bab iii metode penelitian€¦ · uas matematika semester i pada siswa kelas va dan vb sd negeri 1...
TRANSCRIPT
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut
Sugiyono (2011: 107) penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Dari pengertian tersebut bahwa metode eksperimen merupakan
metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
dalam kondisi yang dikendalikan.
Berdasarkan teori di atas, penelitian eksperimen adalah penelitian untuk
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor atau lebih yang sengaja ditimbulkan
oleh peneliti dengan menyisihkan faktor-faktor lain. Tujuan dari penelitian
eksperimen adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab-akibat, berapa
besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan memberikan perlakuan tertentu pada
kelas eksperimental dan menyediakan kelas kontrol untuk perbandingan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Quasi
Experimental Design. Menurut Sugiyono (2011: 114) Quasi Experimental Design
merupakan pengembangan dari tru experimental design, yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Bentuk penelitian yang digunakan ialah Non Equivalent Control Group Design.
Non Equivalent Control Group Design hampir sama dengan pretest-posttest
control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011: 116).
Berdasarkan wawancara dan observasi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
untuk uji normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan awal dapat
menggunakan hasil Ujian Akhir Semester (UAS) matematika semester 1 sehingga
hasil pre-test diperoleh dengan hasil UAS matematika semester 1.
41
Gambar 2
Desain Eksperimen
Non Equivalent Control Group Design
Keterangan:
𝑄1 : Nilai UAS matematika semester 1 untuk kelas eksperimen I untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II.
𝑄2 : Nilai UAS matematika semester 1 untuk kelas eksperimen II untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II.
𝑄3 : Nilai post-test untuk kelas eksperimen I setelah mengikuti pembelajaran
dengan Problem Based Learning.
𝑄4 : Nilai post-test untuk kelas eksperimen II setelah mengikuti pembelajaran
dengan CIRC.
X : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning
untuk kelas eksperimen I pada kelas VA dan perlakuan pembelajaran
menggunakan CIRC untuk kelas eksperimen II pada kelas VB SD Negeri
1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo.
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal menggunakan hasil
UAS matematika semester I pada siswa kelas VA dan VB SD Negeri 1 Sedayu
Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Dan menentukan kelas uji coba
instrument post-test yaitu kelas VI SD Negeri 1 Tempuranduwur Kecamatan
Sapuran Kabupaten Wonosobo. Kemudian peneliti memberikan perlakuan
tertentu pada kelas VA sebagai kelas eksperimen I dengan Problem Based
Learning, sedangkan pada kelas VB sebagai kelas eksperimen II dengan CIRC.
𝑄1 − 𝑄2
𝑄3 𝑥 𝑄4
42
3.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran
Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian
adalah siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2014/2015.
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April tahun
2015, perincian dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7
Kegiatan Penelitian
Waktu/ Kegiatan Februari Maret April
Persiapan
Pelaksanaan
Analsis Data
Penyusunan Laporan
Validasi Instrumen tes dilakukan pada kelas VI SD Negeri 1
Tempuranduwur Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo pada tanggal 13
Maret 2015. Dalam pemberian perlakuan peneliti menggunakan dua tatap muka
pada tanggal 23 dan 24 Maret 2015 untuk kelas eksperimen I (Problem Based
Learning) sedangkan tanggal 30 dan 31 Maret 2015 untuk kelas eksperimen II
(CIRC). Pada pelaksanaan tes akhir, kelas eksperimen I mengerjakan tes pada hari
Rabu tanggal 25 Maret 2015 jam ke-1. Sedangkan kelas eksperimen II
mengerjakan tes pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 jam ke-1.
Tabel 8
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kelompok Pertemuan
1 2 Post test
Eksperimen I 23/03/2015 24/03/2015 25/03/2015
Eksperimen II 30/03/2015 31/03/2015 1/04/2015
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
43
kesimpulannya. Berdasarkan tujuan dan identifikasi penelitian variabel dalam
penelitian ini ada dua jenis, yaitu variable bebas (X) variabel terikat (Y).
1. Variabel Bebas (X)
Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai
variabel bebas adalah Problem Based Learning (𝑋1) dan Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) (𝑋2). Hal ini dikarenakan
Problem Based Learning dan CIRC memberikan pengaruh terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika.
2. Variabel Terikat (Y)
Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan
soal cerita matematika (Y).
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator dari
variabel-variabel yang terkait dalam penelitian sehingga pengujian hipotesis
dengan alat bantu statistik dapat dilakukan dengan benar. Definisi dari Problem
Based Learning didefinisikan secara operasional sebagai penyajian pembelajaran
yang menghadapkan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data,
merencanakan penyelesaian masalah, dan penyelesaian masalah. Untuk melihat
ketercapaian penerapan Problem Based Learning menggunakan lembar observasi.
