bab iii perumusan obyek penelitian 3.1 struktur …thesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-2-00383-mc...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

29
BAB III
PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN
3.1 Struktur Organisasi Penelitian
Gambar 1 – Logo PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII)
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) didirikan 15 Mei 1959. Setelah
mendapatkan ijin sebagai bank devisa pada 1988, BII mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI) pada
1989. Sejak menjadi perusahaan publik, BII telah tumbuh menjadi salah satu bank
swasta terkemuka di Indonesia.
Pada Desember 2003, konsorsium Sorak mengambil alih 51% kepemilikan Bank,
melalui proses penjualan yang dilakukan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN). Anggota konsorsium Sorak pada saat itu terdiri dari Asia Financial Holdings
Pte. Ltd, Kookmin Bank, ICB Financial Group Holdings Ltd dan Barclays Bank PLC.
Pada 30 September 2008, Mayban Offshore Corporate Services (Labuan) Sdn. Bhd.
(MOCS), anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Malayan Banking Berhad
(Maybank), menyelesaikan pengambilalihan 100% saham Sorak Financial Holdings Pte,
Ltd, pemilik 55,51% saham BII. Pada Desember 2008, MOCS menyelesaikan
penawaran tender untuk sisa saham BII dan meningkatkan kepemilikannya.
29

30
BII merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan
internasional yang memiliki 337 cabang termasuk lima cabang Syariah, serta 1.001
ATM dan 15 CDM (Cash Deposit Machines) BII di seluruh Indonesia, dan juga sudah
terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM yang tergabung dalam Jaringan ATM
PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS dan jaringan MEPS di Malaysia dan
sekaligus terhubung dengan lebih dari 2.800 ATM Maybank di Malaysia dan Singapura
serta memiliki kantor cabang luar negeri di Mauritius, Mumbai dan Cayman Islands.
Dengan total simpanan nasabah sebesar Rp60,2 triliun dan aset sebesar Rp77.4 triliun
per 31 Maret 2011, BII menyediakan serangkaian jasa keuangan melalui kantor cabang
dan jaringan ATM, phone banking dan internet banking. BII telah tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BNII) dan aktif di sektor UKM/Komersial, Konsumer dan Korporasi. BII
menyediakan produk dan jasa untuk perusahaan berskala menengah dan komersial serta
menyediakan kepada individu produk-produk kartu kredit, KPR, deposito, pinjaman dan
layanan wealth management. Sedangkan layanan untuk nasabah korporasi adalah
pinjaman, trade finance, cash management, kustodian dan foreign exchange.
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) memiliki visi “mejadi penyedia jasa
keuangan terbaik pada segmen pasar yang dilayani”. BII adalah penyedia layanan
perbankan dan keuangan yang aktif dan terkemuka di Indonesia. Dalam pasar yang
kompetitif, BII berupaya untuk menempatkan posisinya secara tepat di industri
perbankan, dengan menyediakan layanan dan produk berkualitas terbaik. Dengan
berfokus pada nasabah, BII berupaya untuk meningkatkan keunggulannya serta
mengambil manfaat dari pengalaman yang panjang sebagai pelaku utama bisnis
perbankan, untuk menjadi bank terdepan.

31
BII memiliki positioing “layanan perbankan yang inovatif dan mengutamakan
relationship untuk bisnis dan masyarakat”. Dalam mewujudkan visinya, BII memiliki
tiga elemen utama sebagai strategic positioning yang dijelaskan pada gambar sebagai
berikut:
Personal relationship
with our customer
Providing service to the:
- Communities
- Clusters
-Support Chain
-Geographies
- Products
- Channels
- Services
Gambar 2 – Tiga elemen utama strategic positioning BII
Untuk mencapai aspirasi menjadi penyedia jasa keuangan terbaik pada segmen
pasar yang dilayani, BII memulai langkahnya dengan menjalankan strategi transformasi
dalam tiga tahapan. Fase pertama ialah dengan memperbaiki basic fundamental yang
ditargetkan pada Maret 2009. Fase kedua ialah mengembangkan bisnis unggulan yang
ditargetkan pada Oktober 2009. Fase ketiga ialah membangun kepemimpinan pasar yang
ditargetkan pada Oktober 2011. Dengan core value atau nilai perusahaan “TIGER” yang
dianut oleh BII yang merupakan teamwork, integrity, growth, excellence & efficiency,
relationship building. Core value BII sejalan dengan nilai-nilai utama Maybank sebagai
pemegang saham mayoritas dari BII.
Individual
Integrated
Innovative

32
Gambar 3 – Visualisasi core value “TIGER”
Gambar 4 – Logo Malayan Banking Berhard (Maybank)
Maybank adalah bank terbesar dan merupakan flagship industri perbankan di
Malaysia. Maybank Group juga tersebar secara internasional dan sedang memperluas
jangkauannya di Asia Tenggara diantaranya dengan melalui investasi yang signifikan di
Indonesia pada 2008, melalui kepemilikan mayoritas di BII. Maybank menawarkan
berbagai produk jasa keuangan dengan brand yang unik, menjangkau lebih dari 18 juta
nasabah dan mitra di seluruh dunia melalui upaya 40.000 karyawan yang memberikan
layanan pada 1,750 kantor di 14 negara. Maybank memiliki jaringan perbankan yang
terbesar dan terkokoh di Malaysia, menduduki posisi 3 (tiga) besar pada segmen bisnis
utama. Maybank memacu pertumbuhannya untuk mewujudkan visinya “menjadi grup
jasa keuangan regional terkemuka” dan dengan menjadi pemegang saham mayoritas di
BII, Maybank kini mencapai tahapan penting dalam pertumbuhan bisnisnya. Nilai-nilai
utama Maybank yaitu ‘teamwork, integrity, growth, excellence & effiency, relationship
building’ kini juga menjadi budaya perusahaan BII.

