bab iii pemodelan perubahan penggunaan...

44
BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

Upload: lamdieu

Post on 01-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

BAB III PEMODELAN PERUBAHAN

PENGGUNAAN LAHAN

Page 2: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

31

BAB III

PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

Pemodelan perubahan penggunaan lahan dalam penelitian ini dilakukan

melalui serangkaian tahapan. Tahapan penelitian dilaksanakan mengikuti diagram

pada Gambar 3.1. Penjelasan rinci mengenai setiap tahap diuraikan di setiap sub bab.

Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Peta Perubahan PL 1981-2000 (Berubah & Tidak Berubah )

Overlay & Analisis

Peta-Peta Variabel Prediktor

Peta-Peta Variabel Prediktor Terpilih

Uji Korelasi & Independensi

Peta Probabilitas Perubahan PL

Analisis Hasil Pemodelan

Analisis Density & Distance)

Foto Udara 1981Peta RBI 1:25.000

Peta PL 1981- Lahan Terbangun - Bukan Lahan Terbangun

Peta PL 2000- Lahan Terbangun - Bukan Lahan Terbangun

Peta Lokasi - Jaringan Jalan - CBD, Perg. Tinggi

Koreksi Geometrik & Interpretasi

Sampling & Logistic Regression Analysis

Model Binary Logistic Regression

Validasi

Foto Udara 1981

Page 3: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

32

3.1. Penyusunan Peta Perubahan Penggunaan Lahan

Peta perubahan penggunaan lahan adalah peta yang menunjukkan distribusi

spasial dari lahan yang berubah dan yang tidak berubah penggunaannya. Elemen

dalam peta ini hanya terdiri dari dua kategori yaitu berubah dan tidak berubah. Peta

perubahan penggunaan lahan dalam penelitian disusun melalui beberapa tahapan.

Tahapan yang dimaksud adalah: penentuan klasifikasi penggunaan lahan yang diacu

berdasarkan studi literatur, koreksi geometrik foto udara, interpretasi penggunaan

lahan dari foto udara dan analisis perubahan penggunaan lahan. Tahapan penyusunan

peta perubahan penggunaan lahan ditunjukkan pada Gambar 3.1. Penjelasan dari

setiap tahapan diuraikan secara lebih rinci pada sub bab berikut ini.

3.1.1. Klasifikasi Penggunaan Lahan

Klasifikasi pada hakekatnya merupakan pengelompokan terhadap data

dengan tujuan agar data lebih mudah dipahami oleh penggunanya. Berdasarkan

pertimbangan atau asumsi tertentu, jenis-jenis penggunaan lahan dapat

dikelompokkan menjadi sejumlah kategori atau kelas. Pertimbangan dan asumsi

yang digunakan dalam menyusun klasifikasi penggunaan lahan , seperti halnya pada

data lain, seringkali tidak sama. Sebagai akibatnya, terdapat beberapa sistem

klasifikasi penggunaan lahan yang berbeda.

Di Indonesia, belum terdapat suatu sistem klasifikasi penggunaan lahan yang

baku yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun peta penggunan lahan.

Sistem klasifikasi yang ada disusun dan digunakan oleh sejumlah lembaga

pemerintah secara sektoral. Lembaga pemerintah yang dimaksud diantaranya,

BAKOSURTANAL, Departemen Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional.

Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini, sesuai

dengan tujuan dari penelitian, mengacu pada sistem klasifikasi level I dari

Anderson. Penggunaan lahan di daerah penelitian hanya dibedakan menjadi dua

kategori yaitu lahan terbangun dan bukan lahan terbangun. Lahan terbangun terdiri

dari penggunaan lahan yang secara umum berupa bangunan dan lahan disekitarnya

Page 4: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

33

yang menjadi bagian dari bangunan tersebut (Anderson, 1967). Lahan dengan

kategori bukan lahan terbangun terdiri dari lahan pertanian, hutan dan perairan.

Dasar klasifikasi penggunaan lahan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Klasifikasi Penggunaan Lahan

Kelas Penggunaan Lahan Dalam Penelitan

Kelas Penggunaan Lahan Level I Menurut Anderson

Lahan Terbangun Urban atau Built-up Land

Bukan Lahan Terbangun

1. Agriculture Land 2. Rangeland 3. Forest Land 4. Water 5. Wetland 6. Barren Land 7. Tundra 8. Perennial Snow

Sumber: Anderson (1976)

Penggunaan dua kategori penggunaan lahan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

penyederhanaan, sehingga penelitian dapat lebih terfokus pada pemodelan perubahan

(prediksi perubahan) penggunaan lahan .

3.1.2. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Foto Udara

Penyusunan peta perubahan lahan memerlukan peta penggunaan lahan multi

temporal dengan interval waktu tertentu. Sehubungan dengan tidak tersedianya data

tersebut di daerah penelitian, digunakan citra penginderaan jauh dan Peta Rupabumi

Indonesia skala 1: 25.000 sebagai alternatif sumber data. Citra penginderaan jauh

yang digunakan adalah foto udara tahun pemotretan 1981 dan 2000. Skala foto udara

tahun 1981 adalah 1: 30.000, sedangkan foto tahun 2000 mempunyai skala 1: 20.000.

Jumlah total foto udara yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 lembar.

Jumlah tersebut terdiri dari 8 lembar untuk foto tahun 1981 dan 22 lembar untuk foto

tahun 2000. Nomor foto udara yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada

Tabel 3.2.

Page 5: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

34

Tabel 3.2. Nomor Lembar Foto Udara Tahun 1981 dan Tahun 2000

Nomor Foto Udara

Tahun 1981 Skala 1: 30.000 Tahun 2000 Skala 1: 20.000

217B-14 217B-16 218B-04 218F-07 218F-11 220F-06 220F-08 220F-10

10B-15 10B-17 10B-18 11B-09 11B-12 11B-13 11B-14 11B-15 12B-02 12B-04 12C-03 12C-06 12C-07 13B-10 13B-11 13B-14 13B-15 13B-16 14B-07 14B-09 14B-11 14B-12

Data penggunaan lahan di peroleh dari foto udara melalui kegiatan

interpretasi. Elemen penggunaan lahan yang terdapat dalam Peta Rupabumi

Indonesia skala 1: 25.000, digunakan sebagai referensi dalam proses interpretasi.

Teknik interpretasi yang digunakan adalah interpretasi secara visual dikombinasikan

dengan teknik digitasi layar (on screen digitizing). Hasil interpretasi sekaligus

digitasi dengan menggunakan dua teknik tersebut adalah data spasial digital dalam

format vektor (Arcview shape file). Data spasial digital yang dimaksud adalah data

penggunaan lahan tahun 1981 dan data penggunaan lahan tahun 2000.

