bab iv gambaran umum lokasi...

22
30 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Untuk mengetahui karakteristik dan memperoleh gambaran mengenai daerah penelitian, maka dalam bab ini akan dikemukakan beberapa hal diantaranya: Letak keadaan geografis serta demografis kota Salatiga, penduduk Kota Salatiga, kondisi budaya kota Salatiga, sekilas tentang UKSW, Visi-Misi UKSW, potret etnis di UKSW serta fenomena konflik yang terjadi. 4.1 Letak dan Keadaan Geografis Serta Demografis Kota Salatiga Keberadaan Prasasti Plumpungan yang berada di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, merupakan tonggak sejarah berdirinya kota yang saat ini dikenal bernama Salatiga.Prasasti berbentuk batu Endensit dengan ukuran panjang 170 cm dan lebar 160 cm, yang dipermukaannya bertuliskan dalam bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta srir astu swasti prajabyah” yang memiliki arti semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian merupakan cikal bakalnya (Wawasan, 24 Juli 2004). Salatiga menjadi Daerah Adminitratif Tingkat II setelah Indonesia merdeka. Saat ini berdasarkan Undang-Undang Otonomi daerah, Salatiga menjadi daerah otonom dan merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Salatiga terletak di 110 28' 37.79" - 110o 32' 39.79" BT dan luas keseluruhan wilayah 17,87 Km 2 .Secara administratif, Kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan yaitu; Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Tingkir dan terdiri dari 22 kelurahan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2003 tentang perubahan Desa menjadi Kelurahan. Secara morfologis Salatiga merupakan daerah yang terletak di daerah pedalaman kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya, antara lain Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Karena letak dan posisi Salatiga yang berada di tengah-tengah Kabupaten Semarang dengan demikian Kota Salatiga

Upload: vanthuy

Post on 07-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

30

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Untuk mengetahui karakteristik dan memperoleh gambaran mengenai daerah

penelitian, maka dalam bab ini akan dikemukakan beberapa hal diantaranya: Letak

keadaan geografis serta demografis kota Salatiga, penduduk Kota Salatiga, kondisi

budaya kota Salatiga, sekilas tentang UKSW, Visi-Misi UKSW, potret etnis di

UKSW serta fenomena konflik yang terjadi.

4.1 Letak dan Keadaan Geografis Serta Demografis Kota Salatiga

Keberadaan Prasasti Plumpungan yang berada di Dukuh Plumpungan, Desa

Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, merupakan tonggak sejarah berdirinya kota

yang saat ini dikenal bernama Salatiga.Prasasti berbentuk batu Endensit dengan

ukuran panjang 170 cm dan lebar 160 cm, yang dipermukaannya bertuliskan dalam

bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta “srir astu swasti prajabyah” yang memiliki arti

semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian merupakan cikal bakalnya (Wawasan, 24

Juli 2004).

Salatiga menjadi Daerah Adminitratif Tingkat II setelah Indonesia merdeka.

Saat ini berdasarkan Undang-Undang Otonomi daerah, Salatiga menjadi daerah

otonom dan merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara

geografis Salatiga terletak di 110 28' 37.79" - 110o 32' 39.79" BT dan luas

keseluruhan wilayah 17,87 Km2.Secara administratif, Kota Salatiga terbagi menjadi 4

kecamatan yaitu; Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Argomulyo, Kecamatan

Sidomukti, Kecamatan Tingkir dan terdiri dari 22 kelurahan. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Daerah No. 11 tahun 2003 tentang perubahan Desa menjadi Kelurahan.

Secara morfologis Salatiga merupakan daerah yang terletak di daerah

pedalaman kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya, antara lain

Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Karena letak dan posisi Salatiga yang

berada di tengah-tengah Kabupaten Semarang dengan demikian Kota Salatiga

Page 2: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

31

dibatasi beberapa Desa yang berada di wilayah Kabupaten Semarang, adapun batas-

batas tersebut adalah:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan, Desa Pejanten),

dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu Agung).

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-ujung, Desa

Sukpharjo, dan Desa Glawan); dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener,

Desa Tegal Waton serta Desa Nyamat).

3. Sebelah Timur : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa

Samirono, dan Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon,

Desa Karang Duren).

4. Sebelah Barat : Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang

Page 3: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13
Page 4: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

33

Salatiga terletak dipersimpangan 3 kota besar di Jawa Tengah yaitu, Semarang,

Solo dan Yogyakarta. Tiga kota besar tersebut boleh dikatakan amat mudah

dijangkau dari Salatiga dengan menempuh jalan darat. Jarak Tempuh Salatiga ke

Kota Semarang sekitar 47 Km, Salatiga ke Solo sekitar 53 Km sedangkan Yogyakarta

sekitar 100 Km. Itulah sebabnya Salatiga adalah sebuah kota yang dihimpit oleh 3

kota besar Semarang, Solo dan Yogyakarta (Joglosemar).

Letak wilayah yang dihimpit oleh tiga kota seperti dijelaskan di atas sangat

berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan sosial ekonomi di Salatiga. Terdapat

tiga jenis industri besar yang bergerak dalam bidang perstekstilan, ban, dan

pemotongan hewan yang ada di kota ini. Begitu pula dengan dunia kewirausahaan

seperti industri kecil dan rumah tangga, tampak dalam berbagai bentuk barang

produksi. Di kota ini industri konveksi mencapai 126 buah. Selain konveksi, industri

kecil lainnya juga ikut meramaikan ekonomi Salatiga adalah industri makanan,

dendeng dan abon rasa manis, asin, dan pedas atau keripik paru misalnya adalah

makanan yang banyak diminati untuk dijadikan oleh-oleh. Berkembangnya sektor

industri ikut memacu kegairahan dunia perdagangan, letaknya di persimpangan jalan

menuju Kota Semarang, Solo, dan Yogyakarta, makin menguntungkan sektor

perdagangan Salatiga.

