bab iv analisis dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden digunakan untuk
memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data
yang menggambarkan karakteristik responden
merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil
penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini
disajikan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, status perkawinan, golongan, gaji, gaji
pasangan, dan jumlah anggota keluarga. Ringkasan
berbagai karakteristik tersebut dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori N %
Jenis Kelamin Laki-Laki 52 26.0
Perempuan 148 74.0
Total 200 100.0
Usia 20 – 29 63 31.5
30 – 39 63 31.5
40 – 49 43 21.5
≥ 50 24 12.0
Tidak mengisi 7 3.5
Total 200 100.0
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
58
Tabel 4.1 (Lanjutan) Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori N %
Pendidikan Terakhir SMA 30 15
D1 0 0.0
D2 0 0.0
D3 64 32.0
S1 82 41.0
S2 16 8.0
Tidak mengisi 8 4.0
Total 200 100.0
Status Perkawinan Belum Menikah 49 24.5
Menikah 151 75.5
Total 200 100.0
Golongan
2 81 40.5
3 106 53.0
4 13 6.5
Total 200 100.0
Gaji 1.000.000 – 1.999.999 16 8.0
2.000.000 – 2.999.999 160 80.0
3.000.000 – 3.999.999 19 9.5
≥ 4.000.000 5 2.5
Total 200 100.0
Gaji Pasangan 1.000.000 – 1.999.999 81 40.5
2.000.000 – 2.999.999 115 57.5
3.000.000 – 3.999.999 4 2.0
Total 200 100.0
Jumlah Anggota Keluarga
2 8 4.0
3 31 15.5
4 60 30.0
5 21 10.5
6 14 7.0
7 7 3.5
Tidak mengisi 59 29.5
Total 200 100.0
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
59
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa
responden terbanyak dalam penelitian ini berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah 148 responden
(74,0%), dimana sebagian besar responden (63%) berada
pada kisaran usia 20-39 tahun. Selanjutnya dari 200
responden tersebut, kebanyakan memiliki tingkat
pendidikan terakhir S1 dengan jumlah 82 responden,
diikuti dengan pendidikan D3 sebanyak 64 responden.
Pada karakteristik status perkawinan menunjukkan
bahwa mayoritas responden telah menikah yaitu sebesar
75.5%. Sementara itu, dari karakteristik golongan,
sebagian besar responden bekerja sebagai PNS dengan
golongan 3 pada berbagai tingkatan, dengan kisaran gaji
antara Rp. 2.000.000 – Rp. 2.999.999. Sedangkan pada
karakteristik gaji pasangan, diantara 200 responden
sebagian besar pendapatan pasangan berkisar antara Rp.
2.000.000 – Rp. 2.999.999. Terakhir, pada karakteristik
jumlah anggota keluarga, sebagian besar responden
memiliki jumlah anggota keluarga antara 3 sampai
dengan 4 orang dalam satu keluarga.
60
4.2. Uji Asumsi-asumsi Structural Equation
Model
4.2.1 Uji Normalitas
Normalitas data pada masing-masing variabel
merupakan langkah yang penting pada setiap analisis
multivariate, khususnya bila diestimasi dengan
menggunakan Maximum Likelihood Estimation Technique.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria
critical ratio skewness value sebesar + 2,58 pada tingkat
signifikansi 1% atau 0,01 (Ghozali, 2008). Data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi norma jika critical
ratio skewness value dibawah nilai mutlak 2,58. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa nilai
critical ratio (CR) positif terbesar adalah 7,310 dan CR
negatif terbesar adalah -8,932. Jadi nilai CR lebih besar
dari ± 2,58. Selain itu pada kolom CR untuk multivariate
nilainya adalah 82,726 dan dibandingkan dengan nilai
mutlaknya 2,58 maka dapat disimpulkan bahwa
distribusi data tidak normal. Ketidaknormalan distribusi
data dikarenakan adanya data outlier. Untuk mengetahui
data outlier maka selanjutnya dilakukan uji outliers.
61
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Y4 1,000 7,000 -,486 -2,802 -,154 -,444
Y5 1,000 7,000 -,999 -5,756 ,074 ,214
Y6 2,000 7,000 -1,220 -7,028 1,775 5,110
Y1 1,000 7,000 -,236 -1,359 -,849 -2,443
Y2 1,000 7,000 -,924 -5,322 ,458 1,318
Y3 2,000 7,000 -,994 -5,726 ,425 1,224
X19 1,000 7,000 -,794 -4,575 -,285 -,821
X20 1,000 7,000 -,563 -3,241 ,075 ,216
X21 1,000 7,000 ,202 1,162 -,860 -2,478
X22 1,000 7,000 -,698 -4,021 -,254 -,730
X23 1,000 7,000 -,360 -2,075 -,542 -1,561
X24 2,000 7,000 -,773 -4,455 -,141 -,406
X25 2,000 7,000 -,808 -4,654 ,377 1,085
X26 1,000 7,000 -,918 -5,284 1,269 3,655
X27 2,000 7,000 -,194 -1,115 -,072 -,207
X28 2,000 7,000 -,813 -4,680 ,194 ,559
X29 2,000 7,000 -,642 -3,696 -,283 -,815
X18 1,000 7,000 -,260 -1,499 -,378 -1,088
X17 1,000 7,000 -,364 -2,098 -,616 -1,774
X16 1,000 7,000 -,505 -2,908 -,441 -1,271
X15 1,000 7,000 -,988 -5,689 -,084 -,243
X14 2,000 7,000 -,567 -3,265 -,494 -1,422
X7 1,000 7,000 ,267 1,537 -1,107 -3,188
X6 1,000 7,000 -,512 -2,950 -,877 -2,525
X5 1,000 7,000 ,060 ,346 -1,528 -4,399
X4 1,000 7,000 ,165 ,948 -1,051 -3,026
X3 1,000 7,000 1,269 7,310 ,202 ,582
X2 1,000 7,000 -1,025 -5,900 ,137 ,394
X1 1,000 7,000 ,131 ,755 -,941 -2,711
X13 3,000 7,000 -1,313 -7,562 1,556 4,481
X12 2,000 7,000 -1,501 -8,643 2,954 8,507
X11 3,000 7,000 -1,301 -7,495 1,485 4,275
X10 3,000 7,000 -1,289 -7,424 1,183 3,407
X9 2,000 7,000 -1,551 -8,932 2,456 7,072
X8 2,000 7,000 -1,449 -8,342 1,024 2,947
Multivariate
596,892 82,726
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
62
4.2.2 Uji Outliers
Outliers adalah observasi yang muncul dengan
nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun
multivariat karena kombinasi karakteristik unik yang
dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari
observasi-observasi lainnya (Hair dkk. dalam Ferdinand,
2002). Outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu
analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap
multivariate outliers.
1. Univariate Outliers
Deteksi terhadap adanya univariate outliers
dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang
batas yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan
cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam
standard score atau yang biasa disebut “z-score”, yang
memiliki nilai rata-rata nol dengan standar deviasi
sebesar satu (Hair et al., 2006). Untuk sampel besar
(di atas 80 observasi), pedoman evaluasinya adalah
nilai ambang batas dari z-score berada pada rentang 3
sampai dengan 4. Oleh karena itu, kasus-kasus atau
observasi-observasi yang mempunyai z-score ≥ 4,0
akan dikategorikan sebagai outliers. Pengujian
univariate outliers ini dilakukan per konstruk variabel
dengan program SPSS 16.0, yang hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
63
Tabel 4.3 Deskriptive Statistics-Zscore
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Zscore(X1) 200 -1.629 2.393 .000 1.000
Zscore(X2) 200 -2.417 1.254 .000 1.000
Zscore(X3) 200 -.797 2.267 .000 1.000
Zscore(X4) 200 -1.487 2.208 .000 1.000
Zscore(X5) 200 -1.355 1.554 .000 1.000
Zscore(X6) 200 -2.135 1.365 .000 1.000
Zscore(X7) 200 -1.325 1.715 .000 1.000
Zscore(X8) 200 -3.075 .740 .000 1.000
Zscore(X9) 200 -3.956 .874 .000 1.000
Zscore(X10) 200 -3.564 .843 .000 1.000
Zscore(X11) 200 -3.258 .814 .000 1.000
Zscore(X12) 200 -3.834 .977 .000 1.000
Zscore(X13) 200 -4.273 .754 .000 1.000
Zscore(X14) 200 -2.140 1.451 .000 1.000
Zscore(X15) 200 -2.787 .962 .000 1.000
Zscore(X16) 200 -2.318 1.492 .000 1.000
Zscore(X17) 200 -2.475 1.528 .000 1.000
Zscore(X18) 200 -2.200 1.626 .000 1.000
Zscore(X19) 200 -3.179 1.136 .000 1.000
Zscore(X20) 200 -2.910 1.391 .000 1.000
Zscore(X21) 200 -1.786 1.710 .000 1.000
Zscore(X22) 200 -2.887 1.137 .000 1.000
Zscore(X23) 200 -2.413 1.299 .000 1.000
Zscore(Y1) 200 -2.383 1.331 .000 1.000
Zscore(Y2) 200 -3.468 1.046 .000 1.000
Zscore(Y3) 200 -3.072 1.046 .000 1.000
Zscore(Y4) 200 -3.146 1.447 .000 1.000
Zscore(Y5) 200 -3.301 .864 .000 1.000
Zscore(Y6) 200 -3.648 1.197 .000 1.000
Zscore(X24) 200 -3.254 1.016 .000 1.000
Zscore(X25) 200 -3.818 1.166 .000 1.000
Zscore(X26) 200 -3.707 1.460 .000 1.000
Zscore(X27) 200 -3.095 1.601 .000 1.000
Zscore(X28) 200 -3.399 1.067 .000 1.000
Zscore(X29) 200 -3.178 1.193 .000 1.000
Valid N (listwise)
200
Sumber : hasil pengolahan SPSS 16.0, 2012
64
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua nilai yang
telah distandarisasi dalam bentuk z-score mempunyai
rata-rata sama dengan nol dengan standar deviasi
sebesar satu, sehingga hal ini sesuai dengan teori di
atas. Begitupun dengan hasil komputasi yang
menunjukkan sebagian besar observasi memiliki nilai
z-score kurang dari + 4,0, kecuali z-score (X13).
