bab i,ii,iii.docx

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada semua lapisan masyarakat (Dinkes Jabar, 2005). Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh sebab itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikan. Dengan adanya pemikiran tersebut pemerintah berupaya mewujudkan satu tatanan kehidupan yang mencerminkan upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional yang sejalan dengan UU no.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang tetap dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Dinkes Jabar, 2005). Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, 1

Upload: ima-luchita-part-ii

Post on 08-Aug-2015

85 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I,II,III.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari pembangunan Nasional berupaya untuk meningkatkan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada semua lapisan masyarakat

(Dinkes Jabar, 2005). Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya

manusia, oleh sebab itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan

kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikan. Dengan adanya

pemikiran tersebut pemerintah berupaya mewujudkan satu tatanan

kehidupan yang mencerminkan upaya mencapai tujuan pembangunan

kesehatan nasional yang sejalan dengan UU no.23 tahun 1992 tentang

kesehatan yang tetap dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan yang optimal (Dinkes Jabar, 2005).

Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus

dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa

aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata

kontra dan sepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan

antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel mani pria

(sperma) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian

kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel

mani pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan

dan kehamilan (Farrer, 2001).

Keluarga berencana menjadi salah satu komponen penting konsep

kesehatan reproduksi sehingga diperlukan perubahan paradigma, antara

lain, tentang perlunya integrasi pelayanan pada tingkat lini terdepan.

Misalnya adalah banyak Negara termasuk Indonesia melakukan

vertikalisasi dan pemisahan institusi yang menangani masalah keluarga

1

Page 2: BAB I,II,III.docx

berencana dan kesehatan reproduksi secara umum (minus keluarga

berencana) (Hull dan Hull, 2006; United Nation Secretariat Population

Division, 1998 dan White, Merrick, dan Yazbeck, 2006).

Data terakhir tahun 2008 menunjukkan, jumlah akseptor KB di

Indonesia sebanyak 6.665.203 orang. Pengguna IUD sebanyak 4,59 %

MOP sebanyak 0,22 %, MOW sebanyak 1,34 %, implant sebanyak 4,76

%, suntik 56,16 %, pil sebanyak 30,19 % dan pengguna kondomsebanyak

2,74 %. Jumlah akseptor KB di Jawa Barat sendiri sebanyak 1.423.800

orang. Pengguna IUD sebanyak 8,04 %, MOP sebanyak 0,29 %, MOW

2,65 %, implant sebanyak 2,50 %, suntik sebanyak 55,36 %, pil sebanyak

29,85 % dan kondom sebanyak 1,31 %.

Jumlah peserta KB di Jabar saat ini sebanyak 6,7 juta akseptor.

Terbanyak akseptor KB suntik sekitar 3,3 juta, pil 1,7 juta, IUD 800.000

akseptor dan sisanya KB lain-lain (BKKBN Jabar). Peserta KB aktif pada

Tahun 2009 di Tasikmalaya sebanyak 89.381 akseptor, apabila dilihat dari

tingkat kesertaan ber-KB pada tahun 2009 sebesar 74,16% dan jenis alat

kontrasepsi yang paling banyak diminati pada tahun 2009 adalah suntik

sebanyak 49.852 akseptor, kemudian pil 25.031 akseptor dan IUD 9.749

akseptor.

Jumlah PUS di kecamatan Kawalu pada tahun 2009 sebanyak

17.380 orang dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 12.552 orang.

Jumlah akseptor keluarga berencana aktif menurut alat kontrasepsi yang

dipergunakan di kecamatan kawalu yaitu IUD 708 orang, MOP 16 orang,

MOW 201 orang, Implan 180 orang, Suntik 8.327 orang, Pil KB 3.019,

kondom 99 orang.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan akseptor KB

mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dengan pemilihan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota

Tasikmalaya.

2

Page 3: BAB I,II,III.docx

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas telah tergambarkan akseptor AKDR

lebih rendah dari akseptor kontrasepsi lainnya. Rendahnya pemakaian

AKDR mungkin dapat dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan akseptor

mengenai alat kontrasepsi.