Variabel yang kedua adalah CIRC didefinisikan secara operasional sebagai
penyajian pembelajaran dengan siswa belajar dalam kelompok, kegiatan yang
dilakukan dalam kelompok adalah siswa mengerjakan soal cerita matematika
yang membutuhkan pemecahan masalah dengan cara saling membacakan,
menemukan ide pokok, dan memberi tanggapan terhadap soal cerita, kegiatan
selanjutnya mempresentasikan hasil temuannya dari beberapa kelompok. Untuk
melihat ketercapaian penerapan CIRC menggunakan lembar observasi.
44
Variabel yang ketiga adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika didefinisikan secara operasional sebagai tingkat penyelesaian masalah
pada soal cerita matematika dengan cara memahami masalah yang terdapat dalam
soal cerita; membuat rencana penyelesaian masalah; membuat kalimat matematika
dengan melakukan perhitungan; membuat kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban
akhir sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam soal. Beberapa kriteria tersebut
diuraikan dalam aspek spesifik yaitu pemahaman soal mempunyai aspek
membaca soal dengan teliti, menuliskan hal yang diketahui dan yang ditanyakan
dalam soal; perencanaan penyelesaian mempunyai aspek mengubah soal cerita
dalam bentuk operasi matematika; melaksanakan rencana mempunyai aspek
memahami bentuk operasi matematika, memasukkan hal-hal yang diketahui
dalam soal ke dalam operasi dan melakukan penghitungan; memeriksa kembali
mempunyai aspek penyelesaian hingga jawaban akhir, mengkoreksi hasil jawaban
dan hasil akhir jawaban siswa.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:
173). Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Pararel di Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Dari 3 SD Negeri pararel
yang ada di Kecamatan Sapuran, dipilih satu SD dengan teknik simple random
sampling untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian dalam penelitian
ini diperoleh melalui teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel
dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2011: 120). Teknik simple random sampling dilakukan untuk
menentukan kelas yang dijadikan sampel saja, bukan untuk menentukan siswa-
siswa yang termasuk ke dalam kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
45
Berikut langkah-langkah dalam pemilihan sampel dengan simple random
sampling sebagai berikut:
1. Setelah selesai studi pendahuluan ke UPTD Sapuran, terdapat 3 Sekolah
Dasar Negeri pararel khususnya untuk siswa kelas V di Kecamatan
Sapuran
2. Melakukan pemilihan sampel dengan cara menuliskan 3 SD dalam satu
kertas kemudian digulung berbentuk undian.
3. Peneliti mengambil satu undian untuk menentukan kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II.
Setelah melakukan teknik simple random sampling, maka terpilihlah satu
Sekolah Dasar yang dijadikan sampel yaitu SD Negeri 1 Sedayu yang terdiri dari
kelas VA dan kelas VB. Berdasarkan kelas yang ada peneliti menentukan kelas
VA sebagai kelas eksperimen I (Problem Based Learning) dan kelas VB sebagai
kelas eksperimen II (CIRC). Rincian jumlah siswa SD Negeri 1 Sedayu semester
II tahun pelajaran 2014/2015 disajikan pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9
Rincian Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelas VA VB
Jumlah 32 32
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2011: 308). Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 265) pengumpulan data dapat
dilakukan dengan metode tes, observasi, kuisioner, dokumentasi, dan sebagainya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, observasi, dan tes sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
46
prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 2010: 274). Metode dokumentasi dalam penelitian ini,
digunakan untuk mendapatkan daftar sampel dan nilai UAS siswa kelas V
semester I mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2014/2015.
2. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrument (Suharsimi Arikunto, 2010: 272). Teknik Obsevasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru pada saat
mengajar dengan menerapkan Problem Based Learning dan CIRC di
dalam kelas. Analisis penerapan Problem Based Learning dan CIRC
menggunakan observasi langsung yang dilakukan oleh guru kelas VA dan
VB. Hal ini perlu dilakukan untuk memantau jalannya pembelajaran pada
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II agar sesuai dengan ketentuan
metode yang digunakan.
Hasil observasi oleh guru kelas V pada pertemuan I-II di kelas
eksperimen I (Problem Based Learning ) pada tanggal 23 - 24 Maret 2015
dan kelas eksperimen II (CIRC) pada tanggal 30 - 31 Maret 2015
mengindikasikan bahwa guru sudah memenuhi kriteria penerapan
Problem Based Learning dan CIRC dengan benar karena terlihat pada
hasil observasi (terlampir) bahwa sudah dilakukan dengan tingkat 100%
dari seluruh prosedur sintak penerapan Problem Based Learning dan
CIRC.