2. Multivariate Outliers
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu
dilakukan sebab meskipun data yang dianalisa
menunjukkan tidak adanya outliers pada tingkat
univariat, tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi
outliers jika sudah dikombinasikan. Jarak
Mahalanobis (the Mahalanobis distance) digunakan
untuk melihat ada tidaknya outliers secara
multivariate. Uji terhadap multivariate outliers
dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak
Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak
Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2
pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
digunakan 35 variabel, sehingga kriteria jarak
mahalanobis pada tingkat p < 0,001 dengan 35
variabel, yaitu χ2 (35, 0,001) = 66,62 adalah outlier
multivariate.
65
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
SPSS 16.0 seperti tampak pada dalam tabel 4.4
berikut ini, dapat diketahui bahwa jarak Mahalanobis
maximum adalah 35,490 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat multivariate outliers.
Tabel 4.4
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation N
Predicted Value 8.7084 20.6087 16.6100 2.37002 200
Std. Predicted Value -3.334 1.687 .000 1.000 200
Standard Error of Predicted Value
.205 .906 .380 .111 200
Adjusted Predicted Value
8.9057 20.5915 16.6045 2.38751 200
Residual -1.24617E1
7.50925 .00000 2.08343 200
Std. Residual -5.890 3.550 .000 .985 200
Stud. Residual -6.110 3.928 .001 1.013 200
Deleted Residual -1.34076E1
9.19510 .00553 2.20911 200
Stud. Deleted Residual
-6.786 4.084 -.002 1.041 200
Mahal. Distance .871 35.490 5.970 4.575 200
Cook's Distance .000 .495 .009 .046 200
Centered Leverage Value
.004 .178 .030 .023 200
Hasil Pengolahan SPSS 16.0 , 2012
4.3. Uji Pemodelan Structural Equation Model
Ferdinand (2002) mengemukakan bahwa
pemodelan SEM dapat dilakukan dengan pendekatan dua
langkah (two-stepmodelling approach) yaitu : (1)
66
mengembangkan model pengukuran (measurement model)
yang bertujuan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi
atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya,
dimana akan diestimasi dengan teknik Confirmatory
Factor Analysis, dan (2) model struktural (structural
model) adalah model mengenai struktur hubungan yang
membentuk atau menjelaskan kausalitas antar faktor,
dimana akan diestimasi dengan teknik Full Structural
Equation Model.
4.3.1 Confirmatory Factor Analysis
Menurut Ferdinand (2002), teknik Confirmatory
Factor Analysis (analisis faktor konfirmatori) ini ditujukan
untuk mengestimasi measurement model, menguji
unidimensionalitas dari konstruk-konstruk eksogen dan
konstruk-konstruk endogen. Selanjutnya disebut sebagai
teknik analisis faktor konfirmatori, sebab pada tahap ini
model akan mengkonfirmasi apakah variabel yang
diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis.
4.3.1.1 Uji Konfirmatori antar Konstruk Eksogen
Hair et al., (2006) mengemukakan bahwa konstruk
eksogen adalah variabel yang memengaruhi variabel lain
tanpa pernah dipengaruhi oleh variabel lain dalam satu
rangkaian hubungan kausalitas antar variabel. Konstruk
Eksogen dikenal juga sebagai “source variables” atau
“independent variables” yang tidak diprediksi oleh
67
variabel yang lain dalam model (Ferdinand, 2002). Dalam
model ini, konstruk eksogen ada 5 yaitu : (1) power-
prestige, (2) retention-time, (3) norma subjektif, (4) kontrol
perilaku, dan (5) conscientiousness seperti tampak dalam
gambar 4.1. Selanjutnya hasil pengolahan uji
konfirmatori antar konstruk eksogen dapat dilihat dalam
tabel 4.5, dimana hasilnya menunjukkan model tidak fit.
Menurut Ghozali (2008), untuk memperbaiki model
menjadi fit maka harus dilihat nilai convergent validity
yaitu indikator dengan loading factor yang berada di
bawah 0,50 dapat dinyatakan tidak valid sebagai
pengukur konstruk eksogen sehingga harus dikeluarkan
dari analisis. Datanya dapat dilihat pada tabel 4.6.
68
Gambar 4.1 Posisi awal Uji Konfirmatori Konstruk Eksogen
Kelima variabel konstruk
,31
power
X11,74
e1
1,00
1X2
1,72
e2
1,75
1X3
1,00
e3
3,041
X42,26
e41,091
X52,75
e5 2,201
X61,62
e62,06
1X7
2,01
e72,50
1
1,22
retention
X8,49
e8
1,00
1X9
,48
e9
,701
X10
,26
e10,691
X11
,40
e11 ,681X12
,37
e12 ,76
1X13
,31
e13,51
1
,69
norma
X14
1,18
e14
1,00
1X15
1,56
e15
1,051
X16
1,02
e161,421
X17
,32
e17 1,641
X18,64
e181,60
1
,26
kontrol
,30
conscientiousness
X19
1,66
e19
1,00
1X20
,79
e20
2,101
X21
1,49
e212,351
X22
1,36
e22 1,801
X23
1,18
e232,30
1
X24
1,06
e24
1,00
1X25
,51
e25
1,281
X26
,59
e261,571
X27
,43
e27 1,521X28
,17
e28 1,89
1X29
,25
e291,87
1
,23
,34
,15
,11
-,07
,08
,12
,30
,29
,16
Chi-Square=2301,156p=,000
GFI=,554AGFI=,471
TLI=,536CFI=,581
RMSEA=,163df=367
cmin/df=6,270
69
Tabel 4.5 Posisi awal Goodness-of-fit Indices
Konstruk Eksogen
Goodness-of-fit
Index
Cut-off Value Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil
2301,156 Kurang Baik
Significance Probability
≥ 0.05 0.000 Kurang Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.163 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2.00 6,270 Kurang Baik
GFI ≥ 0.90 0.554 Kurang Baik
AGFI ≥ 0.90 0.471 Kurang Baik
TLI ≥ 0.90 0.536 Kurang Baik
CFI ≥ 0.95 0.581 Kurang Baik
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
Tabel 4.6
Squared Multiple Correlations : (Group number 1 - Default model)
Estimate
X29
,802 X28
,865
X27
,612 X26
,557
X25 ,486 X24
,214
X18
,758 X17
,875
X16
,551 X15
,268
X14 ,281 X23
,525
X22 ,389 X21
,468
X20
,568 X19
,135
X7
,531
70
Estimate
X6 ,400 X5
,360
X4 ,136 X3
,756
X2 ,318 X1
,147
X13
,509 X12
,658
X11
,574 X10
,703
X9
,569 X8
,721
Dari tabel 4.6 tersebut terlihat bahwa indikator
yang dibuang karena nilainya kurang dari 0,50 adalah
X1, X2, X4, X5, X6, X14, X15, X19, X21, X22, X24, dan
X25. Selanjutnya hasil output revisi model tampak
seperti di gambar 4.2.
