bab iii solusi bisnis - · pdf filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk...

43
25 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari solusi yang coba peneliti tawarkan, tidak dilanjutkan sampai tahap implementasi. Untuk itu diperlukan pembatasan masalah agar solusi yang diajukan bisa lebih terarah dan tidak meluas menjadi permasalahan yang kompleks. Pembatasan tersebut meliputi : 1. Penyebaran kuesioner dilakukan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung yang berkedudukan di jalan kanayakan no. 21 Bandung. 2. Penyebaran kuesioner dilakukan pada karyawan dan jajaran manajemen (direksi dan struktural) Politeknik Manufaktur Negeri Bandung. 3. Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dan Entrepreneurial Leadership Quistionnaire (ELQ), wawancara dan penelusuran pustaka. 4. Analisis dilakukan secara kuantitatif (analisis hasil survei EOS dan ELQ), dan kualitatif (lewat wawancara) yang difokuskan pada dua hal, yakni : (1) identifikasi dimensi-dimensi corporate entrepreneurship yang telah dilakukan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dan (2) pelaksanaan perilaku entrepreneurial yang sudah dilaksanakan (frekuensi) kemudian dibandingkan dengan tingkat kepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. 3.1.2 Metodologi Solusi Bisnis Untuk menghasilkan solusi bisnis yang sistematis, diperlukan sebuah metodologi yang akan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan. Tahapan penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi budaya organisasi di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dapat

Upload: hoangthuy

Post on 27-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

25

BAB III

SOLUSI BISNIS

3.1 Alternatif Solusi Bisnis

3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis

Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi

dan usulan rencana implementasi dari solusi yang coba peneliti tawarkan, tidak

dilanjutkan sampai tahap implementasi. Untuk itu diperlukan pembatasan masalah

agar solusi yang diajukan bisa lebih terarah dan tidak meluas menjadi permasalahan

yang kompleks. Pembatasan tersebut meliputi :

1. Penyebaran kuesioner dilakukan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung yang

berkedudukan di jalan kanayakan no. 21 Bandung.

2. Penyebaran kuesioner dilakukan pada karyawan dan jajaran manajemen (direksi

dan struktural) Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.

3. Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner

Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dan Entrepreneurial Leadership

Quistionnaire (ELQ), wawancara dan penelusuran pustaka.

4. Analisis dilakukan secara kuantitatif (analisis hasil survei EOS dan ELQ), dan

kualitatif (lewat wawancara) yang difokuskan pada dua hal, yakni : (1) identifikasi

dimensi-dimensi corporate entrepreneurship yang telah dilakukan di Politeknik

Manufaktur Negeri Bandung dan (2) pelaksanaan perilaku entrepreneurial yang

sudah dilaksanakan (frekuensi) kemudian dibandingkan dengan tingkat

kepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap kinerja organisasi.

3.1.2 Metodologi Solusi Bisnis

Untuk menghasilkan solusi bisnis yang sistematis, diperlukan sebuah metodologi

yang akan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi

tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan. Tahapan penelitian yang dilakukan untuk

mengidentifikasi budaya organisasi di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dapat

Page 2: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

26

dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Tahapan Metodologi Penelitian

3.1.2.1 Proses Identifikasi Masalah dan Rumusan Tujuan Penelitian

Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan di Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung, yakni pentingnya budaya organisasi Corporate Entrepreneurship.

Corporate Entrepreneurship sangat sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung untuk tahun 2005 - 2014, yakni menjadikan

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung sebagai organisasi yang berkarakter

entrepreneurial.

3.1.2.2 Studi Pustaka

Tahap studi pustaka dilakukan guna memperoleh landasan dan kerangka berpikir dari

sumber-sumber data sehingga dapat mendukung penelitian ini. Studi pustaka yang

Page 3: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

27

dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan teori, konsep dan metode pendekatan dalam

menerapkan prinsip corporate entrepreneurship dalam suatu organisasi.

3.1.2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tahap pengumpulan dan pengolahan data ditujukan untuk menghimpun data primer

dan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang

dikumpulkan melalui kuesioner. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang

disebarkan, hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

data-data organisasi dan studi literatur. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini

adalah EOS dan ELQ. EOS digunakan untuk mengukur lingkungan entrepreneurial

secara keseluruhan di suatu organisasi. Dalam EOS akan dipelajari dimensi-dimensi

kunci dari corporate entrepreneurship. Sedangkan ELQ bertujuan untuk mempelajari

perilaku entrepreneurial dari manajer dan top management organisasi.

Kuesioner EOS dan ELQ disebarkan pada karyawan dan jajaran manajerial (pejabat

direksi dan pejabat struktural) di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dengan

jumlah responden yang terlibat dalam pengisian kuesioner ini adalah sebanyak 65

orang.

3.1.2.4 Analisis dan Interpretasi Hasil

Analisis yang dilakukan dalam proyek akhir ini bertujuan untuk mengelompokkan

data yang telah diolah kemudian dikorelasikan dengan permasalahan yang dibahas.

Dari hasil analisis yang dilakukan akan dapat diketahui dimensi entrepreneurship

yang mendominasi dan masih kurang di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.

Penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis perilaku dari jajaran manajemen

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dalam melaksanakan hal-hal yang bersifat

entrepreneurial.

Page 4: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

28

3.1.2.5 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap akhir penelitian, dibuat suatu kesimpulan yang berkaitan dengan

pelaksanaan budaya entrepreneurship di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.

Setelah itu dibuat suatu rekomendasi yang ditujukan untuk memperbaiki dimensi-

dimensi dalam corporate entrepreneurship yang masih memiliki nilai rendah.

3.1.3 Tinjauan Pustaka

3.1.3.1 Budaya Perusahaan

Dalam pengertian luas, budaya perusahaan di artikan sebagai bagaimana sesuatu hal

dilakukan dalam sebuah organisasi (schein, 1999). Dalam hal ini budaya perusahaan

mengandung pengertian sebagai seperangkat kepercayaan (belief) dan nilai (value)

yang dianut oleh sebuah organisasi dan ditetapkan oleh manajemen puncak yang

menjadi landasan bagi elemen-elemen dalam organisasi tersebut untuk berprilaku dan

bertindak (Adonisi, 2003).

3.1.3.2 Corporate Entrepreneurship

Dalam Perubahan lingkungan yang demikian drastis, setiap organisasi termasuk

lembaga pendidikan dituntut untuk mampu menyikapi setiap perubahan tersebut.

Bahkan, perubahan tersebut semakin besar dan semakin kompleks. Dalam bukunya

Lead Like an Entrepreneur, Thornberry (2006) menggambarkan perubahan tersebut

seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Derajat perubahan linkungan (Thornberry, 2006)

Derajat perubahan Lingkungan

• Tetap dan stabil • Berubah perlahan, dapat ditebak, trend terlihat

nyata • Tingkat perubahan yang semakin cepat, sebagian

masih bisa ditebak, trend yang tidak terlihat mulai tampak

• Perubahan semakin cepat, sedikit yang bisa ditebak, banyak kejutan

• Kacau dan tidak bisa ditebak

Page 5: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

29

Kegagalan yang dialami oleh organisasi seringkali disebabkan karena kurangnya

kemampuan organisasi dalam mengantisipasi perubahan seperti yang digambarkan

diatas. Gagal mengaitkan perubahan dengan strategi bisnis, menganggap bahwa

perubahan tersebut hanya sesaat, dan kurangnya komitmen untuk melakukan

perubahan merupakan faktor utama penyebab kegagalan. Agar dapat memenangkan

kompetisi dan untuk dapat sukses dalam mengimplementasikan perubahan tersebut,

organisasi harus memiliki budaya yang tepat dan kuat yang dapat mendukung dan

sesuai dengan strategi pengelolaan bisnis.

Untuk bisa mengantisipasi perubahan-perubahan diatas maka setiap organisasi harus

memiliki sustainable competitive advantage. Akan tetapi diera dimana competitive

advantage ini semakin mudah menjadi strategi yang generik karena mudah ditiru oleh

kompetitor, maka competitive advantage ini tidak lagi hanya cukup dengan

menurunkan biaya, meningkatkan kualitas, atau pelayanan yang lebih baik saja. Selain

masalah QCD (Quality, Cost, Delivery), ada hal-hal lain yang diperlukan untuk bisa

mencapai sustainable competitive advantage. Hal-hal tersebut adalah : Adaptability,

Flexibility, Speed, Aggressiveness, Innovativeness.

Konsep yang bisa merangkum kelima hal tersebut adalah konsep entrepreneurship

dalam organisasi yang dikenal dengan istilah corporate entrepreneurship atau

intrapreneurship. Masih dalam buku yang sama, Lead Like an Entrepreneur,

Thornberry (2006) mengungkapkan bahwa konsep corporate entrepreneurship dan

pengembangan entrepreneurial leader ke dalam organisasi besar baru diperkenalkan

ke dalam dunia bisnis pada tahun 1985, ketika Gifford Pinchot menulis sebuah buku

yang dengan judul “Intrapreneurship”. Intrapreneurship ini secara luas diartikan

sebagai suatu usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan

(entrepreneurship) yang berasal dari organisasi baru di dalam organisasi yang telah

ada, baik itu organisasi menengah maupun organisasi besar. Beberapa konsep yang

dikembangkan berkaitan dengan definisi corporate entrepreneurship adalah : (1)

Hisrich dan Peters (2004) mendefinisikan intrapreneurship sebagai usaha dari

organisasi untuk menyempurnakan proses kerja yang ada guna meningkatkan profit

organisasi, (2) Zahra mendifinisikan corporate entrepreneurship sebagai aktivitas

formal maupun informal yang ditujukkan untuk menciptakan bisnis baru dalam

Page 6: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

30

organisasi yang telah ada melalui penciptaan produk dan proses inovasi dan

pengembangan pasar (Adonisi, 2003).

Konsep intrapreneurship mulai menjadi alternatif solusi yang dipikirkan oleh

organisasi-organisasi besar pada akhir tahun 1990-an. Organisasi-organisasi ini

merasa bahwa salah satu usaha untuk bisa tetap competitive adalah dengan jalan

menghidupkan kembali jiwa kewirausahaan ke dalam organisasi mereka. Organisasi

menginginkan para manajer untuk lebih entrepreneurial sebagai pemimpin dan

organisasi menjadi lebih entrepreneurial sebagai suatu kesatuan.

