bab iv hasil dan pembahasan 1.1. deskripsi hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/bab iv.pdf41 bab...

40
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan UD TIRTA AGUNG didirikan pada tahun 2006 di Kupang Nusa Tenggara Timur, ketika pendirinya melihat adanya suatu kebutuhan yang sangat mendasar akan ketersediaan air bersih di Kota Kupang. Perusahaan ini berdiri dengan akte pendirian dari notaris pada tanggal 02 Februari 2007; dengan nama produknya “Kangen Water” dan sebagai pemilik tunggal UD TIRTA AGUNG ialah Abdullah Lamib Baco Sebagai pemegang saham tunggal; dimana yang menjabat sebagai pimpinan sekaligus orang yang mengatur segala biaya atau bahan bahan yang berhubungan dengan proses produksi air minum Herbal Kangen Water adalah pemegang saham utama UD TIRTA AGUNG dengan hak 100% . Perusahaan ini mulai melakukan uji coba produksi pada tanggal 10 Maret 2007, dan memasarkan hasil produksinya pada bulan Januari 2009 dengan dua jenis produk yang beredar sampai saat ini yaitu gallon dan kemasan botol 330ml. Nama/merk Kangen Water ini mawakili suatu produk kesehatan; dan di atas semua itu Kangen Water mewakili suatu kebersamaan, karena dari awal mula perusahaan berkomitmen bahwa hanya air mineral Herbal alami yang terbaik yang diproduksi untuk para pelanggan di bawah motto: “ Hidup Sehat Bersama Kangen Water”. Sedangkan Visinya: “Menyediakan Air Minum Berkualitas” yang menggambarkan komitmen manajemen UD. TIRTA AGUNG

Upload: dinhminh

Post on 29-Jun-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Deskripsi Hasil Penelitian

1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

UD TIRTA AGUNG didirikan pada tahun 2006 di Kupang Nusa Tenggara

Timur, ketika pendirinya melihat adanya suatu kebutuhan yang sangat mendasar akan

ketersediaan air bersih di Kota Kupang. Perusahaan ini berdiri dengan akte pendirian

dari notaris pada tanggal 02 Februari 2007; dengan nama produknya “Kangen Water”

dan sebagai pemilik tunggal UD TIRTA AGUNG ialah Abdullah Lamib Baco

Sebagai pemegang saham tunggal; dimana yang menjabat sebagai pimpinan

sekaligus orang yang mengatur segala biaya atau bahan – bahan yang berhubungan

dengan proses produksi air minum Herbal Kangen Water adalah pemegang saham

utama UD TIRTA AGUNG dengan hak 100% . Perusahaan ini mulai melakukan uji

coba produksi pada tanggal 10 Maret 2007, dan memasarkan hasil produksinya pada

bulan Januari 2009 dengan dua jenis produk yang beredar sampai saat ini yaitu gallon

dan kemasan botol 330ml. Nama/merk Kangen Water ini mawakili suatu produk

kesehatan; dan di atas semua itu Kangen Water mewakili suatu kebersamaan, karena

dari awal mula perusahaan berkomitmen bahwa hanya air mineral Herbal alami yang

terbaik yang diproduksi untuk para pelanggan di bawah motto: “ Hidup Sehat

Bersama Kangen Water”. Sedangkan Visinya: “Menyediakan Air Minum

Berkualitas” yang menggambarkan komitmen manajemen UD. TIRTA AGUNG

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

42

untuk menghadirkan usaha ini bagi siapa saja yang berminat melakukan investasi di

bidang penyediaan air sehat bagi manusia, dan misinya: “Menyediakan Air Minum

Sehat Berkualitas Tinggi Dengan Harga Yang Murah” yang menggambarkan

keinginan kuat dari manajemen perusahaan untuk menyediakan air minum sehat

berkualitas tinggi dengan harga yang murah kepada masyarakat.

1.1.2. Perolehan Sumber Bahan Baku Air

Sumber bahan baku yang digunakan untuk memproduksi air minum dalam

kemasan di UD TIRTA AGUNG Kupang berasal dari satu sumber saja yaitu mata air

Desa Oeleta; dimana sumber mata air ini tergolong mata air dari alam dengan

ketinggian tertentu dari permukaan laut. Sumber mata air ini dipilih karena selain

debit airnya cukup besar dan secara terus menerus, kualitas air yang didapat pun

masih cukup baik karena belum banyak dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia.

Dalam hal ini menurut beberapa ahli hidrogeologi, sumber air yang dipilih sudah

memenuhi tiga karakteristik air tanah yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Untuk memperlancar dan mempermudah proses penggunaan air dari sumber

utama sebagai bahan baku produksi dimaksud, selain mendapatkan ijin resmi dari

pemerintah, perusahaan juga melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat.

Salah satu wujud kerjasamanya adalah dengan bergabungnya perusahaan ke dalam

Perkumpulan Petani Pengguna Air atau yang disingkat P3A. Tujuannya agar baik

perusahaan maupun masyarakat sama-sama melestarikan sumber mata air tersebut

sehingga dapat terus digunakan dalam jangka waktu yang panjang.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

43

1.1.3. Tenaga Kerja Produksi

Jumlah tenaga kerja produksi yang ada di UD.TIRTA AGUNG Kupang

sebanyak 55 orang, terdiri dari 29 tenaga kerja langsung dan 26 tenaga kerja tidak

langsung. Tenaga kerja langsung yang dimaksud dalam proses produksi ini adalah

tenaga kerja di pabrik yang secara langsung terlibat dalam proses produksi, dan

biayanya dikaitkan langsung dengan produk yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja

tidak langsung adalah tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada

proses produksi, dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik.

Distribusi tenaga kerja dalam kegiatan produksi pada perusahaan ini

disesuaikan dengan kemampuan dan ketrampilan dari masing-masing tenaga kerja.

Bedasarkan kemampuan dan ketrampilan tersebut kemudian perusahan

mengalokasikannya dalam tiga kelompok kerja utama perusahaan, yaitu 27 orang

bagian pabrikasi, 2 orang bagian pemasaran dan 11 orang bagian operasional pabrik.

Bagian pabrikasi terdiri dari 1 orang kepala pabrik, 1 orang administrasi pabrik, 25

orang produksi dan teknisi pabrik. Kemudian bagian pemasaran terdiri dari 1 orang

bagian lapangan dan 1 orang administrasi penjualan, sedangkan bagian operasional

pabrik terdiri dari 1 orang administrasi keuangan, 2 orang bagian administrasi kantor,

4 orang bagian gudang, 2 orang satpam dan 2 orang bagian kebersihan. Khusus

tenaga kerja langsung bagian produksi, pekerjaan yang diikuti dengan jumlah orang

dibagi dalam dua shift, yaitu shift I jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 sore dan shift

II jam 16.00 sampai dengan jam 11.00 malam. Secara struktur organisasinya dapat

dilihat pada tampilan gambar berikut.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

44

Gambar 4.1. Struktur Organisasi UD. TIRTA AGUNG KUPANG

Kepala

Pabrik

Bagian

Marketing

Teknisi

Bagian Adm.

Keuangan

Kepala ruang

produksi

Bagian

Lapangan

Admin.

Perusahaan

Kepala Gudang

Penyimpanan

Penjualan

Pembelian dan

Pengemasan

Pemimpin

UD.TIRTA AGUNG

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

45

1.1.4. Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Proses pengolahan terhadap air baku (raw water) pada prinsipnya meliputi

perlakuan secara fisika dan kimia sehingga pada akhirnya diperoleh AMDK (Air

Minum Dalam Kemasan) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan aman

untuk dikonsumsi langsung. Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia, nomor 705/MPP/Kep/11/2003; tentang persyaratan

teknis industri air minum dalam kemasan menyebutkan bahwa proses air minum

dalam kemasan harus melalui tiga tahap utama yaitu: penyaringan, desinfeksi dan

pengisian.

UD. TIRTA AGUNG KUPANG telah memproduksi air mineral dengan

merek “Kangen WATER” sejak tahun 2009 , yang berlokasi di Desa Oeleta.

