bab iii tinjauan teori dan praktik potensi …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf ·...

23
25 BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI PENERIMAAN PAJAK REKLAME PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH 3.1 Gambaran Umum Pajak Reklame 3.1.1 Pengertian Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. 3.1.2 Pengertian Pajak Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud pajak reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame. 3.1.3 Dasar Hukum Pajak Reklame Dasar hukum yang mengatur tentang pajak reklame antara lain: 1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pajak Daerah. 3.1.4 Subjek Pajak Reklame dan Wajib Pajak Reklame Subjek pajak reklame yaitu orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Sedangkan

Upload: nguyendung

Post on 13-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

25

BAB III

TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI PENERIMAAN

PAJAK REKLAME PADA DINAS PENDAPATAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

3.1 Gambaran Umum Pajak Reklame

3.1.1 Pengertian Reklame

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12

Tahun 2013 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud reklame adalah

benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap

barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,

dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

3.1.2 Pengertian Pajak Reklame

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12

Tahun 2013 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud pajak reklame

adalah pajak atas penyelenggara reklame.

3.1.3 Dasar Hukum Pajak Reklame

Dasar hukum yang mengatur tentang pajak reklame antara lain:

1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12 Tahun 2013

tentang Pajak Daerah.

3.1.4 Subjek Pajak Reklame dan Wajib Pajak Reklame

Subjek pajak reklame yaitu orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Sedangkan

Page 2: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

26

wajib pajak reklame ialah orang pribadi atau badan hukum yang

menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri

atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

3.1.5 Objek Pajak Reklame dan Bukan Objek Pajak Reklame

3.1.5.1 Objek Pajak Reklame

Objek pajak reklame adalah semua penyelenggara reklame,

yang termasuk objek pajak reklame yaitu:

a. Reklame papan / billboard

yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu termasuk

seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau

digantung atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding,

pagar, pohon, tiang dan sebagainya baik bersinar

maupun yang disinari.

b. Reklame videotron / megatron

yaitu reklame yang menggunakan layar monitor besar

berupa program reklame atau iklan bersinar dengan

gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat

berubahubah, terprogram dan difungsikan dengan

tenaga listrik.

c. Reklame kain / spanduk dan sejenisnya

yaitu reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik,

karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.

d. Reklame melekat, stiker / poster

yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,

diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang,

digantung pada suatu benda dengan ketentuan luasnya

tidak lebih dari 200 cm per lembar.

Page 3: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

27

e. Reklame selebaran

yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,

diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau

dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk

ditempelkan, diletakkan, dipasang atau digantungkan

pada suatu benda lain.

f. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan

yaitu reklame yang ditempatkan pada kendaraan yang

diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau

dengan cara dibawa oleh orang.

g. Reklame udara

yaitu reklame yang diselenggarakan diudara dengan

menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang

sejenis.

h. Reklame apung

yaitu reklame yang diselenggarakan di air dengan

menggunakan perahu, pelampung, kapal atau alat lain

yang sejenis.

i. Reklame Suara

yaitu reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan

suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat.

j. Reklame film / slide dan sejenisnya

yaitu reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun

bahan-bahan sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan

dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang

ada di ruangan.

Page 4: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

28

k. Reklame Peragaan

yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara

memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai

suara.

3.1.5.2 Bukan Objek Pajak Reklame

Sebagian yang tidak termasuk objek pajak reklame adalah:

a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi,

radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan

sejenisnya.

b. Label / merek produk yang melekat pada barang yang

diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan

dari produk sejenis lainnya.

c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang

melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi

diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur

nama pengenal usaha usaha atau profesi kecuali reklame

papan / shopsign ukuran luas diatas 0,5 m2

.

d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah,

Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah.

