bab iii metode penelitian a. 1. -...
TRANSCRIPT
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas untuk menerapkan model discovery
learningini dilaksanakan di SDN Gudangkopi I pada siswa kelas IV Kecamatan
Sumedang Kabupaten Sumedang. Dipilihnya SDN Gudangkopi I sebagai lokasi
penelitian ini karena didasari oleh pertimbangan bahwa di kelas IV SDN
Gudangkopi I ini terdapat masalah dalam proses pembelajaran pada materi
perubahan wujud benda yang harus segera mendapatkan tindakan, masalah
tersebut yaitu kurangnya kreativitas guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar, bahkan karena hal
tersebut pula yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang telah direncanakan adalah penelitian dilakukan
selama tujuh bulan. Penelitian ini direncanakan dari mulai bulan Desember 2015
sampai dengan bulan Juni 2016. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan
selama itu diantaranya adalah penyusunan dan seminar proposal penelitian dari
bulan Desember 2015 sampai akhir bulan Januari 2016. Pada awal bulan Febuari
sampai dengan bulan April kegiatan yang dilakukan adalah revisi, bimbingan,
perencanaan dan smulai melaksanakan siklus ke SD yang telah dipilih. Kemudian
masih dengan kegiatan pelaksanaan siklus yang disertai dengan melakukan
pengolahan dan analisis data, serta melakukan penyusunan dan revisi skripsi dari
bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni. Kegiatan berikutnya pada penelitian ini
adalah pertanggungjawaban hasil penelitian ini dalam bentuk sidang skripsi yang
dilakukan perkiraan pertengahan bulan Juni hingga akhir bulan Juni 2016.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas IV yang berjumlah 27
orang. Adapun alasan peneliti memilih siswa dan siswi kelas IV SDN Gudangkopi
I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ini adalah karena setelah
melakukan observasi proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran IPA,
24
menunjukkan bahwa keadaan siswa yang pasif pada saat proses pembelajaran dan
siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga nilai hasil belajar siswa,
seperti pengetahuan siswa tentang materi sebelum dilaksanakan pembelajaran
dengan setelah dilaksanakannya pembelajaran tidak menunjukkan perbedaan yang
besar. Hal tersebut dibuktikan dengan setelah dilakukannya tes tertulis pada siswa
mengenai pembelajaran tersebut hasilnya masih banyak siswa yang tidak
mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh guru. Adapun
pokok bahasan yang di sampaikan kepada siswa pada saat itu adalah mengenai
perubahan wujud benda.
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kelas
(classroom action research). Wiriaatmadja (2006, hlm. 13) mendefinisikan bahwa
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah “Bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri”. Sedangkan Sanjaya (2009, hlm. 26) PTK dapat
diartikan “Sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas
melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan
cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari pelaksanaan tersebut”.
PTK berkembang dari penelitian tindakan (action research) yang dapat
diartikan sebagai suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan
oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial
mereka. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, melakukan
penelitian tindakan kelas merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru
professional. Untuk dapat melakukannya perlu didukung oleh kondisi yang
kondusif, baik kondisi gurunya sendiri maupun kondisi pemimpin sekolah.
Menurut Grundy dan Kemmis (dalam Sanjaya, 2009, hlm. 30) „Tujuan
penelitian tindakan meliputi tiga hal, yaitu peningkatan praktik, pengembangan
profesional, dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung‟.
25
Namun perlu diketahui pula bahwa tujuan umum dari PTK adalah
peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Sanjaya (2009, hlm. 34-37)
mengemukakan bahwa “PTK memiliki manfaat untuk guru, siswa, sekolah, dan
perkembangan teori pendidikan”. Manfaat PTK untuk guru yaitu mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, melalui
perbaikan dan peningkatan kinerja, maka akan tumbuh kepuasan dan rasa percaya
diri yang dapat dijadikan sebagai modal untuk terus-menerus meningkatkan
kemampuan dan kinerjanya, keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru
lain, PTK juga dapat mendorong guru untuk memiliki sikap professional, dan guru
akan selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain untuk
guru, PTK juga bermanfaat untuk siswa, diantaranya melalui PTK dapat
mengurangi bahkan menghilangkan rasa jenuh dalam mengikuti proses
pembelajaran, PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar
siswa. Guru-guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan
hasil belajar siswa, secara langsung akan membantu sekolah yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik siswanya. PTK pun
dapat menjembatani antara teori dan praktik.
Sedangkan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2005, hlm. 1) “Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi”.
Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti
adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang
sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang
terlihat dan terucap tersebut. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak
dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat
penelitian di lapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.
26
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang akan digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan penerapan model discovery learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa mengacu kepada rancangan penelitian yang
dilakukan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm. 66) yaitu
„dimulai dari perencanaan(plan), tindakan(act), observasi(observe) dan
refleksi(reflect)‟. Model ini dilakukan secara berulang-ulang sampai perencanaan
yang telah dirancang sudah mencapai target yang diinginkan.
Dalam perencanaan Kemmis dan Taggart menggunakan sistem spiral bahwa
tahapan-tahapan dalam refleksi diri dimulai dari perencanaan (Plan), tindakan
(Action), pengamatan (Observe), refleksi (Reflect), perencanaan kembali.
Sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.1
Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart
(Wiriaatmadja, 2005, hlm. 66)
Sebelum dilakukannya tindakan, yang pertama dilakukan adalah rencana
tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan (Plan) dalam kegiatan tersebut
melakukan rencana apa yang akan dikaji dan yang akan dijadikan dalam
27
pelaksanaan, seperti merancang RPP, lembar observasi, catatan lapangan
danpedoman wawancara. Setelah itu dilanjutkan kepada tahap tindakan (Action),
tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan yang sebelumnya telah dirancang.
Tahap berikutnya adalah pengamatan (Observe), pelaksanaan tindakan
berlangsung dengan cara observasi dengan maksud untuk mengetahui bagaimana
kinerja guru dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Kemudian pada tahap
refleksi (Reflect) yaitu, berdasarkan hasil observasi tersebut maka dilakukan
refleksi atau tindakan yang akan dilakukan untuk tindakan selanjutnya.
D. Prosedur Penelitian
Adapun rancangan penelitian mengacu kepada rancangan penelitian yang
dilakukan oleh Kemmis dan Taggart yaitu model spiral (dalam Wiriaatmadja,
2005, hlm. 66) yaitu „tahapan-tahapan dalam refleksi diri dimulai dari
perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observe), refleksi (reflect),
perencanaan kembali‟.
1. Tahapan Perencaan Tindakan
Tahapan perencanaan tindakan merupakan langkah awal dalam setiap
kegiatan. Tahapan ini meliputi, pembuatan RPP, menentukan model
pembelajaran, mempersiapkan media, sumber belajar yang akan digunakan,
merancang langkah-langkah pembelajaran, dan merencanakan tindakan yang akan
dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Adapun tahapan-tahapan
perencanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah SDN Gudang
Kopi I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang bahwa akan
diadakan penelitian di sekolah tersebut.
b) Peneliti mencari data awal untuk mengetahui permasalahan yang harus dicari
pemecahannya dengan cara melakukan observasi dan wawancara terhadap
guru kelas dan siswa.
c) Peneliti dan guru kelas berdiskusi mengenai hasil observasi dan wawancara.
d) Peneliti menginformasikan kepada pihak sekolah mengenai model discovery
learning yang mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa
berdasarkan data awal yang telah diperoleh sebelumnya.
28
e) Membuat RPP dengan menerapkan model discovery learning di dalamnya.
f) Menyusun format observasi dan wawancara bagi guru dan siswa.
g) Menyusun instrumen penilaian, seperti perangkat soal, lembar kerja siswa
(LKS), dan format penilaian.
2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan dilakukan dengan mengadakan penelitian di kelas,
dalam artian peneliti menerapkan pembelajaran dengan menerapkan pelaksanaan
pembelajaran model discovery learning pada pembelajaran IPA tentang
perubahan wujud benda di kelas IV. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran
ini oleh guru model, adapun peneliti bertindak sebagai observer yang akan
mengamati pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dari model discovery
learning.
Pelaksanaan observasi tidak hanya dilakukan oleh peneliti akan tetapi
peneliti akan berkolaborasi dengan teman sejawat yang telah memahami dan
mengerti tentang penelitian tindakan kelas. Hal ini dimaksudkan agar hasil
observasi dapat seobjektif mungkin. Bersamaan dengan dilakukannya tindakan,
peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dan hasil tindakan.
Kemudian dibantu oleh teman sejawat. Pada setiap pelaksanaan tindakan diamati
dan dicatat sesuai dengan alat pengumpul data yang telah direncanakan.
3. Tahapan Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan mengenai hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan kepada siswa. Menurut Patton (dalam Wiriaatmadja,
2005, hlm. 67-68) observasi memiliki manfaat, diantaranya:
1. Dengan observasi di lapangan, peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh.
2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan
induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu.
