bab iii pancasila sebagai ilmu filsafat

22
BAB III PANCASILA SEBAGAI ILMU FILSAFAT A. PENGERTIAN SISTEM Sistem adalah bekerjanya masing-masing unsur atau elemen yang satu sama lain saling terkait dan saling tergantung untuk menuju tujuan tertentu. Misal sepeda merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang satu dengan yang lain. Pancasila sebagai suatu sistem mengandung unsur yang berbeda, hal ini dapat kita lihat dalam sila-sila pancasila yang memiliki ragam makna yang berbeda, namun sistem dalam pancasila mempunyai satu kesatuan yang utuh dan bulat. Sila-sila dalam pancasila saling berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya pancasila sebagai dasar Negara mempunyai fungsi sebagai pedoman berbangsa dan bernegara juga sebagai moral bangsa Indonesia dalam membentuk suatu Negara. Pancasila sudah diatur sedemikian rupa sehingga membentuk suatu susunan yang teratur dan tidak bisa di bolak balik. Dalam sila pancasila memiliki suatu makna yang beruntun artinya, sila pertama lebih luas maknanya daripada sila yang dibawahnya. B. PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat memiliki pengertian yang sangat luas, setiap orang bebas memaknai arti filsafat dari semua aspek, sehingga filsafat mempunyai definisi yang berbeda-beda, hal ini di sebabkan setiap ahli memaknai filsafat dari pendekatan yang berbeda. Filsafat mempelajari berbagai hal yang ada di dunia ini baik yang abstrak maupun yang konkrit, seperti manusia, 1

Upload: azami-muhammad

Post on 04-Jul-2015

809 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

BAB III PANCASILA SEBAGAI ILMU FILSAFAT

A. PENGERTIAN SISTEM

Sistem adalah bekerjanya masing-masing unsur atau elemen yang satu sama lain saling terkait dan saling tergantung untuk menuju tujuan tertentu. Misal sepeda merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang satu dengan yang lain.

Pancasila sebagai suatu sistem mengandung unsur yang berbeda, hal ini dapat kita lihat dalam sila-sila pancasila yang memiliki ragam makna yang berbeda, namun sistem dalam pancasila mempunyai satu kesatuan yang utuh dan bulat. Sila-sila dalam pancasila saling berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya pancasila sebagai dasar Negara mempunyai fungsi sebagai pedoman berbangsa dan bernegara juga sebagai moral bangsa Indonesia dalam membentuk suatu Negara.

Pancasila sudah diatur sedemikian rupa sehingga membentuk suatu susunan yang teratur dan tidak bisa di bolak balik. Dalam sila pancasila memiliki suatu makna yang beruntun artinya, sila pertama lebih luas maknanya daripada sila yang dibawahnya.

B. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat memiliki pengertian yang sangat luas, setiap orang bebas memaknai arti filsafat dari semua aspek, sehingga filsafat mempunyai definisi yang berbeda-beda, hal ini di sebabkan setiap ahli memaknai filsafat dari pendekatan yang berbeda.

Filsafat mempelajari berbagai hal yang ada di dunia ini baik yang abstrak maupun yang konkrit, seperti manusia, alam dan sebagainya. Secara etimologi, kata filsafat dari bahasa yunani yaitu philos = cinta, dan Sophia = kebenaran, jika di gabung menjadi philosophia (yunani) yang artinya cinta pada kebenaran. Istilah ini awanya lahir di yunani dengan muculnya para filosof dari Negara tersebut seperti: Thales (625-545 SM) yang beranggapan bahwa terjadinya alam semesta ini dari “air”. Sedangkan Anaximender (610-540) mengemukakan bahwa “sesuatu tertentu” yang menyebabkan terjadinya alam semesta, lain halnya dengan Phitagoras bahwa terjadinya alam semesta ini dari “angka”. Kebanyakan para filosof tersebut mengemukakan teorinya berdasarkan pendekatan yang berbeda sehingga hasilnya berbeda. Bila kita menelusuri beberapa pendapat dari para filosof, maka akan kita temukan berbagai ungkapan fenomena alam menurut hasil pemikiran mereka sesuai dengan pendekatan masing-masing, seperti halnya: - Plato (427-384) yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meneliti kebenaran yang asli. - Aristoteles (382-322 SM) berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, etika dan yang lainnya. - Al farabi (870-950 M)

1

Page 2: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta hakekat wujud yang sebenarnya. - Descrates (1590-1650) mengatakan bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan yang menyelidiki tentang tuhan, alam, manusia yang menjadi obyek penelitiannya.