Perusahaan ini memiliki fasilitas mesin produksi berteknologi modern dengan inovasi

terbaru, yang dipergunakan dalam proses produksi dan pengisian air minum dalam

kemasan; antara lain mesin pengisian gallon dan kemasan botol 330 ml. Selain mesin

produksi, perusahaan juga memiliki bagian laboratorium dan quality control yang

bertanggungjawab atas segala bentuk aktivitas yang berhubungan dengan kualitas

produk yang dihasilkan; mulai dari analisa bahan baku, proses water treatment,

proses produksi hingga sistem pengeluaran dari gudang barang jadi pabrik ke

konsumen atau pelanggan.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

46

Ketersediaan bahan baku dan fasilitas yang ada pada perusahaan tersebut

kemudian menjadi dasar adanya kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan

melaui proses sebagai berikut:

1. Proses Penampungan Air

Proses penampungan air merupakan proses pemindahan air dari sumber ke

tanki penampung air baku. Bahan baku dialirkan secara langsung dari sumbernya

menggunakan sistem pipanisasi ± 35 meter dari sumbernya, dengan debit rata-rata 3-

5 liter per detik sehingga mampu mencukupi kebutuhan akan air baku yang

dibutuhkan selama proses produksi berlangsung.

2. Proses Pengolahan Air

Proses pengolahan air baku ini terjadi di unit water treatment untuk

memperoleh tread water, yaitu air bersih yang berkualitas yaitu dapat diuji secara

fisika dan kimia. Oleh sebab itu, untuk lebih menjaga bahan baku yang baik maka

dilakukan proses filterisasi dengan menggunakan catridge filter dari bahan

polyprophylene yang terjaga higienitas dan kerapatannya dalam proses filterisasi

sehingga bahan baku dapat terkondisi dengan baik. Proses filterisasi pada unit water

treatment dilakukan melalui tiga tahap penyaringan, yaitu sand filter, carbon filter

dan micron filter.

Penyaringan material non air yang berupa algae atau golongan ganggang

yang terdapat dalam air baku dalam sumber menggunakan sand filter yang terbuat

dari bahan bahan pasir kuarsa dengan diameter 1 atau 2 mili meter. Dalam sand filter

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

47

ini terjadi proses penyaringan partikel-partikel kotoran. Bahan koloid akan tertahan

dalam bentuk lapisan gelatin; sedangkan ion-ion yang larut dalam air akan

dinetralkan oleh ion-ion pasir (sebagian partikel pasir juga mengalami ionisasi di

dalam filter). Dengan demikian, sifat air akan berubah karena terjadi netralisasi

tersebut. Di samping itu, lapisan zooglial pasir yang mengandung organisme hidup

akan memakan bahan organis yang secara tidak langsung membersihkan air; dimana

pasir penyaring tersebut bekerja secara maknis, elektolisis dan bakterisidal, sehingga

tidak sampai mempengaruhi kualitas air pada akhir produk yang dihasilkan.

Pasir yang digunakan pada proses filtrasi harus bersih, keras dan tahan yang

ditempatkan di atas kora/kerikil secara berlapis-lapis. Besar butir pasir tersebut cukup

kasar karena berguna untuk mempengaruhi keefektifan proses filtrasi. Pada waktu

tertentu, pasir penyaring harus dicuci dengan cara back washed system, yaitu air

dialirkan secara terbalik atau berlawanan dengan aliran air selama penyaringan (dari

bawah ke atas), dengan kecepatan yang memungkinkan pasir mengalami pemuaian

(ekspansi), sehingga proses filterisasi tetap efisien.

Proses filterisasi dalam sand filter merupakan proses masuknya air ke dalam

tanki carbon filter yang merupakan carbon aktif kualitas impor. Dalam filter ini,

partikel-partikel kecil yang terlewat dari sand filter cepat diserap oleh karbon aktif

dengan kapasitas penyerapan tinggi. Proses filterisasi bertujuan untuk menghilangkan

residu, netralisasi bau, warna dan rasa serta menyaring jenis-jenis material yang

tersisa dari sand filter.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

48

Karbon aktif dibuat dengan pembakaran bahan-bahan yang kaya akan unsur

karbon (C) seperti kayu (arang) dengan cara mengurangi oksigen untuk menghindari

pembentukan karbondioksida. Adanya temperatur yang tinggi juga dapat

menyebabkan terjadinya desorpsi beberapa senyawa organic. Karena itu, karbon aktif

mempunyai kapasitas penyerapan yang tinggi terhadap zat-zat organik yang ada

dalam air. Aktivitas karbon ini dipengaruhi oleh perbedaan ukuran pori-pori di

dalamnya, kemurnian unsur-unsur organik (karbon) dari bahan mentah dan cara

pembuatannya. Sedangkan pada micron filter, terjadi proses penyaringan akhir yang

mungkin masih tersisa dari karbon filter, sebelum air baku masuk ke ruang pengisian.

Proses ini memiliki tingkat efektifitas yang paling tinggi karena menggunakan ukuran

yang paling rapat yakni berkisar 0.2 mikron.

3. Proses Sterilisasi (Ozonasi dan Penyinaran Ultra Violet)

Melakukan proses sterilisasi/ozonasi melalui rangkaian peralatan otomatis

yang berfungsi untuk menghasilkan ozon atau O3, yang berguna untuk membunuh

segala bentuk makluk hidup atau mikroorganisme patogen yang berada dalam air

baku dengan menggunakan catridge dan ozon. Tujuan adanya catridge untuk

menahan mikroorganisme dan menyaring kotoran-kotoran halus yang mungkin

masuk ke dalam air. Dalam proses sterilisasi ini, air diinjeksi oleh ozon yang mudah

terurai menjadi gas O2 dan On dalam proses ozonisasi, gas tersebut akan bercampur

dengan air secara saksama; dimana gelembung-gelembung ozon menyebar ke seluruh

bagian air, dan secara aktif mengoksidasi air; termasuk bakteri dan mikroorganisme

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

49

lainnya. Konsentrasi ozon yang diinjeksi ke dalam kemasan tidak akan meninggalkan

residu pada produk akhir, karena ozon tersebut akan berubah menjadi oksigen.

Dengan demikian, pada proses ozonisasi, air yang dihasilkan akan lebih

bersih dan segar dibandingkan dengan hasil proses klorinasi. Kelebihan proses ini

adalah tidak meninggalkan residu dan sangat efektif menghilangkan rasa, warna serta

bau yang sukar dihilangkan dengan cara lain. Jika dibandingkan dengan klorin, ozon

lebih efektif dalam menginaktifkan virus dan kecepatan desinfeksinya lebih besar,

tidak ada limbah toksik serta tidak ada proteksi terhadap pertumbuhan kembali

mikroorganisme. Selanjutnya air yang telah diinjeksi ozon masuk ke dalam tanki

penampungan agar proses pencampuran lebih sempurna dan disinari oleh beberapa

jenis sinar infra merah (ultra violet), untuk membunuh makluk hidup dan

menyerap/menurunkan kandungan O3 yang diinjeksi pada waktu proses ozonisasi,

sehingga akhirnya air dapat dialirkan ke masing-masing mesin pengisian.

4. Proses Pengisian

Proses pengisian air produk dilakukan di masing-masing ruang pengisian

sesuai ukuran dan jenis kemasan dengan sistem perlakuan yang higienis sehingga

kualitas produknya dapat terjamin. Untuk kemasan gallon, sebelum masuk ke proses

pengisian, gallon yang digunakan diseleksi terlebih dahulu, dicuci dan dimasukan ke

washer gallon kemudian masuk filling dan capping gallon. Gallon yang digunakan

ada dua macam, yaitu gallon baru dan gallon yang berasal dari konsumen. Gallon-

gallon dari konsumen diseleksi oleh bagian seleksi gallon di ruang penampungan

gallon untuk dipisahkan sesuai dengan kondisinya. Gallon yang baik kemudian

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

50

masuk ke ruang pencucian untuk dicuci sebanyak 3 kali proses pencucian, yaitu

pencucian bagian luar gallon, penyemprotan larutan PC dan ringsing gallon.

Bagian luar gallon dicuci secara manual dengan air yang telah dicampur

detergen pembersih, kemudian disikat untuk menghilngkan kotoran yang terdapat di

bagian luar gallon. Selanjutnya gallon disemprot dengan larutan PC untuk

menghilangkan kotoran dan mikroorganisme yang terdapat dalam gallon. Setelah itu,

gallon dibilas dengan menggunakan air dan disanitasi atau sterilisasi dengan

menggunakan washer gallon untuk selanjutnya diisi di bagian filer gallon yang diikuti

dengan penutupan menggunakan mesin capper.

5. Proses Pengemasan dan Labeling

Tahap terakhir setelah pengisian adalah pengemasan dan pemasangan label.

