bab iii tinjauan pustaka - unisba

45
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Batubara Batubara merupakan bahan sedimen organik, padatan alami yang berasal dari akumulasi tumbuh-tumbuhan yang terjadi pada proses yang basah (moist) sehingga membentuk material yang disebut dengan gambut (peat) yang termampatkan. Kemudian terjadi, proses pengeringan dan perubahan tekstur serta komposisi yang disebabkan oleh proses diagenesis karena adanya pergerakan bumi (tectonic activity) dan pengendapan oleh lapisan yang ada di atasnya (Ward, C.R.,1984). Secara sederhana, jika terjadi pemanasan batubara akan mengurai menjadi : Uap air. Zat terbang, yang terdiri dari : Gas, yaitu hidrogen, CO, CO 2 dan hidrokarbon ringan Cairan dari hidrokarbon yang lebih berat Tar, yang terdiri dari senyawa hidrokarbon berat Sisa arang (char), berupa padatan karbon. Abu, yang terdiri dari mineral anorganik. Menurut Ando J. (Edy Sarwani, dkk, 1997), perbedaan sifat batubara disebabkan adanya perbedaan sumber materialnya, lingkungan sewaktu pengendapannya, keadaan dan kondisi serta derajat perubahan dalam jenis, jumlah serta distribusi pengotornya (impurities-nya). Dipandang dari 22 repository.unisba.ac.id

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

22

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Batubara

Batubara merupakan bahan sedimen organik, padatan alami yang

berasal dari akumulasi tumbuh-tumbuhan yang terjadi pada proses yang

basah (moist) sehingga membentuk material yang disebut dengan gambut

(peat) yang termampatkan. Kemudian terjadi, proses pengeringan dan

perubahan tekstur serta komposisi yang disebabkan oleh proses diagenesis

karena adanya pergerakan bumi (tectonic activity) dan pengendapan oleh

lapisan yang ada di atasnya (Ward, C.R.,1984).

Secara sederhana, jika terjadi pemanasan batubara akan mengurai menjadi :

Uap air.

Zat terbang, yang terdiri dari :

Gas, yaitu hidrogen, CO, CO2 dan hidrokarbon ringan

Cairan dari hidrokarbon yang lebih berat

Tar, yang terdiri dari senyawa hidrokarbon berat

Sisa arang (char), berupa padatan karbon.

Abu, yang terdiri dari mineral anorganik.

Menurut Ando J. (Edy Sarwani, dkk, 1997), perbedaan sifat batubara

disebabkan adanya perbedaan sumber materialnya, lingkungan sewaktu

pengendapannya, keadaan dan kondisi serta derajat perubahan dalam jenis,

jumlah serta distribusi pengotornya (impurities-nya). Dipandang dari

22repository.unisba.ac.id

Page 2: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

23

substansinya, ada pula yang menyatakan batubara adalah senyawa kimia

organik yang kompleks yang terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), dan

oksigen (O) serta sedikit nitrogen (N) dan belerang (S). Zat lainnya terdiri dari

zat organik (mineral matter) yang tersebar secara terpisah-pisah di seluruh

tubuh batubara. Oleh karena itu batubara yang terbentuk dari sisa-sisa

tumbuhan banyak mengandung cellulose.

3.1.1 Genesa batubara

Pembatubaraan (coalification) terjadi karena adanya tekanan dan

temperatur yang tinggi dan berlangsung dalam selang waktu yang sangat

lama. Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang berasal dari

tumbuhan yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan

dan penghancuran sempurna. Pada umumnya proses pembentukan

batubara terjadi pada zaman karbon yaitu sekitar 270 – 350 juta tahun yang

lalu. Pada zaman tersebut yang terjadi di hutan rawa terbentuk batubara di

belahan bumi Utara seperti Eropa, Asia dan Amerika. Di Indonensia batubara

yang ditemukan dan di tambang umumnya berumur jauh lebih muda, yaitu

terbentuk pada jaman Tersier. Batubara tertua yang ditambang di Indonesia

berumur Eosen (40 - 60 juta tahun yang lalu) namun sumberdaya batubara di

Indonesia umumnya berumur antara Miosen dan Pliosen (2 - 15 juta tahun

lalu). Pengertian mengenai proses pembentukan batubara dan proses

pengendapan batuan yang terjadi setelahnya merupakan faktor penting yang

dapat membantu pemahaman mengenai teknik preparasi dan pencucian

batubara yang kadang – kadang sulit dilakukan. (Sudarsono S Arief,

Prof.Dr.Ir., 2003).

repository.unisba.ac.id

Page 3: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

24

A. Pembentukan Gambut dan Batubara.

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap,

yaitu:

1). Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan, sering disebut

proses peafication.

2). Tahap pembentukan batubara dari gambut, sering disebut

coalification.

Pembentukan Gambut.

Tumbuhan yang tumbang atau mati di permukaan tanah pada

umumnya akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang

sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi

bentuk asalnya. Pembusukan dari penghancuran tersebut pada dasarnya

merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh adanya oksigen dan

aktivitas bakteri atau jasad renik lainnya (fungsi). Jika tumbuhan tumbang di

suatu rawa, yang dicirikan dengan kandungan oksigen yang sangat rendah

sehingga tidak memungkinkan bakteri aerob (bakteri yang memerlukan

oksigen) hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami proses

pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga tidak akan terjadi

proses oksidasi yang sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteri –

bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan proses dekomposisi yang

kemudian membentuk gambut (peat). Daerah yang ideal untuk pembentukan

gambut misalnya delta sungai, danau dangkal. Meskipun oksigen tidak

tersedia dalam jumlah yang cukup, komponen utama pembentuk kayu akan

juga teroksidasi menjadi H2O, CH4, CO dan CO2. Gambut yang umunya

repository.unisba.ac.id

Page 4: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

25

berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan padatan yang bersifat porous

dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya. Proses pembentukan

gambut biasanya juga disebut sebagai proses biokimia. Gambut umunya

masih mengandung lengas (moisture) yang tinggi, bisa lebih 50%.

Pembentukan Batubara

Proses pembentukan gambut akan berhenti misalnya karena

penurunan cepat dasar cekungan. Jika lapisan gambut yang telah terbentuk

kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka tidak ada lagi bakteri anaerob,

atau oksigen yang dapat mengoksidasi, maka lapisan gambut akan

mengalami tekanan dari lapisan sedimen (Gambar 3.1). Tekanan terhadap

lapisan gambut akan meningkat dengan bertambahnya tebalnya lapisan

sedimen. Tekanan yang bertambah besar akan mengakibatkan peningkatan

suhu. Disamping itu suhu juga akan meningkat dengan bertambahnya

kedalaman. Selain itu karena adanya lapisan sedimen, kenaikan suhu dan

tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan

gunung, serta aktivitas-aktivitas tektonik lainnya. (Sudarsono S Arief

,Prof.Dr.Ir., 2003).

repository.unisba.ac.id

Page 5: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

a.

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

a.

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

tumbuhan y

disebut

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

tumbuhan y

disebut

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

tumbuhan y

disebut

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

tumbuhan y

disebut batubara

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

tumbuhan y

batubara

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

tumbuhan yang tumbang ditempat tumbuhnya

batubara

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

batubara

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

batubara autochtone.

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

autochtone.

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

autochtone.

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

dan ditambang saat ini yaitu :

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

autochtone.

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003Gambar 3.1

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

autochtone.

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003Gambar 3.1

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

kandungan lengas, perlepasan gas-

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003Gambar 3.1

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

gas (CO

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003Gambar 3.1

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

gas (CO

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003Gambar 3.1

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

gas (CO

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) me

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

disebut juga sebagai proses termodinamika.

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003).

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

gas (CO2, H

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

dan suhu (T) serta faktor waktu (t) merupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

, H

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

rupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

, H2O, CO, CH

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

rupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

ang tumbang ditempat tumbuhnya,

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

O, CO, CH

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

rupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

O, CO, CH

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

rupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

O, CO, CH

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

rupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

gambut baik mengenai ketebalannya maupun mengenai

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

O, CO, CH4

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

rupakan faktor

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

4), peningkatan

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

), peningkatan

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

faktor yang

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

), peningkatan

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

faktor yang

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

), peningkatan

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

faktor yang

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

), peningkatan

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

faktor yang

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

26

Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara di mana terjadi proses pengurangan

), peningkatan

kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor. Faktor tekanan (P)

faktor yang

menentukan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering

Teori pembentukan batubara. Terdapat dua teori tentang akumulasi

penyebarannya,

yang kemudian memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan

Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari

batubara yang terbentuk

repository.unisba.ac.id

Page 6: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

27

b. Teori drift yang menyatakan bahwa lapisan gambut yang terbentuk

berasal dari bagian-bagian tumbuhan yang terbawa oleh aliran air

(sungai) dan terendapkan di daerah hilir (delta), batubara yang

terbentuk disebut batubara allochtone.

Laju akumulasi gambut sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

Faktor tumbuhan :Jenis, laju pertumbuhan, laju pembusukan

Faktor tempat tumbuh :Kondisi, kesuburan

Faktor cuaca

Hasil penyelidikan memperkirakan bahwa diperlukan waktu ±100 tahun

untuk menghasilkan gambut padat setebal 1 ft dari gambut lepas setebal 10 -

12 ft. Pada saat proses konversi dari gambut menjadi batubara terjadi

pemanpatan, dan lamanya laju pemantapan ini akan menghasilkan berbagai

pada rank batubara. Jika diambil kayu sebagai basis (100%) untuk

pembentukan gambut dan batubara, maka volume yang tersisa dalam %

adalah :

Gambut : 28 – 45 %

Lignit : 17 - 28%

Bituminous : 10 – 17 %

Anthrasit : 5 – 10 %

Dengan menggunakan data di atas maka waktu yang diperlukan untuk

memperoleh batubara setebal 1 ft diperkirakan 160 tahun untuk lignite, 260

tahun untuk bituminus, dan 490 tahun untuk anthrasit. Sumberdaya batubara

berdasarkan nilai kalor dapat dilihat pada Tabel 3.1.

repository.unisba.ac.id

Page 7: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

28

Tabel 3.1Sumber daya Batubara Indonesia Berdasarkan Kalori

Peringkat Kalori (Kal/g) Jumlah (ton)

Rendah <5.100 2.9023

Sedang 5.100-6.100 80182,34

Tinggi 6.100-7.100 9395,26

Sangat Tinggi >7.100 1737,96

(Sumber : Badan Geologi, 2011).

