bab i,ii,iii
TRANSCRIPT
i
PENGARUH LAMA MENGETIK TERHADAP RESIKO TERJADINYA
CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Mendapatkan
Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi
Disusun Oleh:
PURWANTIJ 110 090214
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
ii
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering
digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang
dilakukan oleh tubuh sebagian besar melibatkan anggota gerak atas yaitu
tangan. Aktivitas yang berlebihan pada tangan dan pergelangan tangan jika
berlangsung lama dapat menimbulkan masalah. Masalah tersebut dapat terjadi
pada siapapun karena setiap manusia di sepanjang daur hidupnya akan selalu
menggunakan tangan dalam setiap aktivitasnya baik aktivitas yang ringan
ataupun berat.
RSI (Repetitive strain injury) adalah sebuah istilah yang digunakan
untuk mendefinisikan berbagai macam cidera pada otot tendon dan saraf.
Cidera ini biasanya disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan gerakan
yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan
menggerakan mouse. Gejala Repentitive Strain Injury dapat muncul di
berbagai tempat dari pangkal lengan hingga ujung tangan
Berbagai aktivitas yang banyak menggunakan tangan dalam waktu
yang lama sering dihubungkan dengan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome.
CTS berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan kombinasi antara
kekuatan dan pengulangan gerak yang lama pada jari-jari tangan selama
periode waktu yang lama. CTS dapat tercetus akibat paparan terhadap gerakan
1
2
atau fibrasi atau akibat kesalahan posisi ergonomis yang terjadi dalam jangka
waktu yang lama misalnya para pekerja komputer.
Bagi seseorang yang selalu bekerja di depan komputer bahkan
menghabiskan waktu berjam-jam dan melakukan kesalahan dalam
menggunakan mouse sehari-hari akan berakibat pada timbulnya Carpal
Tunnel Syndrome. Resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome 10% lebih
banyak pada orang dewasa dimana wanita beresiko 3 kali lipat lebih banyak
daripada pria dan terbanyak terjadi pada usia 40-50 tahun dan angka kejadian
kurang lebih 515/1000 populasi di USA pada 102 tangan (92 orang) 4 tangan
didapatkan CTS dengan 21 tangan terkontrol. Tekanan kanal tangan pada
pasien dengan CTS kurang lebih -43,8 mmHg sampai dengan 24 mmHg.
Carpal Tunnel Syndrome ( CTS ) adalah salah satu syndrom yang
menyerang tangan dan sangat potensial untuk mengurangi aktifitas rutin
sehari-hari maupun aktifitas bekerja. Carpal Tunnel Syndrome terjadi akibat
penekanan nervus medianus di pergelangan tangan karena penyempitan pada
terowongan carpal akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan dan dapat
menimbulkan syndrom lorong carpal.
Nervus medianus yang berada di terowongan carpal menghantarkan
impuls sensorik dari kulit telapak tangan serta kulit bagian volar yang
menutupi jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Kulit yang menutupi bagian
volar separuh ibu jari adakalanya ikut di syarafi (Priguna, 1999). Gejala-gejala
yang ditimbulkan antara lain jari-jari terasa baal pada waktu pagi hari disertai
rasa terbakar, kurang merasa atau jari terasa seperti terkena aliran listrik. Jari-
3
jari yang terkena adalah jari-jari pada permukaan volar yang disarafi nervus
medianus.
Penelitian tentang Carpal Tunnel Syndrome telah banyak dilakukan
karena banyak penyebab terjadinya CTS terdapat dilingkungan kerja dan
diketahui bahwa enam faktor utama pekerjaan yang dapat menyebabkan
Carpal Tunnel Syndrome yaitu gerakan pergelangan atau jari tangan yang
berulang, kontraksi yang kuat pada tendon, gerakan pergelangan tangan yang
menekuk ke bawah (fleksi) atau menekuk ke atas (extensi) yang ekstrem,
gerakan tangan saat bekerja (gerakan menjepit), tekanan mekanik pada saraf
medianus, getaran dan sarung tangan yang tidak sesuai.
Kontraksi otot yang berulang-ulang dan statik yang terjadi terus-
menerus akan menimbulkan spasme otot sehingga sirkulasi darah menjadi
tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan asam laktat dan zat-zat
kimia seperti bradikinin dan histamine. Dengan penumpukan zat-zat tersebut
akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris dan akan diinterprestasikan
menjadi rasa nyeri sehingga penderita akan membatasi pergerakannya.
Selanjutnya dalam jangka waktu yang lama dapat timbul kelemahan otot yang
pada akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan
dengan fungsi tangan.
Faktor pekerjaan merupakan salah satu penyebab terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome dimana mengetik melakukan gerakan-gerakan tangan saat
melakukan pekerjaan. Sikap kerja saat mengetik yaitu gerakan tangan yang
4
berulang-ulang, gerakan tangan dengan kekuatan, postur kerja yang statis dan
posisi kerja yang tidak ergonomis.
Dari hasil survey yang dilakukan maka peneliti tertarik untuk
mengambil penelitian tentang: Pengaruh Lama Mengetik Terhadap Resiko
Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Rental.