3.1.6 Biro Jasa Reklame

Biro Jasa Reklame adalah jasa yang menyewakan bentuk

media iklan meliputi billboard, megatron/videotron, neon box,

reklame kain. Biro jasa reklame ini biasanya telah memiliki beberapa

tempat yang dikuasai dan membayar kontrak dengan Dinas

Pendapatan Pengelolaaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Semarang selama satu tahun. Pihak yang ingin memasang iklan

menggunakan biro jasa reklame tidak perlu mengurus perijinan

pemasangan reklame di DPPKAD Kabupaten Semarang. Namun

penetapan tarif yang ditetapkan dari pihak Biro jasa reklame tarifnya

Page 5: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

29

akan lebih mahal dan tidak sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh

pihak DPPKAD Kabupaten Semarang.

Sistem penagihan melalui biro jasa reklame petugas DPPKAD

Kabupaten Semarang akan langsung menagih ke biro jasa reklame.

3.1.7 Dasar Pengenaan dan Cara Perhitungan Pajak Reklame

Dalam usaha meningkatkan pendapatan asli daerah, Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah memungut

pajak reklame di Kabupaten Semarang dengan berdasar pada

Peraturan Daerah No 12 Tahun 2013 tentang Pajak Daerah

disebutkan dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa

Reklame (NSR) dikalikan dengan tarif sebesar 25%. Nilai Sewa

Reklame adalah Hasil Penjumlahan NJOPR dengan NSPR. Nilai

Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) adalah merupakan keseluruhan

pembayaran/pengeluaran biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemilik

dan/ atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah

biaya/harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik,

pembayaran/ongkos perakitan, pemancaran, peragaan, penayangan,

pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan dan lain

sebagainya sampai dengan bangunan reklame selesai, dipancarkan,

diperagakan, ditayangkan dan/ atau terpasang ditempat yang telah

diizinkan. Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) adalah

ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame

berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk

berbagai aspek kegiatan.

Nilai Jual Obyek Pajak Reklame dihitung berdasarkan dari

faktor-faktor biaya pembuatan reklame termasuk jenis dan bahan

yang digunakan, biaya pemasangan reklame dan biaya pemeliharaan

reklame. Sesuai dengan keputusan bupati 970/0357/2011 Nilai Jual

Obyek Pajak Reklame telah ditetapkan sebagai berikut:

Page 6: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

30

Tabel 3.1

Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR)

Jenis Reklame Biaya

Pemasangan (Rp)

Biaya

Pemeliharaan

(Rp)

Megatron 1.200.000 120.000

Billboard Dengan cahaya 120.000 12.000

Tanpa cahaya 80.000 8.000

Baliho 20.000 2.000

Shopsign 20.000 2.000

Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang

Kawasan strategis adalah nilai strategis kawasan yang

diklasifikasikan berdasarkan lokasi penempatan reklame yang

ditentukan oleh, tingkat kepadatan, lokasi kecamatan, sudut pandang,

dan luas reklame. Faktor penentu tingkat kepadatan diberi bobot

25% dengan ketentuan sebagai berikut :

Strategis I = skor 5

Strategis II = skor 4

Strategis III = skor 3

Strategis IV = skor 2

Strategis V = skor 1

Faktor berikutnya ditentukan berdasarkan tempat lokasi

pemasangan reklame. Lokasi Kecamatan diberi bobot 15% dengan

ketentuan sebagai berikut :

Kecamatan I = skor 5

Kecamatan II = skor 4

Kecamatan III = skor 3

Kecamatan IV = skor 2

Kecamatan V = skor 1

Page 7: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

31

Pajak Reklame = Tarif Pajak Reklame x NSR

NSR = NJOPR + NSPR

= 25% x NJOPR x NSPR

NJOPR =(biaya pemasangan x ukuran)+(biaya

pemeliharaan x ukuran)

NSPR = Kawasan strategis x harga dasar strategis

NSR : Nilai Sewa Reklame

NJOPR : Nilai Jual Obyek Pajak Reklame

NSPR : Nilai Strategis Pajak Reklame

Lokasi kecamatan telah diklasifikasikan menurut keraimain

dan pusat kegiatan. Berikut ini adalah klasifikasi nama lokasi

kecamatan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah:

