bab iii metode penelitian
DESCRIPTION
BAB II LANDASAN TEORITIS2.1 Model PembelajaranDalam proses pembelajaran, penyusunan model pembelajaran sangat menentukan kualitas pembelajaran, maka guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan dan bermanfaat bagi peserta didik. Agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang diharapkan secara optimal, maka guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan, model dan teknik pembelajaran secara spesifik. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari kegiatan awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Sudrajad, 2008). Selain itu, Johar dkk. (2006) juga menjelaskan “model pembelajaran adalah suatu bentuk pola aktivitas yang merupakan dasar pijakan guru dalam mengorganisir dalam kegiatan belajar dan mengajar”. Menurut Ishartoni dkk (2015) model pembelajaran dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Pemakaian model dalam kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi, maka tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sulit tercapai. Hal ini terjadi akibat pemilihan model yang kurang tepat. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran guru harus mempertimbangkan beberapa hal berikut, yaitu hubungan dengan kompetensi yang ingin dicapai, tingkat kematangan, minat, bakat dan kondisi peserta didik serta gaya belajar peserta didik (Sanjaya, 2012). Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar untuk digunakan dikelas dalam setting pengajaran. Dalam menentukan model mengajar yang tepat, bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai materi yang akan diberikan serta penguasaan model mengajar yang akan digunakan. Menurut Soekamto dalam Cahyono (2008) bahwa “model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”. Tinjauan Model PBL Pengertian Model PBL Menurut Arends dalam Putra (2013) model PBL merupakan model pembelajaran dengan memberikan masalah yang autentik atau nyata kepada peserta didik, kemudian peserta didik dapat menyususn pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi, menjadikan peserta didik mandiri dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Menurut Chakravarthi (2010) model PBL merupakan bagian dalam pembelajaran kontekstual, guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru menjelaskan tujuan logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih, serta membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Setelah itu, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan ekperimen guna mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah serta membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya sesuai,seperti laporan. Kegiatan selanjutnya ialah mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau menyusun kelompok presentasi hasil kerja (Putra, 2013). Karakteristik PBL Menurut Putra (2013) karakteristik PBL terdiri dari: a) belajar dimulai dengan suatu masalah, b) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, c) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, d) memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik dalam membentuk dan menjalankan secara langsungTRANSCRIPT
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Dalam
desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang memperoleh penerapan
desain pembelajaran kimia berbasis PBL, sedangkan kelompok kontrol adalah
kelompok yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kemudian kedua
kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila
nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok
kontrol. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3) (Sugiyono, 2011).
Tabel 3.1 Desain penelitian Pretest-Posttest Control Group DesignKelompok eksperimen O1 X O2
Kelompok kontrol O1 - O2
(Sumber: Sugiyono, 2011)
Keterangan : E1 = Kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan E2 = Kelas eksperimen setelah perlakuan K1 = Kelas kontrol sebelum diberi perlakuanK2 = Kelas kontrol setelah perlakuanX = Penerapan desain pembelajaran kimia berbasis PBL
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA di
SMA 1 Peudada yang terdiri dari 2 kelas, sedangkan yang menjadi sampel dalam
penelitian yaitu peserta didik kelas XI MIA2 sebagai kelompok eksperimen dan
kelas XI MIA1 sebagai kelompok kontrol yang dipilih secara purposive sampling.
22
23
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dimana penelitian ini
mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model PBL pada
materi hasil kali kelarutan. Menurut Sukardi (2004), “penelitian deskriptif yaitu
metode penelitian yang menggambarkan secara sistematis karakteristik objek yang
akan diteliti secara tepat”. Tes pada penelitian ini dilaksanakan 2 tahap, yaitu
sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung. Selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap keaktifan, hasil belajar dan
respon peserta didik terhadap pembelajaran. Data yang telah terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan melihat sikap ilmiah peserta didik, ketuntasan hasil belajar
peserta didik dan respon peserta didik.
3.4 Prosedur Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Tahap persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan terdiri atas:
a) Penyusunan perangkat pembelajaran
b) Penyusunan instrumen dan dikonsultasikan pada para ahli.
c) Uji coba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan
tingkat kesukaran soal.
d) Penentuan sampel melalui uji normalitas dan homogenitas.
2) Tahap pengumpulan data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan terdiri atas:
24
a) Analisis hasil belajar peserta didik melalui wawancara dengan pihak
sekolah dan dokumentasi dari pihak sekolah;
b) Pemberian pretest terhadap peserta didik untuk mengetahui kemampuan
awal peserta didik tentang materi yang akan diberikan;
c) Evaluasi hasil pretest sehingga ditemukan jawaban-jawaban peserta
didik yang hasil belajarnya rendah;
d) Guru melakukan pembelajaran dengan desain pembelajaran kimia
berbasis PBL untuk kelas eksperimen dan konvensional untuk kelas
kontrol;
e) Pemberian postest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta
didik setelah penerapan desain pembelajaran kimia berbasis PBL;
f) Evaluasi hasil postest dan membandingkannya dengan hasil pretest
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik;
g) Pemberian angket kepada peserta didik untuk mengetahui tanggapan
peserta didik terhadap proses pembelajaran.
3) Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan metode
deskriptif.
3.5 Instrumen Penelitian
1) Lembar observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati sikap ilmiah
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini
memuat sikap ilmiah yang akan diamati serta kolom-kolom yang
25
menunjukkan tingkat dari setiap sikap ilmiah yang diamati. Pengisian lembar
observasi dilakukan dengan membubuhkan tanda chek-list dalam kolom yang
telah disediakan sesuai dengan gambaran yang diamati.
2) Tes
Tes diberikan kepada peserta didik sebelum dan setelah berlangsungnya
proses pembelajaran pada materi hasil kali kelarutan. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar sesudah diterapkan model PBL. Pada kelas uji coba,
tes diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung untuk menguji
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
3) Angket
Angket langsung diberikan kepada peserta didik setelah pelaksanaan
pembelajaran kimia berlangsung, pengisian angket bertujuan untuk
mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran kimia dengan
menggunakan model pembelajaran PBL.
3.6 Uji Persyaratan Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui instrumen tes pretest dan postest yang telah disusun
layak digunakan dalam penelitian atau tidak maka instrumen tes dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada dosen ahli dan dilakukan uji coba terhadap instrumen tes
tersebut.
Uji coba instrumen dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Instrumen
tes diujicobakan kepada peserta didik kelas XII MIA1 SMA N 1 Peudada. Setelah
data hasil uji coba diperoleh kemudian setiap butir soal akan dianalisis untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.
26
3.6.1 Validitas
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas
atau belum dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (validitas isi). Validitas
isi dari tes hasil belajar dapat diketahui dengan membandingkan antara isi yang
terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Jika hal-hal yang
tercantum dalam tujuan pembelajaran sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil
belajar, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitasnya dapat dinyatakan
sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi. Validitas isi juga
dilakukan dengan meminta pendapat dan rekomendasi terhadap isi atau materi
yang terkandung dalam tes dari para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang
ada hubungannya dengan materi yang sedang diuji (Sudijono, 2012). Validitas isi
dilakukan dengan ujicoba pada soal pretest dan posttest dengan cara menghitung
korelasi antara skor tiap soal (X) dengan skor total (Y). Rumus yang digunakan
adalah rumus korelasi Product Moment yaitu :
r xy=N ∑ XY −¿¿¿........................................................ (3.1)
Keterangan : rxy = Angka indeks korelasi “r” Product MomentΣ XY = Jumlah perkalian antara skor X dan skor YΣ X = Jumlah seluruh skor XΣ Y = Jumlah seluruh skor YΣ X2 = Jumlah kuadrat skor XΣ Y2 = Jumlah kuadrat skor YN = Banyaknya peserta didik
Nilai validitas ditafsirkan berdasarkan nilai r pada Tabel 3.2.
27
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi Product MomentValiditas Klasifikasi
0,90 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi0,70 < rxy ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,70 Cukup0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
(Sumber: Masidjo, 2007)
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas berfungsi untuk menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Dalam penelitian ini reliabilitas tes diuji dengan rumus K-R 21 yang dirumuskan
sebagai berikut:
r11=( kk−1 )(1−
M (k−M )kV t
) .............................................................................. (3.2)
Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal atau butir pertanyaanM = Skor rata-rataVt = Varians total
Menurut Arikunto (2006) untuk menentukan nilai varian total (Vt) dapat
menggunakan rumus:
V t=∑ x2−
(∑ x )N
2
N
........................................................................................... (3.3)
Dimana: X = skor peserta didik N = jumlah peserta didik
Tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas tes
adalah jika:
28
Tabel 3.3 Interpretasi ReliabilitasNilai r Keterangan
0,90 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi0,70 < r11 ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,70 Cukup0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
(Sumber: Masidjo, 2007)
3.6.3 Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2006), daya pembeda butir soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan
peserta didik yang berkemampuan rendah. Analisis daya pembeda dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahuai kemampuan soal dalam membedakan peserta
didik yang termasuk pandai (kelas atas) dan peserta didik yang termasuk kurang
(kelas bawah).
Cara menentukan daya pembeda sebagai berikut:
1) Seluruh peserta didik tes dibagi dua yaitu kelas atas dan bawah.
2) Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari yang mendapat skor teratas sampai
terbawah.
3) Menghitung tingkat kesukaran soal dengan rumus:
D=BA
J A
−BB
J B......................................................................................... (3.4)
Keterangan : D = daya pembeda BA = banyaknya peserta didik kelas atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta didik kelas bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta didik pada kelas atas JB = banyaknya peserta didik pada kelas bawah
29
3.6.4 Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2006), bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks
kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Tingkat kesukaran soal dihitung dengan
menggunakan rumus:
p= BJS
.................................................................................................... (3.5)
Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik pengikut tes
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan sebelum peneliti mengambil sampel dari populasi.