Hal ini didasarkan pada fakta bahwa ketika organisasi-organisasi ini berkembang

menjadi sebuah organisasi yang besar, organisasi sering menjadi tidak fleksibel dan

terlalu birokratis. Dalam organisasi besar seperti ini biasanya jiwa entrepreneurial

akan menghilang diikuti menghilangnya pula kemampuan untuk menumbuhkan suatu

ide menjadi produk nyata atau jasa yang diperlukan oleh konsumen. Ketidakmampuan

suatu organisasi untuk menyediakan produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen

akan mengakibatkan organisasi kekurangan penunjang bagi pertumbuhan yang

menguntungkan.

Dalam bukunya yang berjudul entrepreneurship, Hisrich dan Peters (2004)

menyatakan bahwa untuk bisa menghasilkan organisasi yang memiliki budaya

intrapreneurship, maka diperlukani dua hal utama, yakni lingkungan intrapreneur

(intrapreneurial environment) dan karakteristik kepemimpinan (leadership

characteristics). Lingkungan intrapreneur hanya dapat dicapai melalui pendekatan

budaya organisasi yang berfokus pada opportunity sedangkan karakteristik

kepemimpinan yang berjiwa intrapreneurial berkaitan dengan kompetensi sumber

daya manusia.

Untuk lebih memahami konsep corporate entrepreneurship lebih menyeluruh, dapat

dilakukan melalui pendekatan yang membagi corporate entrepreneurship dalam

empat perspective yang berbeda (Christensen, 2004). Hal tersebut dapat dilihat pada

Gambar 3.3.

Page 7: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

31

Gambar 3.3. Hubungan Antara Tiap Perspective Dalam Corporate Entrepreneurship

(Christensen, 2004)

Keempat perspective tersebut menggambarkan daerah-daerah dimana organisasi dapat

melakukan suatu usaha untuk bisa lebih inovatif. Corporate venturing bisa diartikan

sebagai usaha untuk memberikan ruang dan akses yang dibutuhkan (sumber daya)

untuk orang-orang yang memiliki jiwa intrapreneurial. Alasan utama didirikannya

corporate venture adalah untuk mengisolasi dan mengembangkan ide-ide inovasi

yang disebabkan karena hambatan birokrasi yang kaku tidak bisa dikembangkan

menjadi produk yang kreatif. Perspective lainnya yang berkaitan dengan corporate

entrepreneurship adalah internal resources. Seringkali organisasi yang terjebak

dengan kebesaran dan kesuksesan usahanya, tidak menyadari adanya internal

resources yang belum digunakan secara maksimal. Internal resources ini bisa berupa

pengetahuan, pengalaman, kompetensi dari karyawan yang tidak bisa dengan mudah

ditransfer menjadi inovasi produk karena hambatan birokrasi.

Dalam era globalisasi dimana batas-batas antar negara menjadi semakin borderless,

maka penggalian ide terhadap opportunity yang bersifat global/internationalisation

bisa menjadi competitive advantage dari organisasi. Memasuki pasar internasional

bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan orang-orang yang memiliki risk taking yang

tinggi.

Tidak ada satupun pihak yang menyangsikan peran networking dalam pengembangan

bisnis. Dari sudut pandang corporate entrepreneurship, networking ini sangat berguna

terutama untuk organisasi besar agar tetap bisa fleksibel. Dengan membentuk

kerjasama dengan organisasi yang lebih kecil, fleksibilitas mereka bisa tetap

dipertahankan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Corporate Entrepreneurship

Corporate Venturing

Independent New

Business

Internal Resources

Internatio-nalisation

External Networks

Page 8: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

32

Gambar 3.4. Framework untuk corporate entrepreneurship (Christensen, 2004)

Pada akhirnya, keempat perspective diatas akan menghasilkan sebuah kerangka

(framework) bagi pengembangan corporate entrepreneurship. Hasil (outcomes) yang

bisa didapatkan dengan pertimbangan terhadap keempat perspective diatas adalah

terbentuknya bisnis baru dalam organisasi yang telah ada (birth of new business

within existing company)atau melahirkan strategi baru (strategic renewal).

Menurut Hisrich dan Peters (2004), karakteristik lingkungan intrapreneur yang baik

meliputi beberapa hal, yaitu

• Organization operates on frontier of technology and new idea encouraged.

Penggunaan teknologi modern dan dukungan terhadap ide-ide baru yang berbasis

pada opportunity untuk bisa menghasilkan inovasi-inovasi produk merupakan

kunci sukses bagi organisasi.

• Trial and error encouraged and failures allowed.

Seringkali organisasi tidak mendukung usaha-usaha yang berkaitan dengan trial

and error untuk menghasilkan produk atau jasa baru. Kadang proses ini

memerlukan waktu yang lama dan bukan tidak mungkin beberapa produk gagal

Corporate Entrepreneurship

Corporate Venturing

Independent New

Business

Internal Resources

Internatio-nalisation

External Networks

Birth of New Business within Existing

Companies

Strategic Renewal

Changing Rules of Competition on the Market

Page 9: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

33

dalam prosesnya. Dalam hal ini diperlukan komitmen dari organisasi untuk dapat

menerima kegagalan ini sebagai proses pembelajaran dalam pengembangan

produk yang inovatif.

• No opportunity parameters

Karyawan diberikan kebebasan untuk menuangkan kreativitas mereka dalam

pengembangan produk baru. Dalam hal ini organisasi harus memberikan saluran

yang benar agar karyawan bisa menuangkan kreativitas mereka. Seringkali terjadi

di sebuah organisasi, karyawan diberikan kebebasan untuk menggali peluang-

peluang yang ada tapi tidak disertai dengan adanya saluran yang dapat

menampung dan memeri kesempatan agar peluang ini bisa ditelurkan menjadi

bisnis atau produk baru.

• Resources available and accessible

Salah satu masalah mendasar dari organisasi yang ingin menjadi organisasi yang

berkarakter entrepreneurial adalah masalah komitmen organisasi terhadap

ketersediaan sumber daya. Sumber daya diperlukan guna pencapaian kesuksesan

corporate entrepreneurship.

• Multidiscipline teamwork approach and long time horizon

Adalah mustahil untuk bisa menghasilkan suatu inovasi hanya dari satu latar

belakang keilmuan saja. Dibutuhkan kolaborasi antar berbagai disiplin ilmu.

Untuk itu kerjasama tim menjadi keharusan yang tidak bisa dihindari. Untuk bisa

menghasilkan outcomes dari kegiatan entrepreneurial dibutuhkan waktu yang

kadang tidak sebentar.

• Volunteer program

Sebaiknya organisasi bisa menstimulasi ide pengembangan produk baru melalui

program-program yang sesuai terhadap pengembangan produk baru.

• Appropriate reward system

Usaha untuk menumbuhkan karakter entrepreneurial dalam organisasi harus

disertai dengan sistem penghargaan yang sesuai. Sistem penghargaan bisa

disesuaikan dengan tingkat pencapaian karyawan terhadap target yang telah

ditetapkan.

• Sponsors and champions available

Seperti telah diuraikan sebelumnya, dukungan dari organisasi terhadap

keberhasilan pelaksanaan kegiatan entrepreneurial akan menjadi faktor penentu.

Page 10: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

34

• Support of top management

Top managemen sebagai pengambil kebijakan memegang peranan terpenting

dalam mensukseskan ide terhadap pengembangan produk-produk baru.

Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur budaya entrepreneurial sebuah

organisasi adalah melalui survei yang dinamakan EOS (Entrepreneurial Orientation

Survey). Di dalam alat ukur EOS yang dikembangkan oleh Thornberry (2006),

dimensi-dimensi kunci intrapreneurial dalam organisasi digolongkan menjadi sepuluh

dimensi, yaitu:

1. Umum; menggambarkan karakter entrepreneurial yang dimiliki organisasi secara

umum.

2. Rencana strategi; menggambarkan budaya organisasi yang berkaitan dengan

upaya perencanaan strategi organisasi apakah sudah rencana strategis yang dibuat

sudah berdasarkan peluang-peluang baik yang ada dalam internal organisasi atau

eksternal.

3. Antar fungsi/antar departemen; menggambarkan sejauh mana hubungan antar

departemen dalam organisasi berjalan.

4. Dukungan terhadap ide-ide baru; menggambarkan komitmen organisasi terhadap

tumbuhnya ide-ide baru yang dapat mendukung karakter entrepreneurial

organisasi.

5. Intelijen pasar; menggambarkan kemampuan organisasi dalam membaca dan

memprediksi trend dan berhubungan dengan pasar.

6. Pengambilan risiko; menggambarkan komitmen organisasi untuk mendukung

karyawannya dalam mengambil risiko yang sangat penting untuk dapat

menangkap peluang yang ada di pasar dan menjadikan peluang tersebut menjadi

ide-ide produk baru.

7. Kecepatan; menggambarkan mobilitas organisasi dalam mengidentifikasi dan

menangkap peluang menjadi produk-produk yang inovatif.

8. Fleksibilitas; menggambarkan kelenturan organisasi dalam bertindak dan

mengambil keputusan.

9. Fokus; menggambarkan perilaku organisasi dalam hubungannya dengan

kompetensi mereka dalam melaksanakan kegiatan dan rencana organisasi.

Page 11: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

35

10. Orientasi masa depan; menggambarkan perilaku organisasi dalam memandang

masa depan organisasi berkaitan dengan perilaku entreprenurial.

Berkaitan dengan tipe entrepreneurial leadership dalam sebuah organisasi,

Thornberry (2006), menggolongkan tipe entrepreneurial leadership ini ke dalam dua

kelompok besar, yakni berdasarkan perannya di dalam organisasi, dan berdasarkan

fokusnya didalam organisasi. Pengelompokaan ini kemudian dibuat matriks untuk

mempermudah dalam mengkarakteristikannya. Matriks tersebut dapat dilihat pada

Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Karakteristik Kepimimpinan Entrepreneurial

(Thornberry, 2006)

Aktivis adalah tipe motor penggerak sekaligus pelaksana dalam hal value creation

bagi organisasi. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang mampu

mengidentifikasi, mengembangkan dan menangkap peluang untuk bisa menghasilkan

value creation bagi organisasi. Mereka bisa mengidentifikasi rintangan-rintangan

yang ada dalam organisasi untuk kemudian akan berusaha meyakinkan semua orang

bahwa rintangan tersebut adalah penghambat bagi kemajuan organisasi. mereka

adalah orang-orang yang keras kepala dalam pengertian positif dan pada umumnya

mereka mempunyai kemampuan untuk meyakinkan jajaran managemen untuk bisa

mendukung ide mereka.

