4. Secara garis besar karakteristik Kota Tulungagung dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Bagian utara (barat daya) seluas + 25%, adalah daerah lereng gunung
yang relatif subur yang merupakan bagian tenggara dari Gunung Wilis.
b. Bagian selatan seluas + 40% adalah daerah perbukitan yang relatif
tandus, namun kaya akan potensi hutan dan bahan tambang merupakan
bagian dari pegunungan selatan Jawa Timur.
c. Bagian Tengah seluas + 35% adalah dataran rendah yang subur dimana
dataran ini dilalui oleh Sungai Brantas dan Sungai Ngrowo beserta
cabang-cabangnya.
Sedangkan keadaan topografi Kota Tulungagung menunjukkan ketinggian
yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3 dan bervariasi yaitu :
a. Ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah
seluas 38.527,23 Ha atau 33,49% dari luas wilayah Tulungagung.
b. Ketinggian 100 – 500 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah
seluas 64.215,89 Ha atau 55,82% dari luas wilayah Tulungagung.
c. Ketinggian 500-1.000 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah
seluas 9.479,38 Ha atau 7.67% dari luas wilayah Tulungagung.
d. Ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut meliputi
wilayah seluas 3.474,24 Ha atau 3,02% dari luas wilayah Tulungagung.
Pola penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mencerminkan
aktivitas manusia. Dalam aktivitas ini tercermin tindakan manusia yang terbaik
terhadap sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik sebagian maupun
55
keseluruhan. Pola penggunaan tanah pada hakekatnya adalah gambaran ruang dari
hasil jenis usaha dan tingkat teknologi, jumlah manusia dan keadaan fisik daerah,
sehingga pola pembangunan tanah di suatu daerah dapat mencerminkan kegiatan
manusia yang berada di daerah tersebut.
Penggunaan tanah bersifat dinamis, artinya penggunaan tanah dapat
berubah tergantung dari dinamika pembangunan yang ada. Sehingga dalam
menyusun rencana pembangunan atau yang sekarang kita kenal dengan Rencana
Umum Tata Ruang perlu diperhatikan fakta wilayah yang ada diantaranya adalah
penggunaan tanah yang saat ini ada. Hal ini dimaksudkan agar alokasi kegiatan
yang direncanakan sesuai dengan potensi dan daya dukung wilayah dengan
penggunaan tanah
4.1.3 Visi dan Misi Kota Tulungagung
Visi Penataan Ruang Wilayah Daerah adalah terwujudnya ruang wilayah
Kabupaten Tulungagung sebagai sentra pertanian yang unggul dan berdaya saing.
Sedangkan Misi Penataan Ruang Kota Tulungagung, adalah :
a. Mewujudkan penyediaan lahan dalam peningkatan kegiatan produk utama dan
yang berdaya saing;
b. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana berbasis pengembangan
prasarana wilayah yang mendukung agribisnis, industri dan pariwisata;
c. Mewujudkan pengembangan dan peluang investasi produktif berbasis potensi
lokal;
d. Mewujudkan daya saing daerah melalui pengembangan agribisnis yang
didukung oleh pariwisata dan industri yang ramah lingkungan
56
4.2 Peran Pemerintah dalam membangun City Branding Tulungagung
Dalam Sub Bab ini akan dipaparkan pengolahan data berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan lima subjek penelitian dari Dinas Pariwisata
Tulugaggung dan dari Pemerintah Kota Tulungagung. Berdasarkan kriteria
subjek penelitian yang telah dibuat sebelumnya, peneliti mendapatkan 7 orang
sebagai tim city branding communication dalam lingkup Dinas Pariwisata Kota
Tulungagung yang telah memenuhi kriteria subjek penelitian. Berikut data dan
nama-nama subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria subjek penelitian.
Tabel 2.2
Data subjek penelitian
No Nama Jabatan Umur
1 Andri Sambudi Pemasaran Dinas Pariwisata Tulungagung 31 Tahun
2 Aris Widodo Pemasaran Dinas Pariwisata Tulungagung 40 Tahun
3 Hari Mudoko Pengembangan Wisata 50 Tahun
4 Miftahul Munir Pengembangan Wisata 51 Tahun
5 Endah Miftahul Wati Pemasaran Dinas Pariwisata Tulungagung 42 Tahun
6 Nanang Budi Utomo Kasubag Humas Pemkot Tulungagung 57 Tahun
7 Edi Suwarno Kasubag Pemberitaan dan Dokumentasi Pemkot
Tulungagung
50 Tahun
Subjek pertama bernama Andri Sambudi, adalah menjabat sebagai
Pemasaran Dinas Pariwisata Tulungagung yang sekaligus mendapat kepercayaan
menangani proyek wisata bahari Tulungagung. Laki-laki yang berusia 31 Tahun
tersebut memiliki kemampuan untuk menangani kepariwisataan., setelah lebih
dari tujuh tahun di Dinas Pariwisata Tulungagung kini posisinya sudah sangat
baik.
57
Subjek Kedua bernama Aris Widodo, laki-laki berusia 40 Tahun ini
menangani seluruh dinas pariwisata bersama partner Andri Sambudi yang juga
menjadi subjek penelitian pertama tersebut. Sejak pertama masuk, dulunya ia
masuk kedalam staff Dinas Pariwisata secara umum, baru dalam 6 tahun
kemudian dia dipercaya menangani bidang pemasaran di Dinas pariwisata
Tulungagung untuk membranding seluruh proyek di Tulungagung.