B. Identifikasi Masalah
Masalah nyeri pada tiga jari pertama sering dirasakan oleh setiap
orang. Dimana keluhan ditandai dengan rasa tidak nyaman, kebas, rasa gatal,
rasa pegal atau nyeri pada pergelangan tangan maupun jari terutama bagian
ibu jari, jari telunjuk maupun jari tengah bahkan di telapak tangan sehingga
susah menggenggam dan mengepalkan tangan dan kadang rasa sakit dan
terbakar lebih terasa ketika tidur karena kesalahan posisi. Seiring berjalannya
waktu gejalanya berkaitan dengan tekanan saraf medianus pada saat melewati
terowongan di pergelangan tangan tepatnya di bawah flexor retinakulum
(Rambe, 2004). Bisa diakibatkan karena penekanan arteri dan vena sehingga
suplai darah ke nervus medianus berkurang. Terowongan yang sempit selain
dilalui nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap
kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan dapat
menyebabkan penekanan pada nervus medianus sehingga timbul Carpal
Tunnel Syndrome ( Rambe, 2004).
Jika hal itu dibiarkan dalam jangka waktu yang lama bisa
mengakibatkan putusnya sendi sehingga tangan tidak dapat berfungsi bahkan
5
mungkin tidak dapat digerakan. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu
diberikan edukasi untuk menghindari melakukan sesuatu yang berlebihan dan
membenahi cara kerja menggunakan komputer.
Mengetik adalah suatu proses memasukkan data atau angka
menggunakan suatu alat mesin ketik, komputer dan kakulator. Mengetik
merupakan kegiatan yang menggunakan fungsi tangan yang dilakukan dengan
gerakan yang berulang – ulang dan berlangsung lama. Hal itu dapat memicu
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome.
Hal ini sangat berhubungan dengan RSI yaitu penggunaan yang
berlebihan dalam jangka waktu yang lama untuk perangkat yang
membutuhkan penekanan yang berulang kali oleh tangan seperti komputer. Ini
adalah sindrom atau penyakit yang menyerang otot, tendon dan syaraf-syaraf
tangan, bahu dan lengan. Penekanan terhadap benda tersebut secara terus
menerus akan memberikan kerusakan yang besar dan permanen pada otot.
American Academy of Family Physicians, 2008. Carpal Tunnel Syndrome.
[Online]. Tersedia:
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/pain/disorders/
023.html. [1 Nopember 2010].
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah yang ditimbulkan dari aktifitas tangan yang
dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, penulis mengambil
6
permasalahan mengenai pengaruh lama mengetik terhadap resiko terjadinya
Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja rental.
D. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh lama mengetik terhadap resiko terjadinya
Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja rental?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
lama mengetik terhadap resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada
pekerja rental.
F. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Membantu memberikan masukan tentang pengaruh mengetik lebih dari
dua jam terhadap resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome dan
ketrampilan penanganan kasus tersebut.
b. Bagi ilmu pengetahuan
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam penanganan kasus Carpal
Tunnel Syndrome.
c. Bagi masyarakat
Masyarakat atau para pekerja rental mengetahui bahwa aktifitas yang
dilakukan secara berulang dan berlangsumg lama yang melibatkan tangan
dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan Carpal Tunnel Syndrome.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Carpal Tunnel Syndrome
a. Anatomi dan Biomekanika Sendi Wrist
Wrist joint disusun oleh 3 tulang : tulang radius, tulang ulna dan
tulang carpal. Terowongan carpal terletak pada pergelangan tangan
yang kerangkanya dibentuk oleh 8 tulang carpal yang tersusun atas 2
deretan. Bagian proksimal terdiri dari (lateral dan medial : naviculare,
lunatum, triquertum dan psiformis). Bagian distal (trapezium,
trapezoideum, capitatum dan hamatum). Tulang-tulang tangan
susunannya membusur dengan bagian konkaf menghadap kearah
telapak tangan. Bagian tersebut terdiri dari ruangan yang tertutup oleh
ligamentum carpi transversum sehingga terbentuk suatu terusan yang
sempit yang disebut terowongan carpal.
Terowongan terdiri dari banyak struktur yaitu : a) empat tendon
dari m. Flexsor digitorum supervisialis, b) empat dari m. Flexsor
digitorum profundus, c) tendon dari m. Flexor pollicis longus, d) n
medianus (De Wolf, 1994).
Saat melakuakan gerakan dorsi fleksi wrist otot-otot yang
bekerja antara lain : m. Extensor carpi radialis longus, m. Extensor
carpi radialis brevis, m. Extensor digitorum communis, m. Digiti
7
8
minimi, m. Extensor pollicis longus dan m. Extensor indicis. Gerakan
ini terjadi pada bidang sagital dengan jarak sendi normalnaya 0-90˚.
Saat gerakan palmar fleksi wrist otot yang bekerja adalah m. fexor carpi
radialis, m. carpi ulnaris dan dibantu oleh m. palmaris longus, m.
flexor pollicis longus dan m. f;exor digitorum profundus. Dimana gerak
ini berada pada bidang sagital dengan jarak sendi normalnya 0-90˚.
Lingkup gerak sendi wrist bidang sagital 90˚-0-90˚. Pada saat gerakan
radio-ulnar deviasi posisi awal 0˚ bila lengan bawah dan jari telunjuk
dalam garis lurus radial deviasi (abduksi telapak tangan menghadap ke
depan pada posisi anatomis) dan ulnar deviasi (adduksi) 30˚ maka di
tulis 20˚-0-30˚.