(Sumber : Badan Geologi, 2011).Gambar 3.2

Sumber daya Batubara Indonesia Berdasarkan Kalori

3.1.2 Struktur Lapisan Batubara

Pada Gambar 3.1 menunjukkan bahwa lapisan batuan maupun lapisan

batubara yang terbentuk relatif rata dan datar. Pada kenyataannya jarang

sekali ditemukan lapisan batubara yang datar dan rata, hal ini disebabkan

pada saat terbentuknya tidak hanya tekanan dan suhu saja yang

mempengaruhi struktur lapisan batubara, banyak faktor geologi lainnya yang

mempengaruhi pembentukan lapisan batubara. Faktor – faktor itu

diantaranya perlipatan (Folding) dan sesar. (Sudarsono S Arief , Prof.Dr.Ir.,

2003).

1

Kalori Rendah 29023

Kalori Sedang 80182.34

Kalori Tinggi 9395.26

Kalori Sangat Tinggi 1737.96

0100002000030000400005000060000700008000090000

Juta

Ton

repository.unisba.ac.id

Page 8: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

29

Lapisan batuan yang sering berasosiasi dengan lapisan batubara

adalah lempung, lanau dan pasir yang masih bersifat lepas (unconsolidated)

maupun batulempung, batulempung dan batupasir yang bersifat kompak

(consolidated). Kadang – kadang juga ditemukan konglomerat atau

batugamping. Lapisan batuan yang bersifat lepas umunya berasosiasi

dengan lignit dan kadang – kadang Subbituminus karena pengaruh tekanan

dan temperatur masih rendah bila dibandingkan dengan batubara rank yang

lebih tinggi di mana lapisan sedimen bersifat batuan akibat pengaruh

tekanan dan suhu yang kuat.

Turunnya dasar cekungan rawa akan mengakibatkan banjir menutupi

rawa, tumbuhan mati karena tertutupi lumpur, kemudian timbul danau baru

atau bahkan laut baru. Dengan demikian pembentukan batubara bisa terjadi

di lingkungan air tawar atau lingkungan air laut. Di daerah baru ini kemudian

akan tumbuh tumbuhan baru. Batuan sedimen kemudian terbentuk di

atasnya. Siklus ini dapat beberapa kali mengakibatkan terjadinya beberapa

lapisan sedimen seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Pada umunya

permukaan tanah cenderung untuk tererosi dan terbawa aliran air (hujan)

menuju lautan melalui sungai. Partikel halus umumnya berasal dari daerah

dataran rendah akan terendapkan di daerah air tenang dan dangkal

membentuk lempung. Lapisan batupasir dapat terbentuk dari material hasil

pelapukan yang terbawa aliran air dangkal dari daerah yang tidak terlalu

jauh, yang selanjutnya tertutupi endapan lainnya dan mengalami kompaksi.

Sedangkan adanya lapisan batugamping menunjukkan proses pengendapan

repository.unisba.ac.id

Page 9: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

30

terjadi di daerah air dalam atau lingkungan (marine) yang memungkinkan

terbentuknya batugamping.

3.1.3 Variasi Ketebalan dan Penyebaran

Lapisan batubara di suatu tempat selalu bervariasi ketebalannya yang

kadang – kadang hanya pada jarak yang relatif pendek. Faktor utama yang

menyebabkan variasi tersebut adalah kondisi cekungan tempat terbentuknya

batubara. Pada cekungan yang luas variasi ketebalan lebih sedikit

dibandingkan dengan cekungan yang lebih kecil, misalnya di daerah delta

sungai. Demikian pula bentuk dasar cekungan pada awal sebelum lapisan

batubara terbentuk dapat mempengaruhi variasi ketebalan lapisan batubara.

Faktor lain adalah faktor kerapatan tumpukan tumbuhan yang akan

membentuk gambut dan perbedaan tekanan dari lapisan sedimen di atas

lapisan batubara, dan perbedaan aktivitas tektonik. (Sudarsono S Arief ,

Prof.Dr.Ir., 2003).

3.1.4 Variasi kualitas

Kualitas batubara bisa bervariasi secara vertikal. Mungkin saja terjadi

kandungan abu batubara meningkat pada bagian bawah lapisan dan pada

bagian atas kadar belerangnya meningkat. Hal ini disebabkan oleh

pengendapan material yang terjadi bersamaan dengan proses akumulasi

gambut. Variasi secara horisontal pada suatu lapisan batubara bahkan pada

suatu tambang yang sama lebih sering ditemukan dan hal ini umunya

disebabkan oleh faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembatubaraan

seperti tekanan lapisan sedimen dan pengaruh aktivitas magma.

repository.unisba.ac.id

Page 10: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

3.1.

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tipis disebut

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

3.1.5

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tipis disebut

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

5

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tipis disebut

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

Partings

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tipis disebut

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

(Sumber

Partings

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tipis disebut

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

(Sumber

Partings

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tipis disebut band

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

(Sumber

Partings

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

band

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

(Sumber:

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

band, misalnya

terbentuk bersama

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief,

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

, misalnya

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

(Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

, misalnya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

, misalnya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

, misalnya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

jika pada saat terjadi sedim

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

clayband

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

jika pada saat terjadi sedime

seluruh cekungan. Sedangkan proses

proses penurunan cekungan (subsidence)

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

Lapisan batubara kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

sisipan lapisan tersebut disebut parting

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

clayband

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

entasi materia

seluruh cekungan. Sedangkan proses

(subsidence)

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014Gambar

Proses Pembentukan Batubara

batuan anorganik, umumnya serpih,

parting

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

clayband

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

ntasi materia

seluruh cekungan. Sedangkan proses

(subsidence)

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003)

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014Gambar

Proses Pembentukan Batubara

kadang

batuan anorganik, umumnya serpih,

parting

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

clayband

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

ntasi materia

seluruh cekungan. Sedangkan proses

(subsidence)

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

Prof.Dr.Ir., 2003).

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014Gambar

Proses Pembentukan Batubara

kadang

lempung, batupasir. Secara umum

parting. Jika lapisan

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

atau

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

ntasi materia

seluruh cekungan. Sedangkan proses splitting

(subsidence)

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014Gambar 3

Proses Pembentukan Batubara

kadang

lempung, batupasir. Secara umum

. Jika lapisan

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

atau

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

ntasi materia

splitting

(subsidence)

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”20143.3

Proses Pembentukan Batubara

kadang disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

. Jika lapisan

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tonstein

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

ntasi material

splitting

yang

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

. Jika lapisan

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tonstein

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

splitting

yang

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

. Jika lapisan

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tonstein

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

yang

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

. Jika lapisan parting

tebal maka lapisan batubaranya disebut mengalami

tonstein. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014

Proses Pembentukan Batubara

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

parting

parting

. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

wikipedia.com.”Pembentukan Gambut”2014)

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

parting

parting

. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

parting

parting

. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

ternyata cukup

parting. Parting

. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

disisipi oleh lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

ternyata cukup

Parting

. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

lempung, batupasir. Secara umum

ternyata cukup

Parting

. Pada umunya

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

ternyata cukup

Parting

parting

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

ternyata cukup

yang

parting

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

31

lapisan

lempung, batupasir. Secara umum

ternyata cukup

yang

parting

sama dengan pembentukan lapisan gambut misalnya

anorganik secara merata di

terjadi antara lain karena

tidak merata di seluruh

cekungan sehingga ada bagian di mana proses regenerasi tumbuhan

terhenti sementara di tempat lain masih berlangsung secara kontinyu.

repository.unisba.ac.id

Page 11: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

32

3.2 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM

Berdasarkan pada kandungan karbon padat dalam dry mineral matter

free (dmmf) dan nilai kalor dalam moisture mineral matter free (mmf) menjadi

lignit, bituminus dan antrasit. Sedangkan sistem internasional atau UN-ECE

(United Nations-European Economic Community) membagi batubara

kedalam jenis brown coal dan hard coal berdasarkan kandungan zat terbang

dalam dry ash free (daf), nilai kalor dan sifat caking batubara seperti free

swelling index, roga index, dilatasi dan gray king assay.

Batubara peringkat rendah atau lignit mempunyai nilai kalor <4611

kkal/kg (Dry Mineral Matter Free), dan brown coal dengan nilai kalor <5700

kkal/kg (Moist Mineral Matter Free) dengan refleksi vitrinit > 0,4.

Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan kandungan maseralnya,

batubara dibagi menjadi tiga group besar, yaitu fitrinit, eksinit, dan inertrinit.

Sebagai parameter untuk pembagian batubara berdasarkan rank, digunakan

refleksi fitrinit. Hal ini karena kenaikan yang linier terhadap rank. Rank

batubara berdasarkan petrografi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

repository.unisba.ac.id

Page 12: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

33

Tabel 3.2Rank Batubara Berdasarkan Petrografi

ClassVitrinit Mean

RandomReflectance

CarbonContent

ofVitrinite

Equivalent Classe

ASTM UN-ECELignite < 0,40 < 75 Lignite A/B 12 - 15Sub-

Bituminus0,40 – 0,50 75 - 85 Sub-

BituminousA/B/C

10 - 11

Low RankBituminus

0,51 – 1,00 80 - 85 HighVolatrile

BituminousA/B/C

6 - 9

MediumRank

Bituminus

1,01 – 1,5 85 - 89 MediumVolatile

Bituminous

4 - 5

High RankBituminus

1,51 – 2,00 89 - 91 LowVolatile

Bituminous

3

SemiAnthracite

2,01 – 2,50 91 - 93 SemiAnthracite

2

Anthracite > 2,5 > 93 Anthracite 0 - 1(Sumber : American Society for Testing and Material, 1993).