Hasil chi-squares 151,074 dengan probabilitas p =
0,060 begitu juga nilai kriteria fit CMIN/DF, GFI, AGFI,
TLI, CFI dan RMSEA menunjukkan nilai fit seperti
tampak pada tabel 4.7 sehingga menunjukkan model
telah fit.
71
Gambar 4.2
Posisi akhir Uji Konfirmatori Konstruk Eksogen Kelima variabel konstruk
72
Tabel 4.7 Posisi akhir Goodness-of-fit Indices
Konstruk Eksogen
Goodness-of-fit
Index
Cut-off Value Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil 151,074 Baik
Significance Probability
≥ 0.05 0.060 Baik
CMIN\DF ≤ 2.00 1,386 Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.065 Baik
GFI ≥ 0.90 0.914 Baik
AGFI ≥ 0.90 0.998 Baik
TLI ≥ 0.90 0.913 Baik
CFI ≥ 0.95 0.970 Baik
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
4.3.1.2 Uji Konfirmatori antar Konstruk Endogen
Hair et al., (2006) mengemukakan bahwa konstruk
endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain tetapi bisa saja variabel ini pada saat bersamaan
juga memengaruhi variabel lain dalam suatu hubungan
kausalitas antar variabel. Dalam model ini, konstruk
endogen ada 2 yaitu : (1) niat melakukan perilaku self-
control dalam mengelola keuangan pribadi dan (2)
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
Selanjutnya uji konfirmatori kedua konstruk
endogen tampak dalam gambar 4.3, dimana keseluruhan
hasilnya dapat dilhat pada tabel 4.8 yang menunjukkan
model tidak fit.
73
Gambar 4.3 Posisi awal Uji Konfirmatori Konstruk Endogen
Kedua variabel konstruk
Tabel 4.8
Posisi awal Goodness-of-fit Indices Konstruk Endogen
Goodness-of-fit Index
Cut-off Value Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil 114,557 Kurang Baik
Significance Probability
≥ 0.05 0.000 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2.00 14,320 Kurang Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.259 Kurang Baik
GFI ≥ 0.90 0.848 Kurang Baik
AGFI ≥ 0.90 0.600 Kurang Baik
TLI ≥ 0.90 0.650 Kurang Baik
CFI ≥ 0.95 0.813 Kurang Baik
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
niat
Y11,38
e301,00
1Y2
,70
e31,931
Y3,51
e32 ,891
perilaku
Y4,74
e33
1,00
1Y5
1,15
e34
,98
1Y6
,50
e35
,76
1
1,21
z11
,18
z21,80
data awal:Chi-Square=114,557
p=,000GFI=,848
AGFI=,600TLI=,650CFI=,813
RMSEA=,259Cmin/df=14,320
74
Untuk memperbaiki model menjadi fit maka harus
dilihat nilai convergent validity yaitu indikator dengan
loading factor yang berada di bawah 0,50 dapat
dinyatakan tidak valid. Datanya dapat dilihat pada tabel
4.9 dibawah ini, dimana hasilnya menunjukkan bahwa
indikator yang harus dibuang karena nilainya kurang
dari 0,50 adalah Y1 dan Y5. Selanjutnya hasil output
revisi model seperti tampak pada gambar 4.4.
Hasil chi-squares 9,089 dengan probabilitas p =
0,071 begitu juga nilai kriteria fit CMIN/DF, GFI, AGFI,
TLI, CFI dan RMSEA menunjukkan nilai fit seperti
tampak pada tabel 4.10 sehingga menunjukkan model
telah fit.
Tabel 4.9 Squared Multiple Correlations : (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y6
,517
Y5
,441
Y4
,569
Y3
,645
Y2
,597
Y1
,471
75
Gambar 4.4
Posisi akhir Uji Konfirmatori Konstruk Endogen Kedua variabel konstruk
Tabel 4.10 Posisi akhir Goodness-of-fit Indices
Konstruk Endogen
Goodness-of-fit
Index
Cut-off Value Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil 9,089 Baik
Significance Probability
≥ 0.05 0.071 Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.074 Baik
GFI ≥ 0.90 0.976 Baik
AGFI ≥ 0.90 0.959 Baik
TLI ≥ 0.90 0.923 Baik
CFI ≥ 0.95 0.970 Baik
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
76
4.3.2 Full Structural Equation Model Analysis
Menurut Ferdinand (2002), teknik Full Structural
Equation Model digunakan untuk menguji model
kausalitas yang telah dinyatakan sebelumnya dalam
berbagai hubungan sebab-akibat (causal model). Melalui
analisis ini akan terlihat ada tidaknya kesesuaian model
dan hubungan kausalitas yang dibangun dalam model
yang diuji.
4.3.2.1 Uji Kesesuaian Model
Setelah dilakukan analisis faktor konfirmatori,
langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi model
full structural yang hanya memasukkan indikator
konstruk eksogen dan endogen yang telah diuji dengan
analisis faktor konfirmatori, dimana hasilnya tampak
pada gambar 4.5 berikut ini.
Selanjutnya pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa
hasil chi-square sebagai kriteria model fit menunjukkan
nilai sebesar 1454,625 dengan probabilitas p = 0.000.
Selain itu kriteria fit lainnya yakni GFI, AGFI, TLI, CFI,
RMSEA dan CMIN/DF berada di nilai kritis. Hal ini
menunjukkan bahwa model tidak fit.
77
Gambar 4.5 Posisi awal Full Model Struktural
2,39
powerX7
1,53
e71,001
X31,30
e3 1,031
1,25
retention
X8,45
e8
1,00
1X9
,47
e9
,691
X10,24
e10,691
X11,43
e11 ,661X12
,41
e12 ,731
X13,32
e13
,50
1
1,16
norma
X161,25
e161,00
1X17
,07
e171,351
X18,69
e18 1,221
,99
conscientiousness
X29
,31
e29
1,00
1
X28
,10
e28
1,08
1
X27
1,13
e271
X26
,60
e26
,87
1
1,00
kontrol
X20,94
e20
1,00
1X231,03
e23
1,24
1
niat
Y3
,51
e32
1,00
1
Y2
,76
e31
1,02
1
,16
z1
1 perilaku
Y6
,52
e35
1,00
1
Y4
,81
e33
1,29
1
,03
z2
1
-,16
,08
,08 ,45
,67
,74
-,02
Chi-Square=1454,625p=,000
GFI=,626AGFI=,528
TLI=,562CFI=,618
RMSEA=,187CMIN/DF=7,949
78
Tabel 4.11 Posisi awal Goodness-of-fit Indices
Full Model Struktural
Goodness-of-fit Index
Cut-off Value Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil 1454,625 Kurang Baik
Significance Probability
≥ 0.05 0.000 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2.00 7,949 Kurang Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.187 Kurang Baik
GFI ≥ 0.90 0.626 Kurang Baik
AGFI ≥ 0.90 0.528 Kurang Baik
TLI ≥ 0.90 0.562 Kurang Baik
CFI ≥ 0.95 0.618 Kurang Baik
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
Oleh karena model tidak fit, perlu dilakukan
modifikasi untuk membuat model menjadi fit, dimana
modifikasi model dilakukan dengan mengkorelasikan e3,
e7, e9, e10, e11, e13, e18, e23, e26, e27, e28, e29, e31,
e32, dan e33 sebagimana terdapat di gambar 4.6 berikut
ini. Dari hasil evaluasi terhadap model yang telah
dimodifikasi yang tampak dalam tabel 4.12 tersebut
meenunjukkan bahwa model secara keseluruhan telah
memenuhi beberapa kriteria statistik yang disyaratkan,
meskipun terdapat nilai CFI yang belum memenuhi
batasan goodness-of-fit atau marginal. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa model telah fit.
