bab iii. metodologi penelitian | 25 bab iii metodologi...
TRANSCRIPT
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuasi eksperimen. Menurut Luhut P. (2000) “ciri-ciri penelitian kuasi eksperimen
secara khas mengenai keadaan praktis yang tidak mungkin mengontrol semua
variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut”. Desain
penelitiannya menggunakan one group pretest-posttest design, yaitu dengan
memberikan perlakuan kepada subyek penelitian tanpa dibandingkan dengan
kelas kontrol dan dilakukan dalam beberapa kali pertemuan pembelajaran.
Desain penelitian tersebut digambarkan seperti tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1
Skema one group pretest-posttest design
Pre Test Treatment Post Test T1 X T4 T2 X T5 T3 X T6
Keterangan :
T1 = pretest pada pembelajaran ke-1
T2 = pretest pada pembelajaran ke-2
T3 = pretest pada pembelajaran ke-3
T4 = posttest pada pembelajaran ke-1 (tes yang diberikan sama dengan T1)
T5 = posttest pada pembelajaran ke-2 (tes yang diberikan sama dengan T2)
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 26
T6 = posttest pada pembelajaran ke-3 (tes yang diberikan sama dengan T3)
X = perlakuan pembelajaran dengan penerapan model inkuiri terbimbing.
Tiap perlakuan dalam penelitian ini sama pada tiap pertemuan pembelajaran.
Penjelasan desain penelitian pada tabel 3.1 adalah sebagai berikut :
1. Tes awal (pretest) dilakukan sebelum proses pembelajaran, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui keterampilan generik-prestasi belajar awal
siswa.
2. Memberikan perlakuan (treatment) terhadap subyek penelitian dengan
menerapkan model inkuiri terbimbing pada setiap pertemuan pembelajaran
nya.
3. Setelah pembelajaran pada setiap pertemuan selesai, dilaksanakan tes akhir
(posttest), untuk mengetahui keterampilan generik-prestasi belajar siswa.
B. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di kota
Bandung tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari enam kelas, sedangkan sampel
penelitian yang digunakan adalah salah satu kelas yang dipilih secara cluster
random sampling, yaitu teknik memilih suatu sampel secara acak dalam suatu
kelompok yang telah dipilih. Sampel yang dipilih berjumlah 44 orang siswa
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 27
namun yang menjadi objek penelitian adalah 35 orang karena sebanyak 11 orang
siswa tidak hadir selama pelaksanaan penelitian.
C. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:149) instrumen adalah alat pada waktu
penelitian menggunakan suatu metode, dan untuk beberapa metode instrumennya
memiliki nama yang sama dengan nama metodenya. Dalam penelitian ini
digunakan instrumen berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda untuk mengukur
prestasi belajar dan keterampilan generik siswa, serta lembar observasi untuk
memeriksa keterlaksanaan model yang diterapkan dalam pembelajaran.
1. Tes Prestasi Belajar - Keterampilan Generik
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh kelompok atau individu (Suharsimi,
2006: 150). Tes yang digunakan adalah tes prestasi belajar yang sekaligus
merupakan tes keterampilan generik yang berbentuk pilihan ganda dengan
bahasan materi fluida statis. Tes dilaksanakan sebanyak dua kali dalam setiap
pembelajaran, yaitu tes awal sebelum perlakuan (pretest) dan tes akhir
(posttest) setelah perlakuan. Soal yang digunakan pada tes awal dan tes akhir
merupakan soal yang sama. Instrumen tes ini digunakan untuk mengetahui
keterampilan generik yang meliputi indikator pengamatan langsung, inferensi
logika, hukum sebab-akibat, pemodelan matematika dan membangun konsep
sekaligus untuk mengetahui prestasi belajar yang mencakup ranah kognitif
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 28
pada aspek pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Instrumen tes
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.1, B.2, dan B.3 (hal. 125-161).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum 2006 (KTSP) mata
pelajaran fisika SMA kelas XI semester dua tentang materi pokok fluida
statis.