Berdasarkan fokusnya dalam menghasilkan value creation, activis dikelompokkan

Page 12: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

36

menjadi dua yakni miners yang berfokus pada internal organisasi dan explorers yang

berfokus pada eksternal organisasi.

1. Tipe miners, yakni orang-orang yang melakukan penataan ulang aset yang

dimiliki organisasi dalam rangka menciptakan value propositions yang baru bagi

konsumen. Mereka akan merasa senang bisa melakukan sesuatu yang lebih dari

apa yang orang lain anggap kurang (doing more with less) untuk membuktikan

kelebihan mereka.

2. Tipe explorers, terlibat langsung dengan value-creating activity yang bertujuan

untuk mengembangkan pasar baru, produk dan layanan baru atau keduanya.

Risiko yang diemban mereka sangat besar karena mereka langsung berhubungan

dengan pasar. Mereka bisa mengidentifikasi peluang bisnis baru bagi organisasi

baik yang sifatnya penciptaan produk terobosan (breakthrought product) atau

modifikasi dari produk-produk yang ada. Dalam struktur organisasi, umumnya

explorers banyak ditemukan di departemen/divisi yang berhubungan langsung

dengan konsumen/pasar seperti divisi marketing dan business development.

Katalis adalah tipe yang mendorong orang lain di dalam organisasi untuk berinovasi

dalam hal value creation bagi organisasi. Mereka akan berusaha untuk menciptakan

suasana yang kondusif bagi terciptanya lingkungan entrepreneurial untuk orang lain

dalam organisasi. Berdasarkan fokusnya, tipe katalis dibagi menjadi dua yaitu :

(1) accelerators yang mendorong orang lain untuk berfokus pada internal organisasi

dan integrators yang mendorong orang lain berfokus pada eksternal organisasi.

1. Tipe accelerators biasanya memimpin suatu unit, divisi atau anak organisasi.

Mereka akan melakukan berbagai cara agar bisa memotivasi karyawannya untuk

lebih inovatif dan berlaku entrepreneurial. Mereka akan merasa senang jika

karyawan mereka mendebat mereka dalam hal melakukan suatu cara yang mereka

pikir lebih baik. Biasanya tipe ini akan mendukung karyawannya dalam

mengambil risiko dan merealisasikan ide-ide mereka apabila ide tersebut dirasa

akan memberi nilai tambah pada organisasi. Mereka juga tidak akan menghukum

karyawannya apabila mereka membuat kesalahan karena percaya bahwa

kesalahan merupakan proses pembelajaran. Mereka terfokus pada penciptaan nilai

nilai kemanusiaan (human values) dan perilaku (behaviours) yang pada akhirnya

bisa mendorong pada penciptaan nilai-nilai ekonomis (economic value).

Page 13: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

37

2. Tipe integrators biasanya dalam struktur organisasi berada ditingkat senior level

management. Mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan organisasi yang

bersifat entrepreneurial. Integrators biasanya tidak hanya menciptakan strategi

entrepreneurial dalam organisasi tetapi juga membangun sumber daya manusia,

struktur, proses dan budaya yang menunjang strategi tersebut dan menjaga agar

karakter entrepreneurial dalam organisasi tetap hidup. Mereka adalah orang-

orang yang cenderung sistematik. Mereka merasa bahwa semangat

entrepreneurial atau strategi inovasi saja tidak akan cukup jika tidak didukung

oleh elemen-elemen lain dalam organisasi.

3.2 Analisis Solusi Bisnis

Dalam penelitian ini, digunakan kuisioner (EOS dan ELQ) sebagai instrumen analisis.

Alat ukur EOS dan ELQ merupakan suatu alat ukur yang telah diuji realibilitas dan

validitasnya serta sering digunakan untuk mengukur dimensi-dimensi Corporate

Entrepreneurship di berbagai organisasi besar (Thornberry, 2006). Pengujian alat

ukur EOS juga dilakukan dengan menggunakan hasil pengolahan data yang telah

dilakukan oleh angkatan 33 MBA ITB. Data-data diperoleh dari hasil survei di

beberapa perusahaan di Indonesia.

3.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah tiap variabel pertanyaan memiliki

hubungan yang erat dengan skor total. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari

secara tepat (Umar, 1999).

Jika kuisioner digunakan sebagai instrumen, maka kuesioner tersebut harus dapat

mengukur apa yang ingin diukurnya. Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari

nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan

5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur.

3.2.2 Uji Reliabilitas

Page 14: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

38

Reliabilitas adalah indeks yang menggambarkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Metode yang bisa digunakan

untuk mengukur reabilitas suatu instrumen pengujian adalah dengan Koefisien

Cronbach’s Alpha. Koefisien Cronbach’s Alpha merupakan koefisien reliabilitas yang

paling umum digunakan karena koefisien ini menggambarkan variasi secara lengkap

dari item-item sehingga dapat mengevaluasi konsistensi internal.

Koefisien Cronbach’s Alpha (Cronbach, 1979) ditunjukkan dengan rumus:

rkrk

)1(1.−−

Dimana: α = koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha

k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel lain

r = rata-rata korelasi antar variabel manifest

Adapun hasil yang diperoleh dari pengujian validitas dan keandalan menurut Guilford

dalam Nurhayati (2002) dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai Koefisien Keandalan

Nilai Koefisien Tingkat korelasi

< 0,2 Tidak ada 0,2 – 0,4 Rendah

0,4 - < 0,7 Sedang 0,7 - < 0,9 Tinggi

0,9 - < 1 Tinggi Sekali

1 Sempurna

Setelah melalui proses uji validasi dan reliabilitas, maka pertanyaan-pertanyaan

tersisa dianalisis. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Page 15: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

39

Tabel 3.2. Nilai Cronbach’s Alpha Variabel-Variabel EOS

No Nama Variabel Jumlah Item

Cronbach’s Alpha

(skala 0-1)

1 General 5 0,774

2 Rencana Strategi 5 0,806

3 Cross Functionality 5 0,746

4 New Idea 5 0,742

5 Market Intelligence 5 0,801

6 Risk Taking 6 0,835

7 Fleksibilitas 5 0,800

8 Speed 4 0,798 9 Focus 6 0,812

10 Future 5 0,805

11 My Company 4 0,784

12 Orientasi Individu 9 0,828

(Sumber: hasil pengolahan data oleh angkatan 33 MBA ITB, 2007)

Seperti terlihat dalam tabel di atas, nilai Cronbach Alpha pada varibel-variable EOS

memiliki rentang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa variabel EOS cukup reliable dan

dapat digunakan untuk penelitian.

3.2.3 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS (Entrepreneurial Orientation Survey)

EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) bertujuan untuk mengukur orientasi

entrpreneurial secara keseluruhan di suatu organisasi. Ada beberapa faktor penting

yang dapat membedakan organisasi yang berorientasi entrepreneurial dan tidak.

Dimensi-dimensi kunci yang digunakan dalam EOS adalah: penilaian organisasi

secara umum, strategic planning, cross-functionality, dukungan terhadap ide baru,

intelijen pasar, keberanian untuk mengambil risiko, kecepatan dalam menangani

masalah, fleksibilitas, fokus, orientasi pada masa depan dan orientasi individu.

Page 16: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

40

Penilaian terhadap budaya organisasi dilakukan dengan menggunakan dua survei

yaitu EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Leadership Questionnaire). EOS bertujuan untuk mengukur orientasi entrepreneurial

secara keseluruhan di suatu organisasi. Sedangkan ELQ bertujuan untuk mempelajari

perilaku entrepreneurial dari manajer organisasi yang akan membentuk budaya

organisasi.

Dengan menggunakan skala Likert lima poin (1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju,

3 = ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju), maka konversi ke dalam rentang

persepsinya adalah seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Rentang Persepsi EOS

Persepsi Rentang

Sangat tidak setuju 1.0 - 1.8

Tidak setuju 1.8 - 2.6

Ragu-ragu 2.6 - 3.4

Setuju 3.4 - 4.2

Sangat setuju 4.2 - 5.0

Hasil EOS yang dilakukan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ditunjukkan

pada Gambar 3.6 dan Tabel 3.4.

Gambar 3.6. Karakteristik Budaya Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

3.06

2.912.82

2.73

2.703.07

2.512.93

2.362.98

3.251.01.82.63.44.25.0Umum

Rencana Strategi

Cross Functionality

Dukungan

Intelijen Pasar

RisikoKecepatan

Fleksibilitas

Fokus

Masa Depan

Orientasi Individu

Page 17: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

41

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan EOS

Kategori Nilai Rata-Rata Umum 2.73 Rencana Strategi 2.98 Cross Functionality 3.25 Dukungan 3.06 Intelijen Pasar 2.93 Risiko 2.51 Kecepatan 2.91 Fleksibilitas 2.82 Fokus 3.07 Masa Depan 2.70 Orientasi Individu 2.36 Kondisi Organisasi 3.27 Tentang Saya 3.55

Secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur

Negeri Bandung ternyata kurang memadai, ditunjukkan dengan kisaran angka antara

2,36 s.d. 3,55 (dalam skala 5). Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan budaya

Intrapreneurship di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung masih harus ditingkatkan

terutama pada dimensi-dimensi yang memiliki nilai rendah. Dimensi dengan nilai

terendah di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung adalah Orientasi Individu, dengan

nilai 2,36. Dimensi ini secara umum menggambarkan karakteristik entrepreneurship

para karyawan di dalam organisasi.

Untuk lebih detail mengetahui komponen-komponen dalam item-item diatas dapat

dilihat pada penjelasan hasil analisis item-item pertanyaan yang sudah melewati tahap

uji validitas dan realibilitas pada sub bab berikutnya

3.2.3.1 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kondisi Organisasi secara

Umum

Pada dimensi kondisi organisasi secara umum dilihat dari sisi corporate

entrepreneurship, responden diminta menilai organisasinya dari cara pengendalian

anggaran pada organisasi tersebut, pemberian reward bagi siapa pun yang melakukan

cost cutting, penyediaan dana untuk peluang bisnis baru, dan bagaimanakah tahapan

persetujuan dalam mendapatkan dana investasi di luar anggaran.