Mengapa filsafat di sebut sebagai ilmupengetahuan? Menurut R.Poedjawijatna, dalam bukunya “tahu dan pengetahuan” cirri-ciri ilmu pengetahuan harus memenuhi 4 syarat yaitu: harus ada obyek, ada metode, bersifat sistematis dan bersifat universal.

Ilmu pengetahuan harus mempunyai obyek yang akan menjadi dasar dari penyelidikan, baik berupa obyek material maupun obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, yaitu obyek yang Nampak dan konkrit, sedangkan obyek formal adalah cara memandang atau meninjau sesuatu hal dan obyek ini sifatnya abstrak dan universal. Contohnya bila kita meneliti manusia melalui kedua obyek tersebut, kalau obyeknya material maka akan menghasilkan ilmu pengetahuan biologi, kedokteran dsb; sedangkan kalau obyeknya formal maka akan menghasilkan ilmu pengetahuan psikologi, agama/keyakinan dsb.

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan sehingga ilmu filsafat berkembang menjadi macam-macam ilmu pengetahuan secara khusus. Filsafat yang menggunakan obyek formal akan mencari pengetahuan secara mendalam tentang sebab dan hakikatnya permasalahan sampai memperoleh jawaban yang sejelas-jelasnya.

Dalam filsafat dikenal dengan berbagai metode, yaitu metode tesis, kritis anti tesis, sintesis, dialektis, fenomenologis, intuitif dan sebagainya, metode tersebut digunakan dengan disesuaikan dengan obyek pendekatan yang akan diteliti, sehingga kebenaran filsafat tadi bersifat menyeluruh atau universal.

Ilmu pengetahuan harus bersifat sistematis. Susunan yang runtut dan harmonis dari penyelidikan filsafat merupakan sesuatu yang sistematis.

Ilmu pengetahuan mempunyai bobot ilmiah apabila mempunyai nlai manfaat pada kehidupan manusia pada umumnya dan bersifat menyeluruh atau universal.

C. MAKNA SISTEM FILSAFAT

Sistem filsafat adalah pengetahuan filsafat yang bulat menyeluruh dan mendasar tentang berbagai persoalan kehidupan manusia. Setidak-tidaknya sistem filsafat mengajarkan tentang hakekat realitas, filsafat hidup, tata nilai. Sistem filsafat harus memenuhi kriteria: Koheren, yaitu bagian dari unsur-unsur filsafat yang saling terkait antara

unsur yang satu dengan yang lain, saling tergantung dan saling melengkapi, sehingga akan membangun keutuhan yang mendalam. Berfikir koheren berarti berfikir logis, konseptual yang masing-masing unsurnya saling terkait.

Kompreensif/menyeluruh, yaitu berfikir secara keseluruhan, mendalam sampai keakar-akarnya. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, sebab jangkauan filsafat membahas secara keseluruhan dalam sistem penyelidikannya.

2

Page 3: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

Mendasar/radikal, yaitu sistem filsafat dalam menyelidiki sesuatu harus mendasar sampai ke akarnya. Berfikir sampai pada sesuatu yang hakikat atau esensi atau sampai pada nilai substansinya.

Sistematik, suatu sistem filsafat harus bersifat sistematis tata urutannya runtut dan tidak saling bertentangan satu dengan yang lain.

Konseptual, yaitu merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal dari proses-proses individual, berfikir filsafat tidak berfikir manusia tertentu, namun berfikir manusia pada umumnya. Konseptual disini berarti melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.

Bertanggungjawab, suatu pemikiran filsafat merupakan konklusi pemikiran yang bertanggung jawab, artinya tanggung jawab terhadap diri sendiri, juga bertanggung jawab pada orang lain dan harus dapat di sebarluaskan pada semua orang.