Subjek penelitian ketiga adalah Hari Murdoko, dahulunya dia juga
termasuk kedalam jajaran staff umum, sekarang dia menjabat sebagai
Pengembangan Wisata yang juga ikut menemukan dan memplopori branding
“Tulungagung kota wisata bahari”. Pengembangan wisata memliki tugas
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan produk kepariwisataan, meliputi
produk pariwisata, usaha pariwisata, obyek dan daya tarik wisata serta
pemberdayaan masyarakat pariwisata
Subjek penelitian keempat adalah Miftahul Munir, laki-laki berumur 50
tahun ini mempunyai jabatan yang cukup penting di Dinas Pariwisata
Tulungagung, yakni pengembangan wisata sama, jabatan tersebut sama dengan
yang dijalankan oleh subjek ketiga yakni Hari Mudoko. Jabatan pengemabangan
wisata sesuai dengan pengamatan peneliti, memang banyak dijalankan oleh orang-
orang yang cukup senior, dengan kisaran umur 45-55 tahun, terbukti dua subjek
yang menjalankan jabatan pengembangan wisata ini berumur 50 tahun dan 51
tahun.
58
Endah Miftahul Wati adalah subjek penelitian ke lima atau yang terakhir,
seorang wanita berumur 42 tahun ini menjankan tugas dibidang pemasaran di
Dinas Pariwisata Tulungagung. Dalam menjalan tugasnya bidang pemasaran
memeiliki enam fungsi yakni : menyusunan rencana kerja Bidang Pemasaran
Pariwisata, perumusan kebijakan teknis pemasaran pariwisata, penyusunan analisa
pasar kepariwisataan, pengelolaan dokumentasi dan informasi pariwisata,
pengembangan promosi pariwisata, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kerja Bidang
Pada penyajian dan pengolahan data ini peneliti memulai dengan peran
dan fungsi dari masing-masing elemen, yakni yang pertama : Peran dan fungsi
Dinas Pariwisata Kota Tulungagung dalam membangun City branding, kemudian
yang kedua adalah Peran dan fungsi pemerintah Kota Tulungagung dalam
membangun City branding, kedua sub bab pembahsan tersebut tentu berdasarkan
implementasi di lapangan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Tulungagung.
4.2.1 Peran dan fungsi Dinas Pariwisata Kota Tulungagung dalam
membangun City branding
4.2.1.1 Pendekatan Komunikasi Formal dan Informal
City branding seperti dikatakan Kavaritzis (2004:67-69) dapat dilihat
sebagai bentuk komunikasi citra (image communication) yang melibatkan tiga
aspek komunikasi yaitu: pertama, komunikasi primer merupakan semua tampilan
kota seperti strategi landscape, infrastruktur, birokrasi serta semua perilaku atau
tindakan menyangkut kota tersebut. Dalam pelaksanaannya branding melibatkan
keterkaitan berbagai pihak untuk sampai pada citra yang hendak dibangun oleh
59
sebuah kota; Aspek pertama dalam city branding communication di tulungagung
terwakili dengan upaya perbaikan infratsrukturnya.
Infrastruktur juga mengarah pada fasilitas tempat kebudayaan maupun
tempat pariwisata. Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam city
branding karena berhubungan langsung dengan konsep dan progress yang akan
dijalankan. Bentuk aksesbilitas yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata di
Tulungagung masih dalam proses pengenalan dan mempersiapkan sumber daya
manusia yang ada di sekitaran pesisir pantai, seperti yang disampaikan oleh
subjek ke empat berikut :
“Banyak promosi, pengenalan ke masyarakat tentang banyaknya
wisata bahari di Tulungagung, teruuuss ya mulai membangun
sumber daya manusianya di sekitaran pesisir sana” (Wawancara
dengan Miftahul Munir, 15 September 2017)
Secara lebih jelas Subjek pertama yang mempunyai hubungan langsung dengan
proses pemasaran di Dnas Pariwisata mengatakan bahwa, sudah banyak hal yang
dilakukan antara lain, mempererat kerjasama dari berbagai pihak baik itu
pemerintah langsung ataupun masyarakat sekitaran pantai sebagai stakeholder
nya:
“Upayanya tentu gencar melakukan kordinasi dengan berbagai
pihak, rapat dengan Dinpar, Pemerintah Kota, masyarakat sekitar
pantai, dan turun langsung untuk melihat potensinya, kami juga
melakukan berbagai promosi melalui media-media, yaa banyak
mass” (Wawancara dengan Andri Sambudi, 14 September 2017)
Kedua, komunikasi sekunder merupakan komunikasi formal, intensif yang
biasa dikenal dalam praktek pemasaran seperti periklanan, kehumasan, desain
grafis dan sebagainya; Pada penelitian ini peneliti mendapatkan jawaban bahwa
proses city branding di Tulungagung ini meskipun telah ditangani Dinas
60
Pariwisata secara khusus namun kerjasama dari berbagai pihak juga terus
dilakukan :
“DPRD, Pemerintah Kota, terus emmm Masyarakat, media-media
lokal, mereka punya peranannya sendiri-sendiri” Ya itu tadi juga
mas, potensi wisata pantai disini banyak sekali, jadi eman gitu
kalau cuman masyarakat lokal saja, kalau sudah banyak yang
datang tentu akan menaikkan tingkat perekonomian disini,
pendapatan dari sisi pariwisata juga akan naik” (Wawancara
dengan Andri Sambudi, 14 September 2017)
Pernyataan hampir sama juga disampaikan oleh subjek kedua, Aris Widodo yang
menjabat sebagai bidang pemasaran di Dinas Pariwisata Tulungagung, hampir
semua elemen masyarakat di Tulungagung akan dilibatkan dalam kesuksesan City
Branding Communication“Tulungagung Wisata Bahari” tersebut :
“yaaa DPRD, Pemerintah Pusat, Kami selaku Dinpar, Masyarakat-
masyarakat baik Tulungagung atau yang disekitaran pantai,
Membangun Tulungagung yang lebih dikenal lagi khususnya untuk
lingkup jawatimur dulu, karna sesuai data ini kami punya banyak
sekali potensi wisata bahari, jadi akan kami kembangkan, yaa
seperti yang dilakukan Malang bagian selatan ini kan sudah mulai
banyak dikenal kan mas ya” (Wawancara dengan Aris Widodo, 14
September 2017)
Selain pemerintah dan masyarakat Tulungagung dan sekitaran pantai, Hari
Mudoko sebagai pengemabangan Wisata mengatakan bahwa kerjasama juga
dilakukan dengan pihak-pihak swasta seperti media-media untuk membantu
proses promosi
“aa ada DPRD, Pemerintah Pusat mulai dari jajaran Bupati hingga
dinas-dinas terkaitnya, semua lapisan masyarakat, media-media
promosi yang kita ajak kerjasama, banyak lah mas. yaa tujuannya
jelas ya mas, untuk memanfaatkan potensi wisata di daerah pesisir
yang nantinya bisa menunjang perekonimian daerah situ juga, jika
nanti sudah terkenal dan banyak yang tahu tentu masyarakat daerah
sana juga perekonomiannya akan kita bantu kelola” (Wawancara
dengan Hari Mudoko, 15 September 2017)
61
Subjek keempat secara khusus juga meminta bantuan kepada akademisi seperti
mahasiswa untuk turut serta membantu proses branding kota Tulungagung,
karena Tulungagung juga mempunyai ciri khas lain selain kota marmer.