Tabel 3.2

Klasifikasi Nama Lokasi Kecamatan

A. Lokasi Kecamatan I 1. Kecamatan Ungaran

Barat

2. Kecamatan Ungaran

Timur

3. Kecamatan Ambarawa

4. Kecamatan Bawen

5. Kecamatan Bergas

6. Kecamatan Bandungan

B. Lokasi Kecamatan II

1. Kecamatan Tuntang

2. Kecamatan Tengaran

3. Kecamatan Pringapus

4. Kecamatan Banyubiru

Page 8: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

32

C. Lokasi Kecamatan III

1. Kecamatan Sumowono

2. Kecamatan Bringin

3. Kecamatan Getasan

4. Kecamatan Jambu

D. Lokasi Kecamatan IV

1. Kecamatan Susukan

2. Kecamatan Pabelan

3. Kecamatan Suruh

E. Lokasi Kecamatan V

1. Kecamatan Bancak

2. Kecamatan Kaliwung

Sumber: DPPKAD Kabupaten Semarang

Faktor penentu berikutnya adalah sudut pandang, sudut

pandang diukur dari jumlah persimpangan dan arah arus lalu lintas

jika pemasangan reklame dapat dilihat dari banyak arah maka scor

yang ditetapkan akan semakin tinggi. Dari faktor sudut pandang ini

diberi bobot 10% dengan ketentuan sebagai berikut :

Semua arah = skor 5

Sudut pandang 4 = skor 4

Sudut pandang 3 = skor 3

Sudut pandang 2 = skor 2

Sudut pandang 1 = skor 1

Dalam penetapan reklame faktor yang sangat mempengaruhi

besarnya pajak terutang reklame adalah dari luas reklame itu sendiri

yaitu diberi bobot 50% dengan ketentuan sebagai berikut :

Luas > 40m = skor 5

Luas 35,1m – 40m = skor 4,5

Luas 30,1 m - 35m = skor 4

Luas 25,5m – 30m = skor 3,5

Luas 20,1m – 25m = skor 3

Page 9: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

33

Luas 15,1m – 20m = skor 2,5

Luas 10,1m -15m = skor 2

Luas 5,1m -10m = skor 1,5

Luas 2,1 m – 5m = skor 1

Luas < 2m = skor 0,5

Selanjutnya untuk menentukan besarnya Nilai Strategis

Pemasangan Reklame dari seluruh faktor diatas harus dijumlahkan

dan kemudian dikalikan dengan Harga Dasar Strategis yang telah

ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Semarang.

Berikut ini adalah Harga Dasar Strategis Kabupaten Semarang :

Table 3.3

Harga dasar starategis/m² dalam satuan bulan atau tahun

Harga Dasar

Strategis

Bulan

(Rp)

Tahun

(Rp)

STRATEGIS 1 12,000 120,000

STRATEGIS 2 8,000 80,000

STRATEGIS 3 2,500 50,000

STRATEGIS 4 2,000 20,000

STRATEGIS 5 1,000 10,000

Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang

Dari tabel diatas telah diklasifikasikan nama kawasan strategis

berdasarkan kepadatan, berikut ini adalah klasifikasi kawasan

strategis di area kabupaten Semarang :

A. Strategis I

1. Batas Kota Ungaran s/d Bawen;

2. Pasar Projo, Pasar Suroboyo radius 500 m;

Page 10: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

34

3. Terminal Bawen radius 500 m;

4. Pasar Bandungan radius 500 m.

B. Strategis II

1. Sepanjang jalan Bawen s/d Jambu;

2. Sepanjang jalan Bawen s/d Sruwen;

3. Sepanjang Lemah Abang s/d Bandungan;

4. Sepanjang jalan Karangjati s/d Pringapus;

5. Jalan M.Yamin dan Jalan A. Yani Ungaran;

6. Jalan Hos Cokroaminoto sampai Perumahan Mapagan.

C. Strategis III

1. Pasar Sumowono radius 500 m;

2. Pasar Suruh radius 500 m;

3. Komplek Wisata Kopeng radius 500 m;

4. Pasar Getasan radius 500 m;

5. Pertigaan Palagan sampai Pasar Warung Lanang;

6. Pasar Bringin radius 500 m;

7. Jalan Kota Ungaran yang belum diatur di strategis I dan

II;

8. Jalan Kota Ambarawa yang belum diatur di strategis I

dan III.

