bab iv hasil dan pembahasan bener.doc
DESCRIPTION
wawanTRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Distribusi Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang diambil dalam penelitian disini
adalah pasien yang dirawat di unit perawatan umum (PU) di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode Desember 2010 baik yang
menderita penyakit stroke ataupun bukan stroke sebanyak 77
pasien yang telah sesuai dengan kriteria inklusi menggunakan
rumus binominal proportion yang telah dibahas pada bab 3. Dan
umumnya pasien yang dirawat berjenis kelamin laki-laki sebanyak
53 orang (68,8%) sedangkan pasien yang bekerja sebanyak 51
orang (66,2%) baik sebagai tentara ataupun karyawan,
IV.1.2. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. Adapun
variabel yang diteliti meliputi variabel bebas yaitu merokok,
aktifitas fisik, dan alkohol. Sedangkan variabel terikatnya adalah
stroke.
1. Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan data bahwa pasien
rawat inap yang mempunyai kebiasaan merokok berjumlah 31
orang atau 40,3 % dan pasien yang tidak merokok berjumlah
46 orang atau 59,7 % dari 77 pasien yang diperiksa. Berikut
distribusi data pasien yang merokok dapat dilihat pada tabel 2
dan grafik 1.
42
59.74%
40.26%
Tidak
Ya
MEROKOK
43
Tabel 2. Distribusi kebiasaan merokok pada pasien yang dirawat inap di
perawatan umum (PU) periode Desember 2010
Merokok Frequency Percent
(%)
Cumulative Percent
(%)
Ya 31 40,3 40,3
Tidak 46 59,7 100
Total 77 100
Grafik 1. Distribusi kebiasaan merokok pada pasien yang dirawat inap di
perawatan umum (PU) periode Desember 2010
2. Aktifitas Fisik
Dari hasil penelitian dan analisis univariate dapat
diketahui bahwa jumlah pasien yang melakukan aktifitas
ringan sebanyak 39 orang (50,6%), yang melakukan aktifitas
sedang sebanyak 4 orang (5,2%), dan yang melakukan
aktifitas berat sebanyak 34 orang (44,2%) dari 77 pasien.
Berikut distribusi pasien yang melakukan aktifitas fisik yang
terlihat dalam tabel dan grafik dibawah ini.
44.16%
5.19%
50.65%
Berat
Sedang
Ringan
AKTIVITAS
44
Tabel 3. Distribusi aktifitas fisik pada pasien yang dirawat inap di perawatan umum
(PU) periode Desember 2010
Aktifitas Fisik Frequency Percent
(%)
Cumulative Percent
(%)
Ringan 39 50,6 50,6
Sedang 4 5,2 55,8
Berat 34 44,2 100
Total 77 100
Grafik 2. Distribusi aktifitas fisik pada pasien yang dirawat inap di
perawatan umum (PU) periode Desember 2010
3. Alkohol
Dari hasil penelitian dan analisis univariate dapat
diketahui bahwa jumlah pasien yang minum alkohol sebanyak
13 orang (16,9%), dan yang tidak minum sebanyak 64 pasien
(83,1%) dari 77 pasien. Berikut distribusi pasien yang minum
alkohol terlihat dalam tabel dan grafik dibawah ini.
83.12%
16.88%
Tidak
Ya
ALKOHOL
45
Tabel 4. Distribusi kebiasaan minum alkohol pada pasien yang dirawat inap di
perawatan umum (PU) periode Desember 2010
Alkohol Frequency Percent Cumulative Percent
Ya 13 16.9 16.9
Tidak 64 83.1 100
Total 77 100
Grafik 3. Distribusi kebiasaan minum alkohol pada pasien yang dirawat inap
di perawatan umum (PU) periode Desember 2010
4. Stroke
Dari hasil penelitian dan analisis univariate dapat
diketahui bahwa jumlah pasien menderita stroke sebanyak 14
orang (18,2%), dan yang menderita Penyakit lain selain stroke
sebanyak 63 orang (81,8%). Berikut distribusi pasien yang
menderita stroke yang terlihat dalam tabel dan grafik.