Berdasarkan letak geografis wilayah, maka Kota Salatiga beriklim tropis.

Musim penghujan antara bulan November – April dipengaruhi oleh musim Barat

sedang musim kemarau antara bulan Mei–Oktober yang dipengaruhi oleh angin

musim Timur. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2010 ± 2.252 mm, dengan

jumlah hari hujan 105 hari dan rata-rata curah hujan 21 mm / hari. Suhu udara Kota

Salatiga terendah pada bulan Juli sekitar 23.89°C dan tertinggi pada bulan Oktober

31.80°C. Sedangkan suhu udara tahunan rata-rata 26,25ºC.

Page 5: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

34

Tabel 4.1.

Luas Wilayah Kota SalatigaMenurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2010

NO KECAMATAN LUAS JUMLAH

HA % RT RW

1

2

3

4

KECAMATAN

SIDOREJO

1. Kelurahan Blotongan

2. Kelurahan Sidorejo Lor

3. Kelurahan Salatiga

4. Kelurahan Bugel

5. Kelurahan Kauman Kidul

6. Kelurahan Pulutan

KECAMATAN TINGKIR

1. Kelurahan Kuto

Winangun

2. Kelurahan Gendongan

3. Kelurahan Kalibening

4. Kelurahan Sidorejo Kidul

5. Kelurahan Tingkir Lor

6. Kelurahan Tingkir

Tengah

KECAMATAN

ARGOMULYO

1. Kelurahan Noborejo

2. Kelurahan Ledok

3. Kelurahan Tegalrejo

4. Kelurahan Kumpulrejo

5. Kelurahan Randuacir

6 .Kelurahan Cebongan

KECAMATAN

SIDOMUKTI

1. Kelurahan Kecandran

2. Kelurahan Dukuh

3. Kelurahan Mangunsari

4. Kelurahan Kalicacing

423,80

271,60

202,00

294,37

195,85

237,10

293,75

68,90

99,60

277,30

177,50

137,80

332,20

187,33

188,40

629,03

377,60

138,10

399,20

377,15

290,77

78,73

1.624,72

1.054,85

1.852,69

1.145,85

28,61

18,58

32,63

20,18

296

78

87

69

23

19

20

277

23

28

9

38

30

149

248

63

55

34

22

32

42

217

39

87

68

23

59

12

14

15

7

5

6

48

8

8

3

5

10

14

55

13

9

10

6

7

10

36

7

14

9

6

Jumlah 5.678,11 100,00 1 .038 1 98

Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Salatiga

Page 6: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

35

4.1.1. Kependudukan

Dari hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 yang dilaksanakan dari tanggal 1

Mei 2010 sampai dengan 31 Mei 2010 tercatat penduduk Kota Salatiga sejumlah

171.067orang terdiri dari 83.721orang laki‐laki dan 87.346orang perempuan. Dilihat

persebaran jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2000 dan tahun 2010 ini

tidak terlihat pergeseran yang cukup berarti. Semua wilayah Kecamatan /kelurahan

cenderung stabil yaitu tertinggi di Kecamatan Sidorejo sekitar 30,24 % dan terendah

di Kecamatan Sidomukti sekitar 22,66 %.

Wilayah terpadat penduduknya di Salatiga ini juga tidak mengalami perubahan

dengan Sensus penduduk sepuluh tahun yang lalu, demikian juga untuk wilayah yang

paling sedikit kepadatan penduduknya.Wilayah tertinggi kepadatan penduduknya

yaitu Kecamatan Tingkir dengan kepadatan 3.827 jiwa/km², sedangkan yang terendah

yaitu Kecamatan Argomulyo dengan kepadatan 2.170 jiwa/km². Total untuk Kota

Salatiga kepadatan penduduknya berdasarkan hasil sensus kali ini yaitu 3.013

jiwa/kilometer perseginya meningkat dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun

yang lalu yaitu 2.667 jiwa tiap kilometer persegi.

Jumlah penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap (tunawisma/ gelandangan)

di Salatiga yang didata pada malam hari tanggal 15 Mei 2010 (pendataan serentak

seluruh Indonesia bersamaan hanya satu malam ) tercatat sebanyak 24 orang terdiri

dari 15 orang laki‐laki dan 9 orang perempuan, terbanyak di Kecamatan Tingkir

sebanyak 15 orang. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil

pendataan penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap Sensus Penduduk tahun 2000

di Kota Salatiga terdapat 85 orang, sementara hasil pendataan tunawisma/

gelandangan pada Sensus Penduduk 1990 terdapat 60 orang.

