bab iv gambaran umum hubungan bilateral ......35 bab iv gambaran umum hubungan bilateral timor-leste...
TRANSCRIPT
-
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM
HUBUNGAN BILATERAL TIMOR-LESTE DAN
INDONESIA
1.1. Timor-Leste Sebelum Kemerdekaan
Timor Timur merupakan sebuah wilayah bekas jajahan Portugis yang
dianeksasi oleh militer Indonesia menjadi sebuah provinsi di Indonesia (17 Juli 1976-
19 Oktober 1999). Timor-Leste dijajah oleh Portugal selama 450 tahun dan
bergabung dengan NKRI selama 24 tahun (Wastuti, 2016). Wilayah provinsi timor-
timur meliputi pulau Timor, pulau Kambing, pulau Jaco dan sebuah eksklave1 di
timor barat yang dikelilingi oleh provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bergabungnya Timor Timur sebagai propinsi ke-27 Indonesia di masa
pemerintahan Presiden Soeharto merupakan suatu cerita panjang bagi kesejarahan
Indonesia. Dimulai pada 31 Desember 31 Mei 1976, saat itu dikeluarkan petisi yang
mendesak pemerintah RI untuk secepatnya menerima dan mengesahkan integrasi
Timor Timur ke dalam negara kesatuan RI tanpa referendum.
Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI diajukan secara resmi pada 29
Juni 1976. lalu seterusnya, Pemerintah mengajukan RUU integrasi Timor Timur ke
wilayah RI kepada DPR RI. DPR melalui sidang plenonya menyetujui RUU tersebut
menjadi UU Nomor 7 Tahun 1976 pada 17 Juli 1976 dan ketentuan tersebut semakin
kuat setelah MPR menetapkan TAP MPR No. VI/MPR/1978, sampai pada akhirnya,
Timor Timur menjadi Propinsi Indonesia yang ke-27. Saat masih bergabung dengan
1 Negara atau bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah negara lain.
-
36
NKRI, Timor - timur memiliki 13 kabupaten yang terdiri dari beberapa kecamatan.
Ketigabelas kabupaten tersebut adalah Dili, Baucau, Monatuto, Lautem, Viqueque,
Ainaro, Manufani, Kovalima, Ambeno, Bobonaru, Liquisa, Ermera dan Aileu.
Arnaldo dos Reis Araujo dan Franxisco Xavier Lopez da Cruz saat itu diangkat oleh
Presiden Soeharto menjadi gubernur dan wakil gubernur yang selanjutnya dilantik
pada 3 Agustus 1976 oleh Amir Machmud yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Dalam Negeri Indonesia.
Pada tahun 1998, sesudah pengunduran diri Suharto, Timor Timur ditawarkan
autonomi di dalam negara Indonesia tetapi tidak diberikan pilihan kemerdekaan.
Namun, pada Januari 1999 Presiden baru, Habibie menawarkan Timor Timur
pemilihan antara autonomy dan kemerdekaan. Ini terjadi sesudah tekanan
internasional kuat, khususnya surat ditulis oleh Perdana Menteri Australia, Jose
Howard yang mendesak Presiden Habibie memberi Timor Timur autonomy (Liddle
2000:40,encyclopedia.thefreedictionary.com). Pada tanggal 30 August 1999, dalam
referendum yang dipantau oleh PBB, kebanyakan penduduk Timor Timur sebesar
78,% memilih kemerdekaan dan namanya diganti menjadi ‘Timor Leste’ ini menjadi
realitas waktu pasukan PBB dikelola Australia masuk pada tanggal 15 September
(Liddle 2000:39).
1.2. Timor-Leste setelah Kemerdekaan
Timor Timur merdeka secara resmi pada tanggal 20 Mei 2002
(thefreedictionary.com). Pada saat masih bergabung dengan Indonesia nama Timur
Leste adalah Timor-Timur dan setelah resmi membangun negara sendiri Timor-Timur
kini berganti nama menjadi Republic Demokratik Timor-Leste. Presiden pertama
Timor-Leste adalah Xanana Gusmao. Sebelum bergabung dengan Indonesia, Timor
Leste berada di bawah jajahan Portugal selama berabad-abad. Penduduk Timor Leste
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani (Dedy, 2009:145), maka Timor-
-
37
Leste yang merdeka nanti harus memperkuat pertanian tradisional dengan
penggunaan input teknologi yang tepat untuk meningkatakan hasil tanaman. Sebagian
penduduknya bekerja di bidang pertambangan dan industri. Hasil pertaniannya
meliputi padi, jagung, sayuran, kentang dan kacang-kacangan. Hasil peternakannya
antara lain kuda, sapi, babi dan kambing. Hasil perkebunan meliputi kayu cendana,
kopi, cengkeh, lada dan kelapa sawit. Hasil tambangnya antara lain minyak, emas,
mangan, dan marmer. Jumlah penduduknya 1,2 juta jiwa (bank dunia,2016). Bahasa
yang digunakan negara Timor-Leste ada empat,yaitu bahasa Indonesia dan Portugal,
inggris dan Tetun (bahasa daerah Timor-Leste). Sebagian besar penduduk Timor
Leste beragama Katolik (kemlu.go.id).
