bab iii metodologi penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
58
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis
yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut ini.
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan dua variabel
atau lebih atau untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya
dengan diberikannya perlakuan yang dikenakan pada subjek penelitian.
Metode eksperimen yang digunakan tersebut sejalan dengan apa yang
diungkapkan Ruseffendi (1998:32) yaitu, “penelitian eksperimen adalah penelitan
yang benar-benar dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat variabel bebas
terhadap variabel terikat”. Begitu juga dikemukakan Rianto (1996:28-40),
penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di
dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian
eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok
eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan
tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.
2. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini yaitu “Pretest-
Posttest Control Group Desain (Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dengan
Kelompok Kontrol)”. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca
awal pada kelompok eksperimen maupun kelompok kelas kontrol. Begitu juga
posttest untuk mengetahui kemampuan membaca akhir. Adapun digunakannya
59
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok kelas kontrol sebagai pembanding untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer.
Pembelajaran membaca artikel ilmiah populer pada kelompok kelas
kontrol diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori,
sedangkan pada kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Kedua kelompok
diberikan materi pembelajaran yang sama. Sebelum membahas pokok bahasan,
pada masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan pretest untuk
mengukur kemampuan membaca pada kelompok kelas kontrol dan kelompok
kelas eksperimen. Begitu pula setelah selesai pembelajaran melalui tiga kali
perlakuan pada kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen diadakan posttest
kemudian dihitung nilai rata-rata pencapaian (gain). Pengaruh perlakuan
diperhitungkan melalui perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kedua
kelompok dan kedua hasil rata-rata pencapaian posttest atau gain tersebut
kemudian dibandingkan. Hasil dari gain tersebut diasumsikan sebagai ada
tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap model yang diterapkan pada kelas
eksperimen sehingga dapat diketahui keefektifan model pembelajaran tersebut.
Pola desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini.
Tabel 1.3
Petest-Posttest Control Group Design
Treatment Group
O1
X
O2
Control Group
O3
C
O4
(Taniredja, 2011:56)
Keterangan:
O1 = Pretest pada kelas eksperimen
O2 = Posttest pada kelas eksperimen
60
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
03 = Pretest pada kelas kontrol
04 = Posttest pada kelas kontrol
X = Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa kegiatan pembelajaran mem-
baca menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place yang
berorientasi berpikir kritis.
C = Pembelajaran membaca menggunakan model pembelajaran ekspositori.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan selengkapnya yaitu:
1) studi pendahuluan;
2) perumusan masalah penelitian;
3) studi literatur;
4) judgment bahan pembelajaran;
5) judgment RPP;
6) penyusunan instrumen penelitian;
7) ujicoba, revisi, validasi soal tes;
8) pretest;
9) pemberian perlakuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol;
10) posttest;
11) melakukan observasi, menyebarkan angket tanggapan siswa, dan wawancara
dengan guru model;
12) mengolah data dan analisis data tes dan nontes;
13) temuan dari pengolahan data;
14) menarik kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat
pada gambar 1.3.
61
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.3
Alur Penelitian
Judgement RPP
Studi Pendahuluan
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place, Pemahaman Konsep Berpikir Kritis dan Materi Artikel Ilmiah Populer
Penyusunan Instrumen
Judgement Bahan Pembelajaran Membaca Kritis Artikel Ilmiah Populer
Wawancara
Angket
Kelas Eksperimen
Observasi Soal Tes
Pretest Ujicoba
Kelas Kontrol
Olah Data
Posttest Hasil Posttest
62
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Teknik Pengumpulan Data
Data utama pada penelitian ini berupa data kuantitatif berupa nilai yang
diperoleh dari hasil kemampuan membaca artikel ilmiah populer dengan teknik
trading place berorientasi berpikir kritis. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu teknik tes dan non tes.
a. Teknik Tes
Teknik tes yang digunakan peneliti bertujuan untuk memperoleh data
kemampuan membaca artikel ilmiah populer pada siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang merupakan data utama dalam penelitian ini. Kelas eksperimen
dan kelas kontrol masing-masing menggunakan model yang berbeda. Perlakuan
model dilaksanakan sebanyak tiga kali baik pada kelas eksperimen maupun pada
kelas kontrol. Model yang diterapkan pada kelas eksperimen berupa model
pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada
pembelajaran membaca artikel ilmiah populer, sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan model ekspositori.
Pada kelas eksperimen, teknik tes yang digunakan sebelum perlakuan
(pretest) digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca sebelum diberikan
perlakuan berupa model pembelajaran aktif tipe trading place pada pembelajaran
membaca artikel ilmiah populer sedangkan teknik tes yang dilaksanakan sesudah
diberikan perlakuan (postest) digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca
setelah diberikan perlakuan. Pada kelas kontrol, teknik tes juga dilaksanakan
sebelum dan sesudah pembelajaran. Akan tetapi, model yang diterapkan bukan
model pembelajaran aktif tipe trading place melainkan model pembelajaran
ekspositori. Tes awal (pretest) digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
sebelum model ekspositori dilaksanakan. Begitu juga setelah diberikan perlakuan
sebanyak tiga kali dengan menggunakan model ekspositori dilaksanakan tes akhir
(posttest) untuk mengukur kemampuan membaca setelah diberikan model
ekspositori tersebut. Penerapan model yang berbeda dilakukan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dimaksudkan untuk membandingkan keefektifan
model yang digunakan pada kelas eksperimen atau model yang digunakan kelas
kontrol pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
63
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun tes yang peneliti gunakan berupa tes objektif dengan bentuk
soal pilihan ganda dan tes uraian berupa kemampuan membaca kritis berorientasi
berpikir kritis. Tes tertulis jenis pilihan ganda dan esai ini dilaksanakan sebelum
dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung pada masing-masing kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Jenis tes ini disusun berdasarkan indikator yang
tersusun dalam RPP.
Ujicoba soal tes pilihan ganda dan esai sebagai alat pengumpul data
terlebih dahulu diujicobakan pada siswa SMA Negeri I Garut kelas XI yang bukan
kelas eksperimen ataupun kelas kontrol dengan jumlah subjek sebanyak 34 orang
yaitu di kelas XI Ipa 3. Tujuan tes ini diujicobakan yaitu untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal tes.
b. Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi,
angket, dan wawancara. Observasi digunakan untuk melihat atau mengamati
proses pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dengan menggunakan
teknik trading place berorientasi berpikir kritis. Observasi dilakukan terhadap
aktivitas pembelajaran pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Observasi
ini dilakukan pada pada saat pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
berlangsung yang secara langsung dilakukan oleh peneliti. Pedoman observasi
berisi aspek-aspek proses belajar mengajar kegiatan guru. Hal-hal yang
diobservasi meliputi kegiatan guru model dalam proses pembelajaran yaitu
berupa: keterampilan guru model dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir pembelajaran.
Angket. Angket digunakan untuk menggali informasi mengenai persepsi
siswa terhadap pembelajaran membaca artikel ilmiah populer menggunakan
model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Hasil
angket ini diharapakan dapat digunakan untuk mengukur keefektifan model
pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan angket dilakukan setelah perlakuan ke-
3 pada kelas eksperimen.
Angket yang digunakan peneliti merupakan jenis angket tertutup karena
sudah disediakan jawaban dengan mencek list salah satu jawaban menurut
64
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
responden yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, kurang setuju, dan sangat tidak
setuju. Adapun aspek-aspek yang ingin diperoleh dari angket ini yaitu tentang
persepsi siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
Pedoman wawancara. Instrumen non tes ini digunakan peneliti untuk
menggali dan menghimpun pendapat model pelaksana yaitu guru bidang studi
bahasa Indonesia tentang keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place
yang berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah
populer. Hal-hal yang ditanyakan dalam wawancara berkaitan dengan pendapat
model pelaksana mengenai model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
Kegiatan wawancara dilaksanakan setelah model pelaksana mengimplemen-
tasikan model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca
artikel ilmiah populer. Kegiatan wawancara ini direkam dengan menggunakan
ponsel blacberry.
D. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen pada penelitian yang dilakukan terdiri dari instrumen
perlakuan dan instrumen pengumpulan data. Instrumen perlakuan terdiri dari
ancangan model pembelajaran membaca artikel ilmiah populer berorientasi
berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Adapun
instrumen pengumpulan data terdiri dari kisi-kisi tes kemampuan membaca, kisi-
kisi pedoman angket, kisi-kisi pedoman observasi, dan kisi-kisi serta pedoman
wawancara serta soal tes.
1. Instrumen Perlakuan
1.1 Ancangan Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi
Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer
a. Rasional
Berdasarkan temuan awal di lapangan, dalam proses pembelajaran
siswa kurang berinteraksi dengan siswa lain begitu juga dalam
65
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran membaca kritis siswa kurang aktif merespons artikel,
menyampaikan kritik, dan menyampaikan ide/pendapat. Teknik trading
place merupakan salah satu teknik pembelajaran aktif yang dikemukakan
oleh Silberman. Teknik trading place yaitu suatu strategi yang
memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan
mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai
masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk
mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap
berbagai sudut pandang. Dengan demikian, metode ini memungkinkan
peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan
mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai
masalah.
b. Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk
mengetahui keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah
populer. Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca
kritis. Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar.
Jadi, kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat
melainkan melibatkan pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta
menyimpulkan bacaan.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya,
2004:37-40). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan
berpikir logis dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu:
1) peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun
2) peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun
3) peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun
4) peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada
usia 12 tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini,
“merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses
66
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah” (Surya, 2004:39)
Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat diterapkan
pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal
operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan
kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak
hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-
temannya dan saling berdiskusi” (Surya, 2004:40).
Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis
dengan menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji
grafik fry hasilnya sebagai berikut:
NO.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH
SUKU KATA
JUMLAH
KALIMAT
WILAYAH
1. Racik kotoran Sapi
Jadi Pengharum
Ruangan
251 7,44 11
2. Selayang Pandang
Supersemar
244 8,19 11
3. Kecanduan Face-
book Berdampak
Buruk bagi Kese-
hatan Mental
256 4,56 11
c. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi
Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer
Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah
populer, siswa dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama
dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Pertukaran ini terus
dilakukan, semakin banyak berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak
siswa tersebut bertukar pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan
memandu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
d. Sintaks Pembelajaran Aktip Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir
Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer
67
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sintaks pembelajaran aktif tipe trading place dapat dilihat pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3
Sintaks Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place
Berorientasi Berpikir Kritis
No.
Tahap Kegiatan Aktivitas
(1) (2) (3)
1. Pendahuluan - Guru menyampaikan apersepsi yang
berkaitan dengan artikel ilmiah populer
secara umum
- Guru menyampaikan informasi tentang
tujuan pembelajaran
2. Penyajian Data a. Tahap Prabaca
- Guru model membagikan artikel
ilmiah populer dan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
b. Tahap Membaca
- Salah seorang siswa membaca artikel
ilmiah populer melalui membaca
nyaring
- Guru memandu siswa dalam
memahami makna baris, antar baris,
dan di balik baris dari bacaan yang
dibaca
c. Tahap Pascabaca
- Siswa menyampaikan kritik, memberi-
kan alasan, dan menghubungkan
sebab-akibat melalui diskusi dengan
siswa lain
3. Penguasaan
Kemampuan Membaca
- Siswa berpindah tempat berdiskusi
dengan siswa lain untuk bertukar ide
atau gagasan
- Siswa melakukan berpindah tempat
sebanyak mungkin
- Siswa menyampaikan kritik
- Siswa memberikan alasan
- Siswa menghubungkan sebab-akibat
4. Pemantapan - Salah seorang siswa membacakan
hasil diskusi dan siswa lainnya
menanggapi
5. Penutup - Siswa dan guru berusaha menyimpul-
kan hasil kegiatan pembelajaran
membaca artikel ilmiah populer
68
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Evaluasi
Evaluasi melalui tes esai dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca kritis berorientasi berpikir kritis artikel ilmiah populer melalui
penerapan teknik trading place. Tes bentuk soal esai dikerjakan terlebih dahulu
oleh masing-masing siswa kemudian siswa berpindah tempat untuk menjawab
soal-soal melalui berdiskusi dengan siswa lainnya untuk bertukar ide atau
pendapat.
1.2 RPP
RPP dibuat untuk kepentingan penelitian. RPP ini digunakan sebagai
acuan pada pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menggunakan model
pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada kelas
eksperimen. Bahan pembelajaran artikel ilmiah populer serta RPP yang akan
digunakan terlebih dahulu di judge-kan kepada ahli. Adapun judgment ahli dapat
dilihat pada lampiran 1.3
69
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RPP Ke-1
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AKTIF
TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
ARTIKEL ILMIAH POPULER
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Gambaran Umum Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang akan dikemukakan pada RPP ini menyangkut
skenario, orientasi model, dan prinsip reaksi. Ketiga hal tersebut akan penulis
kemukakan di bawah ini.
1. Skenario
Pembelajaran membaca artikel ilmiah populer ini direncanakan
menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir
kritis. Skenario pembelajaran yang dilakukan yaitu menginformasikan tujuan
penelitian. Untuk mengetahui profil kemampuan membaca kritis siswa dilakukan
dengan memberikan pretest. Selanjutnya, diberikan beberapa kali perlakuan.
Setelah itu diberikan posttest untuk melihat kemampuan membaca kritis setelah
diberi perlakuan.
Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam proses pembelajaran diterapkan
teknik trading place yaitu dengan cara, siswa menjawab soal-soal yang diberikan
guru. Pertama-tama soal tersebut dijawab sendiri setelah itu siswa bekerjasama
dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Kerjasama ini dilakukan dengan
berpindah tempat untuk berdiskusi menjawab soal-soal.
70
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain teknik tes yang digunakan, instrumen penelitian lainnya yaitu
angket yang ditujukan kepada siswa, observasi proses pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru model, dan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru model setelah pelaksanaan
perlakuan terakhir.
2. Orientasi Model
Model pembelajaran aktif tipe trading place merupakan satu dari 101
model pembelajaran aktif yang dikemukakan Silberman. Melalui teknik trading
place, yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide
baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk
mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap
berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan
baru terhadap berbagai masalah. Dengan model pembelajaran aktif tipe trading
place, siswa dapat bekerjasama untuk bertukar informasi, gagasan. Diskusi
melalui kelompok kecil direkomendasikan sebagai strategi yang dapat
meningkatkan berpikir kritis.
3. Prinsip Reaksi
Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel imiah populer, siswa
dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang
bukan teman sebangku. Pertukaran ini terus dilakukan, semakin banyak berdiskusi
dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar pikiran/berdiskusi.
Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
71
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis.
Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan
membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan
pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:37-
40). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis
dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu:
1) peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun
2) peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun
3) peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun
4) peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12
tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri
perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir dalam
peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah” (Surya, 2004:39)
Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat
diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal
operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan
kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya
banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling
berdiskusi” (Surya, 2004:40).
72
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan
menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry dan
hasilnya sebagai berikut:
NO.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH
SUKU KATA
JUMLAH
KALIMAT
WILAYAH
1. Racik kotoran Sapi Jadi
Pengharum Ruangan
251 7,44 11
2. Selayang Pandang
Supersemar
244 8,19 11
3. Kecanduan Facebook
Berdampak Buruk bagi
Kesehatan Mental
256 4,56 11
C. Sumber Bahan Pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran membaca artikel ilmiah populer yaitu
berupa artikel ilmiah populer yang dimuat di surat kabar. Artikel ilmiah populer
merupakan artikel ilmiah yang dipublikasikan di media cetak yaitu surat kabar
dan majalah. Artikel ilmiah populer dalam gaya tulisannya tidak menggunakan
bahasa baku dan dari segi penulisannya juga tidak menggunakan sistematika
seperti pada tulisan ilmiah. Namun, artikel ilmiah populer merupakan opini
penulis yang ditunjang dari sumber literatur juga hasil temuan ahli. Dengan
demikian, untuk memperoleh pemahaman tentang isi artikel diperlukan argumen
yang didukung oleh fakta yang ada pada bacaan. Sehingga, pembelajaran
membaca artikel ilmiah populer harus melibatkan aspek berpikir kritis.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada perlakuan pertama yaitu mengenai artikel
ilmiah populer, berpikir kritis, dan membaca kritis.
73
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Artikel Ilmiah Populer
Artikel ilmiah populer merupakan perpaduan penulisan ilmiah dan
populer. Istilah ini mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun disajikan
dengan cara penuturan yang mudah dimengerti (Soeseno, 1982:1). Perbedaan
antara artikel ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan lain-lain)
terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan. Artikel ilmiah ditampilkan
dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi.
Sementara ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta
dapat dipahami masyarakat umum.
Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas
permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya berbeda dengan
karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh
dari jangkauan masyarakat awam.
Kalau dirumuskan, pengertian karya imiah populer adalah karangan ilmiah
yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang
sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari. Sarana untuk
mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri sendiri secara utuh.
Biasanya dalam suatu media massa, karya ini dipadukan dengan karya tulis
nonilmiah. Karya ilmiah populer dapat kita jumpai pada majalah, koran atau
tabloid.
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang berguna dalam
melakukan kegiatan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, berdiskusi, dan
sebagainya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterampilan berpikir kritis
termasuk salah satu keterampilan tingkat tinggi. Berpikir kiritis berbeda dengan
berpikir biasa. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana
pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan
pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional. Berpikir kritis meliputi
pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup keterampilan
membandingkan, mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi),
74
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghubungkan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi,
menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, perumusan
hipotesis, dan penyampaian kritik. Berpikir kritis mencakup penentuan tentang
makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen,
pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang
memadai.
3. Membaca Kritis
Beberapa pemahaman membaca kritis akan dijelaskan di bawah ini.
a. Membaca kritis memaknai apa yang terdapat pada baris dan apa yang di
luarnya, yang tersurat dan tersirat. Kemampuan membaca kritis diperlukan jika
kita akan mengambil putusan yang cerdas berdasarkan materi yang dibaca. Hal
yang dilakukan adalah mampu menarik simpulan.
b. Suatu keterampilan dalam menemukan sesuatu yang kita cari dalam bacaan.
c. Kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan respons atas ide-ide yang
dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya.
d. Kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan
keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun tersirat, melalui
tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai.
Adapun tujuan membaca kritis antara lain: a. memahami makna yang
terkandung dalam bacaan; b. merespons secara aktif isi bacaan; c. mengevaluasi
isi bacaan.
Langkah-langkah pembelajaran membaca kritis terdiri atas tiga tahapan
yaitu tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. Pertama, tahap
prabaca. Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah mengecek berpikir kritis
siswa dengan memberikan sebuah pertanyaan mengenai kemungkinan hal apa saja
yang akan dikemukakan penulis sekaitan dengan artikel yang akan dibaca siswa.
Kedua, tahap membaca. Pada tahap ini yang dilakukan adalah membaca baris,
antar baris dan di balik baris. Membaca baris. Artinya, pembaca harus mampu
memahami isi bacaan secara menyeluruh; Membaca antarbaris yaitu pembaca
harus mampu menggali lebih jauh pemahaman atas makna bacaan sampai pada
75
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditemukannya berbagai maksud pengarang menulis teks tersebut; Membaca di
belakang baris. Artinya, pembaca harus mampu menggambarkan generalisasi isi
bacaan dan mampu membuat evaluasi atas isi bacaan berdasarkan skemata yang
dimilikinya. Ketiga, tahap pascabaca. Setelah tahap prabaca dan membaca,
langkah selanjutnya adalah menjawab soal-soal yang berkaitan dengan bacaan
melalui membaca kritis.
E. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran pada RPP ini menyangkut model, pendekatan, dan
teknik. Penjelasan dari ketiga hal tersebut akan dikemukakan di bawah ini.
1. Model: Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik
melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan
otak mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal
melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok. Bagi kelompok
kecil dapat merangsang diskusi. Belajar aktif mendorong siswa untuk berpikir,
merasakan, dan menerapkan. Belajar dengan bekerjasama, tugas-tugas dikerjakan
dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
Pembelajaran aktif dalam pembelajaran di kelas, menganjurkan agar anak
didik tidak hanya sekadar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu
membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah. Yang paling penting
adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih
tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dikatakan
Silberman (2009: xxi), “Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,
76
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan mendukung. Seringkali peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat
duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras”.
2. Pendekatan: Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan
dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan
komunikatif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian siswa akan mampu bercerita,
menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya.
3. Teknik: Trading Place
Silberman (2009:44) mengungkapkan mengenai teknik trading place yaitu
suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pen-
dapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berba-
gai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan
penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar
menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru
terhadap berbagai masalah.
F. Langkah-langkah Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi
Berpikir Kritis
NO
.
KEGIATAN
AKTIVITAS
1.
- Awal a. Mengucapkan salam
b. Mengondisikan kelas
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Menyampaikan apersepsi berkaitan dengan
artikel ilmiah populer secara umum
77
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Inti a. Tahap Prabaca
- guru menganjurkan pertanyaan sekaitan
dengan materi yang akan dibahas
- guru membagikan sebuah artikel ilmiah
populer dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada siswa
b. Tahap Membaca
- guru memandu siswa dalam membaca artikel
ilmiah dengan cara memahami baris, antar
baris, dan di belakang baris
c. Tahap Pascabaca
- guru menginstruksikan siswa untuk berdiskusi
dengan siswa lain menjawab soal-soal melalui
bertukar ide/pendapat
- salah seorang siswa membacakan hasil diskusi
dan siswa lainnya menanggapi
- siswa menyampaikan kritik
- siswa memberikan alasan
- siswa menghubungkan sebab-akibat
- jawaban yang benar semua diberikan reward
3. - Akhir Mengulas secara singkat materi yang baru
dibahas dan menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran
78
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Evaluasi Pembelajaran Membaca
Evaluasi pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer yaitu
memahami tentang:
1. informasi tersurat dan tersirat
2. menyimpulkan bacaan
3. membedakan fakta dan opini
4. menafsirkan ide pokok/gagasan utama
5. menafsirkan ide penunjang
6. menentukan tema bacaan.
H. Indikator Kemampuan Membaca Kritis Berorientasi Berpikir Kritis
Aspek
Indikator Membaca Kritis
Jenjang
Kognitif
1. Kemampuan
Menginterpretasi Makna
Tersirat
(a) Menafsirkan ide
pokok paragraf
(KBPD-c);
(b) Menafsirkan ide-ide
penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kri-tis
hubungan sebab-akibat
(KBPD-i).
K2
2. Kemampuan
Mengaplikasikan
Konsep-konsep dalam
Bacaan
(a) Mengikuti petunjuk-
petunjuk dalam bacaan
(KBKD-h);
(b) Menerapkan konsep-
konsep atau gagasan-
gagasan (KBM-e);
(c) Menunjukkan
kesesuaian antara gagasan
utama dengan situasi yang
dihadapi (KBM-e);
K3
79
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kemampuan
Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan
utama bacaan (KBPD-i);
(b) Memeriksa detail/fakta
penunjang (KBST-c);
(c) Mengklasifikasikan
fakta-fakta (KBM-c).
K4
4. Kemampuan
Sintesis
(a) Membuat simpulan
bacaan (KBPD-a);
(b) Mengorganisasikan
gagasan utama bacaan
(KBST-c);
(c) Menentukan tema
bacaan (KBM-g);
(d) Menghubungkan data
sehingga diperoleh simpulan
(KBST-e);
(e) Membuat ringkasan
(KBPL-c).
K5
5. Kemampuan
Menilai Isi
Bacaan
(a) Menilai kebenaran
gagasan utama/ide pokok
paragraf/bacaan secara
keseluruhan (KBKD-h);
(b) Menilai dan
menentukan bahwa sebuah
pernyataan adalah fakta
atau opini (KBM-f);
(c) Menentukan
keselarasan antara data
yang diungkapkan
dengan kesimpulan yang
dibuat (KBST-b).
K6
80
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
I. Tugas Terstruktur
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang melatarbelakangi Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti
tertarik untuk mengolah kotoran sapi menjadi pengharum ruangan ramah
lingkungan?
2. Persiapan apa yang telah dilakukan Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki
Aprianti sehingga dapat memenangkan medali emas di ajang ISPO dan
Inepo?
3. Dwi dan Rintya: (Keduanya berpandangan), lalu tersenyum dan menjawab
serempak). Kita ingin patenkan. Jelaskan kata yang dicetak miring
tersebut!
4. Melihat fenomena di lapangan dengan masih banyaknya peternak sapi
yang membuang kotoran sapi di sekitar rumah dengan cara ditumpuk. Apa
menurut pendapat Anda?
5. Tuliskan simpulan yang dapat diperoleh dari wacana tersebut!
J. Media Pembelajaran
1. Teks Artikel
2. Lembar Soal
K. Sumber Acuan
Abidin. 2010. Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung:
Rizqi Press.
Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja. 2010. Membaca Secara efektif dan Efisien.
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwasilah, A.Chaedar dan Hobir A. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa:
Mengungkap Tabir Bahasa Demi Peningkatan SDM yang Kompetitif.
Bandung: Andira.
Baldrige, Keneth P. 1979. Seven Strategies Reading. Greenwich: Addison-
Wesley Publishing Company.
Costa. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Thinking. Alexandria:
ASD
81
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fisher, Alex. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Harjasujana, Ahmad S. 1987. Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung:
Yayasan BFH.
Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir.
Jakarta: Mitra Wacana Media
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis
Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
82
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RPP Ke-2
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AKTIF
TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
ARTIKEL ILMIAH POPULER
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Gambaran Umum Model Pembelajaran
1. Skenario
Pembelajaran membaca artikel ilmiah populer ini direncanakan
menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir
kritis. Skenario pembelajaran yang dilakukan yaitu menginformasikan tujuan
penelitian. Untuk mengetahui profil kemampuan membaca kritis siswa dilakukan
dengan memberikan pretest. Selanjutnya, diberikan beberapa kali perlakuan.
Setelah itu diberikan posttest untuk melihat kemampuan membaca kritis setelah
diberi perlakuan.
Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam proses pembelajaran diterapkan
teknik trading place yaitu dengan cara, siswa menjawab soal-soal yang diberikan
guru. Pertama-tama soal tersebut dijawab sendiri setelah itu siswa bekerjasama
dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Kerjasama ini dilakukan dengan
berpindah tempat untuk berdiskusi menjawab soal-soal.
Selain teknik tes yang digunakan, instrumen penelitian lainnya yaitu
angket yang ditujukan kepada siswa, observasi proses pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru model, dan
83
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru model setelah pelaksanaan
perlakuan terakhir.
