bab iii metodologi penelitian 3.1. tempat dan waktu...
TRANSCRIPT
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada sub judul ini diuraikan tentang setting waktu penelitian, setting tempat
penelitian dan karakteristik subjek penelitian.
3.1.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian berlokasi di SD Kanisius Cungkup Kota Salatiga
kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Kanisius Cungkup
kota salatiga kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/2017. Sekolah ini berada di
kota salatiga dengan jumlah siswa kelas I Berjumlah 21 siswa.
Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan: kemampuan
membaca dan menulis siswa masih kurang, materi terlalu tinggi dan lingkungan yang
kurang mendukung. lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan siswa kurang
bersosialisasi dengan teman-temannya kecuali saat berada di sekolah.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester II tanggal 15
sampai dengan 25 April 2016 tahun ajaran 2015/2016. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender akademik sekolah karena Penelitian Tindakan Kelas
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien.
3.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Kanisius Cungkup kota Salatiga
kabupaten Semarang yang berjumlah 21 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-
laki dan 10 orang siswa perempuan.
Dilihat dari permasalahannya penelitian di kelas I dilakukan karena hasil
belajar siswa kelas I terhadap mata pelajaran PKn masih rendah. dari data ulangan
PKn pada semester 2 tahun ajaran 2016 tercatat masih banyak siswa di SD tersebut
yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran PKn. hal tersebut dilihat dari
18
rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran PKn. Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran STAD.
3.3. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc
Taggart yang terdiri dari tiga tahapan pelaksanaan.
3.3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif (Classroom
Action Research) yang biasanya disingkat PTK. “PTK adalah penelitian tindakan
yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik
pembelajaran” (Arikunto, 2009:58). Sedangkan Subiyantoro (dalam Moh. Amin
2011:2) mendefinisikan PTK sebagai berikut: Suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti, sejak disusun suatu perencanaaan sampai penilaian
terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Siswarsih Madya (2006:51) menyatakan” penelitian tindakan sejati adalah
penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti
melalui kerjasama dan kerja bersama. Kolaborasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah kolaborasi antara guru dengan peneliti”.
3.3.2. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengambil desain yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Kemmis dan Mc Taggart menyatukan komponen
tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini dijadikan
dasar langkah berikutnya yaitu refleksi. Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
seterusnya. (gambar).
19
Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan PTK
Rancangan dalam penelitian ini mengacu pada model spiral atau siklus
menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010:137). Tujuan menggunakan
model ini adalah apabila pada awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya
kekurangan, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan pada tindakan berikutnya
sampai target yang diinginkan tercapai. Pada masing-masing siklus terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan observasi , refleksi.
a. Tahap (1): Menyusun Rancangan Tindakan
Penyusunan rancangan mempunyai kesepakatan bersama antara peneliti yang
melakukan tindakan dan proses jalannya tindakan diamati oleh teman sejawat. Upaya
tersebut dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecematan pengamatan yang dilakukan. Rencana penelitian tindakan merupakan
tindakan yang terstruktur dan terencana, namun tidak menutup kemungkinan untuk
mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
b. Tahap (2) dan (3): Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
20
Tahap 2 dan 3 mempunyai sifat yang berbeda, tetapi tahap 2 dan 3 dilakukan secara
berasamaan karena pelaksana pembelajaran dan pengamat berbeda yaitu terdiri dari 2
orang. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan
pembelajaran di kelas. Pada tahap ini, rancangan starategi dan skenario penerapan
pembelajaran akan dilaksanakan. Kemudian pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh
teman sejawat (observer). Pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati
oleh pengamat antara lain: proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala
tindakan, serta persoalan lain yang timbul. Untuk mempermudah observasi peneliti
menggunakan lembar observasi sebagai panduan.
c. Tahap (4): Refleksi
Pada tahap ini menerapakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan
data dari lembar observasi dan dapat pula bertanya jawab dengan subjek tentang apa
yang dialami, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya.