Page 7: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

36

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2010

No Pekerjaan Tahun 2010 No Pekerjaan Tahun 2010

1 Belum Bekerja 14.317 41 Imam Masjid 3

2 Mengurus RT 12.040 42 Pendeta 188

3 Pelajar/Mahasiswa 41.414 43 Pastur 7

4 Pensiunan 4.029 44 Wartawan 19

5 PNS 4.681 45 Ustad/Mubaligh 14

6 TNI 1.398 46 Juru masak 23

7 Polri 473 47 Promotor Acara 1

8 Perdagangan 753 48 Anggota BPK 5

9 Petani 2.921 49 Anggota MK 1

10 Peternak 41 50 Walikota 1

11 Nelayan Perikanan 8 51 Wakil Walikota 1

12 Industri 39 52 Anggota DPRD 1

13 Konstruksi 29 53 Anggota DPRD 17

14 Transportasi 98 54 Dosen 396

15 Karyawan swasta 23.116 55 Guru 4.797

16 karyawan BUMN 484 56 Pilot 5

17 Karyawan BUMD 142 57 Pengacara 23

18 Karyawan Honorer 330 58 Notaris 12

19 Buruh Harian 19.221 59 Arsitek 14

20 Buruh Tani 691 60 Akuntan 6

21 Buruh Nelayan 2 61 Konsultan 7

22 Buruh Peternakan 28 62 Dokter 112

23 Pembantu RT 231 63 Bidan 52

24 Tukang Cukur 13 64 Perawat 115

25 Tukang listrtik 15 65 Apoteker 12

26 Tukang Batu 252 66 Psikiater 4

27 Tukang kayu 78 67 Penyiar TV 1

28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1

29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

30 Tukang Gigi 4 71 Sopir 825

31 Penata Rias 22 72 Pialang 3

32 Panata Busana 2 73 Paranormal 3

33 Penata Rambut 25 74 Pedagang 2.968

34 Mekanik 143 75 Perangkat Desa 12

35 Seniman 67 76 Kepala Desa 1

36 Tabib 8 77 Biarawati 23

37 Perancang Busana 3 79 Lainnya 40

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2010. Diolah.

Page 8: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

37

Tabel 4.3.

Kepadatan Penduduk per Kecamatan, Tahun 2010

Kecamatan Penduduk

Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

Sexratio

1 2 3 4 5

Argomulyo 19.902 20.304 40.206 98,02

Tingkir 19.891 20.482 40.373 97,11

Sidomukti 18.839 19.925 38.764 94,55

Sidorejo 25.089 26.635 51.724 94,20

Kota Salatiga 83.721 87.346 171.067 95,85

Sumber: Salatiga Dalam Angka 2010, diolah.

4.1.2. Kondisi Sosial Budaya

Salatiga merupakan kota yang beragam baik dari segi kebudayaan maupun

agama.Dalam konteks keragaman, yang membuat kota ini menjadi unik adalah

toleransi beragama yang sangat baik ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada

enam agama resmi yang diakui oleh Indonesia dalam Undang-undang yang hidup

berdampingan di kota Salatiga, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong

Hu Cu. Meski terjadi keragaman kepercayaan, akan tetapi kehidupan beragama di

Salatiga sejauh ini belum pernah terdengar persoalan konflik antar agama.

Masyarakatnya hidup berdampingan tanpa mempersoalkan kepercayaan masing-

masing. Pernyataan tersebut berdasarkan pada data-data yang dimiliki oleh

pemerintah Kota Salatiga dan Kepolisian Salatiga yang menunjukan bahwa belum

pernah terjadi konflik antar agama di Kota Salatiga.

Toleransi ini ditunjukan dengan berbaurnya masyarakat yang berlainan agama

dalam setiap kegiatan yang dilakukan baik oleh masyarakat Salatiga maupun melalui

Pemerintah Daerah Kota Salatiga. Pada jumlah penganut, agama Islam menduduki

peringkat pertama dalam kategori jumlah penduduk berdasarkan agama selanjutnya

diikuti oleh pemeluk Kristen Protestant, Kristen Katholik,Budha, Hindu dan Kong Hu

Cu.

Page 9: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

38

Kondisi sosial budaya masyarakat Salatiga sangatlah beragam, selain

keragaman agama, juga terdapat keragaman suku, bahasa, dan budaya. Hal tersebut

semakin jelas dengan keberadaan UKSW yang para mahasiswanya beragam dari

suku, ras, bahasa dan agama. Kondisi tersebut tentunya tidak tersebar diseluruh kota

Salatiga, karena sebagian besar keragaman tersebut hanya berada di kecamatan

Sidorejo dimana lokasi UKSW berada. Seperti yang telah di paparkan dalam latar

belakang, bahwa khusus di wilayah Sidorejo terdapat enam agama dan 19 etnis.

Berdasarkan pada tabel di atas, dengan kondisi sosial yang begitu beragam dan

berdasarkan pada catatan kepolisian dan dari hasil penelitian lapangan, terdapat

beberapa konflik yang disebabkan oleh keragaman budaya tersebut. Melihat pada

catatan pemerintah Kota Salatiga dan Kepolisian Kota Salatiga, konflik tersebut

terjadi bukanlah disebabkan oleh masyarakat asli Salatiga, melainkan konflik tersebut

terjadi dilakukan oleh paguyuban etnis mahasiswa UKSW. Berdasarkan pada data

lapangan, konflik yang terjadi yang dilakukan oleh paguyuban etnis mahasiswa

UKSW sebagian besar disebabkan oleh karena perbedaan latar belakang budaya,

suku, ras, karakter dan faktor yang lain. Meski pernah terjadi konflik antar paguyuban

etnis mahasiswa UKSW, dibalik semua itu juga terdapat keakraban antara kelompok

satu dengan kelompok yang lain, sehingga kita dapat mempelajari keragaman budaya

yang ada.

