bab iii tinjauan teori dan praktik potensi …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf ·...
TRANSCRIPT
25
BAB III
TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI PENERIMAAN
PAJAK REKLAME PADA DINAS PENDAPATAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
3.1 Gambaran Umum Pajak Reklame
3.1.1 Pengertian Reklame
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12
Tahun 2013 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud reklame adalah
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,
dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
3.1.2 Pengertian Pajak Reklame
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12
Tahun 2013 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud pajak reklame
adalah pajak atas penyelenggara reklame.
3.1.3 Dasar Hukum Pajak Reklame
Dasar hukum yang mengatur tentang pajak reklame antara lain:
1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12 Tahun 2013
tentang Pajak Daerah.
3.1.4 Subjek Pajak Reklame dan Wajib Pajak Reklame
Subjek pajak reklame yaitu orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Sedangkan
26
wajib pajak reklame ialah orang pribadi atau badan hukum yang
menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri
atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.
3.1.5 Objek Pajak Reklame dan Bukan Objek Pajak Reklame
3.1.5.1 Objek Pajak Reklame
Objek pajak reklame adalah semua penyelenggara reklame,
yang termasuk objek pajak reklame yaitu:
a. Reklame papan / billboard
yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu termasuk
seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau
digantung atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding,
pagar, pohon, tiang dan sebagainya baik bersinar
maupun yang disinari.
b. Reklame videotron / megatron
yaitu reklame yang menggunakan layar monitor besar
berupa program reklame atau iklan bersinar dengan
gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat
berubahubah, terprogram dan difungsikan dengan
tenaga listrik.
c. Reklame kain / spanduk dan sejenisnya
yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik,
karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.
d. Reklame melekat, stiker / poster
yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang,
digantung pada suatu benda dengan ketentuan luasnya
tidak lebih dari 200 cm per lembar.
27
e. Reklame selebaran
yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau
dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk
ditempelkan, diletakkan, dipasang atau digantungkan
pada suatu benda lain.
f. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan
yaitu reklame yang ditempatkan pada kendaraan yang
diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau
dengan cara dibawa oleh orang.
g. Reklame udara
yaitu reklame yang diselenggarakan diudara dengan
menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang
sejenis.
h. Reklame apung
yaitu reklame yang diselenggarakan di air dengan
menggunakan perahu, pelampung, kapal atau alat lain
yang sejenis.
i. Reklame Suara
yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan
suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat.
j. Reklame film / slide dan sejenisnya
yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun
bahan-bahan sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan
dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang
ada di ruangan.
28
k. Reklame Peragaan
yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai
suara.
3.1.5.2 Bukan Objek Pajak Reklame
Sebagian yang tidak termasuk objek pajak reklame adalah:
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi,
radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan
sejenisnya.
b. Label / merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan
dari produk sejenis lainnya.
c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang
melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur
nama pengenal usaha usaha atau profesi kecuali reklame
papan / shopsign ukuran luas diatas 0,5 m2
.
d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah.
3.1.6 Biro Jasa Reklame
Biro Jasa Reklame adalah jasa yang menyewakan bentuk
media iklan meliputi billboard, megatron/videotron, neon box,
reklame kain. Biro jasa reklame ini biasanya telah memiliki beberapa
tempat yang dikuasai dan membayar kontrak dengan Dinas
Pendapatan Pengelolaaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Semarang selama satu tahun. Pihak yang ingin memasang iklan
menggunakan biro jasa reklame tidak perlu mengurus perijinan
pemasangan reklame di DPPKAD Kabupaten Semarang. Namun
penetapan tarif yang ditetapkan dari pihak Biro jasa reklame tarifnya
29
akan lebih mahal dan tidak sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh
pihak DPPKAD Kabupaten Semarang.
Sistem penagihan melalui biro jasa reklame petugas DPPKAD
Kabupaten Semarang akan langsung menagih ke biro jasa reklame.