1. Pendekatan Aspek ontologisSecara etimologis kata ontologis berasal dari kata Onto yang berarti sesuatu yang

sungguh-sungguh ada, sedangkan logos berarti studi mengenai sesuatu atau ilmu, jadi ontologi berarti ilmu mengenai sesuatu yang ada dan bentuknya paling abstrak. Obyek formal ontologi adalah memberikan dasar-dasar yang paling umum bagi semua masalah yang menyangkut tuhan, manusia, alam mengenai keberadaannya, kebersamaan, kebebasan, jiwa, raga dan sebagainya.

Menurut Prof. Notonagoro, asal mula atau proses terjadinya pancasila telah memenuhi 4 sebab (kausalitas) yang di ambil dari teori Aristoteles yaitu:

a. Causa material (asal mula bahan/materi) pancasila dirumuskan sebagai asas kehidupan bernegara, yang unsur-unsurnya sudah ada sejak dahulu yang berupa adat istiadat, budaya dan agama yang ada di wilayah nusantara.

b. Causa formalis (asal mula bentuk) asal mula pancasila dirumuskan oleh bung Karno dan bung Hatta bersama-sama dengan anggota BPUPKI dirumuskan sebagai dasar Negara.

c. Causa efisien (asal mula karya) sejak awal di rumuskannya pancasila yang di bahas dalamBPUPKI pertama hingga keputusan final merupakan asal mula karya.

d. Causa finalis (asal mula tujuan) yaitu asal mula di rumuskannya pancasila oleh panitia Sembilan dalam menyusun piagam Jakarta termasuk dalam pembukaan UUD 1945. pancasila di susun memiliki tujuan bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai dasar Negara.

Hal tersebu di atas menjelaskan bahwa pancasila ditinjau dari ontologis atau keberadaannya mengandung makna yang dapat di uraikan berdasarkan filsafat ontologis. Dalam pancasila mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai Causa prima (sebab pertama) dari segala sesuatu yang esa yang maha sempurna dan merupakan zat yang mutlak. Mengakui adanya sesuatu yang trasendental yang mutlak, sebagai yang menciptakan alam semesta ini adalah Tuhan Yang Maha Esa.

3

Page 4: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

Keberadaan manusia sebagai makhluk yang memiliki susunan yang monopluralis (majemuk tunggal), jiwa dan raga, rohani maupun jasmani, individual dan social yang berkedudukan sebagai makhluk ciptaan tuhan.

2. Pendekatan Aspek EpistemologisSecara etimologi dari kata Yunani “Episteme”= pengetahuan atau kebenaran dan

“logos”= ilmu, jadi Epistemologis adalah ilmu pengetahuan yang benar. Aspek epistemologi dalam pancasila sebagai ilmu pengetahuan telah memenuhi persyaratan atau ciri-ciri sebagai ilmu pengetahuan tersebut. Dengan demikian pancasila yang memenuhi syarat ilmu pengetahuan dapat di pertanggungjawabkan karna memiliki kriteria tersebut.

3. Pendekatan Aspek AxiologisSecara etimologis Axiologis berasal dari kata axios = nilai, logos = ilmu atau teori,

jadi axiologis membahas tentang filsafat dari segi nilai yang bersumber dari keluhuran dan keutamaan hidup manusia, sehingga akan selalu berkaitan dengan hakekat fungsi sumber-sumber kemampuan kejiwaan.

Masalah aksiologi muncul dalam berbagai kehidupan dalam aspek etis, aestetis maupun religius. Hal ini sangat berkaitan dengan aspek obyektif dan subyektif bagaimana memperoleh nilai wujud dan wujud nilai. Berbagai kriteria tentang nilai banyak di ungkapkan oleh para ahli, secara garis besar bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, baik dan indah. Mempunyai nilai artinya mempunyai kualitas yang menyebabkan seseorang mengakuinya dan menghargainya.