1.2.1. Kondisi Awal Membangun Negara Baru Timor-Leste
Sebagai negara baru, Timor Leste menghadapi banyak kesulitan. Sebuah
Negara yang baru seumur jagung, Timor Leste mengalami penderitaan bagi
masyarakatnya dan perusakan negaranya Salah satu masalah yang mempengaruhi
semua bidang adalah jarak generasi. Generasi tua (1975) dididikan oleh Portugis
menggunakan bahasa Portugis dan aktif secara politik waktu Indonesia masuk
Generasi muda (1999) dididikan oleh Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia
dan memperjuangkan kemerdekaan pada tahun 1999. Generasi tua melihat
kehilangan kebudayaan diantara generasi muda dan mereka menyalahkan “salah
asuhan secara budaya dan moril di bawah sistem Indonesia” (Crockford 2003:209).
Generasi muda merasa generasi tua yang ke luar Timor Leste selama kekuasaan
Indonesia (kebanyakan yang sekarang pemimpin) tidak sadar pada kebutuhan rakyat
Timor Leste dan mereka mengatakan bahwa pemimpin tersebut mempunyai strategi
untuk menjerumuskan generasi muda karena bahasa Portugis menjadi bahasa resmi
(Crockford 2003: 210).
-
38
Satu hal yang tidak dapat diperdebatkan adalah pada kenyataanya bahwa
negara Timor-Leste adalah sebuah negara kecil dan sangat miskin. Keadaan ekonomi
negara Timor Leste secara umum masih lemah karena keadaan politik di negara ini
masih belum stabil. Pembangunan yang dilakukan di Timor Leste tidak berkembang
dengan baik selama 15 tahun berpisah dengan Indonesia, pembangunan di berbagai
bidang belum mulai dirasakan oleh semua masyarakat Timor Leste. Hal ini di
karenakan keamanan di Timor Leste belum sepenuhnya stabil, masih ada banyak
bentrokan antara Timor Leste bagian timur dan Timor Leste bagian barat.
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa negara yang baru merdeka tidak mudah
begitu saja berjalan dengan mulus namun tetap dihadapkan dengan berbagai
permasalahan. Permasalahan yang dihapakan oleh Timor-leste tidak melulu mengenai
ekonomi melainkan diberbagai bidang lainya. Timor-leste menghadapi beberapa
tantangan sosial yang cukup serius. Tantangan-tantangan tersebut dibahas dengan
perincian tertentu oleh Booth da Jones dan antara lain termasuk hal-hal berikut
(Anne,1993):
1. Kependudukan
Timor Leste Memiliki luas 15.410 km2
jumlah penduduk sebanyak 1.269.000
juta jiwa (bank dunia,2016). Masalah kependudukan Timor Leste terjadi di daerah
perbatasan Indonesia-Timor Leste. Penduduk di daerah perbatasan masih merasakan
dampak masalah sosial kemiskinan dan kriminalitas sehingga memerlukan
pengendalian sosial serta tindakan dan bantuan pemerintah setempat. Timor Leste
adalah sebuah negara yang memiliki tingkat kesuburan yang sangat tinggi, yang
berkontribusi ke dalam tingginya pertumbuhan. Karena kemiskinannya dan oleh
ketidaksetujuan gereja terhadap kontrasepsi, pertumbuhan penduduk Timor Leste
akan terus meningkat dengan cepat setiap tahunya. Hal ini akan memperlambat laju
pembangunan ekonomi. Jones menunjuk tantangan yang mendesak akibat dari
-
39
meningkatnya jumlah anak muda yang berpindah atau melalui kelompok usia
sekolah. Satu pelajaran yang berharga dari pembangunan ekonomi adalah bahwa
modal sumber daya manusia adalah penentu kemajuan (Mankiw, 1992). Generasi
muda Timor Leste ini perlu dididik, sehat, dan bergizi, jika ambisi pertumbuhan
Timor Leste hendak direalisasi.
2. Kesehatan
Timor Leste memiliki angka kematian bayi yang tinggi dan tingkat harapan hidup
yang lebih rendah disbanding dengan negara-negara di asia Tenggara. Malaria
merupakan penyakit penyakit yang mewabah, terutama di pantai selatan yang basah,
demikian juga penyakit pernapasan (diantaranya TBC yang intensitasnya cukup
tinggi) dan infeksi-infeksi gastro-intestinal.
3. Pendidikan
Rasio pendaftaran anak usia sekolah meningkat cukup tajam selama periode
Indonesia, namun rasio tersebut masih tetap rendah dan kualitasnya masih minim.