Proses pengemasan dilakukan secara manual dengan prinsip rapi dan bersih agar

produk tersebut dapat dinikmati konsumen dengan tingkat kepuasan tinggi. Proses

labeling merupakan proses dimana setelah produk dimasukan ke dalam kemasan

maka pada kemasan tersebut diberikan aksesoris barupa label. Setelah itu, produk

siap didistribusi ke pelanggan dan konsumen.

Rangkaian proses produksi sebagaimana yang ada dalam penjelasan terlebih

dahulu, yang menekankan pada proses pengolahan air, sterilisasi dan pengisian, tahap

demi tahapnya dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

51

HARDNESS FILTER

SEDIMEN TANK

SLOWSAND FILTER

BAK PENAMPUNGAN AIR

BAKU

CARBON FILTER

Automatic Spind Down

Sediment Trapper Filter 70 µ

Stainless Steel

OZONE INJEKTOR TO

REACTION TANK

UNIT PROSES REVERSE

OSMOSIS (MESIN RO)

Automatic Spind Down

Sediment Trapper Filter 15 µ

Stainless Steel

FILTRASI 5 µ

RINSER & FILLER

OZONE INJECTOR

FILTRASI 1 µ

BUFFER TANK PRODUCT

Ultra Violet Processing

PRE TREATMENT

STAINLESS STEEL PUMP

AIR BAKU

OZONE GENERATOR

STAINLESS STEEL PUMP

OXYGEN

GENERATOR

Analytical Monitor

Controller

OZONE PRE

TREATMENT

STAINLESS

STEEL

DISTRUBUTION

PUMP

OZONE

POSTTREATMENT

JOINT OXYGEN

GENERATOR

OZONE GENERATOR

PRESSURIZED BUFFER

CHAMBER

CONDUCTIVITY

& PH

CONTROLLER

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

52

Selain proses produksi yang telah dijalankan, terdapat juga proses

pengawasan berupa kontrol terhadap bahan baku air yang dilaksanakan secara

periodik. Proses pengawasan tersebut antara lain berupa analisa/test laboratorium

minimal tiga hari sekali pada sampel air yang diambil, baik sebelum masuk ke ruang

produksi maupun setelah diproses yang kemudian siap dikemas. Analisa atau tes ini

dilakukan di laboratorium milik UD. TIRTA AGUNG, untuk mengetahui kelayakan

air sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

1.1.5. Data Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi; yang dikeluarkan menurut departemen produksi, terdiri dari

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Biaya produksi ini menurut Mulyadi (2004), dikelompokkan secara sistematis yang

terdiri dari: 1) biaya menurut obyek pengeluaran yaitu biaya bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung dan overhead, 2) biaya menurut fungsi pokok perusahaan yaitu

fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum, 3) biaya menurut

hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai yaitu biaya langsung dan biaya tidak

langsung, 4) biaya menurut perilaku dalm hubungannya dengan volume kegiatan

yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel, 5) biaya atas dasar jangka

waktu mafaatnya yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

Gambar 4.2. Proses Produksi AMDK “Kangen Water”

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

53

Berdasarkan data biaya yang diperoleh dari UD. TIRTA AGUNG,

perhitungan biaya produk pada perusahaan dapat dikategorikan ke dalam perhitungan

biaya berdasarkan fungsi yang ada dalam perusahaan tersebut melalui aktivitas-

aktivitas yang terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi berbagai faktor

produksi (sumber daya), yang dalam nilai uang ditunjukkan melalui struktur biaya

yang dikeluarkan/diakui oleh perusahaan sebagaimana yang ada pada tabel 4.1

berikut ini.

Tabel 4.1. Biaya Produksi UD. Tirta Agung Tahun 2016 dengan

Klasifikasi Menurut Perusahaan Uraian Jumlah (Rp)

(2) (3)

Biaya Bahan Baku

Reffil Kangen Water 122,564,283.00

Kemasan Botol 330 ml 24 343,588,310.00

Iuran Air Desa Oeleta Raya 12,000,000.00

Ongkos Kirim Bahan Pembantu 140,015,314.00

Sub Total 618,167,907.00

Biaya Produksi

Sarung Tangan, Masker, Sandal 1,669,607.00

Senar Untuk Mesin Cuci Gallon 525,000.00

Bahan Kimia Untuk Laboratorium 1,444,888.00

Sabun/Detergen Pembersih 991,638.00

Perlengkapan Ruang Produksi 1,701,700.00

Tinta Expire Date 380,842.00

Gallon Rusak 981,000.00

Produk botol Cacat/Rusak 1,312,500.00

Sub Total 9,007,175.00

Biaya Umum dan Administrasi

Administrasi Keanggotaan 262,500.00

Materai/Perangko 525,000.00

Alat Tulis Kantor 3,788,750.00

Administrasi urusan SIM/STNK Kendaraan 262,500.00

BBM Kendaraan 2,373,179.00

Service Kendaraan Tamu 455,000.00

BBM Generator 22,669,325.00

Rekening Telepon/Fax. 15,546,417.00

Rekening Listrik 27,393,993.00

Cetak-mencetak/Fotocopy 4,200,400.00

Kebutuhan Kantor 10,553,113.00

Publikasi dan Dokumentasi 15,998,326.00

Perjalanan Dinas 17,988,427.00

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

54

Sumbangan 6,142,500.00

Ongkos Angkut Lokal 5,302,500.00

Kirim/Paket Pos 3,393,867.00

Kebutuhan Bengkel 2,086,175.00

BBM Kendraan Lain 1,624,000.00

Lain-lain 5,501,500.00

Sub Total 146,067,472.00

Biaya Pemimpin

Service Kijang 23,390,500.00

Service inova 10,076,500.00

Perjalanan Dinas pemimpin 46,587,415.00

Kebutuhan Preskom 35,113,700.00

115,168,115.00

Biaya Pemasaran

Sponsorship dan Iklan/promosi 88,371,540.00

Bonus botol 330 ml untuk Pejabat 746,906.00

Bonus Air Untuk Kalangan Sendiri 6,938,100.00

Sub Total 96,056,546.00

Biaya Pemeliharaan dan Perawatan

Mesin Produksi 4,200,300.00

Peralatan Pabrik 1,935,000.00

Perabot dan Peralatan Kantor 2,964,150.00

Service Kendaraan Direksi 11,683,179.00

Service Generator 26,525,625.00

Bangunan Pabrik 1,887,200.00

Kendaraan Bermotor 4,627,450.00

Sub Total 53,822,904.00

Bunga Pinjaman dan Asuransi

Bunga KMK 103,192,878.00

Bunga Investasi 120,688,696.00

Asuransi Kebakaran 1,823,500.00

Sub Total 225,705,074.00

Biaya Karyawan

Honor Pemimpin 40,000,000.00

Gaji pegawai dan staf 1,120,000,000.00

Lembur 1,562,400.00

Iuran Jamsostek 43,000,000.00

Seragam Karyawan 2,423,300.00

Konsumsi Karyawan 37,733,500.00

Tunjangan Kesehatan 4,740,038.00

Tunjangan Hari Raya 87,425,000.00

Sub Total 1,336,884,238.00

Biaya Penyusutan 109,948,125.00

Biaya Lain-lain

Konsultan Pajak 4,375,000.00

Pajak Jasa Giro 208,754.00

Pajak BB 7,525,000.00

Pajak Pertambahan Nilai 13,122,750.00

Lain-lain 1,550,000.00

Sub Total 26,781,504.00

TOTAL 2,737,609,060.00

Sumber: Data Biaya UD.TIRTA AGUNG, tahun 2016

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

55

Berdasarkan data pada tabel 4.1 yang merupakan data keuangan perusahaan

diikuti dengan informasi melalui wawancara penelitian, diketahui bahwa perusahaan

menetapkan dua unsur biaya bahan baku, yaitu biaya rekening air dan biaya bahan

pembantu untuk masing-masing produk; dimana kedua biaya ini merupakan

unsur/komponen pembentuk harga pokok produksi. Sementara biaya-biaya lain oleh

perusahaan dinyatakan sebagai biaya operasional perusahaan. Biaya operasional ini

kemudian dikelompokkan menurut fungsi dari masing-masing kelompok biaya yang

terjadi, namun perusahaan tidak mengelompokkannya secara jelas berdasarkan

klasifikasi biaya menurut teori akuntansi yaitu kategori biaya produksi, kategori biaya

pemasaran dan kategori biaya operasional pabrik. Kesalahan dalam mengklasifikasi

biaya ini juga dengan sendirinya turut mempengaruhi kesalahan pemahaman pihak

perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi.