4.2 Sekilas Tentang Universitas Kristen Satya Wacana

Sebelum berganti nama pada tahun 1959, Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW) bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPGKI),

yang berdiri tahun 1956. “Satya Wacana” memiliki arti, “Setia Kepada Firman

Tuhan”. Setelah tahun 1959, berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi

Kristen SatyaWacana (YPTKSW) dan didukung oleh 18 Sinode Gereja di pulau

Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Bali, Nusa Tenggara Timur dan

Nusa Tenggara Barat, PTPGKI resmi berubah nama menjadi UKSW.3 Saat ini

UKSW telah menjadi besar, dan telah memiliki 14 Fakultas, program pasca sarjana

Page 10: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

39

serta program doktoral. Jumlah mahasiswa UKSW yang tercatat resmi oleh biro

kemahasiswaan sejumlah 10956 mahasiswa baik progam S1, S2 maupun S3.

4.2.1 Visi-Misi Universitas Kristen Satya Wacana

Dalam Mukadimah, Statuta UKSW (2000) terumuskan dua hal pokok sebagai

tugas UKSW, diantaranya: Pertama, terus menerjemahkan kesaksian Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam pelayanan jenis dan jenjang pendidikan

tinggi seperti yang diinginkan oleh beberapa cendekiawan Kristen yang

memprakarsai pendiriannya melalui Gereja-Gereja. Kedua, terus membantu

Pemerintah Indonesia dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan hak yang sama kepada semua orang yang memenuhi syarat untuk

menikmati pendidikan akademik dan pendidikan profesional agar dapat

mengembangkan dirinya sebagai manusia yang mandiri dalam masyarakat.

Dengan demikian, UKSW didirikan sebagai perwujudan panggilan Gereja-

Gereja di Indonesia untuk melanjutkan dan memberikan kesaksian tentang

pemeliharaan dan pembaharuan Allah terhadap ciptaan-Nya melalui kegiatan

persekutuan (koinonia), pelayanan (diakonia), kesaksian/pemberitaan (kerugma), dan

pengajaran (didache). Prinsip-prinsip pelaksanaan panggilan tersebut adalah: kasih

(agape), keadilan (dikaiosune) dan kebenaran (alethea) (Pasal 4. Statuta UKSW,

2000)4.

Berdasarkan tugas penggilannya itu, dirumuskan dasar-dasar UKSW

sebagaimana termaktub dalam pasal 5 Statuta UKSW tahun 2000, yakni:

1. Souvereinitas (Kedaulatan) Tuhan: yang berarti “Takut akan Tuhan adalah

permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7a). pengakuan terhadap Allah sebagai

khalik yang berdaulat di atas langit dan bumi, berarti pula bahwa semua

kedaulatan yang melekat pada jabatan duniawi merupakan pinjaman,

sehingga tiap pendukung dan pemegang kekuasaan di bumi (baik dalam

4Penjelasan lebih lengkap mengenai Sejarah UKSW dapat dibaca dalam Pasal 3 Statuta

UKSW tahun 2000.

Page 11: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

40

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun pemerintahan dan

kemiliteran, kemasyarakatan ataupun keagamaan) bertanggung jawab

kepada Tuhan yang berkedaulatan mutlak.

2. Normativitas: yang berarti pengakuan bahwa Tuhan yang berdaulat itu juga

Pengundang-undang tertinggi, yang menitahkan hukum/normaNya kepada

seluruh makhluk dalam lapangan dan hubungan manapun juga.

3. Aktualitas: yang mendorong untuk selalu berorientasi pada keadaan

masyarakat dan negara yang senantiasa berubah, dan pada tantangan sosial

kultural dari negara yang sedang membangun. Di sini bertemu asas

aktualitas persoalan nasional dan kebudayaan bangsa yang berdasarkan

Pancasila.

4. Sosiabilitas: yang menuntut saling keterbukaan dalam Sivitas Akademika

dan keterbukaan Universitas terhadap masyarakat dan negara Indonesia

yang hendak dilayani. Dasar ini mengharapkan supaya insan akademik

jangan menjadi penonton yang pasif dalam proses perubahan yang cepat

dan kompleks yang berwujud pembangunan, tetapi menjadi pelaku yang

kritis-prinsipial dan kreatif-realistis dalam mengabdikan bakat dan

tenaganya sebagai wujud pelayanan kepada sesama manusia, masyarakat,

bangsa, negara, dan dunia.

Dengan dasar Terang Kasih Allah itulah UKSW terus mengupayakan

perwujudan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang baik, makmur dan

sejahtera lewat. Upaya untuk mencapai hal itu dirumuskan dalam Visi UKSW seperti

terurai dalam Pasal 7 Statuta UKSW tahun 2000, diantaranya:

1. Menjadi Universitas Scientiarum, untuk pembentukan persekutuan

pengetahuan tingkat tinggi, yang terikat kepada pengajaran kebenaran

(alethea) berdasarkan pada realisme Alkitabiah.

Page 12: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

41

2. Menjadi Universitas Magistrorum et scholarium untuk pembentukan

minoritas yang berdaya cipta (creative minority) bagi pembangunan dan

pembaharuan masyarakat dan negara Indonesia.

3. Menjadi pembina kepemimpinan untuk berbagai jabatan dalam

masyarakat (termasuk gereja) yang sedang membangun.

4. Menjadi radar dalam situasi perubahan kebudayaan, politik, moral dan

rohaniah, yang mensinyalir, mencatat, dan mengikuti perubahan-

perubahan itu guna menjadikannya objek atau sasaran pembahasan dan

penelitian.

5. Menjadi pelayan dan lembaga pendidikan pelayanan (diakonia),

sepanjang masa mencakup kritik yang konstruktif serta informatif

kepada gereja dan masyarakat terhadap keadaan masyarakat di mana

masih terdapat kemiskinan, ketidakadilan, ketidakbenaran, dan

ketidakdamaian.

