bab iii metodologi penelitian a. desain...

16
35 Sarah Inayah, 2013 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self- Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuasi-eksperimen. Pada studi kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Pemilihan studi ini didasarkan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokan siswa secara acak. Menurut Ardhana (dalam Wahyuni, 2012) di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan kuasi eksperimen sangat disarankan mengingat obyek penelitian yang tidak memungkinkan adanya pemilihan secara acak. Hal ini diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh, seperti kelompok siswa dalam satu kelas, kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan ini aturan dalam eksperimen murni tidak dapat dipenuhi sehingga untuk penelitian yang berhubungan peningkatan kualitas pembelajaran direkomendasikan penggunaan teknik kuasi eksperimen. Penggunaan kuasi eksperimen dapat berhasil dilakukan apabila menggunakan kelompok kontrol, melakukan pengukuran sebelum dan sesudah implementasi pembelajaran. (Robinson et.al dalam Wahyuni, 2012). Sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok sampel yang memiliki kemampuan yang sama dengan model pembelajaran yang berbeda. Pada Kelompok pertama (kelompok eksperimen) mendapatkan pembelajaran dengan model kuantum, kelompok kedua (kelompok kontrol) diterapkan pembelajaran konvensional. Desain rencana penelitian untuk eksperimen ini adalah Nonequivalent Control Group Design , yang diilustrasikan sebagai berikut: Kelas Eksperimen : O X O ..................................... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012:116) Keterangan :

Upload: others

Post on 16-Oct-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

35 Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuasi-eksperimen. Pada studi kuasi

eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima

keadaan subjek apa adanya. Pemilihan studi ini didasarkan pertimbangan bahwa,

kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan

pengelompokan siswa secara acak. Menurut Ardhana (dalam Wahyuni, 2012) di

dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan kuasi eksperimen

sangat disarankan mengingat obyek penelitian yang tidak memungkinkan adanya

pemilihan secara acak. Hal ini diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh,

seperti kelompok siswa dalam satu kelas, kelompok ini juga sering kali jumlahnya

sangat terbatas. Dalam keadaan ini aturan dalam eksperimen murni tidak dapat

dipenuhi sehingga untuk penelitian yang berhubungan peningkatan kualitas

pembelajaran direkomendasikan penggunaan teknik kuasi eksperimen.

Penggunaan kuasi eksperimen dapat berhasil dilakukan apabila menggunakan

kelompok kontrol, melakukan pengukuran sebelum dan sesudah implementasi

pembelajaran. (Robinson et.al dalam Wahyuni, 2012).

Sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok sampel yang memiliki

kemampuan yang sama dengan model pembelajaran yang berbeda. Pada

Kelompok pertama (kelompok eksperimen) mendapatkan pembelajaran dengan

model kuantum, kelompok kedua (kelompok kontrol) diterapkan pembelajaran

konvensional. Desain rencana penelitian untuk eksperimen ini adalah

Nonequivalent Control Group Design , yang diilustrasikan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

.....................................

Kelas Kontrol : O O

Sumber : (Sugiyono, 2012:116)

Keterangan :

36

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O : Pretes dan postes (tes kemampuan pemecahan masalah dan representasi

multipel matematis)

X : Perlakuan dengan model pembelajaran kuantum

..... : Subjek tidak dikelompokkan secara acak.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan yaitu selama

bulan Mei-Juni 2013.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Cianjur. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cianjur pada tahun

ajaran 2012/2013 yang terdiri dari sembilan kelas berjumlah 315 siswa. Karena

desain penelitian menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design,

maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive

Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2005: 54). Informasi awal dalam pemilihan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi matematika. Agar penentuan

sampel tidak bersifat subjektif, maka pertimbangan dalam menentukan sampel

juga didasarkan pada perolehan nilai matematika siswa pada semester

sebelumnya. Peneliti memilih kelas VII 5 sebagai kelas eksperimen berjumlah 36

siswa dan kelas VII 6 sebagai kelas kontrol berjumlah 35 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu variabel

bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab,

dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kuantum.