Secara umum masalah pendidikan di Timor Leste adalah bahasa fimana Timor Leste
sendiri menambahi bahasa yang diwajibkan untuk digunakan di sekolah seolak yakni
bahasa portugi. Sedangkan dari beberapa masyarakat baru 5 persen yang dapat
menggunakan bahasa tersebut.
4. Kesenjangan Gender
Data resmi statistic menunjukkan bahwa kesenjangan gender dalam bidang
pendidikan kurang begitu tajam. Bahkan ada sedikit perbaikan bila dibandingkan
dengan masa-masa akhir Pemerintahan Portugis. Walaupun demikian, berdasarkan
pengamatan sekilas hasilnya tidak selalu mendukung kesimpulan ini, khususnya pada
tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi.
-
40
5. Kesenjangan dan Kemiskinan
Pada akhir periode Indoneisa, Timor Leste merupakan salah satu daerah yang
mempunyai angka kemiskinan sangat tinggi. Kesenjangan antar-rumah tangga dan
daerah juga cukup tinggi, sekurang-kurangnya dibandingkan dengan daerah-daerah
tetangga. Kemiskinan pedesaan tampaknya sedikit diperbaiki dengan rendahnya
jumlah orang yang tak berlahan.
6. Urbanisasi, Dili-bias dan Relokasi Penduduk
Seperti telah dikemukakan, peristiwa 1999 telah menyebabkan sebagian besar
penduduk mengalami perpindahan tempat dan proses urbanisasi yang sudah mencapai
titik jenuh. Sampai awal 2001, kendati belum dibuat pencatatan penduduk yang
sistematik, naum diperkirakan sekitar 20-25 persen penduduk Timor Leste berada di
Dili dan total penduduk yang hidup di kota sekitar 40 persen. Ini menimbulkan suatu
bom waktu social akibat perbedaan pendapatan yang sangat tajam di Dili, terutama
antara komunitas internasional dan masyarakat Timor Leste yang dibayar sangat
rendah. Akibat urbanisasi, telah terjadi kelangkaan tenaga kerja yang serius di sektor
pertanian. Jika permasalahan seperti ini tidak diatasi dengan segera maka manakala
subsidi-subsidi bantuan pemulihan berakhir, generasi muda yang bermigrasi akan
‘terjebak’ di kota Dili dan akan menimbulkan dampak sosial yang sangat serius.2
2 Untungnya, mengingat geografinya yang kompak dan jarringan jalan rayanya yang baik, timor leste
tidak akan menemui persoalan separah yang dialami oleh Port, di mana kelangkaan sarana transportasi
yang menghubungkan dengan daerah pedalaman , menyebakan banyak migrant yang dating ke
ibukota, tidak dapat kembali ke kampong halaman mereka, hal ini pada giliranya telah mendatangkan
bencana kerusakandan pelanggaran hokum di daerah perkotaan.
-
41
7. Ketidakseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Standar gaji telah naik secara taham sejak 1999 dan harga-harga produk
pertanian di daerah perkotaan telah naik dua kali lipat disbanding dengan era
Indonesia.3 Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini:
struktur harga yang tinggi di mana bahan dasar yang berasal dari Indonesia harganya
menjadi dua kali lipat dari harga yang berlaku di Surabaya; upah minimum yang
sangat tinggi di sektor publik telah mempengaruhi upah dasar di pasaran tenaga kerja
perkotaan; dan peningkatan permintaan tenaga kerja yang melonjak cepat akibat
derasnya aliran dana bantuan. Bahayanya adalah apabila ‘tingkat ketidakseimbangan’
ini menjadi lebih parah dan ini mungkin saja terjadi maka dapat menyebabkan
menurunnya daya saing Timor Leste di tingkat internasional. Dampaknya akan terjadi
pengangguran yang tinggi bagi para pencari kerja yang tidak dapat bergabung dengan
para kaum pekerja di tingkt ‘aristokrasi’ yang sedang tumbuh.
Dihadapkan pada tantangan-tantangan serius seperti ini, sungguh sulit untuk
mengetahui dari mana harus memulai. Namun, sebagaimana ditekankan oleh Booth,
hal yang penting adalah membuat prioritas penyelesaian masalah. Program- program
kesehatan masyarakat patut mendapatkan prioritas utama pemerintah, ketimbang
mendanai sebuah sektor ‘rumah sakit modern’ dengan program yang mahal, padat
modal dan berbasis di kota. Pilihan yang terakhir ini sebaiknya dilepaskan ke pasar,
dan para elite yang mampu membayar dapat berobat ke luar negri. Demikian juga
investasi yang besar di sektor pendidikan dasar, dan kemungkinan juga di pendidikan
vokasional akan memiliki daya pengambalian sosial yang tinggi dibanding dengan
subsidi ke pendidikan tinggi. Tantangan khusus di sini adalah dengan kebijakan uang
ketat telah menyebabkan penurunan jumlah guru dan paramedis dibandingkan dengan
3 Ini terjadi pada kasus kopi (Pomeroy) dan untuk tingkat yang lebih rendah pada kepegawaian negri.
Ini juga terjadi untuk industri bangunan. Pada bulan maret 2001, umpamanya, para kontraktor
bangunan di baucau kesulitan untuk memperkerjakan buruh dengan Rp 50.000 (sekitar $5) per hari.