Substansi nilai-nilai pancasila mengandung makna yang berdampak pada moral, mulai dari sila pertama hingga sila kelima merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang ingin di wujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila berturut-turut mulai dari nilai ketuhanan sebagai nilai kerohanian dan sebagai nilai yang tertinggi sebab memiliki sifat yang mutlak. Selanjutnya adalah nilai kemanusiaan sebagai nilai kekhususan dari nilai ketuhanan karna mengingat manusia adalah ciptaan tuhan yang maha esa. Nilai ketuhanan dan kemanusiaan merupakan nilai yang tertinggi di bandingkan dengan nilai persatuan, sila kerakyatan dan sila keadilan merupakan nilai-nilai kenegaraan karna ketiganya berhubungan dengan kehidupan kenegaraan.

Nilai persatuan di pandang tingkatannya memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan nilai kerakyatan dan keadilan karna persatuan adalah prasarat adanya rakyat dan keadilan. Sedangkan kerakyatan merupakan sarana terwujudnya suatu keadilan sosial yang merupakantujuan dari sila keempatnya sila-sila lainnya.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia di akui bahwa pancasila adalah pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam sosial budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang tertuang dalam pancasila di anggap sebagai nilai puncak dari budaya bangsa Indonesia. Sedemikian mendasarnya pengakuan tentang nilai yang mendasari dan

4

Page 5: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

menjiwai serta memberikan watak kepribadian sehingga pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai filsafat adalah wajar.

Sila-sila pancasila pada hakekatnya merupakan satu kesatuan organik yang berbentuk piramidal. Nilai-nilai itu berhubungan dengan erat, nilai-nilai yang satu tidak dapat dipisahkan dengan nilai yang lainnya, sehingga nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan organik, kesatuan tersebut menunjukkan bahwa masing-masing saling mengkualifikasikan sila lainnya berkaitan dan berhubungan sangat erat. Sila yang satu mengkualifikasikan sila yang lainnya. Dalam pengertian demikian maka pada hakekatnya pancasila merupakan sistem nilai yang unsur-unsurnya saling berkaitan secara erat sehingga membentuk struktur yang menyeluruh.

Pancasila yang memiliki susunan yang hierarkis piramidal berarti juga memiliki susunan yang bersatu membentuk satu kesatuan, dalam urutannya sudah di atur sedemikian rupa sehingga pancasila saling menjiwai dan dijiwai masing-masing silanya.

a. Sila pertama: ketuhanan yang maha esa meliputi dan menjiwai sila kemanusiaan yang adil dan beradab, sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang di pimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab diliputi dan dijiwai oleh ketuhanan yang maha esa, meliputi dan menjiwai sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yg dipimpin oleh kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/perwakilan, dan sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Sila ketiga: persatuan Indonesia diliputi dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa, sila kemanusiaan yang adil dan beradab, dan meliputi dan menjiwai kerakyatan di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia mengakui bahwa tuhan adalah pangkal dari segala sesuatu yang ada merupakan sebab dari semua sebab yang ada atau disebut causa prima atau sebab yang pertama. Segala sesuatu yang ada di dunia ini penyebabnya adalah tuhan yang maha esa. Menurut rumusan di atas maka hakekat tuhan yang maha esa adalah: sebab yang pertama, Esa (tunggal), Asal mula segala sesuatu, Sempurna, Maha kuasa, Tidak berubah, & Tidak terbatas.

Pancasila merupakan landasan yang kuat untuk melaksanakan agama, karena pancasila dengan sila ketuhanan yang maha esa menjamin kebebasan dalam beragama. Walaupun secara yuridis formal Negara tidak mengharuskan seseorang memeluk agama, tetapi secara moral bangsa Indonesia harus memeluk agama. hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menolak faham atheisme dan mengakui monotheisme. Tujuan hidup bagi bangsa Indonesia bukan hanya mengejar kebutuhan jasmani saja namun juga kebutuhan rohani, bukan hanya mengejar kbutuhan dunia

5

Page 6: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

namun juga kebutuhan akherat, sehingga di perlukan keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani, antara kebutuhan dunia dan akherat.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki makna umum kolektif, artinya hanya berlaku di lingkungan bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut bangsa Indonesia memiliki kesatuan yang monopluralis, yaitu jiwa raga (akal, rasa, kehendak), social individu, pribadi mandiri makhluk tuhan. Unsur-unsur tersebut menimbulkan kebutuhan yang sifatnya jasmaniah dan rohaniah yang pelaksanaannya diupayakan untuk tercapainya keseimbangan, keharmonisan dan keselarasan di antara unsure-unsurnya.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan kenegaraan seharusnya di sesuaikan dengan sifat-sifat dan keadaan diri manusia, karna unsure utama sebuah Negara adalah manusia.