3. Tes
Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Suharsimi Arikunto,
2010: 266). Teknik pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi
siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten
47
Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah dengan
menggunakan teknik tes dan instrumen berbentuk uraian.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan
data adalah sebagai berikut:
1. Menyusun instrumen penelitian untuk post-test.
2. Menentukan pedoman pemberian skor terhadap setiap jawaban.
3. Menguji cobakan instrumen.
4. Menentukan kelas eksperimen, dari siswa kelas V yang ada di SD Negeri 1
Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo yang terdiri dari dua
kelas yaitu kelas VA dan VB. Kelas VA yang pembelajarannya
menggunakan Problem Based Learning (kelas eksperimen I) dan kelas VB
menggunakan CIRC (kelas eksperimen II).
5. Mengambil nilai Ujian Akhir Semester I sebagi uji prasarat awal sebelum
perlakuan.
6. Sebelum melakukan eksperimen terhadap kedua kelas tersebut, terlebih
dahulu melakukan uji prasyarat untuk uji keseimbangan yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya melakukan uji keseimbangan
sebelum perlakuan.
7. Melakukan pembelajaran, kelas VA pembelajarannya menggunakan
Problem Based Learning dan kelas VB menggunakan CIRC selanjutnya
melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika. Kemudian diperoleh nilai siswa
dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan.
8. Melakukan uji prasyarat untuk uji hipotesis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas selanjutnya melakukan uji hipotesis terhadap kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, disusun instrumen dalam
bentuk observasi, dan tes. Sebelum digunakan maka disusun terlebih dahulu kisi-
kisinya dan butir-butir soalnya. Instrumen ini akan diuraikan berdasarkan variabel
yang sudah ditentukan peneliti.
48
1. Variabel X1
Instrumen yang digunakan dalam variabel X1 adalah lembar
observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktifitas guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan Problem Based Learning. Kisi-
kisi pembelajaran dengan menerapkan Problem Based Learning sebagai
berikut:
Tabel 10
Kisi-kisi Observasi Problem Based Learning
No Aspek Indikator Rumusan Item
1 Pendahuluan Orientasi siswa kepada
masalah 1 – 6
2 Eksplorasi Mengorganisir siswa untuk
belajar 7 – 10
3 Elaborasi
Membimbing penyelidikan
individual atau kelompok 11
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya 12 – 13
4 Konfirmasi
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
14 – 16
2. Variabel 𝑿𝟐
Instrumen yang digunakan dalam variabel X2 adalah adalah lembar
observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktifitas guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan CIRC. Kisi-kisi pembelajaran
dengan menerapkan CIRC sebagai berikut:
Tabel 11
Kisi-kisi Observasi CIRC
No Aspek Indikator Rumusan Item
1 Pendahuluan Orientasi 1 – 7
2 Eksplorasi Pengenalan Konsep 8 – 10
Organisasi 11 – 12
3 Elaborasi Eksplorasi dan
Aplikasi 13 – 16
4 Konfirmasi Publikasi 17 – 20
49
3. Variabel Y
Instrumen yang akan digunakan dalam variabel Y adalah tes dalam
bentuk uraian. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar siswa
sebagai data kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika. Data kemampuan menyelesaikan soal cerita diambil dari nilai
post test. Analisis awal atau uji normalitas dan homogenitas awal
menggunakan nilai UAS matematika semester I kelas VA dan VB SD 1
Sedayu. Post test dilaksanakan setelah eksperimen untuk mengetahui
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa setelah diadakan
perlakuan dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 12
Kisi-Kisi Instrumen Pos Test
NO SK/KD Indikator Banyak
butir
No
Butir Teknik
1.