Page 18: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

42

Penilaian terhadap kondisi organisasi secara umum menunjukkan dukungan

organisasi terhadap sifat-sifat corporate entrepreneurship. Nilai rata-rata dari

penilaian ini adalah 2,73 (dalam skala 5). Nilai ini berarti bahwa dukungan organisasi

terhadap corporate entrepreneurship kurang memadai dan harus lebih ditingkatkan.

Nilai rata-rata dari tiap komponen/pertanyaan yang diajukan dalam dimensi ini dapat

dilihat dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi

Kondisi Organisasi Secara Umum

No Item Mean

1 Menekankan pengendalian anggaran secara ketat 1.92

2 Memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting 3.09

3 Menyediakan dana untuk peluang bisnis baru 3.25

4 Menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar bagus 3.26

5 Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran 2.14

Tabel diatas menunjukkan bahwa elemen budaya organisasi yang sangat

mempengaruhi organisasi dapat dilihat dari nilai mean terbesar pada item pernyataan

tentang umum yaitu terdapat pada butir pertanyaan 3 (menyediakan dana untuk

peluang bisnis baru) dan 4 (Menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar

bagus).Berdasarkan hasil wawancara di peroleh pernyataan bahwa rencana anggaran

di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung berisikan rencana anggaran dari tiap

jurusan/program studi secara terinci untuk satu tahun anggaran. Namun dari

wawancara juga diperoleh bahwa apabila terdapat rencana tambahan yang sifatnya

mendadak dan dirasa kegiatan tersebut harus dilaksanakan untuk merespon pasar

maka hal tersebut dapat diusulkan ke management.

Konsep birokrasi dan peraturan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dibuat

untuk meminimalkan pelanggaran dan meningkatkan kedisiplinan para karyawan,

namun Politeknik Manufaktur Negeri Bandung juga mempunyai tingkat toleransi

yang cukup tinggi. Hal tersebut dilakukan karena pada prakteknya ada beberapa

proyek yang perlu didanai dan proyek ini terjadi di luar anggaran yang telah

Page 19: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

43

ditetapkan. Untuk bisa tetap memenuhi proyek-proyek yang sifatnya accidental

seperti ini, maka Politeknik Manufaktur Negeri Bandung menyedakan pos anggaran

lain-lain yang besarannya bisa mencapai 10%.

Karyawan memiliki kesempatan untuk mengajukan ide-ide baru melalui prosedur

tertentu. Tetapi prosedur untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran

membutuhkan banyak tahapan persetujuan dan birokrasi yang berbelit-belit,

ditunjukkan dengan nilai yang rendah pada variabel ini, yaitu 2,14. Banyaknya

tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran yang harus

dilalui oleh karyawan dan birokrasi yang berbelit-belit mempengaruhi fleksibilitas dan

kecepatan dari Politeknik Manufaktur Negeri Bandung baik itu untuk menyelesaikan

masalah ataupun untuk usaha-usaha merealisasikan ide yang berhubungan dengan

peningkatan nilai bagi organisasi.

3.2.3.2 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Rencana Strategi

Dimensi rencana strategis menggambarkan budaya organisasi dalam hal perencanaan

strategi organisasi, apakah sebuah organisasi sudah memiliki ciri-ciri sebagai

organisasi yang berjiwa entreprenurial atau belum.

Penilaian terhadap rencana strategi Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

belum memadai, hal ini ditunjukkan oleh nilai EOS yang rendah yaitu 2,98 (dalam

skala 5). Pada umumnya rencana strategi ini ditentukan oleh pihak manajemen dan

seharusnya dapat dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dengan baik. Responden

diminta untuk menilai organisasi mengenai rencana strategi dengan menggunakan

pertanyaan seperti yang tertera dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi Rencana Strategi

No Item Mean

1 Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal 2.23

2 Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti tren pasar

3.31

3 Mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan 2.03

4 Tidak mempunyai rencana strategi yang jelas 3.51

5 Sangat bergantung pada konsultan di luar organisasi untuk membuat strategi 3.82

Page 20: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

44

Dari tabel diatas, bisa disimpulkan bahwa Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

telah memiliki rencana strategi yang jelas (nilai 3,51) tetapi dilevel penerapannya

masih kaku. Dari hasil survei terlihat bahwa organisasi kurang bisa membiarkan

strategi tumbuh dan berubah mengikuti trend pasar. Hasil survey pada variabel ini

memiliki nilai yang kurang memadai yaitu 3,31. Nilai ini harus lebih ditingkatkan

mengingat persaingan semakin ketat. Salah satu kegagalan yang sering dihadapi oleh

organisasi untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam lingkungan global maupun

regional disebabkan oleh kegagalan organisasi/organisasi untuk menyesuaikan

strateginya dengan kondisi yang dihadapinya.

Penilaian EOS pada dimensi rencana strategis item 1 (satu) dan 3 (tiga) menunjukkan

bahwa organisasi masih menggunakan proses perencanaan strategi yang sangat formal

(nilai 2,23) dan mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada

perencanaan yang telah ditetapkan dan bersifat kaku (nilai 2,03). Nilai-nilai yang

rendah pada dimensi ini harus lebih ditingkatkan agar organisasi dapat lebih bisa

menyesuaikan diri terhadap perkembangan bisnis yang dinamis.

Dalam hal ketergantungannya terhadap konsultan, hasil survei menunjukkan bahwa

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung merupakan suatu unit yang mandiri dan tidak

memiliki ketergantungan pada pihak luar (nilai 3,82).

3.2.3.3 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Cross Functionality

Nilai Mean keseluruhan untuk variable Cross Functionality adalah 3,25 dari skala 1-5.

Nilai ini harus dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan. Dimensi ini

menggambarkan hubungan antar fungsi atau antar departemen dalam organisasi.

Kerjasama, bertukar informasi dan pengetahuan antar divisi dapat meningkatkan

pengetahuan karyawan, menunjang serta mempercepat pengembangan ide baru.

Responden diminta untuk menilai organisasi dalam hal Cross Functionality dengan

menggunakan lima pertanyaan seperti pada Tabel 3.7.

Page 21: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

45

Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi Cross Functionality

No Item Mean

1 Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen /fungsi 3.23

2 Mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain 3.38

3 Mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah 3.51

4 Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/fungsi 2.88

5 Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM 3.26

Nilai tertinggi pada dimensi Cross Functionality pada item nomor 2 (Mempunyai

departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang

lain) nilai 3,38 dan item nomor 3 (Mendorong kegiatan diskusi 3,51 antar

departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah) nilai 3,51. nilai ini menunjukan

bahwa organisasi mendukung dan mendorong kegiatan diskusi antar departemen

dalam upaya pemecahan masalah. Tetapi dukungan tersebut tidak diikuti oleh

pemberian penghargaan terhadap kerjasama antar departemen secara formal,

ditunjukkan oleh nilai yang kurang memadai yaitu 2,88. Hal ini dapat menurunkan

motivasi karyawan untuk bekerjasama, berbagi informasi, dan pengetahuan antar

divisi sehingga untuk jangka panjang akan mempengaruhi organisasi dalam hal

kecepatan (speed) pada pengembangan ide baru.

3.2.3.4 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Dukungan Terhadap Ide

Baru

Dukungan terhadap ide-ide baru di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

menunjukkan nilai yang rendah, yaitu 3.06, sehingga harus lebih ditingkatkan.

Dimensi ini berkaitan dengan entrepreneurial leadership yang ada di Politeknik

Manufaktur Negeri Bandung. Tidak adanya dukungan dari manajemen terhadap

tumbuhnya ide-ide baru akan menghambat sifat-sifat entrepreneurial. Pada dimensi

ini responden diminta menilai mengenai dukungan organisasi terhadap karyawannya

dalam mengeluarkan ide-ide baru. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dapat dilihat pada tabel 3.8.

Page 22: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

46

Tabel 3.8. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi

Dukungan terhadap Ide-Ide Baru

No Item Mean

1 Secara umum, manajemen mendukung kita untuk memikirkan cara-cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu 3.31

2 Ada satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru 3.63

3 Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide-ide karyawan. 2.85

4 Organisasi segan mempertanyakan/mengubah cara-cara lama yang sudah ada didalam organisasi dalam menghadapi sesuatu. 2.49

5 Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru. 3.02

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung telah memiliki satu divisi/fungsi tertentu yang

tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru (nilai

3,63).

Managemen memberikan dukungan yang cukup baik pada karyawan untuk

memikirkan cara-cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu (nilai 3,31).

Tetapi dukungan ini tidak disertai dengan sarana sumbang saran yang berhasil dalam

menampung ide-ide baru (nilai 2,85) dan kurangnya pertemuan informal untuk

mendiskusikan ide bisnis baru (nilai 3,02). Organisasi juga dinilai terlalu segan untuk

mempertanyakan/mengubah cara-cara lama yang sudah ada didalam organisasi dalam

menghadapi sesuatu (nilai 2,49).

Dalam hal ini organisasi sebaiknya lebih terbuka dalam mengubah cara lama sehingga

dapat lebih lincah dalam mengikuti perubahan yang terjadi.

3.2.3.5 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Intelijen Pasar

Dimensi ini menggambarkan kemampuan organisasi dalam membaca pasar.

Kemampuan organisasi untuk membaca trend yang ada di pasar masih rendah, terlihat

dari nilai Intelijen Pasar yang rendah yaitu 2,93 (dalam skala 5). Nilai rata-rata dari

tiap komponen/pertanyaan yang diajukan dalam dimensi ini dapat dilihat dalam Tabel

3.9.