D. Strategis IV

1. Pertigaan Sruwen sampai Karang Gede;

2. Pasar Warung Lanang sampai Pasar Bandungan;

3. Ambarawa sampai Bandungan;

4. Pos Tingkir sampai Karang Gede;

5. Tuntang sampai Bringin;

6. Bringin sampai Salatiga;

7. Salatiga sampai Kopeng.

E. Strategis V

Lokasi yang tidak termasuk strategis I,II,III,IV dan V.

Page 11: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

35

3.2 Potensi Penerimaan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang

Selanjutnya yang dimaksud potensi ialah daya, kekuatan, atau

kesanggupan untuk menghasilkan penerimaan daerah, atau kemampuan

yang pantas diterima dalam keadaan seratus persen. Potensi penerimaan

daerah dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu berdasarkan fungsi

penerimaan dan berdasarkan atas indikator sosial ekonomi. Pengukuran

potensi pajak sangat dipengaruhi oleh semua tahap kegiatan (fungsi)

administrasi pendapatan pajak/retribusi seperti tahap-tahap pendapatan,

penetapan penyetoran dan pembukuan.

Menurut Mardiasmo (2002:149) pajak harus diupayakan sebagai

the last effort artinya bahwa pemerintah daerah harus benar-benar

mengoptimalkan pajak daerah yang sudah ada. Untuk menilai hal tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan tolak ukur atau indikator. Pajak

reklame merupakan bagian dari pajak daerah, oleh karena itu indikator yang

digunakan pun sama. Indikator yang akan digunakan dalam menilai pajak

yaitu potensi, realisasi, dan kontribusi. Potensi pajak reklame yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah potensi pajak reklame dalam lima

tahun yang didasarkan pada perhitungan riil dilapangan melalui pendekatan

observasi dan pengukuran langsung pada obyek pajak. Perhitungan

dilakukan dengan mengacu pada Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Semarang Nomor 4 Tahun 2012 dan Nomor 12 tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun

2010 tentang Pajak Daerah.

Pembahasan merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk

memberikan kesan, pendapat atau pandangan secara teoritis terhadap hasil

penelitian yang diperoleh. Pembahasan juga dilakukan untuk

membandingkan kesesuaian dari teori-teori yang dijadikan item pengolahan

data yang diperoleh. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah satu

variabel atau variabel mandiri yaitu potensi penerimaan pajak reklame yang

terdiri dari Total penerimaan pajak reklame, laju pertumbuhan, efisiensi dan

Page 12: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

36

efektivitas serta Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari laju pertumbuhan

dan elastisitas.

Selanjutnya yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bertujuan

memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai

pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai

perwujudan desentralisasi.

1. Potensi Pajak Reklame

Menurut Kesit bambang Prakosa (2005:151) untuk menghitung

potensi pajak reklame adalah sebagai berikut:

Potensi reklame non selebaran atau sejenisnya adalah

Jumlah reklame x Ukuran/Luas x Jumlah Hari x Tarif

Atau

Potensi Pajak Reklame (PPrk) = R x S x D x Pr

R = jumlah reklame

S = Ukuran/Luas reklame

D = jumlah hari

Pr = tarif reklame

2. Realisasi Penerimaan Pajak Reklame

Realisasi merupakan penerimaan yang dapat dicapai selama satu tahun

anggaran. Untuk menghitung efektivitas realisasi pajak reklame di suatu

daerah berdasarkan potensi riil dapat dihitung dengan membandingkan

potensi dan realisasi pajak reklame.