33
Maybank Group memiliki lebih dari 50 perusahaan yang bergerak di berbagai
bidang terkait seperti perbankan, perbankan investasi, jasa nominee dan trustee,
pengelolaan aset, asuransi, keuangan dan beberapa perusahaan lain yang bergerak di
bidang perdagangan sekuritas, investasi properti dan perusahaan induk investasi.
Maybank sebagai pemegang saham mayoritas BII mempunyai komitmen yang
berkesinambungan untuk mendukung BII dengan berbagai pengetahuan dan keahlian,
pelatihan, dan akses terhadap produk-produk dan layanan yang memberikan nilai
tambah bagi BII dan nasabahnya di Indonesia. Baik BII maupun Maybank telah
bekerjasama untuk meningkatkan layanan prima, mempertahankan standar internasional
manajemen risiko dan audit control, serta mengupayakan pengembangan lebih jauh pada
prosedur TI dan operasional, termasuk akses ke jaringan ATM dan jaringan transaksi
masing-masing.
BII memiliki 2 (dua) anak perusahaan yakni PT BII Finance Center (BII-FC) dan
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance). BII-FC didirikan pada tanggal
13 Februari 1991, sebagai perusahaan pembiayaan yang bergerak dalam bidang
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat. BII saat ini memiliki 99,99% kepemilikan
saham atas BII-FC. WOM Finance didirikan tanggal 13 Maret 1982 dengan nama PT
Jakarta Tokyo Leasing. WOM Finance mengalami beberapa kali pergantuan nama
hingga menjadi PT Wahana Ottomitra Multiartha, setelah di tahun 1997 diakuisisi oleh
pemilik lamanya,PT Fuji Semeru Leasing. Transformasi WOM Finance dimulai pada
tahun 2000, dimana pada saat itu WOM Finance menfokuskan bisnisnya pada
pembiayaan sepeda motor baru produksi Jepang: Honda, Yamaha, dan Suzuki. Tahun
2003, WOM Finance memasuki pasar modal, dengan menerbitkan obligasi I senilai

34
Rp300 miliar. Di tahun 2004, WOM Finance menjadi perusahaan publik melalui
penawaran saham dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI). BII saat ini memiliki 50.03%
kepemilikan saham atas WOM Finance.
Pada sektor perbankan konsumer, BII memanfaatkan sinergi dengan Maybank
Group untuk memastikan bahwa nasabah selalu mendapatkan produk dan layanan
terbaik. Komitmen BII untuk terus memberikan layanan prima merupakan keunggulan
kompetitif di bidang perbankan konsumer. BII menyediakan berbagai produk keuangan
dan layanan kepada nasabah termasuk produk simpanan dan pinjaman. Sebagai bagian
dari strategi BII untuk merevitalisasi pertumbuhan, BII memperluas jaringan cabang dan
ATM untuk memastikan kenyamanan dan kepuasan nasabah, baik di perbankan
konvensional maupun layanan wealth management BII Platinum Access. Semua upaya
ini bertujuan untuk membangun kualitas layanan transaksi dan pembayaran.
Beberapa produk dari sektor perbankan konsumer BII ialah sebagai berikut:
1) Produk Tabungan
- BII Tabungan (Reguler, Gold dan Giro)
BII Tabungan merupakan produk tabungan yang memiliki banyak
kemudahan dan keuntungan dalam melakukan transaksi perbanan dengan
2 (dua) pilihan bukti transaksi yaitu buku tabungan (passbook) atau
laporan bulanan (statement) dalam mata uang rupiah dan asing.
- Eduplan

35
Eduplan BII merupakan tabungan untuk pendidikan anak di masa depan
yang menawarkan perlindungan asuransi hingga 300 (tiga ratus) kali
premi bulanan.
- Woman One
BII Woman One merupakan tabungan wanita pertama di Indonesia, yang
dirancang untuk memberikan SATU (ONE) solusi untuk menjawab
berbagai kebutuhan wanita Indonesia, mulai dari bebas biaya administrasi
bulanan, perlindungan asuransi female care, smart saving dengan suku
bunga yang menarik dan smart spending dengan cash back untuk setiap
transaksi.
- Superkidz
BII Superkidz merupakan tabungan anak-anak yang ditujukan bagi orang
tua yang ingin mendidik anak-anaknya menabung sejak dini. Anak-anak
dapat memiliki buku tabungan dan kartu ATM dalam dua pilihan desain
yang menarik, yakni Barbie untuk anak perempuan dan Hot Wheels
untuk anak laki-laki.
2) Program Biingkisan Beruntun
Program Biingkisan Beruntun merupakan loyalty program yang
memberikan kesempatan kepada nasabah yang sudah menang di bulan
sebelumnya untuk menang lagi di bulan berikutnya sesuai dengan tema
“Sekali nabung hadiahnya beruntun”. Pada 2010, dalam program ini BII