-
42
periode Indonesia. Kemandirian perempuan akan menjadi salah satu unsur kritis
dalam proses pembangunan, bukan hanya karena alasan persamaan yang
fundamental, tetapi juga untuk kesuksesan perencanaan keluarga, perbaikan gizi
anak, pasar kredit pedesaan dan lain sebagainya.
Secara umum, sektor-sektor sosial ini akan, dan diharapkan begitu, lebih
diprioritaskan pendanaannya ketimbang memberikan subsidi untuk tenaga listrik dan
bahan bakar (yang pada dasarnya lebih menguntungkan orang berada) dan pengajuan
investasi komersial lainnya.
Senjata utama yang paling ampuh dalam menghadapi kemiskinan tentunya
adalah pertumbuhan eonomi yang berklanjutan dan berbasis padat karya. Sangat
mengherankan betapa seringnya proposisi fundamental semacan ini diabaikan,
kendati 40 tahun pembangunan di Asia Timur telah menunjukan kebenarannya.
Lagipula, dan khususnya selama tahap rehabilitasi, tampaknya akan ada penekanan
pada program-program kepegawaian di sektor publik. Sektor publik akan langsung
menyediakan lapangan kerja dan dapat membantu rekonstruksi nasional. Barangkali
hal-hal tersebut dapat menjadi bagian dari suatu jarring pengaman social yang luas
dan mendasar, yang mana komponen-komponen kuncinya meliputi bahan makanan
pokok, kesehatan masyarakat dan lapangan kerja.
Peningkatan produktivitas pertanian merupakan salah satu alternative yang
penting dalam mengentaskan kemiskinan, sebagaimana ditekankan oleh Timmer.
Dalam konteks ini, adalah sangat penting untuk menghindari asgar Dili-bias tidak
menjadi tertanam sebagai corak permanen dalam keputusan-keputusan anggaran,
pasar kerja, prioritas-prioritas sosial dan kekuatan politik (Timmer,1997).
Akhirnya, satu hal yang sama pentingnya adalah adanya pasar tenaga kerja
yang terbuka dan kompetitif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan upah riil melalui
peningkatan produktifitas kerja daripada melalui penerapan peraturan administrative.
-
43
Jika Timor Leste mengembangkan suatu system perburuhan yang bersifat kaku,
dengan upah yang tinggi di kawasan perkotaan, maka konsekuensi sosial ekonominya
akan sangat membahayakan. Hal ini akan benar terjadi, dan kelihatannya seperti itu,
jika proses dolarisasi atau dewan mata uang yang akan terpilih, yang pada gilirannya
akan meniadakan pilihan untuk mendapatkan fleksibilitas harga relatif lewat nilai
tukar mata uang. Seperti telah disebutkan, dengan kekayaan sumber daya alam yang
menjanjikan, maka pasar buruh yang terbuka akan sangat penting untuk meredakan
‘penyakit belanda’.
Manajemen ekonomi Timor Leste yang buruk telah menghasilkan kelaparan,
kemiskinan, pengangguran dan ketidakstabilan sosial. Kelaparan berhubungan
dengan kelangkaan pangan, suatu kebutuhan yang paling fundamental dari kehidupan
manusia. Kelaparan juga merupakan suatu indikator umum dari keterbelakangan
penduduk pemecahannya mensyaratkan perumusan suatu strategi pembangunan
ekonomi yang berbasis luas.
Kemiskinan adalah kondisi hidup manusia yang tercerabut dari kebutuhan
untuk hidup secara layak. Terdapat berbagai dimensi dari kemiskinan-ekonomi,
budaya dan hokum. Risiko yang paling memprihatinkan dari suatu resesi ekonomi
adalah pada negara-negara maju adalah pengangguran. Untuk negara yang miskin
seperti Timor Leste, hal ini pertanda rendahnya kemampuan ekonomis. Pengangguran
mengakibatkan penistaan, depresi, yang menjurus ke penggunaan obat-obat terlarang,
kejahatan, krisis keluarga dan keputus-asaan. Hal itu menyebabkan berbagai penyakit
psikosomatik, perubahan-perubahan psikologis dan gangguan-gangguan kepribadian.
Jadi penciptaan lapangan kerja merupakan kunci untuk mengatasi semua
permasalahan sosial (John Paul II).
Kelaparan, kemiskinan dan pengangguran mempunyai andil dalam proses
dehumanisasi. Hal ini seringkali menghasilkan ketidakstabilan sosial, yang
-
44
merupakan salah satu tanggunan kemanusiaan terbesar dari suatu krisis ekonomi. Jadi
kehidupan sosial dari suatu negara tidak akan berfungsi tanpa adanya suatu ekonomi
yang stabil.