2. Orientasi Model
Model pembelajaran aktif tipe trading place merupakan satu dari 101
model pembelajaran aktif yang dikemukakan Silberman. Melalui teknik trading
place, yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide
baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk
mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap
berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan
baru terhadap berbagai masalah. Dengan model pembelajaran aktif tipe trading
place, siswa dapat bekerjasama untuk bertukar informasi, gagasan. Diskusi
melalui kelompok kecil direkomendasikan sebagai strategi yang dapat
meningkatkan berpikir kritis.
3. Prinsip Reaksi
Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel imiah populer, siswa
dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang
bukan teman sebangku. Pertukaran ini terus dilakukan, semakin banyak
berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar
pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran.
B. Penyusunan Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
84
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis.
Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan
membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan
pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:37-
40). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis
dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu:
a. peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun
b. peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun
c. peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun
d. peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12
tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri
perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir dalam
peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah” (Surya, 2004:39)
Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat
diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal
operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan
kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya
banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling
berdiskusi” (Surya, 2004:40).
Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan
menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry dan
hasilnya sebagai berikut:
NO.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH
SUKU KATA
JUMLAH
KALIMAT
WILAYAH
1. Racik kotoran Sapi Jadi
Pengharum Ruangan
251 7,44 11
2. Selayang Pandang
Supersemar
244 8,19 11
3. Kecanduan Facebook
Berdampak Buruk bagi
Kesehatan Mental
256 4,45 11
85
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Penyusunan Bahan/Materi Ajar
Bahan atau materi pembelajaran membaca artikel ilmiah populer yaitu
berupa artikel ilmiah populer yang dimuat di surat kabar. Artikel ilmiah populer
merupakan artikel ilmiah yang dipublikasikan di media cetak yaitu surat kabar
dan majalah. Artikel ilmiah populer dalam gaya tulisannya tidak menggunakan
bahasa baku dan dari segi penulisannya juga tidak menggunakan sistematika
seperti pada tulisan ilmiah. Namun, artikel ilmiah populer merupakan opini
penulis yang ditunjang dari sumber literatur juga hasil temuan ahli. Dengan
demikian, untuk memperoleh pemahaman tentang isi artikel diperlukan argumen
yang didukung oleh fakta yang ada pada bacaan. Sehingga, pembelajaran
membaca artikel ilmiah populer harus melibatkan aspek berpikir kritis.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada perlakuan ke-2 yaitu mengenai tema, gagasan
utama, kalimat utama dan kalimat penjelas, dan menentukan ide pokok. Untuk
lebih jelasnya akan penulis paparkan sebagai berikut.
1. Tema
Tema menurut arti katanya adalah sesuatu yang telah diuraikan. Dilihat
dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama
yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Akan tetapi, dari segi
proses penulisan sebelum seorang penulis menulis karangannya terlebih dahulu
menentukan topik atau pokok pembicaraan sehingga tema didefinisikan, “suatu
perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang
akan dicapai melalui topik tadi” (Keraf, 1997:108).
2. Gagasan Utama Bacaan
Gagasan Utama/ide pokok adalah pokok masalah yang mendasari cerita
yang bersifat abstrak/implisit atau kata–kata kunci yang terdapat dalam kalimat
utama. Cara untuk mengetahui ide pokok yakni dengan cara: Bacalah sebuah
86
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wacana kemudian tutuplah wacana tersebut. Cobalah jawab pertanyaan ini
"Paragraf tersebut membahas mengenai apa?" Nah, jawaban itulah yang
dinamakan ide pokok.
3. Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama adalah realisasi dari ide pokok yang berupa pernyataan atau
kalimat yang terletak di awal dan di akhir paragraf. Kalimat Utama merupakan
kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan menjadi sebuah
paragraph sedangkan kalimat penjelas yaitu kalimat yang berisi penjelasan-
penjelasan dari kalimat inti.
4. Menentukan Ide Pokok
Terdapat dua cara menentukan ide pokok yaitu dilihat dari jenis
paragrafnya. Ada paragraf yang memiliki kalimat utama dan ada pula paragraf
yang tidak memiliki kalimat utama.
a. Paragraf yang memiliki kalimat utama
Cara menentukan ide pokok pada paragraf yang memiliki kalimat utama
sangatlah mudah yaitu dengan mengambil isi kalimat utama itu sendiri. Adapun
kalimat utama letaknya yaitu pada kalimat pertama di awal paragraf dan kalimat
akhir dari sebuah paragraf.
Contoh:
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Kekayaan
alam tersebut terdiri dari kekayaan alam yang bersumber dari darat, laut, dan dari
dalam perut bumi. Kekayaan alam yang bersumber dari darat misalnya hasil
hutan sedangkan kekayaan alam yang bersumber dari laut misalnya ikan, rumput
laut, dan mutiara. Sementara, kekayaan alam yang bersumber dari dalam perut
bumi misalnya minyak, batu bara, emas, timah, nikel dan sebagainya.
Ide pokok paragraf di atas terletak pada kalimat pertama karena kalimat pertama
merupakan kalimat utama. Dengan demikian, ide pokok paragraf di atas yaitu
Indonesia memeiliki kekayaan alam yang sangat melimpah atau kekayaan alam
Indonesia sangat melimpah.
87
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama
Cara menentukan ide pokok pada paragraf yang tidak memiliki kalimat utama
yaitu dengan menyimpulkan isi paragraf tersebut.
Contoh:
Banjir melanda daerah Sumatra Utara dengan ketinggian satu meter. Banjir juga
melanda wilayah Tangerang dan Banten dengan ketinggian yang sama, satu
meter. Seolah tak mau kalah, ibukota Jakarta pun dilanda banjir dengan
ketinggian mencapai satu setenagh meter.
Ide pokok paragraf di atas adalah banjir melanda wilayah Sumatra Utara,
tangerang, dan Jakarta.
E. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang akan dikemukakan yaitu model pembelajaran
aktif, pendekatan komunikatif, dan teknik trading place.
1. Model: Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik
melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan
otak mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal
melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok. Bagi kelompok
kecil dapat merangsang diskusi. Belajar aktif mendorong siswa untuk berpikir,
merasakan, dan menerapkan. Belajar dengan bekerjasama, tugas-tugas dikerjakan
dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
Pembelajaran aktif dalam pembelajaran di kelas, menganjurkan agar anak
didik tidak hanya sekadar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu
88
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah. Yang paling penting
adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih
tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dikatakan
Silberman (2009: xxi), “Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,
dan mendukung. Seringkali peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat
duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras”.
2. Pendekatan: Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan
dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan
komuni-katif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian siswa akan mampu bercerita,
menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya.
3. Teknik: Trading Place
Silberman (2009:44) mengungkapkan mengenai teknik trading place yaitu
suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pen-
dapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berba-
gai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan
penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar
menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru
terhadap berbagai masalah.
89
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Langkah-langkah Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi
Berpikir Kritis
NO
.
KEGIATAN
AKTIVITAS
1.
2.
- Awal a. Mengucapkan salam
b. Mengondisikan kelas
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Menyampaikan apersepsi berkaitan dengan
artikel ilmiah populer secara umum
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Inti a. Tahap Prabaca
- guru menganjurkan pertanyaan sekaitan
dengan materi yang akan dibahas
- guru membagikan sebuah artikel ilmiah
populer dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada siswa
b. Tahap Membaca
- guru memandu siswa dalam membaca artikel
ilmiah dengan cara memahami baris, antar
baris, dan di belakang baris
c. Tahap Pascabaca
- guru menginstruksikan siswa untuk berdiskusi
menjawab soal-soal melalui bertukar ide
dengan siswa lainya
- salah seorang siswa membacakan hasil diskusi
dan siswa lainnya menanggapi
- siswa menyampaikan kritik
90
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
- siswa memberikan alasan
- siswa menghubungkan sebab-akibat
- jawaban yang benar semua diberikan reward
3. - Akhir Mengulas secara singkat materi yang baru
dibahas dan menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran
G. Evaluasi Pembelajaran Membaca
Evaluasi pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer yaitu
memahami tentang:
1) menentukan tema bacaan
2) menentukan ide pokok bacaan
3) membedakan kalimat utama dan kalimat penjelas
4) menafsirkan ide pokok/gagasan utama
5) menafsirkan ide penunjang
H. Indikator Kemampuan Membaca Kritis Berorientasi Berpikir Kritis
Aspek
Indikator Membaca Kritis
Jenjang
Kognitif
1. Kemampuan
Menginterpretasi
Makna Tersirat
(a) Menafsirkan ide
pokok paragraf
(KBPD-c);
(b) Menafsirkan ide-ide
penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kri-tis
hubungan sebab-akibat
(KBPD-i).
K2
2. Kemampuan
Mengaplikasikan
Konsep-konsep
dalam Bacaan
(a) Mengikuti petunjuk-
petunjuk dalam bacaan
(KBKD-h);
K3
91
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(b) Menerapkan konsep-
konsep atau gagasan-gagasan
(KBM-e);
(c) Menunjukkan kesesuaian
antara gagasan utama
dengan situasi yang dihadapi
(KBM-e);
3. Kemampuan
Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan utama
bacaan (KBPD-i);
(b) Memeriksa detail/fakta
penunjang (KBST-c);
(c) Mengklasifikasikan fakta-
fakta (KBM-c).
K4
4. Kemampuan
Sintesis
(a) Membuat simpulan bacaan
(KBPD-a);
(b) Mengorganisasikan
gagasan utama bacaan
(KBST-c);
(c) Menentukan tema bacaan
(KBM-g);
(d) Menghubungkan data
sehingga diperoleh simpulan
(KBST-e);
(e) Membuat ringkasan
(KBPL-c).
K5
5. Kemampuan
Menilai Isi
Bacaan
(a) Menilai kebenaran
gagasan utama/ide pokok
paragraf/bacaan secara
keseluruhan (KBKD-h);
K6
92
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(b) Menilai dan menentukan
bahwa sebuah pernyataan
adalah fakta atau
opini (KBM-f);
(c) Menentukan keselarasan
antara data yang
diungkapkan
dengan kesimpulan yang
dibuat (KBST-b).
I. Tugas Terstruktur
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa tema wacana tersebut?
2. Sebutkan gagasan utama alinea ke-3!
3. Tuliskan sebuah fakta dari bacaan tersebut serta sebutkan dari alinea ke
berapa?
4. Tunjukan sebuah kalimat yang mengandung opini serta ada pada alinea ke
berapa?
5. Buatlah simpulan dari bacaan tersebut disertai fakta-fakta pendukung!
J. Media Pembelajaran
1. Teks Artikel
2. Lembar Soal
K. Sumber Acuan
Abidin. 2010. Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung:
Rizqi Press.
Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja. 2010. Membaca Secara efektif dan Efisien.
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwasilah, A.Chaedar dan Hobir A. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa:
Mengungkap Tabir Bahasa Demi Peningkatan SDM yang Kompetitif.
Bandung: Andira.
Baldrige, Keneth P. 1979. Seven Strategies Reading. Greenwich: Addison-
Wesley Publishing Company.
93
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Costa. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Thinking. Alexandria:
ASD
Fisher, Alex. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Harjasujana, Ahmad S. 1987. Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung:
Yayasan BFH.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir.
Jakarta: Mitra Wacana Media
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis
Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
94
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RPP Ke-3
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AKTIF
TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
ARTIKEL ILMIAH POPULER
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Gambaran Umum Model Pembelajaran
Gambaran umum model pembelajaran terdiri atas 3 hal. Pertama,
Skenario. Kedua, orientasi model, dan ketiga, prinsip reaksi.
1. Skenario
Pembelajaran membaca artikel ilmiah populer ini direncanakan menggunakan
model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Skenario
pembelajaran yang dilakukan yaitu menginformasikan tujuan penelitian. Untuk
mengetahui profil kemampuan membaca kritis siswa dilakukan dengan
memberikan pretest. Selanjutnya, diberikan beberapa kali perlakuan. Setelah itu
diberikan posttest untuk melihat kemampuan membaca kritis setelah diberi
perlakuan.
Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam proses pembelajaran diterapkan
teknik trading place yaitu dengan cara, siswa menjawab soal-soal yang diberikan
guru. Pertama-tama soal tersebut dijawab sendiri setelah itu siswa bekerjasama
dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Kerjasama ini dilakukan dengan
berpindah tempat untuk berdiskusi menjawab soal-soal.
95
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain teknik tes yang digunakan, instrumen penelitian lainnya yaitu
angket yang ditujukan kepada siswa, observasi proses pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru model, dan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru model setelah pelaksanaan
perlakuan terakhir.
2. Orientasi Model
Model pembelajaran aktif tipe trading place merupakan satu dari 101
model pembelajaran aktif yang dikemukakan Silberman. Melalui teknik trading
place, yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide
baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk
mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap
berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan
baru terhadap berbagai masalah. Dengan model pembelajaran aktif tipe trading
place, siswa dapat bekerjasama untuk bertukar informasi, gagasan. Diskusi
melalui kelompok kecil direkomendasikan sebagai strategi yang dapat
meningkatkan berpikir kritis.
3. Prinsip Reaksi
Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel imiah populer, siswa
dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang
bukan teman sebangku. Pertukaran ini terus dilakukan, semakin banyak
berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar
pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran.
96
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Penyusunan Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis.
Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan
membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan
pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:37-
40). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis
dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu:
a) peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun
b) peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun
c) peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun
d) peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12
tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri
perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir dalam
peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah” (Surya, 2004:39)
Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat
diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal
operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan
kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya
banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling
berdiskusi” (Surya, 2004:40).
97
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan
menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry dan
hasilnya sebagai berikut:
NO.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH
SUKU KATA
JUMLAH
KALIMAT
WILAYAH
1. Racik kotoran Sapi Jadi
Pengharum Ruangan
251 7,44 11
2. Selayang Pandang
Supersemar
244 8,19 11
3. Kecanduan Facebook
Berdampak Buruk bagi
Kesehatan Mental
256 4,56 11
C. Bahan Pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran membaca artikel ilmiah populer yaitu
berupa artikel ilmiah populer yang dimuat di surat kabar. Artikel ilmiah populer
merupakan artikel ilmiah yang dipublikasikan di media cetak yaitu surat kabar
dan majalah. Artikel ilmiah populer dalam gaya tulisannya tidak menggunakan
bahasa baku dan dari segi penulisannya juga tidak menggunakan sistematika
seperti pada tulisan ilmiah. Namun, artikel ilmiah populer merupakan opini
penulis yang ditunjang dari sumber literatur juga hasil temuan ahli. Dengan
demikian, untuk memperoleh pemahaman tentang isi artikel diperlukan argumen
yang didukung oleh fakta yang ada pada bacaan. Sehingga, pembelajaran
membaca artikel ilmiah populer harus melibatkan aspek berpikir kritis.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada pertemuan ketiga yaitu mengenai ringkasan dan
membuat kesimpulan dari bacaan.
1. Ringkasan
Ringkasan atau sering juga disebut dengan istilah “precis” adalah bentuk
singkat atau ringkas dari sebuah karangan yang masih memperliohatkan sosok
98
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dasar dari aslinya. Inti bacaan dalam ringkasan yang dibuat, tidak
meninggalkan urutan-urutan gagasan yang melandasinya. Precis atau
memangkas, artinya penyususn ringkasan hanya memangkas hal-hal yang lebih
kecil yang menyelimuti gagasan utama bacaan. Dengan kata lain, ringkasan
merupakan menyusun bacaan berdasarkan fakta bacaan secara menyeluruh
bukan memaparkan yang sedetail-detailnya.
2. Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan yaitu suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan
ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri.
E. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran pada RPP ini menyangku tentang model
pembelajaran aktif, pendekatan komunikatif, dan teknik trading place.
1. Model: Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik
melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan
otak mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal
melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok. Bagi kelompok
kecil dapat merangsang diskusi. Belajar aktif mendorong siswa untuk berpikir,
merasakan, dan menerapkan. Belajar dengan bekerjasama, tugas-tugas dikerjakan
dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
Pembelajaran aktif dalam pembelajaran di kelas, menganjurkan agar anak
didik tidak hanya sekadar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu
membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah. Yang paling penting
99
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih
tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dikatakan
Silberman (2009: xxi), “Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,
dan mendukung. Seringkali peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat
duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras”.
2. Pendekatan: Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan
dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan
komuni-katif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian siswa akan mampu bercerita,
menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya.
3. Teknik: Trading Place
Silberman (2009:44) mengungkapkan mengenai teknik trading place yaitu
suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pen-
dapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berba-
gai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan
penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar
menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru
terhadap berbagai masalah.
100
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Langkah-langkah Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi
Berpikir Kritis
NO
.
KEGIATAN
AKTIVITAS
1.
2.
- Awal
a. Mengucapkan salam
b. Mengondisikan kelas
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Menyampaikan apersepsi berkaitan dengan
artikel ilmiah populer secara umum
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Inti a. Tahap Prabaca
- guru menganjurkan pertanyaan sekaitan
dengan materi yang akan dibahas
- guru membagikan sebuah artikel ilmiah
populer dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada siswa
b. Tahap Membaca
- guru memandu siswa dalam membaca artikel
ilmiah dengan cara memahami baris, antar
baris, dan di belakang baris
c. Tahap Pascabaca
- guru menginstruksikan siswa untuk berdiskusi
menjawab soal-soal dengan siswa lainnya
untuk bertukar ide atau pendapat dalam
menemukan gagasan
101
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
- salah seorang siswa membacakan hasil diskusi
dan siswa lainnya menanggapi
- siswa menyampaikan kritik
- siswa memberikan alasan
- siswa menghubungkan sebab-akibat
- jawaban yang benar semua diberikan reward
3. - Akhir Mengulas secara singkat materi yang baru
dibahas dan menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran
G. Evaluasi Pembelajaran Membaca
Evaluasi pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer yaitu
memahami tentang:
1) informasi tersurat dan tersirat;
2) menyimpulkan bacaan;
3) membedakan fakta dan opini;
4) menafsirkan ide pokok/gagasan utama;
5) menafsirkan ide penunjang;
6) menentukan tema bacaan.
102
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Indikator Kemampuan Membaca Kritis Berorientasi Berpikir Kritis
Aspek
Indikator Membaca Kritis
Jenjang Kognitif
1. Kemampuan
Menginterpretasi
Makna Tersirat
(a) Menafsirkan ide
pokok paragraf
(KBPD-c);
(b) Menafsirkan ide-ide
penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kri-
tis hubungan sebab-akibat
(KBPD-i).
K2
2. Kemampuan
Mengaplikasikan
Konsep-konsep dalam
Bacaan
(a) Mengikuti petunjuk-
petunjuk dalam bacaan
(KBKD-h);
(b) Menerapkan konsep-
konsep atau gagasan-
gagasan (KBM-e);
(c) Menunjukkan
kesesuaian antara gagasan
utama dengan situasi
yang dihadapi (KBM-e);
K3
3. Kemampuan
Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan
utama bacaan (KBPD-i);
(b) Memeriksa
detail/fakta penunjang
(KBST-c);
(c) Mengklasifikasikan
fakta-fakta (KBM-c).
K4
4. Kemampuan (a) Membuat simpulan K5
103
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sintesis bacaan (KBPD-a);
(b) Mengorganisasikan
gagasan utama bacaan
(KBST-c);
(c) Menentukan tema
bacaan (KBM-g);
(d) Menghubungkan data
sehingga diperoleh
simpulan (KBST-e);
(e) Membuat ringkasan
(KBPL-c).
5. Kemampuan
Menilai Isi
Bacaan
(a) Menilai kebenaran
gagasan utama/ide pokok
paragraf/bacaan secara
keseluruhan (KBKD-h);
(b) Menilai dan
menentukan bahwa
sebuah pernyataan adalah
fakta atau
opini (KBM-f);
(c) Menentukan
keselarasan antara data
yang diungkapkan
dengan kesimpulan yang
dibuat (KBST-b).
K6
I. Tugas Terstruktur
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Buatlah ringkasan dari artikel ilmiah populer yang telah Saudara baca!
2. Apa simpulan yang dapat Saudara ungkapkan dari artikel yang telah
Saudara baca tersebut!
J. Media Pembelajaran
104
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Teks Artikel
2. Lembar Soal
K. Sumber Acuan
Abidin. 2010. Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi
Press.
Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja. 2010. Membaca Secara efektif dan Efisien.
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwasilah, A.Chaedar dan Hobir A. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa:
Mengungkap Tabir Bahasa Demi Peningkatan SDM yang Kompetitif.
Bandung: Andira.
Baldrige, Keneth P. 1979. Seven Strategies Reading. Greenwich: Addison-
Wesley Publishing Company.
Costa. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Thinking. Alexandria:
ASD
Fisher, Alex. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Harjasujana, Ahmad S. 1987. Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung:
Yayasan BFH.
Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir.
Jakarta: Mitra Wacana Media
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis
Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
1. Instrumen Pengumpul Data
Instrumen pengumpul data yang digunakan penulis pada penelitian ini
terdiri dari instrumen tes dan nontes. Instrumen tes terdiri dari soal tes
kemmapuan membaca artikel ilmiah populer sedangkan instrumen nontes terdiri
dari lembar observasi, angket, dan wawancara. Sebelum instrumen nontes dibuat
terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Berikutnya, akan dikemukakan kisi-kisi serta
soal instumen pengumpul data.
105
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.1 Kisi-kisi Angket, Observasi, dan Wawancara
2.1.1 Kisi-kisi Angket
Adapun kisi-kisi angket pendapat siswa dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
KISI-KISI ANGKET PENDAPAT SISWA
TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE
BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN
MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
MASALAH TUJUAN INDIKATOR ASPEK
YANG DIUKUR
NOMOR
SOAL
(1) (2) (3) (4) (5)
Bagaimankah
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
menggunakan
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir kritis
Menghimpun
pendapat siswa
dan guru
tentang kualitas
pembelajaran
membaca
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir kritis
dalam
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
Keefektifan
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir kritis
dalam
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
1. Tujuan
a. Penyampaian
tujuan
pembelajaran
membaca
b. Mudah
tidaknya
dipahami
2. Bahan
a. Kesesuain
tujuan dengan
bahan
b. Kesesuaian
bahan dengan
kebutuhan
c. Kemenarikan
bahan
3. Model
Pembelajaran
a. Menumbuhkan
motivasi
b. Memahami
artikel
c. Menganalisis
artikel
d. Mengevaluasi
artikel
e. Menarik
kesimpulan
f. Berpikir kritis
g. Kemenarikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
106
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model
h. Aktivitas belajar
siswa
i. Motivasi belajar
siswa
j. Memperkaya
pengalaman
belajar
k. Kualitas
interaksi
l. Kualitas
pembelajaran
m. Kualitas
kemampuan
membaca
n. Kemampuan
memotivasi
minat siswa
o. Dapat tidaknya
diterapkan pada
keterampilan
berbahasa
lainnya.
13
14
15
16
17
18
19
20
2.1.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi
Instrumen tes berupa pengumpul data observasi, kisi-kisinya dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI TERHADAP KUALITAS
PEMBELAJARAN PADA PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN
AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS
PADA PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
MASALAH TUJUAN INDIKATOR ASPEK
YANG DIUKUR
NOMOR
SOAL
(1) (2) (3) (4) (5)
Bagaimankah
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
Menghimpun
pendapat siswa
dan guru
tentang kualitas
Keefektifan
model
pembelajaran
aktif tipe
Pendahuluan
1
107
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
populer
menggunakan
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir kritis
pembelajaran
membaca
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir kritis
dalam
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
trading place
berorientasi
berpikir kritis
dalam
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
Penyajian Tujuan
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
2
3
2.1. 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.
Tabel 5.3
PEDOMAN WAWANCARA
TENTANG PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH
POPULER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS
MASALAH TUJUAN INDIKATOR ASPEK YANG
DIUKUR
NOMOR
PERTANYAAN
Bagaimana
pendapat
guru tentang
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir
kritis pada
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
Untuk
memperoleh
atau
menghimpun
pendapat
guru tentang
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir
kritis dalam
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
model
pembelajaran
aktif tipe
trading place
berorientasi
berpikir kritis
dalam
pembelajaran
membaca
artikel ilmiah
populer
1. Keefektifan
model tersebut
ketika
diterapkan di
kelas.
2. Dapat tidaknya
menambah
interaksi
pembelajaran
3. Dapat tidknya
diimplementas
ikan ke dalam
RPP
4. Hambatan
yang dirasakan
dan cara
1
2, 3, 4
5
6, 7, 8, 9
108
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
populer mengatasinya
5. Keunggulan
dan kelemahan
model
tersebut,
6. Saran/masukan
untuk
perbaikan
model.
7. Kemungkinan
model untuk
digunakan
pada
pembelajaran
keterampilan
berbahasa
lainnya.
10
11
12
JUMLAH 12
2.1.4 Kisi-kisi Soal Tes
Soal tes merupakan instrumen utama pada penelitian ini. Kisi-kisi sebelum
soal tes dibuat dapat dilihat pada tabel 6.3 berikut ini.
Tabel 6.3
Komposisi Sebaran Soal Pilihan Ganda
No.
Indikator Membaca Kritis
Jumlah
Soal
Jumlah Soal untuk
Artikel
Ke-1 Ke-2 Ke-3
1. Kemampuan Menginterpretasi Mak-
na Tersirat
6 2 2 2
2. Kemampuan Menganalisis 9 3 3 3
3. Kemampuan Mensintesis 9 3 3 3
4. Kemampuan Menilai 6 2 2 2
Jumlah 10 10 10
109
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komposisi Sebaran Soal Esai
Jenis Artikel Jenjang Kognisi
dan Berpikir Kritis
Soal Nomor
Artikel A (K4-a), (K5-a) 1, 2
Artikel B (K4-c), (K6-c) 3, 4
Artikel C (K5-c), (K6-b) 5, 6
Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Membaca Kritis
Aspek
Indikator Membaca
Kritis
Jenjang
Kognitif
Tipe
Soal
Nomor
Soal A B
1. Kemampuan
Menginterpretasi
Makna Tersirat
(a) Menafsirkan ide
pokok paragraf
(KBPD-c);
(b) Menafsirkan ide-ide
penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kri-
tis hubungan sebab-akibat
(KBPD-i).