Nervus medianus terbentuk oleh fasikulus lateralis asal radiks
C5, C6, C7 dan fasiculus medialis C8 dan T1. Saraf medianus di atas
siku tidak mempunyai cabang artikuler menuju sendi siku, cabang
musculer mensyarafi pollicis longus, pronator quadratus. Setelah
memberi cabang pada otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan
lengan dan jari-jari tangan di bawah ligamentum carpi tranversal saraf
medianus bercabang dua, yang lateral (motorik) mensarafi otot
abduktor pollicis brevis, flexor pollicis brevis, oponen pollicis dan otot
lumbricslles ke satu dan ke dua sedangkan cabang medial (sensorik)
mensarafi bagian volar jari-jari 1, 2, 3 dan ½ jari ke 4 (sisi lateral) serta
bagian tengah sampai sisi radial juga di sarafi oleh n. Medianus.
Terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan n. Medianus.
9
Tulang-tulang carpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang
keras dan kaku sedangkan atapnya di bentuk oleh fleksor retinakulum
(transfers carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang carpalia tersebut. Setiap perbuatan
yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada
struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
Persarafan sensorik tangan terutama 3/5 bagian tengah
dilakukan oleh serabut-serabut yang berasal dari gabungan fasikulus
lateralis dan medialis (nervus medianus). Adanya gangguan pada saraf
tersebut menimbulkan gejala-gejala somestesia, hipostesia dan
parestesia yang juga merupakan gejala Carpal Tunnel Syndrome.
Gambar 2.1 Terowongan carpal http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/?p=517
10
b. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome adalah entrapment neuropaty yang
paling sering terjadi. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan nervus
medianus pada saat melalui terowangan carpal di pergelangan tangan
tepatnya di bawah flexor retinakulam (Rambe, 2004). Sindroma ini juga
bisa diakibatkan karena penekanan arteri dan vena sehingga suplai
darah ke nerves medianus berkurang. Dulu, sindroma ini juga disebut
dengan nama acroparestesis median tenar neuritis atau partial thenar
atropy, Istilah Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch
pada tahun 1983 (Rambe, 2004).
c. Etiologi
Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nervus
medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang
mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan
terjadinya penekanan pada nerves medianus sehingga timbul Carpal
Tunnel Syndrome.
Carpal Tunnel Syndrome dapat dibagi menjadi dua yaitu akut
dan kronis, namun pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui
(idiopatik), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu gerakan yang
berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko
terjadinya CTS (Maxey, 1990). Pada keadaan lain lain nerves medianus
dapat terjebak juga di carpal tunnel itu. Secara sekunder, CTS dapat
timbul pada penderita dengan osteoartitis, diabetes mellitus,
11
miksedema, akromegali, atau wanita hamil (Sidharta, 1984). Etiologi
lain pada kasus carpal ini antara lain: (1) Herediter (nuropati herediter
yang cenderung menjadi pressure palsy), (2) Trauma (dislokasi, fraktur
colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan,
trauma langsung pada pergelangan tangan, pekerjaan dengan gerakan
mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang,
(3) Infeksi (tenosinovitis, tuberculosis), (4) Metabolik (amiloidesis,
gout), (5) Endokrin (terapi estrogen dan androgen, diabetes mellitus,
kahamilan). (6) Neoplasma (Kista ganglion, lipoma, infiltrsi metastase,
mieloma) (7) Penyakit kolagen vaskuler (artitis rematoid, polimialgia
reumatika), (8) Degenerasi (osteoartitis), (9) Tumor (Harahap, 2003).
d. Insiden
Insiden pada kasus ini diantaranya : (1) wanita beresiko 3 kali
lipat lebih banyak dari pada pria, (2) 10% banyak terjadi pada orang
dewasa, (3) usia terbanyak 40-50 tahun, (4) angka kejadian kurang
lebih 515/1000 populasi (Parjoto, 2000).
e.Perubahan Patologi
Sindrom CTS terjadi akibat gerakan ekstrim dari pergelangan
tangan. Umumnya adalah gerakan menekuk, membengkok dan
menekan dalam waktu lama dan berulang-ulang. Tanpa disadari
gerakan yang terus kontinyu itu mengakibatkan penjepitan dan
peradangan otot dan syaraf di pergelangan tangan.
Pengaruh pada pergelangan tangan tidak terasa dalam hitungan menit
12
kerusakan yang terjadi pada otot atau jaringan syaraf tubuh lainnya
karena melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan berlangsung
selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada otot dan
jaringan syaraf yang berawal dari suatu perobekan.
http://panji1102.wordpress.com/2010/06/02/menggerakkan-mouse-
berulang-ula
Kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus-menerus dan
statik akan menimbulkan spasme sehingga sirkulasi darah menjadi tidak
lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan asam laktat dan zat-zat
kimia seperti bradikinin dan histamine. Ketika terjadi penumpukan zat-
zat tersebut akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris (nosiseptor)
dan akan dihantarkan ke medula spinalis selanjutnya oleh saraf
acendent disampaikan ke otak dan akan diinterprestasikan menjadi rasa
nyeri. Dengan adanya rasa nyeri tadi bisa mengakibatkan spasme otot
yang merupakan perlindungan dari adanya nyeri dan penderitanya akan
membatasi pergerakannya terutama yang menimbulkan rasa nyeri.
Selanjutnya dalam jangka waktu yang lama dapat timbul kelemahan
otot yang akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang
berhubungan dengan fungsi tangan.