1.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Sebagaimana telah digambarkan pada bab III bahwa skala pengukuran dalam

penelitian ini adalah rupiah per unit produk, maka harga pokok produksi yang

ditentukan dalam penelitian ini adalah harga pokok produksi per unit, dengan

membebankan biaya pada obyek biaya; dalam hal ini produk air minum dalam

kemasan gallon maupun botol. Hansen & Mowen (2005) menyatakan bahwa ketika

biaya dibebankan pada obyek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya

total yang dibebankan dengan jumlah unit dari obyek biaya tertentu.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

56

Berkaitan dengan penelitian ini yang menekankan biaya per unit, Hansen &

Mowen (2005) juga menyatakan bahwa biaya per unit menekankan pada perhitungan

biaya berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas, yang kemudian biaya tersebut

dibebankan pada obyek biaya. Activity Based Costing mengakui adanya biaya

langsung dan biaya tidak langsung; dimana untuk biaya langsung dapat diperoleh

dengan membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke

produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Sedangkan biaya tidak langsung

atau overhead dibebankan dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi.

Secara spesifik, perhitungan biaya berdasarkan fungsi menggunakan penggerak

aktivitas tingkat unit untuk membebankan biaya overhead ke produk dengan asumsi

bahwa overhead yang dipakai produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang

diproduksi.

1.2.1. Perhitungan Biaya Bahan Baku Langsung - Metode ABC

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh pihak perusahaan, biaya bahan

baku dalam hal ini air adalah biaya penggunaan air oleh perusahaan sesuai dengan

kebutuhan perusahaan, yang kemudian biaya tersebut dibayar menggunakan iuran

bulanan pada P3A (Perkumpulan Petani Pengguna Air) desa setempat. Diketahui

bahwa biaya iuran bulanan selama tahun 2016 sebesar Rp 12.000.000,_ untuk

penggunaan air kurang lebih sebanyak 5000 m3 atau 5.000.000 liter dengan jumlah

yang dikonsumsi oleh produk sebanyak 4.039.352,56 liter atau sebesar Rp

9.694.446,14 (80,790% kategori BBBL air yang telah diproses menjadi barang siap

dikemas) dan sisa 960.647,44 liter atau Rp 2.305.553,86 (19,21 % kategori BOP)

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

57

dialokasikan untuk kebutuhan lain produksi. Dari total volume pemakaian air ini

dapat diketahui harga per liter air yaitu sama dengan Rp 2.40,_ yang diperoleh

dengan cara membagi total rupiah yang dibayar terhadap total volume air yang

digunakan oleh perusahaan. Untuk perhitungan biaya bahan baku langsungnya maka

biaya ini dapat langsung dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi dari masing-

masing produk yang bersangkutan dan selebihnya adalah biaya air untuk kegiatan

pendukung lainnya. Hasil perhitungan biaya bahan baku langsung ini ditampilkan

melalui tabel 4.2, dimana dari total yang dikonsumsi produk, 64,47 % dikonsumsi

oleh produk gallon dan 35,33 % dikonsumsi oleh produk botol 330 ml. Hal ini

berbanding lurus dengan jumlah unit yang diproduksi oleh masing-masing produk

dan jumlah/volume air yang dikonsumsi per unit produk

Ket; iuran bahan baku air per 1tahun ; Rp 12.000.000

Jumlah penggunaan air untuk kedua produk ; 5.000

Jadi harga pokok untuk bahan baku air =

2,40 ,ialah harga per

liter air untuk kedua produk tersebut.

a. Perhitungan biaya produksi Refill Galon

Jumlah unit yang diproduksi

Ket ; jumlah produk yang dikonsumsi = 4.039.352,56 liter

Volume per unit = 19 liter

Total yang dikonsumsi = 64,47%

Jumlah unit yang diproduksi

= 137.482,00

Kuantitas pemakaian (liter) = jumlah unit diproduksi x volume per unit

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

58

= 137,482,00 x 19,00

= 2,612,158,00

Total pemakaian (Rp) = harga satuan / liter x kuantitas pemakaian

= 2,40 x 2,612,158.00

= 6,269,179,20

Maka biaya per unit untuk 1 gallon 19 liter ialah

=

= 45,60

b. Perhitungan biaya produksi produk botol

Jumlah unit yang diproduksi

= 135,151,00

Kuantitas pemakaian (liter) = jumlah unit diproduksi x volume per unit

= 135,151,00 x 10,56

= 1,427,194,56

Total pemakaian (Rp) = harga satuan / liter x kuantitas pemakaian

= 2,40 x 1,427,194,56

= 3,425,266,94

Maka biaya per unit untuk produk botol ialah

=

= 25,34

Tabel 4.2. Perhitungan Biaya Bahan Baku Langsung – Metode ABC

Jenis Jumlah Unit

Harga

Satuan

Volume Per

Unit Kuantitas Total Biaya Per Unit

Produk Yang Diproduksi (Rp Per

Liter) (Liter) Pemakaian (Liter) Pemakaian

(Rp) (Rp)

a b c d (a x c) e (b x d) f (a/e)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Gallon 137,482.00 2.40 19.00 2,612,158.00 6,269,179.20 45.60

Btl 24 135,151.00 2.40 10.56 1,427,194.56 3,425,266.94 25.34

Total 272,633.00 29.56 4,039,352.56 9,694,446.14

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

59

1.2.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Metode ABC

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah tenaga kerja langsung

produksi sebanyak 55 orang, dengan alokasi biaya selama tahun 2016 sejumlah Rp

764.634.146,34._ atau 68,27 % dari total gaji tenaga kerja, yang kemudian

dibebankan ke masing-masing produk berdasarkan jumlah jam kerja yang dikonsumsi

oleh setiap produk itu sendiri. Diketahui pula bahwa jumlah jam tenaga kerja

langsung yang dikonsumsi selama tahun 2016 adalah sebanyak 2.304 jam atau 8 jam

per hari per orang, sehingga biaya per jamnya sebesar Rp 331.872,46,_ atau 6.034,04

jam per orang. Oleh karena perusahaan ini menggunakan sistem gaji tetap untuk

tenaga kerjanya maka jumlah jam tenaga kerja baik produk gallon maupun produk

botol 330 ml diambil jam kerja normal sehingga menghasilkan jumlah jam kerja yang

sama untuk kedua produk dimaksud. Untuk mengetahui biaya per unitnya maka

jumlah pemakaian berdasarkan jam tenaga kerja dibagi dengan jumlah unit yang

diproduksi untuk masing-masing jenis produk, dimana hasil dari perhitungan tersebut

ditampilkan melalui perhitungan dan tabel 4.3 berikut ini.

a. Perhitungan BTKL produk Gallon

Ket ; jumlah unit yang diproduksi = 137,482,00

Biaya TKL periode 1 tahun = 764.634.146,34

Jumlah TKL = 55 orang

Jam TKL, Jam / unit =

jumlah tenaga kerja

Jam TKL, jam / unit =

55

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

60

= 0,008

Jumlah jam TKL Jam / unit = Jumlah unit yg diproduksi x JamTKL jam / unit

= 137,482,00 x 0,008

=1,152,00

Total pemakaian =

Total pemakaian produk

=

764,634,146.34

= 382,317.073.17

Biaya per unit =

=

= 2,780.85

= 2,780.85 .ialah biaya per unit TKL produk Galon

b. Perhitungan BTKL produk botol

Jam TKL, Jam / unit =

jumlah tenaga kerja

Jam TKL, jam / unit =

55

= 0,009

Jumlah jam TKL Jam / unit = Jumlah unit yg diproduksi x JamTKL jam / unit

= 135,151,00 x 0,009

=1,152,00

Total pemakaian =

Total pemakaian produk

=

764,634,146.34

= 382,317.073.17

Biaya per unit =

=

= 2,828.81

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

61

= 2,828,81 .ialah biaya per unit TKL produk botol

Tabel 4.3. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung - Metode ABC Jenis Jumlah Unit Jam TKL Jumlah Jam TKL Total Pemakaian Biaya Per Unit

Produk Yang Diproduksi Jam/Unit Jam/Unit (Rp) (Rp)

a B c (a x b) d (c/tot c x 764,634,146.34) f (a x d)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Gallon 137,482.00 0.008 1,152.00 382,317,073.17 2,780.85

botol 24 135,151.00 0.009 1,152.00 382,317,073.17 2,828.81

Total 272,633.00 2,304.00 764,634,146.34

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

1.2.3. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik - Metode ABC

Biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung yang mencakup

seluruh biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja

langsung. Activity based costing dikembangkan untuk memahami biaya tidak

langsung, selain manyajikan informasi yang tepat untuk mengkalkulasi biaya. Dari

data biaya yang tampak pada tabel 4.1 sebelumnya, maka setelah dikeluarkan biaya

bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung,

Total biaya pemakaian TKL : 764,634,146.34

Total pemakaian BBL : 9,694,446.14 +

774,328,529.48

(-) Data biaya UD Tirta Agung : 2,737,609,060,00 -

1.963.280.467,52

Tersisa biaya overhead sebesar Rp 1.963.280.467,52,_ atau 71,72 % dari

total biaya produksi; yang selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan penentuan

harga pokok produksi dengan metode ABC. Untuk membebankan biaya overhead

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

62

dimaksud ke masing-masing produk, maka dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang bersesuaian ke berbagai kelompok

aktivitas; dimana biaya tersebut dihubungkan dengan setiap kelompok

aktivitas.