Standar
Kompetensi (SK)
5 Menggunakan
pecahan
dalam
pemecahan
masalah
Kompetensi
Dasar (KD)
5.4 Menggunakan
pecahan dalam
masalah
perbandingan
dan skala
Materi Pokok
Pembelajaran
Perbandingan dan
skala
5.4.1 Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
perbandingan
pada soal cerita
5.4.2 Menghitung skala
jika diketahui
jarak pada peta
dan jarak
sebenarnya pada
soal cerita
5.4.3 Menghitung jarak
pada peta jika
diketahui skala
dan jarak
sebenarnya pada
soal cerita
5.4.4 Menghitung
jarak sebenarnya
jika diketahui
skala dan jarak
pada peta pada
soal cerita
3
2
2
2
1, 2, 3
4, 5
6, 7
8, 9
Tes
Uraian
Tes
Uraian
Tes
Uraian
Tes
Uraian
50
Penskoran instrumen dalam penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya dalam menyelesaikan soal
cerita matematika yaitu: (1) Memahami masalah yang terdapat dalam soal cerita;
(2) Membuat rencana penyelesaian; (3) Membuat model (kalimat) matematika dan
melakukan perhitungan; (4) Menarik kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban akhir
sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam soal. Langkah-langkah tersebut harus
dilakukan secara urut, tidak bisa dengan meloncati bagian satu ke bagian yang
lain. Penskoran instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 13
Penskoran Instrumen
Jawaban Skor
1. Memahami masalah
2. Menyusun rencana penyelesaian
3. Membuat model (kalimat) matematika dan melakukan
perhitungan
4. Menarik kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban akhir sesuai
dengan pertanyaan yang ada di dalam soal
1
2
2
1
3.5 Uji Coba Instrumen
3.5.1 Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (menguasai materi) dengan siswa yang kurang pandai
(kurang/tidak menguasai materi) (Zainal Arifin, 2014: 133). Menurut Zainal
Arifin (2014: 133) untuk menguji daya pembeda (DP) perlu menempuh langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah skor total tiap siswa.
b. Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor
terkecil.
c. Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.
d. Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas
maupun kelompok bawah).
e. Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:
51
𝐷𝑃 =𝑋 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑋 𝑏𝑎𝑤𝑎 ℎ
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
Keterangan:
DP = daya beda butir soal
𝑋 𝑎𝑡𝑎𝑠 = rata-rata skor kelompok atas
𝑋 𝑏𝑎𝑤𝑎 ℎ = rata-rata skor kelompok bawah
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = skor maksimum butir soal
Adapun kriteria indeks daya pembeda adalah pada tabel sebagai berikut:
Tabel 14
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kualifikasi
0,19 ke bawah
0,20 – 0,29
0,30 – 0,39
0,40 ke atas
Kurang baik, soal harus dibuang
Cukup
Baik (good)
Sangat baik (excellent)
Intrepretasi daya pembeda yang dipakai dalam instrumen penelitian ini
yaitu pada kisaran 0,20 – 0,29 dengan kriteria daya pembeda cukup, 0,30 - 0,39
dengan kriteria daya pembeda baik, dan 0,40 ke atas dengan kriteria daya
pembeda sangat baik.
Tabel 15
Hasil Uji Daya Pembeda
Bentuk
Instrumen
Item
Soal
Nilai Daya
Pembeda
Kategori
Cukup Baik Sangat
Baik
Uraian
1 0,37
2 0,47
3 0,26
4 0,27
5 0,47
6 0,39
7 0,38
8 0,23
9 0,24
Total 4 3 2
52
Dari hasil perhitungan diperoleh dua butir soal dengan kriteria daya
pembeda sangat baik yaitu butir soal nomor 2 dan 5, tiga butir soal dengan kriteria
baik yaitu butir soal nomor 1, 6, dan 7, empat butir soal dengan kriteria cukup
yaitu butir soal nomor 3, 4, 8, dan 9. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
3.5.2 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang bisa dinyatakan dengan indeks (Zainal
Arifin, 2014: 134). Analisis tingkat kesukaran soal ini dilakukan untuk pemilihan
instrumen soal yang baik. Menurut Zainal Arifin (2014: 134) untuk menghitung
tingkat kesukaran soal bentuk uraian dapat menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:
Rata-rata = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘
b. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:
Tingkat kesukaran = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙
c. Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:
Tabel 16
Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Kategori Soal
0,00 - 0,30 Soal kategori sukar
0,31 – 0,70 Soal kategori sedang
0,71 – 1,00 Soal kategori mudah
Kriteria indeks kesulitan soal apabila hasil uji tingkat kesukaran 0 sampai
0.30 maka soal tersebut dikategorikan sukar, 0,31 sampai 0,70 dikategorikan
sebagai soal kategori sedang, dan 0,71 sampai 1,00 dapat dikatakan soal kategori
mudah.