CTS terjadi jika n. Medianus mengalami kompresi dalam
struktur anatomis terowongan carpal. Terjadinya kompresi dapat
disebabkan oleh meningkatnya volume dalam terowongan carpal,
pembesaran n. Medianus atau berkurangnya cross-sectional dalam
13
terowongan carpal. Dari berbagai penyebab tersebut yang menjadi
penyebab terbanyak adalah meningkatnya volume terowongan carpal
namun apa yang menjadi penyebab meningkatnya volume ini masih
belum jelas hingga saat ini.
Kompresi ringan pada saraf tepi akan menurunkan aliran darah
epineural. Transport aksonal akan terganggu, akibat kompresi aksonal
tekanan dalam endoneural akan meningkat dan menyebabkan
parastesia. Oleh Caillet (1994) kelainan saraf dikategorikan menjadi
dua stadium yaitu (Caillet, 1994) .
1) Stadium I
Distensi kapiler intrafasikuler akan meningkatkan tekanan
intrafasikuler sehingga menimbulkan kontriksi kapiler. Selanjutnya
terjadi gangguan nutrisi dan hipereksitabilitas serabut saraf. Jika
tekanan terus-menerus sehingga mengganggu sirkulasi vena akan
terjadi odema sehingga terjadi gangguan saraf lebih lanjut.
2) Stadium II
Terjadi kompresi kapiler sehingga menyebabkan anoxia dan
berakibat kerusakan endotel kapiler. Protein masuk ke dalam
jaringan dan menyebabkan terjadinya odema lebih lanjut. Protein
tidak dapat keluar melalui perineurium sehingga terjadi akumulasi
cairan dalam endoneurial yang akan menghambat metabolisme dan
nutrisi aksonal. Poliferasi fibroblas terjadi akibat iskemia dan
terbentuk jaringan parut yang akan menyebabkan kontriksi jaringan
14
lunak sekitarnya. Pada stadium akhir ini lesi saraf dapat menjadi
ireversibel dan menyebabkan gangguan motorik dan sensorik
permanen.
f. Tanda dan gejala
1) Gangguan sensorik
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik
saja. Gejala awal biasanya adalah parestesia, kurang merasa
(numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih
menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan yang
juga dirasakan lebih memberat di malam hari sehingga sering
membangunkan penderita dari tidurnya (Coannaly, 1981). Rasa
nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau
menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakan tangannya
pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit
berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi
serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-
kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher,
sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
pergelangan tangan (Rambe, 2004).
15
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-
jari tangan dan pergalangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini
akan berkurang setelah penderita menggunakan tangannya.
Hiperetesia dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya
diinervasi oleh nevus medianus (Coannaly, 1981).
2) Gangguan motoris
Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya
menjadi kurang terampil misalnya saat atau memungut benda-
benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan
keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam.
Pada penderita CTS ini pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-
otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
medianus (Maxey, 1990).
g. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada Carpal Tunnel
Syndrome antara lain : atrofi otot-otot thenar, gangguan sensorik yang
mengenai bagian radial telapak tangan serta sisi palmar dari tiga jari
tangan yang pertama, deformitas ”ape hand” (ibu jari sebidang dengan
tangan dan atrofi otot-otot thenar), tidak mampu menjauhkan atau
memfleksiskan ibu jari atau melakukan abduksi dalam bidangnya
sendiri, genggaman tangan melemah terutama ibu jari dan telunjuk dan
jari-jari ini cenderung hyperekstensi dan ibu jari abduksi, tidak mampu
memfleksikan phalank distal ibu jari dan jari telunjuk.
16
h. Diagnosis Banding
1) De Quervain syndrome
Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis biasanya akibat gerakan tangan yang
repetitif. Gejalanya berupa rasa nyeri dan nyeri tekan pada
pergelangan tangan dekat ibu jari. Frnklestein’s test : palpasi otot
abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri
bertambah.
2) Cervical Radiculopathy
Keluhan pada kasus ini dapat berkurang bila leher di
istirahatkan dan dapat bertambah bila leher bergerak. Distribusi
gangguan sensoris sesuai dengan dermatom.
3) Pronator teres syndrome thoracic
Keluhan lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan.
Dikarenakan cabang n. Medianus ke kulit telapak tangan tidak
melalui terowongan carpal.
4) Outlet Syndrome
Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan
dan lengan bawah.
i. Prognosis
Penderita Carpal Tunnel Syndrome pada umumnya mengeluh nyeri
pada sendi-sendi interphalangeal. Manifestasi lanjut yang terjadi adalah
17
hypertrophy otot-otot thenar. Pada kasus ringan dengan diberikan terapi
konservatif pada umumnya prognosa baik dan secara umum prognosa
post operasi juga baik.
Bila hanya ada kelainan sensorik yang dijumpai kelainan ini
bersifat reversible. Tapi bila sudah ada kelainan motorik maka
kesembuhannya akan lebih lama, bahkan bisa bersifat inkomplit
walaupun telah memperoleh terapi yang adekuat (Shidarta, 1984).
j. Tes Pemeriksaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Untuk menegakkan diagnosis terjadinya CTS digunakan suatu
prosedur test yaitu Tinnel test.
Test ini mendukung diagnosa jika timbul parastesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan carpal dengan posisi tangan sedikit dorso fleksi. Dan hasil
yang diperoleh dari test diatas adalah positif.