Sistem ABC menelusuri biaya ke setiap jenis produk melalui aktivitas yang

dikonsumsi oleh produk sehingga perlu diidentifikasi aktivitas bernilai tambah bagi

produk tersebut. Terdapat empat aktivitas utama yang ditemukan dalam penelitian ini

dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap aktivitas, yaitu:

a. Aktivitas produksi; dimana yang dilakukan dalam aktivitas ini mulai dari aktivitas

persiapan, penanganan bahan, pengolahan sampai pada aktivitas pengepakan

produk. Sumber daya yang digunakan pada aktivitas ini adalah tenaga kerja,

bangunan, listrik, mesin dan peralatan pabrik.

b. Aktivitas pemasaran, merupakan aktivitas pemasaran/pendistribusian produk jadi

siap konsumsi ke pelanggan/pembeli, dengan sumber daya yang digunakan pada

aktivitas ini adalah tenaga kerja dan transportasi/kendaraan.

c. Aktivitas pemeliharaan, merupakan aktivitas pemeliharaan dan penyusutan

gedung, mesin dan peralatan pabrik, dengan sumber daya yang digunakan pada

aktivitas ini adalah tenaga kerja

d. Aktivitas pada administrasi kantor dan umum. Yang dilakukan dalam aktivitas ini

adalah pencatatan, pengamanan, pembelian/penagihan dan administrasi umum

lainnya, dengan sumber daya yang digunakan pada aktivitas ini adalah tenaga

kerja, lisrtik, bangunan, transportasi/kendaraan dan fasilitas pendukung lainnya.

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

63

Berdasarkan aktivitas yang terjadi, biaya overhead kemudian

dikelompokkan sesuai dengan tingkatan aktivitasnya; dimana hasil penelitian

menunjukkan adanya tiga tingkatan aktivitas produksi, yaitu: aktivitas tingkat unit,

aktivitas tingkat produk dan aktivitas tingkat fasilitas. Sedangkan aktivitas tingkat

batch tidak ditemukan dalam proses produksi air karena inspeksi mutu air dilakukan

secara periodik; mengingat aktivitas tingkat batch dilakukan ketika sekelompok

produk diproduksi dengan ukuran keluaran aktivitasnya adalah jam pemeriksaan.

Tingkatan aktivitas yang sudah dikelompokkan ini kemudian dihubungkan

dengan biaya untuk masing-masing aktivitas, yang secara jelasnya ditampilkan

melalui tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4. Identifikasi dan Pengelompokkan Aktivitas Biaya Overhead

Tahun 2016 UD. TIRTA AGUNG – Metode ABC

No. Uraian Jumlah (Rp)

(1) (2) (3)

1 Aktivitas Berlevel Unit

Bahan Pembantu Reffil Kangen water 122,564,283.00

Bahan Pembantu botol Kemasan 24 343,588,310.00

Ongkos Kirim Bahan Pembantu 140,015,314.00

Sarung Tangan, Masker, Sandal 1,669,607.00

Senar Untuk Mesin Cuci Galon 525,000.00

Bahan Kimia Untuk Laboratorium 1,444,888.00

Sabun/Detergen Pembersih 991,638.00

Perlengkapan Ruang Produksi 1,701,700.00

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

64

Tinta Expire Date 380,842.00

Galon Rusak 981,000.00

Produk botol Cacat/Rusak 1,312,500.00

Listrik Pabrik 19,175,795.10

Telepon Pabrik 10,882,491.90

Sub Jumlah 645,233,369.00

2 Aktivitas Berlevel Produk

Sponsorship dan Iklan/promosi 88,371,540.00

Bonus btl 330ml untuk Pejabat 746,906.00

Bonus Air Untuk Kalangan Sendiri 6,938,100.00

Sub Jumlah 96,056,546.00

3 Aktivitas Berlevel Fasilitas

Administrasi Keanggotaan 262,500.00

Materai/Perangko 525,000.00

Alat Tulis Kantor 3,788,750.00

Administrasi urusan SIM/STNK Kendaraan 262,500.00

BBM Kendaraan 2,373,179.00

Service Kendaraan Tamu 455,000.00

BBM Generator 22,669,325.00

Rekening Telepon/Fax. Kantor 4,663,925.10

Rekening Listrik Kantor 8,218,197.90

Air untuk umum 2,305,553.86

Cetak-mencetak/Fotocopy 4,200,400.00

Kebutuhan Kantor 10,553,113.00

Kebutuhan Preskom 35,113,700.00

Publikasi dan Dokumentasi 15,998,326.00

Perjalanan Dinas 17,988,427.00

Perjalanan Dinas Pemimpin 46,587,415.00

Sumbangan 6,142,500.00

Ongkos Angkut Lokal 5,302,500.00

Kirim/Paket Pos 3,393,867.00

Kebutuhan Bengkel 2,086,175.00

BBM Kendraan Lain 1,624,000.00

Lain-lain 5,501,500.00

Mesin Produksi 4,200,300.00

Peralatan Pabrik 1,935,000.00

Service Generator 26,525,625.00

Bangunan Pabrik 1,887,200.00

Perabot dan Peralatan Kantor 2,964,150.00

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

65

Service Kendaraan 11,683,179.00

Kendaraan Bermotor 4,627,450.00

Service Kijang 23,390,500.00

Service pick up 10,076,500.00

Service truk 40,000,000.00

Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung 355,365,853.66

Lembur 1,562,400.00

Iuran Jamsostek 43,000,000.00

Seragam Karyawan 2,423,300.00

Konsumsi Karyawan 37,733,500.00

Tunjangan Kesehatan 4,740,038.00

Tunjangan Hari Raya 87,425,000.00

Bunga KMK 103,192,878.00

Bunga Investasi 120,688,696.00

Asuransi Kebakaran 1,823,500.00

Biaya Penyusutan 109,948,125.00

Konsultan Pajak 4,375,000.00

Pajak Jasa Giro 208,754.00

Pajak BB 7,525,000.00

Pajak Pertambahan Nilai 13,122,750.00

Lain-lain 1,550,000.00

Sub Jumlah 1,221,990,552.52

TOTAL 1,963,280,467.52

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dijelaskan bahwa ketiga tingkatan aktivitas

yang ditemukan dalam penelitian ini, yang menjadi ukuran keluaran dari setiap

aktivitas dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Aktivitas tingkat unit: ukuran keluaran dari aktivitas ini berupa jumlah pemakaian

bahan baku, jumlah unit produk dan jumlah pemakaian jam mesin; dengan

persentase biaya yang diserap sebesar 32,87 % dari total biaya overhead pabrik.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

66

b. Aktivitas tingkat produk: ukuran keluaran dari aktivitas ini berupa jumlah unit

produk dalam hal ini berhubungan dengan jumlah unit yang dipesan; dengan

persentase biaya yang diserap sebesar 4,89 % dari total biaya overhead pabrik.

c. Aktivitas tingkat fasilitas: ukuran keluaran dari aktivitas ini berupa jumlah unit

diproduksi, jam tenaga kerja dan jumlah pemakaian jam mesin; dengan persentase

biaya yang diserap sebesar 62,24 % dari total biaya overhead pabrik.

2. Menentukan cost driver untuk masing-masing aktivitas yang homogen,

kemudian biaya dikelompokkan berdasarkan golongan homogenitas dari

setiap aktivitasnya.