K2 x
x
x
x
1
21, 2
12, 22, 2
(esai)
2. Kemampuan
Mengaplikasikan
Konsep-konsep
dalam Bacaan
(a) Mengikuti petunjuk-
petunjuk dalam bacaan
(KBKD-h);
(b) Menerapkan konsep-
konsep atau gagasan-
gagasan (KBM-e);
(c) Menunjukkan
kesesuaian antara
gagasan utama dengan
situasi yang dihadapi
K3 x
x
x
x
13, 24
3, 23,11
4, 14, 3
(esai)
110
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(KBM-e);
3. Kemampuan
Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan
utama bacaan (KBPD-i);
(b) Memeriksa
detail/fakta penunjang
(KBST-c);
(c) Mengklasifikasikan
fakta-fakta (KBM-c).
K4 x
x
x
x
6, 27
5, 15, 25
16, 4
(esai)
4. Kemampuan
Sintesis
(a) Membuat simpulan
bacaan (KBPD-a);
(b) Mengorganisasikan
gagasan utama bacaan
(KBST-c);
(c) Menentukan tema
bacaan (KBM-g);
(d) Menghubungkan data
sehingga diperoleh
simpulan (KBST-e);
(e) Membuat ringkasan
(KBPL-c).
K5 x
x
x
x
x
x
7, 5 (esai)
17, 26
9, 28
8, 18
1
5. Kemampuan
Menilai Isi
Bacaan
(a) Menilai kebenaran
gagasan utama/ide
pokok paragraf/bacaan
secara keseluruhan
(KBKD-h);
(b) Menilai dan
menentukan bahwa
sebuah pernyataan
adalah fakta atau
K6 x
x
29
19, 30, 6
(esai)
111
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
opini (KBM-f);
(c) Menentukan
keselarasan antara data
yang diungkapkan
dengan kesimpulan yang
dibuat (KBST-b).
x
10, 20
Keterangan:
A = Soal Pilihan Ganda
B = Soal Esai
112
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2 Soal Instrumen Tes Pengumpul Data
2.2.1 Soal Pedoman Observasi
Kisi-kisi untuk instrumen pengumpul data berupa pedoman observasi
dapat dilihat pada tabel 7.3 di bawah ini.
Tabel 7.3
PEDOMAN OBSERVASI TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN
PADA PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE
TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS PADA
PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
Petunjuk:
Pilihlah kolom “Hasil Pengamatan” dengan memberikan ceklist (√) pada:
-Kolom (3) apabila hasil pengamatan terjadi
-Kolom (4) apabila hasil pengamatan tidak terjadi
-Kolom (5) apabila bersunguh-sungguh
-Kolom (6) apabila tidak bersungguh-sungguh
NO. UNSUR YANG
DIAMATI
HASIL PENGAMATAN KETERANGAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1.
Pendahuluan
Guru:
a. Mengucapkan salam
b. Mengondisikan kelas
c. Mengecek kehadiran
siswa
Siswa:
a. Menjawab salam
b. Menyiapkan diri
untuk belajar
113
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.
3.
c. Menginformasikan
siswa yang tidak hadir
Tahap Penyajian Tuju-
an Pembelajaran
Guru:
a. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
b. Menyampaikan
informasi tentang
“Model Pembela-
jaran Aktif Tipe
Trading Place Bero-
rientasi Berpikir Kri-
tis dalam Pembe-
lajaran Membaca
Artikel Ilmiah Popu-
ler”
c. Guru menganjurkan
pertanyaan sekaitan
dengan materi yang
akan dibahas
Siswa:
a. Menyimak tujuan
pembelajaran
b. Menyimak informasi
tentang pelaksanaan
pembelajaran model
pembelajaran aktif
tipe trading place
berorientasi berpikir
kritis dalam pembe-
lajaran membaca
artikel ilmiah populer
c. Mengajukan
pertanyaan
Tahap Kegiatan Pem-
belajaran
Guru:
a. Guru menjelaskan
tentang membaca kri-
114
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tis berorientasi berpi-
kir kritis, dan artikel
ilmiah populer
b. Guru menjelaskan
langkah-langkah
membaca kritis
c. Guru mengajukan
pertanyaan untuk
mengetahui berpikir
kritis siswa
d. Guru membagikan
artikel ilmiah populer
e. Guru meminta siswa
untuk membacakan
artikel ilmiah populer
f. Guru berdiskusi de-
ngan siswa dalam
memahami baris,
antar baris, dan
dibalik baris
g. Guru menginstruk-
sikan siswa untuk
berpindah tempat
berdiskusi dengan
siswa yang bukan
sebangku dalam men-
jawab soal-soal yang
diberikan guru
h. Guru memberikan
reward kepada siswa
yang mengemukakan
hasil diskusi dan
berpindah tempat
paling banyak serta
paling cepat menye-
lesaikan soal-soal
dengan benar
Siswa:
a. Menjawab pertanyaan
guru
b. Mengerjakan soal-
soal
c. Berpindah tempat
untuk berdiskusi
d. Mengemukakan hasil
diskusi
115
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penutup
Guru:
Mengulas secara singkat
materi yang baru dibahas
Siswa:
Menyimpulkan materi
2.2.2 Soal Angket
Soal angket sebagai instrumen pengumpul data dapat dilihat pada tabel 8.3
berikut ini.
Tabel 8.3
ANGKET PENDAPAT SISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN
AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
Petunjuk: Angket ini terdiri dari 20 pertanyaan. Pilihlah pernyataan yang Anda anggap
paling sesuai dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada kolom pilihan.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
NO. PERNYATAAN PILIHAN
SS S KS TS STS
1. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung
guru menyampaikan terlebih dahulu tentang
tujuan membaca
2. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
mudah dipahami
3. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
sesuai dengan bahan atau materi pembelajaran
4. Pemilihan bahan membaca oleh guru sesuai
dengan kebutuhan dan minat siswa
5. Artikel ilmiah populer yang disajikan sebagai
bahan bacaan dalam pembelajaran membaca
menarik perhatian untuk dibaca
6. Model pembelajaran aktif tipe trading place
116
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa
7. Model pembelajaran aktif tipe trading place
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat memudahkan siswa dalam
memahami artikel ilmiah populer
8. Model pembelajaran aktif tipe trading place)
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat memudahkan siswa dalam
menganalisis isi artikel ilmiah populer
9. Model pembelajaran aktif tipe trading place
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat memudahkan siswa dalam
mengevaluasi isi artikel ilmiah populer
10. Model pembelajaran aktif tipe trading place
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat memudahkan siswa untuk
menyimpulkan isi artikel dengan bahasa sendiri
11. Model pembelajaran aktif tipe trading place
yang digunakan guru dalam pembelajaran
membaca kritis artikel ilmiah populer dapat
memudahkan Anda untuk berpikir kritis
12. Model pembelajaran aktif tipe trading place
yang digunakan peneliti dalam pembelajaran
membaca kritis artikel ilmiah populer sangat
menarik
13. Model pembelajaran aktif tipe trading place
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa
14. Model pembelajaran aktif tipe trading place
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa
15. Model pembelajaran aktif tipe trading place
dalam pembelajaran membaca kritis artikel
ilmiah populer dapat memperkaya pengalaman
belajar di kelas
16.
Model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran
membaca kritis artikel ilmiah populer dapat
menciptakan interaksi (komunikasi) yang
beragam antara siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, dan guru dengan siswa
17. Model pembelajaran aktif tipe trading place
117
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran
membaca kritis artikel ilmiah populer dapat
meningkatkan mutu pembelajaran membaca
18. Model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran
membaca kritis artikel ilmiah populer
berorientasi berpikir kritis dapat meningkatkan
kemampuan membaca siswa
19. Model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran
membaca kritis artikel ilmiah populer
berorientasi berpikir kritis dapat memotivasi
minat siswa
20. Model pembelajaran aktif tipe trading place
berorientasi berpikir kritis dapat diujicobakan
pada pembelajaran keterampilan berbahasa
lainnya yaitu menulis, berbicara atau menyimak
2.2.3 Soal Pedoman Wawancara
1. Menurut Ibu, apakah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis efektif dalam pembelajaran
membaca artikel ilmiah populer?
2. Apakah model tersebut dapat diikuti oleh siswa?
3. Apakah model pembelajaran tersebut menjadikan interaksi siswa dengan siswa
dan siswa dengan guru?
4. Apakah model tersebut dapat menambah interaksi pembelajaran?
5. Apakah model tersebut dapat diimplementasikan ke dalam RPP pada
pembelajaran membaca artikel?
6. Menurut ibu, hambatan apa yang dirasakan ketika mengajarkan membaca
artikel ilmiah populer dengan menggunakan model tersebut?
7. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut? Apa solusinya?
8. Pada bagian manakah yang dirasakan sulit ketika mengajarkan membaca
artikel ilmiah populer dengan model tersebut?
9. Bagaimana cara mengatasi kesulitan itu?
10. Menurut Ibu, apa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran aktif tipe
trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel
ilmiah populer?
11. Apa saran atau masukan Ibu untuk perbaikan model tersebut sehingga
menjadi lebih efektif?
118
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12. Apakah model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir
kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer dapat digunakan
atau diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya?
2.2.4 Soal Tes Kemampuan Membaca
TES KEMAMPUAN MEMBACA
ARTIKEL ILMIAH POPULER
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hari, tanggal :
Waktu : 90 Menit
Petunjuk Umum:
1. tulislah terlebih dahulu nama Anda pada lembar jawaban.
2. bacalah soal dengan seksama.
3. setelah mengerjakan soal, lembar soal harus dikumpulkan kembali.
4. jawaban soal jenis pilihan ganda dikerjakan dengan cara memberikan tanda
silang (X) pada jawaban yang dianggap benar
5. jawaban soal jenis pilihan ganda maupun soal jenis esai dikerjakan pada
lembar jawaban.
6. dilarang keras mengerjakan soal sambil membuka buku/catatan dan
bekerjasama dengan siswa lain.
ARTIKEL A
Energi Terbarukan Penyangga Pasokan Energi Nasional
oleh Moch. Sofyan
Panas bumi dan tenaga hidro secara bertahap akan menggantikan
pembangkit listrik minyak bumi.
Sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius karena laju permintaan
energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan. Belum lagi isu pemanasan
global serta ketahanan energi nasional yang rentan fluktuasi harga dan kian
terbatasnya sumber energi fosil (migas dan batubara).
Energi baru dan terbarukan (EBT) harus mulai dikembangkan dengan
mengubah pola pikir bahwa EBT Bukan sekadar energi alternatif bahan bakar
fosil tapi penyangga pasokan energi nasional. Saat ini komposisi EBT PLN hanya
11 persen sedangkan porsi terbesar batu bara 45 persen, gas 27 persen, dan
minyak bumi 17 persen. Keppres No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
menyebutkan EBT sebagai sumber pembangkit ditargetkan 20 persen pada 2025.
119
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari total kapasitas pembangkit pada FTP (Fast Track Program) 10.000
MW tahap kedua, 66 persen pembangkit menggunakan EBT. Rinciannya,
pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 4.925 MW dan PLTA 1.753 MW.
Untuk mengurangi ketergantungan pembangkit listrik terhadap energi
fosil, penggunaan EBT harus di dorong. Dua EBT yang akan mendominasi
program PLN adalah tenaga hidro dan tenaga panas bumi (geothermal). Dari
potensi tenaga hidro di Indonesia sebesar 75 ribu MW, akan dibangun PLTA
dengan total kapasitas 12.900 MW sampai 2025. Saat ini total kapasitas PLTA
yang beroperasi 3.500 MW, sedangkan dari potensi panas bumi sebesar 30.000
MW yang telah beroperasi 1.313 MW di 26 lokasi.
Potensi EBT lainnya adalah biodesel yang sumbernya berasal dari minyak
kelapa sawit, tanaman jarak, dan singkong. CPO memiliki sumber yang
berlimpah karena Indonesia memproduksi 26 juta ton per tahun. Selain itu PLN
berencana memanfaatkan biomassa dengan target 375 MW, tenaga surya 620
MW, dan mini hidro 1.500 MW. Pulau-pulau di Indonesia Timur yang
menggunakan PLTD diganti sistem hibrida, gabungan tenaga surya, biomassa,
dan mini hidro. Dengan pemanfaatan EBT dari berbagai sumber ini, PLN yakin
penggunaan minyak bumi bisa ditekan hingga 3 persen di 2015.
Dari sisi kelayakan finansial dan teknis, PLN menjadikan skala
pengembangan tenaga hidro dan tenaga panas bumi lebih dikedepankan dibanding
biodesel dan biomassa. Biomassa dan biodesel berbenturan dengan kebutuhan
pangan dan fluktuasi harga dunia, sedangkan tenaga hidro dan panas bumi
mendukung pasokan energi nasional karena tidak bisa diekspor dan
diperjualbelikan.
Pengembangan potensi panas bumi di Tanah Air memiliki tantangan
karena sebagian besar lokasinya di kawasan hutan lindung dan wilayah
konservasi. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi
menyebutkan, pengembangan panas bumi sebagai aktivitas pertambangan,
sedangkan UU No.41 Tahun 1999 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
menyatakan kawasan konservasi hanya untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan belum memungkinkan untuk
pengusahaan panas bumi. Agar tidak terjadi hambatan dalam implementasi EBT,
maka diperlukan perubahan dan harmonisasi regulasi.
Tantangan lain pengembangan EBT adalah investasi awal yang besar.