79
Gambar 4.6 Posisi Akhir Full Model Struktural
80
Tabel 4.12 Posisi akhir Goodness-of-fit Indices
Full Model Struktural
Goodness-of-fit
Index
Cut-off Value Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil 101,209 Baik
Significance Probability
≥ 0.05 0.070 Baik
CMIN/DF ≤ 2.00 1,391 Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.079 Baik
GFI ≥ 0.90 0.900 Baik
AGFI ≥ 0.90 0.935 Baik
TLI ≥ 0.90 0.997 Baik
CFI ≥ 0.95 0.914 Marginal
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
4.3.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi
internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang
menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing
indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk laten
yang umum (Ferdinand, 2002). Disebutkan bahwa ada
dua cara yang dapat digunakan yaitu : composite atau
construct reliability dan variance extract. Cut-off value dari
contruct reliability adalah minimal 0,70 sedangkan cut-off
value dari variance extract minimal 0,50. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan construct reliability
dengan rumus sebagai berikut :
Construct Reliability = �∑ ���������� �������
�∑ ���������� ��������∑��
Dimana :
81
a) Standardized loading diperoleh dari standardized
loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat
dari hasil output perhitungan AMOS 7.0 seperti
dalam tabel 4.13 di bawah.
b) εj adalah measurement error dari tiap-tiap
indikator yang besarnya sama dengan
εj = 1 – standardized loading2
Adapun hasil pengujian reliabilitasnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Construct Reliability
Estimate
Construct Reliability
X7 <--- power ,588 0,749
X3 <--- power ,783
X8 <--- retention ,794
0,958
X9 <--- retention ,841
X10 <--- retention ,880
X11 <--- retention ,758
X12 <--- retention ,911
X13 <--- retention ,761
X16 <--- norma ,720
0,934 X17 <--- norma ,955
X18 <--- norma ,868
X29 <--- conscientiousness ,902
0,965 X28 <--- conscientiousness ,928
X27 <--- conscientiousness ,902
X26 <--- conscientiousness ,817
X20 <--- kontrol ,756 0,811
X23 <--- kontrol ,730
Y3 <--- niat ,801 0,851
Y2 <--- niat ,768
Y6 <--- perilaku ,651 0,749
Y4 <--- perilaku ,720
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
82
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa semua nilai
construct reliability lebih besar dari 0.7. Hal ini
menandakan bahwa semua konstruk penelitian adalah
reliabel.
4.4. Statistik Deskriptif
Gambaran mengenai variabel sikap terhadap uang
yang terdiri atas power-prestige dan retention-time, norma
subjektif, kontrol perilaku, conscientiousness, niat
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi serta perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi akan dibahas dalam bagian
analisis statistik deskriptif berikut ini, baik terhadap
variabel secara keseluruhan maupun terhadap setiap
indikator dari variabel yang diteliti.
Adapun yang dibahas dalam analisis statistik
deskriptif ini hanya indikator yang tersisa dari konstruk
eksogen dan endogen yang telah melewati uji pemodelan
Structural Equation Model secara keseluruhan dan
dinyatakan valid seperti yang tampak dalam posisi akhir
Full Model Struktural (gambar 4.6) yang telah dipaparkan
sebelumnya.
83
4.4.1 Statistik Deskriptif Sikap Terhadap Uang
Variabel sikap terhadap uang diukur dengan
menggunakan dua subvariabel yakni : power-prestige
yang terdiri dari 2 indikator dan retention-time yang
terdiri dari 6 indikator. Deskripsi jawaban responden
untuk variabel sikap terhadap uang diuraikan pada tabel
4.14 berikut ini.
Data statistik deskriptif pada tabel 4.14 untuk
panel A mengenai power-prestige menunjukkan skor rata-
rata power-prestige secara keseluruhan adalah 3,128. Hal
ini berarti sikap terhadap uang yang ditunjukkan melalui
dimensi power-prestige dipersepsikan cenderung rendah
oleh responden. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut dari
nilai rata-rata tertinggi pernyataan sebesar 3,675, dimana
mayoritas responden sebanyak 60 memilih netral (antara
setuju dan tidak) bahwa uang merupakan simbol
kesuksesan. Sementara nilai rata-rata terendah sebesar
2,580, dimana sebanyak 79 responden memilih tidak
setuju jika uang digunakan untuk memengaruhi orang
lain. Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 1,974 menunjukkan bahwa jawaban
responden sangat bervariasi, dimana jawaban responden
menyebar ke dalam tujuh kategori dengan
kecenderungan yang berbeda-beda.
Selanjutnya tabel 4.14 untuk panel B mengenai
retention-time, rata-rata secara keseluruhannya sebesar
6,149. Ini berarti bahwa sikap terhadap uang yang
84
ditunjukkan melalui dimensi retention-time dipersepsikan
sangat tinggi oleh responden. Hal ini menunjukkan
bahwa responden sangat setuju jika pengelolaan
keuangan pribadi dilakukan dengan berhati-hati atau
cermat yang akan mengarah kepada penghematan,
dimana responden melakukan penganggaran uang setiap
bulannya sehingga mengurangi kecemasan yang
selanjutnya berdampak pada rasa aman. Responden
peduli terhadap setiap pengeluaran uang mereka dan
melakukan perencanaan keuangan untuk masa depan
mereka dengan cara menabung untuk mempersiapkan
hari tua. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata tiga indikator
retention-time yang masuk dalam kategori sangat tinggi,
dimulai dari perencanaan keuangan untuk masa depan,
peduli dengan pengeluaran uang dan menabung untuk
persiapan hari tua. Selanjutnya tiga indikator berikutnya
yaitu penganggaran uang, penghematan dan berhati-hati
dalam menggunakan uang masuk dalam kategori tinggi.
Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 1,015 menunjukkan bahwa jawaban
responden sangat bervariasi, dimana jawaban responden
menyebar ke dalam tujuh kategori dengan
kecenderungan yang berbeda-beda.
Lebih lanjut, tabel 4.14 juga memberikan informasi
bahwa rata-rata skor untuk sikap terhadap uang secara
keseluruhan adalah 4,639 dengan standar deviasi
sebesar 1,495. Hal ini berarti bahwa persepsi responden
85
terhadap sikap terhadap uang secara keseluruhan berada
pada kategori cenderung tinggi, dimana diantara kedua
subvariabel, retention-time yang mendominasi dengan
total skor rata-rata secara keseluruhan sebesar 6,149.
Hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung
mempunyai sikap terhadap uang sebagai retention-time,
dimana sikap ini merefleksikan sikap positif yang apabila
dikaitkan dengan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi maka dapat dikatakan bahwa sikap
retention-time responden mencerminkan sikap yang
positif terhadap perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi.
Dengan demikian, berdasarkan keseluruhan data
tampak jelas bahwa dalam variabel sikap terhadap uang,
responden yang merupakan PNS di lingkup Pemerintah
Kabupaten Rote Ndao cenderung kurang power-prestige
dan lebih memilih bersikap terhadap uang sebagai
retention-time. Atau dengan kata lain PNS di lingkup
Pemerintah Kabupaten Rote Ndao lebih memilih sikap
self-control dalam mengelola keuangan pribadi mereka.
86
Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Variabel Sikap Terhadap Uang
PERNYATAAN Frekuensi Jawaban Responden Skor Rata-rata Standar
Deviasi
1 2 3 4 5 6 7
PANEL A : POWER-PRESTIGE
1. Saya menggunakan uang untuk memengaruhi orang lain agar berbuat sesuatu bagi saya
71 79 1 4 22 3 20 516 2,580 1,963
2. Saya percaya bahwa uang merupakan simbol kesuksesan
33 45 5 60 10 22 25 735 3,675 1,985
Total 1215 6,255 3,948
Rata-rata 625,5 3,128 1,974
PANEL B : RETENTION-TIME
1. Saya merasa lebih aman jika melakukan penghematan
0
2
19
8
11
65 95
1203
6,015
1,309
2. Melakukan penganggaran uang setiap bulannya dapat mengurangi kecemasan saya
0 2 3 18 8 93 76 1215 6,075 1,037
3. Saya peduli dengan setiap pengeluaran uang yang saya miliki
0 0 1 17 10 80 92 1245 6,225 0,921
4. Saya menabung untuk mempersiapkan hari tua saya
0 0 6 4 33 59 98 1239 6,195 0,986
5. Saya sangat berhati-hati dalam menggunakan uang
0 4 1 13 24 92 66 1197 5,985 1,039
6. Saya melakukan perencanaan keuangan untuk masa depan
0 0 1 4 21 62 112 1280 6,400 0,796
Total 7379 36,895 6,088
Rata-rata 1229,8 6,149 1,015
Rata-rata Sikap Terhadap Uang 927,650 4,639 1,495
Sumber : lampiran 8, statistik deskriptif jawaban responden, 2012.