53
Tabel 17
Hasil Uji Tingkat Kesukaran
Bentuk
Instrumen
Item
Soal
Nilai Tingkat
Kesukaran
Kategori
Mudah Sedang Sukar
Uraian
1 0,83
2 0,82
3 0,29
4 0,64
5 0,60
6 0,67
7 0,70
8 0,61
9 0,29
Total 2 5 2
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai artinya 25% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 25%
kategori sukar. Dalam penelitian ini digunakan item soal yang termasuk kategori
mudah, sedang, dan sukar. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 9 soal
uraian, dua butir soal termasuk kategori mudah yaitu butir soal nomor 1 dan 2,
lima butir soal termasuk kategori sedang yaitu butir soal nomor 4, 5, 6, 7, dan 8,
dua butir soal termasuk kategori sukar yaitu butir soal nomor 3 dan 9. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
3.5.3 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010: 211). Menurut Sugiyono
(2011: 173) bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen yang
valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya jika tingkat validitasnya rendah
maka instrumen tersebut kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini uji
validitas ditunjukan untuk menguji instrumen dari variabel terikat (Y) yang
berupa tes uraian. Uji validitas instrumen uraian pada penelitian ini menggunakan
54
validitas isi dan teknik untuk mengetahui kesejajaran yaitu teknik korelasi product
moment yang dikemukakan oleh pearson.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan (Sugiyono, 2011: 182). Menurut Zainal Arifin (2014: 248)
validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Suatu tes kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika dikatakan valid, apabila materi tes tersebut
betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberikan. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi
atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam
kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler.
Validitas isi diperoleh melalui penilaian ahli. Untuk mendapatkan
instrumen yang memenuhi validitas isi dilakukan proses sebagai berikut:
instrumen tes disusun dengan mengacu pada SK, KD, dan indikator pencapaian
kompetensi; kemudian instrumen dikonsultasikan kepada para ahli (expert
judgement) untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis apakah butir-butir
instrumen tersebut telah mewakili apa yang akan diukur. Ahli yang memvalidasi
instrumen dalam penelitian ini yaitu guru kelas V SD Negeri 1 Sedayu dan guru
kelas V SD Negeri 1 Tempuranduwur Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo.
Instrumen dikatakan memenuhi validitas isi karena butir soal tes sesuai dengan
tuntutan SK dan KD yang terdapat dalam kurikulum.
Uji validitas isi yang dilakukan dengan pengisian angket uji validitas isi
instrumen oleh tiga validator. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
validitas isi adalah membuat kisi-kisi soal, menyusun soal tes, dan menelaah soal
tes. Validitas isi ini ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum KTSP
2006 dengan prosedur sebagai berikut:
1) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai
dengan materi dan tujuan kurikulum KTSP 2006.
2) Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang
dipilih.
55
3) Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
4) Melakukan analisis butir soal.
Uji validitas isi yang dilakukan dengan pengisian angket uji validitas isi
instrumen, hasilnya menunjukkan bahwa instrumen yang disusun sudah sesuai
dengan kriteria validitas isi yang mengacu pada SK, KD, dan indikator
pencapaian kompetensi. Hasil uji validitas isi selengkapnya tersaji dalam
lampiran.
Sedangkan untuk uji validitas yang kedua adalah teknik untuk mengetahui
kesejajaran yaitu teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson
(Suharsimi Arikunto, 2010: 213).
})(}{)({
))((
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
rxy = Koefisien Validitas
X = Skor Butir Soal
Y = Skor Total
N = Jumlah Responden
Uji validitas instrumen post-test (kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika) dilakukan dengan cara memberikan soal tes yang dikerjakan oleh 30
siswa di luar populasi yaitu pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Tempuranduwur
Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo proses penghitungan dengan bantuan
SPSS for Windows Version 21.0. Dari hasil uji validitas instrumen dengan
menggunakan taraf signifikan 5% dan jumlah responden 30 diperoleh koefisien
korelasi pada tabel korelasi product moment yaitu 0,361. Jika koefisien korelasi
lebih dari 0,361 dikatakan instrumen tersebut valid. Instrumen yang diuji terdiri
dari 9 butir soal uraian. Dari hasil uji validitas akan diketahui apakah butir soal
yang ada pada instrumen valid sehingga memenuhi syarat untuk mengumpulkan
data penelitian.
56
Tabel 18
Hasil Validitas Instrumen Post-Test
Bentuk
Instrumen Item Soal Nilai r
Kategori
Valid Tidak Valid
Uraian
1 0,613
2 0,787
3 0,756
4 0,602
5 0,818
6 0,714
7 0,737
8 0,282
9 0,739
Total 8 1
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu instrumen dikatakan
memenuhi syarat untuk mengumpulkan data penelitian jika instrumen tersebut
valid. Dari hasil analisis diketahui jumlah instrumen 9 butir soal uraian dengan
menggunakan taraf signifikan 5% dan koefisien korelasi 0,361. Dengan hasil
akhir 8 butir soal dikatakan valid atau memenuhi syarat untuk mengumpulkan
data penelitian dan 1 butir soal yang tidak valid yaitu butir soal nomor 8 dengan
nilai rhitung = 0,282. Dari hasil analisis maka instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 8 instrumen valid yaitu item soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 9.
Hasil perhitungan selengkapnya tersaji dalam lampiran.