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif
karena dapat merugikan nama lembaga.
5. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden,
sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
29
6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan
data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan
merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas. Dalam penelitian ini, observer mengamati pelaksanaan tindakan
yang sedang berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi yang
sebelumnya telah dipersiapkan oleh peneliti, yaitu format observasi mengenai
kinerja guru dan aktivitas siswa. Hal tersebut dilakukan agar dapat diketahui
bagaimana kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sekaligus
untuk mengumpulkan data serta membuat catatan lapangan selama proses
pembelajaran. Hasil observasi tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
4. Tahapan Analisis dan Refleksi
Pada pelaksanaannya peneliti dan teman sejawat yang telah memahami
tentang permasalahan yang diteliti, melakukan analisis, interpretasi dan evaluasi
atas data yang berhasil diperoleh melalui kegiatan observasi. Data yang diperoleh
dipahami, diuji, dicarikan keterkaitannya dengan teori yang relevan. Data yang
sudah dianalisis-sintesis tersebut kemudian melalui proses refleksi ditarik
kesimpulan yang tepat dan akurat.
Hasil tahap refleksi ini, dilanjutkan dengan merumuskan rencana tindakan
selanjutnya yang merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan
sebelumnya. Pada intinya merancang pembelajaran dengan merumuskan hal-hal
yang belum ada sebelumnya, yang dirasakan dapat membantu menyelesaikan
permasalahan.
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat mengumpulkan data yang berupa tindakan dan kata-kata yang
terungkap ketika penerapan model discovery learning, maka peneliti
menggunakan observasi, wawancara, catatan lapangan dan melakukan tes hasil
belajar.
30
a) Lembar Observasi
Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan melihat atau
mengamati kegiatan tertentu, seperti mengamati kegiatan siswa pada saat proses
pembelajaran. Menurut Hatimah dkk. (2010, hlm. 205) “Observasi dalam sebuah
penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data”. Pada penelitian ini yang
digunakan adalah format observasi kinerja guru dan format observasi aktivitas
siswa.
b) Wawancara
Denzim (dalam Wiriaatmadja,2005, hlm. 117) menyatakan bahwa
„Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
hal-hal yang dipandang perlu‟. Instrumen wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pedoman wawancara langsung.
c) Catatan Lapangan
Dalam penelitian tindakan kelas, menurut Hanifah (2014, hlm. 68), “Catatan
lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian kualitatif”. Dengan
demikian catatan lapangan penelitian ini adalah seluruh kegiatan pembelajaran
dari mulai kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir pembelajaran.
d) Tes
Menurut Arikunto (dalam Sujana, 2014, hlm. 162) „tes merupakan suatu alat
atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana tertentu, dengan cara dan aturan yang telah ditetapkan‟. Dalam penelitian
ini, tes digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi perubahan wujud benda.
2. Instrumen Penelitian
a) Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatanterhadap kegiatan yang berlangsung. Observer mengamati proses
pembelajarandan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada
31
proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di
dalam kelas.
b) Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa yang bersangkutan.
Pedoman wawancara penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan kepada guru
mengenai kegiatan belajar mengajar, mengenai kesulitan-kesulitan mengajar yang
dialami oleh guru tersebut. Sedangkan kepada siswa berupa pertanyaan-
pertanyaanmengenai dampak yang dihasilkan setelah proses pembelajaran dengan
menerapkan model discovery learning.
c) Format Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan selama proses pembelajaran, yaitu dari kegiatan
awal hingga kegiatan akhir. Catatan lapangan berfungsi untuk mencatat apa saja
yang terjadi ketika model discovery learning ini diterapkan.
d) Format Penilaian Tes Hasil Belajar
Bentuk tes tertulis ini yaitu berupa tes essay atau uraian. Tes ini terdiri dari
sejumlah pertanyaan dalam bentuk uraian yang harus dijawab dalam bentuk
uraian tertulis atau berupa kalimat-kalimat bebas yang disusun sendiri. Tes tertulis
berfungsi untuk mengukur kemampuan tentang suatu konsep atau kinerja.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan oleh peneliti, sesuai dengan
instrumen yang telah ditentukan, yaitu observasi,wawancara, catatan lapangan dan
tes. Data yang diolah dalam penelitian ini merupakan data pelaksanaan tindakan
dan data hasil belajar siswa. Data pelaksanaan tindakan yang dimaksud pada
penelitian ini mengenai proses berlangsungnya penerapan model discovery
learning pada materi perubahan wujud benda yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, dan catatan lapangan. Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari
penilaian setelah kegiatan pembelajaran yang diperoleh dari format observasi dan
tes tertulis.