87
4.4.2 Statistik Deskriptif Norma Subjektif
Variabel norma subjektif diukur dengan
menggunakan tiga indikator. Adapun hasil statistik
deskriptif dari variabel norma subjektif dipaparkan pada
tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa skor rata-rata
norma subjektif secara keseluruhan adalah 4,643. Hal ini
dapat diartikan bahwa norma subjektif dipersepsikan
cenderung berpengaruh oleh responden. Hal ini
menunjukkan bahwa responden cukup setuju jika
tekanan sosial dapat memengaruhi perilaku self-control
mereka dalam mengelola keuangan pribadi. Tekanan
sosial tersebut ditunjukkan dengan adanya rekan kerja
yang cenderung tidak boros dalam membelanjakan
uangnya dengan rata-rata skor sebesar 4,695, warga di
lingkungan sekitar yang cenderung cermat dalam
menggunakan uangnya dengan rata-rata skor sebesar
4,750 dan tetangga yang cenderung hemat dengan rata-
rata skor sebesar 4,485 sehingga responden merasa
bahwa perilaku self-control dalam mengelola keuangan
pribadi mereka cukup terpengaruh dengan adanya
perilaku self-control dari lingkungannya tersebut.
Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 1,532 menunjukkan jawaban
responden menyebar ke dalam tujuh kategori dengan
88
kecenderungan yang berbeda-beda atau sangat
bervariasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PNS di
lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao cenderung
dipengaruhi oleh norma subjektif yang cenderung self-
control dalam mengelola keuangan pribadi.
89
Tabel 4.15 Statistik Deskriptif Variabel Norma Subjektif
PERNYATAAN Frekuensi Jawaban Responden Skor Rata-
rata Standar Deviasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Rekan kerja cenderung tidak boros dalam membelanjakan uangnya
6 19 14 45 43 53 20 939 4,695 1,557
2. Warga di lingkungan sekitar saya cenderung cermat dalam menggunakan
uangnya
0 26 3 63 32 55 21 950 4,750 1,479
3. Tetangga saya cenderung berhemat dalam menggunakan uang yang dimilikinya
9 15 14 77 23 41 21 897 4,485 1,559
Total 2786 13,930 4,595
Rata-rata 928,67 4,643 1,532
Sumber : lampiran 8, statistik deskriptif jawaban responden, 2012.
90
4.4.3 Statistik Deskriptif Kontrol Perilaku
Variabel Kontrol perilaku diukur dengan
menggunakan dua indikator. Adapun hasil statistik
deskriptif jawaban responden untuk variabel kontrol
perilaku dipaparkan pada tabel 4.16 berikut ini.
Berdasarkan jawaban responden pada tabel 4.16
diketahui bahwa skor rata-rata kontrol perilaku secara
keseluruhan adalah 4,990. Angka ini terletak pada
tingkat skala 5 dengan interval jawaban 4,44 – 5,29,
dimana responden menjawab agak setuju terhadap
pernyataan variabel kontrol perilaku. Hal ini berarti
bahwa responden memiliki kontrol perilaku yang
cenderung besar. Kontrol perilaku tersebut terkait
dengan kemudahan untuk melakukan perilaku self-
control dalam mengelola keuangan pribadi, dimana
dengan adanya kontrol perilaku, responden dapat
mengendalikan pengeluaran mereka meskipun tingginya
godaan barang konsumtif yang memberikan tawaran
menarik dan kesempatan yang dimiliki untuk membeli
barang tersebut kecil karena tidak adanya uang yang
cukup untuk membelinya. Keterbatasan sumber daya
yang dimiliki dalam hal ini ketersediaan uang serta
didukung lagi dengan pengendalian diri yang cenderung
tinggi pada akhirnya mempermudah responden untuk
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi mereka. Selanjutnya diantara kedua
indikator variabel kontrol perilaku, terlihat bahwa yang
91
memiliki nilai rata-rata tertinggi (sebesar 5,060) yaitu
indikator yang mencerminkan pengendalian diri. Hal ini
lebih mempertegas bahwa responden memiliki self-control
yang tinggi dalam mengelola keuangan pribadi mereka,
karena sebelumnya dalam variabel sikap terhadap uang
telah lebih dahulu mencerminkan sikap self-control
responden yang sangat tinggi. Sedangkan nilai rata-rata
standar deviasi secara keseluruhan sebesar 1,500
menunjukkan jawaban responden bervariasi.
Berdasarkan keseluruhan data statistik deskriptif
tersebut terlihat bahwa PNS di lingkup Pemerintah
Kabupaten Rote Ndao cenderung memiliki kontrol
perilaku yang besar sehingga memudahkan mereka
untuk melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi, dimana hal tersebut terkait dengan
ketersediaan uang, pengendalian diri serta kesempatan.
92
Tabel 4.16 Statistik Deskriptif Variabel Kontrol Perilaku
PERNYATAAN Frekuensi Jawaban Responden Skor Rata-
rata Standar Deviasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Saya orang yang mudah mengendalikan pengeluaran meskipun tingginya godaan barang konsumtif yang beredar di pasaran
3 10 2 60 39 54 32 1012 5,060 1,395
2. Saya tidak memiliki uang yang cukup untuk berbelanja barang kesukaan saya
4 18 4 57 46 23 48 984 4,920 1,605
Total 1996 9,980 3,000
Rata-rata 998 4,990 1,500
Sumber : lampiran 8, statistik deskriptif jawaban responden, 2012.
93
4.4.4 Statistik Deskriptif Conscientiousness
Variabel conscientiousness diukur dengan
menggunakan empat indikator, dimana tabel 4.17 berikut
ini merupakan data statistik deskriptif yang menyajikan
pernyataan-pernyataan variabel conscientiousness.
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa skor rata-rata
conscientiousness secara keseluruhan adalah 5,510. Hal
ini dapat diartikan bahwa responden memiliki tingkat
conscientiousness yang tinggi, dimana terlihat dari
keempat indikatornya yang menunjukkan nilai rata-rata
yang tinggi. Pertama dengan nilai rata-rata sebesar 5,805
menunjukkan bahwa responden cenderung mengerjakan
sesuatu dengan teliti. Kedua dan ketiga, responden
memiliki disiplin diri dan cenderung rapi dengan nilai
rata-rata berturut-turut sebesar 5,635 dan 5,305.
Indikator yang terakhir dengan nilai rata-rata sebesar
5,295 serta mayoritas responden sebanyak 68 responden
menunjukkan sifat kepribadian yang terorganisir/teratur.
Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 1,122 menunjukkan bahwa variasi
jawaban responden terhadap variabel ini relatif besar
atau sangat bervariasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
mayoritas PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Rote
Ndao memiliki conscientiousness yang tinggi, yang
ditunjukkan dengan sifat yang cenderung rapi, teliti,
memiliki disiplin diri serta terorganisir/teratur.
94
Tabel 4.17 Statistik Deskriptif Variabel Conscientiousness
PERNYATAAN Frekuensi Jawaban Responden Skor Rata-
rata Standar Deviasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Saya cenderung meletakkan segala barang dengan rapi
2 2 11 24 64 73 24 1061 5,305 1,161
2. Saya melakukan segala sesuatu dengan
terorganisir/teratur
0 3 0 45 68 55 29 1059 5,295 1,065
3. Saya cenderung mengerjakan sesuatu dengan teliti
0 2 2 27 35 70 64 1161 5,805 1,119
4. Saya memiliki disiplin diri dalam melakuan suatu kegiatan
0 2 2 40 28 79 49 1127 5,635 1,144
Total 4408 22,040 4.489
Rata-rata 1102 5,510 1,122
Sumber : lampiran 8, statistik deskriptif jawaban responden, 2012.
95
4.4.5 Statistik Deskriptif Niat Melakukan Perilaku
Self-Control Dalam Mengelola Keuangan
Pribadi
Variabel niat melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi diukur dengan
menggunakan dua indikator. Tabel 4.18 berikut ini akan
menyajikan hasil statistik deskriptif dari variabel niat
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi.
Berdasarkan data statistik deskriptif pada tabel
4.18 terlihat bahwa skor rata-rata niat melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
secara keseluruhan adalah 5,670 yang masuk dalam
kategori tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa mayoritas
responden setuju untuk berusaha melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi, yang
dinyatakan responden melalui keinginan yang kuat
untuk menunda pembelian barang yang sifatnya hanya
untuk memuaskan keinginan semata dan akan mencoba
melakukan penghematan dengan cara mengalokasikan
uang yang dimiliki ke dalam pos-pos tertentu sehingga
tidak tergoda untuk menggunakan uang tersebut untuk
kepentingan lain. Apabila dikaitkan dengan theory of
planned behavior yang mengungkapkan bahwa niat
seseorang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan
kontrol perilaku, maka niat yang besar untuk melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
96
yang ditunjukkan oleh responden ini terjadi karena
mereka mempunyai sikap self-control (sikap yang positif),
cenderung dipengaruhi oleh norma subjektif yang
cenderung self-control serta cenderung memiliki kontrol
perilaku yang besar. Selanjutnya nilai rata-rata standar
deviasi secara keseluruhan sebesar 1,272 menunjukkan
bahwa jawaban responden sangat bervariasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PNS di
lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao memiliki niat
yang besar untuk melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi.