Keempat tahapan tersebut adalah unsur untuk membuat siklus. Siklus adalah
putaran kegiatan berurutan yang kembali kelangkah semula. Satu siklus terdiri dari
tahap perencanaan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Bentuk
penelitian tindakan kelas tidak pernah berupa kegiatan tunggal, tapi selalu harus
berupa rangkaian kegitan yang kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus (Suharsimi
Arikunto, 2007:20)
3.4. Variabel yang akan Diteliti
Menurut Sugiyono (2011: 2) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu dalam bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan, yaitu:
21
a. Variable Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah model pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions
(STAD).Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen. Kemudian guru memberikan presentasi/menyajikan
materi kepada siswa. Siswa bekerja dalam kelompok, siswa dalam kelompok
memastikan agar semua anggotanya dapat menguasai pelajaran dengan baik. Pada
akhir pembelajaran guru memberikan kuis individu untuk siswa. Skor dari kuis
individu siswa akan dikumpulkan menjadi skor kelompok, kelompok dengan nilai
tertinggi akan mendapat penghargaan. Dengan kegiatan pembelajaran yang
bervariasi seperti itu akan menumbuhkan keaktifan dan kerja sama siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat
adalah proses dan hasil belajar siswa terhadap pemahaman konsep mata pelajaran
PKn. Dalam hal ini hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa pada akhir
pembelajaran setelah dilakukan proses pembelajaran sehingga akan diketahui
keberhasilan siswadalam mengikuti pelajaran yang telah disajikan oleh guru.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Variabel X
No Langkah STAD Indikator Item
1 Guru
menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
peserta didik
Menyampaikan
semua tujuan
pembelajaran yang
ingin dicapai pada
pelajaran dan
memotivasi peserta
1. Apakah guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai?
2. Apakah guru
memotivasi peserta
didik?
22
didik belajar
2 Guru
menyampaikan
materi
pelajaran
Menyampaikan
materi pelajaran
kepada peserta didik
dengan media yang
tepat
Apakah guru
menyampaikan materi
dengan media yang tepat?
3 Guru
mengorganisasi
kan peserta
didik ke dalam
kelompok-
kelompok kecil
Membentuk
kelompok kecil
1. Apakah guru membagi
siswa ke dalam
kelompok?
2. Apakah guru membagi
kelompok berdasarkan
heterogenitas?
4 Guru
membimbing
kelompok
bekerja dan
belajar
Membimbing
kelompok-kelompok
pada saat mereka
mengerjakan tugas
kelompok
Apakah guru membimbing
kelompok-kelompok saat
mengerjakan tugas?
5 Guru
memberikan
kuis
Kuis Apakah guru memberikan
kuis individu kepada siswa?
6 Guru
memberikan
penghargaan
Penghargaan Apakah guru memberikan
penghargaan kepada siswa
yang memperoleh skor
tertinggi?
3.5. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus setiap siklus
terdiri dari 2 pertemuan. Kemmis dan Mc Taggart menyatakan bahwa ada tiga tahap
rencana tindakan yang utama dalam penelitian tindakan diantaranya adalah:
23
perencanaan (planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observing), serta refleksi
(reflecting) (Arikunto, 2010:137). Berikut ini rincian dari ketiga tahapan penelitian
tindakan kelas:
Siklus I meliputi:
A. Perencanaan
Dalam perencanaan siklus I, peneliti menetapkan seluruh perencanaan tindakan yang
akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran STAD. Langkah-langkah perencanaan untuk
siklus I sebagai berikut:
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan materi.
b) Membuat materi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.
c) Mempersiapkan sumber, media pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran dan fasilitas yang diperlukan.
d) Menyiapkan LKS untuk siswa.
e) Menyiapkan lembar observasi.
f) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
B. Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan perencanaan, berikut ini rincian pelaksanaan tindakan:
a) Apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan
materi yang dipelajari sebelumnya.
b) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran
c) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
d) Guru membagi siswa dalam kelompok.
e) Guru menyampaikan materi pelajaran PKn.
f) Siswa diberi LKS dan melakukan diskusi kelompok.
g) Guru membimbing kegiatan disukusi kelompok.
h) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan diskusi kelompok.
24
i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.
j) Guru mengadakan kuis secara individu
k) Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
l) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai
yang paling tinggi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati keaktifan siswa di
dalam kelas. Pengamat mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembar
observasi terstruktur. Selain itu, dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru diamati oleh observer. Observer mengamati jalannya kegiatan
pembelajaran untuk mengamati dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang
terjadi saat penerapan model pembelajaran STAD.
C. Refleksi
a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi.
b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran STAD.
c) Membuat daftar permasalahaan yang terjadi pada siklus I.
Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II agar dapat memperbaiki
pendekatan yang dilakukan pada siklus I.