Gambar 2.2 Thinnel Test
http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/?p=517
18
2. Aktivitas Mengetik
a. Mengetik adalah sebuah proses dimana teks atau angaka dimasukan
pada alat seperti mesin ketik, computer atau kalkulator dengan menekan
tombol pada papan ketik. Perwujudan pekerjaan mengetik dalam
pelaksanaanya dimana melakukan aktifitas dengan menggunakan
gerakan tangan meliputi gerakan yang berulang-ulang yang berlangsung
secara terus-menerus dengan postur kerja statis dan posisi kerja yang
tidak erginomis yang dapat menyebabkan terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome.
b. Pada gerakan tangan saat mengetik meliputi gerakan yang berulang-
ulang gerakan jari-jari tangan yang meliuputi gerak flexi-ekstensi,
abduksi-adduksi dan gerakan dorsi flexi pergelangan tangan yang
melibatkan m. Extensor carpi radialis longus, m. Extensor carpi
radialis brevis, m. Extensor digitorum communis, m. Digitiminimi, m.
Extensor pollicis longus dan m. Extensor indicis. Gerakan yang terjadi
secara terus menerus dan berlangsung lama akan mengakibatkan
mikrosirkulasi pada area tersebut sehingga menyebabkan penumpukan
zat-zat kimia seperti asam laktat sehingga menyebabkan meningkatnya
volume pada terowongan carpal yang akan menekan nervus medianus.
CTS muncul akibat adanya penekanan pada n. Medianus yang
mengalami kompresi pada saluran dalam pergelangan tangan yang
disebut tendo flexor, ligament carpal yang melintang dan tulang carpal
yang paling sering dikenal sebagai nerve-entrapment syndrome.
19
Sebagian besar keluhan terjadi perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan
pada pergelangan tangan yaitu fleksi-ekstensi dan radial-ulnar deviasi
yang terus-menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitis pada
fleksor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus
medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan
peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu
nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein
sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini menerangkan
bagaimana keluhan nyeri dan sebab yang timbul terutama pada malam
atau pagi hari akan berkurang setelah tangan dikibaskan atau diurut
(akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila
kondisi ini terus berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural yang merusak
serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikasn oleh
jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu
secara menyeluruh. Jika pada masa akut biasanya terjadi penekanan
yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan
mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Kontraksi otot yang terjadi terus-menerus dan statik yang
berulang-ulang akan menimbulkan spasme sehingga sirkulasi darah
menjadi tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan asam
laktat dan zat-zat kimia seperti bradikinin dan histamine. Dengan
20
adanya penumpukan dari zat-zat tersebut maka akan merangsang ujung-
ujung saraf sensoris atau nosiseptor yang akan dihantarkan ke medula
spinalis selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan ke otak dan akan
diinterpretasikan menjadi rasa nyeri. Dengan adanya rasa nyeri dapat
menyebabkan spasme otot yang merupakan perlindungan dari rasa nyeri
dan penderita akan membatasi pergerakannya terutama yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Dalam jangka waktu yang lama akan
menimbulkan kelemahan otot yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan dengan fungsi tangan.
CTS dapat terjadi apabila n. Medianus mengalami kompresi
dalam struktur anatomis terowongan carpal. Kompresi dapat
disebabkan oleh meningkatnya volume dalam terowongan carpal.
Pembesaran saraf medianus atau berkurangnya area cross-sectional
dalam terowongan carpal, namun apa yang menjadi penyebab
peningkatan volume ini masih belum jelas hingga saat ini. Diduga salah
satu penyebabnya adalah tenosinovitis akibat trauma berulang (Phallen,
1951; Nissen, 1975; Hybinette, 1975). Gerakan yang berulang yang
terus-menerus pada pergelangan tangan dan jari-jari akan meningkatkan
tekanan pada tendon yang akan mengakibatkan terjadinya tenosinivitis
dan selanjutnya menyebabkan kompresi pada saraf medianus.
Otot-otot yang bekerja saat mengetik yaitu : gerakan dorsi flexi
wrist dan otot yang bekerja adalah m. extensor carpi radialis longus, m.
extensor carpi radialis brevis, m. extensor carpi radialis brevis, m.
21
extensor digitorum comunis, m. digiti minimi, m. extensor pollicis
longus dan m. extensor indicis. Saat gerakan palmar fleksi wrist otot
yang bekerja adalah m. flexor carpi radialis, m. carpi ulnaris dan
dibantu oleh m. palmaris longus, m. f;exor pollicis longus dan m.
extensor digitorum profundus.
Nervus medianus terbentuk dari fasikulus lateralis yang berasal
dari readiks C5, C6, C7 dan fasikulus medialis C8 dan T1. saraf
medianus diatas siku tidak mempunyai cabang artikuler menuju sendi
siku, cabang musculer mensarafi pollicis longus, pronator quadartus.
Setelah memberi cabang pada otot lengan bawah untuk berbagai
gerakan lengan dan jari-jari tangan di bawah ligamentum carpi
tranversal. Saraf medianus bercabang dua, yang lateral (motorik)
mensarafi otot abduktor pollicis brevis, flexor pollicis brevis, oponen
pollicis dan otot lumbricalles ke satu dan ke dua, sedang cabang medial
(sensorik) mensarafi bagian volar jari-jari 1, 2, 3 dan ½ jari-jari ke 4
(sisi lateral) serta bagian tengah sampai sisi radial juga dipersarafi oleh
nervus medianus.
Efek dari penekanan saraf perifer termasuk pada CTS
tergantung lama (akut, intermediete, kronik) dan besarnya (ringan,
besar, sangat besar) tekanan.
3. Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan
nomos (peraturan atau hukum). Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai
22
ilmu aturan tentang kerja. Hasil lokal karya tentang penyusunan norma-
norma ergonomi dari di tempat kerja merumuskan pengertian ergonomi
sebagai berikut : ”Ilmu serta penerapanya yang berusaha menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan
tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan manusia seoptimal mungkin” (Budiono, Astrid, 2003).
Ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja
dengan kemampuan esensial manusia untuk memperoleh hasil yang
optimal (Sillalahi dan Rumondang, 1995). Sasaran ergonomi adalah
seluruh tenaga kerja baik dalam sektor modern maupun sektor tradisional.
Pada sektor modern, penerapan ergonomi dalam bentuk aturan sikap, tata
cara dan perencanaan kerja yang tepat adalah sarat penting bagi efisiensi
dan produktivitas kerja yang tinggi.
Penggunaan prinsip-prinsip ergonomi dapat mengurangi beban kerja
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa faktor pekerjaan sangatlah penting sebagai faktor
resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Faktor tersebut adalah
gerakan berulang, gerakan dengan kekuatan, postur kerja statis dan postur
kerja yang tidak ergonomis.
Pekerjaan mengetik merupakan salah satu faktor pekerjaan yang
menjadi penyebab terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Faktor-
faktor tersebut adalah gerakan berulang saat megetik, postur kerja yang
statik yaitu posisi kerja yang menetap dan postur kerja yang tidak
23
ergonomis yaitu siku tidak tersangga saat beraktivitas. Penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang timbul karena hubungan kerja atau yang
disebabkan oleh pekerjaan atau sikap kerja (Sulistriono, Astrid dkk, 2003).
Gbr 2.3 posisi ergonomis saat mengetik
http://www.ejbjs.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=15252084 .
Gbr. 2.4 Posisi egnonomis tanagn saat mengetikhttp://www.oji-punya.com/blog/91/terlalu-lama-menggunakan-komputer-bisa-
kena-penyakit-cts.html
24
Gbr. Posisi mouse saat mengetikhttp://www.oji-punya.com/blog/91/terlalu-lama-menggunakan-komputer-bisa-
kena-penyakit-cts.html
B. Kerangka Berikir
Mengetik adalah sebuah proses dimana teks atau angka dimasukkan
pada alat seperti mesin ketik, komputer atau kalkulator dengan menekan
tombol pada papan ketik. Perwujudan pekerjaan mengetik dalam
pelaksanaannya dimana melakukan aktifitas dengan menggunakan gerakan
tangan meliputi gerakan yang berulang-ulang yang berlangsung secara terus-
menerus dengan postur kerja statis dan posisi kerja yang tidak erginomis yang
dapat menyebabkan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. CTS muncul ketika
saraf medianus mengalami kompresi pada saluran dalam pergelangan yang
disebut tendo flexor, ligament carpal yang melintang dan tulang carpal yang
sering dikenal sebagai nerve-entrapment syndrome.
Kontraksi otot yang terjadi secara berulang-ulang, statik dan terus-
menerus akan menimbulkan spasme sehingga sirkulasi darah menjadi tidak
25
lancar. Hal ini menyebabkan penumpukan asam laktat dan zat-zat kimia
seperti bradikinin dan histamine. Dengan penumpukan zat-zat tersebut akan
merangsang ujung-ujung saraf sensoris dan akan dihantarkan ke medula
spinalis selanjutnya oleh saraf acenden diinterpretasikan menjadi rasa nyeri.
Dengan adanya rasa nyeri akan mengakibatkan spasme otot yng merupakan
perlindungan dari adanya nyeri dan penderita akan membatasi pergerakannya
terutama yang menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya dalam jangka waktu
lama dapat timbul kelemahan otot yang akhirnya menimbulkan gangguan
fungsi dan gerak tangan berhubungan dengan fungsi tangan.
CTS terjadi bila saraf medianus mengalami kompresi dalam struktur
anatomi terowongan carpal, pembesaran saraf medianus atau berkurangnya
area cros-sectional dalam terowongan carpal. Dari ketiga penyebab ini yang
menjadi penyebab terbanyak adalah meningkatnya volume terowongan carpal
namun apa yang menjadi penyebab peningkatan volume ini masih belum jelas
hingga saat ini. Diduga salah satu penyebab adalah tenosinovitis akibat trauma
berulang (Phallen, 1951; Nissen, 1975; Hybite, 1975). Gerakan flexi-extensi,
adduksi-abduksi dan dorsi flexi wrist yang berulang dan terus-menerus akan
meningkatkan tekanan pada tendon yang akan mengakibatkan terjadinya
tenosinovitis dan selanjutnya menyebabkan kompresi pada saraf medianus.
Nervus medianus terbentuk dari fasikulus lateralis nasal radiks C5, C6
dan C7 dan fasikulus medialis C8 dan T1. Saraf medianus di atas siku tidak
mempunyai cabang-cabang artikuler menuju sendi siku, cabang musculer
mensarafi pollicis longus, pronator quadartus. Setelah memberi cabang pada
26
otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan lengan dan jari-jari tangan di
bawah ligamentum carpi tranversal. Saraf medianus bercabang dua yang
lateral(motorik) mensarafi otot abduktor pollicis brevis, flexor pollicis brevis,
oponen policis dan otot lumbricales ke satu dan ke dua, sedang cabang medial
(sensorik) mensyarafi bagian volar jari-jari 1,2,3 dan ½ jari ke 4 (sisi lateral)
serta bagian tengah sampai sisi radial juga di syarafi oleh n. Medianus.