b. Membuat soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
c. Mengkonsultasikan soal-soal yang telah dibuat tersebut kepada dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II, kemudian melakukan revisi soal
berdasarkan saran yang diberikan dosen pembimbing I dan dosen
pembimbing II.
d. Meminta pertimbangan (judgement) kepada dua orang dosen yang
direkomendasikan oleh dosen pembimbing dan satu orang guru mata
pelajaran fisika di SMA, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan
saran dari dosen yang melakukan judgement.
e. Melakukan uji coba soal pada anggota populasi penelitian di luar sampel
yaitu pada kelas XI IPA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
f. Menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi tingkat kesukaran butir
soal, daya pembeda butir soal, uji validitas tes dan reliabilitas tes.
g. Melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 29
2. Lembar Obsevasi
Lembar observasi berguna untuk mengetahui keterlaksanaan model
inkuri terbimbing yang digunakan serta aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran berlangsung. Adapun lembar observasi keterlaksanaan model
inkuiri terbimbing oleh guru dan lembar observasi keterlaksanaan model
inkuiri terbimbing oleh siswa dapat dilihat pada lampiran B.4 (hal:162-165 ).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan untuk persiapan dalam melakukan penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan, untuk memperoleh fakta permasalahan di
lapangan.
b. Melakukan studi literatur untuk memperoleh pemecahan masalah.
c. Telaah kurikulum, dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang
hendak dicapai dalam pembelajaran.
d. Menentukan sampel penelitian.
e. Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Skenario
Pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
f. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.
g. Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian.
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 30
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian adalah
menerapkan model inkuiri terbimbing sebanyak tiga kali pembelajaran. Dalam
setiap pertemuan pembelajaran dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan tes awal (pretest)
b. Memberikan perlakuan dengan menerapkan model inkuiri terbimbing
selama kegiatan pembelajaran
c. Selama pembelajaran, observer melakukan observasi mengenai
keterlaksanaan model inkuiri terbimbing untuk aktivitas guru dan siswa di
dalam kelas
d. Memberikan tes akhir (posttest)
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir adalah sebagai berikut:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
b. Membahas hasil penelitian
c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data untuk menjawab permasalahan penelitian
d. Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan
dalam pelakasanaan pembelajaran.
Adapun alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan seperti gambar 3.1
di bawah ini:
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 31
Gambar 3.1
Bagan Alur Penelitian
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Penyusunan Silabus, RPP, Skenario Pembelajaran, LKS, Instrumen tes, dan Lembar Observasi
Pelaksanaan Penelitian
Seri Pembelajaran ke-1
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran seri ke-1
Seri Pembelajaran ke-2
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran seri ke-2
Seri Pembelajaran ke-3
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran seri ke-3
Pengolahan & Analisis Data
Kesimpulan
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Penyusunan Silabus, RPP, Skenario Pembelajaran, LKS, Instrumen tes, dan Lembar Observasi
Pelaksanaan Penelitian
Seri Pembelajaran ke-1
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran seri ke-1
Seri Pembelajaran ke-2
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran seri ke-2
Seri Pembelajaran ke-3
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran seri ke-3
Pengolahan & Analisis Data
Kesimpulan
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Penyusunan Silabus, RPP, Skenario Pembelajaran, LKS, Instrumen tes, dan Lembar Observasi
Pelaksanaan Penelitian
Pembelajaran ke-1
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran ke-1
Pembelajaran ke-2
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran ke-2
Pembelajaran ke-3
� Pretest � Treatment � Posttes � Pengumpulan data
hasil pembelajaran ke-3
Pengolahan & Analisis Data
Kesimpulan
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 32
E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji
coba di kelas lain. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh adalah data
yang benar sehingga dapat menggambarkan kemampuan subyek penelitian
dengan tepat. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian dianalisis dengan
uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran untuk memperoleh
keterangan layak atau tidaknya soal digunakan dalam penelitian.
1. Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes
yang valid (absah=sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Dengan kata lain, validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan
tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. (Arikunto, 2008:64)
Validitas suatu instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil
pengalaman. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien
produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan
perumusan :
( ){ }{ }2 22 2
( )
( ) ( )XY
N XY X Yr
N X X N Y Y
−=
− −
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
XYr = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = Skor tiap butir soal
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 33
Y = Skor total tiap butir soal
N = Jumlah peserta tes
Interpretasi koefisien korelasi yang menunjukan nilai validitas ditunjukkan
oleh tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas 0,800 – 1,00 0,600 – 0,800 0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,00 – 0,200
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah
Sangat Rendah
(Arikunto, 2008:75)
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliabel adalah tes yang dapat
dipercaya artinya tes yang dapat menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak
berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. (Arikunto,
2008:86)
Nilai reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas.
Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen adalah
dengan menggunakan teknik belah dua. Reliabilitas instrumen dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 34
( )1/ 2 1/ 2
111/2 1/ 2
2
1
r rr
r r=
+
Keterangan :
11r = Reliabilitas Instrumen
1 12 2
r r = Korelasi antara skor–skor tiap belahan tes
Interpretasi Reliabilitas Instrumen ditunjukan dalam tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,80– 1,00 0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah
Sangat Rendah
(Arikunto, 2008 : 75)
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran (difficulty index) adalah bilangan yang
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. (Arikunto, 2008:207).
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:
x
BP
J=
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya Siswa yang menjawab benar
xJ = Jumlah seluruh siswa peserta tes
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 35
Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi 0,00 – 0,29 0,30 – 0,69 0,70 – 1,00
Soal Sukar Soal Sedang Soal Mudah
(Arikunto; 2008: 210)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah (Arikunto, 2008 : 211). Daya pembeda butir soal dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
A B
A B
B BDP
J J= −
Keterangan :
DP = Indeks Daya Pembeda
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas
JB = Banyaknya peserta tes kelompok bawah
Kriteria indeks daya pembeda diklasifikasikan pada tebel 3.5 berikut:
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 36
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi 0,00 – 0,19 0,20 – 0,39 0,40 – 0,69 0,70 – 1,00
Negatif
Jelek Cukup Baik
Baik Sekali Tidak baik, harus dibuang
(Arikunto, 2008: 218)
F. Hasil Uji Coba Tes
Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian diuji terlebih dahulu
untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes digunakan dalam penelitian.
Data hasil uji coba tes untuk pembelajaran ke-1, pembelajaran ke-2 dan
pembelajaran ke-3 yang telah dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembedanya dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Generik dan Prestasi Belajar
Pembelajaran No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Nilai Kriteria Nilai Klasifikasi Nilai Klasifikasi
Ke-1
1 0,51 Cukup 0,43 Baik 0,43 Sedang
2 0,56 Cukup 0,50 Baik 0,61 Sedang
3 0,56 Cukup 0,43 Baik 0,79 Mudah
4 0,55 Cukup 0,50 Baik 0,54 Sedang
5 0,63 Tinggi 0,36 Cukup 0,82 Mudah
6 0,57 Cukup 0,50 Baik 0,25 Sukar
7 0,55 Cukup 0,36 Cukup 0,18 Sukar
8 0,35 Rendah 0,21 Cukup 0,46 Sedang
9 0,62 Tinggi 0,64 Baik 0,61 Sedang
Ke-2 1 0,52 Cukup 0,57 Baik 0,57 Sedang
2 0,44 Cukup 0,43 Baik 0,21 Sukar
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 37
Pembelajaran No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Nilai Kriteria Nilai Klasifikasi Nilai Klasifikasi
3 0,46 Cukup 0,43 Baik 0,29 Sukar
4 0,52 Cukup 0,43 Baik 0,64 Sedang
5 0,46 Cukup 0,21 Cukup 0,75 Mudah
6 0,38 Rendah 0,36 Cukup 0,54 Sedang
7 0,51 Cukup 0,50 Baik 0,46 Sedang
8 0,56 Cukup 0,36 Cukup 0,75 Mudah
9 0,21 Rendah 0,21 Cukup 0,25 Sukar
Ke-3
1 0,33 Rendah 0,29 Cukup 0,79 Mudah
2 0,57 Cukup 0,43 Baik 0,79 Mudah
3 0,60 Cukup 0,43 Baik 0,64 Sedang
4 0,74 Tinggi 0,57 Baik 0,71 Mudah
5 0,47 Cukup 0,36 Cukup 0,32 Sedang
6 0,41 Cukup 0,21 Cukup 0,61 Sedang
7 0,49 Cukup 0,36 Cukup 0,75 Mudah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen pada tabel 3.6, instrumen yang telah
diujikan memiliki nilai validitas soal yang cukup bervariasi pada setiap
pembelajarannya. Untuk seluruh butir soal yang telah di analisis memperoleh nilai
validitas sebagai berikut: empat butir soal memiliki validitas rendah, 19 butir soal
memiliki validitas cukup dan tiga butir soal memiliki validitas tinggi.