3.1.7 Dasar Pengenaan dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
Dalam usaha meningkatkan pendapatan asli daerah, Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah memungut
pajak reklame di Kabupaten Semarang dengan berdasar pada
Peraturan Daerah No 12 Tahun 2013 tentang Pajak Daerah
disebutkan dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa
Reklame (NSR) dikalikan dengan tarif sebesar 25%. Nilai Sewa
Reklame adalah Hasil Penjumlahan NJOPR dengan NSPR. Nilai
Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) adalah merupakan keseluruhan
pembayaran/pengeluaran biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemilik
dan/ atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah
biaya/harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik,
pembayaran/ongkos perakitan, pemancaran, peragaan, penayangan,
pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan dan lain
sebagainya sampai dengan bangunan reklame selesai, dipancarkan,
diperagakan, ditayangkan dan/ atau terpasang ditempat yang telah
diizinkan. Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) adalah
ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame
berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk
berbagai aspek kegiatan.
Nilai Jual Obyek Pajak Reklame dihitung berdasarkan dari
faktor-faktor biaya pembuatan reklame termasuk jenis dan bahan
yang digunakan, biaya pemasangan reklame dan biaya pemeliharaan
reklame. Sesuai dengan keputusan bupati 970/0357/2011 Nilai Jual
Obyek Pajak Reklame telah ditetapkan sebagai berikut:
30
Tabel 3.1
Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR)
Jenis Reklame Biaya
Pemasangan (Rp)
Biaya
Pemeliharaan
(Rp)
Megatron 1.200.000 120.000
Billboard Dengan cahaya 120.000 12.000
Tanpa cahaya 80.000 8.000
Baliho 20.000 2.000
Shopsign 20.000 2.000
Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang
Kawasan strategis adalah nilai strategis kawasan yang
diklasifikasikan berdasarkan lokasi penempatan reklame yang
ditentukan oleh, tingkat kepadatan, lokasi kecamatan, sudut pandang,
dan luas reklame. Faktor penentu tingkat kepadatan diberi bobot
25% dengan ketentuan sebagai berikut :
Strategis I = skor 5
Strategis II = skor 4
Strategis III = skor 3
Strategis IV = skor 2
Strategis V = skor 1
Faktor berikutnya ditentukan berdasarkan tempat lokasi
pemasangan reklame. Lokasi Kecamatan diberi bobot 15% dengan
ketentuan sebagai berikut :
Kecamatan I = skor 5
Kecamatan II = skor 4
Kecamatan III = skor 3
Kecamatan IV = skor 2
Kecamatan V = skor 1
31
Pajak Reklame = Tarif Pajak Reklame x NSR
NSR = NJOPR + NSPR
= 25% x NJOPR x NSPR
NJOPR =(biaya pemasangan x ukuran)+(biaya
pemeliharaan x ukuran)
NSPR = Kawasan strategis x harga dasar strategis
NSR : Nilai Sewa Reklame
NJOPR : Nilai Jual Obyek Pajak Reklame
NSPR : Nilai Strategis Pajak Reklame
Lokasi kecamatan telah diklasifikasikan menurut keraimain
dan pusat kegiatan. Berikut ini adalah klasifikasi nama lokasi
kecamatan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah:
Tabel 3.2
Klasifikasi Nama Lokasi Kecamatan
A. Lokasi Kecamatan I 1. Kecamatan Ungaran
Barat
2. Kecamatan Ungaran
Timur
3. Kecamatan Ambarawa
4. Kecamatan Bawen
5. Kecamatan Bergas
6. Kecamatan Bandungan
B. Lokasi Kecamatan II
1. Kecamatan Tuntang
2. Kecamatan Tengaran
3. Kecamatan Pringapus
4. Kecamatan Banyubiru
32
C. Lokasi Kecamatan III
1. Kecamatan Sumowono
2. Kecamatan Bringin
3. Kecamatan Getasan
4. Kecamatan Jambu
D. Lokasi Kecamatan IV
1. Kecamatan Susukan
2. Kecamatan Pabelan
3. Kecamatan Suruh
E. Lokasi Kecamatan V
1. Kecamatan Bancak
2. Kecamatan Kaliwung
Sumber: DPPKAD Kabupaten Semarang
Faktor penentu berikutnya adalah sudut pandang, sudut
pandang diukur dari jumlah persimpangan dan arah arus lalu lintas
jika pemasangan reklame dapat dilihat dari banyak arah maka scor
yang ditetapkan akan semakin tinggi. Dari faktor sudut pandang ini
diberi bobot 10% dengan ketentuan sebagai berikut :
Semua arah = skor 5
Sudut pandang 4 = skor 4
Sudut pandang 3 = skor 3
Sudut pandang 2 = skor 2
Sudut pandang 1 = skor 1
Dalam penetapan reklame faktor yang sangat mempengaruhi
besarnya pajak terutang reklame adalah dari luas reklame itu sendiri
yaitu diberi bobot 50% dengan ketentuan sebagai berikut :
Luas > 40m = skor 5
Luas 35,1m – 40m = skor 4,5
Luas 30,1 m - 35m = skor 4
Luas 25,5m – 30m = skor 3,5
Luas 20,1m – 25m = skor 3
33
Luas 15,1m – 20m = skor 2,5
Luas 10,1m -15m = skor 2
Luas 5,1m -10m = skor 1,5
Luas 2,1 m – 5m = skor 1
Luas < 2m = skor 0,5
Selanjutnya untuk menentukan besarnya Nilai Strategis
Pemasangan Reklame dari seluruh faktor diatas harus dijumlahkan
dan kemudian dikalikan dengan Harga Dasar Strategis yang telah
ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Semarang.