Atas dasar hal-hal tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut “Adakah hubungan antara pengetahuan akseptor KB

mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dengan pemilihan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota

Tasikmalaya”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan akseptor KB

mengenai AKDR dengan pemilihan AKDR di wilayah kerja

Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus

a. Identifikasi pengetahuan akseptor KB tentang AKDR

b. Identifikasi pemilihan AKDR oleh para akseptor KB

c. Hubungan antara pengetahuan akseptor KB dengan

pemilihan AKDR

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan yang diterima di bangku kuliah dan melatih kemampuan

dalam menumbuhkan pemikiran yang kreatif serta menambah

wawasan penulis mengenai alat kontrasepsi dalam rahim.

3

Page 4: BAB I,II,III.docx

2. Bagi Institusi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi standar acuan dalam

pengambilan kebijakan pelayanan kesehatan khususnya tenaga bidan

untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya meningkatkan

pengetahuan akseptor KB mengenai pemakaian KB yang efektif dan

efisien.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan

bagi masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan minat dan

kesadaran dalam pemakaian alat kontrasepsi.

4

Page 5: BAB I,II,III.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. (Notoatmodjo, 2010)

Penelitian Rogers tahun 1974 (Notoatmodjo, 2003)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalamarti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

4) Trial, yakni orang telah memulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaanperilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya jika

5

Page 6: BAB I,II,III.docx

perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak

akan berlangsung lama.

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,

(Notoatmodjo, 2010) yakni :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis

6

Page 7: BAB I,II,III.docx

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), berikut ini adalah faktor- faktor yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

1) Faktor Internal

a) Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur

tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dari uraian di

atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan bertambahnya

umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi akan menjelang

usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

b) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran

untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan

tertentu sehingga pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Jadi

pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga makin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

7

Page 8: BAB I,II,III.docx

2) Faktor Eksternal

a) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari

berbagai media, misalnya : TV, Radio, Surat kabar. Hal ini

akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

b) Lingkungan

Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

seseorang memberikan pengaruh sosial terutama bagi

seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang

baik dan hal-hal yang buruk tergantung pada sifat

kelompoknya.

c) Sosial Budaya

Sosial budaya merupakan salah satu yang mempunyai

pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang

lain karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar

dan memperoleh suatu pengetahuan.

d) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, suatu cara

untuk kebenaran pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dengan

memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2002) tingkat pengetahuan di bagi menjadi tiga

yaitu

1) Tingkat pengetahuan baik

Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana

seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan

8

Page 9: BAB I,II,III.docx

dapat dikatakan baik jika seseorang mempunyai 76% - 100%

pengetahuan.

2) Tingkat pengetahuan cukup

Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana

seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasi,

menganalisis, mengintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan

dapat dikatakan sedang jika seseorang mempunyai 56% - < 76%

pengetahuan.

3) Tingkat pengetahuan kurang

Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan

dimana seseorang kurang mampu mengetahui, memahami,

mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika seseorang

mempunyai <56% pengetahuan.

d. Metode memperoleh pengetahuan

Cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan ini (Notoatmodjo,

2010), meliputi:

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Metode ini paling tradisional yang digunakan manusia untuk

memperoleh pengetahuan. Manusia telah menggunakan metode ini

dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai

masalah. Cara ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, di coba kemungkinan yang

lainnya.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang

otoritas yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

ilmu pengetahuan atau ilmuan.

9

Page 10: BAB I,II,III.docx

Para pemegang otoritas baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip

inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang

menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang

dikemukakannya adalah sudah benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan, dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

e. Cara pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2006 : 97), bahwa pengukuran pengetahuan

dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi

yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan

kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat

dilakukan dengan skoring yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skore atau nilai 76 – 100 %

2) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skore atau nilai 56 – 75

%

3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skore atau nilai 40 –

55%

10

Page 11: BAB I,II,III.docx

2. Pengertian Keluarga Berencana

Ada dua pengertian tentang keluarga berencana ialah pengertian

secara umum dan pengertian secara khusus.