“Semua lapisan masyarakat Tulungagung harus ikut membantu,
termasuk mas ini sebagai mahasiswa bisa menceritakan ke teman-
temannya tentang Tulungagung. yang jelas pertama pemerintah
Tulungagung iki pengen duwe cirri khas lain selain marmer, yang
dipunya apa ? pantai ne akeh tur apik-apik (pantainya banyak dan
bagus-bagus) yaa ini seng dimaksimalkan, terus piye carane
masyarakat ini bisa membangun ekonomi didaerah pantai juga”
(Wawancara dengan Miftahul Munir, 15 September 2017)
Keseluruhan proses branding dan dua tipe komunikasi yang terkontrol
bertujuan untuk menimbulkan dan memperkuat komunikasi yang positif,
khususnya pada warga kota yang pada saat bersamaan merupakan khalayak
sasaran sekaligus pemasar kota yang paling penting. Branding yang dilakukan
sebuah kota merupakan sebuah strategic communication yang kompleks. Untuk
melahirkan brand yang kuat dan berkarakter diperlukan berbagai kajian dan
analisis yang mendalam sehingga mampu mengkomunikasikan identitas serta
keunggulan-keunggulan komparatif suatu kabupaten/kota.
Keputusan Kota Tulungagung untuk melakukan city branding dapat dilihat
dari bentuk kebijakan komunikasi sekaligus kebijakan publik oleh pemerintah
daerah yang terwakili oleh Dinas Pariwisata diatas. Terdapat banyak pendekatan
dalam membangun rencana komunikasi yang lebih spesifik. Walau tidak ada
pendekatan tunggal, tetapi esensi perencanaan menurut elemen-elemen tertentu
telah mengarah pada program city branding “Tulungagung Kota Wisata Bahari”.
62
Pemerintah selain melakukan komunikasi internal di dalam organisasi
birokrasinya juga melakukan komunikasi eksternal, yakni komunikasi kepada
lingkungannya. Pemimpin pemerintahan mempunyai tugas untuk
mengkomunikasikan visi, misi dan strategi organisasi untuk memperoleh
kesamaan makna dengan publik sekaligus mengubah persepsi publik agar
mendukungnya. Pemerintah saat ini tidak cukup hanya dengan pola ‘melayani’
tetapi juga dituntut mampu mengkreasikan nilai bagi masyarakat dimana ia
berada. bentuk komunikasi eksternal nya adalah melalukan promosi-promosi
untuk pengenalan city branding “Tulungagung Kota Wisata Bahari” diberbagai
media”. Proses promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dibantu dan
berkerjasama dengan berbagai media :
“loo iyaa, kita manfaatkan semuanya termasuk TV lokal, terus
media-media online sekarang, bukan penting lagi mas, ini masuk
pada kebutuhan, contohne duwe sekolah apik tapi lek uwong gak
ngerti lak gak guna to mas (contohnya kalau ada skolah bagus tapi
banyak orang gak tau kan tidak berguna), ya sama itu, jadi promosi
dan mengenalkan ini benar-benar dibutuhkan, lewat apapun
medianya” (wawancara dengan Miftahul Munir, 15 September
2017)
Hari mudoko menjelaskan bahwa proses publikasi ini menjadi langkah
awal untuk memperkuat branding kota Tulungagung sebagai kota wisata bahari,
yakni dengan membuat akun @TulungagungTourism :
“Karena proses pembentukan potensi wisata di daerah pesisir ini
baru mulai otomatis itu sangat penting, pengenalan-pengenalan
hampir 20 lokasi pantai ini terus akan dilakukan, hingga nantinya
tetap akan kita pilih mana yang menjadi andalan, tapi semoga bisa
semua menjadi tujuan wisata, soalnya memang bagus-bagus mas
pantainya. Yang saya tahu beberapa publikasi atau promosi sudah
dilakukan melalui media sosial, dan juga dibantu ,media-media
lokal sini ya, Kalau tidak salah dulu itu sudah buat
@TulungagungTourism lupa saya itu facebook atau apa,,
63
kemudian media lokal seperti JTV” (Wawancara dengan Hari
Mudoko, 15 September 2017)
Gambar 4.1
Liputan JTV tentang pesona Wisata Tulungagung
Sumber : Data dokumentasi peneliti
Hal yang tidak kalah pentingnya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata
adalah dengan menumbuhkan komunikasi eksternal yang efektif kepada semua
pihak. Maka dari itu sebuah kota harus bekerja sama dengan target audiens
sehingga menimbulkan komunikasi yang positif dan membangkitkan atau
memperkuat komponen dua jenis komunikasi lainnya, sehingga seluruh proses
city branding berjalan lancar, kerjasama untuk menimbulkan komunikasi positif