Siklus II meliputi :
A. Perencanaan ulang.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I selanjutnya diadakan perencanaan ulang
seperti pada perencanaan di siklus I. Setelah itu peneliti mencatat permasalahan dan
kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung dan merencanakan perbaikan
berdasarkan refleksi siklus I.
B. Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan atau tindakan siklus II sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan,
yaitu:
25
a) Melaksanakan tindakan sebagaimana pada siklus I sesuai hasil refleksi pada siklus
I.
b) Mengawasi siswa yang kurang aktif dengan bimbingan khusus.
c) Guru mengadakan bimbingan dengan mengamati kesalahan-kesalahan dan
kesulitan yang dihadapi siswa.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati aktivitas siswa di
dalam kelas. Pengamat mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembar
observasi terstruktur dan membandingkan dengan siklus sebelumnya. Selain itu,
dalam proses belajar mengajar diamati oleh observer. Observer mengamati jalannya
kegiatan pembelajaran dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat
penerapan model pembelajaran STAD.
C. Refleksi
a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi.
b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran STAD.
c) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II, apakah pemberian tindakan
pada siklus II sudah mengalami peningkatan.
3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik
yaitu dengan teknik tes dan non tes yang disertai dengan kisi-kisi instrumen
pengumpulan data.
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini antara lain:
a. Teknis tes
“Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan” Arikunto (2012:67). Tes dalam penilitian ini dilaksanakan pada akhir
pembelajaran pada siklus I dan II. Bentuk instrumen tes ini berupa lembar evaluasi
26
pada akhir pembelajaran dalam lembar kerja siswa (LKS).
b. Teknis nontes
a) Observasi
“Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai” (Yonny, 2010: 58).
“Observasi sebagai alat penilaian digunakan untuk mengukur tingkah laku individu
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun situasi buatan” (Sudjana, 2009: 84). Dalam observasi penelitian
ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model STAD.
b) Dokumentasi
“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan lapangan, transkrip, buku surat notulen rapat, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2012: 206).
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui daftar nama
siswa dan nilai awal PKn sebelum dilakukan penelitian. Dari data tersebut dapat
diketahui kemampuan awal siswa, sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan
setelah penelitian dilakukan.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui hasil belajar di kelas I dalam mata pelajaran PKn di SD Kanisius
Cungkup Salatiga setelah menggunakan model pembelajaran STAD adalah:
1) Tes
Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda. Tes
pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif.
“Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar
atau paling tepat” (Sudjana, 2009: 48). Tes ini berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-
tiap siklus dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian.
27
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus I
Kompeten
-si Dasar Indikator
Tingkat
Kesukaran Soal Teknik
Penilai
-an
Bentuk
Instru-
men Mu Se Su
1.1
menjelaskan
perbedaan
jenis
kelamin dan
agama yang
ada di
Indonesia
Menyebutkan perbedaan
jenis kelamin dalam
keluarga
Mendeskripsikan
macam-macam agama
yang ada di Indonesia
Menyebutkan nama-
nama tempat ibadah
sesuai dengan agamanya
Menyebutkan istilah
nama pemuka tiap
agama yang ada di
indonesia
Mengetahui apa yang
disebut dengan hidup
rukun dengan sesama
4
soal
17
soal
4
soal
Teknik
tes:
Pilihan
ganda
Pilihan
ganda
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus 2
Kompeten
-si Dasar Indikator
Tingkat
Kesukaran Soal Teknik
Penilai
-an
Bentuk
Instru-
men Mu Se Su
28
1.2
Memberika
n contoh
hidup
rukun
melalui
kegiatan di
rumah dan
di sekolah.
Mengidentifikasi hidup
rukun baik di rumah dan
di sekolah
Membedakan hidup
rukun dan hidup tidak
rukun serta dapat
menceritakan akibat
tidak menjaga
kerukunan
Mengetahui kegunaan
hidup rukun melalui
kegiatan di rumah dan di
sekolah
4
soal
18
soal
3
soal
Teknik
tes:
Pilihan
ganda
Pilihan
ganda
2) Lembar Observasi
Kegiatan observasi harus dilaksanakan bersamaan dengan pembelajaran.
Dalam lembar observasi berisi tentang hal-hal yang dapat mengukur aktivitas siswa
dan dan keterampilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran STAD. “Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran” (Sudijiono,
2008:76). “Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yangdigambarkan akan terjadi” Arikunto (2010:272). Adapun kisi-kisi yang berisi
item-item pada lembar observasi tindakan guru adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Lembar Observasi Kinerja Guru Menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Aspek yang
diamati dalam
langkah-langkah
pembelajaran
Indikator No.