Berikut ini adalah teknik pengolahan data pelaksanaan dan teknik
pengolahan data hasil belajar.
32
a. Teknik Pengolahan Data Pelaksanaan
1) Hasil Observasi Kinerja Guru
Teknik pengolahan data untuk kinerja guru dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif, melalui interpretasi dan jumlah skor dan
persentase indikator yang dicapai dengan target keberhasilan yang diharapkan
yaitu 85%.
Untuk mempermudah dalam melakukan interpretasi untuk setiap pencapaian
indikator, digunakan kategori presentase sebagai berikut:
a) Cara menghitungnya sebagai berikut:
b) Kriteria penskoran :
Persentase maksimal ideal 100%
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian
Menurut Hanifah (2014, hlm. 80)
Rentang persentase
penilaian Kriteria penilaian
81 % - 100% Baik Sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Kurang Sekali
2) Pengolahan Data Wawancara
Format wawancara baik bagi guru dan siswa diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui hambatan-hambatan serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki model
discovery learning. Wawancara lebih difokuskan pada pelaksanaan tahapan-
tahapan yang terdapat dalam model discovery learning.
3) Catatan Lapangan
Data yang diperoleh dari catatan lapangan diolah dengan dianalisis
kemudian diringkas mengenai kejadian-kejadianyang dianggap penting pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Setelah diringkas, catatan lapangan tersebut
diubah menjadi sebuah bentuk uraian singkat tentang kesimpulan yang terjadi
ketika proses pembelajaran berlangsung.
33
4) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Teknik pengolahan data untuk aktivitas siswa diarahkan pada pembelajaran
dengan menerapkan model discovery learning dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pedoman
observasi aktivitas siswa, kemudian diartikan dengan penilaian kuantitatif.Target
yang harus dicapai pada penilaian aktivitas siswa, yaitu 85% dari siswa yang
mendapatkan kategori minimal baik. Untuk kategori minimal baik dihitung siswa
yang skornya termasuk pada kategori baik dan baik sekali dalam pembelajaran
perubahan wujud benda. Penilaian tersebut menggunakan kategori persentase
sebagai berikut:
a) Cara menghitungnya sebagai berikut:
b) Kriteria penskoran :
Persentase maksimal ideal 100%
Kriteria Penilaian aktivitas siswa sama dengan kriteria pada tabel 3.1
Rentang persentase
penilaian Kriteria penilaian
81 % - 100% Baik Sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Kurang Sekali
Menurut Hanifah (2014, hlm. 80)
b. Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar
Teknik pengolahan data hasil belajar siswa pada penelitian ini dilakukan
dengan cara seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2012, hlm. 102-103)
sebagai berikut ini.
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
34
Adapun kegiatan terakhir adalah menentukan lulus atau tidaknya siswa
dalam mencapai kompetensi. Interpretasi ini disesuaikan dengan Kriteria
Kentuntasan Minimum (KKM). Berikut ini merupakan tabel menentukan KKM.
Tabel 3.2
Analisis Penentuan KKM
Mata Pelajaran: IPA
Kelas/Semester: IV (empat)/1 (satu)
Kompetensi Dasar dan
Indikator
Kriteria Ketuntasan Minimal Skor Nilai
Kompleks
itas
Daya
Dukung
Intake
Siswa
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Mendeskripsikan
terjadinya perubahan
wujud cairpadat cair; cair
gascair; padat gas.
1. Menjelaskan
pengertian perubahan
wujud benda.
√ √ √ 6 67
2. Membedakan setiap
perubahan wujud
benda yang terjadi.
√ √ √ 5 55
3. Menjelaskan cara
mempercepat proses
perubahan wujud
benda.
√ √ √ 5 55
4. Menyebutkan lima
macam perubahan
wujud benda. √ √ √ 5 55
5. Menjelaskan faktor
yang mempengaruhi
perubahan wujud
benda.
√ √ √ 5 55
Jumlah Skor 10 10 6 27 287
KKM 72
Keterangan:
Kompleksitas
1) Guru memahami kompetensi yang akan diajarkan kepada siswa.
35
2) Guru menjelaskan materi ajar dengan benar pada siswa.
3) Guru menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
Daya Dukung
1) Tersedianya tenaga pendidik.
2) Adanya sumber belajar mengenai kompetensi yang akan diajarkan,
misalnya buku pelajaran IPA.
3) Adanya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran sesuai
dengan tuntutan kompetensi.