3. Kontribusi Pajak Reklame

Tingkat kemandirian suatu daerah dapat ditunjukan dengan kontribusi

PAD untuk mendanai belanja-belanja daerahnya. Semakin besar

Page 13: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

37

kontribusi pajak reklame, maka peran pajak dalam mendukung

peningkatan pajak daerah, khususnya pajak reklame dan PAD semakin

besar.

3.2.1 Total Penerimaan Pajak Reklame

Berikut disajikan tabel target dan realisasi penerimaan pajak

reklame di DPPKAD Kabupaten Semarang

Tabel 3.4

Total Penerimaan Pajak Reklame

Tahun APBD Setelah PAK

Target Realisasi

2011 911.420.000 1.028.166.590

2012 1.302.561.000 1.432.639.180

2013 1.657.561.000 1.454.131.430

2014 1.618.124.000 1.547.577.300

2015 1.418.124.000 1.646.028.660

Sumber : DPPKAD, 2016 (diolah)

Total penerimaan pajak reklame Kabupaten Semarang belum semua

melampaui target yang telah ditetapkan, terjadi penurunan jumlah

realisasi pajak reklame dari tahun 2013-2014. Hal ini memberikan

kontribusi positif terhadap total pendapatan asli daerah (PAD)

Kabupaten Semarang dalam menunjang pembangunan daerah.

Page 14: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

38

Gambar 3.1

Perbandingan Target dan Realisasi Pajak Reklame

3.2.2 Laju Pertumbuhan Pajak Reklame

Perhitungan rasio laju pertumbuhan dilakukan dengan

menghitung selisih pajak reklame yang sekarang dengan penerimaan

pajak reklame tahun sebelumnya, kemudian dibandingkan dengan

penerimaan tahun sebelumnya. Perkembangan (selisih) penerimaan

pajak reklame yang sekarang dengan penerimaan pajak reklame

tahun sebelumnya, dihitung sebagai berikut.

Perkembangan Pajak Reklame = Xt - X(t-1)

0

200.000.000

400.000.000

600.000.000

800.000.000

1.000.000.000

1.200.000.000

1.400.000.000

1.600.000.000

1.800.000.000

Tahun2011

Tahun2012

Tahun2013

Tahun2014

Tahun2015

Target

Realisasi

Page 15: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

39

Tabel 3.5

Perkembangan Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten

Semarang Tahun 2011-2015

Sumber: Data diolah (2016)

Setelah dilakukan perhitungan terhadap perkembangan pajak

reklame tiap tahun, kemudian dihitung laju pertumbuhan pajak

reklame dengan rumus dan perhitungan sebagai berikut.

Gx= Xt – X(t-1) x 100%

X(t-1)

Sumber: Abdul Halim dalam Basdi Ati, 2007

Keterangan:

Gx = Laju pertumbuhan pajak reklame (tahun yang dihitung)

Xt = Realisasi pajak reklame (tahun yang dihitung)

X(t-1) = Realisasi pajak reklame tahun sebelumnya

Tahun Peningkatan Realisasi (n+1)

2011 -

2012 404.472.590

2013 21.492.250

2014 93.445.870

2015 98.451.360

Page 16: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

40

Tabel 3.6

Laju Pertumbuhan Pajak Reklame Kabupaten Semarang

Tahun 2011-2015

Tahun APBD Setelah PAK Perkembangan

Realisasi (n+1) %(n+1)