36
menyediakan 2 (dua) jenis hadiah, yaitu ‘Lucky Draw’ dan ‘Direct Gift’.
Program ‘Lucky Draw’ menyediakan grand prize berupa mobil Jaguar
type XJ dan Hadiah Bulanan berupa total 50 mobil Avanza dan 500 emas
murni. Sementara, program ‘Direct Gift’ menyediakan hadiah berupa
Blackberry, PlayStation, laptop, sepeda motor, serta hadiah menarik
lainnya.
3) Kredit Konsumer
- Kartu Kredit
BII menawarkan berbagai jenis kartu kredit diantaranya BII Visa Infinite,
BII Platinum Visa/Master Card, MC² Credit Card, BII Gold Card, BII
Regular Card, BII Visa Lion Air yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan nasabah.
- KPR (Kredit Pemilikan Rumah)
Pada program KPR, BII memiliki beberapa program unggulan yakni KPR
Ekspres, Rumah Maxima, dan MaxiCash. BII KPR Ekspres merupakan
fasilitas kredit yang diberikan BII untuk membiayai pembelian
rumah/apartemen/kavling/ruko/rukan/renovasi rumah dan take over KPR
dari bank lain. Sedangkan Rumah Maxima merupakan fasilitas kredit
yang diberikan untuk membiayai segala kebutuhan konsumtif dan take
over Multiguna dari bank lain dengan jaminan rumah/apartemen/ruko.
Program MaxiCash merupakan fasilitas kredit yang menawarkan
fleksibiltas dalam sistem pembayaran, penarikan dana dan pembayaran

37
cicilan agar nasabah tetap leluasa memenuhi berbagai kebutuhan tanpa
terbebani cicilan KPR yang memberatkan.
- Kredit Otomotif
Pada sektor kredit otomotif, BII bekerja sama dengan anak
perusahaannya WOM Finance untuk sektor pembiayaan roda dua dan BII
Finance untuk sektor pembiayaan jenis kendaraan roda empat.
4) Wealth Management
Layanan wealth management BII Platinum Access merupakan layanan
khusus bagi nasabah high net worth individuals yang mendukung nasabah
dalam pengelolaan aset untuk mencapai tujuan finansialnya dan
membantu nasabah untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.
Dengan dibantu oleh Relationship Manager untuk mencapai tujuan
finansialnya, layanan wealth management BII Platinum Access
dilengkapi dengan berbagai produk investasi seperti money market funds,
fixed income funds, hybrid funds, equity funds, dan structured funds.
Menurut PR Head BII, Leonardus Adi Widiarso, dalam depth interview yang
dilakukan oleh Penulis, beliau mengatakan bahwa target market BII merupakan kaum
masyarakat yang digolongkan sebagai kelas sosial AB. Tanpa memberikan penjelasan
yang lebih lanjut dan menolak untuk menjelaskan, Penulis dalam penelitiannya
menemukan bahwa klasifikasi kelas sosial yang disebutkan perwakilan BII tersebut
berdasarkan ‘National Readrship Survey (NRS) Social Grades’ yang memiliki 5 (lima)

38
kelas pada klasifikasinya, yakni A (upper middle class), B (middle class), C (lower
middle class), D (working class), dan E (under class).
Menurut jurnal Ipsos Media CT (Anonymous, 2009), NRS Social Grades
dipaparkan sebagai berikut:
“There are several demographic classification sysrems used in the market
research. A well established system, as well as the most widely known and used, is that
of social grading, derived from Bristish National Readership Suervey (NRS). Whilst
everyone in the industry is familiar with the term social grade amd its six groups A, B,
C1, C2, D and E, what is less well known is how social grade is defined and how it can
be used as a powerful discriminator.” (Anonymous, 2009)
“Looking at the last 50 years of NRS data, and taking those classified as AB
(higher and intermediate managerial, administrative or professional occupations) as an
example, the proportion has increased from 12% to27%.” (Anonymous, 2009)
Menambahkan penjelasan di atas, Political Geography Journal mendefinisikan
kelas-kelas pada NRS Social Grades sebagai berikut:
“Readers defined as A (upper middle class), or B (middle class) comprise over
half of broadsheet press readership, while C (lower middle class/skilled working class),
D (working class) and E (under- class).” (Boykoff, 2008)

39
Klasifikasi kelas-kelas tersebut secara jelas dipaparkan jurnal Ipsos Media CT
(Anonymous, 2009) sebagai berikut:
Social Grade of Chief Income Earner
Social Grade Description
A High managerial, administrative or professional
B Intermediate managerial, administrative or professional
C1 Supervisory, clerical and junior managerial, administrative or
professional
C2 Skilled manual workers
D Semi and unskilled manual workers
E State pensioners, casual or lowest grade workers, unemployed with
state benefits only
Tabel 2 – Klasifikasi deskripsi NRS Social Grades
Berdasarkan data yang didapatkan oleh Penulis, maka Penulis menyimpulkan
bahwa target market BII yang dimaksud dengan kelas sosial AB merupakan kalangan
yang berasal dari high and intermediate managerial dan kaum professional yang telah
mengetahui pentingnya menabung dan selektif dalam pemilihan produk perbankan
sehingga BII harus inovatif dalam penawaran produknya seperti menawarkan benefit
tertentu sebagai added value dan program-program menarik lainnya.

40
3.1.1 Corporate Communications Division
Penulis melakukan penelitiannya di Head Office BII tepatnya pada divisi
Corporate Communications yang berada di bawah direktorat Human Capital &
Corporate Communications (terlampir) yang dipimpin oleh I Gusti Made
Mantera. Corporate Communications dipimpin oleh Esti Nugraheni selaku
Corporate Communications Division Head yang membawahi sekitar kurang
lebih 10 orang staff termasuk 3 diantaranya merupakan Department Head yang
terdiri dari dari PR Department Head, Internal Relations Department Head, dan
Investor Relations Department Head.
PR Department dipimpin oleh Leonardus Adi Widiarso selaku PR
Department Head yang memimpin 3 seksi penting dari struktur kerja PR yakni
Media Relations, External Relations, dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Internal Relations Department dipimpin oleh R.Sukrido Hasto Broto yang
diantaranya memimpin Internal Media dan Internal Event untuk komunikasi
perusahaan dengan khalayak yang berasal dari internal perusahaan. Investor
Relations Department dipimpin oleh Yana Indra Permana yang memimpin
Corporate Actions & Ratings serta Reporting & Data Supports.
Secara singkat, Corporate Communications dengan 3 (tiga) departemen
di dalamnya merupakan bagian dari unit kerja yang bersinergi satu sama lain
untuk membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan 3 (tiga)
khalayak, yakni pihak internal (karyawan BII), publik eksternal (media dan
masyarakat) serta investor (pemegang saham).