Teknik interpretasi secara visual yang digabungkan dengan teknik digitasi

layar, membutuhkan foto udara dalam format digital. Untuk memperolehnya, foto

udara format cetak (hardcopy) dikonversi terlebih dahulu melalui proses penyiaman

(scanning). Resolusi penyiaman dipilih yang tertinggi yang mampu dihasilkan dari

Page 6: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

35

scanner yang digunakan. Foto udara yang telah dalam format digital selanjutnya

digeoreferensi melalui proses koreksi geometrik menggunakan perangkat lunak

ENVI 4.2. Gambar 3.2 menunjukkan contoh foto udara sebelum dan sesudah

koreksi geometrik. Foto udara pada contoh tersebut adalah foto udara skala 1: 2000

tahun pemotretan 2000 dengan nomor lembar foto 11B-14.

Gambar 3.2. Foto Udara Tahun 2000 Nomor 11B-14 Sebelum Koreksi Geometrik (a) dan Sesudah Koreksi Geometrik (b)

Proses interpretasi foto udara sekaligus digitasi dilakukan dengan bantuan

perangkat lunak ArcView 3.3. Interpretasi dilakukan pada foto udara yang telah

digeoreferensi atau dikoreksi geometri. Foto udara yang telah dikoreksi ditampilkan

sebagai layer dan berlaku sebagai backdrop image. Delineasi batas penggunaan lahan

dilakukan di atas backdrop image, dan hasilnya disimpan sebagai layer data digital.

Gambar 3.3. mengilustrasikan proses interpretasi foto udara. Foto udara yang

digunakan dalam ilustrasi tersebut adalah foto udara tahun 2000 skala 1: 20.000,

nomor lembar foto 14B-11. Gambar bagian kiri menunjukkan foto udara yang

berlaku sebagai backdrop image. Garis berwarna kuning pada gambar bagian kanan

menunjukkan batas delineasi penggunaan lahan.

(a) (b)

Page 7: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

36

Gambar 3.3. Proses Interpretasi Foto Udara

Peta penggunaan lahan tahun 1981 dan tahun 2000 hasil interpretasi foto

udara ditunjukkan pada Gambar 3.4 dan 3.5. Distribusi spasial penggunaan lahan di

daerah penelitian pada tahun 1998 dan tahun 2000 dapat diamati secara visual pada

kedua peta. Penggunaan lahan pada peta tersebut dibedakan menjadi dua kategori

yaitu lahan terbangun dan bukan lahan terbangun. Lahan terbangun direpresentasikan

dengan warna merah, sedangkan bukan lahan terbangun direpresentasikan dengan

warna hijau.

Luas setiap kategori penggunaan lahan pada tahun 1981 dan tahun 2000

diperoleh dari analisis terhadap atribut data spasial. Ovelay antara peta penggunaan

lahan dan batas administrasi menghasilkan informasi luas penggunaan lahan per

wilayah kecamatan. Luas setiap kategori penggunaan lahan pada setiap kecamatan di

daerah penelitian pada tahun 1981 dan tahun 2000 ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Page 8: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

37

Gambar 3.4. PETA PENGGUNAAN LAHAN TAHUN 1981

Page 9: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

38

Gambar 3.5. PETA PENGGUNAAN LAHAN TAHUN 2000

Page 10: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

39

Tabel 3.3. Luas Penggunaan Lahan Tahun 1981 dan Tahun 2000 di Daerah Penelitian

Kecamatan

Luas Penggunanaan Lahan (Ha)

Tahun 1981 Tahun 2000 Total

LT BLT LT BLT Kecamatan

Mlati 1.094,15 1.784,79 1.233,65 1.645,29 2.878,94

Depok 1.496,23 1.917,26 1.810,19 1.603,30 3.413,49

Gamping 954,18 2.008,90 1.059,98 1.903,10 2.963,08

Kasihan 1.125,84 2.076,71 1.270,62 1.931,93 3.202,55

Banguntapan 850,98 1.971,13 950,39 1.871,72 2.822,11

Sewon 865,43 1.920,51 939,42 1.846,52 2.785,94

Total Daerah Penelitian 6.386,81 11.679,30 7.264,25 10.801,86 18.066,11

Sumber: Hasil Analisis

3.1.3. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Peta perubahan penggunaan lahan dalam penelitian ini diperoleh dengan

melakukan analisis terhadap peta penggunaan lahan tahun 1981 dan peta penggunaan

lahan tahun 200. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan teknik overlay

ataupun menggunakan query aljabar peta (map algebra). Cara pertama lazim

digunakan untuk data format vektor sedangkan cara kedua umumnya digunakan

untuk data format raster atau grid.

Format data digital yang digunakan dalam penelitian ini adalah grid (raster).

Data yang semula dalam format vektor (Arcview shape file) terlebih dahulu

dikonversi menjadi format grid. Konversi dilakukan menggunakan fasilitas yang

terdapat dalam perangkat lunak ArcView dengan tambahan ekstensi spatial analyst.

Konversi ini mengubah setiap elemen data vektor menjadi sel dengan ukuran

tertentu. Ukuran sel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 x 10 m.

Peta perubahan penggunaan lahan diperoleh dengan menerapkan operator

matematika “tidak sama dengan” pada peta penggunaan lahan tahun 1981 dan peta

penggunaan lahan tahun 2000. Operator matematika dituliskan dalam fasilitas map

calculator yang terdapat pada perangkat lunak ArcView 3.3. Penyusunan peta

perubahan penggunaan lahan dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Page 11: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

40

Peta Perubahan = [Peta PL1981] <> [Peta PL2000]

Berdasarkan persamaan di atas, map calculator akan mencari piksel pada peta

penggunaan lahan tahun 1981 yang nilainya tidak sama dengan nilai piksel pada

peta penggunaan lahan tahun 2000. Piksel yang memenuhi kriteria akan diberi nilai

1, sedangkan yang tidak memenuhi kriteria akan diberi nilai 0. Proses analisis

perubahan penggunaan lahan diilustrasikan pada Gambar 3.6, sedangkan hasil

analisis (eta perubahan penggunaan lahan 1981 – 2000) ditunjukkan pada Gambar

3.7.