Berikut ini adalah Harga Dasar Strategis Kabupaten Semarang :
Table 3.3
Harga dasar starategis/m² dalam satuan bulan atau tahun
Harga Dasar
Strategis
Bulan
(Rp)
Tahun
(Rp)
STRATEGIS 1 12,000 120,000
STRATEGIS 2 8,000 80,000
STRATEGIS 3 2,500 50,000
STRATEGIS 4 2,000 20,000
STRATEGIS 5 1,000 10,000
Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang
Dari tabel diatas telah diklasifikasikan nama kawasan strategis
berdasarkan kepadatan, berikut ini adalah klasifikasi kawasan
strategis di area kabupaten Semarang :
A. Strategis I
1. Batas Kota Ungaran s/d Bawen;
2. Pasar Projo, Pasar Suroboyo radius 500 m;
34
3. Terminal Bawen radius 500 m;
4. Pasar Bandungan radius 500 m.
B. Strategis II
1. Sepanjang jalan Bawen s/d Jambu;
2. Sepanjang jalan Bawen s/d Sruwen;
3. Sepanjang Lemah Abang s/d Bandungan;
4. Sepanjang jalan Karangjati s/d Pringapus;
5. Jalan M.Yamin dan Jalan A. Yani Ungaran;
6. Jalan Hos Cokroaminoto sampai Perumahan Mapagan.
C. Strategis III
1. Pasar Sumowono radius 500 m;
2. Pasar Suruh radius 500 m;
3. Komplek Wisata Kopeng radius 500 m;
4. Pasar Getasan radius 500 m;
5. Pertigaan Palagan sampai Pasar Warung Lanang;
6. Pasar Bringin radius 500 m;
7. Jalan Kota Ungaran yang belum diatur di strategis I dan
II;
8. Jalan Kota Ambarawa yang belum diatur di strategis I
dan III.
D. Strategis IV
1. Pertigaan Sruwen sampai Karang Gede;
2. Pasar Warung Lanang sampai Pasar Bandungan;
3. Ambarawa sampai Bandungan;
4. Pos Tingkir sampai Karang Gede;
5. Tuntang sampai Bringin;
6. Bringin sampai Salatiga;
7. Salatiga sampai Kopeng.
E. Strategis V
Lokasi yang tidak termasuk strategis I,II,III,IV dan V.
35
3.2 Potensi Penerimaan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang
Selanjutnya yang dimaksud potensi ialah daya, kekuatan, atau
kesanggupan untuk menghasilkan penerimaan daerah, atau kemampuan
yang pantas diterima dalam keadaan seratus persen. Potensi penerimaan
daerah dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu berdasarkan fungsi
penerimaan dan berdasarkan atas indikator sosial ekonomi. Pengukuran
potensi pajak sangat dipengaruhi oleh semua tahap kegiatan (fungsi)
administrasi pendapatan pajak/retribusi seperti tahap-tahap pendapatan,
penetapan penyetoran dan pembukuan.