3.5.4 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2010: 221). Dalam penelitian
ini uji reliabilitas adalah untuk menguji atau mengetahui instrumen dari variabel
Y yaitu kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang berupa soal tes
uraian digunakan teknik Alpha dari Cronbach (Suharsimi Arikunto, 2010: 239).
𝑟11 = 𝑛
𝑛−1 (1 −
σ𝑏2
𝜎𝑡2 )
Dengan:
𝑟11 = reliabilitas instrumen
57
𝑛 = banyaknya butir instrumen
σ𝑏2 = jumlah varian butir
𝜎𝑡2 = variansi total
Dengan rumus varian dapat dicari 𝜎2 yaitu:
𝜎2 = 𝑥2 −
( 𝑥)2
𝑁𝑁
Keterangan :
X = Skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir
N = Jumlah peserta tes
Tabel 19
Kriteria Penafsiran Reliabilitas
Interval Klasifikasi Koefisien Realibilitas
Jika 0,000 ≤ r11< 0,200 reliabilitas sangat rendah
Jika 0,200 ≤ r11< 0,399 reliabilitas rendah
Jika 0,400 ≤ r11< 0,599 reliabilitas cukup
Jika 0,600 ≤ r11< 0,799 reliabilitas tinggi
Jika 0,800 ≤ r11≤ 1,000 reliabilitas sangat tinggi
Suharsimi Arikunto (2010 : 319)
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode satu kali tes. Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan
SPSS for Windows Version 21.0 dengan menggunakan metode croncbach alpha.
Dari soal uraian yang terdiri dari 9 butir soal terdapat 8 butir soal yang valid untuk
dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas dari 8 butir soal yang valid
Cronbach’s Alpha (r) sebesar 0,864, ini menunjukkan bahwa instrumen memiliki
reliabilitas sangat tinggi oleh karena itu maka instrumen dinyatakan reliabel.
Tabel 20
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.864 8
58
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Teknik Analisis Data Sebelum Perlakuan
Teknik analisis data sebelum perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat
analisis untuk uji keseimbangan. Untuk keperluan uji keseimbangan, data hasil
penelitian ini diolah menggunakan Uji t. Uji t merupakan metode statistik
parametrik. Uji ini digunakan karena sesuai dengan ciri-ciri statistik parametrik
yaitu; (1) Data berupa interval dan rasio; (2) Data menyebar atau berdistribusi
normal. Asumsi yang pertama sudah terpenuhi sedangkan asumsi yang kedua
akan diuji dalam penelitian ini sekaligus sebagai syarat uji t. Menurut Budiyono
(2004: 185), terdapat 4 syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji t
yaitu:
1. Populasi-populasi saling independen (saling bebas)
2. 𝜎12 dan 𝜎2
2 (varians populasi) tidak diketahui
3. Data berdistribusi normal (sifat normalitas)
4. Ada pertimbangan perbedaan variansi antara kedua sampel yang
dibandingkan (sifat homogenitas). Hal ini berkaitan dengan formula
pengujian yang berbeda dimana variansi sama atau variansi berbeda.
Persyaratan dari uji t di atas akan dibahas syarat ke-3 dan syarat ke-4.
Untuk syarat pertama dan kedua sudah terpenuhi. Variabelnya saling independen
dan varians populasi tidak diketahui. Uji prasyarat ke-3 dan ke-4 dalam penelitian
ini adalah:
1) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 170-172) untuk
menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis Uji
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf Signifikansi : α = 5 %
c. Statistik Uji
59
L = Maks F zi – S zi
𝑍𝑖 = 𝑋𝑖− 𝑋
𝑠 dengan s adalah standar deviasi
Keterangan :
𝐹 𝑍𝑖 : 𝑃 𝑍 ≤ 𝑍𝑖 ;𝑍~𝑁(0,1)
𝑆 𝑍𝑖 : proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh cacah Zi
𝑋𝑖 : skor responden
d. Daerah Kritik (DK)= 𝐿|𝐿 > 𝐿𝛼 ;𝑛 ;𝑛 adalah ukuran sampel
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika L ∈ DK dan H0 diterima jika L ∉ DK
Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) 21.0.
2) Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 176-
178) untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji
Chi kuadrat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis Uji
Ho : σ12 = σ2
2 = ⋯ = σ𝑘2
H1 : tidak semua variansi sama, untuk i ≠ j; i = 1, 2, …, k
b. Taraf Signifikansi : α = 5 %
c. Statistik Uji:
𝑋2 = 2,203
𝑐 (𝑓 log𝑅𝐾𝐺 − 𝑓𝑗 log 𝑠𝑗
2)
Dengan
𝑘 = banyaknya populasi = banyaknya sampel
𝑁 = banyaknya seluruh nilai
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
𝑓𝑗 = 𝑛𝑗 − 1 = derajat kebebasan untuk 𝑆𝑗2 ; 𝑗 = 1,2,… ,𝑘
𝑓 = 𝑁 − 𝐾 = 𝑓𝑗𝑘𝑗=1 = derajat kebebasan untuk RKG
60
𝑐 = 1 + 1
3 𝑘 − 1
1
𝑓𝑗−
1
𝑓
RKG = rataan kuadrat galat = 𝑆𝑆𝑗
𝑓𝑗 𝑆𝑖
2 =𝑆𝑆𝑗
𝑓𝑗
𝑆𝑆𝑗 = 𝑋𝑗2 −
( 𝑋𝑗 )2
𝑛𝑗
d. Daerah Kritik:
𝐷𝐾 ={ 𝑥2| 𝑥2> 𝑥2
a;k-1 }
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika 𝑥𝑎𝑏𝑐2 ∈ 𝐷𝐾 dan H0 diterima jika 𝑥𝑎𝑏𝑐
2 ∉ 𝐷𝐾
Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) 21.0.
3) Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas
(kelas eksperimen I (kelas Problem Based Learning) dan kelas eksperimen
II (kelas CIRC) dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelas
eksperimen mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t
dengan prasyarat seperti diatas. Adapun data yang digunakan berasal dari
data dokumen nilai belajar matematika siswa dalam kelas-kelas yang
digunakan sebagai sampel penelitian. Menurut Budiyono (2004: 157) uji
keseimbangan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
𝐻0: 𝜇1 = 𝜇2 (kedua kelas populasi sama kemampuannya)
𝐻1: 𝜇1 ≠ 𝜇2 (kedua kelas populasi tidak sama kemampuannya)
2) Taraf Signifikasi : 𝛼 = 0,05
3) Statistik Uji
t =𝑋 1 −𝑋 2 −d0
sp 1
𝑛1 +
1
𝑛2 ~ t(n1 + n2 − 2)
𝑠𝑝2 =
𝑛1 − 1 𝑠12 + 𝑛2− 1 𝑠2
2
n1 + n2− 2
Keterangan:
61
t = harga statistik yang diuji t
𝑆𝑝 = standar deviasi gabungan
𝑋 1 = nilai rata-rata sebelum perlakuan kelas eksperimenI
𝑋 2 = nilai rata-rata sebelum perlakuan kelas eksperimen II
𝑠12 = variansi sebelum perlakuan kelas eksperimen I
𝑠22 = variansi sebelum perlakuan kelas eksperimen II
𝑛1 = jumlah siswa kelas eksperimen I
𝑛2 = jumlah siswa kelas eksperimen II
do = 0 (sebab tidak membicarakan selisih rataan)
4) Menentukan Daerah Kritik: 𝐷𝐾 = 𝑡|𝑡 > −𝑡𝑜𝑏𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 > 𝑡𝑜𝑏𝑠
5) Keputusan Uji: Tolak H0 jika harga tobs ∈ 𝐷𝐾
Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) 21.0.
3.6.2 Teknik Analisis Data Setelah Perlakuan
Teknik analisis data setelah perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat
analisis untuk uji hipotesis. Untuk keperluan uji hipotesis, data hasil penelitian ini
diolah menggunakan Uji t. Uji t merupakan metode statistik parametrik. Uji ini
digunakan karena sesuai dengan ciri-ciri statistik parametrik yaitu; (1) Data
berupa interval dan rasio; (2) Data menyebar atau berdistribusi normal. Asumsi
yang pertama sudah terpenuhi sedangkan asumsi yang kedua akan diuji dalam
penelitian ini sekaligus sebagai syarat uji t. Menurut Budiyono (2004: 185),
terdapat 4 syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji t, yaitu:
1. Populasi-populasi saling independen (saling bebas)
2. 𝜎12 dan 𝜎2
2 (varians populasi) tidak diketahui
3. Data berdistribusi normal (sifat normalitas)
4. Ada pertimbangan perbedaan variansi antara kedua sampel yang
dibandingkan (sifat homogenitas)
Persyaratan dari uji t di atas akan dibahas syarat ke-3 dan syarat ke-4.