Gambar 3.6. Ilustrasi Proses Analisis Perubahan Penggunaan Lahan (1981-2000)

Page 12: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

41

Gambar 3.7. PETA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 1981-2000

Page 13: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

42

3.2. Identifikasi dan Penyusunan Peta Variabel Perubahan Penggunaan Lahan

Asumsi yang melandasi model prediksi perubahan penggunaan adalah

adanya hubungan antara terjadinya perubahan dengan sejumlah faktor. Faktor yang

dimaksud dapat berupa kondisi atau sifat tertentu dari lahan yang lazim disebut

karakteristik lahan (Briassoulis, 2000, Almeida et al, 2002, dan Aguayo et al, 2007).

Karakterisik lahan dapat berupa karakteristik fisik (misal geologi, tanah, lereng,

jarak), maupun karakteristik sosial ekonomi dan demografi dari penduduk yang

berada pada lahan tersebut. Karakteristik lahan yang dipandang memiliki keterkaitan

dengan terjadinya perubahan dapat digunakan untuk menduga atau memprediksi

terjadinya perubahan di masa yang akan datang. Karakteristik lahan berlaku sebagai

prediktor,terjadinya perubahan penggunaan lahan berlaku sebagai respon.

Menggunakan matematika sebagai pendekatan, hubungan antara prediktor dan

respon dapat dimodelkan dalam bentuk persamaan matematis.

Variabel prediktor perubahan penggunaan lahan dalam penelitian ini

diidentifikasi melalui exploratory analysis yang mendasarkan pada dugaan awal (a

priori). Kombinasi studi literatur, pengetahuan lokal daerah yang dikaji (local

knowledge) dan logika berdasarkan pengalaman (empiris) digunakan sebagai dasar

untuk pemilihan beberapa variabel dari sejumlah besar variabel yang mungkin

digunakan. Pemilihan yang didasarkan pada dugaan awal, selanjutnya diuji dengan

menggunakan metode statistik tertentu untuk menentukan variabel yang sesuai

digunakan dalam pemodelan.

3.2.1. Peta Jarak

Peta jarak dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel prediktor yang

mewakili faktor aksesibilitas. Jarak yang digunakan sebagai variabel meliputi: jarak

terhadap jalan utama (arteri dan kolektor), jarak terhadap jalan lokal, jarak terhadap

perguruan tinggi, jarak terhadap pusat perekonomian, dan jarak terhadap lahan

terbangun (existing). Jarak suatu sel terhadap obyek (misal jalan) dihitung

Page 14: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

43

berdasarkan jarak lurus (euclidean distance). Jarak minimum suatu sel ke obyek

digunakan sebagai nilai dari sel tersebut.

Jarak euclidean secara formal didefinisikan sebagai panjang dari suatu garis

lurus yang menghubungkan dua obyek yang memiliki posisi geografis yang tetap

(Gatrell, 1983; dalam Moore, 2002) Menggunakan dua titik, (xi, yi) dan (xj, yj),

yang diambil dari sejumlah titik yang bereferensikan pada sistem koordinat kartesius

(Cartesian coordinates), jarak euclidean dapat dituliskan dengan formula sebagai

berikut:

dE(i,j) = √[(xi-xj)2 + (yi-yj)

2]

Selain jarak euclidean, terdapat beberapa tipe jarak lainnya dengan tingkat akurasi,

relatif terhadap jarak euclidean, yang berbeda. Tipe jarak yang dimaksud adalah

Manhattan, Chessboard, Hexagonal, Octagonal / Chamfer 3-4 dan Chamfer 5-7-11.

Gambar 3.8 berikut ini mengilustrasikan keenam tipe jarak tersebut.

Gambar 3.8. Enam Tipe Jarak: (a) Euclidean; (b) Manhattan; (c) Chessboard; (d) Hexagonal; (e) Octagonal / Chamfer 3-4 dan (f) Chamfer 5-7-11

a b c

d e f

Page 15: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

44

Peta jarak dalam penelitian ini diperoleh dari hasil analisis spasial

menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. Jarak terhadap obyek (jalan, bangunan

dan sebagainya) ditentukan menggunakan metode jarak euclidean dan hasilnya

disimpan sebagai data spasial berformat raster dengan ukuran sel 10 meter. Setiap sel

pada data raster hasil analisis, akan memiliki nilai berupa jarak (dalam satuan meter)

terhadap suatu obyek dengan kisaran 0 hingga nilai tertentu. Nilai 0 dimiliki oleh sel

yang berada pada obyek itu sendiri, sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh sel

yang berlokasi paling jauh dari obyek. Gambar 3.9 mengilustrasikan proses analisis

jarak. Jarak yang dianalisis dalam contoh tersebut adalah jarak terhadap jalan utama..

Gambar 3.9. Proses Analisis Jarak Terhadap Jalan Utama

Analisis jarak dilakukan terhadap 5 (lima) obyek yang berbeda. Obyek

tersebut adalah: jalan utama (arteri dan kolektor), jalan lokal, lahan terbangun, pusat

perekonomian dan perguruan tinggi. Hasil yang diperoleh dari analisis jarak adalah

adalah peta jarak terhadap setiap obyek. Sesuai dengan jumlah obyek yang dianalisis,

peta jarak yang dihasilkan berjumlah lima peta. Lima peta jarak hasil analisis

ditunjukkan pada Gambar 3.10 sampai dengan Gambar 3.11.

Page 16: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

45

Gambar 3.10. PETA JARAK TERHADAP JALAN UTAMA

Page 17: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

46

Gambar 3.11. PETA JARAK TERHADAP JALAN LOKAL

Page 18: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

47

Gambar 3.12. PETA JARAK TERHADAP LAHAN TERBANGUN

Page 19: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

48

Gambar 3.13. PETA JARAK TERHADAP LAHAN CBD

Page 20: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

49

Gambar 3.14. PETA JARAK TERHADAP LAHAN PERGURUAN TINGGI

Page 21: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

50

3.2.2. Peta Kepadatan

Variabel kepadatan yang digunakan dalam penelitian ini adlah kepadatan

jaringan jalan. Kepadatan jaringan jalan mencerminkan banyaknya jalan yang bisa

digunakan untuk menuju suatu lokasi. Semakin banyak jaringan jalan yang terdapat

pada suatu lokasi, semakin tinggi kepadatan jalan di lokasi tersebut, yang berarti

semakin banyak alternatif yang bisa digunakan untuk menuju lokasi yang dimaksud.

Kepadatan jaringan jalan dapat dianalogikan dengan kepadatan aliran (drainage

density) dalam kajian daerah aliran sungai (DAS).