Pengertian keluarga berencana secara umum ialah usaha yang

mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu

maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang

bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung

dari kelahiran tersebut.

Pengertian keluarga berencana secara khusus ialah pencegahan

konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah

pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar

persetubuhan.

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan

kemandulan dan penjarangan kehamilan. Pelayanan keluarga berencana

sebaiknya diberikan kepada pasangan suami isteri yang ingin mencegah

kehamilan karena alasan-alasan pribadi, ingin menjarangkan kehamilan,

ingin membatasi jumlah anak, karena alasan kesehatan.

Jadi Keluarga Berencana adalah usaha yang mengatur banyaknya

jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi yang bersangkutan tidak

akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan

tersebut dan hasil akhir yang akan diperoleh adalah tercapainya

kesejahtaraan.

3. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga

bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita

tubektomi dan pada pria pasektomi.

Pengertian kontrasepsi berasal dari kata “ kontra” yakni mencegah

dan “konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma.

11

Page 12: BAB I,II,III.docx

Jadi kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur dan sperma.

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sel sperma.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,

upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas.

Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur dan sel sperma dapat

bersifat sementara dapat pula bersifat permanen.

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal itu belum ada.

Kontrasepsi ideal harus memenuhi sarat-sarat sebagai berikut:

a. Dapat dipercaya

b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus

f. Mudah pelaksanaannya

g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan

Efektifitas (daya guna) suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada

dua tingkat, yakni:

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan

suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus

menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

b. Daya guna pemakaian (use effectiviness), yaitu kemampuan suatu

cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya

12

Page 13: BAB I,II,III.docx

dipengauhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak berhati-hati,

kurang taat pada peraturan dan sebagainya.

Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama

diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Banyak perempuan

mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi.

Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi

juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan

metode kontrasepsi tersebut. (Saifuddin, 2006)

4. Kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Memasukan benda-benda atau alat-alat kedalam uterus untuk

mencegah terjadinya kehamilan telah dikenal sejak dahulu. Di Indonesia

AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program berencana, AKDR

mula-mula dipakai ialah jenis lippes loop, yang pada waktu itu disponsori

oleh perkumpulan keluarga berencana indoanesia (PKBI). Pada tahun 60-an

mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-

bahan seperti tenaga, seng, magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain.

Maksud penambahan itu iaha untuk mempertinggi efektivitas AKDR.

Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bio aktif sampai

sekarang masih berlangsung.

a. Mekanisme kerja AKDR

AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan

endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat

menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairaun

uterus pada pemakaian AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag

(fagosit) yang mengandung spermatozoa. Penyelidikan-penyelidikan lain

menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR,

yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh

meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita.

Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan

peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena ion logam atau

bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap

sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion

13

Page 14: BAB I,II,III.docx

logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bio aktif dengan berkurangnya

konsentrasi logam makin lama makin berkurang.

b. Jenis-jenis AKDR

Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR,

yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana

di Indonesia ialah AKDR jenis lippes loop. AKDR dapat dibagi

dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup seperti

cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear

antara lain adalah lippes loops, saf-T-coil, multi load 250, Cu-7,

Cu-T, Cu-T 380A, spring coil, Margulies spiral dan lain-lain.

Sedang yang termasuk dalam golongan bentuk golongan tertutup

dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah otaring, antigon F,

radab ring, cincin gravenberg, cincin hall-stone, birnberg bow, dan

lain-lain.

c. Keuntungan AKDR

1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, sangat efektif 0,6

– 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (satu

kegagalan dalam 125-170 kehamilan)

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A d

an tidak perlu diganti)

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6) Meningkatnya kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil

7) Tidak ada efek samping hormonal denga Cu T 380 A

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir)

14

Page 15: BAB I,II,III.docx

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat

12) Membantu mencegah kehamilan ektopik

d. Kerugian

1) Efek samping yang umum terjadi

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan)

b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

d) Saat haid lebih sakit

2) Komplikasi lain

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah

pemasangan

b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia

c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangannya benar).