41
Dibawah ini merupakan bagan struktur Corporate Communications BII:
Gambar 5 – Struktur organisasi pada Corporate Communications BII
3.2 Prosedur yang Berlaku
Corporate Communications atau Divisi Komunikasi Perusahaan merupakan
gerbang media terkait informasi yang hendak mendapat publikasi; dengan kata lain,
seluruh media coverage harus melewati Departemen PR dan sudah menjadi tanggung
jawab media relations untuk mengajukan usulan-usulan strategis tentang pemberitaan
media (agenda setting) untuk mendapatkan coverage terkait aksi korporasi, kinerja
perusahaan, ataupun meredam berita negatif melalui bahan-bahan berita yang hendak
disampaikan. Bahan berita tersebut dapat berupa press release maupun holding
statement yang penting untuk memberikan penjelasan kepada berbagai perwakilan
Corporate Communications
Investor Relations
Corporate Actions & Ratings
Reporting & Data Supports
Internal Relations
Internal Media
Internal Event
Public Relations
Media Relations
External Relations
CSR

42
perusahahaan, termasuk juru bicara perusahaan dari jajaran direksi ataupun front liner
perusahaan (customer service) terkait berita negatif. Pada kasus berita negatif, holding
statement merupakan ketentuan tertulis mengenai koridor penjelasan yang sesuai dengan
ketentuan dari perusahaan agar seluruh pihak yang menjadi juru bicara perusahaan dari
jajaran direksi hingga front liner perusahaan memiliki satu kesatuan jawaban yang sama.
Selama observasinya, prosedur yang ditemukan Penulis yang berlaku di BII
khususnya Corporate Communications ialah media relations sebagai salah satu unit dari
PR bertugas mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan media, baik sebagai
perencana maupun pelaksana. Sebagai salah satu unit kerja dari PR, media relations
pada kegiatan kerjanya dipantau langsung oleh PR Department Head dan Corporate
Communications Head. Peran atasan disini secara langsung menjadi gatekeeper atau
penjaga gawang yang bertugas untuk memberikan saran dan keputusan mengenai setiap
langkah yang akan menjadi output dari Corporate Communications nantinya. Dengan
proses gatekeeper yang terstruktur, maka diharapkan output yang dihasilkan dapat
memiliki key message yang jelas, dengan timing yang tepat, pada khalayak yang sesuai
serta tetap patuh pada aturan dari regulator. Regulator pada lembaga perbankan yang
dimaksud ialah Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Sebagai lembaga penyedia layanan keuangan milik
swasta, BII yang merupakan perusahaan terbuka (biasanya disingkat Tbk.) atau go
public wajib mengikuti aturan dari BEI selaku regulator, untuk mempublikasikan data-
data yang sifatnya telah dipublikasikan (published), tidak mempublikasikan target
perusahaan (angka-angka yang sifatnya proyeksi) serta informasi yang bersifat material

43
yang dapat mempengaruhi harga saham BII (BNII) di pasar modal (forward-looking
statement).
Job descriptions dari media relations officer ialah sebagai berikut:
- Menyusun media monitoring dan news summary harian
- Membuat laporan berita negatif
- Mempersiapkan klarifikasi mengenai pemberitaan buruk/negatif
- Menyusun surat tanggapan atas komplain nasabah di media
- Membuat Laporan Profil Risiko Reputasi (Bank dan Konsoldiasi)
- Mempersiapkan press conference dan press releases
- Mempersiapkan special event with media untuk menjalin dan menjaga
hubungan baik dengan media
- Menangani permintaan informasi dari media termasuk mendampingi juru
bicara perusahaan dalam interview dengan media ataupun
mempersiapkan jawaban tertulis bagi media
- Mempersiapkan speech (kata sambutan) bagi manajemen
- Mempersiapkan laporan mengenai kegiatan media relations bagi Direksi
dan Maybank Group secara periodik
Sebagai bagian dari PR, media relations bukan merupakan juru bicara
perusahaan. Sesuai Kebijakan Risiko Reputasi yang telah disusun di BII, pada tahap

44
hubungan dengan media, juru bicara yang ditunjuk oleh perusahaan adalah Presiden
Direktur untuk berbicara mengenai perusahaan secara bank wide dan Direktur sesuai
dengan masing-masing bidang.
Proses operasional dari media relations berdasarkan struktur divisi Corporate
Communications dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 6 – Tahap gatekeeping dalam proses operasional media relations pada Corporate
Communications PT Bank Internasional Indonesia Tbk
3.2.1 Press Release
Press release di-draft oleh media relations sesuai dengan keperluan acara
atau informasi yang hendak disampaikan kepada publik dengan bahan acuan dari
divisi lain terkait informasi yang hendak disampaikan. Proses pembuatan press
release oleh media relations yang berada langsung di bawah struktur PR, melalui
3 (tiga) atau 4 (empat) tahap gatekeeping dari Corporate Communications
Division sesuai dengan jenis informasi yang disampaikan. Pada tahap
Media Relations Public Relations Head
Corporate Communications
Head