Sejak awal memang telah diakui bahwa tugas berat itu tidak mungkin terwujud

jika tidak diupayakan pendistribusian fungsi dan peran. Karena itu, hadirnya

Lembaga Kemahasiswaan juga dimaksudkan dalam upaya pencapaian Visi Misi

Universitas. Peran Lembaga Kemahasiswaan adalah turut serta dalam menunjang

profil lulusan UKSW. Dalam terminologi seperti ini, maka persekutuan keluarga

UKSW sebagai “Tubuh Kristus” itu menjadi bermakna. Bahwa filosofi Kristiani yang

menjadi dasarnya telah menempatkan manusia secara sama dihadapan Tuhan

(Imagodei). Notohamijojo (dalam Supardan dan Gultom, 1991) mengatakan bahwa

“idealisme UKSW ada dalam persekutuan semua komponen di UKSW sebagai

Tubuh Kristus”.

Atas dasar pengakuan terhadap semua komponen (subsistem) di UKSW sebagai

persekutuan Tubuh Kristus itulah, maka pada tahun 1984 ditetapkan Skenario Pola

Pembinaan Mahasiswa (SPPM) UKSW yang mengatur penjabaran visi dan misi

UKSW kedalam kegiatan kemahasiswaan yang menghasilkan profil lulusan sesuai

Page 13: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

42

dengan ideal UKSW sebagai “Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian”. Hal ini

terwujud dalam upaya menjadikan UKSW sebagai sebuah keluarga yang creative

minority.

Konsep creative minority dipinjam Notohamidjojo dari buku A Study of

History, buah tangan Arnold J. Toynbee yang bermakna “tumbuh, berkembang dan

hancurnya peradaban ditentukan oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai

pengaruh luar biasa. Karena pengaruh inilah peradaban didukung massa kemudian

berkembang. Sebaliknya peradaban itu dapat hancur bahkan musnah jika kelompok

yang berpengaruh itu pecah. Perpecahan itu dapat menimbulkan konflik yang

merusak semua yang telah dibangun. Kelompok yang berpengaruh itulah yang

disebutnya creative minority. Inilah cita-cita yang dirumuskan oleh bapak

Notohamidjojo oleh UKSW dan lulusannya (Supardan dan Gultom, 1991).

Berdasarkan konsep creative minority inilah SPPM dirumuskan oleh bapak

John Titaley ketika beliau menjabat sebagai Pembantu Rektor III UKSW yang

membawahi urusan kemahasiswaan dan mulai diberlakukan pada tahun 1984. Jika

memperhatikan rumusan SPPM maka setidaknya terdapat dua kompetensi dasar yang

harus dimiliki oleh mahasiswa, yakni humanistik skill dan profesional skill.

Humanistik Skill dimaksudkan sebagai kemampuan menghadirkan diri secara

manusiawi dalam kehidupan bermasyarakat yang turut bertanggung jawab bagi

kelangsungan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan,sedangkan Profesional

Skill dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan profesinya dengan berbekal

ilmu pengetahuan akademik yang memadai dalam rangka mengaktualisasikan diri

dalam masyarakat.5Untuk lebih jelas lihat gambar di bawah ini:

5Hasil diskusi dengan beberapa senior LK diantaranya, Prian Antrisa, Yani Rahardja, Elly

Kudubun, dan Krisna Djaya Darumurti, 25 Januari 2012 di Kafetaria UKSW.

Page 14: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

43

Bagan 4.1.

Skenario Tentang Profil Lulusan UKSW

Sumber: Data Sekunder dari Kantor BPMU 2010

4.2.2 Fungsi dan Peran Lembaga Kemahasiswaan

Mahasiswa sebagai sasaran dan salah satu pelaku proses pendidikan perlu untuk

dipersiapkan secara baik oleh Perguruan Tinggi yang menaunginya. Mengingat peran

mahasiswa yang cukup strategis baik dalam lingkungan internal kampus maupun

dalam kehidupan masyarakat. Gagasan ini dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk

tindakan melalui suatu lembaga yang dapat menampung aspirasi dan mengkoordinir

kegiatan mahasiswa secara utuh dan bertanggungjawab demi tercapainya tujuan-

tujuan dari suatu pendidikan tinggi.

Lembaga Kemahasiswaan (LK) di UKSW dipahami sebagai wadah keluarga

mahasiswa untuk pembinaan persaudaraan dan sikap intelektual mahasiswa serta

satu-satunya wadah menyalurkan aspirasi yang bertanggung jawab. Dalam rangka

Kadar Sosial

Budaya

Profesional

Skill

Humanistik

Skill

Tujua

n

Fungsi

Asas

Dasar

Penataan Peran

Lembaga

Kemahasiswaan

Peningkatan Peran

Pelayanan

Kerohanian

Kampus

Pengadaan Sarana

Kesejahteraan

Mahasiswa

Pengembangan

Kepribadian

Kristiani

Pengembangan

Penalaran

Lulusan

yg

Bercirikan

Creative

Minority

Integrasi Peran

Asrama Mahasiswa

Kadar

Lingkungan

Kadar

Kewarganegaraan

Kadar Religius

Kadar Solidaritas

sosial

Kadar Keilmuan

Kadar Menejerial

Page 15: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

44

menjalankan fungsi dan peran diatas, tujuan-tujuan LK UKSW dirumuskan dalam

Ketentuan Umum Keluarga Mahasiswa (KUKM, 1997: 1)6, sebagai berikut:

1. Menjadi wahana mahasiswa berperan serta dalam pencapaian tujuan

perguruan tinggi pada umumnya dan UKSW pada khususnya

2. Menjadi wahana pembinaan persekutuan dan persaudaraan bagi kesejahteraan

mahasiswa

3. Menjadi wahana pembentukan calon-calon pemimpin yang religius, kritis-

analitis, kreatif-inovatif, obyektif, adaptif, dinamis, terampil dan dedikatif

4. Menjadi saluran aspirasi konstruktif dan bertanggungjawab yang hidup

dikalangan mahasiswa.