Page 23: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

47

Tabel 3.9. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi

Market intelligence

No Item Mean

1 Konsumen adalah raja bagi organisasi kami. 3.83

2 Kecuali kamu berada di divisi pemasaran atau penjualan, dorongan untuk bertemu konsumen sangat kurang. 2.88

3 Organisasi secara rutin melakukan survey kepuasan konsumen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam organisasi. 2.74

4 Manajemen puncak jarang sekali mengunjungi konsumen secara langsung. 2.54

5 Sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara mengahadapinya. 2.66

Item dengan nilai tertinggi dari dimensi Market Intelligence adalah konsumen

dianggap raja bagi organisasi (3,83). Konsumen Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung disini bisa berarti mahasiswa maupun kalangan industri yang menggunakan

produk yang dibuat oleh Politeknik Manufaktur Negeri Bandung. Anggapan bahwa

konsumen adalah raja membuat organisasi selalu memperhatikan kebutuhan

konsumen dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Beberapa hal yang harus ditingkatkan dalam dimensi ini adalah dorongan terhadap

karyawan di luar divisi pemasaran dan penjualan untuk bertemu dengan konsumen

masih dinilai rendah (nilai 2,88). Seharusnya setiap komponen yang di organisasi

memahami konsep tentang kebutuhan konsumen ini. Demikian pula dengan

manajemen puncak yang jarang terlibat dengan konsumen secara langsung. Dengan

adanya pemahaman yang tinggi mengenai kebutuhan konsumen maka usaha untuk

memenuhi kebutuhan tersebut pun akan menjadi lebih comprehensive sehingga

penilaian konsumen adalah raja bisa diimplementasikan dalam bentuk pelayanan yang

optimal.

3.2.3.6 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Pengambilan Risiko

Dimensi ini menggambarkan keberanian sebuah organisasi dalam mengambil risiko.

Keberanian untuk mengambil risiko sangat penting untuk dapat menangkap peluang

yang ada di pasar. Ketakutan dalam mengambil risiko akan menyebabkan organisasi

Page 24: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

48

kehilangan peluang tersebut. Pada dimensi ini responden diminta untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti yang tertera pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi

Pengambilan Risiko

No Item Mean

1 Organisasi kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif (anti perubahan). 3.12

2 Kami berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan. 2.11

3 Kami berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam. 2.51

4 Orang-orang yang didalam organisasi secara umum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal. 2.60

5

Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan risiko dalam organisasi, namun kenyataannya orang-orang yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di organisasi tersebut (bisa karena di hukum, di pecat, dll).

2.65

6 Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol. 2.08

Dimensi Pengambilan Risiko di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung menunjukkan

nilai yang rendah, yaitu 2.51. Dari pertanyaan yang diajukan seperti yang tertera pada

tabel diatas, Organisasi memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan

terkontrol (nilai 2,08) dan cenderung takut untuk berinvestasi pada bisnis baru

dengan hanya mengandalkan intuisi tanpa menggunakan analisis yang mendalam

(nilai 2,51). Organisasi juga memiliki orientasi dan budaya yang konservatif, dalam

hal ini organisasi cenderung menghindari perubahan (nilai 3,12). Adanya kenyataan

bahwa banyak yang berani mencoba dan gagal tidak akan bertahan lama di organisasi

(bisa karena dihukum, dipecat, dan lain-lain) memberikan andil terhadap ketakutan

karyawan untuk berani mengambil risiko (nilai 2,65).

Risiko yang ditimbulkan karena keberanian berinvestasi pada hal-hal baru bisa

diminimalisir. Pelaksanaan managemen risiko yang baik akan mampu mengurangi

risiko tersebut.

Page 25: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

49

3.2.3.7 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kecepatan

Dimensi ini menggambarkan kecepatan organisasi dalam menangkap dan merespon

segala sesuatu yang dapat berguna bagi kepentingan organisasi. Kecepatan merupakan

salah satu dari competitive advantage yang harus bisa dimaksimalkan oleh organisasi.

Kecepatan disini bisa berarti beberapa hal, first-to-market, cepat dalam mengambil

keputusan, cepat dalam mengalokasikan sumber daya, dan cepat dalam product

delivery. Pada dimensi ini responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

seperti yang tertera pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi

Kecepatan (Speed)

No Item Mean

1 Keluhan-keluhan konsumen ditangani secara cepat dan efisien. 2.95 2 Masalah-masalah yang ada tidak bisa diselesaikan secara cepat. 2.43 3 Para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan. 3.49

4 Konsumen menggambarkan kita sebagai organisasi yang bergerak cepat.

2.77

Dimensi kecepatan ini memiliki nilai rata-rata yang rendah (nilai 2,91). Dari hasil

survei terlihat bahwa penanganan terhadap keluhan-keluhan konsumen belum

ditangani secara cepat dan efisien (nilai 2,95). Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

digambarkan oleh responden sebagai sebuah institusi yang kaku, karena masalah yang

ada tidak bisa diselesikan secara cepat (nilai 2,43).

Pihak manajerial (direksi dan pejabat struktural) tetap memegang otonomi besar

dalam pembuat keputusan (nilai 3,49). Manajer disini dituntut untuk dapat

memotivasi karyawannya serta menggali ide-ide dari para karyawan untuk

menghasilkan nilai tambah bagi organisasi. Setiap rencana harus melalui rapat

koordinasi antar departemen agar setiap departemen memahami dan saling

mendukung setiap rencana yang ada, selain itu hal tersebut dapat menghindari apabila

adanya rencana yang tumpang tindih dengan departemen lain.

Page 26: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

50

3.2.3.8 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fleksibilitas

Dimensi ini menggambarkan fleksibilitas organisasi dalam bertindak dan mengambil

keputusan. Fleksibilitas ini sangat diperlukan oleh organisasi agar dapat

mengalokasikan sumber daya yang tersedia dengan cepat untuk dapat menangkap

peluang dengan cepat. Nilai rata-rata dari tiap komponen/pertanyaan yang diajukan

dalam dimensi ini dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi fleksibilitas

No Item Mean

1 Kami sangat bergantung pada team ad hoc /jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah. 3.23

2 Ketika kami melihat peluang bisnis, kami lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut. 2.14

3 Kami sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara padang) yang lebih luas.

3.03

4 Orang-orang diharapkan untuk melalui tahap-tahap yang telah ditentukan dalam menyelesaikan pekerjaan. 2.08

5 Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam organisasi. 3.62

Dimensi Fleksibilitas di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung menunjukkan nilai

yang kurang memuaskan, yaitu 2,82 Dari tabel terlihat bahwa responden

mengambarkan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung sebagai sebuah institusi yang

kaku karena para karyawan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung terlalu diharapkan

untuk melalui tahap-tahap yang telah ditentukan dalam menyelesaikan pekerjaan

(2,08). Hal ini akan berpengaruh besar terhadap kecepatan organisasi dalam

menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Rendahnya dimensi fleksibilitas ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

− Kurang seringnya pembentukan team ad hoc/jangka pendek untuk menyelesaikan

masalah-masalah (3,23).. Masalah yang timbul diorganisasi pada saat ini

diselesaikan melalui jalur formal yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Pembentukan team ad/hoc sangat diperlukan terutaman dalam hal penyelesaian

sebuah masalah yang mengharuskan penyelesaian secara cepat

Page 27: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

51

− Ketika melihat peluang bisnis, organisasi lambat dalam mengalokasikan sumber

daya untuk menangkap peluang tersebut (2,14). Hal ini tidak lepas dari faktor

birokratisnya organisasi.

Nilai positif yang bisa diambil dari dimensi flexibility ini adalah Tidak mementingkan

penggunaan status jabatan dan gelar di dalam organisasi (3,62). Hal ini sangat baik

untuk dilakukan karena akan membuat suasana menjadi tidak terlalu formal dan akan

memperkecil kesenjangan antar karyawan. Perilaku budaya organisasi seperti ini

dapat membantu mempercepat proses pengambilan keputusan.

3.2.3.9 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fokus

Dimensi ini menggambarkan perilaku organisasi dalam hubungannya dengan fokus

mereka dalam melaksanakan kegiatan dan rencana organisasi. Kemampuan organisasi

yang terbatas mendorong organisasi untuk fokus pada peluang yang cocok dengan

kondisi organisasi. Pada dimensi ini responden diminta untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan seperti yang tertera pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi Fokus

No Item Mean

1 Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakanya dengan baik. 3.66

2 Kita adalah organisasi yang terkotak-kotak, sangat jarang bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. 3.18

3 Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah kita dan bagaimana mencapainya. 3.12

4 Jika kamu bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi organisasi, kamu mungkin akan mendapat dua jawaban yang berbeda. 2.43

5 Kami cukup mau mengeluarkan uang, selama itu untuk hal-hal yang benar. 3.34

6 Bahkan orang-orang yang bekerja pada level terbawah tahu mengenai visi organisasi. 2.69

Dimensi fokus di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung menunjukkan nilai yang

belum memuaskan, yaitu 3,07. Hasil survei pada pertanyaan mengenai apakah

karyawan diharapkan untuk hanya melakukan beberapa hal tapi dituntut untuk

mengerjakannya dengan baik, menunjukkan bahwa organisasi telah cukup fokus (nilai

Page 28: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

52

3,66). Organisasi juga bersedia mendanai peluang yang dirasa meningkatkan value

bagi organisasi dan sesuai dengan lingkup bisnis organisasi (nilai 3,34). Responden

masih menilai Politeknik Manufaktur Negeri Bandung sebagai organisasi yang

terkotak-kotak, bagian/divisi yang satu jarang mengetahui apa yang dilakukan

bagian/divisi lain (nilai 3,18).

Responden menilai managemen belum cukup memiliki visi yang jelas mengenai

kemana arah tujuan organisasi dan bagaimana mencapainya (nilai 3,12). Pada item

pertanyaan nomor 4 (empat) dapat dilihat bahwa karyawan masih memiliki persepsi

yang berbeda mengenai visi dan strategi organisasi (nilai 2,43), menunjukkan bahwa

orang-orang yang bekerja pada level terbawah kurang paham mengenai visi

organisasi. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi dari manajemen puncak kepada

para karyawan di level bawah tentang strategi organisasi menyebabkan karyawan

tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai fokus organisasi. Responden juga

menilai visi dan strategi organisasi belum bisa dikomunikasikan dengan baik oleh

pihak managemen ke level-level dibawahnya (nilai 2,69).

3.2.3.10 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Masa Depan

Dimensi ini menggambarkan perilaku organisasi dalam memandang masa depan

organisasi berkaitan dengan perilaku entreprenurial. Responden diminta untuk menilai

organisasi mengenai orientasi Masa Depan dengan menggunakan lima pertanyaan

seperti pada Tabel 3.14. Tabel 3.14. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam

Dimensi Orientasi pada Masa Depan

No Item Mean

1 Kami sadar bahwa organisasi kami adalah organisasi yang terdepan/terbaik dibidangnya. 3.68

2 Kami tidak banyak berinvestasi di R&D. 2.51

3 Organisasi kami senang menciptakan pasar yang benar-benar baru berdasarkan produk-produk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya.