45
gatekeeping, PR Head melakukan review terhadap press release yang telah
dibuat oleh media relations sebagai gatekeeper tahap pertama. Selanjutnya,
review juga dilakukan oleh Corporate Communications Head sebagai gatekeeper
tahap dua. Selanjutnya review oleh Direktur terkait sebagai gatekeeper tahap
tiga. Apabila informasi yang disampaikan adalah bersifat bank wide, maka tahap
gatekeeping dilakukan satu tahap lagi (tahap keempat), yakni sampai pada level
Presiden Direktur.
Kerja sama yang dilakukan media relations dengan divisi lainnya pada
proses pembuatan press release meliputi informasi yang diperlukan serta untuk
melakukan review press release draft yang telah disusun oleh media relations
dan PR Head sebagai bagian dari proses gatekeeping agar hasil kerja Corporate
Communications Division dapat bersinergi dengan divisi lainnya sesuai dengan
agenda dan tujuan perusahaan.
Sukses atau tidaknya sebuah press release, dapat diukur secara kuantitatif
berdasarkan jumlah media coverage yang didapatkan beserta seberapa luas press
release terkait di-cover oleh media tersebut (diukur berdasarkan milimeter
kolom) serta secara kualitatif berdasarkan key message perusahaan yang dikutip
oleh media yang bersangkutan. Apabila key message pemberitaan di media
sejalan dengan key message dalam press release yang disampaikan ke media
maka press release ini dapat dikategorikan mencapai target komunikasi yang
ditetapkan perusahaan. Ditinjau dari agenda setting, level ini tercapai ketika
agenda setting perusahaan (dalam press release) adalah sama atau mirip (same or
similar) dengan agenda setting media.

46
3.2.2 Interview dan Jawaban Tertulis
Pada hubungannya dengan media, di waktu tertentu jika dipandang perlu
menyampaikan informasi lebih mendalam kepada media, dapat diselenggarakan
proses wawancara (interview). Disamping itu, wawancara atau pemberian
jawaban tertulis juga dapat diberikan atas pertanyaan mendalam yang diajukan
media. Penanganan tugas ini juga menjadi tanggung jawab media relations
untuk mempersiapkan dan memastikan penyelenggaraan wawancara. Bukan
hanya itu, artikel yang menjadi output di media terkait dapat memberikan
dampak bagi image perusahaan sehingga diperlukan strategi dalam memberikan
kesempatan wawancara serta jawaban tertulis. Permintaan wawancara dari media
berkisar mulai dari sektor perbankan konsumer untuk diulas misalnya ialah
produk kartu kredit, layanan wealth management serta produk tabungan
unggulan hingga perkembangan kinerja perusahaan. Untuk mendukung jawaban
tertulis dan wawancara, media relations haruslah memiliki product knowledge
serta kemampuan koordinasi yang baik dengan orang-orang dalam struktur
organisasi yang menjadi gatekeeper. Gatekeeping dilakukan secara terstruktur,
seperti dalam tahapan gateekeeping dalam siaran pers, tergantung dari jenis
informasi yang akan disampaikan. Mengenai kartu kredit misalnya, yang berada
dibawah direktorat Consumer Banking, wawancara akan dilakukan dengan
Consumer Banking Director sebagai narasumber perusahaan. Dalam kondisi
direktur terkait berhalangan, dapat diwakilkan dengan pejabat di bawahnya
dengan persetujuan direktur terkait. Media relations bertugas membuat draft
jawaban atas pertanyaan yang diajukan atau melakukan review jawaban dari unit

47
kerja terkait. Jawaban yang disediakan oleh unit kerja terkait maupun Corporate
Communications haruslah berdasarkan data resmi dari perusahaan yang bersifat
published (sudah dipublikasikan). Sebelum menjawab pertanyaan dan melakukan
kegiatan wawancara, PR harus mendapat persetujuan dari direktur terkait
mengenai data yang akan dipublikasikan kepada media, baik yang bersifat
materil maupun non materil serta mengenai bagaimana impact kedepannya
terhadap image perusahaan. Apabila ternyata terdapat data-data terkait yang
dapat menimbulkan image buruk ataupun berita yang sifatnya negatif bagi
perusahaan, maka selayaknya melakukan diskusi terlebih dahulu meminta
pertimbangan dari direktur terkait.
Berikut ini merupakan bagan proses gatekeeping dari perencanaan
interview dan tanya jawab dari media ke perusahaan:
Gambar 7 – Alur proses gatekeeping dalam perencanaan interview terhadap perusahaan
Media Relations PR Head Corp. Comm.
Head Director President Director

48
3.2.3 Media Monitoring dan News Summary
Media monitoring dan news summary merupakan daily report mengenai
pemberitaan media massa koran dan online serta newswire yang ditulis ke dalam
Bahasa Inggris. Apabila media bersangkutan melakukan pemberitaan dalam
bahasa Indonesia, maka media relations bertugas untuk melakukan full translate
untuk media monitoring dan summary (ringkasan) ke dalam bahasa Inggris untuk
news summary. Media monitoring merupakan bentuk rekapitulasi pemberitaan
media mengenai BII beserta informasi terperinci berupa sumber media yang
menayangkan, apa yang dibahas, tone atau nada berita. Tone atau nada berita
ialah isi pemberitaan media serta dampaknya bagi perusahaan. Sedangkan news
summary merupakan ringkasan berita seputar finansial dan perbankan khususnya
5 (lima) bank lain (beserta anak perusahaannya) yang dianggap memiliki line of
business yang serupa dengan BII yang menjadi benchmark BII dalam kegiatan
bisnisnya.
Proses gatekeeping dalam pembuatan media monitoring dan news
summary dilakukan oleh PR Head, yang kemudian hasilnya dikirimkan kepada
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta pejabat perusahaan lainnya yang
dianggap perlu untuk mengetahui perkembangan berita mengenai perusahaan di
media massa.