Jika investasi PLTD US 500 per KW dan PLTG US 750 per KW, investasi PLTA
berkisar US 2000-2500 sedangkan PLTP dan PLTS US 3000-4000. Karena
keterbatasan dana investasi maka pada FTP II, PLN mengelola 26 proyek
berkapasitas 3.757 MW, sedangkan 72 proyek dengan kapasitas 6.290 MW
dikelola IPP (Independent Power Producer).
120
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Petunjuk Khusus:
Soal no.1-10 mengacu pada Artikel A di atas.
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban!
1. Berdasarkan pemahaman Saudara, paragraf VII bacaan di atas membahasa
mengenai....
A. kegiatan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pendidikan
B. Potensi panas bumi di tanah air mengalami tantangan dalam pengemba-
ngannya
C. UU nomor 27 tahun 2003 dan UU no.41 tahun 1999
D. Lokasi potensi panas bumi berada pada kawasan hutan lindung dan wilayah
konservasi, sehingga potensi panas bumi dalam pengembangannya memiliki
hambatan
2. Teliti paragraf I bacaan di atas. Dikatakan, sektor energi di Indonesia
mengalami masalah serius karena laju permintaan energi di dalam negeri
melebihi pertumbuhan pasokan. Yang dimaksud energi pada kalimat tersebut
adalah ....
A. tenaga hidro
B. tenaga listrik
C. tenaga gas
D. tenaga uap
3. Dua EBT yang mendominasi PLN yaitu tenaga hidro dan panas bumi. Akan
tetapi, panas bumi mengalami tantangan yaitu...
A. tenaga panas bumi perlu investasi yang besar
B. sebagian besar lokasinya bukan di kawasan hutan lindung
C. penggunaan tenaga panas bumi ditekan hingga 3 persen
D. EBT sumbernya dari biodesel dan biomassa
4. Dengan tergantikannya pembangkit listrik minyak bumi dengan panas bumi
dan tenaga hidro maka...
A. ketergantungan terhadap energi fosil dapat dikurangi
B. tidak akan mempengaruhi pasokan energi di Indonesia
C. pasokan energi bukan hanya panas bumi dan tenaga hidro
D. panas bumi dan tenaga hidro merupakan energi utama
5. Pemerintah meningkatkan pasokan energi nasional melalui EBT. Namun,
kekayaan energi malah dikelola pihak asing. Apa yang seharusnya dilakukan
pemerintah?
A. Mengelola sendiri potensi energi nasional tanpa melibatkan pihak asing
121
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Menyewakan kepada pihak asing dengan alasan mendapat pemasukan
C. Menyewakan kepada pihak asing karena Indonesia kekurangan SDM
D. Tidak melibatkan pihak asing tetapi berupaya juga meningkatkan SDM
6. Gagasan utama paragraf VII di atas adalah....
A. tantangan wilayah konservasi di tanah air
B. tantangan mengembangkan potensi panas bumi
C. terubahan dan harmonisasi regulasi kawasan hutan
D. tantangan pengembangan kawasan hutan lindung
7. Simpulan yang diperoleh dari bacaan di atas adalah....
A. sumber EBT adalah biodesel, biomassa, tenaga hidro, dan tenaga panas
bumi
B. panas bumi dan tenaga hidro secara bertahap akan menggantikan
pembangkit listrik minyak bumi
C. biodesel dan biomassa berbenturan dengan kebutuhan pangan dan fluktua-
si harga dunia
D. tenaga panas bumi dan hidro mendukung pasokan energi nasional
8. Teliti kembali paragraf IV di atas. Berdasarkan kalimat (1) sampai kalimat (4),
dapat disimpulkan bahwa....
A. tenaga hidro dan tenaga panas bumi akan menyokong pasokan energi
nasional
B. tenaga hidro dan tenaga panas bumi kurang berperan dalam menyokong
pasokan energi nasional
C. terdapat beberapa energi fosil mendukung pembangkit tenaga listrik
D. tenaga hidro dan tenaga panas bumi merupakan dua energi baru dan terba-
rukan
9. Tema bacaan wacana di atas adalah....
A. energi terbarukan penyangga pasokan energi nasional
B. potensi EBT yang akan mendominasi progran PLN
C. mengurangi ketergantungan energi panas bumi
D. masalah serius sektor energi listrik di Indonesia
10. Menurut penilaian Saudara, setujukah bahwa artikel yang berjudul “Energi
Terbarukan Penyangga Pasokan Energi Nasional” merupakan jenis artikel
ilmiah populer?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
122
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Kurang setuju
ARTIKEL B
Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak Remaja
Masa remaja adalah masa perkembangan psikologis anak untuk menjadi seorang
anak yang mulai tumbuh dewasa atau biasa dikenal dengan masa peralihan dari
masa anak-anak menjadi orang dewasa. Pada masa ini anak remaja biasanya suka
meniru gaya atau style orang yang dikaguminya sehingga dalam hal ini sangat
dibutuhkan bimbingan dari orang tua agar anak remajanya tidak salah gaya yang
dapat membuat rusak untuk masa depannya.
Tapi kebanyakan orang tua tidak mengetahui dalam mendidik anak remaja,
mereka tidak tahu bakat apa yang dimiliki anaknya sehingga bakat anaknya itu
terkandas karena kesalahan dari orang tua. Oleh karena itu, berikut beberapa
kesalahan orang tua dalam mendidik anak remaja mereka:
1. Salah Persepsi
Seringkali orang tua menanamkan persepsi yang salah tentang diri sendiri juga
persepsi tentang keberhargaan diri dalam diri anak-anaknya baik secara sadar atau
tidak sadar hal ini mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Ketika orang tua
mengajarkan persepsi yang salah kepada diri anak, sebenarnya saat itulah orang
tua sedang menanam ranjau-ranjau psikologis yang sewaktu-waktu dapat
meledak.
Persepsi salah yang seperti apakah yang sering dan tanpa disadari dilakukan orang
tua kepada anak-anaknya? Contoh kecil saja, banyak orang tua yang memaksakan
anaknya harus baik dalam segala hal. Adalah menjadi kebanggaan dan
keberhargaan diri bagi orang tua jika anak-anaknya memiliki prestasi di atas rata-
rata teman-teman lainnya.
Orang tua sering menganggap buruk terhadap anak laki-laki yang mengekspre-
sikan emosi negatif, orang tua juga sering meminta anaknya untuk tidak
melakukan kesalahan bahkan menurut orang tua meminta pertolongan adalah
salah dan memalukan.
Ibarat bom waktu seorang anak bukan saja membutuhkan perhatian, pujian, dan
teguran. Keseimbangan akan hal itu akan membuat sang anak merasa dicintai dan
dikasihi. Namun sayang karena kesibukan pekerjaan dan rutinitas sehingga orang
123
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tua membiarkan anak-anaknya tumbuh dengan sendirinya sehingga ketika
masalah timbul barulah orang tua sibuk mencoba menjadi orang tua yang baik
atau bijaksana.
Kesibukan orang tua kadang membuat mereka tak ada waktu lagi untuk anak-
anaknya, tak ada waktu lagi menemani anaknya bahkan tak ada waktu lagi
bersenda gurau. Bahkan kadang lupa memberi apresiasi kepada anaknya ketika
berprestasi, baru ketika anak berbuat salah maka orang tua sibuk memberikan
perhatian dan sok bijak.
2. Tidak Konsisten dalam Mengasuh Anak
Adalah menjadi masalah umum ketika orang tua tidak lagi konsisten dalam
mengasuh anak. Para orang tua memiliki bermacam-macam alasan untuk
membenarkan ketidakkonsistenan terhadap anak-anaknya. Apapun alasan
ketidakkonsistenan orang tua dapat memperbesar variasi problem terhadap
perilaku anak-anaknya. Lalu muncul pertanyaan pada diri saya “manakah yang
lebih baik anak-anak tumbuh di dalam keluarga otoriter atau permisif?
Sebenarnya yang terpenting adalah adanya aturan yang bisa diprediksi dan
konsisten.
3. Komunikasi Tertutup
Komunikasi adalah hal atau faktor terpenting dalam mengasuh dan mendidik
anak-anaknya. Jika anak-anak berpikir bahwa mereka dapat berbicara dengan
orang tua mereka tentang perasaan dan hidup mereka, jika ketika mereka berhasil
atau gagal bisa dan mampu menyampaikan secara terbuka kepada orang tuanya,
dengan begitu mereka akan merasa dimiliki dan diperhatikan sehingga anak-anak
merasa bermakna bagi diri juga orang tuanya.
4. Problem Solver
Banyak anak dan remaja sekarang menjadi anggota generasi bingung, kalau mau
ditelusuri ke latar belakang pengasuhan mereka, biasanya ditemui bahwa orang
tua mereka kebanyakan berfungsi sebagai problem solver bagi anak-anaknya.
Akibatnya, anak-anak mereka mengalami over-provided dan hidupnya menjadi
pasif. Lalu apa alasan orang tua menjadi problem solver? Alasan klasiknya adalah
orang tua ingin membahagiakan anak-anaknya, orang tua tak ingin anaknya
mengalami masalah dalam hidupnya.
5. Tidak Ada Keteladanan
Seringkali orang tua menggunakan teknik dalam membangun dan mendidik anak-
anak dengan cara memerintah, meminta anak-anaknya melakukan apa yang
124
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikatakan, padahal yang tak kalah pentingnya keteladanan memberikan pengaruh
yang sangat kuat dan positif. Anak-anak perlu diberi contoh, dan bukan dengan
diperintah. Contoh kecil, banyak orang tua berharap anak-anaknya cerdas, lalu
para orang tua memerintahkan anaknya untuk belajar apapun dan bagaimanapun
caranya. Mungkin dengan memberi contoh dan mengajaknya belajar akan berbeda
karena penerimaan anakpun akan merasa dirinya diperhatikan orang tuanya.
6. Pilih Waktu Bermain dengan Anak-anak
Sebagai orang dewasa kadang para orang tua lupa bagaimana menjadi seorang
anak kecil. Banyak orang tua terjebak dalam kesibukan sehari-hari untuk mencari
nafkah dan membayar cicilan rumah, tapi banyak orang tua lupa bahwa anak-anak
juga butuh bermain. Anak-anak butuh berfantasi dan mengembangkan
kreativitasnya. Jangan sibukkan anak-anak dengan berbagai macam les sepanjang
minggu. Niatnya baik tapi belum tentu caranya benar, kadang les yang tidak
disukai anak tidak menyelesaikan persoalan justru menambah persoalan bagi si
anak.
Sumber: file://G://kesalahan-orang-tua-dalam-mendidik-anak-remaja-mereka
Petunjuk Khusus
Soal no. 11-20 mengacu pada artikel B
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban!
11. Dari bacaan di atas dikemukakan, meminta pertolongan adalah salah dan
memalukan. Hal yang dikemukakan orang tua tersebut merupakan
cerminan....
A. komunikasi tertutup orang tua
B. ketidakteladanan orang tua
C. ketidakkonsistenan orang tua
D. salah persepsi orang tua
12. Berdasarkan pada bacaan, salah satu kesalahan orang tua yaitu tidak ada
keteladanan orang tua. Sebagai contoh ketidakteladanan orang tua yaitu....
A. mengajak anak untuk belajar
B. memerintah anak untuk belajar
C. tidak membiarkan anak malas belajar
D. memberi contoh kepada anak
13. Alasan orang tua menjadi problem solver adalah....
A. anak harus menurut pada orang tua
125
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. tidak ingin anaknya mengalami masalah
C. orang tua lebih tahu daripada anak
D. permasalahan anak dapat diatasi orang tua
14. Setujukah Saudara, anak-anak lebih baik tumbuh pada keluarga otoriter?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Kurang setuju
15. Dinyatakan dalam bacaan, menurut orang tua meminta bantuan adalah salah
dan memalukan. Menurut pendapat Saudara, apa yang dikemukakan orang
tua tersebut adalah...
A. pendapat tersebut keliru
B. apa yang dikatakan benar
C. diarang meminta bantuan
D. meminta bantuan boleh saja
16. Manakah yang bukan merupakan kesalahan persepsi orang tua kepada
anaknya?
A. Menganggap salah ekspresi emosi negatif anak laki-laki
B. Lupa memberi apresiasi kepada anak ketika berprestasi
C. Meminta anak untuk tidak melakukan kesalahan
D. Tidak hanya memerintah tetapi memberi contoh
17. Gagasan utama paragraf II pada bacaan di atas yaitu...
A. kesalahan orang tua terhadap anaknya
B. kesalahan anak terhadap orang tuanya
C. kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya
D. kesalahan orang tua terhadap dirinya sendiri
18. Teliti kembali point 1 pada bacaan di atas. Kesimpulan yang dapat diperoleh
yaitu...
A. orang tua menganggap buruk terhadap anak laki-laki yang
mengekspresikan emosi negatif
B. orang tua merasa bangga jika anak-anaknya memiliki prestasi di atas
rata-rata teman-temannya
C. orang tua menanamkan persepsi yang salah mengenai keberhargaan diri
orang tua dalam diri anak-anaknya
D. orang tua meminta anaknya untuk tidak melakukan kesalahan
126
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
19. Pernyataan yang bukan menunjukkan fakta dari bacaan di atas adalah....
A. kebanyakan orang tua tidak mengetahui cara mendidik anak remaja
B. mengajak anak belajar merupakan salah satu contoh keteladanan orang tua
C. hal yang dilakukan remaja biasanya meniru gaya orang yang dikagu-
minya
D. berbagai les sepanjang minggu dapat mengembangkan kreativitas anak
20. Kalimat utama paragraf I terletak pada kalimat...
A. kalimat pertama
B. kalimat terakhir
C. kalimat ketiga
A. keseluruhan paragraf
ARTIKEL C
PEMUDA DOMINASI PENGANGGURAN
Tingginya jumlah pekerja informal dan pengangguran usia muda harus
segera ditangani agar tidak memunculkan masalah sosial ke depan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai semu dan pelit menciptakan
lapangan kerja, kini meninggalkan dua persoalan utama ketenaga-kerjaan
nasional, yakni tingginya jumlah pekerja di sektor informal, sekitar 70 persen dari
total pekerja, dan banyak pengangguran dari kalangan pemuda.