2.35

4 Kami cenderung lebih sebagai pengikut/ follower daripada pemimpin dalam pengembangan produk baru. 2.69

5 Secara umum, para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba hal-hal baru. 2.26

Page 29: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

53

Nilai orientasi ke masa depan pada Politeknik Manufaktur Negeri Bandung masih

tergolong rendah ditunjukkan dengan nilai EOS 2,70 (dalam skala 5). Hasil survei

menunjukkan bahwa responden memposisikan organisasi sebagai organisasi yang

terdepan/terbaik dibidangnya (nilai 3,68). Hal ini ditunjang dengan kenyataan bahwa

Jumlah permintaan lulusan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung oleh industri tiap

tahun terus mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan

dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2003, permintaan industri terhadap lulusan

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung rata-rata mencapai 150% dan prosentase

tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebesar 243%. Investasi untuk R&D di Politeknik

Manufaktur Negeri Bandung masih tergolong rendah (nilai 2,51). Hal ini bisa

dimaklumi mengingat Politeknik Manufaktur Negeri Bandung hanya membuat

produk sesuai dengan pesanan konsumen (industri maupun perorangan).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah rendahnya penghargaan yang diberikan ke

karyawan untuk bereksperimen mencoba hal-hal baru (nilai 2,26). Kecilnya

penghargaan terhadap karyawan yang inovatif dan kreatif menyebabkan karyawan

tidak termotivasi untuk memiliki orientasi ke masa depan.  

3.2.3.11 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Individu

Dimensi ini secara umum menggambarkan bagaimana nilai-nilai entrepreneurship

diterapkan oleh para karyawan di dalam organisasi. Karyawan yang memiliki sifat-

sifat entrepreneurial akan dengan mudah menangkap peluang di pasar dan

mengeluarkan ide-ide yang inovatif untuk mengubah peluang tersebut menjadi

kesuksesan bagi organisasi. Responden diminta untuk menilai organisasi mengenai

Orientasi Individu dengan menggunakan sembilan pertanyaan seperti pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi Orientasi Individu

No Item Mean

1 Saya sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. 4.02

2 Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal-hal yang tidak benar). 2.25

3 Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaik-baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan.

2.00

Page 30: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

54

Tabel 3.15. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi Orientasi Individu (lanjutan)

No Item Mean 4 Saya sering berkhayal/melamun ditempat kerja. 1.83 5 Saya suka mempertanyakan dan berusaha merubah status quo. 3.26 6 Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. 1.91

7 sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti.

1.32

8 Saya rela menukar gaji saya sekarang dengan gaji yang lebih rendah dan kepemilikan saham pada suatu organisasi baru, yang berisiko sekalipun. 2.82

9 Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relative lebih terstruktur/teratur. 1.80

Dimensi Orientasi Individu di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung menunjukkan

nilai terendah di antara dimensi-dimensi lainnya, dengan nilai 2,36. Dari item

pertanyaan nomor 1 (satu) dengan nilai 4,02 terlihat bahwa responden memiliki

potensi sifat entrepreneurial yang dapat membawa organisasi kepada perkembangan

dan kemajuan di masa depan. Tetapi sifat entrepreneurial ini tidak dituangkan ke

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung secara organisasi. Hal tersebut didukung oleh

data-data sebagai berikut:

a. Karyawan hanya berusaha mengikuti saja peraturan yang berlaku di

organisasi/jarang mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo

(nilai 3,26)

b. Karyawan dalam melakukan pekerjaannya hanya berpatokan pada

pedoman yang sudah disusun (nilai 2,00)

c. Lebih memilih penilaian standar gaji yang pasti-pasti saja, sehingga tidak

berkeinginan untuk menambah performa/ ide-ide kerja baru (nilai 1,32)

d. Karyawan merasa nyaman dengan lingkungan organisasi yang terstruktur

seperti yang terdapat di Politeknik manufaktur negeri bandung (nilai 1,80)

Untuk itu ini pihak manajemen perlu mendorong, memotivasi dan menciptakan

lingkungan intrapreneur di tempat kerja.

3.2.3.12 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kondisi Organisasi

Dimensi ini merupakan informasi tambahan untuk melihat gambaran bagaimana

responden melihat kondisi organisasinya dilihat dari sisi kinerja organisasi,

pemberdayaan sumber daya manusia, inovasi, dan penggajian karyawan. Pada

Page 31: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

55

dimensi ini responden diminta menggambarkan perasaannya dengan menggunakan 4

(empat) buah pertanyaan, yaitu kinerja organisasi dibanding kompetitor,

pemberdayaan SDM, dalam hal inovasi, dan dalam hal penggajian. Analisis terhadap

keempat pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

- Dari 65 responden, komposisi jawaban mengenai kinerja organisasi dapat dilihat

pada Gambar 3.7.

Kinerja Perusahaan Dibanding Kompetitor

14%

43%

26%

14%3%

Sangat baikDi atas rata-rataRata-rataDi bawah rata-rataSangat buruk

Gambar 3.7. Komposisi Jawaban Dalam Hal Kinerja Organisasi

Dengan menggunakan skala Likert lima poin (1 = sangat buruk, 2 = di bawah rata-

rata, 3 = rata-rata, 4 = di atas rata-rata, dan 5 = sangat baik), maka konversi ke

dalam rentang persepsinya adalah seperti pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16. Rentang Persepsi Kinerja Organisasi

Persepsi Rentang

Sangat buruk 1.0 - 1.8

Di bawah rata-rata 1.8 - 2.6

Rata-rata 2.6 - 3.4

Di atas rata-rata 3.4 - 4.2

Sangat baik 4.2 - 5.0

Jika dirata-ratakan, diperoleh nilai 3,51 (di atas rata-rata), hal ini menandakan

bahwa responden menilai Politeknik Manufaktur Negeri Bandung kinerja

organisasinya berada diatas rata-rata jika dibandingkan dengan kompetitornya.

Untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi, sebaiknya Politeknik Manufaktur

Page 32: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

56

Negeri Bandung memperbaiki hal-hal yang masih bernilai rendah pada dimensi

EOS seperti yang telah diuraikan diatas.

- Komposisi jawaban mengenai pemberdayaan SDM dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Pemberdayaan SDM

11%

18%18%

44%

9%

Sangat baikDi atas rata-rataRata-rataDi bawah rata-rataSangat buruk

Gambar 3.8. Komposisi Jawaban Dalam Hal Pemberdayaan SDM

Dengan skala Likert dan rentang persepsi seperti pada pertanyaan tentang kinerja

organisasi di atas, dalam hal pemberdayaan SDM Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung dinilai 3,03 (rata-rata) oleh para karyawannya. Keberhasilan organisasi

pada dasarnya terletak pada SDM yang mampu menghasilkan produk dan jasa

yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pemberdayaan SDM secara optimal

akan meningkatkan daya saing dan kemampuan organisasi.

- Komposisi jawaban responden mengenai organisasi dalam hal Inovasi dapat

dilihat pada Gambar 3.9.

Dalam Hal Inovasi

5%

26%

31%

29%

9%Sangat sukabereksperimenSuka bereksperimen

Rata-rata

Tidak sukabereksperimenSangat konservatif

Gambar 3.9. Komposisi Jawaban Dalam Hal Inovasi

Page 33: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

57

Dengan menggunakan skala Likert lima poin, maka dalam hal Inovasi, Politeknik

Manufaktur Negeri Bandung dinilai nilai 2,94 (rata-rata) oleh para karyawannya.

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung merupakan organisasi pendidikan yang

juga melakukan produksi peralatan-peralatan skala kecil maupun besar untuk

keperluan konsumen (individu maupun industri). Kemampuan organisasi harus

lebih ditingkatkan lagi dalam hal berinovasi untuk menangkap peluang dan

mengeluarkan ide-ide yang inovatif sehingga dapat mengubah peluang tersebut

menjadi kesuksesan bagi organisasi. Ketidakmampuan suatu organisasi untuk

menyediakan produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen akan

mengakibatkan organisasi kekurangan penunjang bagi pertumbuhan yang

menguntungkan.

- Komposisi jawaban responden mengenai organisasi dalam hal penggajian dapat

dilihat pada Gambar 3.10.

Dalam Hal Penggajian

51%

29%

20%0% Memberikan gaji sesuai

kinerjanyaHampir sama dengankompetitor/pesaingDi bawahkompetitor/pesaingBuruk dibandingkankompetitor/pesaing

Gambar 3.10. Komposisi Jawaban Dalam Hal Penggajian

Dengan menggunakan skala Likert lima poin, maka dalam hal penggajian,

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dinilai nilai 3,60 (diatas rata-rata) oleh

para karyawannya. Sebanyak 66% responden menilai bahwa organisasi

memberikan gaji sesuai dengan kinerja. Sistem penggajian akan berpengaruh

langsung terhadap kinerja karyawan. Memberikan gaji sesuai dengan kinerja, akan

mendorong dan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik.

Walau Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dinilai telah menggaji sesuai

dengan kinerja oleh sebagian besar karyawan, pada kenyataannya dari dimensi

Page 34: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

58

Masa Depan, terlihat bahwa secara umum para karyawan tidak diberikan

penghargaan dalam bereksperimen mencoba hal-hal baru. Pendekatan lain yang

bisa dilakukan dalam sistem penggajian dan reward ini adalah sistem

penggajian/pemberian bonus dan promosi bagi para pelaku corporate

entrepreneur/intapreneur. Hal ini penting karena kegiatan intrapreneurship

memakan waktu yang sangat lama dan melibatkan faktor risiko yang cukup besar.