Target Realisasi

2011 911.420.000 1.028.166.590 -

2012 1.302.561.000 1.432.639.180 404.472.590 39,34%

2013 1.657.561.000 1.454.131.430 21.492.250 1,50%

2014 1.618.124.000 1.547.577.300 93.445.870 6,42%

2015 1.418.124.000 1.646.028.660 98.451.360 6,36%

Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan hasil analisis perhitungan pajak yang disajikan

pada Tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara nominal

perkembangan penerimaan pajak reklame di Kabupaten Semarang

dari tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan sehingga

realisasi penerimaan tiap tahunnya semakin bertambah dengan

persentase laju pertumbuhan yang positif. Laju pertumbuhan pajak

reklame tahun 2011 sampai tahun 2015 yaitu masing-masing

39,34%, 1,50%, 6,42%, 6,36%. Sedangkan laju pertumbuhan pajak

reklame pada tahun 2013 mengalami perkembangan dan

pertumbuhan yang negatif sebesar 1,50% akibat dari menurunnya

realisasi penerimaan pajak reklame pada tahun 2013 dibandingkan

dengan penerimaan tahun sebelumnya. Dan di tahun 2013

peningkatan terkecil yaitu 2,15%.

3.2.3 Daya Pajak (Tax Effort)

Daya Pajak (TaxEffort) adalah ratio antara penerimaan pajak

dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah.

Salah satu indicator yang dapat digunakan untuk mengetahui

kemampuan membayar masyarakat adalah Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB).

Page 17: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

41

Daya pajak (tax effort) reklame dihitung dengan

membandingkan realisasi penerimaan pajak reklame tiap tahun

dengan PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

Untuk melihat nilai PDRB Kabupaten Semarang tahun 2011 sampai

tahun 2015 berkaitan dengan perhitungan daya pajak dapat dilihat

pada table berikut:

Tabel 3.7

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Semarang Tahun 2011-2015

Tahun Atas Dasar Harga

Berlaku (ribu rupiah)

Atas Dasar Harga

Konstan (ribu rupiah)

2011 6.484.472,46 4.481.358,29

2012 7.340.034,64 4.652.041,80

2013 8.175.899,23 4.871.444,25

2014 9.284.507,64 5.079.003,74

2015 10.066.845,45 5.300.723,41

Sumber: PDRB Pemkab Semarang: (2015)

Daya pajak atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga

berlaku untuk tahun 2011, dihitung sebagai berikut.

Sumber : Simanjuntak dalam Halim (2004:92)

Jika PDRB suatu daerah meningkat, maka kemampuan daerah

dalam membayar (ability to pay) pajak juga akan meningkat. Ini

mengandung arti bahawa administrasi penerimaan daerah dapat

meningkatkan daya pajaknya agar penerimaan pajak meningkat.

Daya Pajak = Realisasi Pajak Reklame 2011 x 100%

PDRB Tahun 2011 (atas harga berlaku)

Page 18: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

42

Tabel 3.8

Tax Effort Pajak Reklame Kabupaten Semarang

Tahun 2011-2015

Tahun

Realisasi

Pajak

Reklame

PDRB Tax Effort %

Harga

Berlaku

Harga

Konstan

Harga

Berlaku

Harga

Konstan

2011 1.028.166.590 6.484.472,46 4.481.358,29 1,58 2,29

2012 1.432.639.180 7.340.034,64 4.652.041,80 2 3,07

2013 1.454.131.430 8.175.899,23 4.871.444,25 1,8 2,98

2014 1.547.577.300 9.284.507,64 5.079.003,74 1,7 3,04

2015 1.646.028.660 10.066.845,45 5.300.723,41 1,63 3,1

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan persentase tax effort yang

diperlihatkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa kemampuan

mengumpulkan pajak yang tertinggi selama lima tahun terjadi pada

tahun 2015 yang mencapai Rp. 1.646.028.660, akan tetapi persentase

tax effort pajak reklame di Kabupaten Semarang yang tertinggi

terjadi pada tahun 2013 yaitu 1,8% atas harga yang berlaku dan

tahun 2015 yaitu 3,1%, hal ini dikarenakan adanya kenaikan PDRB

atas harga yang berlaku dan harga konstan yang tidak seimbang.

Tax Effort yang terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar

1,58% atas dasar harga berlaku dan sebesar 2,29% atas dasar harga

konstan.

3.2.4 Efektivitas Pajak Reklame

Menurut Mardiasmo (2004:93) “efektivitas adalah ukuran

berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya”.