Carpal Tunnel Syndrome merupakan tekanan terhadap nervus medianus
di dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan tepatnya di bawah flexor
retinaculum. Untuk menegakkan diagnosis CTS menggunakan Tinnel’s Test.
Bila tes positif maka menegakkan diagnosa CTS.
27
Gambar 2.5 kerangka penelitian
Pekerjaan Mengetik
Gerakanberulang - ulang
Gerakan tanganflexi – extensi abduksi-aduksidorsi-flexi wrist
aa
Gerakan tangandengan kekuatan
Postur kerjastatis
Posisi kerjayang tidak ergonomis
Kompresi / penekanan pada terowongan carpal yang melewati syaraf medianus
Inflamasi lokal
Meningkatkan volume dalam terowongan carpal, pembesaran saraf pada terowongan carpal
Peradangan pada terowongan
Sirkulasi darah menjadi tidak lancar
Penumpukan asam laktat dan zat kimia
Akan merangsang unjung – ujung sarafsensoris / saraf nyeri ( nasiceptor)
Spasme otot Spasme ototNyeri
CTS
Tes tinnel’s
28
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.6 Kerangka Konsep
D. Penelitian terdahulu mengenai CTS
Penelitian-penelitian terdahulu tentang CTS telah banyak dilakukan
menyusul kesadaran masyarakat bahwa terdapat banyak faktor penyebab CTS
terutama yang terdapat pada lingkungan kerja. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Era Rahmani Dewi (2008) dimana faktor
pekerjaan diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome belum banyak di perhatikan di Indonesia. Dalam penelitian yang
berjudul Hubungan lama membatik dengan kejadiaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) di perusahaan batik tulis Putera Laweyan Surakarta yang
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan lama bekerja terhadap
timbulnya CTS pada pekerja batik canting Perusahaan Batik Putera Laweyan
Surakarta. Faktor-faktor pekerjaan yang merupakan faktor resiko terjadinya
CTS pada pekerja batik canting yaitu gerakan tangan yang berulang, gerakan
tangan dengan kekuatan, adanya tekanan pada tangan dan pergelangan, posisi
tangan statis, posisi tangan dan tubuh bagian atas tidak ergonomik, posisi
fleksi dan ekstensi.
E. Hipotesa
Ada pengaruh lama mengetik terhadap resiko terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome pada para pekerja rental.
Mengetik lama
NyeriSpasme CTS
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian adalah di rental sekitar kampus
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Adapun pelaksanaanya pada
bulan Januari-Maret 2011.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survey yaitu penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh obyek yang akan
diteliti atau populasi tetapi mengambil sebagian dari populasi tersebut
(sampel). Sampel adalah merupakan bagian populasi yang dianggap mewakili
populasinya.
Jenis penelitian survey yang dilakukan adalah pendekatan cross sectional
yaitu tiap subyek peneliti hanya di observasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variable subyek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati
pada waktu yang sama (Notoatmojo, 2002).
C. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya meliputi seluruh
29
30
karakteristik yang dinilai oleh obyek atau subyek itu (Sugiyono, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah para pekerja rental di area sekitar
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
D. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap dapat mewakili sebagian populasi.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
random sampling yaitu pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 1993).
Pada saat pengambilan sampel penelitian memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Para pekerja rental
b. Bersedia mengikuti jalannya penelitian
c. Bekerja lebih dari lima tahun
d. Mengetik lebih dari 2 jam/hari
2. Kriteria Eklusi
a. Pekerja dengan riwayat trauma tangan atau pergelangan tangan
b. Bukan pekerja rental
c.Mengetik kurang dari 2 jam/hari
31
Pada penelitian yang dilakukan menggunakan lembar kuisionare
dimana populasi sebanyak 69 orang yang diambil 41 responden yang
memenuhi kriteria inklusi.
Skala pengukuran untuk semua variabel yang bersifat rasio
kedalam bentuk variabel yang bersifat ordinal digunakan skala
perhitungan sebagai berikut (Riwidikdo, 2007) :
Variabel Rasio > Mean + (1 x SD) = nilai maksimal dari skala rasio
variable tersebut.
Mean – (1 x SD) < Variabel Rasio < Mean + (1 x SD) = nilai variable
rasio tersebut di antara nilai maksimalnya dan nilai minimalnya.
Variabel Rasio < Mean – (1 x SD) = nilai minimal dari skala rasio
variabel tersebut
(Riwidikdo, 2007)
E. Instrumen Penelitian
Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Lama mengetik
b. Variabel terikat : Carpal Tunnel Syndrom
F. Definisi Konseptual
1. Lama mengetik
Lama bekerja adalah fraktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai hasil penelitian dengan
meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan
32
penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia
dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 1989).
Mengetik adalah sebuah proses dimana teks atau angka dimasukkan pada
alat seperti mesin ketik, komputer atau kalkulator dengan menekan tombol
pada papan ketik. Perwujudan pekerjaan mengetik dalam pelaksanaanya
dimana melakukan aktifitas dengan menggunakan gerakan tangan meliputi
gerakan yang berulang-ulang yang berlangsung secara terus-menerus
dengan postur kerja statis dan posisi kerja yang tidak erginomis yang dapat
menyebabkan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome.
2. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Carpan tunnel syndrome (CTS) adalah kumpulan gejala akibat
penekanan pada nervus medianus ketika melalui terowongan carpal
(Carpal Tunnel) di pergelangan tangan. Manifestasi dari sindroma ini
adalah rasa nyeri dan kesemutan (parasthesia) (Sidharta, 1996).