Tahun lalu, 22,2 persen pemuda Indonesia menganggur. Jumlah itu lebih
tinggi dari statistik rata-rata pengangguran berusia muda kawasan Asia tenggara
dan Pasifik sebesar 13,9 persen.
Bahkan, persoalan pengangguran di Indonesia sudah menjadi isu interna-
sional karena 5 persen (hampir 10 juta) dari 200 juta pengangguran di seluruh
dunia berada di Tanah Air.
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Karyadi Mintaroem,
menjelaskan fenomena tingginya pekerja sektor informal mencerminkan
ketidaksesuaian lapangan kerja dengan spesifikasi dan jumlah tenaga kerja yang
tersedia.
Di bawah ini digambarkan data pekerja sektor informal di Indonesia.
Pekerja Sektor Informal 2010 2011 2012
Feb Agt Feb Agt Feb Agt
127
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berusaha sendiri 20,46 21,03 21,15 19,41 19,54 18,44
Berusaha dibantu buruh tidak
tetap
21,92 21,68 21,31 19,66 20,37 18,76
Berusaha dibantu buruh tetap 3,02 3,26 3,59 3,72 3,93 3,87
Pekerja bebas di pertanian 6,32 5,82 5,58 5,48 5,36 5,34
Pekerja bebas di nonpertanian 5,28 5,13 5,16 5,64 5,97 6,20
Pekerja keluarga/tak dibayar 19,68 18,77 19,98 17,99 19,50 17,90
Jumlah 76,68 75,69 76,77 71,9 74,67 70,51
Keterangan: Angka-angka pada tabel dinyatakan dalam persen
Semua sektor memang menyerap tenaga kerja, tetapi tidak secepat yang
diharapkan masyarakat. Sektor formal seperti pabrik jumlahnya lebih sedikit dan
membutuhkan keahlian khusus dibandingkan sektor informal seperti warung atau
jenis usaha kecil lainnya.
Meski pemerintah mengklaim jumlah pekerja sektor informal cenderung
menurun, dibandingkan dengan negara lain, Indonesia tergolong sangat tinggi.
Jumlah pekerja informal di Meksiko dan Rusia, misalnya masing-masing hanya
36 persen dan 10 persen.
Berdasarkan data Kemenakertrans, jumlah penduduk bekerja yang
memiliki bekal pendidikan rendah dan berpotensi bekerja di sektor informal telah
turun, yakni dari 68,28 persen (Agustus 2011) dari jumlah 110,8 juta jumlah
penduduk bekerja.
Karakter kedua dari ketenagakerjaan di Indonesia yang dinilai
mencemaskan adalah pengangguran didominasi oleh kalangan anak muda. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 53 persen pengangguran berusia
di bawah 25 tahun dan mayoritas penganggur ini adalah pengangguran terdidik
karena 74,5 persen berpendidikan SMA atau lebih tinggi.
Mengenai profil pengangguran itu, belum lama ini, Wakil Presiden
Boediono menilai penting upaya menekan tingkat pengangguran di kalangan
generasi produktif, terlebih jumlah penduduk berusia muda mencapai 30 persen
dari total warga Indonesia.
Indonesia diberkahi banyak penduduk muda, namun data demografis itu
penting hanya jika mereka bekerja karena kalau tidak, (anak muda) itu bisa
menjadi masalah sosial.
Boediono lantas menguraikan pengalaman negara-negara Benua Afrika
yang secara kependudukan mirip Indonesia. Melimpahnya anak muda di Benua
hitam itu ternyata tidak berbanding lurus dengan kemakmuran.
Sudah ada banyak pengalaman di Afrika. Itu sebabnya kami bekerja
serius mengatasi persoalan pengangguran itu.
REKOMENDASI UNESCO
Terkait banyaknya pengangguran di Indonesia, Organisasi pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Budaya PBB atau UNESCO memberikan empat
rekomendasi guna mengatasi hal itu.
128
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Terkait keterampilan hidup (life skill), UNESCO merekomendasikan
sejumlah langkah untuk mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia”, ujar ketua
Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rahman, pekan lalu.
Rekomendasi pertama adalah menyediakan kesempatan pendidikan untuk
mereka dengan keterampilan dasar yang rendah.
Arief menambahkan rekomendasi kedua adalah menghilangkan hambatan
yang membatasi kaum muda untuk menuju tingkat SMP. Rekomendasi ketiga,
membuat pendidikan tinggi lebih mudah diakses dan meningkatkan relevansi
dengan dunia kerja.
“Sedangkan rekomendasi keempat adalah memberikan akses bagi kaum
muda dari kalangan miskin untuk mendapatkan pelatihan keterampilan,” papar
dia. SB/lex/WP
Petunjuk Khusus:
Soal no. 21-30 mengacu pada ARTIKEL C
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban!
21. Hal-hal di bawah ini merupakan penyebab tingginya jumlah pekerja sektor
informal, kecuali ...
A. sektor formal butuh keahlian khusus
B. sektor informal jumlahnya sedikit
C. perekonomian Indonesia yang baik
D. sempitnya lapangan pekerjaan
22. Manakah pernyataan di bawah ini yang merupakan faktor utama penyebab
pengangguran?
A. Lapangan pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi jumlah tenaga kerja
B. Pertumbuhan ekonomi yang semu dan sulit menciptakan lapangan kerja
C. Tingginya jumlah pekerja informal dan pengangguran usia muda
D. Sektor formal jumlahnya lebih sedikit membutuhkan keahlian
23. Bagaimana pendapat Saudara mengenai banyaknya pengangguran dari
kalangan pemuda menurut pusat statistik saat ini?
A. Pengangguran usia muda akan menyebabkan masalah sosial
B. Usia muda harus dibina untuk menciptakan lapangan kerja
C. Usia muda masih memiliki kesempatan yang panjang
D. Jumlah pengangguran usia muda di negara lain juga banyak
24. Pada paragraf VIII disebutkan, berdasarkan data BPS mayoritas penganggur
adalah dari kalangan terdidik karena 74,5 persen berpendidikan SMA atau
lebih tinggi. Dengan demikian, pengangguran terjadi karena...
A. ketidaksesuaian lapangan kerja dengan spesifikasi keilmuan
B. tidak semua sektor menyerap tenaga kerja
129
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. jumlah tenaga kerja lebih banyak dibandingkan lapangan kerja
D. jawaban A, B, dan C benar
25. Berdasarkan pada bacaan, jenis pekerja sektor informal yaitu...
A. pekerja bukan keluarga
B. pekerja pemerintah
C. berusaha sendiri
D. pekerja dibayar
26. Jumlah pekerja sektor informal manakah yang mengalami penurunan paling
banyak pada bulan Februari?
A. Berusaha sendiri
B. Pekerja keluarga
C. Berusaha dibantu buruh tetap
D. Pekerja bebas di pertanian
27. Gagasan utama paragraf I adalah...
A. persoalan utama ketenagakerjaan di Indonesia
B. pengangguran kalangan pemuda di Indonesia
C. dua persoalan ketenagakerjaan di Indonesia
D. tingginya jumlah pekerja di sektor Informal
28. Apa yang menjadi tema bacaan di atas?
A. Pemuda Indonesia dan pengangguran
B. Pekerja sektor informal di Indonesia
C. Pengangguran yang didominasi pemuda
D. Problematika masalah sosial di Indonesia
29. Teliti kembali seluruh bacaan di atas. Berdasarkan penilaian Saudara, antara
judul dan pengembangan isi bacaan di atas adalah ....
A. judul telah sesuai dengan pengembangan isi bacaan
B. judul kurang sesuai dengan pengembangan isi bacaan
C. judul tidak ada kaitan sama sekali dengan bacaan
D. pengembangan isi bacaan sudah tepat.
30. (1) Pemuda di Indonesia mendominasi pengangguran disebabkan oleh
lapangan kerja yang tersedia kebanyakan diperuntukkan untuk wanita; (2)
Persoalan pengangguran di Indonesia sudah menjadi isu internasional karena
5 persen dari 200 juta pengangguran berada di Indonesia; (3) data BPS
menunjukkan, 53 persen pengangguran berusia di bawah 25 tahun; (4) Salah
satu penyebab pengangguran usia muda karena penduduk usia muda.
Manakah dari kalimat di atas yang bukan merupakan fakta?
A. Kalimat (1) dan (3)
B. Kalimat (1) dan (4)
C. Kalimat (2) dan (3)
D. Kalimat (2) dan (4)
130
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal Esai
1. Berdasarkan pada artikel yang berjudul, “Energi Terbarukan Penyangga
Pasokan Energi Nasional”, jelaskan mengapa tenaga hidro dan panas bumi
secara bertahap akan menggantikan pembangkit listrik minyak bumi?
2. Pada artikel yang berjudul, “Energi Terbarukan Penyangga Pasokan Energi
Nasional” dikemukakan, biodesel merupakan salah satu sumber energi
alternatif yang dapat diperbaharui. Akan tetapi, pemerintah lebih
menggalakkan potensi tenaga hidro dan tenaga panas bumi yang merupakan
energi terbarukan penyangga pasokan energi nasional. Jelaskan!
3. Berdasarkan artikel B mengenai, “Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Remaja”, apa fakta-fakta ketidakteladanan orang tua dalam mendidik anak
yang merupakan kesalahan orang tua?
4. Dari artikel B mengenai’ “Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Remaja” terdapat beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak
mengakibatkan anak tidak berkembang dengan baik. Bagaimana pendapat
Saudara?
5. Buatlah kesimpulan dari bacaan yang berjudul “Pemuda Dominasi
Pengangguran!
6. Tentukan fakta dari paragraf VI artikel yang berjudul “Pemuda Dominasi
Pengangguran”!
2.3 Pedoman Penilaian Instrumen
2.3.1 Pedoman Penilaian Tes
Pedoman penilaian instrumen tes yaitu sebagai berikut ini.
Tabel 13.3
Penentuan Patokan dengan Perhitungan Persentase Skala Empat
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan
Nilai Skala Lima
Keterangan
85 – 100 4 Baik Sekali
75 – 84 3 Baik
60 – 74 2 Cukup
40 – 59 1 Kurang
(Nurgiyantoro, 2012:253)
131
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3.2 Pedoman Penilaian Angket
Tabel 10.3 ini digunakan sebagai pedoman penilaian angket siswa.
Tabel 10.3
Kriteria Kualifikasi Persepsi Siswa
terhadap Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place
Berorientasi Berpikir Kritis
Kriteria
Kualifikasi
0% - 20% Sangat Tidak Setuju
21% – 40% Tidak Setuju
41% - 60% Kurang Setuju
61% -80% Setuju
81% - 100% Sangat Setuju
(Riduwan, 2009:29)
2.3.3 Pedoman Penilaian Observasi
Penilaian instrumen penelitian berupa observasi tidak menggunakan
statistik. Akan tetapi, data yang diperoleh dari observasi dideskripsikan. Apa
yang telah dilihat dan di dengar penulis kemukakan berdasarkan apa yang terjadi.
Jadi, penilaian kualitatiflah yang digunakan.
2.3.4 Pedoman Penilaian Wawancara
Begitu juga pengumpulan data melalui wawancara. Hasil yang diperoleh
dari wawancara dideskripsikan, dirangkum kemudian ditafsirkan, tidak diolah
secara statistik. Data yang diperoleh dari wawancara ini merupakan data nontes
yang digunakan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.
3. Validitas dan Reliabilitas
132
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diungkapkan Tuckman (1975:229) dan Ebel (1979:298) dalam
Nurgiyantoro (2010:152), “Validitas, menunjuk pada alat tes, bukan hasil tes”.
Dengan demikian, apakah alat tes yang digunakan peneliti dapat mengukur apa
yang akan diukur? Dengan demikian diperlukan uji validitas. Apa yang akan
diukur pada penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam membaca artikel ilmiah
populer. Uji validitas dilakukan pada instrumen soal tes bentuk pilihan ganda dan
soal tes esai.
Validitas instrumen berupa keterandalan/keterpercayaan dari keseluruhan
butir soal yang diujicobakan. Pengujian validitas tes dilakukan sebelum dan
setelah instrumen diujicobakan. Sebelum diujicobakan, pengujian ini dilakukan
dengan cara mencocokkan setiap butir soal dengan indikator yang telah
dirumuskan sebelumnya. Setelah dilakukan oleh peneliti, validitas isi juga
dilakukan oleh pembimbing sebagai penimbang ahli. Berdasarkan pertimbangan
pembimbing terdapat beberapa soal yang harus direvisi sebelum perangkat soal
tersebut diujicobakan yaitu mengenai keparalelan, homogen serta opsi harus
terurai dalam tuturan yang sama.