3.2.3.13 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Dimensi “Tentang Saya”

Dimensi ini memberi gambaran secara umum mengenai pribadi para karyawan dalam

hubungannya dengan sifat-sifat intrapreneurship. Responden diminta untuk menilai

diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan sifat-sifat intrapreneurship dengan

menggunakan sepuluh pertanyaan seperti pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17. Hasil Perhitungan Tiap Komponen dalam Dimensi Tentang Saya

No Item Mean

1 Saya lebih bangga terhadap keberhasilan dari keahlian teknis saya dibandingkan dengan kemampan saya dalam memimpin 3.31

2 Saya lebih memilih menjalankan organisasi yang sudah terorganisasi dan terintegrasi dengan baik dibandingkan dengan organisasi belum mapan dan tidak terorganisasi

3.42

3 Sebagian besar orang di organisasi kami menggambarkan saya sebagai orang yang maverick (pemberani dan independent) 3.34

4 Saya bangga terhadap diri saya sebagai orang yang mengerti politik di dalam organisasi 2.86

5 Rekan saya menggambarkan saya sebagai orang kreatif yang suka kerja sendiri 3.12

6 Saya yakin entrepreneur itu dilahirkan bukan diciptakan 3.03

7 Saya yakin entrepreneur dapat belajar beberapa hal namun harus memiliki banyak kualifikasi/ karakter lain yang tepat 4.05

8 Saya yakin entrepreneur sukses adalah hasil dari karakter personal dan pembelajaran 4.35

9 Saya yakin entrepreneur bisa belajar banyak bagaimana menjadi seorang entrepreneur 4.31

10 sebagian besar entrepreneur adalah hasil dari pembelajaran dan pengalaman bukan dari karakter personal 3.72

Nilai dimensi tentang saya pada Politeknik Manufaktur Negeri Bandung memiliki

nilai yang tinggi, ditunjukkan dengan nilai EOS 3,35 (dalam skala 5). Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam dimensi ini adalah:

Page 35: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

59

- Responden menilai diri mereka sebagai orang yang kurang kreatif dan kurang

mandiri (nilai 3,12). Hal ini dapat ditimbulkan dari beberapa hal:

♦ Berdasar pada analisa sebelumnya pada dimensi risiko, para karyawan

cenderung sangat berhati-hati untuk tidak berbuat salah.

♦ Lingkungan kerja yang relatif sangat terstruktur/teratur dan terlalu birokratis

sehingga dapat menghambat kreativitas karyawan.

♦ Kurangnya dukungan dan pemberian penghargaan terhadap karyawan dalam

hal pengembangan ide-ide baru.

- Rendahnya kebanggaan para karyawan terhadap dirinya sebagai orang yang

mengerti politik di dalam organisasi (nilai 2,86). Seorang intrapreneur harus

membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup tentang kondisi politik yang

ada di organisasi. Hal ini perlu untuk mencari cara yang paling indah untuk

menghindari birokrasi yang berbelit-belit.

- Para karyawan tidak merasa dirinya sebagai orang yang maverick (pemberani dan

independent (nilai 3,34). Sifat ini sangat diperlukan oleh seorang intrapreneur,

misalnya saja dalam hal keberanian mengambil risiko.

- Modal dasar untuk membangun budaya entrepreneurship di Politeknik

Manufaktur Negeri Bandung telah cukup baik. Hal ini bisa dilihat pada pertanyaan

entrepreneur sukses adalah hasil dari karakter personal dan pembelajaran

(nilai 4,35). Dengan pendekatan yang tepat dalam hal meningkatkan semangat

intrapreneurship, organisasi dapat menghidupkan jiwa kewirausahaan pada

karyawannya.

3.2.4 Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ (Entrepreneurial Leadership

Questionnaire)

Survey ini digunakan untuk menilai para manajer dan top management di Politeknik

Manufaktur Negeri Bandung. Dalam survei ini responden diminta untuk menilai

seberapa penting perilaku atau peran seorang manajer dan seberapa sering manajer

melaksanakan perilaku tersebut

Survei ini dapat digunakan untuk mengukur kesenjangan antara perilaku yang

dianggap penting (importat, diwakili oleh huruf “I”) dengan seberapa sering perilaku

tersebut (frekuensi, di wakili oleh huruf “F”) dilakukan oleh managemen. Nilai “I”

Page 36: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

60

harus menjadi acuan bagi pihak managemen untuk memperbaiki diri dalam hal

entrepreneurial leadership.

ELQ merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai top managemen

berdasarkan sifat-sifat dan cara-cara kepemimpinannya. Neal Thornberry

menggolongkannya menjadi empat tipe, yaitu Miners, Explorers, Accelerators dan

Integrators. Selain itu dalam ELQ akan dinilai juga dimensi lain yaitu General

Entrepreneurial Leadership (GEL) yang akan menilai entrepreneurial leader secara

umum dimana dalam dimensi ini akan dipelajari sifat-sifat kepemimpinan yang

mencakup keempat tipe pemimpin. Klasifikasi pengukuran variable ELQ dapat

dilihat pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18. Klasifikasi Pengukuran Variabel ELQ

Nilai GEL Explorers Miners Accelerators Integrators

High 34-45 34-45 26-35 38-50 53-70

Medium 23-33 23-33 18-25 27-37 36-52

Low 9-22 9-22 7-17 10-26 14-35

Hasil ELQ yang dilakukan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dapat dilihat

pada Tabel 3.19 dan Gambar 3.10.

Tabel 3.19. Hasil Perhitungan ELQ

TIPE NILAI SKALA SELISIH I 32.44 M

GEL F 24.70 M

7.74

Explorers I 38.45 H F 27.98 M

10.47

Miners I 30.24 H F 22.63 M

7.61

I 43.09 H Accelerators

F 32.52 M 10.57

I 58.11 H Integrators

F 37.38 M 20.73

Keterangan: I : Importance F : Frekuensi M: Medium H: High

Page 37: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

61

32.4438.45

30.2443.09

58.11 24.7027.98

22.6332.52

37.38

45

45

3550

70

0.00

80.00GEL

Explorer

MinerAccelerator

Integrator

ImportanceFrequencyMaximum Value

Gambar 3.10. Karakteristik Kepemimpinan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

Dari hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa penilaian terhadap General

Entrepreneurial Leadership (GEL) menunjukkan nilai yang diharapkan dan nilai

yang sesungguhnya memiliki skala yang sama yaitu skala Medium. Analisa lebih

lanjut menunjukan bahwa terdapat selisih nilai pada GEL sebesar 7,74 dimana nilai

“I” lebih tinggi dari nilai “F”. Walaupun perbedaannya kecil namun hal ini harus tetap

diperhatikan. Nilai ”I” yang lebih tinggi menunjukan bahwa top managemen jarang

mempraktekan sifat-sifat yang dinilai dalam dimensi ini meskipun karyawan menilai

sifat-sifat manajerial tersebut penting.

Sedangkan pada tipe leadership lain (explorers, miner, accelerators, integrators)

menunjukan perbedaan skala pada nilai yang diharapkan dengan nilai yang

sesungguhnya. Selisih/ perbedaan yang ada menunjukan angka yang cukup signifikan.

dimana nilai “I” (important) menunjukkan skala high dan nilai “F” (frekuensi)

menunjukkan skala medium. Dari ketiga tipe diatas kesenjangan yang terjadi pada tipe

explorerss sebesar 10,74, miner sebesar 7,61, acceleratorss 10,57, dan pada

integratorss 20,73. Kesenjangan ini disebabkan karyawan menilai sifat-sifat

manajerial tersebut penting tetapi manajer jarang mempraktekan hal tersebut.

Page 38: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

62

3.2.4.1 Analisis dan Interpretasi Hasil Tipe Integrators

Tipe integrators biasanya dalam struktur organisasi organisasi berada ditingkat senior

level management. Kesenjangan paling tinggi terlihat pada tipe ini yaitu sebesar 20,73

(F/I=64,33%) Integrators dapat menciptakan strategi yang bersifat entrepreneurial

serta membangun sumber daya manusia, struktur, proses dan budaya yang menunjang

strategi tersebut. Selain itu disebutkan bahwa tipe ini akan mendorong komunikasi

yang terbuka antar departemen dan juga secara aktif memberikan informasi mengenai

trend dunia pendidikan dan strategi pesaing.Tipe integrators ini diperlukan oleh

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung untuk mendorong perilaku entrepreneurial,

dengan berbagai pendekatan dan melihat dimensi-dimensi yang masih memiliki nilai

rendah pada hasil survei EOS, seperti : menumbuhkan budaya yang inovatif,

mendorong komunikasi yang terbuka antar departemen dan juga secara aktif

melakukan intelijen pasar.

Pengukuran tipe integrators dilakukan melalui 14 pertanyaan. Kesenjangan tiap

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tipe integrators dapat dilihat pada Tabel

3.20. Tabel 3.20. Kesenjangan pada Tipe Integrators

No Pertanyaan selisih

13 Mengkomunikasikan kondisi organisasi yang lebih baik di masa datang, jika harus melakukan perubahan 1.20

28 Mendukung karyawan tipe 'pemberontak' yang mungkin berpikir dan bertindak berbeda dari mayoritas karyawan 0.48

33 Mendorong organisasi untuk menjadi lebih fleksibel sehingga cepat bereaksi ketika muncul peluang bisnis 1.34

35 Memanfaatkan setiap hubungan dengan orang- orang dalam organisasi yang dapat membantu apabila diperlukan 0.95

40 Berusaha sekuat tenaga untuk membangun budaya yang inovatif dalam organisasi 1.56 41 Mendorong perilaku kewirausahaan/ entrepreneurial dan pengambilan risiko 1.59

42 Bereaksi cepat untuk menghilangkan hambatan organisasi yang dapat mengganggu jalannya bisnis 1.57

43 Mendorong komunikasi yang terbuka dan berbagi ide antar unit fungsi 1.84 44 Memberi informasi terbaru tentang trend industri dan strategi pesaing 1.80 45 Secara aktif mendorong saran perbaikan bisnis dari seluruh komponen organisasi 1.70 46 Melakukan tindakan nyata untuk meng-implementasikan berbagai saran perbaikan 1.83

47 Membuat organisasi selalu fokus dalam bisnis utamanya namun juga mendukung inisiatif bisnis baru 1.56

48 Menyisihkan uang di luar anggaran rutin untuk membiayai dan mendukung ide- ide inovatif 1.72 49 Mendukung para karyawan untuk mempertanyakan lagi keputusan yang sudah diambil 1.59

Page 39: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

63

Dari hasil survei diatas, dapat dilihat bahwa hal yang mendesak untuk segera di

perbaiki adalah dalam hal kemampuan jajaran managemen untuk mendorong

komunikasi yang terbuka dan berbagi ide antar unit fungsi (selisih 1,84). Hal ini

diperkuat dengan analisis EOS menyatakan bahwa kondisi organisasi:

- Pada dimensi cross functionality, yang menyatakan bahwa kurangnya

penghargaan dari jajaran managemen terhadap kerjasama antat unit fungsi.