Kegiatan ekonomi mempengaruhi segala aktivitas manusia. Saat ini, melebihi
zaman sebelumnya, terdapat alasan yang makin kuat agar kita mengingatkan upaya
untuk memajukan produksi pertanian dan industri, serta semua jasa pelayanan, untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi yang semakin banyak dari suatu masyarakat yang
makin berkembang. Upaya yang lebih besar lagi harus dicurahkan untuk mendorong
kemajuan teknologi, memacu semangat berinisiatif, menumbuh kembangkan
kesempatan bisnis, dan mengadaptasi metode-metode produksi baru singkatnya,
membangun semua faktor yang bermanfaat bagi pembangunan.
1.3. Hubungan dengan Indonesia
Kondisi awal negara Timor Leste seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
menjelaskan bahwa Timor Leste masih perlu sebuah pembangunan yang lebih baik
untuk negara dan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk hal itulah disini Timor Leste
sangat perlu melakukan sebuah hubungan kerjasama dengan negara lain dimana
kerjasama tersebut dapat menghasilkan dampak baik bagi pembangunan Timor Leste.
1.3.1. Alasan Memilih Indonesia
Mengelola hubungan dengan bekas penguasa dan tetangga raksasa adalah
salah satu tantangan tersulit bagi para pemimpin Timor Leste. kendati fokusnya di
sini menyangkut isu-isu ekonomi, namun jalinan hubungannya akan jauh melebihi
sekedar perdagangan dan niaga. Timor Leste perlu membina suatu kemitraan
pembangunan yang praktis sekaligus mengelola isu politik yang kompleks tentang
rekonsiliasi dan tindakan hukum terhadap elemen-elemen dari militer Indonesia yang
-
45
mendalangi beberapa pelanggaran terburuk terhadap hak-hak asasi manusia pada
tahun 1999.
Beberapa hal yang menguatkan untuk Timor Leste memilih Indonesia sebagai
negara yang diajak untuk bekerjasama. Timor Leste harus berdampingan dengan
Indonesia yang tidak stabil, dengan keadaan yang tidak dapat diprediksi. Hampir
tidak dapat terdeteksi oleh layar radar di Jakarta, karena kepemimpinan politiknya
terlibat dalam krisis sehari-hari. Dan, sementara Abdurrahman Wahid yang waktu itu
mejabat Presiden kelihatannya berkehendak baik terhadap Timor Leste, namun
banyak ‘nasionalis’ Indonesia tidaklah demikian. Kepresidenan Megawati
umpamanya, dapat menghantar tambahan ketidakpastian bagi Timor Leste.
Namun di dalam hubungan ini terselip pula peluang-peluang yang bagus.
Pertama, Indonesia dapat berperan di dalam meringankan ekonomi ‘berbiaya tinggi’
Timor Leste sekaligus mengimbangi ketergantungan kepada Australia Utara yang
cukup mahal (soesastro,1989). Dalam konteks ini, sangatlah penting, beroperasinya
jasa pelayaran dan angkutan perkapalan tanpa dihalangi pembatas-pembatas. Patut
pula diusahakan agar Tmor Leste mendapat akses terhadap jasa dan keterampilan dari
Indonesia, yang berkisar dari penyuluhan pertanian hingga pendidikan tinggi. Yang
disebut terakhir, sesungguhnya adalah hal yang sangat mendesak mengingat ribuan
pelajar dan mahasiswa yang studinya terhenti pada tahun 1999. Selain itu hubungan
kerja sama masih terbuka untuk sejumlah aktivitas lain, termasuk perkapalan (Timor
Leste sebenarnya hanya belum mampu saja mengelola periran lautannya yang luas)
dan infrastruktur di wilayah perbatasan.
Kedua, hubungan antara Indonesia dengan Timor Leste ibarat ayah dengan
putranya. Ketika putranya di usia tertentu memutuskan untuk menikah, maka dia
akan keluar dari rumah dan membentuk keluarga sendiri. Hal itu diakui oleh Menteri
Luar Negeri dan Kerjasama Timor Leste, Jose Luis Guterres. Pria yang sebelumnya
-
46
pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri itu justru mengakui hubungan
bilateral kedua negara kian meningkat. "Kami kebanyakan melakukan hubungan
dagang masih dengan Indonesia. Kami mengimpor sekitar 80 persen produk dari
Indonesia," (Guterres dalam VIVA, 2015).
Ketiga, Indonesia berperan lebih banyak dibandingkan negara lain, karena
faktor sejarah. Selama puluhan tahun, Timor Leste sempat menjadi salah satu
provinsi di Indonesia. Kedekatan hubungan itu masih terjalin sampai saat ini.
1.3.1.1. Profil Indonesia
Indonesia adalah negara yang sangat besar. Mulai dari jumlah
penduduk sekitar 250 juta jiwa, luas wilayah, sumber daya alam
hingga seni budaya dan adat istiadatnya. Dilihat dari Jumlah
penduduknya, penduduk Indonesia merupakan yang keempat terbesar
didunia, setelah Cina, India, dan Amerika (UNDP, 2018).