Kepadatan jaringan jalan dihitung mengacu pada konsep atau prinsip

perhitungan kepadatan garis (line density). Gambar 3.15. mengilustrasikan konsep

atau prinsip perhitungan kepadatan garis. Suatu lingkaran dengan radius (jari-jari)

tertentu dari suatu sel digunakan sebagai basis perhitungan. Total panjang garis yang

berada dalam lingkaran (L1 dan L2 pada gambar) dihitung kemudian dibagi dengan

luas lingkaran, sehingga menghasilkan nilai kepadatan tertentu. Kepadatan

dinyatakan dengan satuan panjang per luas, misal meter per meter persegi (m/m2)

atau meter per kilometer persegi (m/km2). Secara matematis, perhitungan kepadatan

pada contoh gambar dapat dituliskan atau dinyatakan dengan formula:

Density = ((L1 * V1) + (L2 * V2)) / (area of circle)

Nilai V1 dan V2 pada formula di atas menunjukkan bobot yang diberikan pada

segmen garis L1 dan L2. Pemberian bobot dalam perhitungan kepadatan bersifat

opsional.

Gambar 3.15. Prinsip Perhitungan Kepadatan Garis (Line Density)

Page 22: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

51

Variabel kepadatan jaringan jalan dalam penelitian ini diperoleh dengan

menerapkan analisis kepadatan menggunakan algoritma circular moving window

atau disebut juga kernel density estimator (Schadt et al. 2002, Naves et al. 2003

dalam Aguayo et al, 2007). Analisis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak

ArcGIS 9.2. Hasil analisis berupa data spasial kepadatan jaringan jalan dalam format

raster dengan ukuran sel 10 meter.

Sel pada data raster hasil analisis akan memiliki nilai berupa kepadatan

jaringan jalan (dalam satuan m/m2) dengan kisaran 0 hingga nilai tertentu. Nilai

minimum atau 0 dimiliki oleh sel yang pada radius tertentu, tidak terdapat obyek

jalan. Nilai maksimum dimiliki oleh sel yang disekelilingnya banyak terdapat obyek

jalan. Gambar 3.16. mengilustrasikan proses analisis kepadatan jaringan jalan.

Gambar 3.16. Proses Analisis Kepadatan Jaringan Jalan

Peta kepadatan jaringan jalan di daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar

3.17. Kepadatan jaringan jalan direpresentasikan dengan gradasi tiga warna yaitu

merah, kuning dan hijau. Warna merah mewakili nilai minimum sedangkan warna

hijau mewakili nilai maksimum. Nilai kepadatan diantara minimum dan maksimum

ditunjukkan dengan warna kuning.

Page 23: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

52

Gambar 3.17. PETA KEPADATAN JARINGAN JALAN

Page 24: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

53

3.3. Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan kombinasi nilai

variabel prediktor dan variabel respon. Kombinasi nilai tersebut digunakan dalam

analisis untuk penyusunan model regresi logistik biner. Unit terkecil dari sampel

adalah piksel berukuran 10 x 10 m.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah stratified random

sampling. Strata (stratum) merupakan bagian (subset) dari populasi yang secara

umum dapat dibedakan karakteristiknya. Laki dan perempuan, pegawai dan bukan

pegawai merupakan dua contoh strata. Kategori perubahan lahan (berubah dan tidak

berubah) digunakan sebagai strata untuk memisahkan variabel respon. Sampel yang

diambil harus mewakili atau berasal dari dua kategori atau strata tersebut. Titik

sampel ditentukan secara acak pada setiap strata dan diusahakan terdistribusi secara

merata di seluruh daerah penelitian.

Gambar 3.18. Overlay Data Perubahan Penggunaan Lahan dengan Grid

Page 25: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

54

Penentuan titik sampel dilakukan dengan bantuan grid berukuran 100 m x

100 m. Grid dioverlay dengan data spasial perubahan penggunaan lahan. Gambar

3.18 mengilustrasikan overlay antara data spasial perubahan penggunaan lahan

dengan grid. Bagian (A) menunjukkan data perubahan penggunaan lahan di daerah

penelitian. Lahan dengan kategori berubah ditunjukkan dengan warna merah

sedangkan lahan dengan kategori tidak berubah ditunjukkan dengan warna abu-abu.

Bagian (B) adalah perbesaran dari bagian (A) pada lokasi yang dibatasi dengan kotak

berwarna biru. Bagian (C) menunjukkan hasil overlay antara data perubahan

penggunaan lahan dengan grid pada lokasi yang sama dengan bagian (B).

Gambar 3.19. Distribusi Spasial Lokasi Titik Sampel di Daerah Penelitian

Sampel diambil pada setiap kategori lahan dengan mempertimbangkan

distribusinya di daerah penelitian. Gambar 3.19 (A) menunjukkan distribusi lokasi

sampel di seluruh daerah penelitian. Bagian (B) merupakan perbesaran dari bagian

(A) pada area yang dibatasi kotak biru. Perbesaran dimaksudkan untuk memperjelas

gambar dari titik sampel yang dipilih. Pada gambar bagian (B), sampel terlihat

Page 26: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

55

berupa kotak kotak berwarna hijau. Kotak tersebut adalah grid berukuran 100 m x

100 m.

Jumlah total sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 32.000 piksel.

Jumlah tersebut mewakili dua kategori lahan dengan pembagian seimbang yaitu

16.000 piksel untuk lahan yang berubah dan 16.000 piksel untuk kategori lahan yang

tidak berubah. Nilai variabel prediktor dan variabel respon pada setiap lokasi sampel

diperoleh dengan cara overlay antara data spasial lokasi sampel, data spasial variabel

prediktor dan data spasial perubahan penggunaan lahan. Atribut data spasial hasil

overlay adalah tabel yang berisikan kombinasi nilai variabel respon dan variabel

prediktor pada setiap titik sampel, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kombinasi Variabel Respon dan Prediktor Pada Setiap Titik Sampel

Sampel Variabel * Ke: Ubah** Jr_Jalut Jr_Jalok Jr_Kamp Jr_Bang Jr_CBD Kpdt_Jl

1 1 2.046 36 5.964 0 5.654 8

2 1 2.038 41 5.955 0 5.648 8

3 1 2.030 36 5.947 0 5.642 8

4 1 2.022 28 5.939 0 5.636 9

5 1 2.013 22 5.931 0 5.630 9

...