18.18%
81.82%
Stroke
non stroke
DIAGNOSIS
46
Tabel 5. Distribusi pasien yang menderita stroke ataupun tidak pada pasien
yang dirawat inap di perawatan umum (PU) periode Desember 2010
Frequency Percent
(%)
Cumulative Percent
(%)
non stroke 63 81.8 81.8
Stroke 14 18.2 100.0
Total 77 100.0
Grafik 4. Distribusi pasien yang menderita stroke ataupun tidak pada pasien
yang dirawat inap di perawatan umum (PU) periode Desember
2010
IV.1.3. Analisis Bivariat
Anlisis bivariat adalah termasuk teknik statistika untuk
menilai data dengan variabel bebas lebih dari satu. Analisis bivariat
digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas yaitu
merokok, aktifitas fisik, dan alkohol dengan variabel terikat yaitu
stroke yang dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini
47
Tabel 6. Hubungan antara merokok dengan kejadian stroke di RSPAD pada
pasien yang dirawat inap di perawatan umum (PU) periode
Desember 2010
Faktor Risiko Stroke Non Stroke Jumlah
Kumulatif
p
n % n % n %
Meroko
k
Ya 7 50 24 38,1 31 40,3 0,60
Tidak 7 50 39 61,9 46 59,7
Total 14 100 63 100 77 100
variabel merokok diuji dengan menggunakan uji hipotesis
chi square terhadap variabel stroke dan didapatkan junlah pasien
yang merokok menderita stroke sebanyak 7 orang (50%)
sedangkan pasien yang tidak merokok menderita stroke sebanyak 7
orang (50%) dan nilai signifikansi (p = 0,60 > 0,05) yang artinya
tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian stroke.
Tabel 7. Hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke di RSPAD
pada pasien yang dirawat inap di perawatan umum (PU) periode
Desember 2010
Faktor Risiko Stroke Non Stroke Jumlah
Kumulatif
p
n % n % n %
Aktifita
s Fisik
Ringan 14 100 25 39,7 39 50,6 0,00
Sedan
g
0 0 4 6,3 4 5,2
Berat 0 0 34 54 34 44,2
48
Total 14 100 63 100 77 100
Variabel aktifitas fisik diuji dengan menggunakan uji
alternative chi square (2x3) kolgomorov smirnov dan didapatkan
jumlah pasien yang melakukan aktifitas fisik ringan menderita
stroke sebanyak 14 orang (100%) sedangkan aktifitas fisik sedang
dan berat tidak satupun didapatkan pasien yang melakukan aktifitas
tersebut dan nilai signifikansi (p = 0,00 < 0,05). Yang artinya ada
hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke yang mana
aktifitas ringan berpengaruh terhadap kejadian stroke
Tabel 8. Hubungan antara alkohol dengan kejadian stroke di RSPAD pada
pasien yang dirawat inap di perawatan umum (PU) periode
Desember 2010
Faktor Risiko Stroke Non StrokeJumlah
Kumulatifp
n % n % n %
AlkoholYa 3 21,4 10 15,9 13 16,9
0,69Tidak 11 78,6 53 84,1 64 83,1
Total 14 100 63 100 77 100
Variabel alkohol diuji dengan menggunakan uji alternative
chi square yaitu fisher exact karena tidak memenuhi syarat chi
square dan didapatkan hasil bahwa pasien yang minum alkohol
menderita stroke sebanyak 3 orang (21,4%) dan yang tidak minum
alkohol menderita stroke sebanyak 11 orang (78,6%) dengan nilai
signifikansi (p 0,69 > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara
minum alkohol dengan kejadian stroke.
49
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Hubungan antara merokok dengan kejadian stroke
Berdasarkan pada tabel 6 diatas jumlah pasien yang
merokok ada sebanyak 31 orang (40,3%) dibandingkan dengan
jumlah pasien yang tidak merokok sebanyak 46 orang (59,7%)
lebih banyak daripada yang merokok, pasien yang tidak stroke pun
juga banyak yang merokok 24 orang (38%), namun ternyata tidak
ada hubungan antara merokok dengan kejadian sroke (p = 0,60 >
0,05).
Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Suryati bahwa ada
hubungan antara merokok dengan kejadian stroke dengan nilai
signifikansi (p = 0,049) dari 57 pasien yang diuji. Juga berbeda
dengan Hasil penelitian meta-analisis oleh Hartanto dari 32
penelitian yang memperkirakan RR untuk stroke iskhemik menjadi
1.9 (95% CI 1,7 - 2.2) untuk perokok dibandingkan yang bukan
perokok dan RR untuk perdarahan subarachnoid menjadi 2.9 (95%
CI 2,5-3,5) yang artinya merokok memiliki risiko untuk terjadinya
stroke iskemik ataupun perdarahan (Hartanto, 2009).
Tidak adanya hubungan antara merokok dengan stroke
dapat dikarenakan jumlah pasien yang stroke dengan merokok
tidak lebih banyak dengan pasien yang tidak stroke namun
merokok sehingga akan berpengaruh pada hasil uji hipotesisnya.