3. Persatuan Indonesia.

Persatuan mempunyai makna yang abstrak umum universal karna cakupan persatuan bisa meliputi berbagai hal misalnya satu bangsa, satu agama, satu keluarga dsb. Bila persatuan tersebut di tambah dengan kata Indonesia, maka maknanya sudah menjadi umum kolektif karna hanya berlaku di wilayah negara Indonesia sebagai kelompok tertentu.

Persatuan dalam dasar Negara berarti sifat-sifat dalam Negara harus sesuai dengan hakekat satu dalam arti tidak dapat di pisah dengan yang lain. Bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pecah-pecah menjadi beberapa bagian, akan tetapi sifat kesatuan yang sudah diciptakan sejak awal harus dijaga dengan baik.

Lambang Bhineka Tunggal Ika berarti bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, adapt, budaya, bahasa dan sebagainya menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

Makna persatuan Indonesia bagi bangsa Indonesia berarti suatu upaya bangsa dalam rangka meniadakan serta pengurangan akan adanya perbedaan yang akan mengakibatkan suasana perselisihan dan pertikaian diantara komponen bangsa sendiri. Persatuan juga diartikan sebagai proses penyesuaian pandangan dan tindakan segenap warga Negara sehingga mereka merupakan satu kesatuan.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / perwakilan

Unsur demokrasi yang paling pokok adalah rakyat, karena demokrasi berarti suatu konsep pemerintahan atas pertimbangan kehendak rakyat itu sendiri, misal: demokrasi

6

Page 7: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

liberal, demokrasi rakyat, demokrasi sosialis yang berlaku di seluruh dunia. Ini berarti kerakyatan memiliki sifat yang umum universal.

Demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah demokrasi pancasila yang menekankan sifat kekeluargaan, kerakyatan. Pelaksanaan sila kerakyatan lebih menekankan pada perwakilan dan permusyawaratan. Jadi demokrasi yang berlaku di Indonesia menggunakan sistem perwakilan, namun dalam amandemen ke3 UUD 1945 dalam pasal 6A, menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Ini membuktikan bahwa demokrasi pancasila untuk pertama kalinya pada tanggal 5 juli 2004 melaksanakan pemilihan presiden dan wakil secara langsung. Untuk pertama kalinya dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, telah dilaksanakan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden.

Demokrasi mempunyai makna ganda, pertama demokrasi dalam arti material dan formal. Demokrasi dalam arti material artinya demokrasi yang harus dijiwai oleh sila-sila lainnya, yaitu demokrasi yang berketuhanan, demokrasi yang berprikemanusiaan, demokrasi yang berpersatuan dan demokrasi yang berkeadilan. Sedangkan demokrasi dalam arti formal adalah cara atau bentuk pengambilan keputusan, hal ini berkaitan dengan sasaran dan tujuan dari demokrasi adalah musyawarah mufakat, suatu penyelesaian masalah kalau tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah maka dilakukan dengan pemungutan suara.

Negara Indonesia bukanlah milik perseorangan atau kelompok akan tetapi Negara yang berdasarkan atas kekuasaan pada rakyat, jadi berarti seluruh rakyat yang memegang kekuasaan. Karena Indonesia menggunakan sistem perwakilan maka melalui dewan perwakilan rakyat untuk menyampaikan aspirasinya.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adil berarti memberikan apa yang menjadi haknya, sedangkan keadilan adalah sifat-sifat dari keadaan yang sesuai dengan hakikat adil untuk mengakui hak sesama. Manusia dalam dirinya selalu menuntut tindakan adil dari orang lain segala sesuatu yang menyangkut dirinya.