49
3.2.4 Menyikapi Pemberitaan Negatif
Berita negatif yang ditemui dalam pemberitaan media bermacam-macam
jenisnya; mulai dari keluhan nasabah yang disampaikan melalui rubrik surat
pembaca, berita mengenai kinerja perusahaan yang menurun ataupun sistem
ATM yang tidak berfungsi dengan baik, berita yang memuat informasi yang
keliru mengenai perusahaan, hingga kasus fraud (kejahatan perbankan) terkait
perusahaan.
Menyikapi pemberitaan negatif, BII berkepentingan untuk memitigasi
agar pemberitaan negatif berdampak lebih luas hingga menurunkan kepercayaan
stakeholder. Untuk itu, BII telah memiliki standard operating procedure (SOP)
untuk mengantisipasinya. Untuk surat pembaca, telah dikoordinasikan dengan
Customer Care yang kemudian akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan unit
kerja/divisi terkait dengan keluhan nasabah di media. Selanjutnya, tanggapan
surat pembaca akan keluar melalui satu pintu, yakni Corporate Communications
melalui Corporate Communications Division Head.
Adapun untuk pemberitaan negatif, BII bisa menempuh langkah
melakukan klarifikasi tertulis atas pemberitaan atau menemui media terkait untuk
memberikan penjelasan permasalahan secara proporsional.
Terkait dengan berita yang menyangkut kejahatan perbankan yang
memiliki dampak luas, BII telah memiliki SOP, untuk memitigasi dampak
pemberitaan secara luas dengan menyusun holding statement, yang menjadi
rujukan dari juru bicara perusahaan, petugas call center, hingga frontliner.

50
Sehingga respons BII mampu memberikan jawaban yang sama kepada
stakeholder dalam mengantisipasi pertanyaan dari stakeholder.
3.2.4.1 Surat Tanggapan
Pada media cetak maupun online seringkali dijumpai surat
pembaca yang memuat tanggapan, pertanyaan, maupun keluhan
masyarakat mengenai layanan perusahaan. Media relations sebagai PR
dalam menjalankan tugasnya berperan penting untuk memantau media
mengenai surat pembaca media guna mengelola citra perusahaan.
Tentunya surat tanggapan yang dipublikasikan kepada media
disampaikan setelah dilakukan penyelesaian masalah sebelumnya oleh
unit kerja/cabang terkait.
3.2.4.2 Klarifikasi
Seperti halnya surat tanggapan, klarifikasi diperlukan apabila
terdapat berita yang memuat informasi yang kurang tepat dalam
pemberitaannya ataupun berita negatif mengenai perusahaan. Klarifikasi
dalam bentuk tertulis diperlukan dikarenakan berkaitan dengan image
perusahaan serta bermanfaat untuk memperbaiki informasi yang salah
agar diketahui kebenarannya oleh publik.

51
3.2.4.3 Holding Statement
Mengenai media coverage atau publikasi media mengenai
perusahaan tidak selalu bernada positif, munculnya pemberitaan negatif
secara luas di media dan masyarakat mengenai perusahaan merupakan
krisis bagi perusahaan. Berita yang dikategorikan sebagai krisis bagi
usaha perbankan ialah reputasi negatif perusahaan, misalnya ialah kasus
penggelapan dana dari pihak internal perusahaan (fraud), pencurian dari
pihak eksternal perusahaan, dan sebagainya. Dengan adanya kasus fraud
dan pemberitaan media mengenai kasus tersebut, tentunya kasus ini
merupakan sebuah krisis yang berpotensi memiliki dampak buruk bagi
image perusahaan dan berpengaruh pada kepercayaan nasabah kepada
lembaga keuangan yang digunakannya untuk menyimpan dana yang
dimiliki. Pada tahap krisis, perlu adanya holding statement yakni berupa
panduan untuk melakukan klarifikasi secara lisan bagi berbagai pihak
perusahaan, dari Presiden Direktur hingga front liner/customer service
perusahaan agar memiliki sikap dan jawaban yang sama menanggapi
pertanyaan stakeholder.
3.2.5 News Value
News value merupakan rincian laporan mengenai media coverage yang
diperoleh setiap bulan, baik berupa artikel maupun foto yang diulas oleh media
massa. Disebut sebagai news value dikarenakan nilai berita berupa positif dan

52
negatif dihitung secara terperinci, baik panjangnya dalam milimeter maupun
jumlah kolom pemberitaan tersebut. News value ditentukan oleh harga iklan per
media dan dihitung totalnya secara keseluruhan dalam satu bulan. Singkatnya,
media coverage yang didapatkan perusahaan dihitung sebagai return on
investment.
Contoh format tabel untuk perolehan news value dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 – Contoh bentuk tabel news value
3.2.6 Risk Reputation Profile
Berbicara tentang PR maka tak lepas dari kaitannya dengan image atau
citra perusahaan. Di BII, laporan mengenai citra perusahaan diukur secara
kuantitatif dan kualitatif dalam risk reputation profile. Risk reputation profile
berisi total pemberitaan negatif mengenai BII dari media dan non media (keluhan
nasabah secara langsung) yang dikategorikan sesuai sisi negatif yang diulas, baik
pada pemberitaan maupun pada surat pembaca. Contohnya ialah, dari
pemberitaan negatif mengenai keluhan kartu kredit, keluhan tersebut akan
dikategorikan dalam bagian kredit dan selanjutnya keluhan nasabah tersebut
haruslah ditanggapi dengan segera. Total dari jumlah berita negatif kemudian
dihitung dan sesuai dengan kategori indikator, maka terdapat kategori low,
Media Bulan Tanggal Judul Panjang
(dalam mm)
Jumlah
Kolom
Harga Nilai berita Spokeperson Category
Positif Negatif