Karena rokok tidak hanya sebagai penyebab Penyakit stroke tetapi
juga Penyakit pembuluh
IV.2.2. Hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke
Berdasarkan pada tabel 7 diatas jumlah pasien yang
beraktifitas ringan ada sebanyak 39 orang (50,6%), aktifitas sedang
50
sebanyak 4 orang (5,2%), dan yang beraktifitas berat sebanyak 34
orang (44,2%) dan uji hipotesisnya menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke (p = 0,00)
yang mana dari jumlah frekuensi terlihat bahwa aktifitas ringan
berpengaruh terhadap kejadian stroke
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh suryati AF, 2009 yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara olahraga dengan stroke dengan nilai signifikansi
(p = 0,039). Artinya bahwa seseorang yang kurang olahraga
berisiko untuk obesitas, Penyakit jantung, diabetes mellitus yang
akan menjadi stroke. Menurut golay et al pada 55 subyek yang
diteliti 30 diantaranya seseorang yang aktifitasnya ringan memiliki
berat badan yang obesitas dan diabetes mellitus. Menurut
penelitian Lepalla pada penelitian kohort antara
hiperkolesterolemia dengan Stroke Perdarahan Intra Serebral
didapatkan RR 0,20 (95% CI:0,10-0,42) untuk kolesterol > 7
mmol/L dibandingkan dengan kadar < 4,9 mmol/L yang artinya
kadar kolesterol > 7 mmol/L berisiko untuk terkena Stroke
Perdarahan Intra Serebral
Aktifitas fisik terutama aerobik dapat meningkatkan aliran
darah dan merangsang pengeluaran NO (nititc oxide) dan
merangsang pelepasasan Endothelial Drive Relaxing Factor
(EDRF) yang dapat merelaksasikan dan melebarkan pembuluh
darah. Aktifitas apapun yang dapat meningkatkan frekuensi
jantung 110-130 dapat mencegah seseorang terkena Penyakit
jantung ataupun stroke serta kecenderungan untuk terjadinya
obesitas dan diabetes mellitus. Karena aktifitas yang kurang
membuat suplai energi menjadi berlebih (karbohidrat, protein,
lemak) apabila jumlahnya terus bertambah dan terjadi
hiperkolesterolemia akan menimbulkan deposit lemak di dinding
pembuluh darah yang mempersempit pembuluh darah
51
(atherosclerosis) dan menurunkan aliran darah sehingga terjadi
penyakit stroke bila sumbatan ini ada di pembuluh darah otak.
IV.2.3. Hubungan antara minum alkohol dengan kejadian stroke
Berdasarkan pada tabel 5 diatas jumlah pasien yang minum
alkohol ada sebanyak 13 orang (16,9 %) dari 77 pasien dan
diantara 13 orang tersebut yang minum alkohol disertai stroke
hanya 3 orang saja dan nilai signifikansi (p = 0,69) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara alkohol dengan
kejadian stroke.
Hasil ini dapat dikaitkan dengan jumlah pasien yang minum
alkohol disertai stroke lebih sedikit dibanding minum alkohol
disertai penyakit selain stroke berdasar meta analisis oleh Hankey
et al., 2006 individu yang minum alkohol < 12 gram/hari (1
minuman standar) memiliki nilai RR 0,8; 95% CI; 0,67 hingga
0,96. Yang artinya bahwa minum alkohol merupakan faktor
pencegah stroke, namun apabila seseorang minum alkohol > 60
gram/hari memiliki rasio risiko (RR 1,69; 95% CI: 1,3 hingga 2)
yang artinya alkohol merupakan faktor risiko terjadinya stroke.
Menurut penelitian Mostofsky, 2010 menyatakan bahwa dari 390
pasien stroke yang diteliti 14 diantaranya minum alkohol 1 jam
sebelum kejadian dan didapatkan RR 2,6 1 jam setelah minum
terjadi stroke, RR 1,3 2 jam setelah minum terjadi stroke. Yang
artinya seseorang yang minum 1 gelas bir, wine memiliki risiko
2,6 kali terkena stroke setelah 1 jam meminumnya dan 1,3 kali
setelah 2 jam meminumnya
Pada penelitian sebelumnya menjelaskan efek seketika
alkohol adalah meningkatkan tekanan darah dan pletelet menjadi
lebih lengket sehingga berisiko terjadi penyumbatan, namun
apabila alkohol diminum dalam jumlah sedikit dan terus menerus
akan membuat pembuluh darah lebih lentur dan memperbaiki
52
profil lipid dengan meningkatkan produksi HDL. Pada penelitian
ini tidak diketahui seberapa banyak alkohol yang diminum atau
berapa gram per hari bisa saja hanya sesekali dalam jumlah sedikit
sehingga tidak didapatkan hubungan antara alkohol dengan stroke.
IV.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan mengingat
adanya keterbatasan dalam hal desain dan metode penelitian. Desain
penelitian ini menggunakan cross sectional dimana penelitian ini meneliti
variabel-variabel bebas dengan variabel terikat secara bersamaan dalam
satu waktu. Kelemahan dari penelitian cross sectional ini diantaranya
adalah sulit untuk menentukan hubungan sebab akibat karena pengambilan
data risiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan, akibatnya sering sulit
ditentukan mana sebab dan yang mana akibat serta tidak menggambarkan
perjalanan Penyakit, insiden, maupun prognosis