97
Tabel 4.18
Statistik Deskriptif Variabel Niat Melakukan Perilaku Self-Control dalam Mengelola Keuangan Pribadi
PERNYATAAN Frekuensi Jawaban Responden Skor Rata-rata
Standar Deviasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Saya mempunyai keinginan yang kuat untuk menunda pembelian barang yang hanya bersifat memuaskan keinginan semata demi mengurangi pengeluaran yang tidak perlu
1 6 4 32 35 60 62 1122 5,610 1,329
2. Saya akan mencoba untuk melakukan penghematan dengan cara
mengalokasikan uang yang dimiliki ke dalam pos-pos tertentu sehingga saya tidak tergoda untuk menggunakan uang tersebut untuk kepentingan lain
0 4 4 33 18 83 58 1146 5,730 1,214
Total 2268 11,340 2,543
Rata-rata 1134 5,670 1,272
Sumber : lampiran 8, statistik deskriptif jawaban responden, 2012.
98
4.4.6 Statistik Deskriptif Perilaku Self-Control Dalam
Mengelola Keuangan Pribadi
Variabel perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi diukur dengan menggunakan dua
indikator. Adapun hasil statistik deskriptif dari variabel
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
dipaparkan pada tabel 4.19 berikut ini.
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa skor rata-rata
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
secara keseluruhan adalah 5,438 dengan standar deviasi
sebesar 1,169. Ini berarti bahwa jawaban responden
menyebar ke dalam tujuh kategori atau sangat bervariasi,
namun mayoritas responden sebanyak 66 dan 107
responden untuk masing-masing indikator setuju dengan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
yang ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam
mengontrol pengeluaran keuangan ketika berada di pusat
perbelanjaan serta melakukan penghematan dengan cara
mengalokasikan uang mereka ke dalam pos-pos tertentu
untuk menghindari kepentingan yang tidak perlu. Terkait
dengan theory of planned behavior yang menjelaskan
bahwa perilaku seseorang pada umumnya didasari oleh
adanya niat untuk berperilaku maka jelaslah bahwa
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
yang ditunjukkan responden didasari oleh adanya niat
yang besar untuk melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi.
99
Dengan demikian, terlihat bahwa mayoritas PNS di
lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menunjukkan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi,
yang dilakukan melalui pembatasan diri dan alokasi
dana/uang dengan tujuan penghematan.
100
Tabel 4.19 Statistik Deskriptif Variabel Perilaku Self-Control dalam Mengelola Keuangan Pribadi
PERNYATAAN Frekuensi Jawaban Responden Skor Rata-
rata
Standar
Deviasi 1 2 3 4 5 6 7
1. Selama ini saya selalu dapat
mengontrol pengeluaran dan
tidak tergoda dengan
tawaran diskon meskipun
berada di pusat perbelanjaan
2 4 11 56 34 66 27 1022 5,110 1,306
2. Saya melakukan
penghematan dengan cara
mengalokasikan uang yang
dimiliki ke dalam pos-pos
tertentu sehingga saya tidak
tergoda untuk menggunakan
uang tersebut untuk
kepentingan lain
0 3 2 23 24 107 41 1153 5,765 1,032
Total 2175 10,875 2,338
Rata-rata 1087,5 5,438 1,169
Sumber : lampiran 8, statistik deskriptif jawaban responden, 2012.
101
4.5. Pengujian Hipotesis
Berikut ini adalah ringkasan output table pengujian
hipotesis penelitian dengan menggunakan AMOS 7.0.
Tabel 4.20 Regression Weights
Estimate S.E. C.R. P Label
niat <--- power -,249 ,043 -5,866 *** par_14
niat <--- retention ,142 ,043 3,277 ,001 par_15
niat <--- norma ,019 ,042 ,450 ,653 par_16
niat <--- kontrol ,408 ,066 6,144 *** par_17
niat <--- conscientiousness ,706 ,057 12,373 *** par_18
perilaku <--- niat ,647 ,073 8,847 *** par_19
perilaku <--- kontrol ,009 ,053 ,165 ,869 par_20
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
Tabel 4.21 Standardized Regression Weights
Estimate
niat <--- power -,294
niat <--- retention ,154
niat <--- norma ,022
niat <--- kontrol ,448
niat <--- conscientiousness ,749
perilaku <--- niat ,955
perilaku <--- kontrol ,014
Sumber : Data primer yang diolah, 2012.
4.5.1 Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis pertama menyatakan bahwa power-
prestige berpengaruh negatif terhadap niat melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
Hasil uji pada tabel 4.20 dan 4.21 menunjukkan bahwa
parameter estimasi power-prestige terhadap niat
102
menunjukkan ada pengaruh negatif -0.294 dengan nilai
critical ratio (CR) sebesar -5,866 dan nilai p-value sebesar
0,000. Nilai-nilai tersebut telah sesuai dengan batasan
statistik yang disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p ≤ 0.05.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dapat
diterima.
4.5.2 Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis kedua menyatakan bahwa retention-time
berpengaruh positif terhadap niat melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Parameter
estimasi retention-time terhadap niat menunjukkan ada
pengaruh positif 0,154 dengan nilai critical ratio (CR)
sebesar 3,277 dan nilai p-value sebesar 0,001. Nilai-nilai
tersebut telah sesuai dengan batasan statistik yang
disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p ≤ 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis kedua dapat diterima.
4.5.3 Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa norma
subjektif berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Parameter
estimasi norma subjektif terhadap niat menunjukkan ada
pengaruh positif 0,022 dengan nilai critical ratio (CR)
sebesar 0,450 dengan nilai p-value sebesar 0,653. Nilai-
nilai tersebut tidak sesuai dengan batasan statistik yang
disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p ≤ 0.05. Hal ini
103
menunjukkan bahwa hipotesis ketiga tidak dapat
diterima.
4.5.4 Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis keempat menyatakan bahwa kontrol
perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Parameter
estimasi kontrol perilaku terhadap niat menunjukkan ada
pengaruh positif 0,448 dengan nilai critical ratio (CR)
sebesar 6,144 dengan nilai p-value sebesar 0,000. Nilai-
nilai tersebut telah sesuai dengan batasan statistik yang
disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p ≤ 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis keempat dapat diterima.
4.5.5 Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis kelima menyatakan bahwa kontrol
perilaku berpengaruh secara langsung terhadap perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Parameter
estimasi kontrol perilaku terhadap perilaku
menunjukkan ada pengaruh positif 0.014 dengan nilai
critical ratio (CR) sebesar 0,165 dengan nilai p-value
sebesar 0,869. Nilai-nilai tersebut tidak sesuai dengan
batasan statistik yang disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p
≤ 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima
tidak dapat diterima.
104
4.5.6 Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis keenam menyatakan bahwa niat
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi berpengaruh terhadap perilaku self-
control dalam mengelola keuangan pribadi. Parameter
estimasi niat terhadap perilaku menunjukkan ada
pengaruh positif 0.955 dengan nilai critical ratio (CR)
sebesar 8,847 dengan nilai p-value sebesar 0,000. Nilai-
nilai tersebut telah sesuai dengan batasan statistik yang
disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p ≤ 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis keenam dapat diterima.
4.5.7 Pengujian Hipotesis 7
Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa
conscientiousness berpengaruh terhadap niat melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
Parameter estimasi conscientiousness terhadap niat
menunjukkan ada pengaruh positif 0,749 dengan nilai
critical ratio (CR) sebesar 12,373 dengan nilai p-value
sebesar 0,000. Nilai-nilai tersebut sesuai dengan batasan
statistik yang disyaratkan yaitu CR ≥ 2.00 dan p ≤ 0.05.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketujuh dapat
diterima.
Secara keseluruhan hasil uji hipotesis dirangkum
dalam tabel 4.22 berikut ini.
105
Tabel 4.22 Rangkuman Kesimpulan Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis Pernyataan Hipotesis Nilai C.R
dan P Keterangan
H1 Power-prestige berpengaruh negatif terhadap niat melakukan perilaku self-control dalam mengelola keuangan
pribadi
CR = -5,866
P = 0,000 Diterima
H2 Retention-time berpengaruh positif terhadap niat melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi
CR = 3,277
P = 0,001 Diterima
H3 Norma subjektif berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
CR = 0,450
P = 0,653 Tidak Diterima
H4 Kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku self-control dalam mengelola keuangan
pribadi
CR = 6,144
P = 0,000 Diterima
H5 Kontrol perilaku berpengaruh secara langsung terhadap perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
CR = 0,165
P = 0,869 Tidak Diterima
H6 Niat melakukan perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi berpengaruh terhadap perilaku self-
control dalam mengelola keuangan pribadi
CR = 8,847
P = 0,000 Diterima
H7 Conscientiousness berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
CR = 12,373
P = 0,000 Diterima
Sumber : data primer yang diolah, 2012.