Umumnya terjadi saat pemasangan AKDR walaupun bisa

terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR

saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan

dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih

jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai

ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus

diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan speculum

AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemriksaan

dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan

AKDR dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat

tentang terjadinya perorassi sebaiknya dibuat foto rontgen,

dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga panggul,

hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan

apakah AKDR terletak di dalam atau di luar kavum uteri.

Dewasa ini dapat ditentukan dengan USG transvaginal dan

15

Page 16: BAB I,II,III.docx

transabdominal. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang

tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan segera oleh

karena dikuatirkan terjadinya ileus, begitu pula untuk

AKDR yang mengandung logam. Pengeluaran AKDR

dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomy hanya

dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah

terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu

jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam

AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.

d) Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam

vagina, ummnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika

alat-alat yang digunakan disucihamakan, yakni tabung

penyalur, pendorong, dan AKDR. Jika terjadi infeksi, hal

ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang sub

akut atau menahun pada traktus genitalis sebelum

pemasangan AKDR.

e) Kehamilan

Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan

timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara

selaput ketuban dan dinding Rahim. Angka keguguran

dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan

dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,

sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan

terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil

daripada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga

uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan, sebaiknya

AKDR dibiarkan saja dalam uterus.

3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV dan AIDS

4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

16

Page 17: BAB I,II,III.docx

5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai AKDR. Penyakit radang panggul dapat memicu

infertilitas.

6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan

dalam pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut selama

pemasangan.

7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1-2 hari.

8) Klien tidak dalam melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas

kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.

9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).

10) Tidak mencegah terjadinya kehamilanektopik karena fungsi

AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

11) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu

ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan

jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau

melakukan ini.

e. Persyaratan pemakaian.

1) Yang dapat menggunakan

a) Usia reproduktif

b) Keadaan nulipara

c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d) Menyusui yang menginginkan kontrasespsi

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

f) Setelah mengalami abrtus dan tidak terlihat adanya infeksi

g) Resiko rendah dari IMS

h) Tidak menghendaki metode hormonal

i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap

hari

j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

17

Page 18: BAB I,II,III.docx

2) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR

a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat

dievaluasi)

c) Sedang menderita infeksi alat genital

d) Tiga bulan terakhir bulan terakhir sedang mengalami atau

sering menderita penyakit radang panggul atau abortus

septik

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak

rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

f) Penyakit trofoblast yang ganas.

g) Diketahui menderita TBC Pelvic

h) Kanker alat genital

i) Ukuran rongga Rahim kurang dari 5 cm

f. Efek samping AKDR

1) Perdarahan

Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadinya

perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau

pemasanngan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-

sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluahan yang

sering terdapat pada pemakai AKDR adalah menoraghia,

spotting metrorarghia. Jika terjadi perdarahan banyak yang

tidak teratasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan

AKDR yang mempunyai ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit-

sedikit dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan

konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan

tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat

dan digunakan cara kontrasepsi lain.

2) Rasa nyeri dan kejang diperut

Rasa nyeri atau kejang diperut dapat terjadi segera setelah

pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur

18

Page 19: BAB I,II,III.docx

hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau

dihilangkan dengan jalan memberi analgetik. Jika keluhan

berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti

dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.

3) Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang

AKDR sewaktu bersenggama. Ini disebabkan oleh benang

AKDR yang keluar dari portio uteri terlalu pendek atau terlalu

panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini,

benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira

2-3 cm dari portio, sedang jika AKDR terlalu pendek sebaiknya

AKDR diganti. Biasanya dengan cara ini keluahan suami akan

hilang.

4) Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau

seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi dan ddipengaruhi oleh :

a) Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, satu atau dua,

kemungkinan ekspulsi 2x lebih besar daripada pada paritas

5 atau lebih, demikian pula pada wanita muda ekspulsi

lebih sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua

b) Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada 3

bulan pertama setelah pemasangan, setelah itu angka

kejadian menurun dengan tajam.

c) Ekspulsi sebelumnya : pada wanita yang oernah mengalami

ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya cenderung

terjadi ekspulsi lagi adalah kira-kira 50%. Jika terjadi

ekspulsi pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama tetapi

dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya,

dapat juga diganti dengan AKDR jenis lain atau dipasang 2

AKDR

19

Page 20: BAB I,II,III.docx

d) Jenis dan ukuran : AKDR yang dipasang sangat

mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada lippes loop, makin

besar ukuran AKDR makin kecil terjadinya ekspulsi

e) Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat

dipengaruhi oleh faktor psikis maka frekuensi ekspulsi

lebih banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional

dan ketakutan. Kepada wanita-wanita seperti ini perlu

penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan

AKDR.

5) Amenore

Penanganan efek samping amenore yaitu periksa apakah

sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan

konseling dan selidiki penyebab amenore apabila dikehendaki.

Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR

apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.

Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13

minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila klien sedang hamil dan

ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR,

jelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan

kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus

lebih di amati dan diperhatikan.

6) Benang yang hilang

Penanganan pada efek samping ini yaitu pastikan adanya

kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas.

Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan

kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan

kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan

tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak

ditemukan, rujuklah ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan

ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak

20

Page 21: BAB I,II,III.docx

ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien

menentukan metode lain.

7) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya

Penyakit Radang Panggul (PRP)

Penanganna pada efek samping ini yaitu pastikan

pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan

menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau

infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila

PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR

dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

B. Landasan Teori

Faktor perilaku kesehatan, tidak terlepas dari faktor-faktor yang

menentukan kualitas perilaku tersebut. Dengan kata lain kegiatan promosi

kesehatan harus di sesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi

itu sendiri). Menurut green dalam notoatmojo (2003), perilaku ini ditentukan

3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang pada diri seseorang atau masyarakat, adalah

pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa

yang akan dilakukan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,

sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat.

21

Page 22: BAB I,II,III.docx

3. Faktor penguat (reinfarcoring factors)

Pengetahuan, sikapa dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum

menjamin terjadi perilaku seseorang atau masyarakat. Tokoh masyarakat

merupakan faktor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang atau

masyarakat. Di samping tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang,

surat-surat dari keputusan pejabat pemerintah pusat atau daerah,

merupakan faktor penguat perilaku.

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah bahan inert sintetik (dengan

atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai

bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek

kontraseptif.

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan maka kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

22

Pengetahuan akseptor KB mengenai AKDR.

Pemilihan AKDR

Faktor pemungkin :

- Sarana

- Fasilitas

Page 23: BAB I,II,III.docx

Keterangan :

Objek yang diteliti

Objek yang tidak diteliti

D. Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan akseptor KB mengenai AKDR dengan

pemilihan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya

tahun 2012.

23

Page 24: BAB I,II,III.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan

menggunakan pengambilan data secara retrospektif, dengan cara melihat

daftar akseptor IUD pada tahun 2009 kemudian untuk mengukur

pengetahuan akseptor tentang AKDR, peneliti membagikan kuesioner

kepada akseptor IUD tahun 2009.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kawalu Kota Tasikmalaya yang terdaftar pada tahun 2009 sejumlah

11.844 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang

dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari

populasi target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini

meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi yang merupakan

karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan sumber,

dan kriteria eksklusi yang eksklusi merupakan kriteria dari subjek

penelitian yang tidak boleh ada, dan jika ada subjek mempunyai

kriteria eksklusi maka subjek harus dikeluarkan dari penelitian.