Pengujian validitas instrument dilakukan dengan cara analisis butir soal tes
untuk menilai konsistensi internalnya. Validitas empiris dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total yang dicapai masing-masing
siswa. Perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service Solutin) versi 16.0
digunakan untuk menguji validitas butir soal.
Uji validitas data melalui bentuk soal pilihan ganda dan soal bentuk
esaidilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.
a) Membuat tabulasi skor nilai dari tiap butir soal dan skor total;
b) Uji validitas dan reliabilitas instrument menggunakan SPSS versi 16.0
Melalui kriteria pengujian, jika nilai probabilitas atau signifikansi (α) 0,05
pada taraf signifikansi 95% maka korelasi kedua skor tes tersebut signifikan.
Adapun nilai validitas ditafsirkan berdasarkan kriteria:
a. 0,90 - 1,00 : sangat tinggi
b. 0,70 - 0,90 : tinggi
c. 0,40 - 0,70 : sedang
133
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. 0,20 - 0,40 : rendah
b. 0,00 - 0,20 : kecil ( Ruseffendi, 1998:144)
Hasil penghitungan validitas setiap butir soal bentuk pilihan ganda maupun soal
bentuk esai yang diujicobakan dapat dilihat pada lampiran 7.3.
Adapun alat tes dikatakan reliabel (andal atau terpercaya) apabila,
“Sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali kepada subjek yang sama atau
berbeda, dapat menghasilkan data yang kurang lebih sama” (Nurgiyantoro,
2010:165). Dengan kata lain, hasil yang ditunjukan alat tes itu konsisten
meskipun digunakan pada waktu yang berlainan atau digunakan oleh pemakai
yang berbeda. Metode yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes yang
diujicobakan peneliti yaitu dengan menggunakan metode belah dua, yaitu semua
butir soal dibagi menjadi kelompok soal butir ganjil dan kelompok soal butir
genap. Mengukur reliabilitas hasil ujicoba soal tersebut digunakan SPSS versi
16.0 dengan koefesien Spearman Brown.
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas berdasarkan klasifikasi
dapat dilihat pada tabel 11.3.
Tabel 11.3
Derajat Reliabilitas serta Klasifikasinya
Reliabilitas Klasifikasi
r ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20≤r≤0,40 Rendah
0,40≤r≤0,60 Sedang
0,60≤r≤0,80 Tinggi
0,80≤r≤1,00 Sangat Tinggi
Hasil perhitungan SPSS versi 16.0 untuk reliabilitas untuk soal bentuk
pilihan ganda dan soal bentuk esai dapat dilihat pada tabel 12.3.
134
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 12.3
Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Bentuk Pilihan Ganda dan Esai
Berdasarkan SPSS versi 16.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value 1.000
N of Items 1a
Part 2 Value 1.000
N of Items 1b
Total N of Items 2
Correlation Between Forms .730
Spearman-Brown Coefficient Equal Length .844
Unequal Length .844
Guttman Split-Half Coefficient .840
a. The items are: ganjil
b. The items are: genap
Reliability Statistics
Cronbach'
s Alpha N of Items
.647 7
Berdasarkan hasil perhitungan realibilitas dengan program SPSS versi
16.0 di atas, diketahui bahwa koefesien Spearman Brown menunjukkan angka
0,844. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reliabilitas tes bentuk pilihan
ganda tersebut termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada rentang 0,80 -
1,00 dan dari Cronbach’ s Alpha diperoleh angka sebesar 0,647 sehingga dapat
disimpulkan, reliabilitas tes bentuk soal esai termasuk kategori tinggi karena
berada pada rentang 0,60 – 0,80. Dengan demikian, tes bentuk pilihan ganda dan
135
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
esai tersebut telah memenuhi kriteria reliabilitas. Selain sebuah tes dapat memiliki
tingkat kehandalan tinggi dan sedang, sebuah tes layak tidaknya digunakan
didasarkan juga pada analisis tingkat kesulitan dan daya pembeda.
4. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
Sebelum tes dilaksanakan maka soal tes tersebut terlebih dahulu harus
diujicobakan untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Indeks tingkat kesukaran yaitu, “indeks yang menunjukkan seberapa mudah atau
sulit suatu butir soal bagi peserta tes yang diuji” (Nurgiyantoro, 2010: 194).
Rentangan interval Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) yang ditoleransi adalah
berkisar 0,20 – 0,80 (Nurgiyantoro 2009: 190) dengan kategori butir soal
dikemukakan Nurgiyantoro (2010:195) sebagai berikut ini.
0,20-0,40 : Sulit
0,41-0,60 : Sedang
0,61 – 0,80 : Mudah
Untuk kepentingan penelitian ini, bila ada butir soal yang memiliki indeks di luar
0,20 s.d. 0,80 maka soal tersebut akan dibuang atau tidak akan digunakan karena
indeks di luar butir soal tersebut berkategori terlalu mudah atau terlalu sulit.
Selain indeks tingkat kesulitan, soal tes yang baik harus diketahui dahulu
indeks daya pembeda. Dikemukakan Nurgiyantoro (2010:197) indeks daya
pembeda yaitu, “seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan
kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah”. Soal yang
dapat dijawab benar atau dijawab salah baik oleh semua kelompok tinggi maupun
kelompok rendah, termasuk soal yang tidak baik. Begitu juga dengan soal yang
dapat dijawab benar oleh semua kelompok rendah dan dijawab salah oleh
kelompok tinggi merupakan soal yang tidak baik.
Rentangan Indeks Daya Pembeda (IDP) atau butir soal yang baik sebesar
“0,20” (Nurgiyantoro, 2010:196). Untuk kepentingan penelitian ini, apabila
terdapat butir soal yang memiliki daya pembeda kurang dari 0,20 maka butir soal
tersebut tidak akan digunakan karena memiliki daya pembeda atau butir soal
tersebut tidak mampu membedakan kelompok tinggi dan kelompok rendah karena
indek daya pembedanya kurang dari 0,20.
136
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis tingkat kesukaran dan daya
pembeda dilakukan sebagai berikut:
1) mengurutkan skor yang diperoleh siswa mulai dari skor tertinggi sampai skor
terendah;
2) menetapkan kelompok tinggi dan kelompok rendah berdasarkan skor yang
diperoleh siswa. Pembagian kelompok tinggi dan kelompok rendah dilakukan
berdasarkan urutan skor tertinggi sampai terendah. Setengah dari jumlah siswa
sebanyak 34 dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok tinggi 17 (50%) siswa
dan kelompok rendah sebanyak 17 siswa (50%) dengan skor yang telah diurutkan;
3) memindahkan jawaban untuk setiap butir soal baik untuk kelompok tinggi
maupun kelompok rendah;
4) menghitung jumlah jawaban benar baik untuk kelompok tinggi maupun
kelompok rendah;
5) mendata jumlah jawaban benar untuk kelompok tinggi dan kelompok rendah;
6) menghitung indeks tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah
sebagai berikut ini.
ITK = FH + FL
N
ITK = (Item Facility), indeks tingkat kesukaran
FH = (Frequency High), jumlah jawaban betul kelompok tinggi
FL = (Frequency Low), jumlah jawaban betul kelompok rendah
N = Jumlah siswa kedua kelompok
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai
berikut ini.
IDP = FH – FL
½ N
IDP = (Index Item Discrimination), indeks daya pembeda
137
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
FH = (Frequency High), jumlah jawaban betul kelompok tinggi
FL = (Frequency Low), jumlah jawaban betul kelompok rendah
1/2N = ½ dari jumlah siswa kedua kelompok
Adapun hasil analisis indeks tingkat kesukaran dan daya pembeda,
diketahui bahwa dari 30 soal yang diujicobakan dapat dilihat pada lampiran 10.3.
E. Teknik Pengolahan Data
Proses pengolahan data yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap.
Pertama, mengolah data hasil belajar melalui hasil pretest dan posttest
kemampuan membaca artikel ilmiah populer kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Kedua, mengolah data hasil observasi dan angket mengenai pendapat
siswa terhadap model pembelajaran. Ketiga, mengolah data data hasil wawancara.
Secara terinci, pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) mengolah data hasil belajar siswa
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah:
a. memeriksa hasil pretest dan posttest dengan cara memberikan skor untuk setiap
jawaban siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen;.
Skor soal bentuk pilihan ganda dengan rumus:
Sk = B x Bt
Keterangan
Sk = Skor
B = Jumlah jawaban siswa yang benar
Adapun skor soal bentuk esai yaitu dengan cara memberi skor dengan
skor rentang 1-3 pada masing-masing soal.
a. menjumlahkan skor nilai soal pilihan ganda dan soal esai;
b. mentabulasi skor pretest dan posttest;
c. menentukan persentase keberhasilan siswa dengan pedoman penghitungan
skala empat pada tabel 13.3.
e. data hasil pretest dan posttest tersebut diolah menggunakan SPSS versi 16.0
138
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. menguji skor tersebut dengan menggunakan uji normalitas data pada kelompok
kelas kontrol dan kelompok eksperimen melalui uji Kolmogorof-Smirnov
dengan taraf signifikansi (α) 0,05;
g. uji homogenitas variansi data hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperi-
men dan kelompok kelas kontrol melalui uji Levena dengan taraf signifikansi
(α) 0,05;
h. uji signifikansi perbedaan rata-rata pada kelompok kelas eksperimen dan kelas
kontrol melalui uji t dengan taraf signifikansi (α) 0,05;
i. uji hipotesis;
j. menafsirkan data hasil uji hipotesis.
2) mengolah data hasil observasi
Data yang diperoleh dari hasil observasi diolah secara kualitatif.
Pengolahannya dilakukan berdasarkan pengamatan lembar observasi yang sudah
disiapkan peneliti. Data tersebut kemudian ditranskripsikan kemudian
dideskripsikan peneliti selaku observer kemudian ditafsirkan untuk memperoleh
kesimpulan.
3) mengolah data hasil angket
Data yang diperoleh dari hasil angket yang dikerjakan siswa kelas
eksperimen diolah secara kuantitatif. Setiap jawaban siswa diberi skor sesuai
dengan skala Likert. Setiap butir pertanyaan diberi skor mulai dari rentang 1 s.d
5. Jumlah skor minimal untuk ke-20 soal angket adalah 20 dan jumlah skor
maksimal setiap siswa untuk ke-20 soal adalah 100. Skor tersebut kemudian
dikonversi ke dalam bentuk persentase. Kriteria serta kualifikasinya dapat dilihat
pada tabel 10.3.
4) mengolah data hasil wawancara
Data hasil wawancara dengan guru model diolah secara kualitatif. Data
tersebut terlebih dahulu dideskripsikan kemudian dirangkum dan ditafsirkan.
F. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas XI Ipa 1 - XI Ipa 8. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan Arikunto (2003:108), populasi adalah,
139
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“keseluruhan subjek penelitian”. Populasi yang ditentukan penulis merupakan
populasi yang jumlahnya terbatas. Diungkapkan Taniredja (2011,33), populasi
yang jumlahnya terbatas yaitu, “populasi yang memiliki sumber-sumber data yang
jelas batas-batasnya secara kuantitatif”.
Adapun penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik random sampling yaitu penentuan kelas untuk dijadikan sampel penelitian
di mana pemilihan kelasnya dilakukan dengan cara undian/lotre (Taniredja,
2011:35). Adapun kelas yang digunakan dari hasil random kelas yaitu kelas XI
Ipa 2 dan XI Ipa 8 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas XI Ipa 2
menggunakan menggunakan model ekspositori dan kelas XI Ipa 8 menggunakan
model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Peneliti
menggunakan penelitian sampel karena bermaksud menggeneralisasikan atau
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
G. Paradigma Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu: (1) Studi awal;
(2) Perancangan Model; (3) Implementasi Model; dan (4) Evaluasi Model. Tahap
pertama, studi awal. Terdiri dari studi pustaka dan survey. Studi pustaka
dilakukan untuk mengkaji model pembelajaran. Dua hal yang dilakukan dalam
kajian teori membaca artikel ilmiah populer; kajian penguasaan kemampuan
membaca; dan kajian teori model pembelajaran aktif. Survey terdiri dari kajian
kesulitan siswa dalam membaca artikel ilmiah populer sehingga menghasilkan
perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Tahap kedua. Perancangan model. Hal yang dilakukan yaitu
merancang model Pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Selanjutnya menyusun RPP
lalu menyusun dan mengujicobakan instrumen.
Tahap ketiga, implementasi model. Dilakukan melalui pretest dan
posttest, observasi KBM, angket mahasiswa, dan wawancara dengan guru
pengamat proses pembelajaran
140
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap keempat, evaluasi model. Evaluasi model ini berkaitan dengan
keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer juga untuk mengetahui proses
pelaksanaan model. Untuk lebih jelasnya, alur paradigma penelitian dapat dilihat
pada gambar 2.3.
141
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 2.3
Alur Paradigma Penelitian
Studi Awal
Perancangan Model
Menyusun Rpp
Studi Pustaka Survey
Kajian teori
model
pembelajaran
aktif tipe trading
Place
Perumusan
Masalah
dan Tujuan
Penelitian
Kajian kesulitan
siswa dalam
membaca artikel
ilmiah Populer
Merancang
Model
Pembelajaran
Aktip Tipe
Trading Place
Menyusun dan
mengujicobakan
Instrumen
Pretest - Posttest
Implementasi Model
Observasi KBM Angket Siswa Wawancara
Guru Model
Pengolahan Data
Evaluasi Model
Model Pembelajaran Aktif
142
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu