bab iii panji

10
BAB III PROBLEM SOLVING 1.1. Anamnesa Seorang laki-laki berusia 52 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta datang ke RS Akademik UB mengeluhkan sulit untuk mengunyah karena banyak gigi- giginya yang dicabut akibat gigi goyang dan keropos, selain itu pasien merasa malu dan sulit untuk tersenyum. Pasien mengatakan bawah gigi depannya yang berlubang, sering ditambal berkali-kali tetapi selalu lepas. Pasien ingin dibuatkan gigi palsu. Saat ini pasien masih menggunakan gigi palsu sebagian RA yang dibuat di tukang gigi ±4 tahun yang lalu tetapi beberapa gigi sampingnya dicabut karena berlubang sehingga gigi palsunya kurang nyaman digunakan. Pencabutan terakhir pada gigi belakang pasien ±1,5 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit hipertensi dan rutin mengkonsumsi obat bisoprolol dan amlodipine, dengan tekanan darah rata-rata 140/80 mmHg. Pasien juga mengeluhkan rasa terbakar, panas dan nyeri pada area gigi tiruan tersebut.

Upload: yosu-obok-hermanlie

Post on 08-Dec-2015

256 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

panjiiiiiii milenium wakokwaokwa

TRANSCRIPT

BAB III

PROBLEM SOLVING

1.1. Anamnesa

Seorang laki-laki berusia 52 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan

wiraswasta datang ke RS Akademik UB mengeluhkan sulit untuk mengunyah karena

banyak gigi-giginya yang dicabut akibat gigi goyang dan keropos, selain itu pasien

merasa malu dan sulit untuk tersenyum. Pasien mengatakan bawah gigi depannya yang

berlubang, sering ditambal berkali-kali tetapi selalu lepas. Pasien ingin dibuatkan gigi

palsu. Saat ini pasien masih menggunakan gigi palsu sebagian RA yang dibuat di

tukang gigi ±4 tahun yang lalu tetapi beberapa gigi sampingnya dicabut karena

berlubang sehingga gigi palsunya kurang nyaman digunakan. Pencabutan terakhir pada

gigi belakang pasien ±1,5 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa memiliki riwayat

penyakit hipertensi dan rutin mengkonsumsi obat bisoprolol dan amlodipine, dengan

tekanan darah rata-rata 140/80 mmHg. Pasien juga mengeluhkan rasa terbakar, panas

dan nyeri pada area gigi tiruan tersebut.

1.2. Pemeriksaan Klinis

1. Edentulous pada gig 11, 12, 17, 18, 25, 26, 27, 38, 45, 46, 48

2. Karies media pada gigi 21 sisi proksimal

3. Tumpatan amalgam pada gigi 16

4. Gigi 16 ekstrusi

5. Kalkulus pada gigi 31,32,33,34,41,42,43,44

6. Rasa terbakar, panas, nyeri pada area gigi tiruan

7. Torus palatinus

8. Konsistensi saliva encer, volume normal

9. Vestibulum dangkal pada regio posterior kanan

10. Mukosa palatum eritema sedikit hiperplasi

1.3. Pemeriksaan Radiologis

- Terdapat gambaran radiolusen berupa resorbsi tulang alveolar pada daerah maksila.

1.4. Diagnosa Klinis

- Edentulous

- Nekrosis pulpa

- Periodontitis kronis

- Gingivitis kronis marginalis

- Pulpitis reversible

- Denture stomatitis

1.5. Rencana Perawatan

- Marsupialisasi

1) Definisi

Marsupialisasiadalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam

pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista

dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista yang

diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukkosa

dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intrakista dan

membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat

digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal dan

selanjutnya dilakukan tahap enukleasi.

2) Indikasi

Faktor-faktor ini harus diperhatikan sebelum memutuskan perawatan

marsupialisasi :

a) Jumlah kerusakan jaringan jika letak kista berdekatan dengan struktur

anatomis yang vital, perawatan dengan enukleasi akan mengakibatkan

kerusakan jaringan yang tidak perlu. Sebagai contoh, jika enukleasi akan

menyebabkan fistula pada sekitar rongga hidung atau dapat menyebabkan

kerusakan jaringan saraf (saraf alveolar inferior), serta dpat menyebabkan

devitalisasi dari gigi yang vital.; maka marsupialisasi diperlukan.