Agar suatu soal mampu membedakan antara siswa berkemampuan rendah
dengan siswa berkemampuan tinggi, maka perlu diketahui nilai daya pembeda
soal. Berdasarkan tabel 3.6 daya pembeda yang dimiliki 25 butir soal yang telah
diujikan terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 11 butir soal memiliki daya pembeda
dengan klasifikasi cukup, dan 14 butir soal memiliki daya pembeda dengan
kategori baik. Secara umum semua soal dapat membedakan antara siswa
berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi. Karena tidak ada soal
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 38
yang memiliki daya pembeda yang bernilai negatif, maka semua soal dapat
digunakan.
Hasil analisis untuk tingkat kesukaran dari instrumen tes yang berjumlah
25 butir soal adalah sebagai berikut : delapan butir soal memiliki tingkat
kesukaran dengan kategori mudah, 12 soal memiliki tingkat kesukaran dengan
kategori sedang dan lima soal memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar,
hal ini menunjukkan bahwa soal tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Dengan demikian semua soal dapat digunakan untuk penelitian.
Nilai koefisien reliabilitas instrumen pada setiap pembelajaran,
ditunjukkan pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas Instrumen r11 Kriteria
Pembelajaran ke-1 0,96 Sangat tinggi
Pembelajaran ke-2 0,91 Sangat tinggi
Pembelajaran ke-3 0,89 Sangat tinggi
Teknik yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen adalah
dengan rumus K-R 20, karena butir soal pada setiap pembelajaran memiliki
jumlah ganjil. Berdasarkan tabel 3.7, dapat dilihat bahwa untuk butir soal pada
pembelajaran ke-1, ke-2 dan ke-3 memiliki reliabilitas sangat tinggi.
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 39
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka semua soal dari 25 butir
soal yang telah diujicobakan dapat digunakan dalam penelitian. Rekapitulasi hasil
uji coba dapat dilihat pada lampiran C (hal: 167-172).