Item
1. Persiapan Mengatur tempat duduk 1
29
pembelajaran Mengecek kesiapan siswa, ruangan kelas, dan media
pembelajaran 2
2. Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Membuka pelajaran dengan salam 3
Melakukan motivasi dan melakukan apersepsi 4
Menyampaikan tujuan pembelajaran. 5
3. Menyajikan
materi dengan
memanfaatkan
media
Menggali pengetahuan siswa berdasarkan media 6
Menyajikan materi dengan menggunakan media
pembelajaran 7
Bertanya jawab dengan siswa tentang materi
pembelajaran 8
4. Mengorganisasi
kan siswa
dalam
kelompok-
kelompok
belajar
Mengorganisasi siswa dalam 10 kelompok kecil (tim)
dalam setiap tim terdiri 2-3 siswa heterogen baik
jenis kelamin maupun kemampuan akademiknya
9
Membagikan lembar kerja siswa (diskusi) 10
Menentukan skor awal dari rata-rata skor dasar atau
skor kuis sebelumnya 11
Menjelaskan aturan main dalam kelompok kerja 12
5. Membimbing
kelompok kerja
dan belajar
Membimbing siswa bekerja dalam kelompok dan
saling bekerja sama satu lain agar memastikan
anggota kelompok lain dapat menguasai materi.
13
Menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok 14
Mengarahkan anggota kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain 15
6. Evaluasi Memberikan soal kuis kepada siswa 16
Mengarahkan siswa mengerjakan soal kuis secara
individu dan tidak boleh saling membantu 17
30
Mengoreksi soal kuis 18
Menghitung nilai siswa secara individu digabungkan
per kelompok dan dijumlahkan 19
7. Memberi
penghargaan
Memberikan penghargaan kepada tim dengan skor
tertinggi. 20
Memberi penguatan kepada kelompok yang tidak
mendapat penghargaan 21
8. Kesimpulan
dan penutup
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami 22
Menyimpulkan materi pelajaran. 23
Memberi arahan untuk pertemuan selanjutnya 24
Menutup pelajaran dengan salam 25
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Selama Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Aspek yang
diamati dalam
langkah-langkah
pembelajaran
Indikator No.
item
1. Kesiapan siswa
sebelum
mengikuti
pembelajaran
Membawa buku sumber dan alat pelajaran lengkap 1
Bersemangat mengikuti pelajaran 2
Mempelajari materi pelajaran di rumah 3
2. Perhatian siswa
terhadap
penjelasan guru
Antusias saat guru melakukan motivasi 4
Memberi respon jawaban saat guru melakukan
apersepsi
5
Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran
6
Mengamati lingkungan 7
Menjawab pertanyaan dari guru 8
Berani mengajukan pendapat 9
3. Kemampuan
siswa
mengerjakan
Duduk dalam kelompok masing-masing 10
Mendengarkan penjelasan guru tentang prosedur
aturan main dalam kelompok
11
31
lembar kerja Membaca petunjuk pada lembar kerja 12
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan lembar
kerja sesuai dengan petunjuk lembar kerja
13
4. Keaktifan siswa
bertanya
Mempunyai inisiatif bertanya pada guru bila
mengalami kesulitan saat mengerjakan lembar kerja
14
Bertanya sesuai dengan materi pembelajaran 15
5. Bekerja sama
dalam tim
Bertukar pikiran dalam mengerjakan lembar kerja 16
Menghargai pendapat teman 17
Menginformasikan jawaban kepada anggota lain 18
Menguasai materi 19
6. Keberanian
siswa
Mempresentasikan hasil kerja kelompok 20
Menanggapi hasil kerja kelompok 21
Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
dipahami
22
7. Kejujuran Mengerjakan kuis secara individu 23
8. Penghargaan Mendapatkan penghargaan 24
9. Kesimpulan Mampu membuat kesimpulan 25
3.7. Validitas dan Reliabilitas
Langkah penting yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan alat
penilaian kepada siswa adalah menguji kualitas alat penilaian tersebut sebelum
digunakan oleh peneliti. Suatu alat penilaian yang baik adalah jika alat penilaian
tersebut memenuhi ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas).