Indikasi yang terbaca dari tujuan LK tersebut adalah bahwa keberadaan LK

turut serta dalam menunjang profil lulusan UKSW yang telah terumuskan dalam 7

(tujuh) kadar SPPM di atas. Untuk mencapi rofil lulusan yang bercirikan creative

minority dengan 7 kadar tersebut, struktur program yang dirumuskan dan ditetapkan

LK harus merujuk pada ketujuh kadar SPPM. Penetapan kadar sebagai pedoman

penyusunan struktur program setiap periode kepengurusan LK dilakukan dalam

bentuk skala prioritas yang ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Program

Lembaga Kemahasiswaan (GBHPLK) UKSW oleh Badan Perwakilan Mahasiswa

(BPM) dalam setiap awal periode kepengurusan LK. Berdasarkan GBHPLK itu,

SMU dan SEMA menyusun program kerja tahunan (periode) mereka yang kemudian

ditetapkan dalam Rapat Koordinasi (Rakor), dengan Ketetapan BPMU. Rakor adalah

forum pengambilan keputusan tertinggi di Lembaga Kemahasiswaan.7

Mengingat fungsi dan peran LK UKSW yang cukup strategis baik dalam

lingkungan internal kampus maupun dalam kehidupan masyarakat. Maka, bila fungsi

6 Lihat juga penjelasan tentang Lembaga Kemahasiswaan dan Mahasiswa dalam Statuta

UKSW 2000 Pasal 45 dan KUKM 1997 Pasal 6 dan Pasal 10. 7 Wawancara tanggal 15Februari 2012dengan Giner Masalebu(mantan Ketua BPMU) dan

Danis Gitasari (mantan Sekum BPMU); dan tanggal 18 Februari 2012 dengan Victor Ernis Sitorus

(mantan Ketua SMU)

Page 16: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

45

dan peran tersebut dicermati lebih dalam, tersirat adanya lembaga yang berfungsi

sebagai legislatif dan eksekutif, yang bertujuan menjalankan fungsi dan peran demi

tercapainya tujuan bersama. Gagasan ini digambarkan lebih lanjut dalam bentuk

Penataan Peran Lembaga Kemahasiswaan:

Bagan 4.2

Skenario Tentang Penataan Peran LK

Sumber: Data Sekunder dari Kantor BPMU 2010

4.2.3 Potret Etnis Mahasiswa di UKSW

Seperti yang telah dipaparkan pada gambaran di atas, bahwa di lingkungan

UKSW terdapat etnis yang sangat beragam. Mungkin itu juga alasan kenapa UKSW

biasa disebut dengan “Indonesia mini”. Faktanya mungkin karena dalam proses

pendiriannya UKSW didukung oleh sebanyak 18 sinode gereja pendukung yang

terletak di berbagai tempat di Indonesia, itu sebabnya pula potret mahasiswa UKSW

menjadi beragam. Rektor UKSW John A. Titaley dalam kesempatan pidato saat

penerimaan mahasiswa baru tahun 2010/2011 yang juga dimuat dalam laman

www.uksw.edu mengatakan kepada mahasiswa baru demikian, “Selamat datang di

UKSW, kampus Indonesia mini,” pernyataan tersebut tentunya didasarkan pada

keragaman suku, bahasa, budaya dan agama yang ada di UKSW.

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa di UKSW terdapat

mahasiswa yang memiliki latar belakang etnis berbeda-beda. Berdasarkan pada data

Wawasan

Almamat

er

Dosen

Pegawai

Mahasis

wa

Alumni

Penataan Peran

Lembaga

Kemahasiswaan

Perlu

Penyempurnaan

KUKM Penyemprnaan

Struktur Program

LK

Penyempurnaan

Struktur Organisasi

LK

Program LK yang

Integratif dengan

Program Universitas

dan Fakultas

Page 17: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

46

Biro Kemahasiswaan UKSW, terdapat 20 etnis yang berada di UKSW. Hal tersebut

tentunya menunjukan keragaman yang ada di UKSW. Namun, hal yang mungkin

perlu dipahami bersama mengenai kondisi etnis mahasiswa di UKSW yang sangat

beragam adalah keseringannya konflik antar paguyuban etnis mahasiswa. Selain itu,

berdasarkan pada pengamatan penulis selama berkuliah di UKSW sejak tahun 2007,

kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa UKSW adalah bergerombol sesuai dengan

etnis atau sesuai dengan daerah asal. Bahkan, menurut penelitian sebelumnya juga

dikatakan bahwa kebiasaan mahasiswa UKSW bergerombol sesuai dengan etnis

mereka masing-masing juga tidak menutup kemungkinan untuk menjadi penyebab

terjadinya konflik antar paguyuban etnis mahasiswa. Itu sebabnya pada latar belakang

di atas dikatakan bahwa keberagaman yang sangat multikultural hendaknya harus

termanajemen dengan baik, karena jika tidak maka tidak luput untuk terjadinya

konflik antar kelompok.