Intake Siswa
1) Memiliki kemampuan penalaran yang tinggi.
2) Cakap dan terampil dalam menerapkan konsep.
3) Cermat dan kreatif pada saat menyelesaikan tugas.
Deskriptor Penilaian:
Kompleksitas
3 (Baik) = Jika memenuhi tiga indikator.
2 (Cukup) = Jika memenuhi dua indikator.
1 (Kurang) = Jika hanya memenuhi satu indikator.
Daya Dukung
3 (Baik) = Jika memenuhi tiga indikator.
2 (Cukup) = Jika memenuhi dua indikator.
1 (Kurang) = Jika hanya memenuhi satu indikator.
Intake Siswa
3 (Baik) = Jika memenuhi tiga indikator.
2 (Cukup) = Jika memenuhi dua indikator.
1 (Kurang) = Jika hanya memenuhi satu indikator.
Target hasil belajar siswa yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah 85%.
Sebagaimana yang dikemukakan Suryosubroto (2009, hlm. 185) bahwa siswa
dapat dinyatakan melajutkan ke pokok pembahasan berikutnya, jika telah
36
mencapai 85% siswa mencapai KKM dari jumlah siswa yang berada pada suatu
kelas.
2. Analisis Data
Tahapan setelah pengumpulan data adalah analisis data. Analisis data akan
memberikan gambaran dalam kegiatan penelitian. Menurut Bogdan (dalam
Sugiyono, 2005, hlm. 88):
Analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data
yangdiperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2
Pendekatan Miles and Huberman
Komponen dalam analisis data (flow pendekatan)
(Sugiyono, 2007, hlm. 337)
Penjelasan pendekatan Miles and Huberman seperti yang diungkapkan oleh
Sugiyono (2007, hlm. 338-345) adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction) adalah merangkum hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
37
2. Penyajian data (data display) adalah penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya.
3. Kesimpulan (conclusion drawing/verification) adalah kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
Tahap kegiatan mereduksi data adalah merangkum dan memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Tahap kedua yaitu penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini
adalah menyajikan data dalam bentuk lebih sederhana, yakni bentuk paparan
naratif, grafik dan tabel.Tujuan utama penyajian data adalah untuk memudahkan
peneliti memahami data yang telah direduksi atau difokuskan.
Tahap ketiga yaitu kesimpulan. Pembuatan kesimpulan ini denga cara
pengambilan inti penyajian secara singkat dan padat, sehingga dapat menjawab
setiap rumusan masalah yang telah dibuat.
G. Validasi Data
Dalam penelitian ini validasi data yang digunakan merujuk pendapat
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm. 168) bahwa validasi yang digunakan
meliputi:
1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi dan wawancara dari
narasumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran hipotesis, analisis dari peneliti
dengan mencocokan data yang diperoleh dari beberapa observer yang
dilakukan secara kolaboratif untuk mengetahui kebenaran dari data yang
diperoleh.
3. Saturasi, yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi
data lain yang berhasil dikumpulkan.
4. Eksplanasi saingan (kasus negatif), yakni tidaklah melakukan upaya
untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan,
melainkan mencari data yang akan mendukungnya. Tidak berhasil
menemukannya, maka hal ini mendukung kepercayaan terhadap
hipotesis, konstruk, atau kategori dalam penelitian.
5. Audit trail, yakni untuk mengecek kebenaran prosedur dan metode
pengumpulan data dengan mendiskusikannya dengan teman sejawat
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian
tindakan kelas.
6. Expert Opinion, yakni meminta kepada orang yang dianggap ahli atau
pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa
38
semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan pengarahan
terhadap masalah yang dikaji.
7. Key resepondents review, yakni meminta salah seorang atau beberapa
mitra peneliti anda atau orang yang banyak mengetahui tentang
penelitian tindakan kelas.
Pada penelitian ini validasi data yang digunakan adalah:
1. Member check,yaitu dengan mengkonfirmasi guru dan siswa kelas IV SDN
Gudangkopi I melalui diskusi akhir tindakan. Hal tersebut dilakukan untuk
memperoleh kepastian data terperiksa kebenarannya.
2. Triangulasi, yaitu dengan melakukan pencocokan data yang diperoleh dari
guru dan siswa kelas IV SDN Gudangkopi I.
3. Expert opinion, yakni jika dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan
data atau permasalahan yang berupa hambatan di lapangan, kemudian
dikonsultasikan kepada selaku pembimbing I dan pembimbing II. Untuk
memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat
dipertanggungjawabkan.