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Tulungagung dengan memberdayakan
masyarakat sekitaran pantai terlebih dahulu, karena masyarakat tersebut dianggap
elemen penting untuk banyak dan sedikitnya wisatawan yang datang :
“Masyarakat sekitaran pantai ini adalah elemen paling penting
dalam rangka kmenyukseskan proyek ini, banyak tidaknya wisata
yang datang ini karena sikap masyakat d pantai, makane kami juga
memikirkan ini secara serius” (Wawancara dengan Endah Miftahul
Wati, 14 September 2017)
64
Secara jelas konsep dan prospek untuk menyiapkan masyarakat sekitaran pantai
diutarakan oleh subjek kedua yakni Aris Widodo yang menjabat sebagai bidang
pemasaran di Dinas Pariwisata Tulungagung :
“Bukan mendekati ya, tapi kami mulai memberdayakan mereka
agar bisa ikut serta dalam memajukan wisata di tempat mereka
masing-masing, Dinpar ini mencoba mulai memikirkan beberpa
upaya seperti adat untuk menarik minat wisatawan, agar
masyarakat ke pantai tidak hanya melihat air dan ombak saja,
cuman ini masih kami pikirkan” (Wawancara dengan Aris Widodo,
14 September 2017)
4.2.1.2 Pelaksaaan Peran dan fungsi Dinas Pariwisata Tulungagung
Dinas Pariwisata Tulungagung melaksanakan peran dan fungsi yang cukup
startegis dalam memaksimlakna program city branding ini, hal tersebut
dikarenakan city branding yang akan dibangun berhubungan langsung dengan
objek wisata dalam hal ini adalah objek wisata pantai. Secara langsung peran dan
fungsi tersebut dilaksanakan dalam berbagai cara, salah satunya adalah
melasanakan kordinasi-kordinasi atau dalam bahasa pemerintahan adalah rapat-
rapat secara rutin baik dengan lingkup dinas Pariwisata sendiri secara
keanggoatan atau dengan skala melibatkan pemerintah pusat langsung, tujuannya
tentu untuk menjalan kosep city branding yang telah diputuskan yakni,
Tulungagung Kota Wisata Bahari”. Dalam koteks penelitian ini peran dan fungsi
tersebut yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Tulungagung adalah mencakup
informasi yang disalurkan secara formal dari atasan kepada bawahan (downward
communication) dari bawahan kepada atasan (upward communication), antara
teman kerja (horizontal communication) atau di antara para atasan maupun di
antara bawahan dalam unit yang berbeda dalam suatu organisasi (cross channel
65
communication), praktiknya adalah dengan melakukan kordinasi sebagai bahan
evaluasi :
“Kalau kordinasi dalam lingkup Dinpar sendiri sering hampir
setiap bulan, tapi untuk lingkup besdar melibatkan banyak eleme
setahun sekali” (Wawancara dengan Endah Miftahul Wati, 4
September 2017)
Komunikasi yang berjalan pada saat rapat atau kordinasi memiliki tujuan
untuk melakukan tinjuan dan evaluasi secara teratur untuk membangun kota
Tulungagung menjadi kota wisata bahari, meskipun untuk skala rapat besar hanya
setahun sekali namun rapat internal pada jajaran dinas pariwisata sendiri telah
dilakukan beberapa kali, seperti yang dikatakan oleh Aris Widodo:
“Sepertinya evaluasi atau kordinasi sudah beberapa kali berjalan,
cuman untuk yang benar-benar mengumpukan data secara lengkap
biasanya ditahun pertama” (Wawancara dengan Aris Widodo. 14
September 2017)
Rapat-rapat dengan para masyarakat secara meluas dilakukan dengan
memberikan fasilitas untuk bisa turut serta memberikan kritikan yakni dengan
memanfaatkan media-media yang telah disediakan :
“Bisa saja, kami memiliki akun media sosial, punya website resmi,
kami juga punya email, silakan saja, “yaaa kita konsisten saja
membangun branding ini, sambil memfilter beberapa kritik yang
masuk” (Wawancara dengan Aris Widodo, 14 September 2017 )
Dinas Pariwisata cukup siap menangani kritikan dari masyarakat yakni
dengan memberikan fasilitas untuk bisa mengirimkan kritikan langsungnya :
“Bisa, kritik bisa langsung kirim surat ke Dinpar, di media online,
banyak tempatnya, “yaa Dinpar fokus ae pokoke proyek iki iso
behasil dan sukses seperti proyek marmer disini” (Wawancara
dengan Miftahul Munir 15 September 2017)
66
Subjek ke lima mengatakan bahwa Dinas Pariwisata kan menjawab segala
kritikan dengan kinerja yang baik, konsisten dan memiliki progress yang jelas.