Analisis bertujuan untuk mengetahui apakah populasi yang ada mempunyai
keadaan awal yang sama yaitu bersifat normal dan memiliki homogenitas yang
sama. Data yang digunakan pada analisis ini berupa nilai UAS 1 (Ulangan Akhir
Semester 1) mata pelajaran kimia kelas XI MIA SMA Negeri 1 Peudada
3.7.1 Uji Normalitas Data
Menurut Sudjana (2011), uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
populasi yang dipakai berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai
langkah untuk menentukan penggunaan metode statistika dan teknik statistika
dalam analisis data, berupa statistik parametrik atau nonparametrik. Pengujian
normalitas digunakan rumus Chi-Kuadrat, yaitu:
30
x2=∑i=1
k (O1−Ei )2
E i
....................................................................................... (3.6)
Keterangan: x2 = Chi kuadrat Oi = Hasil penelitian Ei = Hasil yang diharapkan (teoritik) k = Banyaknya kelas i = 1,2,3, ….k
Kriteria pengujian, jika x2 hitung < x2 tabel untuk α = 5% dengan dk = k-3, maka
data terdistribusi normal.
3.7.2 Uji Homogenitas
Menurut Sudjana (2011), uji homogenitas digunakan untuk menunjukkan
bahwa kelas-kelas dalam populasi memiliki homogenitas yang sama. Rumus yang
digunakan adalah uji Bartlett, yaitu:
x2=¿ ...................................................... (3.7)
Dengan:
B=( log S2 )∑ ( ni−1 ) .............................................................................. (3.8)
S2=¿ .................................................................. (3.9)
Keterangan : x2 = besarnya homogenitas Si2 = varians masing-masing kelompok S2 = varians total ni = jumlah masing-masing kelompok
Kriteria pengujian, jika x2 ≤ x 0,95 (k-1) untuk α = 5% dengan dk = k-1, maka data
memiliki homogenitas yang sama.
31
3.7.3 Uji Kesamaan Rata-rata
Setelah melalui uji normalitas dan homogenitas maka akan diperoleh
sampel yang selanjutnya akan diuji kesamaan rata-ratanya. Uji kesamaan rata-rata
menggunakan uji dua pihak dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel
berangkat dari kondisi yang sama.
Ho : Kedua kelas sampel yang ditentukan berdasarkan uji normalitas dan uji
homogenitas memiliki rata-rata yang tidak berbeda.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t h itung=X1−X2
s√( 1n1
+ 1n2
)dengans=√ ( n1−1 ) S12+(n2−1 ) S22
n1+n2−2 ............................ (3.10)
dk = n1 + n2 - 2
Keterangan : X1 = Rata-rata nilai UAS 1 kelas eksperimen X2 = Rata-rata nilai UAS 1 kelas kontrol n1 = Jumlah peserta didik kelas eksperimen n2 = Jumlah peserta didik kelas kontrol S12 = Varians data kelas eksperimen S22 = Varians data kelas kontrol s = Simpangan baku gabungan
3.7.4 Sikap ilmiah Peserta didik
Data sikap ilmiah peserta didik diperoleh dari lembar pengamatan yang
diisi selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini dianalisis dengan
menggunakan rumus persentase, yaitu untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran dengan menggunakan model PBL sudah sesuai dengan yang
diharapkan.
32
Dimana: :
Nilai=( skor pengamat1+skor pengamat 2 ) /2
total skor maksimum×100 ........................................ (3.11)
Adapun keterangan nilainya, menurut Tim Pustaka Yustisia (2008), adalah
sebagai berikut:
90-100 = sangat baik 70-89 = baik50-69 = cukup30-49 = kurang
3.7.5 Tes dan angket
Ketuntasan klasikal hasil belajar (evaluasi) dan angket dengan menerapkan
model pembelajaran PBL pada materi hasil kali kelarutan dapat dianalisis dengan
menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2012), yaitu
sebagai berikut:
P= fN
× 100 ............................................................................................... (3.12)
Keterangan :P = Angka persentasef = Jumlah frekuensi (jumlah peserta didik yaang tuntas)N = Jumlah keseluruhan sampel (jumlah seluruh peserta didik)
33
3.7.6 Alur Penelitian
Adapun alur penelitian secara garis besar ditunjukkan pada Gambar 3.1
Studi Pendahuluan
Studi Kepustakaan PBL
Studi Kajian Bahan Pembelajaran
Studi Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah
Perumusan Perangkat Pembelajaran dan instrumen
LKPD dan Tes Lembar Observasi AngketRPP
Uji Coba dan Revisi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen
Tes Awal
Implementasi Model PBL
Tes Akhir AngketLKPD Observasi
Analisis Data
34
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Temuan
Kesimpulan