Kata keadilan bersifat abstrak umum universal, karena keadilan kalau ditambah dengan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka sifatnya akan berubah menjadi umum kolektif karena hanya berlaku bagi bangsa Indonesia bukan untuk orang lain. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah yang menjadi tujuan berdirinya Negara republik Indonesia yang hanya bisa di capai dengan melibatkan seluruh rakyat.

Keadilan adalah syarat utama dalam kehidupan masyarakat, dalam kehidupan bersama. Kalau tidak ada keadilan maka akan terjadi kekacauan. Adanya keadilan untuk mencegah kekacauan, kerusuhan dan pertikaian yang mungkin terjadi dalam masyarakat. Keadilan menjaga supaya tidak ada ketimpangan dalam kehidupan masyarakat, sehingga tercipta keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan social, berikut ada tiga jenis keadilan yaitu:

7

Page 8: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

a. Keadilan distributive (pembagi) yaitu keadilan yang mengatur hubungan Negara dan warganegara sebagai totalitas dalam membagi hak maupun kewajibannya. Misal: gaji, pajak dll.

b. Keadilan komutatif (timbal balik) yaitu keadilan yang mengatur hubungan antara masyarakat, antar pribadi, antar golongan atau antar sesama anggota masyarakat. Misal: dokter dan pasien, guru dan murid dsb.

c. Keadilan legal (hukum) yaitu keadilan yang mengatur warga Negara dengan Negara yang meliputi semua tindakan yang lazimnya di atur dalam aturan-aturan hokum. Misal: lalulintas jalan raya,perdata, pidana dsb.

Manusia sebagai pendukung keadilan sosial, yang merupakan penjelmaan hakekat manusiasebagai ciptaan tuhan yang memiliki hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama. Dengan demikian manusia berusaha melaksanakan dan menikmati kesamaan, kemerdekaan/kebebasan dalam keseimbangan antara makhluk social dan makhluk pribadi.

8

Page 9: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

BAB IV PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA POLITIK

A. PENGERTIAN ETIKA

Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa yunani kuno yaitu ethos, dalam bentuk tunggal mempunyai banyak pengertian: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (la eta) artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah ‘etika’ yang oleh filsuf yunani Aristoteles (384-322) SM, sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral (Bertense, 1997: 4).

Etika sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak/moral. Sedangkan pengertian etika yang dikemukakan dalam kamus besar bahasa Indonesia Depdikbud 1988, membedakan pengertian etika menjadi 3 arti: (1) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk juga mengenai hak dan kewajiban moral (akhlak); (2) Kumpulan atas nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) Nilai mengenal benar dan salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, sehingga memberikan motivasi untuk mewujudkannya dalam realitas dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai pancasila sudah ada sejak bangsa Indonesia ada, namun pancasila belum dirumuskan secara sistematis, misal nilai ketuhanan, nilai persatuan, nilai kemanusiaan, nilai musyawarah untk mencapai mufakat, nilai keadilan.

Untuk menggali nilai-nilai pancasila yang sudah ada sejak bangsa Indonesia ada, dapat di ambil dari beberapa sumber, diantaranya:

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai di wilayah nusantara, hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian prof. Hilhelm Schmidt seorang ahli bangsa-bangsa di Universitas Wina, dalam bukunya “Panji Eizahlungen und Austroneische Mythcforschung” faham tuhan yang maha esa sudah ditemukan pada zaman yang paling kuno di Indonesia.

2. Nilai Perikemanusiaan: ditemukan dalam pidato madiang residen Soekarno pada tanggal 17 juni 1945” pada jaman kuno susunan masyarakat kita bersifat kolektif, kehidupan desa, suku, marga atau huria, lebih menitikberatkan pada nilai-nilai kebersamaan, hak-hak individu diakui khususnya yang berkaitan dengan harkat dan martabat manusia, sehingga dikembangkanlah paham monodualistis, yaitu manusia disamping sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk social, makhluk jasmani juga makhluk rohani yang diperlukan adanya keseimbangan.

3. Nilai Kebangsaan, persatuan ditemukan dalam buku sutasoma “Bhineka Tunggal Ika”, walaupun berbeda namun tetap satu.

9

Page 10: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

4. Nilai Kerakyatan ditemukan dalam buku Negarakertagama, pada zaman majapahait Raja dan Rakyat punya kebiasaan mengadakan musyawarah untuk menyelesaikan suatu persoalan.

5. Nilai Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, ditemukan dalam prasasti “kedukan Bukit” yang ditulis tahun 683 jaman Dinasti Syailendra, yang diterjemahkan oleh Prof. Mr. Moh. Yamin: “mereka mendirikan Negara sriwijaya agar rakyatnya jaya sejahtera, subur sentosa”.

Etika adalah cabang flsafat atau cabang aksiologi yang membicarakan manusia terutama tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan dengan sadar dilihat dari pandangan baik buruk. Hakekat etika pancasila berpedoman pada norma-norma yang bersumber pada pancasila yaitu: ketuhanan, persatuan, kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan.

Hakekat Tuhan, Tuhan sifatnya abstrak, sulit dikenali dengan indra manusia, namun kita berupaya mengenali sifat-sifat tuhan melalui kitab suci agama, misalnya: maha kuasa, maha esa, dll.

Etika ketuhanan yang maha esa, ukuran moralnya ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam dan sesuai dengan sifat-sifat tuhan yang maha esa.

Hakekat Manusia, Menurut monisme hakekat manusia terdiri dari satu asas misalnya air, api, udara, tanah, atom, roh, ide, materi. Dualisme berpendirian bahwa manusia terdiri atas dua asas yaitu jiwa dan raga. Triadisme berpendapat manusia terdiri dari tiga asas menurut Aristoteles terdiri atas: materi, bentuk-nous. Pluralisme berpendapat bahwa manusia terdiri atas banyak asas misal api, tanah, udara dan lainnya. Kita harus memilih salah satu pendapat tersebut yaitu manusia terdiri dari dua zat yaitu jiwa dan raga (Notonagoro, 1964).

Etika kemanusiaan, ukuran moralnya adalah nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan sesuai dengan hakekat manusia.

Hakekat Satu, menunjukkan sesuatu yang mutlak tidak dapat di bagi lagi. Satu berarti terpisah dengan yang lain, satu berarti bulat dan mempunyai eksistensi serta ciri-ciri sendiri.

Etika Persatuan, ukuran moralnya adalah nilai-nilai yang terkandung didalamnya sesuai dengan hakikat satu.

Hakekat Rakyat, Rakyat adalah sejumlah penduduk yang mendiami suatu Negara, sedangkan kerakyatan mengandung makna dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat.

Etika Kerakyatan, ukurannya adalah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sesuai dengan hakekat rakyat.

Hakekat Adil, adil: tidak berat sebelah, tidak sewenang-wenang, seimbang, perlakuan yang sama. Hakekat adil, seimbangnya antara kewajiban dan haknya.

10

Page 11: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

Etika keadilan, ukurannya adalah nilai-nilai yang terkandung didalamnya sesuai dengan hakikat adil.

C. PENGERTIAN POLITIK

Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa yunani politeia, yang akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu Negara dan teia, berarti urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga Negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy memiliki hubungan yang erat dan timbale balik. Politics memberikan asas, jalan, arah dan medannya, sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan dan arah tersebut sebaik-baiknya.

Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan Negara dan cara melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan, pembagian alokasi sumber-sumber yang ada.

Perlu diingat bahwa penentuan kebijakan umum, pengaturan, pembagian maupun alokasi sumber-sumber yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang (authority). Kekuasaan dan wewenang ini memainkan peran yang sangat penting dalam pembinaan kerjasama dan menyelesaikan konflik yang mungkin muncul dalam proses pencapaian tujuan. Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan Negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan (policy), dan distribusi atau alokasi sumber daya.

1. NegaraNegara merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan

tertinggi yang di taati oleh rakyatnya. Negara merupakan bentuk masyarakat dan organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.

2. KekuasaanKekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi

tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Dalam politik yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kekuasaan itu diperoleh, bagaimana mempertahankannya, dan bagaimana melaksanakannya.