37

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas, dalam

penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah

matematis, representasi multipel matematis dan self-esteem siswa dalam

matematika.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini dikembangkan dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes

dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari pretes kemampuan

pemecahan masalah matematis dan representasi multipel matematis siswa serta

postes kemampuan pemecahan masalah matematis dan representasi multipel

matematis siswa. Sedangkan, instrumen dalam bentuk non-tes, terdiri dari skala

self-esteem, lembar observasi yang memuat aktivitas siswa dan guru dalam

pembelajaran.

1. Instrumen Tes Matematika

a Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal pemecahan

masalah. Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan

pemecahan masalah siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kuantum. Pedoman penskoran tes

kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan digunakan pada

penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

(Sumarmo, dalam Gordah, 2009)

Aspek yang Dinilai Reaksi terhadap Soal/amasalah Skor

Memahami masalah

Tidak memahami soal/tidak ada jawab. 0

Tidak memperhatikan syarat-syarat soal/cara interpretasi

soal kurang tepat. 1

Memahami soal dengan baik. 2

Merencanaka

penyelesaian

Tidak ada rencana strategi penyelesaian. 0

Strategi yang direncanakan kurang tepat. 1

Menggunakan satu strategi tertentu tetapi mengarah pada 2

38

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawaban salah.

Menggunakan satu strategi tertentu tetapi tidak dapat

dilanjutkan. 3

Menggunakan beberapa strategi benar dan mengarahkan

pada jawaban yang benar. 4

Menyelesaikan

masalah

Tidak ada penyelesaian. 0

Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas. 1

Menggunakan satu prosedur tertentu yang tidak

mengarah kepada jawaban yang benar. 2

Menggunaakan satu prosedur tertentu yang benar tetapi

salah dalam perhitungan. 3

Menggunakan prosedur tertentu yang benar dan hasil

benar. 4

Memeriksa kembali

Tidak diadakan pemeriksaan jawaban. 0

Pemeriksaan hanya pada jawaban (perhitungan). 1

Pemeriksaan hanya pada prosesnya. 2

Pemeriksaan terhadap proses dan jawaban. 3

b. Tes Kemampuan Representasi Multipel Matematis

Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal representasi

multipel matematis. Soal-soal representasi multipel yang digunakan adalah

mengukur kemampuan melakukan translasi dari satu jenis representasi ke

jenis representasi lainnya. Misalnya melakukan translasi dari representasi

verbal (kata-kata) ke representasi visual (gambar). Soal ini digunakan untuk

mengetahui tingkat kemampuan representasi multipel matematis siswa setelah

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kuantum.

Setelah instrumen pemecahan masalah dan representasi multipel

matematis selesai dibuat, soal tersebut dianalisis untuk melihat kualitas soal yang

meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

a. Analisis Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu

instrumen. Artinya suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut

mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Uji validitas yang

39

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan yaitu validitas isi dan validitas butir soal, validitas isi dilakukan

oleh penimbang yaitu guru mata pelajaran matematika di sekolah dan dosen

pembimbing. Validitas soal yang dinilai oleh validator adalah (1) kesesuaian

antara indikator dan butir soal; (2) kesesuaian isi materi dengan tujuan

penilaian (3) kejelasan bahasa/redaksional soal.

Soal-soal yang dinyatakan valid terhadap validitas isi kemudian

diujicobakan kepada siswa yang sudah pernah memperoleh materi ini yaitu

siswa kelas VIII SMPN 2 Cianjur pada tanggal 13 April 2013 untuk

mengetahui kecukupan waktu dan keterbacaan soal saat siswa menjawab soal,

hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas butir soal.

Validitas butir soal dilakukan untuk mengetahui butir-butir soal yang

dapat digunakan dan yang tidak dapat digunakan dalam penelitian. Validitas

butir soal diuji dengan menggunakan rumus uji korelasi Product Moment

Pearson, dengan rumus sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

= jumlah skor uji coba.

= jumlah skor ulangan harian.

= banyak subjek (testi).