(Riyanto, 2011)

24

Page 25: BAB I,II,III.docx

a. Besarnya sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus

solvin sebagai berikut ( Nursalam, 2003).

n= N

1+(N . e2)

Keterangan : n = Jumlah sampel

N= Jumlah Populasi

e = standar error (5% = 0,05)

n= N

1+( N . e2 )

n= 11.844

1+(11.844 .0,052)

n=386,93

n=386,93maka dibulatkan menjadi 387 orang

Penulis mengambil sebagian populasi untuk dijadikan sampel penelitian

penulis tetapkan sebanyak 387 orang yang diambil berdasarkan Teknik random

sampling.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati

yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainya dan terukur

(Riyanto, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua

variabel, variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah pengetahuan akseptor KB tentang AKDR,

sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan

AKDR.

25

Page 26: BAB I,II,III.docx

D. Definisi Operasional

Tabel 1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat

Ukur

Kategori Skala

Pengetahuan

akseptor KB

tentang AKDR :

a. Pengertian

b. Keuntungan

c. Kerugian

d. Cara

Pemakaian

Hasil tahu

akseptor KB

tentang

AKDR

Kuesioner 1. Baik (76-100%)

2. Cukup (56-76%)

3. Kurang (<56%)

(Arikunto, 2002)

Ordinal

Pemilihan

AKDR

Cara-cara

pencegahan

kehamilan

dan

perencanaan

keluarga

Kuesioner 1. Ya

2. Tidak

Nominal

E. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayak kerja Puskesmas Kawalu

Kota Tasikmalaya. Pengambilan tempat ini didasarkan karena di

Puskesmas Kawalu pada tahun 2009 angka pemakaian AKDR masih

rendah dibandingkan dengan akseptor pil KB dan suntik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2013.

.

26

Page 27: BAB I,II,III.docx

N ∑ XY – (∑ X)(∑Y){N ∑ X2 – (∑ X2)}{ N ∑ Y2 – ( ∑ Y2)}

F. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari hasil

kuesioner yang langsung diisi oleh responden.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini berupa kuesioner. Kuisioner terdiri dari pertanyaan tertutup

sebanyak 20 soal, mengenai pengertian sebanyak 3 soal, keuntungan

sebanyak 7 soal, kerugian sebanyak 6 soal dan cara pemakaian 4 soal.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran suatu alat

ukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrument dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Uji validitas instrumen penelitian ini dilakukan di Puskesmas

Tamansari yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden.

Teknik korelasi yang digunakan korelasi “Product Moment” sebagai

berikut :

r xy =

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

X = Skor setiap item

Y = Skor total

Kepuusan uji :

27

Page 28: BAB I,II,III.docx

a. Bila r hitung > r tabel, maka variabel valid

b. Bila r hitung < r tabel, maka variabel tidak valid (Riyanto, 2011)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalan suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana

hasil pengukuran tetap konsisten. Cara pengukuran uji reliabilitas dengan

membandingkan nilai r alpa dengan r tabel.

Keputusan uji :

a. Bila r alpa > r tabel, maka variebel reliabel

b. Bila r alpa < r tabel, maka variabel tidak reliabel

I. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan secara manual

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Merupakan tahapan memeriksa data yang telah dikumpulkan melalui

kegiatan observasi ataupun melalui pengamatan secara langsung.

2. Pemberian Kode (Coding)

Merupakan tahapan pemberian kode dengan tujuan untuk

mempermudah dalam pengolahan data.

3. Penyusunan Data (Tabulasi)

Data yang telah dikumpulkan dimasukan dalam bentuk tabel.

2. Analisa data

a. Univariat

Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel. (Notoatmodjo, 2005)

b. Bivariat

28

Page 29: BAB I,II,III.docx

∑(f0 - fh)2

fh

Analisis bivariat dilakukan dengan menghubungkan masing-masing

variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis yang dilakukan

bertujuan untuk melihat apakah hubungan yang terjadi memang

bermakna secara statistic atau hanya terjadi secara kebetulan.

Rumus Chi-Square :

X2 =

Keterangan :

X2 = Chi-Kuadrat

f0 = Frekuensi yang diobservasi/diperoleh baik melalui pengamatan

maupun hasil angket

fh = Frekuensi yang diharapkan (Arikunto, 1998)

29