Menurut Mardiasmo (2002:149) pajak harus diupayakan sebagai
the last effort artinya bahwa pemerintah daerah harus benar-benar
mengoptimalkan pajak daerah yang sudah ada. Untuk menilai hal tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan tolak ukur atau indikator. Pajak
reklame merupakan bagian dari pajak daerah, oleh karena itu indikator yang
digunakan pun sama. Indikator yang akan digunakan dalam menilai pajak
yaitu potensi, realisasi, dan kontribusi. Potensi pajak reklame yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah potensi pajak reklame dalam lima
tahun yang didasarkan pada perhitungan riil dilapangan melalui pendekatan
observasi dan pengukuran langsung pada obyek pajak. Perhitungan
dilakukan dengan mengacu pada Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 4 Tahun 2012 dan Nomor 12 tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah.
Pembahasan merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
memberikan kesan, pendapat atau pandangan secara teoritis terhadap hasil
penelitian yang diperoleh. Pembahasan juga dilakukan untuk
membandingkan kesesuaian dari teori-teori yang dijadikan item pengolahan
data yang diperoleh. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah satu
variabel atau variabel mandiri yaitu potensi penerimaan pajak reklame yang
terdiri dari Total penerimaan pajak reklame, laju pertumbuhan, efisiensi dan
36
efektivitas serta Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari laju pertumbuhan
dan elastisitas.
Selanjutnya yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bertujuan
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi.
1. Potensi Pajak Reklame
Menurut Kesit bambang Prakosa (2005:151) untuk menghitung
potensi pajak reklame adalah sebagai berikut:
Potensi reklame non selebaran atau sejenisnya adalah
Jumlah reklame x Ukuran/Luas x Jumlah Hari x Tarif
Atau
Potensi Pajak Reklame (PPrk) = R x S x D x Pr
R = jumlah reklame
S = Ukuran/Luas reklame
D = jumlah hari
Pr = tarif reklame
2. Realisasi Penerimaan Pajak Reklame
Realisasi merupakan penerimaan yang dapat dicapai selama satu tahun
anggaran. Untuk menghitung efektivitas realisasi pajak reklame di suatu
daerah berdasarkan potensi riil dapat dihitung dengan membandingkan
potensi dan realisasi pajak reklame.
3. Kontribusi Pajak Reklame
Tingkat kemandirian suatu daerah dapat ditunjukan dengan kontribusi
PAD untuk mendanai belanja-belanja daerahnya. Semakin besar
37
kontribusi pajak reklame, maka peran pajak dalam mendukung
peningkatan pajak daerah, khususnya pajak reklame dan PAD semakin
besar.
3.2.1 Total Penerimaan Pajak Reklame
Berikut disajikan tabel target dan realisasi penerimaan pajak
reklame di DPPKAD Kabupaten Semarang
Tabel 3.4
Total Penerimaan Pajak Reklame
Tahun APBD Setelah PAK
Target Realisasi
2011 911.420.000 1.028.166.590
2012 1.302.561.000 1.432.639.180
2013 1.657.561.000 1.454.131.430
2014 1.618.124.000 1.547.577.300
2015 1.418.124.000 1.646.028.660
Sumber : DPPKAD, 2016 (diolah)
Total penerimaan pajak reklame Kabupaten Semarang belum semua
melampaui target yang telah ditetapkan, terjadi penurunan jumlah
realisasi pajak reklame dari tahun 2013-2014. Hal ini memberikan
kontribusi positif terhadap total pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Semarang dalam menunjang pembangunan daerah.
38
Gambar 3.1
Perbandingan Target dan Realisasi Pajak Reklame
3.2.2 Laju Pertumbuhan Pajak Reklame
Perhitungan rasio laju pertumbuhan dilakukan dengan
menghitung selisih pajak reklame yang sekarang dengan penerimaan
pajak reklame tahun sebelumnya, kemudian dibandingkan dengan
penerimaan tahun sebelumnya. Perkembangan (selisih) penerimaan
pajak reklame yang sekarang dengan penerimaan pajak reklame
tahun sebelumnya, dihitung sebagai berikut.
Perkembangan Pajak Reklame = Xt - X(t-1)
0
200.000.000
400.000.000
600.000.000
800.000.000
1.000.000.000
1.200.000.000
1.400.000.000
1.600.000.000
1.800.000.000
Tahun2011
Tahun2012
Tahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Target
Realisasi
39
Tabel 3.5
Perkembangan Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten
Semarang Tahun 2011-2015
Sumber: Data diolah (2016)
Setelah dilakukan perhitungan terhadap perkembangan pajak
reklame tiap tahun, kemudian dihitung laju pertumbuhan pajak
reklame dengan rumus dan perhitungan sebagai berikut.