Sedangkan menurut Abdul Halim (2004:93) “efektivitas adalah

mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi

pajak itu sendiri”.

Page 19: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

43

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

perbandingan atau rasio antara penerimaan dengan target pajak

reklame yang telah ditetapkan setiap tahunnya berdasarkan potensi

yang sesungguhnya. Dalam perhitungan efektivitas menurut Halim

(2002:130) apabila rasio yang dicapai minimal satu atau 100% maka

rasio efektivitas semakin baik, artinya semakin efektif pajak

reklame. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil persentase

efektivitas menunjukan pemungutan pajak reklame semakin tidak

efektif.

Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dalam

merealisasikan penerimaan pajak reklame dibandingkan dengan

target yang ditetapkan berdasarkan potensi sesungguhnya dapat

ditunjukkan melalui rasio efektivitas. Efektivitas pajak reklame

dihitung dengan membandingkan realisasi penerimaan pajak reklame

dengan target atau anggaran yang direncanakan tiap tahunnya

dengan rumus dan perhitungan sebagai berikut:

Sumber : Simanjuntak dalam Halim (2004:93)

Dengan standart yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kriteria Kinerja Keuangan

Interval Tingkat Efektivitas

Diatas 100% Sangat Efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup Efektif

60%-80% Kurang Efektif

Kurang dari 60% Tidak Efektif

Efektifitas= Realisasi Penerimaan Pajak Reklame x 100%

Target Penerimaan Pajak Reklame berdasarkan

Potensi riil Daerah

Page 20: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

44

Sehingga efektivitas pajak reklame di Kabupaten Semarang

tahun 2011 hingga 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.10

Efektivitas Pajak Reklame Kabupaten Semarang

Tahun 2011-2015

Tahun APBD Setelah PAK Efektifitas

(%) Kriteria

Target Realisasi

2011 911.420.000 1.028.166.590 112,80 Sangat efektif

2012 1.302.561.000 1.432.639.180 109,98 Sangat efektif

2013 1.657.561.000 1.454.131.430 87,72 Cukup efektif

2014 1.618.124.000 1.547.577.300 95,64 Efektif

2015 1.418.124.000 1.646.028.660 116,06 Sangat efektif

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2016)

Berdasarkan tabel diatas, persentase efektivitas pajak reklame

tertinggi di Kabupaten Semarang terjadi pada tahun 2015 sebesar

116,06% dan efektivitas terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu

87,72%. Realisasi penerimaan pajak reklame selama lima tahun

secara nominal tidak selalu mengalami peningkatan. Terjadi

penurunan tingkat ke efektifitasnya pada tahun 2013 dan tahun 2014

yaitu kriteria cukup efektif dan efektif. Sedangkan tahun 2011, 2012,

dan tahun 2015 mengalami peningkatan sangat efektif.

3.2.5 Laju Pertumbuhan PAD

Laju pertumbuhan PAD Kabupaten Semarang menggambarkan

kemampuan Pemerintah Kabupaten Semarang untuk

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan dalam memungut

PAD dari suatu periode ke periode berikutnya. Laju pertumbuhan

PAD dihitung dengan menghitung terlebih dahulu besarnya selisih

atau perkembangan pajak reklame yang diterima tiap tahunnya,

kemudian membandingkannya dengan besarnya realisasi PAD tahun

Page 21: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

45

sebelumnya. Perkembangan (selisih) PAD yang sekarang dengan

penerimaan pajak reklame tahun sebelumnya, dihitung sebagai

berikut:

Perkembangan PAD = Xt – X(t-1)

Maka, dengan perhitungan tersebut, perkembangan atau selisih

dari realisasi PAD setiap tahun, dari tahun 2011 sampai tahun 2015

sebagai dasar perhitungan yang digunakan dalam menghitung PAD

pertahun disusun dalam tabel berikut.