Manifestasi klinis dari CTS berupa gangguan sensorik diantaranya
parasthesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai nseluruh jari, keluhan parasthesia biasanya
lebih menonjol di malam hari (Collonaly, 1981). Gangguan motoris yang
terjadi pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi
kurang terampil misalnya pada saat memungut benda-benda kecil dan
kesulitan pada saat menggenggam sedangkan pada tahap lanjut dapat
33
dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot yang di inervasi oleh nervus
medianus (Maxey, 1990).
G. Definisi Operasional
1. Lama mengetik
Lama bekerja pada pekerja mengetik dalam penelitian ini selama
lebih dari dua jam dalam satu hari yang dilakukan secara terus-menerus
dalam hitungan minggu.
2. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Kejadian CTS yaitu ditemukannya tenaga kerja yang memiliki
kriteria tertentu dengan berdasarkan kriteria oleh NIOSH (1989). Untuk
CTS sebagai penyakit akibat kerja yaitu berupa:
a. Terdapatnya salah satu atau lebih gejala paraesthesia, sakit atau mati
rasa (baal) pada tangan yang berlangsung sedikitnya satu minggu atau
bila tidak terjadi terus menerus, sering terjadi pada berbagai
kesempatan.
b. Secara obyek dijumpai hasil test Tinnel (+)/ positif.
c. Adanya riwayat pekerjaan seperti melakukan pekerjaan berulang atau
repretitive, pekerjaan yang disertai kekuatan tangan, menggunakan alat
dengan getaran tinggi serta terjadinya tekanan pada pergelangan atau
telapak tangan yang bisa disebut sebagai RSI ( Repetitive Strain
injury).
34
Gejala-gejala yang berkaitan dengan kejadian CTS tersebut
diketahui dengan menggunakan kuesioner, serta skala yang dipakai adalah
nominal dengan kriteria: 1. Ya, dan 2. Tidak
H. Jalannya Penelitian
1. Peneliti menentukan tempat yang akan digunakan untuk penelitian
dan mendapatkan persetujuan dari pihak instansi kampus.
2. Peneliti menentukan subyek yang akan diteliti berdasarkan kriteria
inklusi dan eklusi.
3. Peneliti menentukan kumpulan sampel yang akan diteliti.
4. Peneliti membuat surat persetujuan yang harus ditandatangani oleh
subyek yang isinya subyek bersedia mengikuti jalannya penelitian.
5. Peneliti memberikan penjelasan kepada subyek mengenai manfaat,
tujuan dan pentingnya dilakukan penelitian ini.
6. Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap subyek untuk
mengetahui dan memastikan bahwa subyek terkena CTS.
7. Peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang dilakukan.
8. Peneliti menganalisis data yang sudah terkumpul.
I. Teknik analisa data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
kepada responden dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya
35
tanda-tanda terjadinya CTS pada para pekerja rental di area Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta. Responden diberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan penelitian secara tertulis dan secara lisan untuk
menghindari kesulitan pengisian maka peneliti mendampingi responden
dan menjelaskan maksud pertanyaan jika ada yang kurang jelas. Sebelum
mengisi kuisioner responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan tata
cara pengisian agar dalam pengisian tidak terjadi salah persepsi, binggung
atau tidak paham dan dilakukan pemeriksaan terhadap setiap responden
untuk mengetahui adanya tanda-tanda terjadinya CTS. Pelaksanaan
penelitian dimulai pada bulan Januari 2011. Setelah data diperoleh
kemudian diolah dan di analisis.
2. Pengolahan Data Dan Analisis Data
a. Proses Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam
penelitian.Kegiatan dalam pengolahan data meliputi:
1) Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh para pengumpul data.Tujuan dari pada editing adalah untuk
mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada didalam daftar
pertanyaan sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.
2) Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para
responden ke dalam katagori-katagori.
36
3) Tabulating
Pekerjaan tabulating adalah pekerjaan membuat tabel.Jawaban-
jawaban yang sudah diberi kode katagori jawaban kemudian
dimasukkan dalam tabel (Cholid Narbuko, 2004: 154-155)
b. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara dekriptif dan analitik dengan menggunakan:
1) Analisis Univariat
Analisis Univariat merupakan penjelasan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Analisis dari masing-masing dalam
bentuk table distribusi frekuensi, Standar deviasi, mean, dan median
dari tiap variabel seperti jenis kelamin, umur, lama bekerja, tinggi
badan dan berat badan serta lama berdiri. Analisis data responden
menggunakan analisis prosentase, sehingga penyajian dalam bentuk
table dan distribusi.
Rumus presentase adalah sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase (%)
X : Jumlah jawaban
N : Jumlah sampel (Budiarto, 2002)
a. Analisis Bivariat
Untuk menganalisa hubungan antara lama mengetik terhadap
resiko terjadinya carpal tunnel syindrome digunakan uji
37
statistik man whitney, dengan taraf kepercayaan 95% dan
derajat signifikan 0,05 Rumusan yang digunakan peneliti
adalah:
Keterangan:
: Besarnya chi square
: frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
: frekuensi yang diharapkan
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
software program SPSS. Windows versi 15.00 dengan uji statistik
wilxoson signed rank test dan man whitney. Batasan kemaknaan uji
statistik adalah 0,05 (5%) bila dinilai lebih besar dari 0,05 maka
tidak bermakna dan bila kurang dari 0,05 adalah bermakna.