Gx= Xt – X(t-1) x 100%
X(t-1)
Sumber: Abdul Halim dalam Basdi Ati, 2007
Keterangan:
Gx = Laju pertumbuhan pajak reklame (tahun yang dihitung)
Xt = Realisasi pajak reklame (tahun yang dihitung)
X(t-1) = Realisasi pajak reklame tahun sebelumnya
Tahun Peningkatan Realisasi (n+1)
2011 -
2012 404.472.590
2013 21.492.250
2014 93.445.870
2015 98.451.360
40
Tabel 3.6
Laju Pertumbuhan Pajak Reklame Kabupaten Semarang
Tahun 2011-2015
Tahun APBD Setelah PAK Perkembangan
Realisasi (n+1) %(n+1)
Target Realisasi
2011 911.420.000 1.028.166.590 -
2012 1.302.561.000 1.432.639.180 404.472.590 39,34%
2013 1.657.561.000 1.454.131.430 21.492.250 1,50%
2014 1.618.124.000 1.547.577.300 93.445.870 6,42%
2015 1.418.124.000 1.646.028.660 98.451.360 6,36%
Sumber: Data diolah (2016)
Berdasarkan hasil analisis perhitungan pajak yang disajikan
pada Tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara nominal
perkembangan penerimaan pajak reklame di Kabupaten Semarang
dari tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan sehingga
realisasi penerimaan tiap tahunnya semakin bertambah dengan
persentase laju pertumbuhan yang positif. Laju pertumbuhan pajak
reklame tahun 2011 sampai tahun 2015 yaitu masing-masing
39,34%, 1,50%, 6,42%, 6,36%. Sedangkan laju pertumbuhan pajak
reklame pada tahun 2013 mengalami perkembangan dan
pertumbuhan yang negatif sebesar 1,50% akibat dari menurunnya
realisasi penerimaan pajak reklame pada tahun 2013 dibandingkan
dengan penerimaan tahun sebelumnya. Dan di tahun 2013
peningkatan terkecil yaitu 2,15%.
3.2.3 Daya Pajak (Tax Effort)
Daya Pajak (TaxEffort) adalah ratio antara penerimaan pajak
dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah.
Salah satu indicator yang dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan membayar masyarakat adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
41
Daya pajak (tax effort) reklame dihitung dengan
membandingkan realisasi penerimaan pajak reklame tiap tahun
dengan PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
Untuk melihat nilai PDRB Kabupaten Semarang tahun 2011 sampai
tahun 2015 berkaitan dengan perhitungan daya pajak dapat dilihat
pada table berikut:
Tabel 3.7
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Semarang Tahun 2011-2015
Tahun Atas Dasar Harga
Berlaku (ribu rupiah)
Atas Dasar Harga
Konstan (ribu rupiah)
2011 6.484.472,46 4.481.358,29
2012 7.340.034,64 4.652.041,80
2013 8.175.899,23 4.871.444,25
2014 9.284.507,64 5.079.003,74
2015 10.066.845,45 5.300.723,41
Sumber: PDRB Pemkab Semarang: (2015)
Daya pajak atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
berlaku untuk tahun 2011, dihitung sebagai berikut.
Sumber : Simanjuntak dalam Halim (2004:92)
Jika PDRB suatu daerah meningkat, maka kemampuan daerah
dalam membayar (ability to pay) pajak juga akan meningkat. Ini
mengandung arti bahawa administrasi penerimaan daerah dapat
meningkatkan daya pajaknya agar penerimaan pajak meningkat.