3.7.1. Uji Validitas
Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurit Sudijono, A. 2001., (dalam Wardani
dan Slameto 2012:87), Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang
tinggi atau valid, jika skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian
atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistik, ada korelasi
positif yang signifikan antara skor iten dengan skor totalnya. Skor total disini
berkedudukan sebagai valiabel terikat (dependent variabel), sedangkan skor item
berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variabel).
32
Tabel 3.6
Rentang Indeks Validitas
No Indeks Interpretasi
1 0,81-1,00 Sangat tinggi
2 0,61-0,80 Tinggi
3 0,41-0,60 Cukup
4 0,21-0,40 Rendah
5 0,00-0,20 Sangat rendah
Sumber: Wardani dan Slameto (2012:89)
3.7.2. Uji Tingkat validitas Soal
Uji instrumen butir soal untuk siklus I dan siklus II dilakaukan pada 27 siswa
di SD Kanisius Cungkup di kelas I. butir soal terdiri dari 25 butir dan berbentuk
pilihan ganda. Distribusi uji validitas siklus I dengan SPSS 20. Berdasarkan
klasifikasi validitas Correected item total correlation ≤ 0,20, artinya butir soal tidak
valid, Adapun distribusi butir soal yang valid dan tidak valid serta butir soal yang
layak digunakan atau tidak dalam siklus 1 disajikan dalam tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Distribusi Butir soal yang Valid dan Tidak Valid Siklus I
Butir Soal
No item
Valid Tidak valid
1,2,3,4,5,6,7,8,10,13,14,15,
16,17,18,20,21,22,23,24 9,11,12,19,25
Jumlah 20 5
Berdasarkan Table 3.7 di atas nomor butir soal 1,2,3,4,5,6,7,8,10,13,14,15,
16,17,18,20,21,22,23,24 dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
Adapun nomor butir soal 9,11,12,19,25 dinyatakan tidak valid dan tidak
dapat digunakan dalam penelitian sehingga ada 5 nomor butir soal yang dibuang,
dan sisanya 20 butir soal dapat digunakan.
33
Tabel 3.8
Distribusi Butir soal yang valid dan tidak valid siklus II
Butir Soal
No Item
Valid Tidak valid
1,2,3,4,5,7,8,10,14,15,
17,18,20,21,22,23,25 6,9,11,12,13,16,19,24
Jumlah 17 8
Berdasrakan tabel 3.8 di atas nomor butir soal 1,2,3,4,5,7,8,10,14,15,17,18,20,21,22,
23,25 dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Adapun nomor butir
soal 6,9,11,12,13,16,19,24dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam
penelitian sehingga ada 8 nomor butir soal yang dibuang, dan sisanya 21 butir soal
dapat digunakan.
3.7.3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (ajeg) tes adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil
pengukuran yang konstan atau ajeg. Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes
adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precicion) dan keajegan (consistency)
skor tes. Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat
ukur, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki
keajegan hasil.
Kerlinger (1986) mengemukan bahwa reliabilitas dapat diukur dari tiga
kriteria yaitu: (1) Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan
(konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama,
pada waktu yang berbeda; (2) Defendability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri
pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3)
predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan
berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan
hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Batas reliabilitas
atau keajegan dapat diartikan sebagai konsistensi skor yang diperoleh dari orang
yang sama, pada gejala yang sama. Untuk itu ada kemungkinan skor pembanding,
34
mungkin berupa skor yang diperoleh dari alat ukur yang sama pada kesempatan yang
berbeda, atau skor yang diperolah dari alat ukur lain yang seimbang. Kerliger
menyatakan bahawa reliabilitas instrumen dikatakan baik, bila alat tersebut
dikenakan pada obyek yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pada beberapa
kesempatan yang berbeda. Kofesien reliabilitas selalu berbeda dalam rentang 0
sampai dengan 1 yang menunjuk pada persentase varian error dengan sumber variasi
yang berbeda. Misalnya kofesien reliabilitas menunjukkan 0,74 berarti 74% varian
skor yang bersumber pada keadaan yang diukur, sedang 26% adalah kesalah atau
varien error yang bersumber dari keadaan di luar variabel yang diukur.
Semakin tinggi kofesien reliabilitas suatu tes (mendekati1), makin tinggi pula
keajegan/ketepatannya. Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah
akaurat terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya. Sebagai ancar-ancar
kofesien reliabilitas berdasarkan nilai alfa dapat diinterprestasikan seperti dalam
tabel pada halaman berikutnya.