Tarif perkiraan overhead berdasarkan fungsi membutuhkan spesifikasi dari

penggerak tingkat unit, yaitu suatu perkiraan dari kapasitas yang diukur oleh

penggerak dan perkiraan dari overhead yang diharapkan. Dalam penelitian ini,

penggerak tingkat unit yang digunakan adalah penggerak tingkat unit yang umum

digunakan untuk membebankan overhead, seperti yang dikemukakan oleh Hansen &

Mowen (2005) yaitu meliputi: biaya bahan baku langsung, unit yang diproduksi, jam

tenaga kerja langsung dan pemakaian jam mesin. Pada langkah ini, biaya overhead

diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok biaya yang homogen (homogenous

cost pool); dimana masing-masing kelompok terdiri dari biaya-biaya yang tergantung

pada faktor pemicu timbulnya biaya (cost driver) seperti yang tampak pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Pemicu Biaya dan Kelompok Biaya yang Homogen No Kelompok Aktivitas yang Homogen Pemicu Biaya Kelompok Biaya (Rp)

(1) (2) (3) (4)

1 Aktivitas Tingkat Unit

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

67

Pool 1:

Bahan Pembantu Jumlah Pemakaian Bahan Baku 606,167,907.00

Pool 2:

Kegiatan Produksi Jumlah Unit Produksi 9,007,175.00

Telepon Pabrik Jumlah Unit Produksi 10,882,491.90

Pool 3:

Listrik Pabrik Jumlah Pemakaian Jam Mesin 19,175,795.10

Sub Total 645,233,369.00

2 Aktivitas Berlevel Produk

Pool 2:

Pemasaran Jumlah Unit Produksi 96,056,546.00

3 Aktivitas Berlevel Fasilitas

Pool 2:

Perawatan Bangunan Pabrik Jumlah Unit Produksi 1,887,200.00

Bunga KMK Jumlah Unit Produksi 103,192,878.00

Bunga Investasi Jumlah Unit Produksi 120,688,696.00

Pajak Pertambahan Nilai Jumlah Unit Produksi 13,122,750.00

Pajak Jasa Giro Jumlah Unit Produksi 208,754.00

Pajak BB Jumlah Unit Produksi 7,525,000.00

Pool 4:

Administrasi dan Umum Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 200,015,853.86

Karyawan dan Rupa-rupanya Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 572,250,091.66

Perawatan Peralatan Kantor Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 2,964,150.00

Perawatan Kendaraan Kantor Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 49,777,629.00

Penyusutan Gedung Pabrik Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 76,963,687.50

Asuransi Kebakaran Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 1,823,500.00

Konsultan Pajak Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 4,375,000.00

Lain-lain Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung 1,550,000.00

Pool 3:

Perawatan Mesin dan Peralatan Pabrik Jumlah Pemakaian Jam Mesin 32,660,925.00

Penyusutan Mesin Pabrik Jumlah Pemakaian Jam Mesin 32,984,437.50

Sub Total 1,221,990,552.52

TOTAL 1,963,280,467.52

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Dari hasil ini dapat digambarkan bahwa persentase biaya yang diserap oleh

masing-masing kelompok biaya terhadap total biaya overhead Rp 1.963.280.467,52

adalah: 30,88 % atau Rp 606.167.907,00 untuk kelompok pemicu biaya pemakaian

bahan baku, 18,47 % atau Rp 362.571.490,90 untuk kelompok pemicu biaya unit

yang diproduksi, 4,32 % atau Rp 84.821.157,60 untuk kelompok pemicu biaya

pemakaian jam mesin dan 46,34 % atau Rp 909.719.912,02 untuk kelompok pemicu

biaya jam tenaga kerja langsung. Persentase biaya tertinggi ada pada kelompok

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

68

pemicu biaya jam tenaga kerja langsung; dimana hal ini dikarenakan aktivitas yang

memicu biaya pada kelompok dimaksud lebih banyak dari pada kelompok aktivitas

lain. Artinya semakin banyak aktivitas yang menjadi pemicu pada suatu kelompok

biaya tertentu maka semakin tinggi pula biaya yang dibebankan.

3. Menentukan pool rate untuk masing-masing cost pool

Setelah biaya dikelompokkan berdasarkan faktor pemicu biaya (pada

langkah ke-2 sebelumnya), kemudian ditentukan lagi tarif per kelompok aktivitas

biaya; dengan empat kelompok biaya (cost pool) dalam penelitian ini yang terdiri

dari: jumlah pemakaian bahan baku, jumlah unit diproduksi, jumlah pemakaian jam

mesin dan jumlah jam tenaga kerja langsung. Keempat kelompok (pool) inilah yang

kemudian digunakan sebagai dasar pembebanan untuk menentukan tarif per

kelompoknya dari total cost pool, dimana hesil perhitungan tarif cost pool-nya

ditampilkan melalui tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6. Tarif Pool per Cost Driver Pool Cost Driver Total Cost Tarif Pool

Dasar Pembebanan Jumlah (Rp) Satuan Pool (Rp) Per Cost Driver

A B b/a

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Jumlah Pemakaian BB 4,039,352.56 Liter 606,167,907.00 150.07

2 Jumlah Unit Diproduksi 272,633.00 Unit 362,571,490.90 1,329.89

3 Jumlah Jam Mesin 1,728.00 Jam/Unit 84,821,157.60 49,086.32

4 Jumlah Jam TKL 2,304.00 Jam/Unit 909,719,912.02 394,843.71

TOTAL 1,963,280,467.52

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Hasil perhitungan tarif pool per cost driver ini sebagai lanjutan dari langkah

ke dua sebelumnya; yaitu dimana setelah total cost pool diperoleh maka tarif pool per

cost driver dapat diketahui dengan cara membandingkan total cost pool untuk

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

69

kelompok aktivitas tertentu dengan dasar pengukur aktivitas (cost driver) yang

bersangkutan.

4. Membebankan biaya overhead dari tiap cost pool yang homogen ke produk

Biaya overhead yang telah diketahui melalui langkah-langkah sebelumnya

kemudian dibebankan ke masing-masing produk; dalam hal ini gallon dan botol

330ml berdasarkan kelompok aktivitas pemicu biaya yang dikonsumsi oleh kedua

produk dimaksud, dimana pendistribusian biaya overhead pabrik tersebut didasarkan

atas tarif menurut Activity Based Costing system dikalikan dengan volume pemicu

biayanya. Untuk mengetahui biaya overhead pabrik per unitnya maka total biaya

overhead pabrik per unit dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi; dimana hasil

perhitungan BOP per unit ini disajikan pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7. Biaya Overhead Untuk Tiap Produk Tarif Pool Gallon Botol 330 ml 24

Pool (Rp) Vol Pemicu BOP Vol Pemicu BOP TOTAL BOP

A B a x b c a x c

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Jumlah Pemakaian BB 150.07 2,612,158.00 391,995,084.38 1,427,194.56 214,172,822.62 606,167,907.00

Jumlah Unit Diproduksi 1,329.89 137,482.00 182,835,730.49 135,151.00 179,735,760.41 362,571,490.90

Jumlah Jam Mesin 49,086.32 864.00 42,410,578.80 864.00 42,410,578.80 84,821,157.60

Jumlah Jam TKL 394,843.71 1,152.00 454,859,956.01 1,152.00 454,859,956.01 909,719,912.02

Total

1,072,101,349.69 891,179,117.83 1,963,280,467.52

BOP Per Unit 7,798.12 6,593.95

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Hasil perhitungan yang ada pada tabel 4.7 ini menunjukkan bahwa dari total

biaya overhead pabrik yang ada, sudah dapat diketahu biaya overhead pabrik untuk

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

70

masing-masing produk dengan alokasi 54,61 % atau Rp 1.072.101.349,69 untuk

produk gallon dan 45,39 % atau Rp 891.179.117,83 untuk produk Botol 330 ml.

Persentase gallon menjadi lebih besar karena jumlah unit yang diproduksi serta

jumlah pemakaian bahan baku gallon lebih besar dari produk botol, sehingga dari

total BOP setiap produk jika dibagi lagi dengan jumlah unit yang diproduksi maka

BOP per unitnya adalah Rp 7.798,12 per gallon dan Rp 6.593,95 per kemasan botol

330 ml.

1.2.4. Harga Pokok Produksi Berdasarkan ABC System

Setelah mengetahui biaya overhead pabrik per/unitnya sudah diketahui

dengan melalui beberapa tahap pembebanan sebelumnya, maka langkah terakhirnya

adalah menentukan harga pokok produksi itu sendiri, yaitu dengan menjumlahkan

biaya bahan baku langsung (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya

overhead pabrik (X3). Oleh karena langkah-langkah perhitungan sebelumnya untuk

ketiga komponen biaya pembentuk harga pokok produksi ini sudah langsung

diketahui harga per unitnya, maka harga pokok produksi untuk masing-masing

unit produk sudah dapat langsung dijumlahkan seperti yang tampak pada tabel 4.8

berikut ini.