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan

pengolahan data menggunakan microsoft excell yang disesuaikan dengan

perhitungan pada Lampiran C. Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya

koefisien korelasi (Suherman: 2007) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi (Suherman 2003)

Koefisien Korelasi Interpretasi

Sangat tinggi

Tinggi (baik)

40

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedang (cukup)

Rendah (kurang)

Sangat rendah

Tidak valid

Tabel 3.3

Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Soal Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis

Jenis Tes No. Soal rxy

Interpretasi Koefisien

Korelasi

Representasi Multipel

Matematis

1 0,61 Sedang

2a 0,63 Sedang

2b 0,55 Sedang

3a 0,88 Tinggi

3b 0,80 Tinggi

Pemecahan Masalah

Matematis

4 0,99 Sangat Tinggi

5 0,95 Sangat Tinggi

6 0,94 Sangat Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh bahwa setiap butir soal representasi

multipel matematis memiliki interpretasi korelasi tinggi dan sedang sedangkan

butir soal pemecahan masalah matematis memiliki interpretasi sangat tinggi.

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu

alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil

pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukuran yang diberikan

pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang berbeda, waktu yang

berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh perilaku,

situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur

yang reliabel (Suherman, 2003).

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian

dikenal dengan rumus Alpha seperti berikut ini (Suherman, 2003).

(

)(

)

Keterangan:

41

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= koefisien reliabilitas;

= banyak butir soal (item);

∑ = jumlah varians skor setiap item;

= varians skor total.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolok

ukur yang ditetapkan J.P. Guilford (Suherman, 2003) pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,90 ≤ < 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi

0,40 ≤ < 0,70 Sedang (cukup)

0,20 ≤ < 0,40 Rendah

< 0,20 Sangat rendah

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas pada soal

kemampuan representasi multipel matematis , sedangkan pada soal

kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh koefisien reliabilitas

. Berdasarkan klasifikasi derajat koefisien reliabilitas

diinterpretasikan kedua tes memiliki reliabilitas tinggi. Dalam hal ini tes

uraian tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur dalam penelitian.

c. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu

membedakan siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa yang

belum/kurang menguasai materi berdasarkan kriteria tertentu. Suatu soal

memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa pandai bisa menjawab soal

dengan baik dan siswa yang berkemampuan rendah tidak dapat menjawab soal

tersebut. Daya pembeda dihitung dengan membagi siswamenjadi dua

kelompok yaitu kelompok atas untuk siswa yang pandai dan kelompok bawah

untuk siswa yang rendah. Jika n > 30 maka pembagiannya 27% untuk

kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah, dan jika n , makaa

pembagiannya 50% untuk kelompok atas dan 50% untuk kelompok bawah

(Seherman, 2003). Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus:

42

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MaksJS

JBJBDP

A

BA

atau

MaksJS

JBJBDP

B

BA

Keterangan :

DP = Daya Pembeda.

JBA =Jumlah benar untuk kelompok atas.

JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah.

JSA =Jumlah siswa kelompok atas.

JSB =Jumlah siswa kelompok bawah.

Maks = Skor maksimal setiap butir soal.

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda (Suherman, 2003)

Koefisien Daya Pembeda Interpretasi

Sangat baik

Baik

Cukup

Jelek

Sangat jelek

Perhitungan daya pembeda secara rinci dapat dilihat pada Lampiran C.

Hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal seperti pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis

Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

Representasi Multipel

Matematis

1 0,22 Cukup

2a 0,22 Cukup

2b 0,24 Cukup

3a 0,76 Sangat Baik

3b 0,44 Baik

Pemecahan Masalah

Matematis

4 0,41 Baik

5 0,31 Cukup

43

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6 0,21 Cukup

d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat

kesukaran suatu soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dengan rumus

berikut:

.Maks

XIK i

Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran; iX

= Rata-rata skor setiap butir soal;

Maks = Skor maksimal setiap butir soal.

Klasifikasi indeks kesukaran yang banyak digunakan adalah:

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran (Suherman, 2003)

Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi

Soal terlalu mudah

Soal mudah

Soal sedang

Soal sukar

Soal terlalu sukar

Perhitungan tingkat kesukaran tiap butir soal dapa dilihat pada Lampiran

C. Hasil perhitungan tingakt perhitungan tiap butir soal pada Tabel 3.8

berikut.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis

Jenis Tes No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

Representasi

Matematis

1 0,66 Sedang

2a 0,80 Mudah

44

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2b 0,72 Mudah

3a 0,49 Sedang

3b 0,33 Sedang

Pemecahan

Masalah

Matematis

4 0,23 Sukar

5 0,16 Sukar

6 0,11 Sukar

Secara lebih jelas hasil analisis data uji coba tes kemampuan representasi

matematis siswa, terlihat pada Tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Hasil Analisis Data Uji Coba Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis

Nomor

Soal

Daya

Pembeda

Tingkat

Kesukaran Reliabilitas Validitas Keterangan

1 Cukup Sedang

Tinggi

Sedang Terpakai

2a Cukup Mudah Sedang Terpakai

2b Cukup Mudah Sedang Terpakai

3a Sangat Baik Sedang Tinggi Terpakai

3b Baik Sedang Tinggi Terpakai

4 Baik Sukar Sangat Tinggi Terpakai

5 Cukup Sukar Sangat Tinggi Terpakai

6 Cukup Sukar Sangat Tinggi Terpakai

2. Instrumen Non-tes

a. Skala Self Esteem Siswa dalam Matematika

Skala self esteem siswa dalam matematika digunakan untuk mengetahui

tingkatan self esteem siswa dalam matematika. Menurut Fadillah (2010) skala ini

memuat empat komponen yaitu: penilaian siswa tentang (1) kemampuan

(capability) dirinya dalam matematika, (2) keberhasilan (successfulness) dirinya

dalam matematika, (3) kemanfaatan (significance) dirinya dalam matematika, dan

(4) kebaikan (worthiness) dirinya dalam matematika. Skala ini disusun

berdasarkan skala yang disusun oleh Reyna dan Cristian, et al (Fadillah, 2010)

dengan modifikasi seperlunya yang dilengkapi dengan empat pilihan jawaban

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju

(STS). Empat pilihan ini berguna untuk menghindari pilihan ragu-ragu siswa

terhadap pernyataan yang diberikan, dan peneliti menghindari pernyataan yang

45

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat membuat siswa ragu-ragu dalam menjawab. Pernyataan yang diberikan

bersifat pernyataan tertutup, tentang pendapat siswa yang terdiri dari pernyataan-

pernyataan positif dan negatif. Aspek-Aspek dan indikator self esteem yang

digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari aspek dan indikator self esteem

yang dikembangkan oleh Fadillah (2010).

Untuk menguji validitas skala self esteem dilakukan uji validitas isi untuk

menentukan kesesuaian isi dengan apa yang akan diukur. Pada penelitian ini,

pengujian validitas skala self esteem dilakukan oleh dosen pembimbing, guru

mata pelajaran matematika di sekolah dan asisten psikologi yang bertugas di

sekolah.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa

pada kelompok eksperimen. Aktivitas siswa yang diamati pada pembelajaran

model Kuantum yaitu yang mendukung indikator pada self esteem siswa dalam

matematika misalnya saat mengemukakan dan menanggapi pertanyaan atau

pendapat, kemampuan bekerjasama dalam kelompoknya dalam mengerjakan

LAS, kesungguhan selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan aktivitas guru

yang diamati adalah kemampuan guru dalam melakasanakan pembelajaran model

Kuantum yang bertujuan agar pembelajaran berikutnya dapat lebih ditingkatkan

dan sesuai dengan skenario pembelajaran.

F. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk

Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan menggunakan buku paket dengan berbagai

penerbit seperti erlangga, yudhistira dan BSE. Materi yang diberikan dalam

penelitian ini adalah segitiga yang merujuk pada Kurikulum 2006 yang

dikembangkan dalam 4 LAS dan soal-soal yang berbentuk tes uraian. Penyusunan

LAS yang digunakan berupa kegiatan yang dilakukan siswa sehingga dapat

menemukan materi tersebut dan soal-soal yang harus diselesaikan.

46

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Analisis Data

Data yang dianalisis adalah data hasil tes awal dan tes akhir serta skala self

esteem siswa dalam matematika. Analisis data secara kuantitatif untuk mengetahui

peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis

siswa serta self esteem siswa dalam matematika.

Tahap analisis data meliputi:

1. Membuat tabel nilai yang diperoleh siswa baik tes awal, tes akhir, maupun

gain ternormalisasi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan

representasi matematis.

Besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

(Meltzer,2002)

Indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang

diungkapkan oleh Hake (Meltzer, 2002) dalam Tabel 3.10:

Tabel 3.10 Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Indeks Gain Interpretasi

Tinggi

Sedang

Rendah

2. Pengujian perbedaan rata-rata untuk kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dengan tahapan sebagai berikut.

a) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil

pengujian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka pengujian

dilanjutkan dengan uji homogenitas. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: Data berdistribusi normal

H1: Data tidak berdistribusi normal

47

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data yang lebih dari 30. Sedangkan jika

hasil pengujian menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka digunakan

uji Mann-Whitney.

b) Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua

kelompok data (sampel) tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varians

yang sama dinamakan populasi homogen. Adapun hipotesis yang akan diuji

adalah:

H0:

(varians skor kelas eksperimen dan kontrol sama)

H :

(varians skor kelas eksperimen dan kontrol tidak sama)

Keterangan:

varians skor kelas eksperimen

varians skor kelas kontrol

Uji statistikanya menggunakan uji homogenitas variansi dua buah

peubah bebas yaitu uji-F.

c) Uji Perbedaan Rata-rata

Melakukan uji kesamaan dua rata-rata pada data pretes kedua kelompok

eksperimen dan kontrol untuk kemampuan pemecahan masalah dan

representasi multipel matematis.

Hipotesis yang diajukan adalah:

: Rata-rata pretes kelompok eksperimen sama dengan rata-

rata

pretes kelompok kontrol

: Rata-rata pretes kelompok eksperimen tidak sama dengan

rata-rata pretes kelompok kontrol

Selanjutnya untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah

dan representasi multpel matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

48

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model Kuantum lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional, maka rumusan hipotesis dilakukan uji satu pihak:

: Rata-rata gain ternormalisasi kelompok eksperimen sama

dengan rata-rata gain ternormalisasi kelompok kontrol

: Rata-rata gain ternormalisasi kelompok eksperimen lebih baik

daripada rata-rata gain ternormalisasi kelompok kontrol

d) Untuk melihat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dengan

representasi multipel matematis siswa digunakan uji korelasi Pearson

product moment apabila data berdistribusi normal.

Langkah berikutnya dilakukan pengujian terhadap keberartian dengan

korelasi yang diperoleh. Hipotesis yang digunakan :

H0 : : Tidak terdapat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah

dengan kemampuan representasi multipel matematis.

H1 : :Terdapat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dengan

kemampuan representasi multipel matematis

Uji statistik yang digunakan adalah t-student dengan rumus:

21

2

r

nrt

Dengan taraf signifikansi α, maka hipotesis diterima jika )

2

11()

2

11(

ttt ,

dalam hal lainnya ditolak (Sudjana, 2005 : 380). Sementara untuk data

berdistribusi tidak normal, digunakan uji non-parametrik korelasi Spearman’s

rho.

e) Analisis data self esteem,

Angket skala sikap yang akan digunakan dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaiman self esteem siswa dalam matematika yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum. Angket skala

sikap akan diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen setelah semua

kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes.

49

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model skala yang akan digunakan adalah model skala likert. Derajat

penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 4 katagori,

yaitu: sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Hasil analisis skala sikap pada penelitian ini adalah deskripsi self

esteem siswa dalam matematika setelah menggunakan model pembelajaran

kuantum.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan

tahap pelaksanaan. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a) Studi pendahuluan, identifikasi masalah dan studi literatur

b) Menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian

c) Pembuatan perangkat bahan ajar, seperti RPP dan instrumen penelitian

yang terlebih dahulu dinilai oleh para ahli.

d) Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui

kualitasnya.

e) Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan)

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut.

(a) Memberikan pretes kemampuan pemecahan masalah dan representasi

multipel matematis pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol dilakukan

pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dilakukan pembelajaran

dengan model kuantum.

(c) Mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan oleh observer

50

Sarah Inayah, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(d) Memberikan postes pada kelas yang memperoleh pembelajaran

konvensional dan kelas yang memperoleh model pembelajaran kuantum

untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dan representasi

multipel matematis.

(e) Memberikan skala self esteem siswa dalam matematika pada kelas yang

memperoleh pembelajaran Kuantum.

(f) Pengolahan data hasil pretes dan postes, serta angket self esteem siswa

dalam matematika.