3.2.1 Karakteristik Batubara Peringkat Rendah

Batubara peringkat rendah mempunyai kandungan moisture (air

lembab) yang cukup tinggi, yaitu antara 30% sampai 45%, selain itu juga

mempunyai nilai zat terbang yang tinggi pula dan kandungan oksigennya

lebih besar pula bila dibandingkan dengan batubara bituminus, sedangkan

kandungan abu dan belerang bervariasi.

Struktur fisik molekul batubara peringkat rendah mempunyai cincin

aromatic cluster satu sampai tiga, yang mempertinggi nilai karbon

hydroaromatic dan alifatic. Cincin aromatic pada batubara peringkat rendah

mengandung 50% sampai 75% karbon, sedangkan pada bituminus 85%, dan

antrasit 100%.

repository.unisba.ac.id

Page 13: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

34

Struktur fisik molekul oksigen grup fungsional terikat dalam ikatan

hidrogen dan moisture sebagai komponen struktural. Moisture terikat secara

lepas pada permukaan pori-pori makro. Selain itu hidrogen juga diikat

dengan kuat dalam batubara oleh ikatan hidrogen berupa kapiler pada pori-

pori mikro. Ikatan hidrogen dapat berjumlah 20% dari moisture, batubara

peringkat rendah apabila dipanaskan akan menjadi kering, hal ini cenderung

meningkatkan friability sehingga kekerasan/kekuatan berkurang.

Oksigen dalam batubara peringkat rendah tergabung dalam gugus

kaboksil, fenol, eter, metoksil dan grup fungsional karbonil. Disini gugus

karboksil sangat berperan yaitu sekitar 20% sampai 50% dari total oksigen

yang dapat ditukar dengan ion-ion alkali, alkali tanah dan unsur runutan

(trace element).

Belerang dan nitrogen pada batubara peringkat rendah terdapat pada

struktur aromatic dan alifatic. Batubara ini mengandung 60% sampai 80%

alifatic belerang yang akan berkurang dengan naiknya rank. Salah satu

contoh batubara peringkat rendah Subbituminus dapat dilihat pada (Gambar

3.4).

repository.unisba.ac.id

Page 14: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

resapan

Batubara peringkat renda

non

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

semi kokas

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

resapan

Batubara peringkat renda

non-

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

semi kokas

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

resapan

Batubara peringkat renda

-ca

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

semi kokas

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

resapan moisture

Batubara peringkat renda

caking sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

semi kokas

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

moisture

Batubara peringkat renda

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

semi kokas

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

(Sumber :

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

moisture

Batubara peringkat renda

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

semi kokas (char)

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

(Sumber :

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

moisture

Batubara peringkat renda

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

(char)

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

Sumber :

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

moisture dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

Batubara peringkat renda

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

(char)

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

Sumber :

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

Batubara peringkat renda

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

Batubara peringkat renda

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

Batubara peringkat rendah memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

Batubara

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

reaktif. Reaksi pada kondisi

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

h memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

Batubara

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

ambient

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

h memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

GambarBatubara

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

ambient

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

h memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

GambarBatubara Subbituminus

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

ambient

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

h memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

GambarSubbituminus

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

ambient akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

h memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

Gambar 3.Subbituminus

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

h memiliki sifat

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com

3.4Subbituminus

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

non

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

dilihat karakteristik dari tiap jenis batubara.

www.engineeringtoolbox.com, 2014

Subbituminus

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

non-aglomerating

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

, 2014

Subbituminus

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas.

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

aglomerating

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

, 2014)

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

meningkatkan produksi beberapa radikal bebas. Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

aglomerating

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

aglomerating

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

aglomerating

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

aglomerating

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

aglomerating yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

pada karbonisasi konvensional. Pada Tabel

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

3.3

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

3 dapat

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

dapat

35

Batubara peringkat rendah sangat reaktif pada kondisi oksidasi

reduksi pada temperatur tinggi. Oksigen yang tergabung dalam grup

fungsional selama transformasi termal, misalnya dekarbonisasi akan

Mudahnya memproduksi

radikal bebas ini yang menyebabkan batubara peringkat rendah sangat

akan memberikan pengaruh terhadap

dan oksigen sehingga dapat terjadi pembakaran spontan.

yang cenderung

king sehingga batubara peringkat rendah tidak dapat dibuat kokas.

Batubara peringkat rendah apabila dipanaskan hanya akan menghasilkan

dapatdapat

repository.unisba.ac.id

Page 15: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

36

Tabel 3.3Susunan Unsur Gambut, Lignit, Batubara Subbitumen, Bitumen dan Antrasit

Karbon Volatille Matter Caloric Value Moisture

Gambut 60% > 53% 16,8 MJ/kg > 75% in situ

Lignit 61% - 71% 53% - 49% 23,0 MJ/kg 35% in situ

Subbitumen71% - 77% 49% - 42% 29,3 MJ/kg 25% – 1-% in

situ

Bitumen 77% - 87% 42% - 29% 36,3 MJ/kg 8% in situ

(Sumber : Muchjidin, 2006)

3.2.2 Pemanfaatan Batubara Batubara Peringkat Rendah

Batubara peringkat rendah memiliki inherent moisture yang tinggi dan

nilai kalor yang rendah, sehingga tidak ekonomis jika harus ditransportasikan

pada jarak jauh, selain itu penanganan juga harus hati-hati untuk

menghindari pembakaran spontan.

Prospek yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan batubara

peringkat rendah terutama diindonesia adalah sebagai bahan bakar

langsung, seperti :

a. Sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU)

b. Sebagai bahan bakar dan bahan baku pada pabrik semen

c. Sebagai bahan bakar industri kecil

d. Sebagai bahan baku briket

e. Pemanfaatan melalui proses konversi

Untuk jangka panjang, jika bahan bakar minyak dan cadangan

batubara peringkat tinggi semakin menipis, maka kemungkinan pemanfaatan

batubara peringkat rendah dapat ditingkatkan melalui proses konversi, yaitu

dirubah bentuknya menjadi gas (melalui proses gasifikasi) atau cair (melalui

repository.unisba.ac.id

Page 16: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

37

proses liquifikasi) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar

sintetis maupun bahan baku kimia.

3.3 Analisis Kualitas Batubara dan Pemanfaatannya

Batubara adalah bahan bakar organik yang komposisinya sangat

kompleks dan semakin menjadi kompleks dengan adanya mineral

(anorganik) yang terjadi di dalamnya. Karena begitu kompleksnya, struktur

molekul batubara tidak pernah dianalisis untuk keperluan perdanganan.

Analisis tersebut tidak perlu dilakukan karena saat batubara dibakar proses

terbentuknya panas dan reaksi kimia yang berlangsung ternyata sangat

cepat dan drastis hingga para ahli yang mempelajari proses tersebut tidak

berminat untuk mengamati struktur molekul batubara secara tepat.

Pada umumnya sistem dan analisis batubara dikembangkan secara

luas untuk kepentingan perdanganan. Beberapa di antaranya bersifat

mendasar dan hanya dilakukan untuk mengetahui hal – hal pokok unsur

pembentukan batubara, misalnya untuk mengetahui kadar sulfur, karbon dan

hidrogen yang ada di dalam batubara. Analisis lain yang bersifat lebih

subyektif dan empirik, dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi

pada saat batubara dipanaskan dengan kondisi yang berbeda – beda.

Mineral yang terdapat di dalam batubara tidak akan terbakar melainkan

akan teroksidasi menjadi abu. Analisis komposisi abu sampai ke unsur –

unsur pembentukannya biasanya dilakukan untuk mengetahui karakteristik

abu pada saat pembakaran. Komposisi abu ini tidak diperlukan dalam

operasi pencucian batubara. Komposisi abu harus sudah diteliti dengan

seksama pada saat dilakukan perhitungan cadangan batubara, yaitu pada

repository.unisba.ac.id

Page 17: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

38

tahap kegiatan eksplorasi. Analisis untuk mengetahui jenis mineral yang

terdapat di dalam batubara sebagai sumber pembentuk abu juga bisa

dilakukan tetapi hal ini juga harus sudah dilakukan pada saat kegiatan tahap

eksplorasi. Yang perlu dipahami adalah pada saat batubara dibakar akan

terjadi oksidasi mineral yang ada di dalam batubara menjadi oksida dan

akhirnya membentuk abu.

Analisis kimia batubara merupakan proses pemilahan unsur atau

material menjadi bagian – bagian pembentukannya, dan proses perhitungan

kadar dari masing – masing unsur yang terkandung di dalam contoh

batubara. Kegiatan analisis dilakukan di dalam laboratorium. Seperti sudah

dijelaskan sebelumnya, mengingat struktur batubara yang sangat kompleks

maka hasil analisis yang diperoleh harus diberi toleransi dengan

mempertimbangkan kompleksnya struktur suatu batubara. (Sudarsono S

Arief, Prof.Dr.Ir., 2003).

3.3.1 Analisis Proksimat

Analisis umum yang dilakukan pada batubara, baik oleh perusahaan

atau oleh pembeli disebut sebagai analisis proksimat (proximate analysis).