Untuk syarat pertama dan kedua sudah terpenuhi. Variabelnya saling independen
62
dan varians populasi tidak diketahui. Uji prasyarat ke-3 dan ke-4 dalam penelitian
ini adalah:
1) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 170-172) untuk
menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis Uji
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf Signifikansi : α = 0,05
c. Statistik Uji
L = Maks F zi – S zi
𝑍𝑖 = 𝑋𝑖− 𝑋
𝑠 dengan s adalah standar deviasi
Keterangan :
𝐹 𝑍𝑖 : 𝑃 𝑍 ≤ 𝑍𝑖 ;𝑍~𝑁(0,1)
𝑆 𝑍𝑖 : proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh cacah Zi
𝑋𝑖 : skor responden
d. Daerah Kritik (DK) = 𝐿|𝐿 > 𝐿𝛼 ;𝑛 ;𝑛 adalah ukuran sampel
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika L ∈ DK dan H0 diterima jika L ∉ DK
Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) 21.0.
2) Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 176-
178) untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji
Chi kuadrat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis Uji
Ho : σ12 = σ2
2 = ⋯ = σ𝑘2
63
H1 : tidak semua variansi sama, untuk i ≠ j; i = 1, 2, …, k
b. Taraf Signifikansi : α = 5 %
c. Statistik Uji:
𝑋2 = 2,203
𝑐 (𝑓 log𝑅𝐾𝐺 − 𝑓𝑗 log 𝑠𝑗
2)
Dengan
𝑘 = banyaknya populasi = banyaknya sampel
𝑁 = banyaknya seluruh nilai
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
𝑓𝑗 = 𝑛𝑗 − 1 = derajat kebebasan untuk 𝑆𝑗2 ; 𝑗 = 1,2,… ,𝑘
𝑓 = 𝑁 − 𝐾 = 𝑓𝑗𝑘𝑗=1 = derajat kebebasan untuk RKG
𝑐 = 1 + 1
3 𝑘 − 1
1
𝑓𝑗−
1
𝑓
RKG = rataan kuadrat galat = 𝑆𝑆𝑗
𝑓𝑗 𝑆𝑖
2 =𝑆𝑆𝑗
𝑓𝑗
𝑆𝑆𝑗 = 𝑋𝑗2 −
( 𝑋𝑗 )2
𝑛𝑗
d. Daerah Kritik:
𝐷𝐾 ={ 𝑥2| 𝑥2> 𝑥2
a;k-1 }
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika 𝑥𝑎𝑏𝑐2 ∈ 𝐷𝐾 dan H0 diterima jika 𝑥𝑎𝑏𝑐
2 ∉ 𝐷𝐾
Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) 21.0.
3) Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis penelitian sehingga uji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
H0 : µ1 ≤ µ2 artinya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning tidak
lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1
64
Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun
pelajaran 2014/2015.
H1 : µ1 > µ2 artinya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih
baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Sedayu
Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran
2014/2015.
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji t pihak kanan
(ekor kanan) dengan prasyarat seperti di atas. Menurut Budiyono (2004:
157) untuk melakukan uji hipotesis ini menggunakan uji t pihak kanan
(ekor kanan) sebagai berikut:
a. Hipotesis Uji
H0 : µProblem Based Learning ≤ µCIRC
H1 : µProblem Based Learning > µCIRC
Keterangan:
H0 : Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang
pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning tidak
lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD
Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo
semester II tahun pelajaran 2014/2015.
H1 : Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang
pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih
baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1
Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II
tahun pelajaran 2014/2015.
b. Taraf Signifikansi: α = 0,05
c. Statistik Uji
t =𝑋 1 −𝑋 2 −d0
sp 1
𝑛1 +
1
𝑛2 ~ t(n1 + n2 − 2)
𝑠𝑝2 =
𝑛1 − 1 𝑠12 + 𝑛2− 1 𝑆2
2
n1 + n2− 2
65
Keterangan:
t = harga statistik yang diuji t
𝑆𝑝 = standar deviasi gabungan
𝑋 1 = rerata nilai kelompok yang pembelajarannya dengan Problem
Based Learning
𝑋 2 = rerata nilai kelompok yang pembelajarannya dengan CIRC
𝑠12 = variansi kelompok (Problem Based Learning)
𝑠22 = variansi kelompok (CIRC)
𝑛1 = jumlah siswa dalam kelompok (Problem Based Learnin)
𝑛2 = jumlah siswa dalam kelompok (CIRC)
do = 0 (sebab tidak membicarakan selisih rataan)
d. Menentukan Daerah Kritik
𝐷𝐾 = 𝑡|𝑡 > 𝑡𝛼 ;𝑛1+𝑛2−2
e. Keputusan Uji
Tolak H0 jika harga tobs ∈ 𝐷𝐾
Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) 21.0.
Uji hipotesis pihak kanan atau ekor kanan tersaji dalam gambar berikut.
Daerah Penolakan 𝐻0
(Daerah luas=𝛼)
Daerah Penerimaan 𝐻0
0 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Gambar 3
Distribusi Student Uji Hipotesis