Tabel 4.4

Nama-nama Etnis dan Jumlahnya yang ada di UKSW

No Etnis Jumlah No Etnis Jumlah

1 Papua 164 11 Dayak 471

2 Jawa (Jateng,

Jatim, Jabar)

6954 12 Ambon 427

3 Sumba 296 13 Ternate 34

4 Lampung 47 14 Timor (Rete,

Alor. Sabu,

Flores)

105

5 Minahasa 217 15 Bali 37

6 Toraja 218 16 Sangir 8

7 TiongHoa 1484 17 Poso 97

8 Minangkabau 6 18 Batak (Toba,

Simalungun,

Karo)

311

9 Aceh 1 19 Timor Leste

(LN)

61

10 Nias 16 20 Bugis 2

Total keseluruhan 10956

Sumber: Data Biro Kemahasiswaan Januari 2012, diolah.

Page 18: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

47

Jika melihat pada tabel di atas, terdapat 20 etnis besar yang berada di UKSW,

dan juga masih ada beberapa anak-anak suku yang lainnya. Berdasarkan pada data di

lapangan yang diperoleh, dari setiap masing-masing etnis mahasiswa di atas, hampir

semuanya memiliki paguyuban yang mewadahi anggotanya etnis seperti yang ada

pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Etnis dan nama organisasi etnis

NO ETNIS ORGANISASI NO ETNIS ORGANISASI

1 Papua HIMPAR 11 Minangkabau AKC

2 Lampung KEMPLANG 12 Batak IGMK, KS

3 Timor

(Kupang,

Flores, Sabu,

Alor, Rote)

IKMASTI 13 Nias IKAONI

4 Sumba PERWASUS 14 Toraja PKMST

5 Kalimantan IKMAL,

PERKASA

15 Tiong Hoa

6 Ambon HIPMMA 16 Jawa THE JAVA

7 Poso IKMAPOS 17 Bali PKMBS

8 Ternate KEMAMORA 18 Timor Leste

9 Minahasa PINAESAAN 19 Aceh

10 Sangir SANGIHE 20 Bugis

Selain nampak dalam kehidupan sehari-hari, keragaman budaya yang ada di

UKSW juga nampak dalam kegiatan Ekspo Budaya yang diselenggarakan oleh

Lembaga Kemahasiswaa UKSW pada setiap tahun sekali. Pada kegiatan Ekspo

Budaya tersebut akan nampak jelas keragaman yang dimiliki oleh UKSW, karena

setiap paguyuban etnis mahasiswa diberikan kesempatan untuk menampilkan rumah

adat, tarian, dan kesenian yang dimiliki oleh masing masing etnis. Menurut

keterangan Viktor Sitorus mantan ketua Senat Mahasiswa UKSW, kegiatan Ekspo

Budaya merupakan salah satu upaya LK dalam meminimalisir terjadinya konflik dan

bertujuan agar setiap mahasiswa dapat memahami keragaman yang ada, namun

Page 19: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

48

berdasarkan pada pengamatan penulis, terkadang diakhir acara Ekspo Budaya justru

muncul konflik antar paguyuban etnis mahasiswa.

4.2.4 Fenomena Konflik Etnis Mahasiswa di UKSW

Melihat pada data jumlah etnis mahasiswa yang ada di UKSW, tentunya kita

dapat berpendapat bahwa kehidupan yang ada di UKSW sangatlah

majemuk/multikultural. Itu alasannya di atas dikatakan bahwa kemajemukan tersebut

sangat butuh pengelolaan, karena jika tidak, yang terjadi adalah konflik antar

kelompok. Berdasarkan pada data yang diperoleh dari kepolisian resort kota Salatiga,

terdapat beberapa konflik yang dilakukan oleh kelompok etnis mahasiswa dari tahun

2008-2011 yang diantaranya:

Tabel 4.6

Data Konflik Etnis Mahasiswa Dalam Empat Tahun Terakhir

Tahun Konflik

2008 Ambon VS Sumba

2009 Ambon VS Sumba

2009 Ambon VS Kupang

2010 Ambon VS Jawa

2010 Ambon VS Sumba (personal)

2011 Ambon VS warga Kemiri

2011 Sumba VS warga Margosari

2011 Ternate VS Ternate

Sumber: Data Kepolisian Resort Kota Salatiga Januari 2012, diolah.

Melihat data yang diperoleh dari kepolisian tersebut, dalam setiap tahunnya

terjadi konflik antar kelompok etnis mahasiswa yang proses penyelesaiannya

menempuh jalur hukum. Bahkan, berdasarkan pada data lapangan yang diperoleh

juga terjadi konflik antar etnis yang tidak sampai jalur hukum, itu artinya, tingkat

konflik antar paguyuban mahasiswa UKSW cukup tinggi. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya konflik antar paguyuban etnis mahasiswa tersebut, seperti

dikarenakan minuman beralkohol, pacar, pandangan mata, baku senggol, dan

sebagian besar konflik yang terjadi kebanyakan berawal dari persoalan pribadi

merambah menjadi persoalan paguyuban. Seperti yang diungkapkan oleh Rusdiani

Page 20: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

49

Umbu Riada, pengurus dari paguyuban etnis mahasiswa Sumba yang mengatakan

bahwa,

“Yang buat konflik sebetulnya bukan etnis, tapi personal. Tapi

pada akhirnya membawa nama etnis. Setahu saya yang pernah

konflik yang sampai tawuran itu ada 3 kali, saya lupa tahunnya.