Analisis proksimat ini cukup sederhana tetapi memerlukan peralatan yang

khusus dan standar. Analisis proksimat terdiri dari empat nilai analisis yang

dijumlahkan akan bernilai 100% yaitu :

Kadar Lengas (moisture)

Kadar abu (ash)

Zat terbang ( volatile matter)

Karbon terhambat (fixed carbon)

repository.unisba.ac.id

Page 18: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

39

Keempat nilai tidak dapat memberikan gambaran data mengenai

struktur batubara tetapi sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat

pemanfaatan batubara di dalam industri pengguna batubara. Analisis

sederhana seperti ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pemanasan

batubara pada kondisi yang berbeda – beda, yaitu pada suhu tinggi dan suhu

rendah, serta dengan atau tanpa udara.

Lengas yang terdapat di dalam batubara, dapat menempel di

permukaan partikel batubara atau berada di dalam partikel batubara. Karena

itu dikenal kadar lengas bebas (free moisture), kadar lengas inherent

(inherent moisture), dan kadar lengas total (total moisture). Kehilangan berat

yang terjadi setelah sample batubara yang diterima digerus sampai 3 mm,

dan langsung dipanaskan di dalam tungku pada suhu antara ؛105 C sampai

؛110 C dinyatakan sebagai kadar lengas total. Lengas bebas (free moisture)

biasanya akan terlepas ke udara apabila batubara dibiarkan di dalam suatu

ruang pada suhu kamar, sampai terjadi kesetimbangan dengan kondisi udara

di sekitarnya. Kehilangan berat selama sample ditempatkan di dalam ruang

pada suhu kamar disebut lengas bebas.

3.3.1.1 Lengas Bebas (free moisture)

Lengas bebas terdapat di dalam batubara secara mekanik, pada

permukaan dan di dalam craks serta pada lubang – lubang kapiler yang

cukup besar, dan lengas bebas mempunyai free moisture tekanan uap

normal. Kadar lengas bebas free moisture pada prinsipnya tergantung pada

kondisi basah atau kering selama batubara terekspos saat penambangan,

benefisiasi, transfortasi, handling dan storage serta pada distribusi ukuran

repository.unisba.ac.id

Page 19: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

40

batubara, di mana batubara yang halus lebih banyak mengadorpsi lengas

dibandingkan batubara yang kasar.

3.3.1.2 Kadar Lengas Lembab (Inherent Moisture)

Kadar lengas inherent diperoleh dari kehilangan berat yang terjadi

setelah sampai batubara tanpa lengas bebas dipanaskan di dalam tungku

pada suhu antara ؛105 C sampai ؛110 C. Secara fisik lengas inherent terdapat

dalam struktur pori internal batubara dan mempunyai tekanan uap lebih

rendah dari tekanan uap normal. Lengas inherent relatif tidak sensitif pada

kondisi atmosfir. Kadar IM dapat dianggap sebagai karakteristik dasar dari

batubara, pada umumnya kadar lengas inherent semakin tinggi dengan

semakin rendahnya pringkat batubara dimana antrasit mengandung sekitar

1 - 2% IM, batubara low volatile bituminus mengandung 1 – 4% IM, batubara

high volatile bituminus mengandung 5 - 10% IM, dan lignit mengandung IM di

atas 45%.

3.3.1.3 Kadar Abu (ash)

Kadar abu suatu batubara secara sederhana didefinisikan sebagai

residu anorganik yang terjadi setelah batubara dibakar (complete

incineration) dan pengukuran kadar abu merupakan bagian dari analisis

proksimat. Kadar abu dihitung dengan cara membakar sample batubara

didalam tungku pada suhu ؛815 C dan mengalirkan udara secara lambat ke

dalam tungku. Abu batubara terbentuk dari sisa pembakaran mineral –

mineral yang terdapat di dalam batubara. Makin banyak mineral yang

terdapat di dalam batubara maka kadar abunya juga akan makin tinggi.

Salah satu tujuan operasi pencucian batubara adalah untuk mengahasilkan

repository.unisba.ac.id

Page 20: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

41

batubara dengan kadar abu yang rendah, artinya kadar mineral di dalam

batubara diturunkan. Kadar abu ini seringkali dikaburkan dengan istilah

mineral matter. Kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang sangat kecil,

umumnya kurang dari 10% berat. Tidak ada metode sederhana yang secara

langsung bisa menentukan kadar mineral matter. Melalui analisis abu dan

pengetahuan mengenai kompleksitas mineral – mineral yang terdapat di

dalam batubara, maka dimunginkan untuk memperkirakan kadar mineral

matter dari kadar abu.

3.3.1.4. Zat Terbang (volatile Matter)

Zat terbang (volatile Matter) adalah bagian dari batubara yang

menguap pada saat batubara dipanaskan tanpa udara (di dalam tungku

tertutup) pada suhu ؛900 C. Zat terbang merupakan bagian dari batubara

yang mudah menguap misalnya CH4 atau hasil dari penguraian senyawa

kimia atau dan campuran kompleks yang membentuk batubara. Untuk

menganilis kadar zat terbang, sample ditempatkan di dalam krusibel silika

kemudian dimasukkan ke dalam tungku selama 7 menit. Setelah pemanasan

akan tertinggal residu padat yang sebagian besar terdiri dari karbon dan

mineral – mineral yang telah berubah, (Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003).

Analisis proksimat harus dilakukan dengan mengacu pada standar

internasional, acuan yang banyak dipakai adalah :

ISP 589 Hard coal – penentuan kadar lengas total

ISO 1171 Solid mineral fuels – penentuan kadar abu

ISO 562 Hard coal and coke – penentuan kadar zat terbang

repository.unisba.ac.id

Page 21: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

42

Nilai keempat yang dihitung dalam analisis proksimat adalah karbon

tertambat, yang diperoleh dari 100% dikurangi jumlah nilai kadar lengas,

kadar abu dan zat terbang.

3.3.2 Analisis Ultimat

Jenis analisis batubara berikutnya yang bermanfaat terutama untuk

menentukan kelas batubara adalah analisis ultimat. Analisis ini adalah cara

yang paling sederhana untuk menunjukkan unsur pembentuk batubara dan

dengan mengabaikan senyawa – senyawa kompleks yang ada dengan

hanya menentukan unsur – unsur kimia pembentuknya yang penting.

(Sudarsono S Arief ,Prof.Dr.Ir., 2003).

Dari sejumlah unsur – unsur pembentukan batubara, data kadar sulfur

sangat diperlukan oleh para ahli pencucian batubara karena kadar sulfur

sampai jumlah tertentu dapat dikontrol dalam suatu operasi pencucian

batubara. Sebagian besar senyawa organik penyusun batubara terdiri dari

karbon dan hidrogen. Jumlah nitrogen yang terdapat di dalam batubara

biasanya jauh lebih rendah daripada unsur – unsur lain. Kadar oksigen

biasanya dihitung dengan cara mengurangi 100% dengan jumlah persentase

unsur – unsur yang lain. Senyawa organik pembentuk batubara terdiri dari 5

unsur utama berikut : Karbon (C), Hidrogen (H), Sulfur (S), Nitrogen (N),

Oksigen (O), Phospor (P).

Hasil dari analisis ultimat biasanya dipakai untuk menentukan kualitas

dan jenis lapisan batubara selama penyelidikan cadangan batubara,

sehingga batubara dapat dikelompokkan atas kelasnya atau keperluan teknis

lainnya.

repository.unisba.ac.id

Page 22: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

43

3.4 Proses Perlakuan Panas Pada Batubara

Proses perlakuan panas pada batubara adalah suatu proses

pemanasan batubara sampai temperatur tertentu yang menyebabkan

terjadinya perubahan komposisi dan struktur batubara (Syamsuddin Alhadis,

1996).

Dalam melakukan pemanasan pada batubara ada tiga daerah

pemanasan yang berpengaruh terhadap terjadinya dekomposisi, yaitu

pemanasan di bawah temperatur dekomposisi, daerah dekomposisi aktif dan

pemanasan diatas temperatur dekomposisi aktif. Dekomposisi aktif disini

adalah terkomposisinya mineral organik penyusun batubara menjadi tar pada

penguapan air. Adanya perubahan-perubahan pada batubara selama

pemanasan terjadi dalam beberapa tahap, yaitu :

Selang 1000C - 1500C, merupakan reaksi endotermis penguapan air,

dimana air yang menguap berupa air bebas, air sisa/terikat secara fisik

dan air yang terjebak pada pori-pori struktur batubara.

Selang 2000C - 3000C, terjadi sedikit perubahan eksotermis karena

ikutnya panas pada saat pelepasan air sisa/terikat secara kimia

(Chemical Combined Water), oksida karbon dan hidrogen.

Selang 3500C - 4600C, reaksi endotermis dimana pada selang

temperatur ini batubara mempunyai kecenderungan mengembang dan

diikuti dengan terjadinya reaksi esterifikasi batubara (dekomposisi

panas) yang ditandai dengan terjadinya penguapan zat terbang.

Temperatur dimana terjadinya dekomposisi panas batubara disebut

temperatur dekomposisi (Td), yang terjadi pada temperatur 3500C.

repository.unisba.ac.id

Page 23: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

44

Dalam hubungannya dengan penelitian ini, hanya ditinjau reaksi

pelepasan air. Penelitian ini dilakukan pada temperatur antara 1100C, 1500C,

1750C dan 2000C, yang belum terjadi dekomposisi panas pada saat

terjadinya sedikit perubahan pada reaksi endotermis dan eksotermis.

3.5 Kinetika Pengeringan Batubara

3.5.1 Pengeringan

Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam

jumlah yang relative kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas.

Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar

air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau

setara dengan nilai aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologis,

enzimatis dan kimiawi. Pengertian proses pengeringan berbeda dengan

proses penguapan (evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi adalah

proses pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa

larutan (cairan) yang mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak.

Meskipun demikian ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu

terjadinya perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan

mutu bahan.