“Kritik bisa di berikan melalui banyak cara, khsusunya melui
media soial atau website resmi kami di Tulungagung Tourism,
kami akan jawab kritikan itu dengan kinerja yang baik, konsiten
dan progress yang jelas gitu aja to mas” (Wawancara dengan
Endah Miftahul Wati, 15 September 2017
Gambar 4.4
Bentuk dan fasilitas untuk memberikan kritikan ke Dinas Pariwisata
Sumber : Data dokumentasi Peneliti
Kotler & Keller (2007) mengemukakan bahwa Word of Mouth
Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses
komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun
kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan
informasi secara personal. Komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu
saluran komunikasi yang sering digunakan oleh perusahaan yang memproduksi
baik barang maupun jasa karena komunikasi dan mulut ke mulut (word of mouth)
dinilai sangat efektif dalam memperlancar proses pemasaran dan mampu
memberikan keuntungan kepada perusahaan.
67
Menurut Kotler & Keller (2007), saluran komunikasi personal yang berupa
ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth) dapat menjadi metode
promosi yang efektif karena pada umumnya disampaikan dari konsumen oleh
konsumen dan untuk konsumen, sehingga konsumen atau pelanggan yang puas
dapat menjadi media iklan bagi perusahaan. Selain itu, saluran komunikasi
personal word of mouth tidak membutuhkan biaya yang besar karena dengan
melalui pelanggan yang puas, rujukan atau referensi terhadap produk hasil
produksi perusahaan akan lebih mudah tersebar ke konsumen-konsumen lainnya
(Kotler & Keller, 2007)
Selain dengan mengadakan rapat-rapat dan menyedikan media untuk
kritikan, Dinas Pariwisata juga menjelaskan peran dan fungsi nya melalui sebuah
target dengan memaksimalkan publikasi-publikasi yang maksimal, dikarenakan
proses city branding yang masih satu tahunan dijalankan. Proses atau konsep
Kavaratzis ini mengacu pada target awal yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata
Tulungagung, yakni pada akhirnya nanti bisa merambah pada wisatawan luar
Tulungagung hingga mancanegara :
“Karna kami membangun branding ini masih setahun, menargetkan
sepertinya terlalu berat, yaa kita melakukan publikasi saja dulu
semaksimal mungkin, nantinya kita lihat respon dari wisata luar
kalau bisa kami akan dekati agar juga mengenalkan potensi
Tulungagung kesana, baru akan kita lihat minat mereka itu sebasar
apa” (Wawancara dengan Andri Sambudi, 14 September 2017)
Berbeda dengan Hari Mudoko yang mencoba menjawab secara realistis ini
pertanyaan mengenai target kedepan mengenai wisatawan asing ini, Subjek ketiga
ini mengatakan akan mencoba fokus ke arah publikasi terlebih dahulu dan manata
SDM disekitaran pantai :
68
“wadduuh mas kalau untuk target ke wisatawan asing sepertinya
kita masih kalah sama daerah yang lebih besar, seperti jogja dan
bali, sejauh ini pemerintah masih fokus pembenahan-pembenahan
infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia disekitaran
pantai saja dulu, serta publikasi-publikasi” (Wawancara dengan
Hari Mudoko, 15 September 2017)
Promosi pada hakikatnya adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan
atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan, Tjiptono (2001, h.219).
Sementara Sistaningrum (2002, h.98) mengungkapkan arti promosi adalah
suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi ”konsumen aktual”
maupun ”konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap
produk yang ditawarkan, saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen aktual
adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau
sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan perusahaan. dan konsumen
potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk
yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang.
Selain proses promosi secara langsung, Dinas Pariwisata Tulungagung
juga menggunakan media-media sosial atau media massa lain dalam rangka
mengembangkan atau menginformasikan setiap lokasi pariwisata bahari di
Tulungagung, seperti dalam pernyataan subjek penelitian kedua berikut :
“Bukan memanfaatkan, ya memang kita harus gunakan itu, karna
media sosial ini sasaranya tepat, banyak yang makek, dan murah”
(Wawancara dengan Aris Widodo, 14 September 2017)
69
Gambar 4.2
Media Sosial Instagram membantu promosi branding Tulungagung
Sumber : Data dokumentasi peneliti
Selian media online, atau media sosial yakni bisa melalui instagram,
website resmi dan media lainnya, Dinas Pariwisata juga terbantu dengan berbagai
elemen kuat untuk memaksimalkan city branding Tulungagung, seperti yang
dikatakan oleh Hari Mudoko, berikut :
“ya itu tadi, sudah dibuat milik dinas sendiri, apa namanya yaa
kalau gak salah ya Tulungagung tourism sama juga dibantu satu
lagi ituu.,,, emmmm explore Tulungagung itu, coba cek ya mas
nanti, isinya itu banyak tentang wisata bahari, khsusunya yang
milik dinas kami, Sudah pasti itu, karena memang ada ikatan
kerjasama antara media dengan pemerintah, seperti biasanya
dilakukan press realese oleh humas DPRD Tulungagung jika ada
perkembangan apa tentang Tulungagung, begitu juga dengan
proyeksi branding bahari ini” (Wawancara dengan Hari Mudoko,
15 September 2017)
Adapun tujuan dari pada perusahaan melakukan promosi menurut Tjiptono
(2001, h.221) adalah menginformasikan (informing), mempengaruhi dan
membujuk (persuading) serta mengingatkan (reminding) pelangggan tentang
perusahaan dan bauran pemasarannya. Sistaningrum (2002, h.98) menjelaskan
tujuan promosi adalah empat hal, yaitu memperkenalkan diri, membujuk,
70
modifikasi dan membentuk tingkah laku serta mengingatkan kembali tentang
produk dan perusahaan yang bersangkutan.
Gambar 4.3
Tulungagung tourism, akun resmi yang dikelola Dinpar Tulungagung
Sumber : Data dokumentasi peneliti.