Indonesia dengan kepadatan jumlah penduduknya telah berhasil
membangun kualitas hidup manusia, dalam hal ini berarti kualitas
hidup masyarakat/penduduk yang dijadikan sebagai salah satu ukuran
kinerja di masing-masing daerah (christin dalam jurnal, 2014).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), mengungkapkan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia periode 2017 sebesar
70,81. Capaian itu meningkat 0,63 poin atau tumbuh 0,90% jika
dibandingkan dengan periode 2016.
Kepala Badan Pusat statistik Suhariyanto mengungkapkan beberapa
point mengenai IPM Indonesia, sebagai berikut:
-
47
Dalam kategori yang dibuat UNDP (United Nations
Development Programme), IPM Indonesia tahun 2017
dikategorikan tinggi karena berkisar antara 70 sampai 79,99.
Dilihat dari pencapaian umur harapan hidup saat lahir
misalnya, merupakan hasil implementasi kebijakan banyak
pihak. Itu seperti dampak dari pola makan dan keseharian gaya
hidup yang sehat, hingga kondisi lingkungan hidup tempat
tinggal.
Upaya perbaikan kualitas manusia yang dilakukan pun tidak
sekaligus dapat dirasakan dalam jangka waktu kurang dari satu
atau dua tahun. Kecuk lantas mencontohkan kebijakan wajib
belajar 12 tahun yang baru berdampak kepada harapan lama
sekolah, namun sayangnya belum berdampak kepada rata-rata
lama sekolah. Sebagai catatan, rata-rata lama sekolah dalam
IPM merupakan capaian sekolah bagi penduduk yg sudah
berusia 25 tahun dan lebih.
Di lain sisi, kebijakan wajib belajar 12 tahun juga tidak serta
merta akan meningkatkan pendapatan yang berujung kepada
pengeluaran per kapita. Untuk gambaran, selama periode 2010-
2017, IPM Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 0,89%.
Harapan lama sekolah, anak-anak yang pada 2017 berusia 7
tahun memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama
12,855 tahun (Diploma I), lebih lama 0,13% tahun jika
dibandingkan dengan anak yang berumur sama di 2016.
Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata menempuh
pendidikan selama 8,10 tahun, atau lebih lama 0,15 tahun jika
dibandingkan dengan rata-rata tahun sebelumnya. Angka ini
menunjukan bahwa pada tahun 2017 penduduk Indonesia
-
48
secara rata-rata baru mencapai tingkat pendidikan sekolah
menengah pertama kelas IX. Selama periode 2010-2017,
harapan lama sekolah di lndonesia telah meningkat 1,56 tahun
atau tumbuh sebesar 1,87% per tahun. Adapun, rata-rata lama
sekolah meningkat 0,64 tahun atau tumbuh 1,18% per tahun.
Dari pernyataan kepala Badan Pusat Statistik tersebut dapat disimpulkan
bahwa IPM di berbagai daerah di Indonesia cenderung membaik. Data tersebut
seiring dengan hasil evaluasi dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (UNDP), Badan Kerja Sama Internasional Jerman (GIZ) dan Pemerintah
Indonesia. Selama dua dekade terakhir, Indeks Pembangunan Manusia sebagai salah
satu indikator kesejahteraan masyarakat/penduduk ternyata semakin membaik.
Tingkat ketimpangan pembangunan manusia di Indonesia ternyata cenderung
semakin rendah. Data dari kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional juga
memperlihatkan bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan
dalam setiap indikator IPM dalam 40 tahun terakhir ini. Indonesia termasuk dari
sepuluh negara yang selama 40 tahun terakhir mengalami peningkatan secara terus
menerus, baik dari sisi pendapatan maupun indikator IPM. Peningkatan IPM di
Indonesia ditunjukkan oleh penuruan tingkat kemiskinan.
Hal lain yang dapat disimpulkan dari komponen lPM adalah tingkat
pemenuhan kebutuhan hidup. Pada 2017, masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan
hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita Rp10,66 juta per tahun, meningkat Rp
244 ribu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan pengeluaran per
kapita masyarakat dalam tujuh tahun terakhir sebesar 1,76% per tahun. Peningkatan
IPM menandakan harapan untuk hidup, baik dari dimensi kesehatan, harapan hidup,
sekolah, maupun hidup layak semakin panjang. Kualitas kesehatan, pendidikan, dan
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Indonesia mengalami peningkatan.
-
49
Dalam paradigm SBY, manusia dan pembangunan haruslah selaras dan
berbarengan. Manusia bukan sekedar obyek pembangunan, namun subyek
pembangunan itu sendiri. SDM memegang peran penting dalam proses
pembangunan, sehingga dapat dibangun kualitas kehidupan manusia Indonesia
menuju lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan peningkatan IPM
ini tidak terlepas dari peran pemimpin Indonesia pada saat itu bapak SBY dimana
SBY berhasil menciptakan pendidikan yang baik untuk Indonesia. Pendidikan
tersebutlah yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
Indonesia.
1.3.2. Kerjasama Timor Leste dengan Indonesia
Meskipun masa lalu Timor Leste dengan Indonesia traumatis, namun saat
ini hubungan dengan Indonesia sangat baik. Indonesia sejauh ini merupakan mitra
dagang terbesar Timor Timur (Sekitar 70-80 dari impor, 2005) dan terus meningkat
saham (kemenlu, 2016).
Masalah yang harus diatasi meliputi, East Timor-Indonesia Batas rapat
Komite untuk survey dan membatasi batas tanah; dan Indonesia sedang mencari
penyelesaian pengungsi Timor Timur di Indonesia. Sudah selayaknya dua Negara
yang berdampingan menjalin kerjasama yang baik, begitu pula yang terjadi antara
Indonesia dengan Timor Leste. Kerjasama tersebut menjadi harapan bagi Timor Leste
untuk menjadikan negaranya lebih baik kedepanya. Dibawah ini beberapa bentuk
kerjasama Timor Leste dengan Indonesia di segala sektor;
1. Bidang Kebudayaan
Hubungan RI-Timor Leste terlihat secara nyata dengan didirikannya
Pusat Kebudayaan Indonesia (PBI) di Dilli. Di PBI diselenggarakan pelatihan
Bahasa Indonesia, komputer dan perpustakaan. Berdirinya Pusat Kebudayaan
-
50
Indonesia di Timor Leste membuat warga Indonesia yang bertempat tinggal
disana bisa melepas rindu pada kampung halaman dan bagi orang Timor Leste
dapat belajar lebih mendalam tentang kebudayaan Indonesia. Sehingga masa
lalu yang tarumatis antara kedua negara, dan dipererat dengan adanya
hubungan di sektor kebudayaan ini.
2. Bidang Ekonomi
Sementara itu di bidang ekonomi dan perdagangan, Indoneisa menjadi
eksportir terdepan untuk Timor Leste. 75 persen kebutuhan pokok Timor
Leste diimpor dari Indonesia. Selain itu, tak kurang dari 3000 WNI menjadi
pengusaha, kontraktor dan banyak lagi. Indonesia dan Timor Leste
membentuk Komite Koordinasi Bersama untuk mengembangkan koperasi dan
UKM di kedua Negara. Komite Kebijakan Bersama ini berfungsi untuk
mengembangkan dan membahas kemungkinan bidang bidangkerjasama atas
persetujuan dua Negara. MoU pembentukan komite itu telah ditandatangani
Sjarifuddin mewakili Indonesia dan Menteri Ekonomi dan Pembagunan
Republik Demokratik Timor Leste Joao Mendes Goncalves. Kedua negara
dan akan bertugas mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan hal-hal
yang berkaitan dengan KUKM. Komite ini akan melaporkan secara berkala
kepada menteri terkait yang bertanggung jawab dala pengembangan KUKM.
Komite Koordinasi Bersama KUKM itu akan melakukan pertemuan setahun
sekali di RI dan Republik Demokratik Timor Leste. Komite itu terdiri dari
perwakilan pemerintah yang terkait dengan KYKM serta perwakilan KUKM.
Kerjasama diantaranya menyangkut program kebijakan pengembangan
KUKM, fasilitasi promosi dagang, pemasaran, kemitraan usaha, pelatihan
-
51
keterampilan manajerial dan teknis, symposium bilateral, seminar, konferensi,
dan pembukaan akses pasar di kedua negara.
3. Bidang Pendidikan
Secara umum kerjasama di sektor pendidikan antara Timor Leste dengan
Indonesia adalah dengan pertukaran pelajar atau memberikan beasiswa.
pemerintah Indonesia tengah memproses pemberian kemudahan izin bagi
pelajar Timor Leste yang ingin bersekolah di Indonesia dan visa kunjungan
untuk warga Timor Leste. Timor Leste menjalin kerjasama di sejumlah
sekolah yakni dengan Muhamadiyah, khususnya bidang pendidikan dan
keagamaan. Salah satu kerja sama yang akan dilakukan adalah penerimaan
mahasiswa asal Timor Leste di universitas-universitas Muhammadiyah di
Indonesia. Yaitu di antaranya Universitas Muhammadiyah di Kupang yang 60
persen mahasiswanya justru merupakan non-muslim. Kerjasama inilah yang
semakin menonjolkan hubungan yang semakin erat antara kedua negara.
4. Bidang Militer
Dalam kunjungan Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
(LBBP) Timor Leste untuk Indonesia Manuel de Araujo Serrano bertujuan
untuk meningkatkan hubungan kerjasama militer melalui latihan dan
pendidikan yang akan direalisasikan setelah adanya perjanjian pertahanan dan
disalahkan perjanjian antara kedua negara tersebut. Selain itu, juga sebagai
bukti pentingnya kerjasama militer dan pertahanan antara dua negara.