- Pada dimensi fokus, terlihat kurangnya kemampuan jajaran managemen untuk

bisa mengkomunikasikan visi/strategi organisasi ke level-level yang ada di bawah

3.2.4.2 Analisis dan Interpretasi Hasil Tipe Accelerators

Tipe pemimpin yang bersifat accelerators umumnya memimpin suatu unit, divisi

atau anak buah organisasi. Pemimpin tipe ini akan memotivasi karyawannya untuk

lebih inovatif dan berlaku entrepreneurial. Pemimpin tipe ini sering disebut sebagai

Enterprise Focused Entrepreneurial Leaders. Biasanya tipe ini akan mendukung

karyawannya dalam mengambil risiko dan merealisasikan ide-ide mereka apabila ide

tersebut dirasa akan memberi nilai tambah pada organisasi. Mereka menganggap

kesalahan yang dilakukan karyawan dalam mengimplementasikan ide mereka

merupakan proses dari sebuah pembelajaran. Kesenjangan pada tipe pemimpin ini

sebesar 10,57 (F/I=75,47%). Pengukuran tipe accelerators dilakukan melalui 10

pertanyaan. Kesenjangan tiap pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tipe ini

dapat dilihat pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21. Kesenjangan pada Tipe Accelerators

No Pertanyaan selisih

4 Mengajak berpikir untuk menemukan cara baru dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan 1.28

11 Mendukung saran- saran dari bawahan demi perbaikan organisasi 1.20 14 Mendukung bawahan untuk mempertanyakan status quo 0.76 17 Mendorong bawahan untuk melakukan inovasi dalam melaksanakan pekerjaan 1.05 20 Menunjukkan antusiasme apabila bawahan mempelajari keterampilan baru 0.75 21 Cepat mengambil tindakan lain ketika hasil yang ditetapkan dirasa tidak akan tercapai 1.18 22 Mendukung karyawan merealisasikan inisiatif untuk ide mereka 1.13 23 Memotivasi karyawan berpikir untuk menemukan cara- cara dalam bekerja 1.07

24 Menyediakan waktu untuk membantu karyawan menemukan cara memperbaiki produk dan jasa 0.95

25 Menciptakan suasana yang mendukung perbaikan berkesinambungan 1.22

Page 40: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

64

Hasil survei menunjukkan bahwa pihak manajemen di Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung kurang memotivasi karyawan utuk sama-sama berfikir menemukan cara

baru dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan.

Hal ini diperkuat dengan analisis EOS menyatakan bahwa kondisi organisasi pada

dimensi dukungan terhadap ide-ide baru yang menyatakan bahwa managemen

memberikan dukungan yang cukup baik pada karyawan untuk memikirkan cara-cara

baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu, tetapi dukungan ini tidak disertai

dengan sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide-ide baru. Kondisi

yang kontradiktif ini pada akhirnya akan membuat karyawan enggan untuk

memikirkan cara baru yang lebih efektif dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

3.2.4.3 Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ mengenai Tipe Explorers

Tipe explorers terlibat langsung dengan value-creating activity yang bertujuan untuk

mengembangkan pasar baru, produk dan servis baru atau keduanya. Tipe explorers ini

pada umumnya sangat jeli dalam melihat peluang pasar dan berani mengambil risiko

bahkan jalan pintas apabila dirasa perlu dalam menangkap peluang pasar dan

mengeluarkan ide-ide yang inovatif untuk mengubah peluang tersebut menjadi

kesuksesan bagi organisasi.

Tipe pemimpin yang bersifat explorers biasanya akan memiliki titik fokus dalam

efisiensi di organisasi. Tipe pemimpin ini dibutuhkan karena mereka dapat melihat

bagaimana aset dalam organisasi dapat dimaksimasi penggunaanya sehingga sering

disebut sebagai Operationally Focused Entrepreneurial Leaders.

Pengukuran tipe Explorers dilakukan melalui 9 pertanyaan. Kesenjangan tiap

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tipe ini dapat dilihat pada Tabel 3.22.

Page 41: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

65

Tabel 3.22. Kesenjangan pada Tipe Explorers

No Pertanyaan Selisih

1 Meluangkan waktu untuk mengembangkan bisnis baru 1.32

2 Memperhatikan kelemahan pesaing dan mencari cara untuk memanfaatkan kelemahan mereka

1.49

3 Mendengarkan dan melakukan tindakan atas keluhan konsumen 1.09

8 Bersemangat untuk mencari cara- cara baru dalam mengembangkan bisnis 0.89

9 Memotivasi bawahan untuk berpikir cara- cara inovatif dalam mengalahkan pesaing 1.17

10 Secara efektif meyakinkan atasan tentang ide- ide bisnis baru 1.07

16 Menyampaikan kepada bawahan dimana posisi organisasi terhadap pesaing 1.19

18 Secara aktif mencari peluang- peluang bisnis baru 1.02

19 Memastikan bahwa kita memiliki tim yang tepat untuk memanfaatkan peluang bisnis baru 1.24

Kesenjangan pada tipe pemimpin ini sebesar 10,47 (F/I=72,76%). Hasil survei

menunjukkan bahwa pihak manajemen di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

kurang bisa memperhatikan kelemahan pesaing dan memanfaatkan kelemahan

tersebut.Hal ini diperkuat dengan analisis EOS pada dimensi Intelijen Pasar yang

menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan para karyawan tentang siapa pesaing

utama dan bagaimana cara organisasi bersama-sama mengahadapinya. Dalam era

globalisasi di mana persaingan semakin ketat, termasuk di dunia pendidikan, sudah

seharusnya Politeknik Manufaktur Negeri Bandung memiliki pemimpin tipe explorers

yang jeli melihat peluang yang ada di pasar agar dapat memenangkan persaingan.

3.2.4.4 Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ mengenai General Entrepreneurial

Leadership (GEL)

Hasil survei menunjukkan penilaian terhadap General Entrepreneurial Leadership

(GEL) memiliki skala yang sama (medium) pada nilai yang diharapkan dan nilai yang

sesungguhnya. Meskipun responden menilai bahwa pemimpin telah melakukan sifat-

sifat intrepreneurial sesuai dengan yang diharapkan, apabila diadakan analisa lebih

lanjut ternyata terdapat kesenjangan nilai sebesar 7,74 (F/I=76,15%). Kesenjangan

tiap pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tipe ini dapat dilihat pada Tabel

3.23.

Page 42: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

66

Tabel 3.23. Kesenjangan pada Tipe GEL

No Pertanyaan Selisih

5 Mendukung untuk tidak mengikuti peraturan organisasi bila dianggap peraturan tersebut menghambat pencapaian tujuan bisnis 0.49

12 Menyelesaikan tugas dengan baik walau harus menyimpang dari sistem yang berlaku 0.63

26 Dengan yakin tetap melaksanakan cara baru yang menjanjikan, meskipun orang lain mungkin tidak akan melaksanakannya

0.99

27 Menciptakan lingkungan yang mendukung pengambilan risiko 1.14

29 Mendorong karyawan untuk ’mengakali’ birokrasi organisasi 0.11

30 Secara cepat menggunakan pendekatan berbeda untuk mengatsai hambatan ketika pendekatan lama yang digunakan tidak menunjukkan hasil 1.05

32 Menunjukkan sifat- sifat kewirausahaan/ entrepreneurial dalam pekerjaan 1.14

34 Secara aktif memerangi birokrasi yang berlebihan dalam organisasi 0.92

38 Memiliki kemauan untuk mendengarkan saran dari orang lain mengenai bagaimana suatu hal dapat dikerjakan dengan cara berbeda 1.26

Hasil survei menunjukkan bahwa pihak manajemen di Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung lebih bersikap tertutup sehingga kurang memiliki keinginan untuk

mendengarkan saran dari orang lain mengenai bagaimana suatu hal dapat dikerjakan

dengan cara berbeda. Hal ini didukung oleh hasil survei pemimpin tipe accelerators

yang menyatakan bahwa jajaran managemen di Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung kurang memotivasi karyawan utuk sama-sama berfikir menemukan cara

baru dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan.

3.2.4.5 Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ mengenai Tipe Miners

Tipe miners merupakan tipikal pemimpin yang melihat peluang dengan cara melihat

value chain yang ada. Hal ini bisa dilakukan dengan cara merampingkan proses atau

memperbaiki penggunaan aset yang ada sehingga dapat meningkatkan daya saing.

Kesenjangan pada tipe pemimpin ini sebesar 10,47 (F/I=74,83%). Pengukuran tipe

miners dilakukan melalui 7 pertanyaan. Kesenjangan tiap pertanyaan yang digunakan

untuk mengukur tipe ini dapat dilihat pada Tabel 3.24.

Page 43: BAB III SOLUSI BISNIS - · PDF filekepentingan perilaku tersebut menurut karyawan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. ... EOS digunakan untuk mengukur lingkungan

67

Tabel 3.24. Kesenjangan pada Tipe Miners

No Pertanyaan Selisih

6 Secara positif berkomunikasi dengan atasan menyangkut hal- hal yang bisa dilakukan dengan lebih baik 0.95

7 Mencari cara- cara kreatif dalam mengatur dan menggunakan aset dan sumber daya organisasi

1.24

15 Memastikan bahwa kepentingan konsumen diperhatikan ketika kita membuat perubahan dalam organisasi 1.03

31 Mengajak bawahan untuk secara kreatif menemukan cara menghasilkan lebih dengan ongkos rendah 0.97

36 Menganalisis sumber daya, proses, dan aliran kerja untuk hasil yang lebih baik bagi organisasi dan konsumen

1.32

37 Mengharapkan bawahan untuk secara konstruktif mengidentifikasi dan memecahkan masalah- masalah lintas organisasi

1.04

39 Mendukung bawahan dalam mengusahakan perubahan demi perbaikan kerja 1.06

Hal yang paling perlu untuk mendapat perhatian untuk diperbaiki adalah dalam hal

kemampuan jajaran managemen untuk menganalisis sumber daya, proses, dan aliran

kerja untuk hasil yang lebih baik bagi organisasi dan konsumen. Hal ini diperkuat

dengan analisis EOS pada dimensi dukungan untuk ide-ide baru yang menyatakan

bahwa organisasi dinilai terlalu segan untuk mempertanyakan/mengubah cara-cara

lama yang sudah ada di dalam organisasi dalam menghadapi sesuatu.