Dalam melakukan promosi agar dapat efektif perlu adanya bauran
promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau
pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan
penjualan. Ada empat jenis kegiatan promosi, antara lain : (Kotler, 2001, h.98-
100). 1) Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan
menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian.. 2)
Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal
dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang
ditujukan untuk merangsang pembelian. 3) Publisitas (Publisity), yaitu suatu
bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu
dengan jalan mengulas informasi/beRika tentangnya (pada umumnya bersifat
ilmiah). 4) Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu suatu bentuk promosi
71
diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian. 5)
Pemasaran Langsung (Direct marketing), yaitu suatu bentuk penjualan perorangan
secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian konsumen.
4.2.2 Peran dan Fungsi Pemerintah Kota Tulungagung dalam membangun
City branding
Balmer dalam Kavaratzis (2010, h.68) menjelaskan bahwa struktur
organisasi merupakan salah satu komponen dari identitas perusahaan. Bagian
yang terpenting dalam membangun city branding ini adalah bagaimana dalam
proses perencanaan kota melibatkan partisipasi masyarakat untuk ikut dalam
pengambilan keputusan. Selanjutnya, kepribadian kota yang mengacu pada visi
pemimpin kota dalam menentukan strategi kota dan insentif keuangan yang
diberikan oleh kota kepada stakeholder. Dua elemen yang signifikan adalah jenis
layanan yang disediakan oleh pemerintah kota, bersama dengan keefektifan
dengan jumlah dan jenis event yang diadakan seperti festival budaya, olahraga,
dan event lainnya yang diselenggarakan oleh kota. Terkait hal demikian, harus
terdapat penghubung ke masyarakat melalui publikasi, hal ini adalah tugas
langsung dari Humas Pemerintah Kota, seperti yang disampaikan oleh Nanang
Berikut :
“Yang kami lakukan tentu terkait pengadaan anggaran untuk
sarana dan prasarana, kalau tugas saya sebagai humas, ya
melakukan press realese, pembuatan berita yang berhubungan
dengan publikasi” (Wawancara dengan Nanang Budi Utomo, 24
September 2017)
Berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh Kavaritzis diatas, elemen
paling penting adalah keikutertaan pemerintah atau organisasi dalam mesuksekan
72
branding kota. Struktur organisasi dalam konteks penelitian ini sesuai dengan
Kavaratzis (2010, h. 68) diatas bisa diartikan Pemerintah Kota Tulungagung yang
menunjuk salah satu Dinas agar bisa fokus untuk menangani branding dalam
sebuah kota. Secara singkat Nanang Budi Utomo juga menyebut pihak-pihak yang
disebutkkan oleh Dinpar terkait kerjasama dalam city branding ini :
“yaa banyak ,, selain kami dari Pemkot, Dinpar, terus media-
media, masyarakat, banyak lah mas,Kalau dari pihak Humas
Pemkot, kita sudah banyak terhubung dengan media baik secara
lokal, maupun nasional, jadi kami biasanya langsung berkerjasama
dengan Dinpar mintak ini yang mau diberitakan apa ? ngono iku
mas” (Wawancara dengan bapak Nanang Budi Utomo, 24
September 2017)
Pernyataan sama disampaikan oleh pihak DPRD lainnya yakni Bapak Edi
Suwarno berikut :
“Pemkot, Dinpar, DPRD, Masyarakat, media media, Lek dari
bagian saya sudah jelas kita kerjasama dengan media-media masa,
lokal maupun nasional, karna memang Pemkot harus punya
hubungan dengan perss” (Wawancara dengan Edi Suwarno, 24
September 2017)
Struktur organisasi dalam konteks penelitian ini sesuai dengan Kavaratzis
(2010, h. 68) diatas bisa diartikan pemerintah Kota Tulungagung yang menunjuk
salah satu dinas agar bisa fokus untuk menangani branding dalam sebuah kota
Kota dan segala dimensinya menciptakan struktur sosial yang berfungsi untuk
memberikan motivasi dalam memunculkan kegiatan kewirausahaan dan
pengembangan bagi sebuah kota, persaingan antar kota bertujuan untuk menarik
investasi yang masuk sehingga kota perlu berpromosi secara lebih aktif. Semua
dimensi dalam suatu kota dapat dijadikan sebagai produk jual, dimensi tersebut
antara lain yaitu pariwisata, budaya lokal, makanan khas, keunggulan kompetitif
73
dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan, keadaan demografi, infrastruktur,
serta teknologi informasi dan komunikasi.
Kota membutuhkan suatu brand agar memiliki nilai jual, menarik
wisatawan, pembangunan ekonomi, dan kemajuan kota. Hal ini berarti bahwa kota
dapat diasosiasikan sebagai sebuah produk karena memiliki daya saing dan
keunggulan kompetitif yang berbeda satu sama lain.Dengan demikian Pemerintah
Kota dalam hal ini Pemkot Tulungagung perlu melakukan pengenalan produk atau
lebih sering disebut dengan publikasi untuk mendukung City Branding
Tulungagung.