... 31998 0 864 371 7.583 167 7.390 3

31999 0 873 373 7.587 170 7.386 3

32000 0 883 374 7.590 174 7.383 4

* Variabel :

Ubah : variabel kategori perubahan

Jr_Jalut : variabel jarak terhadap jalan utama

Jr_Jalok : variabel jarak terhadap jalan lokal

Jr_Bang : variabel jarak terhadap lahan terbangun (existing)

Jr_CBD : variabel jarak terhadap pusat perekonomian (CBD)

Jr_Kamp : variabel jarak terhadap perguruan tinggi (kampus)

Kpdt_Jl : variabel kepadatan jaringan jalan

** : variabel yang bersifat kategorikal dan hanya mempunyai dua nilai

0 mewakili kategori berubah, 1 mewakili kategori tidak berubah

Page 27: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

56

3.4. Pemilihan Variabel untuk Pemodelan

Faktor yang dipilih sebagai variabel dalam pemodelan, berdasarkan

pendugaan awal (a priori), belum tentu memberikan kontribusi yang signifikan

dalam model yang akan disusun. Model perubahan penggunaan lahan, yang akan

disusun dalam penelitian ini, menggunakan variabel respon yang bersifat dichotomus

atau biner berkaitan dengan terjadinya perubahan. Kategori yang mungkin bagi

variabel respon adalah berubah (dinotasikan dengan 1) dan tidak berubah

(dinotasikan dengan 0). Rata-rata (mean) nilai variabel prediktor harus berbeda

secara signifikan pada lokasi dimana terjadi perubahan dan pada lokasi dimana tidak

terjadi perbedaan. Perbedaan rata-rata nilai variabel prediktor pada dua kategori

variabel respon (berubah atau tidak berubah) diharapkan dapat menjelaskan

terjadinya perubahan melalui pemodelan yang akan disusun. Variabel prediktor yang

akan digunakan sebaiknya (preferably) tidak saling berkorelasi. Hal ini dimaksudkan

untuk menghindari bias (over fitting) pada hasil pemodelan.

3.4.1. Uji Beda (Mann Whitney U)

Perbedaan variabel prediktor pada dua kategori variabel respon diuji

menggunakan statistik non parametrik Mann Whitney U (disebut juga Mann-

Whitney-Wilcoxon (MWW), Wilcoxon rank-sum test, atau Wilcoxon-Mann-Whitney

test). Statistik non parametrik ini digunakan untuk menilai apakah dua sampel

pengamatan berasal dari distribusi yang sama atau berbeda. Hipotesis 0 dalam

statistik ini adalah: dua sampel berasal dari populasi tunggal sehingga distribusi

probabilitas keduanya adalah sama.

Uji beda dengan metode Mann-Whitney di dasarkan pada perhitungan nilai

statistik yang disebut dengan U. Nilai U untuk setiap variabel prediktor dihitung

pada dua kategori variabel respon. Kategori variabel respon disini adalah kategori

perubahan penggunaan lahan yang dibedakan menjadi dua yaitu: berubah dan tidak

berubah. Kategori berubah adalah lokasi dimana terjadi perubahan penggunaan lahan

sedangkan kategori tidak berubah adalah lokasi dimana tidak terjadi perubahan

Page 28: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

57

penggunaan lahan. Kategori berubah dapat disebut sebagai kategori1 sedangkan

kategori tidak berubah dapat dapat disebut sebagai kategori2.

Nilai U dihitung berdasarkan rangking dari nilai variabel prediktor pada dua

kategori. Nilai variabel prediktor pada dua kategori digabungkan, kemudian

diurutkan (dirangking) dengan urutan dari nilai yang paling kecil ke ke nilai yang

paling besar. Rangking kemudian dijumlah untuk setiap kategori sehingga diperoleh

jumlah rangking (sum of the ranks) dari variabel prediktor pada dua kategori variabel

respon. Nilai U untuk kategori1 (disebut dengan U1) dihitung dengan persamaan

berikut:

n1 (n1+1) U1 = R1 - (3.1) 2 dimana:

R1 : jumlah rangking variabel pada kategori1

n1 : jumlah sampel kategori1

Nilai U untuk kategori2 (disebut dengan U2) dihitung dengan cara yang sama seperti

perhitungan U1 dan dapat dituliskan dengan persamaan:

n2 (n2+1) U2 = R2 - (3.2) 2 Jumlah dari nilai U untuk dua kategori (U1 dan U2) sama dengan perkalian jumlah

sampel (n) dari kedua kategori (n1 dan n2). Jumlah nilai U dapat dituliskan dengan

persamaan:

U1 + U2 = n1n2 (3.3)

Jumlah nilai U (U1 + U2) merupakan nilai U maksimum yang dapat dicapai

pada satu kategori. Pada kondisi dimana U suatu kategori bernilai maksimum, maka

nilai U pada kategori lainnya akan bernilai 0. Nilai variabel prediktor pada dua

kategori variabel respon dikatakan berbeda apabila nilai U1 dan U2 berbeda secara

signifikan.

Page 29: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

58

Analisis statisitik metode Mann-Whitney, dalam penelitian ini, dilakukan

dengan bantuan perangkat lunak SPSS 15. Hasil analisis dengan perangkat lunak

tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk tabel dan terdiri dari dua buah tabel.

Tabel pertama berisikan nilai rangking (mean dan sum) setiap variabel pada dua

kategori, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.5. Tabel kedua berisikan nilai statistik U

(Mann-Whitney) dan W (Wilcoxon) untuk setiap variabel, termasuk estimasi nilai Z

dan signifikansinya, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.5. Representasi Rangking Setiap Variabel Pada Setiap Kategori Pada Hasil Analisis

Metode Mann_Whitney dengan SPSS 15

Variabel Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

Variabel a 1 n1 R1/n1 R1 2 n2 R2/n2 R2 total n1 + n2 Variabel b 1 n1 R1/n1 R1 2 n2 R2/n2 R2 total n1 + n2 Variabel c 1 n1 R1/n1 R1 2 n2 R2/n2 R2 total n1 + n2 Variabel d 1 n1 R1/n1 R1 2 n2 R2/n2 R2 total n1 + n2 Variabel e 1 n1 R1/n1 R1 2 n2 R2/n2 R2 total n1 + n2 Variabel f 1 n1 R1/n1 R1 2 n2 R2/n2 R2 total n1 + n2

Nilai rangking rata-rata (mean rank) dapat digunakan sebagai indikasi ada

tidaknya perbedaan nilai variabel prediktor pada dua kategori. Perbedaan nilai mean

rank yang relatif besar mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan nilai variabel

Page 30: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

59

kategori lahan yang berbeda (lahan yang berubah dan lahan yang tidak berubah).

Signifikansi perbedaan dapat dilihat pada nilai Asymp. Sig yang terdapat pada Tabel

3.6. Nilai variabel dikatakan berbeda secara signifikan apabila nilai Asymp. Sig

relatif kecil (<0,05).