106
4.6. Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Power-Prestige Terhadap Niat
Melakukan Perilaku Self-Control Dalam
Mengelola Keuangan Pribadi
Hipotesis pertama menyatakan bahwa power-
prestige berpengaruh negatif terhadap niat melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
Dari pengujian, maka hasilnya mendukung hipotesis
pertama dan pengaruh yang ditunjukkan bersifat negatif,
artinya semakin tinggi power-prestige maka semakin
rendah niat untuk melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi.
Ketika seseorang dengan sikap power-prestige
memiliki uang maka ia akan berusaha menunjukkan
eksistensi dirinya supaya orang lain mengakui
keberadaannya dan hal ini akan menyebabkan sikapnya
juga akan berbeda terhadap uang. Mereka akan menilai
bahwa uang berperan penting untuk mendapatkan
pengakuan dari pihak lain (eksternal), status sosial,
achievement, dominasi atas orang lain dan pada akhirnya
uang dipandang sebagai simbol status dan kesuksesan.
Selain itu, uang juga dipandang sebagai alat untuk
mendapatkan kekuasaan (power) atas lingkungan dan
orang disekitarnya sehingga uang dipakai untuk
memengaruhi dan mengesankan orang lain.
107
Seseorang dengan sikap power-prestige yang tinggi
akan membelanjakan uang mereka demi menaikkan
posisis ekonomi dan sosial mereka serta demi memberi
kesan terhadap orang lain, sehingga cenderung tidak
memiliki niat untuk melakukan perilaku self-control
dalam pengelolaan keuangan pribadi mereka.
Hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa PNS di lingkup Pemerintah
Kabupaten Rote Ndao menunjukkan skor yang cenderung
rendah pada power-prestige atau dengan kata lain
mereka cenderung kurang power-prestige, sedangkan
pada niat menunjukkan kategori yang tinggi dimana
mereka berusaha untuk melakukan perilaku self-control
dalam pengelolaan keuangan pribadi mereka. Seseorang
yang tidak menggunakan uang untuk memengaruhi
orang lain dan tidak menganggap uang sebagai simbol
kesuksesan akan memiliki niat untuk menunda
pembelian barang yang sifatnya hanya memuaskan
keinginan saja dan melakukan penghematan dengan
mengalokasikan uang yang dimiliki ke dalam pos-pos
tertentu sehingga tidak tergoda untuk menggunakan
uang tersebut untuk kepentingan lain.
Dengan demikian maka temuan hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian d’Astous and Trembly
(1989); Roberts (1998); serta Roberts & Martinez (1997)
yang menunjukkan bahwa compulsive buyers lebih
dihubungkan dengan pembelian untuk status sosial serta
108
hubungan yang positif antara status sosial dengan buying
& compulsive buying.
4.6.2 Pengaruh Retention-Time Terhadap Niat
Melakukan Perilaku Self-Control Dalam
Mengelola Keuangan Pribadi
Hipotesis kedua menyatakan bahwa retention-time
berpengaruh positif terhadap niat melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Dari
pengujian, maka hasilnya mendukung hipotesis kedua
dan pengaruhnya bersifat positif yang berarti semakin
tinggi retention-time maka semakin tinggi niat untuk
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi.
Retention-time menggambarkan penggunaan uang
yang diarahkan kepada masa depan, yang memerlukan
perencanaan keuangan. Orang dengan sikap retention-
time akan berhati-hati dalam menggunakan uang serta
sangat peduli dengan situasi keuangan yang terjadi.
Mereka menggunakan uang dengan cermat serta
melakukan pembelian dengan perencanaan terlebih
dahulu sehingga tidak cenderung menjadi compulsive
shoppers. Mereka mengatur uang melalui penganggaran
uang, memiliki pengendalian diri (self-control), penundaan
pemuasan, berhemat serta melakukan konsumsi yang
bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
memikirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
109
masa depannya dan percaya bahwa uang merupakan
sumber daya yang harus dikelola dengan baik.
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan
bahwa PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao
cenderung bersikap terhadap uang sebagai retention-time,
dimana mereka memiliki perencanaan keuangan,
melakukan penganggaran uang, berhati-hati dalam
menggunakan uang serta peduli terhadap setiap
pengeluaran uang sehingga melakukan penghematan dan
menabung. Atau dengan kata lain mereka memiliki niat
untuk melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi mereka.
Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil
penemuan Romal & Kaplan (1995) serta Youn & Faber
(2000) yang menunjukkan bahwa orang dengan self-
control yang tinggi berkorelasi positif dengan saving serta
berkorelasi negatif dengan impulse buying.
Selain itu apabila dikaitkan dengan theory of
planned behavior yang mengemukakan bahwa sikap
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi niat
berperilaku (behavioral intention) maka hasil pengujian
hipotesis 1 dan 2 mendukung teori ini. Hal ini sesuai
dengan penemuan Ajzen (1991); Ardhianto & Kriestian
(2008); Bobek and Hatfield (2003; Buchan (2005);
Carpenter and Reimers (2005); Chang (1998); Conner and
Armitage (1998); Foedjiawati & Semuel (2007); Hanno and
Violette (1996); Mustikasari (2007); Sheppard et al.,
110
(1988); Uddin (2000); Weidman et al., (2004); serta
Zawawi, Idris and Rahman (2011).
4.6.3 Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Niat
Melakukan Perilaku Self-Control Dalam
Mengelola Keuangan Pribadi
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa norma
subjektif berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Dari
pengujian, norma subjektif berpengaruh positif terhadap
niat melakukan perilaku self-control namun tidak
signifikan yang ditunjukkan dengan nilai standardized
regression weight sebesar 0,022 dengan nilai CR sebesar
0,450 dengan nilai signifikansi 0,653.
Adanya pengaruh yang tidak signifikan dari
variabel norma subjektif ini menunjukkan bahwa
walaupun PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Rote
Ndao cenderung dipengaruhi oleh norma subjektif namun
hal ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap
niat untuk melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi. Jika melihat hasil analisis
deskriptif variabel norma subjektif dapat dikatakan
bahwa jawaban responden hanya masuk dalam kategori
cukup berpengaruh. Dari dua indikatornya yaitu
pengaruh warga dilingkungan sekitar dan pengaruh
tetangga, kita dapat melihat bahwa mayoritas jawaban
responden justru berada pada tingkat skala 4 dimana
111
responden menjawab antara setuju dan tidak (netral)
sedangkan 1 indikator yang tersisa yaitu pengaruh rekan
kerja, responden yang menjawab netral sebanyak 45
responden (terbanyak diurutan kedua). Hal ini
menunjukkan bahwa banyak PNS di lingkup Pemerintah
Kabupaten Rote Ndao ragu-ragu terhadap pengaruh
norma subjektif terhadap diri mereka. Selain itu jika
melihat nilai rata-rata standar deviasi variabel norma
subjektif secara keseluruhan sebesar 1,532 maupun
masing-masing indikatornya sebesar 1,557, 1,479 dan
1,559 maka terlihat bahwa kisaran jawaban responden
sangat bervariasi dari sangat tidak setuju sampai sangat
setuju yang mengakibatkan penilaian PNS di lingkup
Pemerintah Kabupaten Rote Ndao terhadap variabel
norma subjektif menjadi tidak konstan (sangat
menyebar).
Apabila dikaitkan dengan theory of planned
behavior yang menjelaskan bahwa norma subjektif
merupakan salah satu variabel yang memengaruhi niat
seseorang untuk melakukan perilaku tertentu maka dari
hasil pengujian hipotesis 3 tidak mendukung teori ini.
Norma subjektif merupakan faktor di luar individu (faktor
eksternal) yang kemudian diasumsikan memengaruhi
niat berperilaku seseorang. Dengan hasil uji hipotesis 3
ini dapat dijelaskan bahwa faktor eksternal tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap niat melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
112
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa meskipun ada
sedikit pengaruh eksternal (norma subjektif), namun
pada akhirnya yang akan lebih menentukan niat
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi adalah pribadi responden sendiri
(faktor internal) yang ditunjukkan melalui sikapnya
terhadap uang.