Apa yang menjadi tugas dari Dinas Pariwisata ternyata sedikit berbeda
dengan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota melalui Bagian Humasnya, hal yang
membedakan adalah Dinpar lebih fokus terhadap konten yang akan dipublikasikan
sedangkan Pemkot lebih mudah karna tinggal melakukan eksekusi ke media
massa atau press realase namnya, seperti yang diungkapn oleh Nanang berikut :
“Kalau dari pihak Humas Pemkot, kita sudah banyak terhubung
dengan media baik secara lokal, maupun nasional, jadi kami
biasanya langsung berkerjasama dengan Dinpar mintak ini yang
mau diberitakan apa ? ngono iku mas” (Wawancara dengan
Nanang Budi Utomo, 24 September 2017)
Pada bagian pemberitaan dan Dokumentasinya juga mengatakan hal yang sama\,
bahwa memang press telah memiliki hubungan dengan pemerintah Kota, jadi
mereka akan menunggu pemberitaan dari bagian mana saja yang kemudian bisa
dimuat dimedia-media lokal maupun nasional :
“Lek dari bagian saya sudah jelas kita kerjasama dengan media-
media masa, lokal maupun nasional, karna memang Pemkot harus
punya hubungan dengan perss (Wawancara dengan Edi Suwarno,
24 September 2017)
74
Salah satu dimensi yang dapat dijadikan produk jual daerah dalam city
branding adalah sektor pariwisata. Sesuai dengan acuan dari Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang mencanangkan program dalam upaya
penguatan citra kota atau city branding adalah fakta bahwa tidak bisa
diandalkannya pemasukan pendapatan devisa suatu negara dari sektor
perdagangan dan ekspor-impor, sumber daya alam, dan produktivitas dari para
penduduknya. Berangkat dari hal ini mengarahkan suatu negara melalui daerah-
daerahnya untuk mencari alternatif peningkatan pendapatannya melalui sektor
pariwisata sebagai satu-satunya sektor global yang tidak habis dimakan waktu
(Kavaratzis, 2010, h.29).
Dalam menciptakan persepsi dipikiran konsumen mengenai suatu
produk/jasa/brand, dibutuhkan pemikiran yang matang akan media promosi
apakah yang cocok dan efektif, agar persepsi dan image yang ingin disampaikan
dapat melekat kuat dibandingkan produk/jasa/ brand lainnya yang sejenis.
Banyak media promosi yang dapat digunakan dari mulai yang umum hingga unik
atau baru, misalnya menggunakan media atau jejaring sosial. Media sosial atau
situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan lainnya hingga kini
dimanfaatkan sebagai media promosi, yang ternyata cukup efektif dalam
memperoleh calon konsumen baru.Terdapat beberapa bidang yang dapat
menggunakan media sosial untuk memperkenalkan produk/jasa/ brand mereka
Pengenalan atau publikasi adalah bagian penting untuk memaksimalkan
sebuah program di sebuah kota, dalam lingkup ini tentu “Tulungagung Kota
Wisata Bahari” Seperti yang dijelaskan oleh Edi Suwarno berikut :
75
“Untuk branding baru iki yowes mesti penting mas, beda sama
marmernya kit awes gak seberapa melakukan publikasi masyarakat
wes tau kalau di Tulungagung marmernya bagus, karna ini masih
baru, ya kita kenalkan dulu kemasyarakat lewat media-media tadi
(Wawancara dengan Edi Suwarno, 24 September 2017)
Begitupula yang disampaikan oleh Nanang, yang juga memberikan gambaran
dalam sebuah filosofi menarik berikut :
“Kalau punya seng apik terus sek anyar tapi gak ono seng ngerti
kan eman (Percuma). ya contohnya kayak gitu mas, jadi publikasi
ini dirasa penting sebagai media penghubung ke masyarakat luas
tentang perkembangan kinerja di Tulungagung secara umum,
secara khusunya ya perkembangan city branding ini, itu kalau dari
Humas Pemkot sini” (Wawancara dengan Nanang Budi Utomo, 24
September 2017)
Pada prinsipnya antara keduanya adalah sama, yaitu sama-sama
menjelaskan bila produk masih baru maka perlu memperkenalkan atau
menginformasikan kepada konsumen bahwa saat ini ada produk baru yang tidak
kalah dengan produk yang lama. Setelah konsumen mengetahui produk yang baru,
diharapkan konsumen akan terpengaruh dan terbujuk sehingga beralih ke produk
tersebut. Pada akhirnya, perusahaan hanya sekedar mengingatkan bahwa produk
tersebut tetap bagus untuk dikonsumsi. Hal ini dilakukan karena banyaknya
serangan yang datang dari para pesaing.
Berkaitan dengan komunikasi yang ada pada suatu organisasi, menurut
Hoskins (2007) dilihat dari sifatnya salah satunya adalah komunikasi word of
mouth communication atau komunikasi mulut ke mulut. Menurutnya, komunikasi
ini dibutuhkan untuk kepentingan internal dan eksternal organisasi Komunikasi
untuk kepentingan internal adalah sebagai alat koordinasi, mengontrol,setiap
kegiatan atau aktivitas dalam organisasi baik individu maupun secara komunal
76
(bersama) di tingkat manajemen dan di level staf atau karyawan. Menurut Hoskins
(2007) organisasi berfungsi sebagai wadah interaksi secara langsung yang
mensyaratkan komunikasi word of mouth yakni adanya bentuk kerjasama antara
dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama.
Berhubungan dengan komunikasi ini, Pemerintah Kota menjeaskan bahwa
yang teerjadi biasanya adalah komunikasi secara internal dan eksternal, agar satu
sama lain bisa saling mendukung, seperti berikut :
“Komunikasinya mengalir saja, kan sebenere itu wes ada
sistemnya, ya bisa internal dengan missal Pemkot dengan Dinpar,
Atau Eksternal dengan masyarakat sekitaran. emmmm tujuanne
yaa cek podo ketok kerjoe mas, saling mendukung satu sama lain”
(Wawancara dengan Nanang Budi utomo, 24 September 2017)
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap aktivitas yang terjadi dalam
organisasi merupakan interaksi antar anggota organisasi secara langsung yang
salah satunya melalui komunikasi word of mouth. Dengan komunikasi tersebut,
suatu organisasi menjadi hidup dan berkembang secara dinamis. Organisasi tanpa
suatu komunikasi, akan mengakibatkan segala aktivitas akan terhenti.