Tabel 4.8. HPPr Berdasarkan ABC System

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

71

Komponen Harga Pokok Produksi

Gallon Botol 24

(1) (2) (3)

Biaya Bahan Baku Langsung 45.60 25.34

Biaya Tenaga Kerja Langsung 2,780.85 2,828.81

Biaya Overhead Pabrik 7,798.12 6,593.95

TOTAL 10,624.57 9,448.11

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Hasil perhitungan ABC ini menunjukkan bahwa komposisi biaya untuk

masing-masing produk terdiri dari 0,43 % biaya bahan baku langsung, 26,17 % biaya

tenaga kerja langsung, 73,40 biaya overhead pabrik untuk produk gallon. Sedangkan

produk botol 330ml terdiri dari 0,27 % biaya bahan baku langsung, 29,94 % biaya

tenaga kerja langsung dan 69,74 % biaya overhead pabrik. Walalupun kedua produk

ini mengkonsumsi tiga komponen biaya ini dengan jumlah yang berbeda secara

porposional nampak bahwa biaya overhead pabrik mempunyai porsi yang dominan

dalam penentuan harga pokok produksi. Setelah diketahui harga pokok produksi air

herbal kangen water maka akan dijumlah dengan biaya bahan pembantu produk refiil

gallon dan botol 330 ml sebagai berikut :

a. Produk refill galon

HPPr air herbal kangen water = 10,624.57

Gallon = 40.000

Tisue Pembersih = 1.000

Penutup Galon = 2.000 +

54.000,00

Laba yang ditetapkan perusahaan 25% maka,

= 67.500,00 ialah harga yang

diturunkan UD Tirta Agung untuk produk refill gallon 19 liter kepada konsumen

setelah ditambahkan 25 % laba perusahaan.

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

72

b. Produk Botol 330 ml

HPPr air herbal Kangen water = 9,448.11

Botol 330 ml / 1 botol = 9.00

24 botol 330 ml = 21.600

Dus kemasan Botol 330 ml = 4.000 +

36.500,00

Laba yang ditetapkan perusahaan 25% maka,

= 45.625,00 ialah harga yang

diturunkan UD Tirta Agung untuk produk botol 330 ml kepada konsumen setelah

ditambahkan 25 % laba perusahaan.

4.2.5. Perbandingan HPPr Perusahaan dengan HPPr ABCS

Setelah harga pokok produksi berdasarkan metode ABC ditemukan, maka

untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan harga pokok produksi yang ditetapkan

perusahaan dengan harga pokok berdasarkan metode ABC adalah membandingkan

HPPr perusahaan tersebut dengan HPPr hasil penelitian menggunakan metode ABC.

Sebagaimana telah digambarkan pada bagian latar belakang; dimana hasil

wawanacara menyatakan bahwa harga produksi yang ditetapkan perusahaan adalah

harga distributor (sudah terhitung sebagai harga jual) dengan laba yang ditetapkan

sebesar 25 %, sehingga harga pokok produksi yang sebenarnya adalah Rp 7.200

untuk produk gallon dan Rp 10.000 untuk produk botol 330ml. Harga pokok produksi

inilah yang kemudian menjadi pembanding dengan harga pokok produksi

menggunakan metode ABC. Hasil perhitungan harga pokok produksi berdasarkan

metode ABC jika dibandingkan dengan harga pokok produksi yang ditetapkan oleh

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

73

perusahaan, terdapat perbedaan lebih tinggi dan lebih rendah untuk masing-masing

produk; dengan nilai perbedaan harga pokok produksi ini ditunjukkan pada tabel 4.10

berikut.

Tabel 4.9. Perbandingan HPPr Perusahaan dengan HPPr ABCS Komponen Galon Botol 330 ml 24

HPPr-Prs HPPr-ABC Selisih HPPr-Prs HPPr-ABC Selisih

(1) (2) (3) (4) (5) (5) (6)

Biaya Bahan Baku Langsung 56.84 45.60 11.24 30.97 25.34 5.63

Biaya Tenaga Kerja Langsung - 2,780.85 (2,780.85) - 2,828.81 (2,828.81)

Biaya Overhead Pabrik 7,143.16 7,798.12 (654.96) 9,969.03 6,593.95 3,375.08

TOTAL 7,200.00 10,624.57 (3,424.57) 10,000.00 9,448.11 551.89

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Selisih HPPr perusahaan terhadap HPPr ABC sebesar -3.424,57 untuk

produk gallon dan +551,89 untuk produk botol 330 ml seperti yang tampak pada tabel

4.9 menunjukkan bahwa untuk produk gallon 32,23 % lebih rendah dari perhitungan

ABC (under cost oleh perusahaan), sedangkan untuk produk botol 330 ml berbanding

terbalik yaitu 5,84 % lebih tinggi dari hasil perhitungan ABC (over cost oleh

perusahaan). Harga pokok produksi masing-masing produk yang dinilai lebih rendah

dan lebih tinggi menurut metode perusahaan dibanding dengan metode ABC ini

terjadi karena:

1. Under cost pada produk gallon disebabkan karena perusahaan tidak

membebankan biaya tenaga kerja langsung dalam perhitungan harga pokok

produksi serta alokasi biaya overhead oleh perusahaan terlalu rendah daripada

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

74

alokasi biaya overhead perhitungan menurut Activity Based Costing hasil

penelitian (lebih tinggi). Begitupun sebaliknya, over cost pada produk botol 330ml

disebabkan karena perhitungan biaya bahan baku langsung dan alokasi biaya

overhead oleh perusahaan terlalu tinggi daripada perhitungan menurut Activity

Based Costing hasil penelitian (lebih rendah).

2. Adanya kesalahan yang dilakukan perusahaan dalam menghitung biaya bahan

baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta alokasi biaya overhead

pabrik yang keliru dengan metode penafsiran/kira-kira yang berdasarkan pada

biaya bahan baku dan biaya bahan penolong untuk masing-masing produk, yang

kemudian dijadikan acuan bagi perusahaan dalam menentukan biaya overhead

pabriknya.

3. Alokasi biaya overhead oleh perusahaan yang masih keliru karena atas dasar

penafsiran/perkiraan semata, kemudian pembebanannya masih berdasarkan unit

dan secara bersama-sama (general biaya), sehingga pada saat menentukan harga

pokok produksi, biaya overhead dimaksud dibebankan tidak mencakupi semua

biaya overhead yang ada yang sebenarnya turut mendukung proses produksi.

Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya overhead pabrik yang

dikonsumsi oleh masing-masing produk tersebut mempunyai jumlah yang cukup

banyak sehingga menimbulkan biaya yang besar pula.

1.3. Implikasi ABCS Hasil Penelitian Terhadap UD. TIRTA AGUNG

Selain untuk mambantu mengurangi distorsi biaya dan kepentingan strategis

lainnya mengenai keputusan dalam hubungannya dengan penentuan biaya yang

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

75

relevan sebagaimana yang telah digambarkan pada bab II (telaah pustaka)

sebelumnya, Activity Based Costing System juga penting dalam menentukan laba

perusahaan melaui penentuan harga jual yang realistis/rasional, sehingga perusahaan

mampu menghadapi persaingan harga pasar. Akan tetapi, implikasi ABCS ini lebih

mengarah pada keputusan manajemen karena ABC (menurut Charter & Usry, 2004)

didesain hanya sebagai informasi dan alat pembuat keputusan strategis jangka

panjang dan bukan digunakan sebagai laporan keuangan, karena ABC

memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel. Oleh karena itu, dampaknya

bagi perusahaan dari hasil penelitian ini adalah keputusan manajemen terhadap

penetapan harga jual produk; dalam hal ini menaikan harga jual produk gallon dan

menurunkan harga jual produk botol 330ml.