3. Pengambilan KeputusanPengambilan keputusan adalah aspek utama politik. Dalam pengambilan keputusan

perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan dan untuk siapa keputusan itu dibuat. Jadi politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. Keputusan yang di ambil menyangkut sector publik dari suatu Negara.

11

Page 12: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

4. Kebijakan UmumKebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh

seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.

5. DistribusiYang dimaksud distribusi ialah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values)

dalam masyarakat. Politik membicarakan bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara mengikat.

Dari berbagai sudut pandang pemahaman politik, pengertian-pengertian di atas dapat saling melengkapi dan memperluas wacana kita tentang politik.

D. ETIKA POLITIK

Etika merupakan filsafat moral atau kesusilaan yang berdasar pada kepribadian, ideology, jiwa dan pandangan hidup bangsa. Hakikat etika pancasila berpedoman pada norma-norma yang bersumber dari pancasila. Berkaitan dengan aplikasi kehidupan dalam aspek politik tentunya kita harus berpedoman pada etika politik sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tercipta suasana kondusif dan damai.

Berikut etika politik yang tertuang dalam peraturan perundangan, misal: persaratan untuk menjadi calon anggota DPR, DPD, DPRD profinsi dan DPRD kabupaten kota yang teruang dalam pasal 60 UU RI No. 31 Tahun 2002:

a. Warga Negara Republik Indonesia yang berumur 21 tahun atau lebih.b. Bertakwa kepada tuhan yang maha esa.c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.d. Cakap berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.e. Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau sederajat.f. Setia kepada pancasila sebagai dasar Negara, Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.g. Bukan bekas anggota partai terlarang partai komunis Indonesia, termasuk

organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam G 30 S/PKI atau organisasi terlarang lainnya.

h. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap.

i. Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang di ancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

j. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan pemeriksaan kesehatan dari dokter yang berkompeten, dan

k. Terdaftar sebagai pemilih

12

Page 13: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

Begitu juga etika politik yang berkaitan dengan persaratan calon presiden dan wakil presiden, Undang-Undang No. 23 Tahun 2003, calon presiden dan wakil presiden harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Bertakwa pada tuhan yang maha esab. Warga Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewaraganegaraan lain karena kehendak sendiri.c. Tidak pernah menghianati Negara.d. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban

sebagai presiden dan wakil presiden.e. Bertempat tinggal dalam wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.f. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa

kekayaan penyelenggara Negara.g. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan atau secara

badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negarah. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.i. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap.j. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.k. Terdaftar sebagai pemilihl. Memiliki nomor wajib pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban pajak

selama lima tahun terakhir yang dibuktikan dengan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.

m. Memiliki daftar riwayat hidup.n. Belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden selama dua kali

masa jabatan dalam jabatan yang sama.o. Setia pada pancasila dan sebagai dasar Negara, UUD 1945, dan cita-cita

proklamasi 17 Agustus 1945.p. Tidak pernah di hukum penjara karena melakukan tindak pidana makar

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.q. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun.r. Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat.s. Bukan bekas anggota partai terlarang partai komunis Indonesia, termasuk

organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam G 30 S/PKI atau organisasi terlarang lainnya.

t. Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang di ancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Telah kita ketahui bahwa etika pancasila tercermin dalam berbagai peraturan yang ada. Dengan kata lain etika pancasili telah dilaksanakan di dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

13

Page 14: Bab III Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat

Nilai-nilai pancasila Merupakan Etika PolitkSebagai dasar filsafat Negara, pancasila tidak hanya menjadi sumber peraturan

perundangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubunannya dengan legitimasi kekuasaan hukum sebagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara. Sila pertama ‘ketuhanan yang maha esa’ serta sila kedua ‘kemanusiaan yang adil dan beradab’ merupakan sumber nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara Indonesia yang mendasarkan pada tuhan yang maha esa bukanlah Negara agama yang mendasarkan kekuasaan Negara dan penyelenggara Negara pada agama. Kekuasaan kepala Negara tidak bersifat mutlak, melainkan melalui legitimasi hukum dan demokras. Oleh karena itu asas sila ketuhanan yang maha esa lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Inilah yang membedakan antara Negara berdasarkan agama dan demokrasi pancasila.

14