Sementara itu komunikasi word of mouth untuk kepentingan eksternal
menurut Hoskins (2007) bertujuan untuk menjalin relasi dengan organisasi lain
atau pihak-pihak yang berkepentingan. Suatu organisasi penting menjalin
hubungan dengan organisasi di luar dirinya. Dalarn usaha menjalin kerjasama
tersebut, komunikasi melalui word of mouth akan menjadi lebih efektif untuk
menjalin ikatan yang baik dengan pihak organisasi Iain karena akan dapat
membangun ikatan emosional yang kuat.
77
4.2.3 Peralihan konsep branding dari kota marmer ke “Kota Wisata Bahari”
Tulungagung pada dasarnya sudah memiliki branding awal yang sudah
dianggap sukses yakni dari bidang marmer, karena wilayah Tulungagung yang
cukup banyak lokasi pantainya kemudian dicoba memperkenalkan potensi wisata
bahari, Hari Murdoko, yang bertindak atau menjabat sebagai pengembangan
wisata mengatakan bahwa, Branding di Tulungagung tidak hanya pada sektor
wisata bahari ini saja, karna pada awalnya Tulungagung sudah lebih dahulu
sukses dengan image kota marmer :
“Bukan, kita sudah sukses dengan image marmer atau penghasil
marmer terbaik dan terbesar di Indonesia, nah karna kita juga
punya potensi wisata pantai yang baik, kita mulai membuat
branding seperti ini.” (Wawancara dengan Hari Murdoko, 15
September 2017)
Pernyataan Hari Murdoko, ini diperjelas dengan pernyataan dari Miftahul Munir
yang juga menjabat sebagai pengembangan wisata Dinas Pariwisata Tulungagung,
jika Hari Murdoko menyebut image, berbeda dengan Miftahul Munir bahwa yang
mengatakan bahwa Marmer di Tulungagung ini sudah menjadi sebuah ciri khas :
“yoo nggak, Tulungagung wes ada marmer sebelum ini yang
menjadi ciri khas, saiki mulai membuat ciri baru yaa di wilayah
pesisir, biar bisa berkembang dan mempunyai manfaat bagi
masyarakat sekitaran sana.” (Wawancara dengan Miftahul Munir,
15 September 2017)
Dua pernyataan dari Dinas Pariwisata di atas dibenarkan oleh Kasubag Humas
Pemerintah Kota Tulungagung, Anang Budi Utomo, Bahwa memang Marmer
telah mendahului kesuksesan dari potensi wisata lainnya di Tulungagung :
“Ya tidak noo… Tulungagung kan duwe opo iku jenenge, emm
punya marmer yang wes luweh disik buat Tulunagung terkenal di
78
masyarakat luas” (Wawancara dengan Anang Budi Utomo, 24
September 2017)
Pegawai Pemerintah kota lainnya dari Kasubag Pemberitaan dan Dokumentasi
juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda yakni sebagai berikut :
“Tulungagung ada marmer seng marai terkenal, lek yang baru ini
kita mulai karna yaa masak marmer bisa sukses dipotensi lain kok
tidak”
Selain kepribadian kota Tulungagung yang sedikit akan digeser ke City
branding baru yakni “Tulungagung Kota Wisata Bahari” hal yang kalah penting
lainnya adalah menyiapkan akses infrastruktur untuk mendukung terciptanya city
branding tersebut, akses infrastruktur di sini dimaksudkan bagaimana sebuah kota
menyediakan kemudahan baik bagi masyarakat maupun pengunjung, misalnya
menyediakan sarana transportasi umum untuk masyarakat dan pengunjung.
Struktur organisasi dalam hal ini mengacu pada efektivitas dan perbaikan
struktur pemerintahan kota, dimana hal ini adalah Dinas Pariwisata tulungagung
yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Kota Tulungagung agar bisa berpengaruh
dalam melaksanakan perencanaan kota yang berkaitan dengan city branding yang
akan dibentuk. Terkait hal ini peneliti juga menanyakan kepada subjek penelitian
yang kemudian mendapatkan jawaban yang cukup jelas bahwa pemerintah
Tulungagung memang telah menunjuk Dinas Pariwisata untuk menangani
branding wisata bahari ini, seperti pernyataan dari subyek pertama yakni Andri
Sambudi berikut :
“Branding di Tulungagung sebenarnya ada dibeberapa bagian,
salah satu yang sudah berhasil adalah di bidang marmer. namun
untuk branding wisata ini lebih kami prioritaskan dulu karna yang
lain sebenarnya sudah punya segmentasi pasar masing-masing,
79
sedangkan untuk wisata di bagian pantai kita masih kalah dengan
daerah lain, kayak bali dan malang selatan” (Wawancara dengan
Andri Sambudi, 14 September 2017)
Banyak keuntungan yang akan diperoleh jika suatu daerah melakukan city
branding. Pertama, daerah tersebut dikenal luas (high awareness), disertai dengan
persepsi yang baik. Kedua, kota tersebut dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan
khusus (specific purposes). Ketiga, kota tersebut dianggap tepat untuk tempat
investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, danpenyelenggaraan kegiatan-
kegiatan (events). Meskipun awalnya, city branding difokuskan untuk menarik
orang luar atau pengunjung, baru-baru ini perhatian city branding lebih diarahkan
untuk penduduk lokal yang tinggal di sebuah kota beserta potensi yang
dimilikinya potensi. Hal ini menjadi sangat penting, karena untuk
mempertahankan penduduk lokal, dan meningkatkan persaingan bisnis di kota,
sehingga akan tercipta sebuah lingkungan yang kompetitif