Tabel 3.6. Representasi Nilai Statistik U dan W dan Signifikansinya Pada Hasil Analisis

Metode Mann_Whitney dengan SPSS 15

Nilai Statistik Varabel

a Variabel

b Variabel

c Variabel

d Variabel

e Variabel

f

Mann-Whitney U Ua Ub Uc Ud Ue Uf

Wilcoxon W Wa Wb Wc Wd We Wf

Z Za Zb Zc Zd Ze Zf

Asymp. Sig. (2-tailed) Sig.a Sig b Sig c Sig d Sig e Sig f

Hasil uji statistik metode Mann-Whitney dapat dilihat Bab IV

3.4.2. Uji Korelasi (Spearman rho)

Korelasi antar variabel prediktor diuji dengan analisis bivariate menggunakan

uji korelasi berjenjang (Spearman’s rank correlation) atau disebut juga dengan

Spearman rho. Analisis ini merupakan analisis statistik non parametrik. Nilai dari

variabel yang diuji korelasinya disusun dalam bentuk rangking. Koefisien korelasi

Spearman (r’) dihitung berdasarkan perbedaan rangking antar variabel dan dapat

ditulis dalam bentuk persamaan:

(3.4)

dimana:

d = perbedaan rangking dari setiap nilai variabel yang dianalisis

N = jumlah sampel

Page 31: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

60

Analisis korelasi dengan metode Spearman, dalam penelitian ini, dilakukan

dengan bantuan perangkat lunak SPSS 15. Hasil analisis direpresentasikan dalam

bentuk tabel seperti ditunjukkan pada Tabel 3.7. Pada tabel tersebut terdapat enam

variabel yang di analisis atau diuji korelasinya. Variabel-variabel yang di analisis

ditempatkan pada kolom dan baris. Koefisien korelasi ditempatkan pada setiap sel

yang merupakan pertemuan kolom dan baris. Sel diagonal selalu bernilai 1 karena

menunjukkan korelasi suatu variabel dengan variabel itu sendiri. Nilai koefisien

korelasi di atas sel diagonal merupakan cermin dari nilai koefisien di bawah sel

diagonal.

Tabel 3.7. Representasi Hasil Analisis Korelasi Metode Spearman dengan SPSS 15

Variabel a B c d e f

a 1 r’ab r’ac r’ad r’ae r’af

b r’ba 1 r’bc r’bd r’be r’bf

c r’ca r’cb 1 r’cd r’ce r’cf

d r’da r’db r’dc 1 r’de r’df

e r’ea r’eb r’ec r’ed 1 r’ef

f r’fa r’fb r’fc r’fd r’fe 1

Hasil analisis korelasi metode Spearman dapat dilihat pada Bab IV

Nilai koefisien korelasi Spearman berkisar antara -1 hingga 1. Tanda di

depan koefisien korelasi menunjukkan sifat hubungan. Tanda minus (-) menunjukkan

hubungan yang bersifat negatif (berkebalikan), sedangkan tanda plus (+)

menunjukkan hubungan yang bersifat positif. Besarnya nilai koefisien korelasi ( -

ataupun +) menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi. Tidak ada batasan yang

tegas berapa nilai koefisien korelasi yang digunakan sebagai dasar untuk memilih

variabel. Beberapa peneliti diantaranya (Aguayo, 2007; Almeida, 2002)

menggunakan nilai koefisien korelasi sebesar 0,65 sebagai batasan untuk memilih

variabel.

Page 32: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

61

3.5. Penyusunan Model Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan

Model prediksi perubahan penggunaan lahan dalam penelitian ini disusun

melalui dua tahapan utama. Tahap pertama adalah analisis regresi logistik biner

sedangkan tahap kedua adalah integrasi hasil analisis regresi logistik biner dengan

Sistem Informasi Geografi (SIG). Hasil yang diperoleh pada tahap pertama adalah

model prediksi dalam bentuk persamaan regresi logistik. Model prediksi ini bersifat a

spasial, karena hanya menghasilkan nilai probabilitas perubahan tanpa tahu

distribusinya secara keruangan (spasial). Hasil yang diperoleh pada tahap kedua

adalah model prediksi dalam bentuk peta probabilitas perubahan penggunaan lahan.

Sesuai dengan namanya, model prediksi ini bersifat spasial. Nilai probabilitas

perubahan dan distribusinya secara keruangan dapat ditunjukkan pada peta.

3.5.1. Analisis Regresi Logistik Biner

Analisis regresi logistik biner dilakukan dengan bantuan perangkat lunak

SPSS 15. Masukan dalam proses analisis ini adalah nilai-nilai variabel prediktor dan

variabel respon pada lokasi sampel. Metode analisis yang dipilih adalah forward

conditional, yaitu analisis secara bertahap. Perangkat lunak SPSS 15 akan

menghitung skor statistik setiap variabel prediktor. Variabel prediktor dengan skor

tertinggi akan diproses dalam analisis tahap pertama. Tahap kedua, analisis

dilakukan dengan menambahkan variabel yang skornya berada pada urutan kedua.

Analisis tahap kedua akan menghasilkan persamaan regresi dengan dua variabel

prediktor dan nilai konstanta. Proses diulang sampai seluruh variabel prediktor

digunakan dalam analisis untuk menghasilkan persamaan regresi.

Regresi logistik biner (binary logistic regression) bekerja dengan variabel

respon (dependent) yang bersifat biner atau dichotomy dan sejumlah variabel

prediktor yang berupa semua tipe data. Bentuk persamaan regresi logistik biner pada

hakekatnya adalah sama dengan persamaan regresi umum. Persamaan regresi umum

dapat dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3.... + βnXn (3.5)

Page 33: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

62

Pada persamaan regresi di atas, Y adalah variabel respon, α adalah konstanta regresi,

X1 adalah variabel prediktor ke 1, β1 adalah koefisien dari variabel X1, X1 adalah

variabel prediktor ke n dan βn adalah koefisien dari variabel Xn. Pada regresi logistik,

nilai Y yang digunakan adalah logit dari probabilitas (pi), sehingga persamaan regresi

logistik biner dituliskan sebagai berikut:

Logit (pi) = α + β1X1 + β2X2 + β3X3.... + βnXn (3.6)

Logit (pi) adalah logaritma normal (Ln) dari Odd, yaitu rasio antara pi dengan 1- pi.

Hubungan ini dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:

pi Logit (pi) = Ln (3.7) (1- pi)

Nilai konstanta dan koefisien regresi setiap variabel prediktor diperoleh

melalui analisis regresi logistik biner dengan bantuan perangkat lunak SPSS 15.