Daya Pajak = Realisasi Pajak Reklame 2011 x 100%
PDRB Tahun 2011 (atas harga berlaku)
42
Tabel 3.8
Tax Effort Pajak Reklame Kabupaten Semarang
Tahun 2011-2015
Tahun
Realisasi
Pajak
Reklame
PDRB Tax Effort %
Harga
Berlaku
Harga
Konstan
Harga
Berlaku
Harga
Konstan
2011 1.028.166.590 6.484.472,46 4.481.358,29 1,58 2,29
2012 1.432.639.180 7.340.034,64 4.652.041,80 2 3,07
2013 1.454.131.430 8.175.899,23 4.871.444,25 1,8 2,98
2014 1.547.577.300 9.284.507,64 5.079.003,74 1,7 3,04
2015 1.646.028.660 10.066.845,45 5.300.723,41 1,63 3,1
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2016)
Berdasarkan hasil perhitungan persentase tax effort yang
diperlihatkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa kemampuan
mengumpulkan pajak yang tertinggi selama lima tahun terjadi pada
tahun 2015 yang mencapai Rp. 1.646.028.660, akan tetapi persentase
tax effort pajak reklame di Kabupaten Semarang yang tertinggi
terjadi pada tahun 2013 yaitu 1,8% atas harga yang berlaku dan
tahun 2015 yaitu 3,1%, hal ini dikarenakan adanya kenaikan PDRB
atas harga yang berlaku dan harga konstan yang tidak seimbang.
Tax Effort yang terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar
1,58% atas dasar harga berlaku dan sebesar 2,29% atas dasar harga
konstan.
3.2.4 Efektivitas Pajak Reklame
Menurut Mardiasmo (2004:93) “efektivitas adalah ukuran
berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya”.
Sedangkan menurut Abdul Halim (2004:93) “efektivitas adalah
mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi
pajak itu sendiri”.
43
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perbandingan atau rasio antara penerimaan dengan target pajak
reklame yang telah ditetapkan setiap tahunnya berdasarkan potensi
yang sesungguhnya. Dalam perhitungan efektivitas menurut Halim
(2002:130) apabila rasio yang dicapai minimal satu atau 100% maka
rasio efektivitas semakin baik, artinya semakin efektif pajak
reklame. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil persentase
efektivitas menunjukan pemungutan pajak reklame semakin tidak
efektif.
Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dalam
merealisasikan penerimaan pajak reklame dibandingkan dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi sesungguhnya dapat
ditunjukkan melalui rasio efektivitas. Efektivitas pajak reklame
dihitung dengan membandingkan realisasi penerimaan pajak reklame
dengan target atau anggaran yang direncanakan tiap tahunnya
dengan rumus dan perhitungan sebagai berikut:
Sumber : Simanjuntak dalam Halim (2004:93)
Dengan standart yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Kinerja Keuangan
Interval Tingkat Efektivitas
Diatas 100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Efektifitas= Realisasi Penerimaan Pajak Reklame x 100%
Target Penerimaan Pajak Reklame berdasarkan
Potensi riil Daerah
44
Sehingga efektivitas pajak reklame di Kabupaten Semarang
tahun 2011 hingga 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.10
Efektivitas Pajak Reklame Kabupaten Semarang
Tahun 2011-2015
Tahun APBD Setelah PAK Efektifitas
(%) Kriteria
Target Realisasi
2011 911.420.000 1.028.166.590 112,80 Sangat efektif
2012 1.302.561.000 1.432.639.180 109,98 Sangat efektif
2013 1.657.561.000 1.454.131.430 87,72 Cukup efektif
2014 1.618.124.000 1.547.577.300 95,64 Efektif
2015 1.418.124.000 1.646.028.660 116,06 Sangat efektif
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2016)
Berdasarkan tabel diatas, persentase efektivitas pajak reklame
tertinggi di Kabupaten Semarang terjadi pada tahun 2015 sebesar
116,06% dan efektivitas terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu
87,72%. Realisasi penerimaan pajak reklame selama lima tahun
secara nominal tidak selalu mengalami peningkatan. Terjadi
penurunan tingkat ke efektifitasnya pada tahun 2013 dan tahun 2014
yaitu kriteria cukup efektif dan efektif. Sedangkan tahun 2011, 2012,
dan tahun 2015 mengalami peningkatan sangat efektif.
3.2.5 Laju Pertumbuhan PAD
Laju pertumbuhan PAD Kabupaten Semarang menggambarkan
kemampuan Pemerintah Kabupaten Semarang untuk
mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan dalam memungut
PAD dari suatu periode ke periode berikutnya. Laju pertumbuhan
PAD dihitung dengan menghitung terlebih dahulu besarnya selisih
atau perkembangan pajak reklame yang diterima tiap tahunnya,
kemudian membandingkannya dengan besarnya realisasi PAD tahun
45
sebelumnya. Perkembangan (selisih) PAD yang sekarang dengan
penerimaan pajak reklame tahun sebelumnya, dihitung sebagai
berikut:
Perkembangan PAD = Xt – X(t-1)
Maka, dengan perhitungan tersebut, perkembangan atau selisih
dari realisasi PAD setiap tahun, dari tahun 2011 sampai tahun 2015
sebagai dasar perhitungan yang digunakan dalam menghitung PAD
pertahun disusun dalam tabel berikut.