Tujuan dilakukannya proses pengeringan adalah untuk :

1. Memudahkan penanganan selanjutnya

2. Mengurangi biaya trasportasi dan pengemasan

3. Mengawetkan bahan

4. Meningkatkan nilai guna suatu bahan atau agar dapat memberikan

hasil yang baik

repository.unisba.ac.id

Page 24: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

45

Hal ini penting untuk menghindari proses pengeringan lampau dan

pengeringan yang terlalu lama, karena kedua proses pengeringan ini akan

meningkatkan biaya operasi. Metodologi dan teknik pengeringan dapat

dikatakan baik apabila phenomena perpindahan massa dan energi pada

proses pengeringan dapat dipahami.

3.5.2 Prinsip Dasar Pengeringan

Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah

panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Proses

perpindahan panas yang terjadi adalah dengan cara konveksi serta

perpindahan panas secara konduksi dan radiasi tetap terjadi dalam jumlah

yang relative kecil. Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium

pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang

terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya.

Proses ini akan menyangkut aliran fluida dengan cairan harus ditransfer

melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Panas

harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui

berbagai macam tahanan agar dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air

yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang

dikeringkan dan cara pemanasan yang digunakan, sedangkan waktu proses

pengeringannya ditetapkan dalam dua periode (Batty dan Folkman. 1984),

yaitu :

1. Periode pengeringan dengan laju tetap (Constant Rate Periode)

Pada periode ini bahan-bahan yang dikeringkan memiliki kecepatan

pengeringan yang konstan. Proses penguapan pada periode ini terjadi pada

repository.unisba.ac.id

Page 25: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

46

air tak terikat, dimana suhu pada bahan sama dengan suhu bola basah

udara pengering. Periode pengeringan dengan laju tetap dapat dianggap

sebagai keadaan steady.

2. Periode pengeringan dengan laju menurun (Falling Rate Periode)

Periode kedua proses pengeringan yang terjadi adalah turunnya laju

pengeringan batubara (R=0). Pada periode ini terjadi peristiwa penguapan

kandungan yang ada di dalam batubara (internal moisture).

Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian yaitu

panas harus diberikan pada bahan, dan air harus dikeluarkan dari bahan.

Dua fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa ke

luar. Yang dimaksudkan dengan pindah panas adalah peristiwa perpindahan

energi dari udara ke dalam bahan yang dapat menyebabkan berpindahnya

sejumlah massa (kandungan air) karena gaya dorong untuk keluar dari

bahan (pindah massa). Dalam pengeringan umumnya diinginkan kecepatan

pengeringan yang maksimum, oleh karena itu semua usaha dibuat untuk

mempercepat pindah panas dan pindah massa. Perpindahan panas dalam

proses pengeringan dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan

langsung dan pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung yaitu

sumber panas berhubungan dengan bahan yang dikeringkan, sedangkan

pengeringan tidak langsung yaitu panas dari sumber panas dilewatkan

melalui permukaan benda padat (conventer) dan konventer tersebut yang

berhubungan dengan bahan. Setelah panas sampai ke bahan maka air dari

sel-sel bahan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar.

repository.unisba.ac.id

Page 26: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

lapisan

Permukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

tekanan uap.

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

lapisan

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

tekanan uap.

(

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

lapisan-

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

tekanan uap.

(Sumber

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

-lapisan

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

tekanan uap.

Sumber

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

lapisan

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

tekanan uap.

Sumber

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

lapisan

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

tekanan uap.

: Batty dan Folkman. 199

Kurva

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

urva

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

urva Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

GambarPeristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

GambarPeristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

GambarPeristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 199

Gambar 3Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

: Batty dan Folkman. 1994)

3.5Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

ermukaan komponen padatan dari bahan.

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Peristiwa Proses Perpindahan Panas

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

absorpsi

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

absorpsi

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

absorpsi

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

absorpsi dari

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

47

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

dari

Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan

repository.unisba.ac.id

Page 27: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

period),

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

610 Kc

3.5.3

beberapa fa

flu

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

tentang faktor

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

period),

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

610 Kc

3.5.3

beberapa fa

fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

tentang faktor

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

period),

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

610 Kc

3.5.3

beberapa fa

ida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

tentang faktor

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

period), pengeringan

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

610 Kcal panas untuk m

Faktor

Proses pengeringan suatu material padat

beberapa fa

ida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

tentang faktor

(Sumber :

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

pengeringan

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

al panas untuk m

Faktor

Proses pengeringan suatu material padat

beberapa fa

ida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

tentang faktor

Sumber :

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

pengeringan

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

al panas untuk m

Faktor-

Proses pengeringan suatu material padat

beberapa faktor antara lain

ida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

tentang faktor-

Sumber :

Sumber :

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

pengeringan

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

al panas untuk m

-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

tor antara lain

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

-faktor tersebut :

Sumber :

Sumber :

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

pengeringan

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

al panas untuk m

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

tor antara lain

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

faktor tersebut :

Sumber :

Batty dan Folkman. 19

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

pengeringan batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

al panas untuk m

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

tor antara lain

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

faktor tersebut :

Sumber : Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 19

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

al panas untuk m

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

tor antara lain

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

faktor tersebut :

Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 19

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

penghilangan air bebas

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

tor antara lain

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

faktor tersebut :

Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 19

Kurva Pengeringan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

tor antara lain : luas permukaan kontak antara padatan dengan

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

faktor tersebut :

Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 19

Kurva Pengeringan Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

faktor tersebut :

Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 19Gambar

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 19Gambar

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

perbedaan temperatur

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

Batty dan Folkman. 199Gambar

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

perbedaan temperatur antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

94)Gambar 3

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

3.6Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

(free moisture).

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubar

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period)

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

untuk penguapan air pada permukaan batubara. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period)

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padat

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Best Practices manual Dryer. 2013

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period)

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

Proses pengeringan suatu material padatan dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period)

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan Batty dan Folkman,19

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period)

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan Batty dan Folkman,199

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period)

Pada tahap laju pengeringan

bertambah dengan berjalannya waktu. Pada tahap kedua

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

94.

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

(initial period) adalah tahap

Pada tahap laju pengeringan

(constant rade

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

adalah tahap

Pada tahap laju pengeringan

constant rade

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

enguapkan 1 kg air dari dalam batubara.

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

adalah tahap

Pada tahap laju pengeringan

constant rade

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

adalah tahap

Pada tahap laju pengeringan

constant rade

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

adalah tahap

Pada tahap laju pengeringan

constant rade

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

48

Berdasarkan kurva pengeringan diatas, proses pengeringan dapat

adalah tahap

Pada tahap laju pengeringan

constant rade

batubara berlangsung pada laju yang konstan dan suhu

batubara hanya sedikit meningkat. Pada tahap ini energi panas yang dipakai

a. Kurang lebih dibutuhkan

an dipengaruhi oleh

: luas permukaan kontak antara padatan dengan

antara padatan dengan fluida panas,

kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Berikut ini dijelaskan

repository.unisba.ac.id

Page 28: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

49

a. Luas Permukaan

Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di

bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian

menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan yang

akan dikeringkan dipotong-potong atau dihaluskan terlebih dulu. Hal ini

terjadi karena :

1. Pemotongan atau penghalusan tersebut akan memperluas

permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan

dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar.

2. Partikel-partikel kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak

dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan. Potongan

kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan

yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari

bahan tersebut.

b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan

bahan, makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin

cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang

dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk

menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu

pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan

tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan

terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu

repository.unisba.ac.id

Page 29: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

50

keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian

dalamnya masih basah.

c. Kecepatan Aliran Udara

Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat

mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari

permukaan material, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir

jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara

disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan

akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air

terbawa dan teruapkan.

d. Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara

untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin

kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga

uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan.

Sebaliknya, jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar

pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air

terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan. Densitas

batubara dapat bervariasi yang menunjukkan hubungan antara rank

dan kandungan karbon.

Pengeringan tahap ketiga dimulai setelah permukaan batubara paling

luar sudah hampir kering. Pada tahap ini pengeringan berlangsung dengan

laju yang semakin lambat karena jumlah permukaan batubara basah yang

dapat kontak langsung dengan gas panas semakin lama semakin sedikit.

repository.unisba.ac.id

Page 30: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

Uap

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

saja faktor

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

diinginkan.

batubara dalam proses penge

؛150

suhu kamar

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

Uap

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

saja faktor

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

diinginkan.

batubara dalam proses penge

150

suhu kamar

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

Uap air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

saja faktor

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

diinginkan.

(

batubara dalam proses penge

150C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

suhu kamar

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

saja faktor

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

diinginkan.

(Sumber :

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

suhu kamar

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

saja faktor-

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

diinginkan.

Sumber :

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

suhu kamar

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

-faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Sumber :

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

suhu kamar

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Sumber : Karthikeyan, 2007

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

suhu kamar ؛27

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Karthikeyan, 2007

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

27C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Karthikeyan, 2007

ContohKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Karthikeyan, 2007

ContohKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Karthikeyan, 2007

ContohKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Karthikeyan, 2007

KurvaKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses penge

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Karthikeyan, 2007).

KurvaKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

batubara dalam proses pengeringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

batubara dengan menembus pori-pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

).Gambar

Kurva Pelepasan dan PenyerapanKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

GambarPelepasan dan Penyerapan

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

GambarPelepasan dan Penyerapan

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Gambar 3Pelepasan dan Penyerapan

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

batubara. Air dapat masuk kembali ke dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

3.7Pelepasan dan Penyerapan

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Pelepasan dan PenyerapanKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Pelepasan dan PenyerapanKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Pelepasan dan PenyerapanKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Pelepasan dan PenyerapanKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

ringan pada suhu yang berbeda (

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Pelepasan dan PenyerapanKembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

berbeda (

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

cepat waktu pengeringan. Kadar air batubara kering

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

berbeda (

C) yang dilanjutkan dengan kurva penyerapan kembali

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

berbeda (

(moisture)

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Kembali Air Pada Batubara Kaltim (Karthikeyan, 2007.)