Pemerintah RDTL akan mengangkat seorang Atase Pertahanan yang akan
berkedudukan di Jakarta.
-
52
5. Bidang Kesehatan
Salah satu bentuk kerjasama yang meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia dan Timor Leste dalam bidang kesehatan. Ruang
lingkup kerjasama yaitu pelayanan kesehatan rumah sakit meliputi system
rujukan dan sister hospoital, di bidang farmasi dan alat kesehatan,
pengembangan sumber daya manusia meliputi pendidikan dan pelatihan,
dibidang penyakit menular terutama di daerah perbatasan dan kesiapsiagaan
menghadapi pandemic, di bidang kesehatan ibu dan anak meliputi imunisasi
dan gizi, penelitian dan pengembangan kesehata, serta bidang-bidang lain
yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak. Penanda tanganan MOU
menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengembangkan stabilitas,
persabahatan, dan hubungan bertetangga yang saling menguntungkan dan
bermanfaat di antara kedua negara. Selain itu juga menjadi dasar untuk
membangun kerjasama terutama pada bidang kesehatan. Kerjasama ini
berlaku untuk jangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu yang sama
6. Bidang Kehutanan
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Demokratik Timor Leste sepakat
melakukan kerjasama bilateral dalam bidang kehutanan. Kerjasama tersebut
akan dituangkan dalam bentuk nota kesepakantan (MoU), yang ditandatangani
pada tanggal 29 Oktober 2008 di Jakarta. Pemerintah Indonesia akan diwakili
oleh Menteri Kehutanan RI, H.M.S. Kaban, dan pemerintah Demokratik
Timor Leste akan diwakili oleh Menteri Pertanian dan Perikanan, Mariano
Assanami Sabino.
Kerjasama Bilateral bidang kehutanan tersebut akan mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
-
53
- Reforestation and forest rehabilitation (Agro forestry and community
forestry)
- Research, extension, education and sharing onforetry database
- Watershed Management
- Forest production, utilization, protection and national park management
- Forest inventory
- Environmental protection and management related to forestry
- Combinating illegal logging and cross boundary illegal markets
- Investment on industrial forest plantation
Salah satu hal yang melatarbelakangi kesepakatan kerjasama ini adalah
karena sampai saat ini, antara Indonesia dengan Timor Leste belum ada
kerjasama bilateral di bidang kehutanan. Indonesia sebagai negara tetangga
dinilai memiliki peran penting dalam kemajuan negara Timor Leste.
Keinginan pemerintah Timor Leste menjalin kerjasama bilateral bidang
kehutanan dengan Indonesia, disampaikan oleh Direktur Penanaman,
Direktorat Kehutanan Timor Leste, pada kunjungannya di Departemen
Kehutanan pada bulan Juli 2008.
7. Bidang Industri
Pemerintah Indonesia dan Timor Leste sepakat mendorong perkembangan
ekonomi bilateral agar lebih pesat lagi, terutama dalam sektor industri,
perdagangan dan investasi. Melalui kerjasama ini diharapkan membawa
manfaat besar bagi kesejahteraan kedua negara. Di bidang industri, cakupan
kerja sama yang akan dibangun kedua negara meliputi peningkatan kapasitas
sumber daya manusia (SDM), peningkatan kemampuan institusional, program
pelatihan di bidang industri tertentu, pertukaran informasi, pelatihan teknis,
-
54
bantuan tenaga ahli, serta promosi produk industri dan kegiatan lainnya yang
disepakati kedua belah pihak.
“Dalam upaya peningkatan kapasitas SDM, kami telah berkomitmen
untuk mendukung Pemerintah Timor Leste dengan nilai sebesar USD 6
juta yang dilaksanakan sejak tahun 2013-2017 melalui program kerja
sama teknik luar negeri yang dilakukan oleh berbagai Kementerian dan
Lembaga terkait,” (Menperin,2016)
Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan kerjasama teknik sektor industri,
Kemenperin memiliki berbagai unit kerja di bawah koordinasi Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri yang kompeten di bidangnya masing-
masing dan telah berpengalaman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berskala internasional. Lembaga litbang itu, antara lain: Balai Besar Keramik;
Balai Besar Tekstil; Balai Besar Pulp dan Kertas; Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik; Balai Besar Logam dan Mesin; Balai Besar Kulit, Karet dan
Plastik; Balai Besar Kerajinan dan Batik; Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri; Balai Besar Industri Hasil Perkebunan; Balai Besar
Kimia dan Kemasan, serta Balai Besar Industri Agro. Sejak tahun 2011-2016,
Kemenperin melalui Balai Besar tersebut telah mengimplementasikan
sebanyak 15 pembangunan kapasitas di berbagai sektor, antara lain:
pengolahan makanan, tekstil, pengelasan, keramik, kerajinan batok kelapa,
serta magang dalam bidang tenun, alas kaki, dan pengolahan makanan.