53
middle, dan high mengenai reputasi perusahaan. Reputasi tersebut tentunya
terkait dengan citra perusahaan di mata publik. Semakin banyak berita negatif
dan keluhan, maka berpotensi memiliki dampak negatif bagi reputasi perusahaan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data di PT Bank Internasional Indonesia Tbk
pada Corporate Communications Division, Public Relations Departement sebagai wujud
dari observasi partisipasi Penulis dalam penelitian. Kegiatan observasi dilakukan selama
kurang lebih 7 (tujuh) bulan yang bertempat pada BII Head Office Jl. MH Thamrin
no.51, Jakarta 10350. Penelitian atau observasi dilakukan sejak November 2010 - Mei
2011. Pada kegiatan penelitian yang dilakukan, Penulis juga melakukan wawancara
secara mendalam atau dikenal dengan sebutan depth interview.
Depth interview atau wawancara mendalam dilakukan Penulis dengan sejumlah
perwakilan dari BII yang dianggap berkaitan dengan tema penelitian dan dapat
memberikan informasi terkait dengan penelitian yang dilakukan. Dept interview
dilakukan dengan PR Head BII Leonardus Adi Widiarso sebagai informan utama dalam
penelitian, untuk menunjang pengumpulan data-data yang diperlukan, Penulis juga
melakukan wawancara mendalam dengan Investor Relations Head BII Yana Indra
Permana. Depth interview dilaksanakan oleh Penulis dalam kurun waktu Januari 2011 –
Mei 2011.

54
3.4 Analisis Data/Permasalahan yang Ada
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap hari merupakan battle of media
coverage dengan adanya berbagai macam aksi dan berita dari berbagai korporasi. Pada
section ekonomi dan bisnis di berbagai koran, bank bersama perusahaan sekuritas dan
lembaga non bank berlomba untuk mendapatkan pemberitaan setiap harinya. Untuk itu,
perlu dilakukan usaha-usaha untuk mendapatkan media coverage saat perusahaan
menyelenggarakan suatu event. Dalam industri perbankan sendiri, telah begitu banyak
event dan pemberitaan setiap harinya sehingga dalam usaha mendapatkan media
coverage, PR selaku instrumen perusahaan haruslah berusaha semaksimal mungkin
untuk mendapatkan media coverage yakni dengan terus melakukan berbagai follow up
(via email, fax, ataupun hubungan telepon selular) dan membina hubungan baik dengan
media secara berkesinambungan.
Usaha-usaha media relations dalam mendapatkan media coverage untuk
membangun citra positif perusahaan dapat bermacam-macam, bukan hanya dari segi
press release semata. Membangun relationship baik secara formal maupun non formal
juga merupakan salah satu hal penting bagi PR dikarenakan aktivitasnya yang erat
kaitannya dengan media. Setelah melakukan observasi pada penelitian, Penulis melihat
adanya sebuah fenomena dalam fungsi strategis media relations sebagai bagian dari PR
dalam perusahaan, yakni PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) mengenai
bagaimana BII menyusun strategi PR dalam menghadapi era globalisasi.
BII yang merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) bank terbesar di Indonesia dari
segi aset, dalam perannya di industri perbankan tentunya memiliki dampak tertentu

55
terhadap perekonomian negara. Untuk itu, dalam menjalankan core business perusahaan,
BII harus membangun citra positif sebagai institusi penelola keuangan yang terpercaya.
Dalam hal ini, Corporate Communications khususnya PR Department berperan penting
dalam membangun dan mengelola citra positif BII. Media relations sebagai salah satu
unit dari PR, memiliki tugas utama untuk membina hubungan baik dengan media. Hal-
hal yang dapat dilakukan oleh media relations untuk memenuhi tugas utamanya ialah
dengan memberikan support atau menyediakan data/informasi yang diperlukan
mengenai perusahaan kepada pihak media dengan melakukan drive message.
Data/informasi mengenai perusahaan yang dimaksud misalnya ialah pencapaian kinerja
perusahaan, produk perusahaan, layanan perusahaan maupun aksi korporasi yang
dijalankan. Namun, seperti yang telah dibahas sebelumnya, sebagai perusahaan terbuka
atau yang telah go public, BII tidak diperkenankan untuk memberikan info bersifat
materil (misalnya target perusahaan) yang dapat mempengaruhi harga sahamnya di pasar
modal. Apabila tidak sesuai dengan ketentuan tersebut, maka BII akan dimintai
penjelasan oleh regulator. Regulator akan mempelajari penjelasan yang diberikan. Jika
terbukti ada pelanggaran, tidak tertutup kemungkinan akan dikenai sangsi dari regulator.
Informasi yang bersifat materil harus disampaikan padaa saat informasi tersebut boleh
disampaikan, sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan tidak boleh diungkapkan
sebelumnya.
Menurut PR Department Head BII Leonardus Adi Widiarso, dalam melakukan
drive message mengenai agenda yang hendak dilemparkan (atau disampaikan) kepada
publik, media relations hendaknya memiliki strategi terkait dengan informasi penting
apa yang hendak disampaikan oleh perusahaan (agenda perusahaan), media yang dipilih

56
untuk sampai ke sasaran, serta waktu untuk menyampaikannya. Strategi tersebut harus
sesuai dengan target audience atau target market produk terkait misalnya. Untuk itu,
media relations harus memiliki prioritas dalam memilih media terkait agenda yang
hendak disampaikan kepada publik agar hasil pemberitaan media sesuai dengan tujuan
perusahaan. Sebagai contoh, terkait launching program tabungan anak-anak, tentunya
media yang fokus pada anak-anak menjadi salah satu media sasaran dari media relations
disamping media umum/bisnis.
Di tengah era globalisasi, tentunya persaingan bisnis industri perbankan semakin
kompetitif dengan munculnya berbagai bank asing skala multinasional maupun bank
lokal yang dimiliki pihak asing. Hal ini membuat PR sebagai gerbang komunikasi
perusahaan semakin ditantang untuk merebut perhatian publik dan media massa secara
positif. Sebagai PR, media relations dituntut untuk mengelola hubungan yang baik
dengan media massa melalui rencana strategisnya. Bukan hanya dengan ’merebut’
media coverage semata dari kompetitornya tetapi harus didukung dengan memberikan
added value dalam membina hubungan dengan media. Added value tersebut dapat
dibangun dengan membina hubungan baik melalui event keakraban misalnya dengan
berolahraga bersama, memberikan training tentang perbankan, media gathering, media
visit atau mengundang media untuk site visit ke perusahaan atau ke Maybank (selaku
pemegang saham mayoritas BII) serta menyelenggarakan lomba menulis dan foto untuk
media.