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

berbeda ؛)

(moisture)

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

؛75

(moisture)

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

batubara pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing-

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

75C,

(moisture)

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

-masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

C, ؛110

(moisture) dalam

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

110C,

dalam

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

51

air tahap ini berasal dari bagian dalam batubara dan bergerak keluar,

pori yang ada. Oleh sebab itu pengeringan

masing

dalam batubara setelah proses

pengeringan. Seberapa besar air dapat masuk kembali ke batubara dan apa

faktor yang mempengaruhi tingkat masuknya air ke dalam

batubara harus diketahui untuk mendapatkan produk batubara kering yang

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara waktu dan kadar air

110C,

dalam

C, dan kelembaban 80%. Semakin tinggi suhu semakin

meningkat dari 0%

repository.unisba.ac.id

Page 31: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

52

menjadi sekitar 10 - 13% setelah penyerapan kembali (moisture) dalam

jangka waktu 2 sampai 4 hari. Kadar air batubara kering dibawah 10% agak

sulit dilakukan tanpa memutus ikatan air dengan gugus fungsi yang ada

dalam batubara. Pada batubara bituminus semua air yang dilepas saat

pengeringan 100% kembali lagi ke batubara sementara itu pada batubara

lignit hanya 30% dari air yang kembali ke batubara. Diperkirakan pori-pori

dalam batubara bituminus berada dalam struktur yang sangat kuat karena

proses pembatubaraan (coalification) di alam sehingga pori-pori batubara

bituminus tidak rusak selama proses pengeringan dan air dapat kembali lagi

ke dalam pori setelah proses pengeringan.

Pengeringan batubara dapat menghasilkan produk dengan kadar air

dibawah 10% bila dilakukan pada suhu lebih tinggi sehingga gugus fungsi

karbosil yang ada dalam batubara terlepas. Walaupun suhu pengeringan

menentukan jumlah moisture pada batubara kering tetapi dalam prakteknya

suhu pengeringan diusahakan setinggi mungkin tetapi dalam batas-batas

aman. Faktor lain yang paling penting dalam proses pengeringan batubara

adalah waktu pengeringan. Dari faktor-faktor yang dipertimbangkan diatas

dapat disimpulkan bahwa fitur yang diinginkan pengeringan termal adalah :

a. Harus ada pasokan gas panas pada suhu sedikit di atas suhu kritis

bahan yang akan dikeringkan.

b. Harus ada metode sehingga terjadi kontak yang baik antara gas panas

dengan material yang sedang dikeringkan.

c. Waktu tinggal bahan dalam pengeringan secepat mungkin tetapi

dengan penguapan air yang memadai. Peralatan pengeringan batubara

repository.unisba.ac.id

Page 32: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

53

harus memiliki kemampuan untuk mengeringkan berbagai macam

ukuran bahan tetapi tanpa menimbulkan kondisi pengeringan yang

berlebihan atau sebaliknya.

d. Peralatan pengeringan batubara harus mempunyai kapasitas yang

besar.

e. Peralatan pengeringan batubara harus mampu mempertahankan

temperatur gas buang pada tingkat yang cukup tinggi untuk mencegah

kondensasi dalam sistem.

f. Peralatan pengering batubara harus mempunyai desain yang

sederhana, mudah dioperasikan dan mudah diperbaiki bila terjadi

kerusakan.

3.5.4 Kinetika Kimia

Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju

(kecepatan) dan mekanisme reaksi. Melalui penelitian mula – mula

dilakukan oleh Wihelmy terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata

kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi atau tekanan zat-zat

yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau

tekanan dari produk atau reaktan terhadap waktu. Secara kuantitatif

kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah dari

eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi. (Modul kimia

Dasar Program Martikulasi, 2008).

repository.unisba.ac.id

Page 33: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

54

3.5.4.1 Perhitungan Reaksi Orde Nol

Pada reaksi orde nol tidak tergantung pada konsentrasi reaktan.

Persamaan laju reaksi orde nol dinyatakan sebagai :

A-AO=-KO.t

A = Konsentrasi zat pada waktu t

A0 = Konsentrasi zat mula-mula

T = Waktu

Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan

katalis. Jika persamaan di atas di tulis dalam bentuk logaritma, maka akan

didapat:

ln K = ln A - )(T

1

R

Ea

Dengan membuat kurva ln K terhadap 1/T, maka nilai Ea/R didapat

sebagai gradien dari kurva tersebut. Karena nilai R diketahui, maka nilai

energi aktifitas dapat ditentukan. Besarnya energi aktifitas juga dapat

ditentukan dengan menggunakan nilai - nilai k pada suhu yang berbeda.

Persamaan yang digunakan adalah :

ln ( )K2

K1= )(

T1

1

T2

1

R

Ea

atau

log ( )K2

K1= )(

T1

1

T2

1

2.,303.R

Ea

0kdt

dA-

repository.unisba.ac.id

Page 34: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

3.5.4.2

konsentrasi

K

3.5.4.2

konsentrasi

K1 sebagai gradien

3.5.4.2

konsentrasi

1 sebagai gradien

3.5.4.2 Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

konsentrasi

Tetapan laju (k

1 sebagai gradien

(Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

konsentrasi

Tetapan laju (k

1 sebagai gradien

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

lnA

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Tetapan laju (k

1 sebagai gradien

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Tetapan laju (k

1 sebagai gradien

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Tetapan laju (k

1 sebagai gradien

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Tetapan laju (k

1 sebagai gradien

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Tetapan laju (k1)

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

50

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

50

K

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Bila t = 0 maka A = 0

ln [A] = ln [A

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

ln

Bila t = 0 maka A = 0

ln [A] = ln [A

[A] = [A

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Sumber : Hasil Penelitian. 2014

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

100

t (Menit)

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dt

dA-

[A]

-

ln[A]

[A0}

Bila t = 0 maka A = 0

ln [A] = ln [A

[A] = [A

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Sumber : Hasil Penelitian. 2014Gambar 3.

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

100

t (Menit)

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dt

dA

[A]

dA

[A]

[A0}

Bila t = 0 maka A = 0

ln [A] = ln [A

[A] = [A

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Sumber : Hasil Penelitian. 2014)Gambar 3.

Grafik antara ln A Terhadap Waktu

100

t (Menit)

Gradien k

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dA

[A]

[A0}

Bila t = 0 maka A = 0

ln [A] = ln [A

[A] = [A0

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Gambar 3.Grafik antara ln A Terhadap Waktu

Gradien k

Perhitungan Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

k1

k1

k1

Bila t = 0 maka A = 0

ln [A] = ln [A0

0] e

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Gambar 3.Grafik antara ln A Terhadap Waktu

150

Gradien k

-K

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

[A]

1 dt

(t-

Bila t = 0 maka A = 0

0] –

] e –k

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Gambar 3.8Grafik antara ln A Terhadap Waktu Untuk Reaksi Orde Satu

150

Gradien k

K1

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

[A]

dt

-t0)

Bila t = 0 maka A = 0

– k1.

k1t

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

Gradien k1

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

Bila t = 0 maka A = 0

1.t

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

200

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

200

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

ln A

Linear (ln A)

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

ln A

Linear (ln A)

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

Linear (ln A)

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Untuk Reaksi Orde Satu

Linear (ln A)

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Linear (ln A)

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

reaktan. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan

55

Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan

dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t dengan -

repository.unisba.ac.id

Page 35: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

3.5.4.3

sebagai gradiennya.

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

3.5.4.3

sebagai gradiennya.

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

3.5.4.3

sebagai gradiennya.

Waktu paruh (t

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

3.5.4.3 Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k

sebagai gradiennya.

Waktu paruh (t

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k

sebagai gradiennya.

Grafik antara ln

Waktu paruh (t

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k

sebagai gradiennya.

Grafik antara ln

Waktu paruh (t

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k

sebagai gradiennya.

Grafik antara ln

ln 1/[A]

Waktu paruh (t

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k

sebagai gradiennya.

Grafik antara ln

ln 1/[A]

Waktu paruh (t

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

dinyatakan sebagai:

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k

sebagai gradiennya.

Grafik antara ln

ln 1/[A]

Waktu paruh (t1/2

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

Tetapan laju (k2) dapat dihitung dari grafik 1/A

Grafik antara ln

ln 1/[A]

1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

) dapat dihitung dari grafik 1/A

Grafik antara ln 1/[

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

K

K

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

[A]

) dapat dihitung dari grafik 1/A

1/[A]

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

K1=

K1 =

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

dt

dA-

[A]2

dA-

[A]

1

) dapat dihitung dari grafik 1/A

] Terhadap Waktu

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

1=t1/2

=

0.693

Perhitungan Reaksi Orde

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

dt

dA

[A]2

dA

[A]

) dapat dihitung dari grafik 1/A

Gambar 3.Terhadap Waktu

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

t1/2

1

t1/2

0.693

Perhitungan Reaksi Orde Dua

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

[A]2

[A0]

1

) dapat dihitung dari grafik 1/A

t(waktu)

Gambar 3.Terhadap Waktu

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

t1/2

t1/2

0.693

Dua

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

K2

K2

[A0]

1

) dapat dihitung dari grafik 1/A

t(waktu)

Gambar 3.Terhadap Waktu

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

ln

Dua

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

2 [A]

t

K

) dapat dihitung dari grafik 1/A

t(waktu)

Gambar 3.Terhadap Waktu

Gradien =

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

ln1/2

1

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

[A]2

K2 [t

) dapat dihitung dari grafik 1/A

t(waktu)

Gambar 3.9Terhadap Waktu

Gradien =

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

1/2

1

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

[t-t0]

) dapat dihitung dari grafik 1/A

Terhadap Waktu Untuk Reaksi Orde dua

Gradien =

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

t0]