Selanjutnya apabila dikaji dari hasil analisis
statistik deskriptif dari variabel conscientiousness terlihat
bahwa PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao
memiliki conscientiousness yang tinggi. Jika melihat dari
ciri-ciri kepribadian conscientiousness yang ditunjukkan
melalui sifat yang cenderung rapi, teliti, memiliki disiplin
diri serta terorganisir/teratur tentunya orang dengan
conscientiousness yang tinggi memiliki kontrol diri yang
tinggi dan orang dengan kepribadian seperti ini
cenderung sulit untuk dipengaruhi oleh pihak luar.
Dengan demikian hasil dari penelitian ini
mendukung hasil penelitian Buchan (2005); Chang
(1998); dan Uddin (2000) yang menunjukkan norma
subjektif tidak berpengaruh terhadap niat berperilaku.
113
4.6.4 Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Niat
Melakukan Perilaku Self-Control Dalam
Mengelola Keuangan Pribadi
Hipotesis keempat menyatakan bahwa kontrol
perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Dari
pengujian, maka hasilnya mendukung hipotesis keempat
dan pengaruhnya bersifat positif yang berarti semakin
besar kontrol perilaku maka semakin besar niat untuk
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi.
Kontrol perilaku mengacu kepada persepsi
seseorang terhadap kemudahan atau kesulitan untuk
melakukan perilaku yang diinginkan, terkait dengan
keyakinan akan tersedia atau tidaknya sumber daya dan
kesempatan yang diperlukan untuk mewujudkan
perilaku tertentu (Ajzen 1991). Dari hasil analisis
deskriptif statistik menunjukkan bahwa PNS di lingkup
Pemerintah Kabupaten Rote Ndao cenderung memiliki
kontrol perilaku yang besar, dimana hal ini dipengaruhi
oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki dalam hal
ini ketersediaan uang serta didukung lagi dengan
pengendalian diri yang cenderung tinggi. Selanjutnya
didukung lagi oleh sikap retention-time (sikap self-control)
mereka yang tinggi membuat mereka semakin memiliki
niat yang besar untuk melakukan perilaku self-control
dalam mengelola keuangan pribadi dan hal ini terbukti
114
dalam pengujian hipotesis 4. Hasil pengujian hipotesis 4
ini juga mendukung theory of planned behavior yang
mengemukakan bahwa kontrol perilaku merupakan salah
satu variabel yang berpengaruh terhadap niat seseorang,
bahkan jika dibandingkan dengan sikap dan norma
subjektif, variabel inilah yang pada akhirnya paling
menentukan niat dan perilaku seseorang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Bobek & Hatfield (2003), Elliott,
Armitage & Baughan (2003), Foedjiawati & Semuel
(2007), Kusminanti (2005) serta Mustikasari (2007) yang
menunjukkan bahwa kontrol perilaku berpengaruh
terhadap niat berperilaku.
4.6.5 Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Perilaku
Self-Control Dalam Mengelola Keuangan
Pribadi
Hipotesis kelima menyatakan bahwa kontrol
perilaku berpengaruh secara langsung terhadap perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Dari
pengujian, hasil tidak menunjukkan dukungan terhadap
hipotesis ini, artinya kontrol perilaku tidak secara
langsung memengaruhi perilaku self-control.
Seseorang yang memiliki kontrol perilaku yang
besar tidak serta merta melakukan perilaku self-control
dalam pengelolaan keuangan mereka. Hal ini juga
dipengaruhi oleh kondisi pengendalian yang nyata di
115
lapangan (actual behavioral control). Semakin besar
kontrol perilaku seseorang serta didukung dengan sikap
yang positif dan norma subjektif akan memunculkan niat
untuk berperilaku self-control dan diikuti dengan perilaku
self-control dalam mengelola keuangan pribadi. Akan
tetapi kadangkala kondisi di lapangan tidak
memungkinkan memunculkan perilaku yang telah
diniatkan sehingga dengan cepat akan memengaruhi
kontrol perilaku (perceived behavioral control) individu
tersebut. Kontrol perilaku yang telah berubah akan
memengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak
sama lagi dengan yang diniatkan (Mustikasari, 2007).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kontrol perilaku tidak
secara langsung memengaruhi perilaku self-control.
Penemuan ini sejalan dengan penemuan dari
penelitian yang dilakukan oleh Bobek & Hatfield (2003),
Blanthorne (2000) serta Hidayat dan Nugroho (2010)
tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara
kontrol perilaku dan perilaku.
4.6.6 Pengaruh Niat Melakukan Perilaku Self-Control
Dalam Mengelola Keuangan Pribadi Terhadap
Perilaku Self-Control Dalam Mengelola
Keuangan Pribadi
Hipotesis keenam menyatakan bahwa niat
melakukan perilaku self-control dalam mengelola
keuangan pribadi berpengaruh terhadap perilaku self-
116
control dalam mengelola keuangan pribadi. Dari
pengujian, maka hasilnya mendukung hipotesis keenam
dan pengaruhnya bersifat positif yang berarti semakin
besar niat untuk melakukan perilaku self-control maka
semakin besar pula keberhasilan prediksi perilaku
tersebut.
Niat untuk melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi merupakan kecenderungan
yang akan mendorong seseorang untuk melakukan
perilaku tersebut atau sebaliknya. Seseorang yang
memiliki niat untuk melakukan perilaku self-control akan
cenderung melaksanakan niatnya tersebut karena
didasari dengan pertimbangan-pertimbangan yang
didasari oleh sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku.
Jika seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk
melakukan perilaku self-control maka kemungkinan besar
akan berperilaku seperti yang telah diniatkan.
Dari hasil statistik deskriptif terlihat bahwa PNS di
lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao memiliki niat
yang besar untuk melakukan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi dan hal ini selanjutnya
memengaruhi perilaku mereka sehingga pada akhirnya
mereka menunjukkan perilaku self-control dalam
mengelola keuangan pribadi, yang dilakukan melalui
pembatasan diri dan alokasi dana/uang dengan tujuan
penghematan. Selanjutnya hasil pengujian hipotesis 6 ini
mendukung theory of planned behavior yang
117
mengemukakan bahwa perilaku individu pada umumnya
didasari oleh adanya niat untuk berperilaku.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penemuan dari
penelitian yang dilakukan oleh Blanthorne (2000); Bobek
& Hatfield (2003); Hanno & Violette (1996); Hidayat &
Nugroho (2010); dan Mustikasari (2007) yang
menunjukkan niat berperilaku berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap perilaku.
4.6.7 Pengaruh Conscientiousness Terhadap Niat
Melakukan Perilaku Self-Control Dalam
Mengelola Keuangan Pribadi
Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa
conscientiousness berpengaruh terhadap niat melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
Dari pengujian, maka hasilnya mendukung hipotesis
ketujuh dan pengaruhnya bersifat positif yang berarti
semakin tinggi conscientiousness maka seseorang
cenderung memiliki niat yang besar untuk melakukan
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi.
Dari hasil analisis statistik deskriptif terlihat bahwa
mayoritas PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Rote
Ndao memiliki conscientiousness yang tinggi. Menurut
John and Srivastava (1999), conscientiousness
menggambarkan kontrol terhadap lingkungan sosial,
berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan,
mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir,
118
dan memprioritaskan tugas. Conscientiousness
mendeskripsikan orang-orang yang disiplin dan
terkontrol. Seseorang yang memiliki conscientiousness
tinggi cenderung berpikir cermat sebelum mengunakan
uang yang dimilikinya, dalam kegiatan belanja lebih
didorong oleh faktor kebutuhan daripada keinginan
(dapat membatasi pembelian) sehingga mereka cenderung
memiliki niat untuk melakukan perilaku self-control
dalam mengelola keuangan pribadi mereka. Dalam
perilaku self-control dalam mengelola keuangan pribadi
diperlukan kontrol diri yang tinggi untuk dapat menunda
kepuasan serta dapat berpikir cermat dalam
merencanakan pengelolaan keuangannya dan tentunya
orang dengan conscientiousness yang tinggi berniat untuk
melakukan perilaku ini karena sesuai juga dengan ciri-
ciri kepribadian mereka.
Penemuan ini dari sisi yang berbeda memperkuat
penemuan dari penelitian yang dilakukan oleh Pirog dan
Robert (2007) serta Soewanoto dan Supramono (2008)
yang menunjukkan bahwa conscientiousness
berpengaruh secara negatif terhadap perilaku
penyalahgunaan kartu kredit, dimana perilaku ini
merupakan refleksi dari salah satu perilaku konsumtif
(tidak memiliki self-control yang baik).