57
Berdasarkan dokumen resmi yang didapatkan Penulis, rencana strategis atau
yang disebut sebagai action plan dari media relations BII tahun 2010 ialah sebagai
berikut:
1. Journalist Training
2. Journal Writing & Photo Contest
3. Special Event with media
4. Media visit by new management
5. Visit Maybank
6. Communication Strategy
Penulis dalam observasinya terhadap penelitian ini melakukan monitoring
terhadap 18 (delapan belas) media cetak yaitu koran untuk mengetahui media coverage
yang berhasil didapatkan oleh BII sebagai manfaat dari rencana strategis media relations
BII periode tahun 2010. Delapan belas media tersebut terdiri dari Kompas, Media
Indonesia, Bisnis Indonesia, The Jakarta Post, Jakarta Globe, Kontan, Seputar Indonesia,
Koran Tempo, Republika, Koran Jakarta, Warta Kota, Rakyat Merdeka, Sinar Harapan,
Suara Pembaruan, Jawa Pos, Neraca, IndoPos, dan Investor Daily. Menurut PR
Department Head BII, pemilihan 18 (delapan belas) media cetak tersebut untuk menjadi
bagian dari monitoring berdasarkan jangkauan target market perusahaan, misalnya
untuk Kompas yang dibaca secara nasional oleh masyarakat kelas menengah ke atas.
Lain halnya dengan Investor Daily, Bisnis Indonesia, dan Harian Ekonomi Neraca
dipilih berdasarkan aktualitas dan kelengkapan berita dari segi pemberitaan mengenai

58
ekonomi dan bisnis termasuk dunia perbankan misalnya. Singkatnya, delapan belas
media inilah yang dianggap dapat mewakili agenda media massa dan publik sehari-
harinya sesuai dengan target market BII yang termasuk dalam kategori mass afluent
market.
Melihat job descriptions dari media relations dan rencana strategisnya untuk
periode tahun 2010, tentunya keduanya harus berjalan secara sinergi. Job descriptions
yang meliputi media monitoring dan news summary setiap hari, laporan berita negatif,
klarifikasi berita, surat tanggapan, risk reputation profile, press release dan sebagainya;
tentunya harus sejalan dengan program-program yang menjadi rencana strategis media
relations tahun berjalan agar dapat mewujudkan fungsi strategisnya sebagai bagian dari
unit kerja PR BII.
Untuk diketahui, rencana strategis media relations yang melibatkan rekan-rekan
media tentunya sebagai added value untuk membangun mutual benefit dan sustainable
relationship agar media tidak hanya sebagai ’rekan di saat perlu’ saja. Membangun
hubungan yang baik dengan media yang terpercaya di kalangan masyarakat sesuai
dengan target market perusahaan harus dilakukan secara berkesinambungan dikarenakan
pekerjaan PR yang berhubungan dengan media terkait image atau citra perusahaan yang
bergantung pada pemberitaan media atau media coverage mengenai perusahaan.
Pemberitaan yang sifatnya negatif tentunya akan berdampak negatif pula bagi image
perusahaan.

59
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melihat fenomena permasalahan pada penelitian mengenai analisis fungsi
strategis PR BII khususnya media relations, Penulis menemukan bahwa fungsi strategis
dari media relations BII mempengaruhi agenda media massa dan publik terhadap BII.
Hal ini dapat dilihat dari perolehan media coverage dari berbagai media yang menjadi
mitra kerja BII.
Dilihat dari rencana strategis khususnya media relations, Corporate
Communications BII telah berhasil menjalankan kebijakan-kebijakan yang menjadi
rencana strategisnya. Dari total 6 (enam) agenda kebijakan, seluruhnya dijalankan
dengan bijak menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta agenda keseluruhan
perusahaan. Misalnya seperti Journalist Training yang diselenggarakan dengan Media
Gathering secara bersamaan (combo). Ini merupakan sebuah langkah bijak dari
Corporate Communications mengingat selama observasinya, Penulis paham betul
mengenai padatnya pekerjaan dari media relations serta Corporate Communications
secara keseluruhan. Namun pada pelaksanaannya, aksi strategis media relations
dijalankan tidak sesuai dengan timeline yang telah ditetapkan pada rencana strategis
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yakni dalam pelaksanaannya, aksi
strategis media relations tetap harus menyesuaikan dengan kondisi perusahaan dan
pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan event terkait, misalnya apakah
pelaksanaannya tidak berbenturan dengan agenda penting perusahaan, atau apakah
perusahaan tengah melakukan aksi korporasi strategis maupun pertimbangan perwakilan
direksi yang sedianya hadir pada event dapat hadir atau tidak ataukah ada kepentingan
lainnya yang lebih besar untuk perusahaan.

60
Pada era globalisasi, tentunya dengan monitoring berbagai benchmark, media
relations harus membangun hubungan yang semakin baik dengan media nasional yang
dinilai mampu bersaing dalam skala global seperti Kompas, Jakarta Globe, The Jakarta
Post. Tentunya hal ini dapat mendukung image perusahaan terhadap masyarakat yang
sesuai dengan target market BII.