Perangkat lunak SPSS 15 menyusun tabel yang berisikan nilai konstanta dan

koefisien variabel seperti ditunjukkan pada Tabel 3.8. Nilai konstanta dan koefisien

regresi ditunjukkan pada kolom B sedangkan standard error dari nilai koefisien

ditunjukkan pada kolom SE. Kolom Wald merupakan rasio antara B dan SE yang

dikuadratkan. Kolom Sig menunjukkan signifikan tidaknya kontribusi variabel dalam

model. Kolom Exp (B) menunjukkan prediksi perubahan Odd dengan meningkatnya

nilai pada variabel prediktor.

Tabel 3.8. Perolehan Nilai Konstanta dan Koefisien Regresi Logistik dengan SPSS 15

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Jr_Jalut .0003 .000 107.924 1 .000 1.000

Jr_Jalok .0007 .000 104.282 1 .000 1.001

Jr_Kmps -.0002 .000 452.765 1 .000 1.000

Jr_Bang -.0200 .000 5742.398 1 .000 .980

Jr_CBD -.0002 .000 210.560 1 .000 1.000

Kpdt_Jl .3551 .009 1533.661 1 .000 1.426

Constant .8963 .106 71.803 1 .000 2.451

Sumber: Hasil Analisis

Page 34: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

63

Model regresi logistik biner yang dihasilkan dalam penelitian ini, berdasarkan Tabel

3.8, adalah persamaan regresi dengan enam variabel prediktor. Model tersebut dapat

dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:

Y = 0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6 (3.8)

dimana:

Y : logit perubahan

X1 : Jarak terhadap lahan terbangun (existing)

X2 : Kepadatan jaringan jalan

X3 : Jarak terhadap perguruan tinggi

X4 : jarak terhadap pusat perekonomian (CBD: central business district)

X5 : Jarak terhadap jalan utama

X6 : Jarak terhadap jalan lokal

3.5.2. Integrasi Model Regresi Logistik Biner dengan SIG

Integrasi model regresi logistik biner dengan SIG dimaksudkan untuk

menghasilkan prediksi perubahan penggunaan lahan yang bersifat spasial. Integrasi

dilakukan dengan mengaplikasikan konsep aljabar peta (map algebra). Variabel –

variabel prediktor yang berwujud data spasial (peta) disubstitusikan pada persaman

regresi logistik biner yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Substitusi ini akan

menghasilkan peta probabilitas perubahan penggunaan lahan.

Proses penyusunan peta probabilitas perubahan penggunaan lahan terdiri dari

empat tahapan. Tahapan tersebut merupakan penjabaran dari prinsip model regresi

logistik dalam menghasilkan nilai probabilitas. Berdasarkan hubungan antara

persamaan (3.5), persamaan (3.6) dan persamaan (3.7), model regresi logistik biner

yang dihasilkan dapat dituliskan menjadi:

pi Ln = 0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6 (3.9) (1-pi)

pi = Exp.(0,8963- 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6) (3.10) (1-pi)

Page 35: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

64

Exp.(0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6) pi = (3.11) 1 + Exp.(0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6) Peta variabel prediktor (X1 sampai dengan X6) pada persamaan regresi di atas

ditunjukkan pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20. Peta Variabel Prediktor Pada Model Regresi Logistik Biner

X1 X2

X3 X4

X5 X6

Page 36: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

65

Tahap pertama penyusunan peta probabilitas perubahan penggunaan lahan

adalah mensubstitusikan peta variabel prediktor ke persamaan (3.9). Substitusi

tersebut menghasilkan nilai logit (pi) dalam bentuk data spasial (Gambar 3.21).

Gambar 3.21. Data Spasial Nilai logit (pi)

Tahap kedua adalah implementasi persamaan (3.10). Implementasi persamaan (3.10)

akan menghasilkan nilai Odd perubahan dalam bentuk data spasial Gambar 3.22.

Gambar 3.22. Data Spasial Nilai Odd (pi /1- pi)

0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6

Exp. 0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6

Page 37: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

66

Tahap ketiga adalah menambahkan bilangan 1 pada nilai Odd. Tahap ini

menghasilkan data spasial Odd + 1 seperti ditunjukkan pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23. Data Spasial Nilai Odd +1

Tahap keempat atau terakhir adalah mengimplementasikan persamaan (3.11).

Tahap ini menghasilkan data spasial probabilitas perubahan penggunaan lahan

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.24 dan Gambar 3.25

Gambar 3.24. Data Spasial Probabilitas Perubahan Penggunaan Lahan

1 + Exp. 0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6

Exp. 0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6

1 + Exp. 0,8963 - 0,0200X1 + 0,3551X2 - 0,0002X3 - 0,0002X4 + 0,0003X5 + 0,0007X6

Page 38: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

67

Gambar 3.25. PETA PROBABILITAS PERUBAHAN

Page 39: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

68

3.6. Validasi Hasil Pemodelan

Validasi merupakan proses untuk mengetahui apakah hasil pemodelan dapat

merepresentasikan secara akurat fenomena sesungguhnya (real world) sesuai dengan

tujuan dari pemodelan itu sendiri. Tujuan dari pemodelan dalam penelitian ini adalah

menyusun prediksi spasial perubahan penggunaan lahan antara tahun 1981 sampai

dengan tahun 2000 di daerah pinggiran Kota Yogyakarta. Validasi terhadap model

yang disusun dapat dilakukan dengan membandingkan hasil prediksi perubahan

penggunaan lahan dengan perubahan aktual yang terjadi. Perbandingan hasil prediksi

dengan kondisi aktual disebut juga dengan uji ketelitian.

Prediksi perubahan penggunaan lahan hasil pemodelan dengan binary logistic

regression direpresentasikan dalam bentuk peta probabilitas perubahan penggunaan

lahan. Probabilitas adalah data kuantitatif yang bersifat kontinyu dengan rentang nilai

dari 0 sampai dengan 1. Perubahan penggunaan lahan aktual, di sisi lain, adalah data

kategorikal yang mempunyai dua nilai yaitu 0 (tidak berubah) dan 1 (berubah).

Probabilitas perubahan perlu dikonversi atau diklasifikasikan menjadi kategori

perubahan agar hasil pemodelan dapat dibandingkan dengan kondisi aktual. Konversi

dilakukan menggunakan nilai tertentu sebagai batas (cut value atau treshhold).

Gambar 3.26 mengilustrasikan proses konversi nilai probabilitas menjadi prediksi

kategori perubahan menggunakan cut value atau treshhold sebesar 0,5.