Saya kurang tahu, tapi yang saya tahu seperti kalo pas main bola

terus kena sikut. Yang kedua terkadang masalah individu seperti

pacar. Kadang juga gara-gara muka tidak baku enak dan pada

akhirnya berlanjut berkelahi. Kalau minuman, yang saya tahu,

kalo pas sudah mabok kita mulai ngomong konflik yang sudah

terjadi. Nah jadi pada akhirnya membuat situasi jadi panas”8.

Latar belakang budaya yang berbeda-beda juga bisa menjadi salah satu faktor

terjadinya konflik, karena saling tidak bisa menerima perbedaan budaya, dan

kurangnya toleransi maka dapat memicu terjadinya konflik. Kurangnya kesadaran

akan kepelbagaian, yang ada di UKSW cenderung menimbulkan konflik, entah itu

konflik pribadi ataupun konflik kelompok. Kebiasaan mengkonsumsi minuman keras

dan tingkat emosi yang tinggi juga merupakan faktor pendukung terjadinya konflik

antar mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Richard Mayopu ketua etnis

mahasiswa Timor,

“Jadi waktu ada syukuran wisuda pada bulan Juli, Nah yang

namanya orang luar jawa itu kan kalau syukuran pasti identik

dengan minum-minuman keras dan dugem. Nah ada salah seorang

entah itu dari etnis Kupang atau Ambon itu ngomong kata-kata

kasar ke etnis yang lain. Nah, kenapa individu yang ngomong

kasar tadi tidak diketahui asal etnisnya, karena wajah, gaya

bicara, bentuk tubuh antara etnis Kupang dengan Ambon itu

sama, serta situasi yang ramai pula maka jadi tidak jelas berbicara

apa. Dari situlah konflik dimulai. mungkin individu yang dikatai

tadi emosi hati masih dalam keadaan yang buruk atau dalam

keadaan tidak sadar akibat pengaruh minum-minuman keras tadi.

Sebelum terjadi konflik itu sebenarnya antara orang Kupang dan

Ambon itu sudah mempunyai pandangan tersendiri kepada etnis

lain. Seperti orang Kupang menganggap orang Ambon suka main

cewek dan orang Kupang tidak suka. Karena bagi mereka

8Wawancara dengan pengurus Sekretaris Persatuan Warga Sumba di Salatiga (PERWASUS)

periode 2011-2012, pada 6 Maret 2012 di Kafetaria-UKSW.

Page 21: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

50

perempuan merupakan sebuah sosok yang mereka jaga baik-baik.

Sedangkan orang Ambon menganggap orang Kupang itu

eksklusif. Nah, lanjut ke konflik waktu syukuran wisuda

itu.Setelah syukuran selesai mereka melanjutkan konflik di

pemancingan Domas dan sempat terjadi baku hantam, antara

individu anak Ambon dengan individu anak Kupang.Namun pada

bulan november saat ada pertandingan Futsal, tepatnya pertanian

futsal. Terjadi konflik di polres Salatiga, kemudian dilerai dan

pada hari yang sama pula, malam harinya konflik dimulai

lagi.Letaknya di samping BBnet, Ambon ada yang hidungnya

patah. Setelah kejadian itu konflik tensi menurun. Selang 1 tahun,

waktu expo budaya. Dimana esensi expo yang hanya

mengenalkan budaya dari masing-masing daerah, tapi bagi

mereka expo budaya merupakan ajang gagah-gagahan dimana

kalau stan mereka dikunjungi banyak orang berarti dia yang

menang. Anak Kupang tikam anak Ambon, hampir meninggal.

Menurut Ardi expo tahun ini juga rentan konflik”9.

Jika melihat beberapa data yang diperoleh di lapangan, memang sebagian besar

konflik yang terjadi antar kelompok etnis mahasiswa sebenarnya bukan merupakan

masalah paguyuban etnis mahasiswa, melainkan bermula dari persoalan individu.

Seperti yang telah dikatakan oleh Kuman di atas, persoalan konflik antar kelompok

bukanlah bermula dari persoalan kelompok, melainkan persoalan pribadi. Kelompok

menjadi ikut campur karena sebagaian dari kelompok yang terlibat merasa bahwa

mereka berasal dari tempat yang sama, ada perasaan kekerabatan yang menyebabkan

persoalan individu tersebut menjadi persoalan kelompok. Seperti juga yang telah

dikatakan oleh IPDA Sulitiyono SH,

“Faktor pendorong terbesarnya adalah faktor kontrol emosi yang

tidak bisa. Emosi yang sangat tinggi, nanti kalo sudah emosi

mereka tidak mau menyelesaikan secara perorangan atau individu

namun kembali kepada kelompok. Kalau sudah timbul kelompok

akhirnya tidak bisa menyelesaikan sendiri lagi. Nah ini

masalahnya. Minuman keras hanya salah satunya, tetapi tidak

selalu itu. Baik itu futsal, ada sepak bola, ada kegiatan dies

natalis. Dies natalis itu kan kegiatan ceremonial, tapi akhirnya

timbul seperti itu, hanya karna istilahnya pandangan mata. Lha

9Wawancara dengan mantan ketua Etnis Kupang (Ikmasti) pada 3 Maret 2012 di halaman

FISKOM-UKSW.

Page 22: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8454/4/T1_352008602_BAB I… · 28 Tukang sol 10 68 Penyiar Radio 1 29 Tukang jahit 270 70 Peneliti 13

51

akhirnya dipukul. Begitu dipukul, na ini akan mengadu

kekolompoknya. Nah semestinya harus disikapi, kalo ini masalah

perorangan ya kelompok jangan menyikapi”.