Adapun distribusi soal tes keterampilan generik yang digunakan pada tiap
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Distribusi Soal Tes Keterampilan Generik
NO KETERAMPILAN
GENERIK
PEMBELAJARAN ke-1
PEMBELAJARAN ke-2
PEMBELAJARAN ke-3
NO. SOAL
JUMLAH SOAL
NO. SOAL
JUMLAH SOAL
NO. SOAL
JUMLAH SOAL
1 Pengamatan Langsung 2 1 3 1 1 1
2 Inferensi Logis 5 1 8 1 4,6 2
3 Pemodelan Matematis 3,6,9 3 1,2,5,9 4 3 1
4 Hukum Sebab-akibat 1,4,7 3 6 1 5,7 2
5 Membangun Konsep 8 1 4,7 2 2 2
JUMLAH 9 9 7
Sedangkan untuk distribusi tes prestasi belajar yang digunakan pada tiap
pertemuan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini
Tabel 3.9
Distribusi Soal Tes Prestasi Belajar
NO ASPEK KOGNITIF
PEMBELAJARAN ke-1
PEMBELAJARAN ke-2
PEMBELAJARAN ke-3
NO. SOAL
JUMLAH SOAL
NO. SOAL
JUMLAH SOAL
NO. SOAL
JUMLAH SOAL
1 Pemahaman (C2) 1,4,7,8 4 6,7,8 3 2 1
2 Penerapan (C3) 5,9 2 1,2,4,9 4 3,4,7 3
3 Analisis (C4) 2,3,6 3 3,5 2 1,5,6 3
JUMLAH 9 9 7
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 40
G. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Hasil Tes
Untuk menganalisis data yang telah diperoleh selama penelitian,
berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan:
a. Menghitung skor dari setiap jawaban, baik pada pretes maupun pada
postes pada setiap pertemuan pembelajaran
b. Menentukan nilai gain
Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Nilai gain dapat
ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:
Keterangan :
G = gain
Sf = skor tes akhir
Si = skor tes awal
2. Menentukan Nilai Gain Ternormalisasi
Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual
yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor
gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Richard R. Hake, 1999). Untuk
f iG S S= −
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 41
perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya akan
digunakan persamaan sebagai berikut :
a. Gain ternormalisasi setiap siswa ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
( )( )i
if
S
SSg
%%100
%%
−−
=
Keterangan :
g = gain ternormalisasi
Si = skor tes awal
Sf = skor tes akhir
b. Rata-rata gain ternormalisasi
Rata-rata gain ternormalisasi <g>, didefinisikan sebagai rasio rata-rata
gain aktual <G> terhadap rata-rata gain maksimum yang mungkin. (Hake,
1999)
Nilainya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
( )
( )% %%
% 100 %f i
maks i
S SGg
G S
< > − < >< >< > = =< > − < >
Keterangan :
<g> = rata-rata gain ternormalisasi
⟨Si⟩ = rata-rata skor tes awal
⟨Sf ⟩ = rata-rata skor tes akhir
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 42
Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.11
berikut:
Tabel 3.10
Interpretasi nilai gain
(Richard R. Hake, 1999)
3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya data yang
diperoleh dari hasil penelitian, uji normalitas juga digunakan untuk
mengetahui sebaran distribusi data yang diperoleh. Hal ini berkaitan dengan
sampel yang diambil. Melalui uji normalitas peneliti bisa mengetahui apakah
sampel yang diambil mewakili populasi atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan teknik Chi Square. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut (Nurgana, 1985:8) :
a. Menghitung rata-rata
Untuk mengitung nilai rata-rata (mean) digunakan persamaan:
ixx
n= ∑
b. Mencari standar deviasi dari data yang akan diuji normalitasnya
Gain <g> Kualifikasi
(<g>) > 0,7 Tinggi 0,7> (<g>) > 0,3 Sedang
(<g>) < 0,3 Rendah
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 43
Untuk menghitung besarnya standar deviasi digunakan persamaan:
( )( )
2
1ix x
Sn
−=
−∑
x = nilai rata-rata gain
ix = nilai gain yang diperoleh siswa
n = jumlah siswa
S = standar deviasi
c. Membuat daftar frekwensi observasi dan frekwensi ekspektasi
� Menentukan banyak kelas (k) dengan rumus:
1 3,3logk n= + dengan n = jumlah siswa
� Menentukan panjang kelas (p) dengan rumus:
rp
k=
r = Rentang = skor terbesar – skor terkecil
� Mencari frekuensi observasi (Oi) dengan menghitung banyaknya
respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.
� Menentukan nilai baku z dengan menggunakan persamaan :
bk xz
S
−=
bk = batas kelas
� Mencari luas tiap kelas interval (gunakan daftar z)
� Mencari frekuensi harapan Ei dengan persamaan berikut :
iE n l= ×
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 44
d. Menghitung nilai 2χ (Chi kuadrat) dengan menggunakan persamaan :
( )2
2 i i
i
O E
Eχ
−=∑
e. Menentukan derajat kebebasan (db) dengan menggunakan persamaan :
3db k= −
f. Menentukan nilai 2χ dari daftar
g. Menentukan normalitas dengan cara membandingkan harga 2hitungχ dengan
2tabelχ
Jika 2hitungχ < 2
tabelχ , maka data berdistribusi normal, sedangkan
Jika 2hitungχ > 2
tabelχ , maka data tidak berdistribusi normal
Setelah dilakukan uji normalitas, jika diketahui datanya berdistribusi normal
maka digunakan uji statistik parametrik. Namun, jika datanya tidak
berdistribusi normal maka digunakan uji statistik non parametrik. Sebelum
melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu perlu dilakukan uji homogenitas
untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang
homogen atau tidak.