) dapat dihitung dari grafik 1/A

Untuk Reaksi Orde dua

Gradien = -

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

) dapat dihitung dari grafik 1/A

Untuk Reaksi Orde dua

-k3

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

) dapat dihitung dari grafik 1/A terhadap t dengan (k

Untuk Reaksi Orde dua

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan

terhadap t dengan (k

Untuk Reaksi Orde dua

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai

terhadap t dengan (k

Untuk Reaksi Orde dua

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

sebagai

terhadap t dengan (k

Untuk Reaksi Orde dua

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

sebagai

terhadap t dengan (k

Untuk Reaksi Orde dua

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

sebagai

terhadap t dengan (k

Untuk Reaksi Orde dua

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

:

terhadap t dengan (k

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

terhadap t dengan (k

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

terhadap t dengan (k

56

adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi

reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh

terhadap t dengan (k2)

repository.unisba.ac.id

Page 36: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

57

Waktu paruh reaksi orde dua dinyatakan sebagai :

t1/2 =k2[A0]

1

(Sumber : Hasil Penelitian. 2014).Gambar 3.10

Grafik Pengaruh Kecepatan [(dw/dt)/A] Pengeringan Terhadap Waktu

3.6 Pemanfaatan Batubara Sebagai Bahan Bakar

Batubara merupakan bahan bakar penting dalam berbagai macam

industri, baik digunakan sebagai sumber energi (steam coal) untuk

pembangkit tenaga listrik uap (PLTU), maupun untuk industri ekstraksi logam

(penggunaan kokas metalurgi sebagai reduktor dalam industri baja), atau

dipakai sebagai bahan baku untuk gas (gasification), bahan bakar cair

(liquefaction), dan CWM (coal water mixture). Pada umumnya pemakaian

batubara terbesar adalah sebagai sumber energi pada PLTU. Teknologi

pembakaran batubara komersial untuk industri biasanya adalah jenis

pulverisasi atau fluidisasi.

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0 50 100 150 200 250

(dw

/dt)

/A

T(Menit)

(dw/dt)/A

repository.unisba.ac.id

Page 37: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

58

Pembangkit listrik besar ekivalen dengan pembangkit berkapasitas

lebih dari 600 MW, dengan kebutuhan batubara antara 2300 ton/jam sampai

3100 ton/jam. Saat ini, kebanyakan pabrik listrik berkapasitas super besar

dan besar menggunakan boiler pembakaran pulverisasi. Isu utama teknologi

pulverisasi adalah berkaitan dengan teknologi pengurangan dampak

lingkungan, antara lain desulfurasi, denitrifikasi, pengurangan debu, dan

pengolahan limbah air. Pemilihan teknologi pembakaran yang menjadi

perhatian adalah buner yang dapat memperkecil NOx.

Pembangkit listrik kelas menengah dan kecil. Selain teknologi

pembakaran batubara pulverisasi, teknologi pembakaran (fluidized bed)

umunya digunakan untuk pembangkit listrik kelas menengah dan kecil. Boiler

jenis fluidasi dapat digunakan dengan rentang jenis batubara lebih besar

dibandingkan dengan boiler pembakaran batubara pulverisasi skala besar.

Operasi boiler fluidisasi tipe bubling (sekitar 350 MW) telah digunakan pada

beberapa pembangkit listrik.

Pada saat ini banyak pabrik semen yang memakai batubara sebagai

sumber bahan bakar alternatif. Dalam pabrik semen, batubara tidak saja

digunakan sebagai bahan bakar tetapi juga sebagai bahan baku dalam

pembuatan semen. Oleh karena itu kualitas batubara yang tepat dan

pemanfaatan batubara secara tepat sangat dibutuhkan dalam industri

semen,

Untuk membangun pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara,

hal terpenting yang harus diperhatikan adalah sifat dan gambaran batubara

yang ditunjukkan oleh parameter kualitasnya yang digunakan. Pemilihan

repository.unisba.ac.id

Page 38: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

59

teknologi pembakaran yang tepat didasarkan pada sifat batubara yang

digunakan merupakan sesuatu yang penting untuk diketahui agar diperoleh

proses pembakaran yang efesien dan teknolgi yang ramah lingkungan.

Faktor – faktor yang harus diperhatikan saat pemilihan teknologi pembakaran

batubara untuk pembangkit listrik ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Boiler untuk batubara peringkat rendah seperti batubara lignit dan

subbituminus, tidak membutuhkan teknologi yang khusus dan dapat

ditangani dengan mengkombinasikan teknologi yang telah ada. Meskipun

demikian, ukuran boiler mau tidak mau harus besar sebagai akibat adanya

masalah slagging dan nilai kalor yang lebih rendah. Pada batubara peringkat

rendah dibutuhkan pula sistem pra-pengolahan batubara (storage,

pengumpanan batubara dan pulverisasi). Kenaikan kadar air selama musim

hujan dapat menimbulkan permasalahan dalam pengumpanan batubara dan

sistem pulverizer sehingga penting sekali adanya pengaturan penyimpanan

batubara yang baik.

repository.unisba.ac.id

Page 39: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

3.

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

karbon menghasilkan karbon mono

3.6.1 Reaksi Pem

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

.1 Reaksi Pem

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

.1 Reaksi Pem

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

.1 Reaksi Pem

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

.1 Reaksi Pem

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

.1 Reaksi Pem

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

.1 Reaksi Pemb

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

baran Batubara

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

- Analisis dasar batubaraNilai

- Anisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

- Analisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur

- Hardgrove Grindability index (HGI)- Analisis abu

Titik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :

Faktor faktor desain:

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

aran Batubara

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

Analisis dasar batubaraNilaiAnisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, KarbonAnalisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)Analisis abuTitik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :--

--

Faktor faktor desain:----

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

aran Batubara

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

Analisis dasar batubaraNilai kalor (HCV,LCV)Anisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, KarbonAnalisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)Analisis abuTitik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :

Faktor faktor desain:----

(Sudarsono S Arief

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

aran Batubara

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

Analisis dasar batubarakalor (HCV,LCV)

Anisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, KarbonAnalisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)Analisis abuTitik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SONOKarakteristik pulverisasiKarakteristik abu

Faktor faktor desain:Jenis boilerPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desainboiler

(Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

aran Batubara

Proses pembakaran akan

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

Analisis dasar batubarakalor (HCV,LCV)

Anisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, KarbonAnalisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)Analisis abuTitik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SONOX,Debu)Karakteristik pulverisasiKarakteristik abu

Faktor faktor desain:Jenis boilerPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desainboiler

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Prof.Dr.IrGambar 3.

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

aran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono

Analisis dasar batubarakalor (HCV,LCV)

Anisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, KarbonAnalisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)Analisis abuTitik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

Debu)Karakteristik pulverisasiKarakteristik abu

Faktor faktor desain:Jenis boilerPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desainboiler

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Prof.Dr.IrGambar 3.

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

aran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

arbon menghasilkan karbon mono-oksida atau karbon dioksida :

Analisis dasar batubarakalor (HCV,LCV)

Anisis ProksimatKadar Air, Abu, Zat Terbang, KarbonAnalisis ultimatCarbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Titik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

Debu)Karakteristik pulverisasiKarakteristik abu

Faktor faktor desain:Jenis boilerPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Prof.Dr.IrGambar 3.

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Analisis dasar batubarakalor (HCV,LCV)

Kadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Titik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

Karakteristik pulverisasiKarakteristik abu

Faktor faktor desain:pembakaran batubara

Peralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Prof.Dr.Ir., 2003).Gambar 3.

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Analisis dasar batubara

Kadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Titik leleh abu, komponen abu

Karakteristik Batubara :Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

Karakteristik pulverisasiKarakteristik abu

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

2003).Gambar 3.11

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Analisis dasar batubara

Kadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Titik leleh abu, komponen abu

Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

Karakteristik pulverisasi

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

2003).

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Kadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Titik leleh abu, komponen abu

Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

Karakteristik pulverisasi

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Kadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Kadar Air, Abu, Zat Terbang, Karbon

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SO

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Keputusan desain boilerpembakaran batubara

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, SulfurHardgrove Grindability index (HGI)

Kemampubakaran (combustibility)Pengendalian Pencemaran (SOX,

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur

Kemampubakaran (combustibility),

pembakaran batubaraPeralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur

Peralatan pengendalian pencemaranJenis mill untuk pulverisasi batubaraHal lain berkaitan dengan desain

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Pembakaran Batubara

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

oksida atau karbon dioksida :

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

60

berlangsung dengan baik jika tersedia udara

dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran batubara merupakan ilmu

yang kompleks karena adanya variasi kondisi fisika maupun kimia batubara,

tetapi biasanya reaksi pembakaran digambarkan dengan reaksi oksidasi

repository.unisba.ac.id

Page 40: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

61

2 C + O2 O2 atau C + O2 CO2

Gas CO yang terbentuk dapat bereaksi dengan oksigen membentuk

gas CO2 sesuai reaksi :

2C0+ O2 2CO2

Gas CO2 yang terbentuk dapat pula bereaksi dengan karbon

membentuk gas CO

CO2 C 2 CO (Disebut reaksi Boudouard)

Dan reaksi pembentuk uap air :

2H + ½ O2 H2O diikuti dengan reaksi C + H2O CO + H2

Setelah ada nyala api, pembakaran batubara dimulai dari penguapan

air, diikuti dengan zat terbang. Selain unsur hidrogen dan karbom, unsur –

unsur lain yang terdapat di dalam batubara juga mengalami oksidasi,

misalnya unsur sulfur (S) dan nitrogen :

S + O2 SO2 (g) diikuti dengan reaksi 2SO2 (g)+1/2O2 2 SO3(g)

2N + O2 2 NO diikuti dengan reaksi 2NO + O2 2 NO2(g)

Adanya uap air di udara terbuka akan bereaksi dengan gas – gas

hasil pembakaran membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang merupakan

sumber terjadinya hujan asam. Reaksi – reaksi yang mungkin terlibat dalam

pembentukan asam ini adalah :

SO2 (g) + H2O H2SO3 dan SO3 (g) + H2O H2SO4

Atau 2SO2 (g) + O2 + 2HO2 2H2SO4

NO + HO2 H2NO2 dan NO2 + NO + H2O + O2 2HNO3

repository.unisba.ac.id

Page 41: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

unggun tetap

1.