Tabel 3.9
Rentang Indeks Reliabilitas
No Indeks Interpretasi
1 0,80-1,00 Sangat reliable
2 <0,80-0,60 Reliabel
3 <0,60-0,40 Cukup reliabel
4 <0,40-0,20 Agak reliabel
5 <0,20 Kurang reliabel
Sumber: Wardani dan Slameto (2012:89)
Hasil uji reliabelitas butir soal berbentuk pilihan ganda terdiri dari 25 butir
soal dilakukan pada siswa kelas II SD Kanisius Cungkup berjumlah 27 siswa.
Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I adalah Cronbach's Alpha sebesar 0,646,
artinya reliabilitas soal siklus 1 reliabel sehingga instrumen butir soal siklus I
digunakan dalam penelitian. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen butir soal
35
siklus II diperoleh sebesar Cronbach's Alpha 0,641, artinya reliabilitas butir soal
siklus II reliabel, sehingga butir soal dapat digunakan dalam penelitain.
Tabel 3.10
Distribusi Uji Reliabilitas Instrumen Butir Soal Siklus I Dan Siklus II
Nomor
urut
Siklus Jumlah butir
soal
Cronbach's
Alpha
Kriteria
1 I 20 0,646 Reliabel
2 II 18 0,641 Reliabel
Sumber: olahan SPSS
3.7.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Arikunto (2010: 207 - 210) “Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sulit
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat”.
Menurut Sudjana (2008: 135) ada beberapa dasar pertimbangan dalam
menentukan proporsi jumlah kategori mudah, sedang, dan sukar.
Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan. Maksudnya ada
keseimbangan untuk jumlah soal ketiga kategori tersebut. Sebagian besar soal berada
pada kategori sedang, kemudian butir soal kategori mudah dan sukar proporsinya
seimbang. Misal tes objektif pilihan ganda sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60
pertanyaan tersebut, soal kategori mudah sebanyak 20, kategori sedang 20, dan
kategori sukar 20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori
tersebut di dasarkan atas kurva normal. Perbandingan soal mudah-sedang-sukar bisa
dibuat 3-4-3. Artinya 30% soal kategori mudah, 40% soal kategori sedang dan 30%
soal kategori sukar. Perbandingan tingkat kesukaran sejenis dengan proporsi di atas
adalah 3-5-2. Artinya 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 20%
soal kategori sukar.
36
Untuk menentukan tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑷 =𝑩
𝑱𝑺
(Sudijono, 2011: 372)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal
tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11
Indeks Kesukaran Soal
No. Indeks Interpretasi
1. < 0,30 Sukar
2. 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)
3. > 0,70 Mudah
Sumber: Sudijono 2011: 372
Berdasarkan indeks tingkat kesukaran item soal dengan menggunakan rumus
di atas, maka diperoleh hasil perhitungannya sebagai berikut:
Tabel 3.12
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I
No. Indeks Interpretasi Nomor Item Jumlah
1. < 0,30 Sukar 10,14,18 3
2. 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)
1,2,3,5,7,8,13,15,17,
20,21,22,23,24 14
3. > 0,70 Mudah 4,6,16 3
Total 20
37
Tabel 3.13
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II
No. Indeks Interpretasi Nomor Item Jumlah
1. < 0,30 Sukar 14,18 2
2. 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)
1,2,3,5,7,8,10,15,17,
20,21,22,23,25 14
3. > 0,70 Mudah 4 1
Total 17
3.7.5 Teknik Analisis Data
Data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Nilai akhir =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikonfirmasikan dalam tablel kriteria
ketuntasan sebagai berikut :
Tabel 3.14
Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar PKn
KKM Kualifikasi
≥65 Tuntas
<65 Tidak tuntas
KKM Mata Pelajarn PKn Kelas I SD Kanisius Cungkup Salatiga/ 2015-2016
Rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n
Xx
Keterangan:
X : mean (rata-rata)
∑X : jumlah semua nilai siswa
38
∑n : jumlah siswa
Data kualitatif.
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Kriteria penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa dan
keterampilan guru. Hasil perolehan skor dianalisis dengan menggunakan analisis
presentase.
Untuk menghitung analisis presentase menggunakan rumus :
P=𝑓
𝑛𝑥 100%
Menurut (Arikunto, 2002)
Keterangan :
P : Persentase keaktifan siawa
F : Jumlah skor aspek yang diperoleh
N : Jumlah skor aspek maksimal.