Gambar 3.26. Konversi Probabilitas Perubahan Penggunaan Lahan Menjadi Kategori Perubahan Penggunaan Lahan

Page 40: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

69

3.6.1. Analisis ROC (Relative Operating Characteristic)

Probabilitas perubahan penggunaan lahan dikonversi menjadi prediksi

kategori perubahan penggunaan lahan berdasarkan nilai cut value atau treshhold.

Nilai treshhold yang digunakan dalam konversi atau klasifikasi menentukan

ketelitian prediksi perubahan penggunaan lahan yang dihasilkan. Penentuan nilai

threshhold yang menghasilkan prediksi dengan ketelitian tertinggi didasarkan pada

analisis ROC (Relative Operating Characteristic).

Analisis ROC didasarkan pada kombinasi nilai probabilitas perubahan

dengan nilai perubahan aktual. Kombinasi nilai tersebut diperoleh melalui proses

overlay antara peta probabilitas perubahan dengan peta perubahan aktual. Kombinasi

nilai terdapat pada attribut data spasial hasil overlay. Proses perolehan kombinasi

nilai probabilitas perubahan penggunaan lahan dan kategori perubahan penggunaan

lahan aktual diilustrasikan pada Gambar 3.27. Hasil yang diperoleh dari proses

tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 3.27. Proses Perolehan Kombinasi Nilai Probabilitas dan Perubahan Aktual

Page 41: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

70

Analisis ROC dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 15. Hasil

analisis yang diperoleh adalah kurva ROC dan titik-titik koordinat penyusun kurva

tersebut. Kurva ROC menghubungkan nilai yang disebut dengan sensitivity dan nilai

yang disebut dengan 1-specifity. Nilai sensitivity dan nilai 1-specificity dalam analisis

ROC merepresentasikan prosentase ketelitian aktual (actual agreement) antara hasil

prediksi dengan kondisi aktual. Titik-titik koordinat kurva ROC berisikan nilai

sensitivity dan nilai 1- specificity pada berbagai cut value atau treshhold. Titik

koordinat kurva hasil analisis ROC dapat dilihat pada Lampiran 2.

Nilai sensitivity dan nilai 1- specificity pada setiap treshhold dapat digunakan

untuk mengestimasi actual agreement dan chance agreement pada treshhold

tersebut. Hasil estimasi actual agreement dan chance agreement selanjutnya

digunakan untuk estimasi nilai koefisien statistik Kappa. Estimasi koefisien statistik

Kappa digunakan sebagai dasar untuk menentukan tresshold dalam proses konversi

peta probabilitas menjadi peta prediksi. Cara perhitungan dan estimasi nilai Kappa

pada setiap treshhold dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai Kappa tertinggi

diestimasikan dapat tercapai dengan menggunakan treshhold probabilitas 0,95.

3.6.2. Koefisien Statistik Kappa ()

Koefisien statistik Cohen’s Kappa ( ), atau sering disebut dengan Kappa

saja, dihitung berdasarkan tabulasi silang (cross tabulation) antara peta prediksi

perubahan dengan peta perubahan aktual. Peta probabilitas perubahan dikonversi

menjadi peta prediksi perubahan menggunakan treshhold hasil analisis ROC yaitu

0,95. Konversi dengan nilai tersebut akan mengklasifikasikan piksel dengan nilai

probabilitas kurang dari 0,95 menjadi kategori tidak berubah (0), sedangkan piksel

dengan nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,95 diklasifikasikan menjadi

kategori berubah (1). Tabulasi silang diperoleh dengan cara overlay antara peta

prediksi perubahan penggunaan lahan dengan peta perubahan penggunaan aktual.

Proses tabulasi silang antara peta prediksi perubahan penggunaan lahan dengan

perubahan aktual diilustrasikan pada Gambar 3.29.

Page 42: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

71

Gambar 3.28. PETA PREDIKSI PERUBAHAN

Page 43: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

72

Gambar 3.29. Proses Tabulasi Silang Peta Prediksi Perubahan dan Peta Perubahan Aktual

Hasil tabulasi silang adalah tabel atau matriks yang berisi dua data yang diuji

atau dibandingkan. Tabel ini disebut juga dengan matriks kesalahan atau error

matrix (Congalton dan Green, 1999). Menggunakan notasi matematis, error matrix

dapat direpresentasikan dengan nilai-nilai seperti ditunjukkan pada Gambar 3.28.

Kondisi Aktual

1 2 k

Has

il P

red

iksi

1 n11 n12 n1k n1+

2 n21 n22 n2k n2+

k nk1 nk2 nkk nk+

n+1 n+2 n+k n

Gambar 3.30. Representasi Error Matrix secara Matematis

Nilai ketelitian hasil pemodelan (P0) diperoleh dengan menjumlahkan nilai-

nilai sel diagonal pada Gambar 3.30 (nii) kemudian membaginya dengan jumlah total

(n). Nilai ketelitian dihitung menggunakan persamaan (3.12)

Page 44: BAB III PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHANdigilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-bowosusilo-31632-4... · Proses Interpretasi Foto Udara Peta penggunaan lahan tahun 1981

73

(3.12)

Nilai P0 disebut dengan juga dengan actual agreement atau observed agreement atau

overall accuracy. Selain nilai P0, juga dihitung nilai Pc yang disebut sebagai

expected agreement atau chance agreement. Nilai Pc dihitung dengan menggunakan

persamaan (3.13).

(3.13)

Koefisien statistik Kappa dihitung berdasarkan nilai P0 dan nilai Pc dengan

menggunakan persamaan (3.14)

(3.14)

Hasil analisis tabulasi silang antara peta prediksi perubahan penggunaan dan

perubahan penggunaan lahan aktual ditunjukkan pada Tabel 3.9. Peta prediksi

perubahan penggunaan lahan disusun menggunakan treshhold atau cut value sebesar

0,95. Berdasarkan data pada Tabel 3.9 tersebut, ketelitian aktual atau actual

agreement (Po) dari peta prediksi adalah 88,1%, chance agreement 83,7% dan

koefisien statistik Kappa ( )sebesar 0,269.

Tabel 3.9. Tabulasi Prediksi Perubahan dengan Treshhold 0.95 dan Perubahan Aktual

Prediksi Aktual

Total Prediksi 1 2

1 34.740 83.285 118.025

2 55.855 994.050 1.049.905

Total Aktual 90.595 1.077.335 1.167.930

Sumber: Hasil Analisis

κ :

Po – Pc 1 - Pc

Po =

Pc =

k nii i = 1 ----------- n

k ni+ n+i i = 1 ----------- n