2.

3.

unggun tetap

1.

2.

3.

1.

2.

3.

unggun tetap

1.

2.

3.

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

Unggun tetap

flow

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

Entrained bed

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

unggun tetap

Overfeed spreaded

Underfeed

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

Unggun tetap

flow

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

Entrained bed

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

unggun tetap

Overfeed spreaded

Underfeed

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

Unggun tetap

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

Entrained bed

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

unggun tetap :

Overfeed spreaded

Underfeed

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

Unggun tetap

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

Entrained bed

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

:

Overfeed spreaded

Underfeed

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

Unggun tetap

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

Entrained bed

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Overfeed spreaded

Underfeed

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

Unggun tetap (fixed bed),

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

Entrained bed, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Overfeed spreaded

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

(fixed bed),

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Overfeed spreaded

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

(fixed bed),

Unggun terfluidakan

partikel teraduk dengan baik

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Overfeed spreaded

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

(fixed bed),

Unggun terfluidakan (fluidized bed)

partikel teraduk dengan baik

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Crossfeed (vibrating)

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

(fixed bed),

(fluidized bed)

partikel teraduk dengan baik

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

(fixed bed), partikel dan udara bergerak secara

(fluidized bed)

partikel teraduk dengan baik

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)Gambar 3.

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

(fluidized bed)

partikel teraduk dengan baik

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)Gambar 3.

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Umpan dalam bentuk kasar ± 1

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

(fluidized bed)

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)Gambar 3.

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Umpan dalam bentuk kasar ± 1-5 cm

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

(fluidized bed)

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)Gambar 3.

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

5 cm

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

(fluidized bed) atau

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)Gambar 3.12

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

5 cm

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

atau

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003)

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

atau

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003).

Pembakaran Sistem Unggun

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tetap

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tetap

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tetap

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

pulverized bad, udara dan

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

partikel dan udara bergerak secara

, udara dan

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

Sistem Pembakaran batubara dikelompokkan atas 3 cara yaitu :

counter

, udara dan

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

Tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara ke “stoker”

counter

, udara dan

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

pada

62

counter

, udara dan

, partikel bergerak dengan cepat bersama dengan udara

pada

counter

repository.unisba.ac.id

Page 42: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

3.6.2

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

matter,

dalam analisis ultimat, pengikisan,

batuba

3.6.2

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

matter,

dalam analisis ultimat, pengikisan,

batuba

a.

b.

3.6.2

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

matter,

dalam analisis ultimat, pengikisan,

batuba

a.

b.

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

matter, reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

batubara.

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

matter

panas.

(Sumber : Suda

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

ra.

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

matter

panas.

(Sumber : Suda

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

matter

panas.

(Sumber : Suda

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

terpenting ialah

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

Volatile

(Sumber : Suda

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

Volatile

(Sumber : Suda

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

Volatile

(Sumber : Sudarsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Calorific Value

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

Volatile

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

monoksida, metan dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

merupakan k

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

merupakan k

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap berg

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

merupakan k

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20Gambar

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

Desain ketel uap bergantung pada banyaknya variable,

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan,

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

Selama pembakaran awal,

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

merupakan k

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20Gambar

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

dalam analisis ultimat, pengikisan, ash, sulfur

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

volatile matter

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

merupakan k

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20Gambar

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

ash, sulfur

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

volatile matter

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

merupakan kunci yang menentukan reaktivitas.

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20Gambar 3.

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture

ash, sulfur

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

Volatile Matter dan fixed carbon

volatile matter

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 203.13

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

sifat sifat dari bahan bakar.

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

reaktivitas, fixed carbon, moisture , unsur

ash, sulfur

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

volatile matter

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 20

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

sifat sifat dari bahan bakar. Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

, unsur

ash, sulfur

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

volatile matter

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

rsono S Arief, Prof.Dr.Ir., 2003

Skematik pengumpanan

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

, unsur

dan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

masalah seperti menyumpat perpindahan

volatile matter

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

03).

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

, unsur –

dan nitrogen

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

volatile matter akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

– unsur yang dite

nitrogen

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

unsur yang dite

nitrogen

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

unsur yang dite

nitrogen

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

unsur yang dite

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

dan fosfor. Selama pembakaran umunya

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

Parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

unsur yang dite

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

umunya

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

unsur yang dite

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

umunya

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

yang berpengaruh dalam sistem pembakaran ialah nilai panas,

unsur yang dite

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

umunya

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

antung pada banyaknya variable,

Beberapa parameter batubara

volatile

unsur yang ditentukan

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

volatile

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

yang

Beberapa parameter batubara

volatile

ntukan

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

volatile

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

63

yang

Beberapa parameter batubara

volatile

ntukan

, serta kekerasan

Apabila batubara yang dipasok mempunyai kalori rendah, maka

diperlukan batubara yang lebih banyak, karena akan menimbulkan

akan pecah menjadi gas

atau uap yang terdiri dari hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon

volatile

diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan

unci yang menentukan reaktivitas.

volatile

volatile

repository.unisba.ac.id

Page 43: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

64

Batubara dengan volatile rendah memerlukan waktu penyalaan yang

lama. fixed carbon ialah residu yang dapat terbakar, dan yang tetap

ada setelah Volatile keluar dari batubara. fixed carbon terbakar dalam

keadaan padat dan akan teroksidasi sempurna menjadi karbon

dioksida.

c. Reaktivitas

Reaktivitas ialah suatu ukuran kecepatan penggabungan batubara

dengan oksigen di atas suhu nyalanya. Ini identik dengan kecepatan

pembakaran.

d. Moisture

Suhu pembakaran yang rendah disebabkan banyaknya uap air dalam

tungku. Pembakaran dapat menimbulkan tidak stabilnya penyalaan.

Karena semakin tinggi moisture dan semakin rendah nilai panas dari

batubara dengan basis as fired, maka pada kecepatan input yang

telah ditentukan pada sistem ketel uap, semakin banyak batubara

harus di bakar. Kandungan moisture bahan bakar akan

mempengaruhi stabilitas nyala dan sifat – sifat pemindahan panas.

Hal ini akan mempengaruhi luas relatif tungku pembakaran, bagian

superheater dan economiser daeei ketel uap.

e. Unsur – unsur dalam analisis ultimat

Dalam analisis ultimat ditentukan unsur – unsur karbon, oksigen,

nitrogen, sulfur dan karbon dioksida, umumnya dinyatakan dalam

basis daf. Dari unsur-unsur ini dapat dihitung keperluan aliran udara

ketel uap dan aliran gas.

repository.unisba.ac.id

Page 44: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

65

3.6.3 Rotary Dryer

Rotary dryer atau bisa disebut drum dryer merupakan alat pengering

berbentuk sebuah drum yang berputar secara kontinyu yang dipanaskan

dengan tungku atau gasifier. Pengeringan pada rotary dryer dilakukan

pemutaran berkali-kali sehingga tidak hanya permukaan atas yang

mengalami proses pengeringan, namun juga pada seluruh bagian yaitu atas

dan bawah secara bergantian, sehingga pengeringan yang dilakukan oleh

alat ini lebih merata dan lebih banyak mengalami penyusutan. Selain itu

rotary ini mengalami pengeringan berturut-turut selama satu jam tanpa

dilakukan penghentian proses pengeringan. Pengering rotary ini terdiri dari

unit-unit silinder, dimana bahan basah masuk diujung yang satu dan bahan

kering keluar dari ujung yang lain (Jumari, A dan Purwanto A., 2005). Proses

pengeringan terjadi ketika bahan dimasukkan ke dalam silinder yang

berputar kemudian bersamaan dengan itu aliran panas mengalir dan kontak

dengan bahan. Rotary dryer diklasifikasikan sebagai direct, indirect-

direct, indirect dan special types. Istilah tersebut mengacu pada metode

transfer panasnya, istilah direct digunakan pada saat terjadi kontak langsung

antara gas dengan solid. (Perry, 1984).

repository.unisba.ac.id

Page 45: BAB III TINJAUAN PUSTAKA - Unisba

(Sumber :Sumber :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Sumber :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Sumber :

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

Sumber : Firdaus Pusvita

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

Firdaus Pusvita

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

Firdaus Pusvita

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

Firdaus Pusvita

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

Firdaus Pusvita

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

Firdaus Pusvita

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

A.N

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Operasi sinambung

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

A.N. 2014

Penampang

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Efisiensi panas tinggi

Instalasi yang mudah

Menggunakan daya listrik

. 2014

Penampang

Keuntungan penggunaan

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Menggunakan daya listrik

. 2014).Gambar

Penampang

Keuntungan penggunaan rotary dryer

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Menggunakan daya listrik yang sedikit

GambarPenampang

rotary dryer

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

yang sedikit

GambarPenampang Rotary dryer

rotary dryer

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

yang sedikit

Gambar 3Rotary dryer

rotary dryer

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

yang sedikit

.14Rotary dryer

rotary dryer

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

yang sedikit

4Rotary dryer

rotary dryer sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

yang sedikit

Rotary dryer

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

pengeringan bahan yang seragam/merata

Rotary dryer

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

batubara

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

batubara

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

batubara

Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya atrisi

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

sebagai alat pengering adalah :

batubara

atrisi

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

66

sebagai alat pengering adalah :

atrisi

Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses

repository.unisba.ac.id