Tabel 3.11
Perkembangan Penerimaan PAD
di Kabupaten Semarang Tahun 2011-2015
Sumber: Hasil pengolahan data (2016)
Setelah dilakukan perhitungan terhadap perkembangan PAD
tiap tahun, kemudian dihitung laju pertumbuhan PAD dengan rumus
dan perhitungan sebagai berikut:
Gx = Xt – X(t-1) x 100%
X(t-1)
Tahun Pendapatan Asli Daerah Peningkatan
Realisasi
(n+1) Target Realisasi
2011 41.233.896.000 39.433.225.418 -
2012 43.086.908.000 47.192.969.403 7.759.743.990
2013 74.267.729.000 82.603.475.216 35.410.505.813
2014 82.079.729.000 85.236.216.371 2.632.741.160
2015 92.334.568.000 95.576.297.169 10.340.080.798
46
Keterangan:
Gx = Laju pertumbuhan PAD (tahun yang dihitung)
Xt = Realisasi PAD (tahun yang dihitung)
X(t-1) = Realisasi PAD tahun sebelumnya
Berdasarkan rumus tersebut, laju pertumbuhan pajak dari tahun
2011 hingga 2015 di Kabupaten Semarang diperlihatkan pada Tabel
berikut.
Tabel 3.12
Laju Pertumbuhan PAD Kabupaten Semarang
Tahun 2011-2015
sumber: data diolah (2016)
3.3 Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten
Semarang
Untuk memenuhi target penerimaan pajak reklame yang telah
ditetapkan DDPKAD memiliki strategi guna memenuhi target, diantaranya
dengan cara:
1. Menjalin hubungan baik dengan Wajib Pajak serta memberikan
pelayanan prima. Melalui pendekatan ini diharapkan wajib pajak
mendapatkan perlindungan, fasilitas dan kenyamanan dari pihak
Tahun Pendapatan Asli Daerah Peningkatan
Realisasi
(n+1)
%(n+1) Target Realisasi
2011 41.233.896.000 39.433.225.418 - -
2012 43.086.908.000 47.192.969.403 7.759.743.990 19,67
2013 74.267.729.000 82.603.475.216 35.410.505.813 75,03
2014 82.079.729.000 85.236.216.371 2.632.741.160 3,18
2015 92.334.568.000 95.576.297.169 10.340.080.798 12,13
47
DPPKAD sehingga terjadi kerja sama yang baik antar kedua belah
pihak yang sama-sama membutuhkan.
2. Melakukan Operasi Lapangan
Melalui operasi ini diharapkan pihak fiskus dalam hal ini pihak
DPPKAD dapat mengetahui pajak reklame mana saja yang tidak
memiliki izin atau izin nya telah kadaluarsa, sehingga dari pelanggaran-
pelanggaran tersebut pihak fiskus mengetahui pihak mana saja yang
belum terdaftar dan terhutang pajak reklame dan diharapkan pihak wajib
pajak segera melaporkan kewajibannya.
3. Strategi Diskon
Untuk meningkatkan omzet penerimaan pajak reklame tentunya perlu
adanya strategi khusus yaitu dengan adanya diskon untuk jumlah-
jumlah tertentu guna merangsang keinginan wajib pajak dalam jumlah
unit reklame yang dipasang.
4. Melakukan Penagihan
Para fiskus dalam hal ini personil DPPKAD turun ke lapangan dan
melakukan penagihan ke pada wajib pajak langsung. Hal ini dilakukan
pada wajib pajak yang mempunyai tunggakan pajak reklame, selain itu
wajib pajak yang mempunyai tunggakan tersebut juga akan diberikan
sanksi yaitu berupa denda. Hal ini terpaksa dilakukan untuk tindakan
disiplin guna memberikan efek kepada pihak wajib pajak yang terlambat
bayar baik itu yang sengaja atau yang tidak sengaja.