b) Akses pembedahan jika akses pembedahan sulit dicapai, maka biasanya

bagian dari dinding kista akan tertinggal, menyebabkan rekurensi. Karena hal

itu, marsupialisasi dapat dipertimbangkan

c) Membantu erupsi gigi jika gigi yang belum bererupsi terlibat dengan kista

(dentigerous cyst) dan gigi tersebut dibutuhkan untuk kestabilan lengkung

dental, maka marsupialisasi dapat membanu akses erusi gigi tersebut

d) Besar/tidaknya tindakan bedah jika pasien kista memiliki penyakit sistemik

atau tingkat stress yang tinggi, dapat dipilih marsupialisasi, karena caranya

mudah dan tidak menimbulkan stress yang besar

e) Ukuran kista pada ukuran kista yang sangat besar, enukleasi dapat

menyebabkan resiko patahnya tulang rahang. Maka itu dapat dipilihkan

marsupialisasi dan dilakukan enukleasi setelah adanya pengisian kembali oleh

tulang gigi

f) Kerugian dari marsupialisasi adalah kemungkinan tertinggalnya jaringan yang

patologis, tanpa adanya pemeriksaan histopatologi. Walaupun setelah

pengeluaran isi kista dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi, tetapi lesi

yang lebih agresif dapat tertinggal pada jaringan kista yang tersisa. Selain itu

pasie n juga harus memperhatikan kebersihan rongga kista, karena biasanya

debri makanan terperangkap disana. Untuk itu, pasien harus rutin mengirigasi

kavitas kista bebrapa kali dalam sehari, sampai bebrapa bulan selanjutnya,

tergantung pada besarnya ukuran kista dan laju pengisian tulang.

- Pencabutan gigi penyebab

1.6. Tahapan Perawatan

o Antibiotik profilaksis sistemik tidak diindikasikan untuk pasien yang sehat.

o o Anastesi, kemudian dilakukan aspirasi. Bila aspirasi membantu

diagnosis sementara kista, prosedur marsupialisasi dapat dilakukan.

o Insisi inisial biasanya sirkular atau eliptik dan menciptakan window yang

besar (1 cm atau lebih) pada kavitas kista.

o Bila tulang telah terekspansi dan menjadi tipis karena kista, insisi pertama kali

dilakukan dari tulang menuju kavitas kista. Pada kasus ini, isi jaringan

window dilakukan pemeriksaan patologis.

o Bila sisa tulang masih tebal, osseous window dihilangkan dengan burs atau

rongeur.

o Insisi kista dilakukan untuk membuang lapisan window lalu dilakukan

pemeriksaan patologis.

o Isi kista dibuang dan bila mungkin dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan

jaringan kista yang tersisa.

o Irigasi kista dilakukan untuk membuang sisa fragmen dari debris.

o Area ulserasi atau ketebalan dinding kista harus diperhatikan drg untuk

mencegah kemungkinan adanya perubahan displasia atau neoplasma pada

dinding kista.

o Bila ada ketebalan yang cukup dari dinding kista dan jika ada akses, perimeter

dinding kista sekitar window dapat disuture pada mukosa mulut.

o Kavitas harus dipacked dengan gauze yang telah dioleskan benzoin atau salep

antibiotik.

o Setelah terjadi initial healing (biasanya 1 minggu), lakukan pencetakan pada

rongga mulut untuk membuat obturator dari akrilik. Tujuan penggunaan

obturator ini ialah untuk mencegah masuknya makanan ke dalam kavitas.

Obturator ini dilepas saat tidur untuk mencegah agar tidak tertelan. Obturator

ini harus dikurangi ukurannya seiring dengan terisinya kavitas oleh tulang.

o Ketika dilakukan marsupialisasi kista pada maksila, drg memiliki 2 pilihan.

o Pertama, kista dapat dibedah (akses dari) rongga mulut atau melalui sinus

maksila atau sinus nasalis. Bila sebagian besar maksila telah terserang kista

dan telah terkena antrum rongga nasalis, kista dapat menyerang aspek fasial

alveolus.

o Ketika window pada dinding kista telah dibuat, pembukaan kedua dapat

dilakukan pada antrum maksila atau rongga hidung yang berdekatan.

Pembukaan mulut kemudian ditutup untuk penyembuhan. Lapisan kista harus

kontinu dengan lapisan antrum atau rongga hidung.

o Marsupialisasi jarang digunakan sebagai bentuk tunggal perawatan kista.

o Biasanya diikuti dengan enukleasi. Pada kasus kista dentigerous, mungkin

tidak terdapat sisa kista yang dibuang ketika gigi bererupsi ke lengkung

rahang.

o Bila bedah lanjut kontraindikasi karena masalah medis lainnya, marsupialisasi

dapat dilakukan tanpa enukleasi selanjutnya. Kavitas harus dijaga

kebersihannya.

o Manfaat marsupialisasi pada large dental cyst:

Kontur jaringan oral dapat dipelihara secara utuh.

Gigi yang terlihat pada radiograf kelihatannya terlibat dalam kista bisanya

vital & gigi ini tidak dicabut (dapat dipertahankan.

Anesthesia yang disebabkan karena surgical trauma terhadap nerve yang

besar dapat dieliminasi.

Jarang terjadi perdarahan karena pembuluh darah yang besar jarang

mengalami gangguan yang disebabkan oleh metode manipulatif.

Bahaya fraktur surgical pada mandibula pada kista yang besar dapat

dihindari.

Kemungkinan terjadinya oral fistula pada sinus maksilaris / kavitas nasal karena enukleasi dapat dihindari.