Tinggi rendahnya harga jual suatu produk sangat dipengaruhi oleh biaya

yang dikeluarkan; dimana laba yang ditetapkan/diperoleh perusahaan mampu

membiayai seluruh kegiatan usahanya. Telah diketahui bahwa laba per unit yang

ditetapkan perusahaan adalah 25 % dari perhitungan harga pokok produksi yang

menjadikan harga jual Rp 9,000.00 dari harga pokok Rp 7,200.00 untuk produk

gallon dan Rp 12,500.00 dari harga pokok Rp 10,000.00 untuk produk Botol 330 ml.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode ABC, mendapatkan harga pokok

produksi yang lebih tinggi untuk produk gallon dan lebih rendah untuk produk botol

dari yang ditetapkan perusahaan. Harga pokok produksi hasil penelitian untuk produk

gallon sebesar Rp 10,624.57 dan botol 330 ml sebesar Rp 9,448.11. Informasi yang

dapat diberikan oleh ABCS sehubungan dengan pengaruhnya terhadap harga jual

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

76

produk dapat dibanding dengan data penjualan dan laba akhir perusahaan tahun 2016

berikut:

Tabel 4.10. Perolehan Laba Akhir Berdasarkan Harga Jual - Metode Perusahaan Produk Unit Terjual HPPr-Prs Laba 25 % Harga Jual Rupiah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pendapatan:

Refil Gallon 137,482.00 7,200.00 1800 9,000.00 1,237,338,000.00

Botol 330 ml 24 135,151.00 10,000.00 2500 12,500.00 1,689,387,500.00

TOTAL 2,926,725,500.00

Biaya:

Biaya Penjualan

618,167,907.00

Biaya Pemasaran

96,056,546.00

Biaya Operasional

1,996,603,103.00

TOTAL 2,710,827,556.00

Laba Usaha 215,897,944.00

Pendapatan Non Operasional

14,774,693.76

Biaya Non Operasional

26,781,504.00

Laba Bersih 203,891,133.76

Sumber: Data Sekunder UD. TIRTA AGUNG Tahun 2016

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa jika harga pokok produksi yang ditetapkan

perusahaan pada kolom (3) dengan laba per unitnya 25 %, maka dari harga jual yang

diperoleh pada kolom (5) akan menghasilkan laba akhir perusahaan sebesar Rp

203,891,133.76 atau 6,93 % dari total pendapatan. Akan tetapi harga pokok produksi

berdasarkan metode ABC berbeda dengan yang ditetapkan perusahaan, dan hal ini

akan turut mempengaruhi laba akhir perusahaan jika persentase laba per unitnya sama

dengan 25 % seperti yang tampak pada tabel berikut.

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

77

Tabel 4.11. Perolehan Laba Akhir Berdasarkan Harga Jual - Metode ABC Produk Unit Terjual HPPr-ABC Laba 25 % Harga Jual Rupiah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pendapatan:

Refil Gallon 137,482.00 10,624.57 2,656.14 13,280.72 1,825,859,502.57

Botol 330ml 135,151.00 9,448.11 2,362.03 11,810.14 1,596,151,822.43

TOTAL 3,422,011,325.00

Biaya: merupakan biaya yang diakumulasikan dalam HPPr-ABC:

Galon, Rp 10,624.57 dikali 137,482 unit 1,460,687,602.06

Botol 330 ml 24, Rp 9,448.11 dikali

135,151 unit

1,276,921,457.94

2,737,609,060.00

Laba Usaha 684,402,265.00

Pendapatan Non Operasional

14,774,693.76

Biaya Non Operasional

26,781,504.00

Laba Bersih 672,395,454.76

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Hasil perhitungan pada tabel 4.11, dapat dijelaskan bahwa jika persentase

laba per unitnya tetap sama dengan 25 % dari harga pokok produksi yang dihitung

menggunakan metode ABC maka akan mempengaruhi harga jual dan laba akhir yang

dihasilkan. Harga jual gallon naik naik dari Rp 9,000.00 manjadi Rp 13,290.72 dan

harga jual Botol 330 ml turun dari Rp 12,500.00 menjadi Rp 11,810.14. Sekalipun

harga jual botol yang dihasilkan oleh ABC menurun, tidak menyebabkan laba

akhirnya menurun; malah naik mencapai 30.32% dari yang ditetapkan perusahaan.

Hal ini disebabkan karena ABC menghasilkan harga jual gallon yang jauh lebih tinggi

dari yang ditetapkan perusahaan. Dampak paling besar yang dihasilkan dari

perhitungan ABC terletak/ada pada produk gallon, karena jika perusahaan menaikan

harga jual produk ini maka konsekuensinya adalah perusahaan kesulitan

mempertahankan pelanggan dan persaingan harga pasar dengan merek lain yang

menjualnya lebih murah.

Namun jika tetap menggunakan harga jual yang ditetapkan perusahaan (Rp

9,000.00 dan Rp 12,500.00) dan mengabaikan 25 % laba per unit tetapi dengan dasar

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

78

HPPr-ABC, maka laba akhir menjadi menurun 13.14 % dari yang ditetapkan

perusahaan. Hasil perhitungannya dapat disajikan dalam tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12. Perolehan Laba Akhir Metode ABC Berdasarkan Harga Jual

Perusahaan Produk Unit Terjual HPPr-ABC Laba Harga Jual Rupiah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pendapatan:

Refil Gallon 137,482.00 10,624.57 (1,624.57) 9,000.00 1,237,338,000.00

Botol 330 ml 24 135,151.00 9,448.11 3,051.89 12,500.00 1,689,387,500.00

TOTAL 2,926,725,500.00

Biaya: merupakan biaya yang diakumulasikan dalam HPPr-ABC:

Galon, Rp 10,624.57 dikali 137,482 unit 1,460,687,602.06

Botol 330 ml, Rp 9,448.11 dikali 135,151

unit

1,276,921,457.94

2,737,609,060.00

Laba Usaha 189,116,440.00

Pendapatan Non Operasional

14,774,693.76

Biaya Non Operasional

26,781,504.00

Laba Bersih 177,109,629.76

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2017

Laba akhir yang dihasilkan dalam data pada tabel 4.12 ini menjadi lebih

kecil karena jika mengabaikan 25 % laba per unitnya maka selisih antara HPPr – ABC

dengan harga jual perusahaan diasumsikan sebagai laba per unitnya, sehingga

menghasilkan laba akhir yang lebih kecil dari yang ditetapkan perusahaan. Sekalipun

harga jual dari produk gallon kelihatan merugi karena harga pokok produksi lebih

besar dari pada harga pokok penjualan, namun hal ini tidak membuat perusahaan

merugi karena pada produk botol menghasilkan margin kontribusi positif yang

mampu menutupi semua biaya tetap maupun biaya variabel; akan tetapi penentuan

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

79

harga pokok produksi oleh perusahaan sudah tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang

sebenarnya. Dan untuk jangka panjang, manajemen perusahaan juga harus secara

serius mempertimbangkan untuk mengevaluasi kembali tentang penentuan harga

pokok produksi, karena justru produk (gallon) dengan volume yang lebih besar yang

margin kontribusinya negatif.

Implikasi stategis lainnya dari Activity Based Costing dalam penelitian ini

adalah ABC berusaha untuk menunjukkan kepada manajemen perusahaan tentang

konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk. Sistem perhitungan

biaya tradisional adalah mencukupi untuk pelaporan ekternal dan pajak, sehingga

sistem baru seperti ABC harus dijustifikasi dengan manfaat yang dihasilkan. Di

perusahaan yang memiliki sejarah sukses yang panjang dengan mengandalkan pada

perhitungan biaya tradisional, akan sulit untuk meyakinkan manajemen bahwa sistem

perhitungan biaya baru dibutuhkan. Pesaing yang mengambil bisnis perusahaan

sejenis bervolume tinggi dengan cara menawarkan harga jual yang lebih rendah

mungkin pada akhirnya dapat meyakinkan manajemen bahwa sistem tradisional

mendistorsi biaya produk. Pada saat itu sayangnya, mungkin terlalu terlambat jika

perusahaan hanya memiliki produk bervolume rendah namun harga jualnya harus

dinaikan secara dramatis.

Dalam contoh kasus yang ditulis Carter & Usry (2004) menyatakan bahwa banyak

perusahaan yang telah mengimplementasikan ABC sebagai pengambilan keputusan

dan perencanaan, tetapi tidak diperhitungkan ke biaya output (laporan keuangan

eksternal) yang rutin dan berkesinambungan. Tetapi, perusahaan-perusahaan tersebut

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil ...repository.unwira.ac.id/4398/5/BAB IV.pdf41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

80

masih terus menggunakan sistem tradisional yang lebih sederhana untuk pelaporan

eksternal yang rutin. Perusahaan yang menggunakan ABC untuk pelaporan rutin

umumnya memiliki sistem ABC yang sangat sederhana yang hanya terdiri dari dua

tempat penampungan aktivitas