4. Uji Homogenitas
Cara menentukan homogenitas data hasil penelitian dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini :
a. Menentukan varians dari dua sampel data yang diuji homogenitasnya.
b. Menghitung nilai F dengan menggunakan rumus :
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 45
Keterangan:
s2b = varians yang lebih besar
s2k = varians yang lebih kecil
c. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari tabel dengan
ketentuan:
maka data homogen
tabelhitung FF > maka data tidak homogen
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t ketika data yang diperoleh
terdistribusi normal dan homogen. Untuk sampel besar (n > 30) persamaan
yang digunakan adalah:
2
22
1
21
12t
N
s
N
s
MM
+
−=
Keterangan :
1M = rata-rata pretest N1 = jumlah siswa
ks
bsF
2
2
=
hitung tabelF F<
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 46
2M = rata-rata posttest N2 = jumlah siswa
s21 = varians pretest s2
2 = varians posttest
tabelhitung tt > maka H0 ditolak
tabelhitung tt < maka H0 diterima
Jika data berdistribusi normal, tetapi tidak homogen maka pengujian
hipotesis dilakukan dengan uji t’ sebagai berikut :
2
22
1
21
12't
N
s
N
s
MM
+
−=
dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis jika :
dan terima jika terjadi sebaliknya, dengan
0H
1 1 2 2
1 2
'wt w t
tw w
+≥+
0H
1 2
2 21 2
1 2 1 (1 )( 1) 2 (1 )( 1)1 2
; ; ;N N
S Sw w t t t t
N N α α− − − −= = = =
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 47
6. Uji Wilcoxon
Jika data tidak berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis
dilakukan dengan uji wilcoxon. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji
wilcoxon adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar rank
2. Menentukan nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank
positif dan jumlah rank negatif. nilai W diambil salah satunya.
3. Menentukan nilai W dari tabel. Jika n > 25, maka nilai W dihitung
dengan rumus :
( 1) ( 1)(2 1)
4 24
n n n n nW x
+ + += −
(Nurgana, 1985:13)
2,5758x = untuk taraf signifikasi 1%
1,96x = untuk taraf signifikasi 5%
4. Pengujian Hipotesis
JikaW < tabelW , maka hipotesis ditolak.
JikaW > tabelW , maka hipotesis diterima.
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 48
H. Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas guru dan siswa ini bertujuan
untuk mengetahui keterlaksanaan model inkuiri oleh guru dan siswa. Dalam
lembar observasi aktivitas guru disediakan kolom saran. Hal ini dilakukan agar
kekurangan/kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bisa diketahui sehingga
diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik.
Adapun tahapan analisis data hasil observasi keterlaksanaan adalah
sebagai berikut:
� Menjumlahkan keterlaksanaan indikator model inkuiri yang terdapat pada
lembar observasi yang telah diamati oleh observer.
� Menghitung persentase keterlaksanaannya dengan menggunakan rumus:
100%Skor Hasil Observasi
PersentaseSkor Total
= ×
Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model inkuiri yang dilakukan
oleh guru, dapat diinterpretasikan pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Persentase (%) Kategori
0,00 - 24,90 Sangat Kurang
25,00 - 37,50 Kurang
37,60 - 62,50 Sedang
B A B I I I . M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n | 49
Persentase (%) Kategori
62,60 - 87,50 Baik
87,60 - 100,00 Sangat Baik
(Mulyadi dalam Usep Nuh, 2007:52)