Tabel 3.11

Perkembangan Penerimaan PAD

di Kabupaten Semarang Tahun 2011-2015

Sumber: Hasil pengolahan data (2016)

Setelah dilakukan perhitungan terhadap perkembangan PAD

tiap tahun, kemudian dihitung laju pertumbuhan PAD dengan rumus

dan perhitungan sebagai berikut:

Gx = Xt – X(t-1) x 100%

X(t-1)

Tahun Pendapatan Asli Daerah Peningkatan

Realisasi

(n+1) Target Realisasi

2011 41.233.896.000 39.433.225.418 -

2012 43.086.908.000 47.192.969.403 7.759.743.990

2013 74.267.729.000 82.603.475.216 35.410.505.813

2014 82.079.729.000 85.236.216.371 2.632.741.160

2015 92.334.568.000 95.576.297.169 10.340.080.798

Page 22: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

46

Keterangan:

Gx = Laju pertumbuhan PAD (tahun yang dihitung)

Xt = Realisasi PAD (tahun yang dihitung)

X(t-1) = Realisasi PAD tahun sebelumnya

Berdasarkan rumus tersebut, laju pertumbuhan pajak dari tahun

2011 hingga 2015 di Kabupaten Semarang diperlihatkan pada Tabel

berikut.

Tabel 3.12

Laju Pertumbuhan PAD Kabupaten Semarang

Tahun 2011-2015

sumber: data diolah (2016)

3.3 Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten

Semarang

Untuk memenuhi target penerimaan pajak reklame yang telah

ditetapkan DDPKAD memiliki strategi guna memenuhi target, diantaranya

dengan cara:

1. Menjalin hubungan baik dengan Wajib Pajak serta memberikan

pelayanan prima. Melalui pendekatan ini diharapkan wajib pajak

mendapatkan perlindungan, fasilitas dan kenyamanan dari pihak

Tahun Pendapatan Asli Daerah Peningkatan

Realisasi

(n+1)

%(n+1) Target Realisasi

2011 41.233.896.000 39.433.225.418 - -

2012 43.086.908.000 47.192.969.403 7.759.743.990 19,67

2013 74.267.729.000 82.603.475.216 35.410.505.813 75,03

2014 82.079.729.000 85.236.216.371 2.632.741.160 3,18

2015 92.334.568.000 95.576.297.169 10.340.080.798 12,13

Page 23: BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK POTENSI …eprints.undip.ac.id/61201/3/tinjauan_dan_teori.pdf · 25 bab iii tinjauan teori dan praktik potensi penerimaan pajak reklame pada dinas

47

DPPKAD sehingga terjadi kerja sama yang baik antar kedua belah

pihak yang sama-sama membutuhkan.

2. Melakukan Operasi Lapangan

Melalui operasi ini diharapkan pihak fiskus dalam hal ini pihak

DPPKAD dapat mengetahui pajak reklame mana saja yang tidak

memiliki izin atau izin nya telah kadaluarsa, sehingga dari pelanggaran-

pelanggaran tersebut pihak fiskus mengetahui pihak mana saja yang

belum terdaftar dan terhutang pajak reklame dan diharapkan pihak wajib

pajak segera melaporkan kewajibannya.

3. Strategi Diskon

Untuk meningkatkan omzet penerimaan pajak reklame tentunya perlu

adanya strategi khusus yaitu dengan adanya diskon untuk jumlah-

jumlah tertentu guna merangsang keinginan wajib pajak dalam jumlah

unit reklame yang dipasang.

4. Melakukan Penagihan

Para fiskus dalam hal ini personil DPPKAD turun ke lapangan dan

melakukan penagihan ke pada wajib pajak langsung. Hal ini dilakukan

pada wajib pajak yang mempunyai tunggakan pajak reklame, selain itu

wajib pajak yang mempunyai tunggakan tersebut juga akan diberikan

sanksi yaitu berupa denda. Hal ini terpaksa dilakukan untuk tindakan

disiplin guna memberikan efek kepada pihak wajib pajak yang terlambat

bayar baik itu yang sengaja atau yang tidak sengaja.