bab iii metode penelitian
TRANSCRIPT
III. METODE PENELITIAN
A. Materi dan Sasaran Penelitian
1. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian, yaitu :
a) Air sungai yang melalui TPAS Sarimukti dan Desa Sarimukti
(Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan Sungai Cimeta) serta
lindi TPAS Sarimukti
b) Masyarakat di Desa Sarimukti
2. Sasaran Penelitian
Kualitas Air Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan Sungai Cimeta
serta Perilaku Kesehatan di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat.
B. Metode Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai, dimana
dilakukan pada pertengahan bulan September 2012 hingga akhir bulan
Oktober 2012 terhadap kualitas air dan perilaku masyarakat. Penelitian
dilakukan pengambilan sampel terhadap kualitas air yang terdiri atas
enam stasiun pengamatan pada Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan
Sungai Cimeta serta satu sampel logam Pb pada kolam pengelolaan lindi
TPAS Sarimukti, sedangkan sampel mengenai perilaku kesehatan
masyarakat dilakukan secara purposive terhadap masyarakat yang
terkena dampak keberadaan TPAS Sarimukti berdasarkan pemanfaatan
air sungai dengan menggunakan wawancara dan kuesioner.
19
1.1 Penetapan Sampel
a) Sampel Air Sungai
Penetapan ke enam stasiun pengamatan dilakukan berdasarkan pada
jarak lokasi titik stasiun pengamatan tersebut terhadap lokasi outlet
(saluran keluar) dari lindi TPAS Sarimukti, yaitu :
1. Stasiun I = berada di Sungai Cilimus sebagai stasiun kontrol
berjarak ± 100 m sebelum outlet lindi dari kolam pengelolaan
lindi TPAS Sarimukti (Titik koordinat pada 6°48'7.56" LS dan
107°20'47.63" BT dengan ketinggian ± 312,42 meter di atas
permukaan laut (mdpl)),
2. Stasiun II = outlet lindi dari kolam pengelolaan lindi TPAS
Sarimukti yang berada di Sungai Cilimus (Titik koordinat pada
6°48'21.16" LS dan 107°20'55.32" BT dengan ketinggian ±
303,28 mdpl) ,
3. Stasiun III = ± 1.500 m setelah outlet lindi dari kolam
pengelolaan lindi TPAS Sarimukti yang berada di Sungai Cilimus
(Titik koordinat pada 6°48'28.96" LS dan 107°20'55.88" BT
dengan ketinggian ± 298,70 mdpl),
4. Stasiun IV = terdapat di Sungai Cipicung sebagai stasiun kontrol
yang berjarak ± 500 m sebelum pertemuan Sungai Cilimus (Titik
koordinat pada 6°48'37.25" LS dan 107°20'54.11" BT dengan
ketinggian ± 284,98 mdpl),
20
5. Stasiun V = ± 3.000 m setelah outlet lindi kolam pengelolaan
lindi TPAS Sarimukti yang berada di Sungai Cilimus) (Titik
koordinat pada 6°48'39.05" LS dan 107°20'49.44" BT dengan
ketinggian ± 276,76 mdpl), dan
6. Stasiun VI = ± 5.000 m setelah outlet lindi kolam pengelolaan
lindi TPAS Sarimukti yang berada di Sungai Cimeta (± > 1.500 m
dari RW 13, Desa Sarimukti) (Titik koordinat pada 6°49'7.55" LS
dan 107°19'55.82" BT dengan ketinggian ± 249,94 mdpl).
Keterangan : I, II, III, IV, V, dan VI = Stasiun Penelitian
Gambar 2. Skema Peta Lokasi Penentuan Stasiun Pengamatan
Parameter utama yang digunakan yaitu parameter fisik (bau, rasa,
warna, dan total zat padat terlarut), kimia (DO, BOD, COD, pH, dan kadar
Pb) dan biologi (Total Coliform atau Coliform Fecal) sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air Baku Mutu Air Kelas II.
Akses Jalan Ke TPAS
Kolam Lindi TPA
S
Sari-
U
III
III
IV
VVI
S.Cimeta
S.Cipicung
S.Cilimus
21
Sampel lindi yang diambil pada kolam pengelolaan lindi yang terletak
di bagian selatan area pengolahan kompos sampah TPAS Sarimukti
digunakan sebagai pembanding kadar logam Pb dalam lindi dengan air
sungai yang diamati.
b) Sampel masyarakat sebagai responden
Pengambilan sampel responden dari variabel perilaku kesehatan
masyarakat (pengetahuan, sikap dan praktik) diambil dengan teknik simple
random sampling. Masyarakat sebagai responden di Desa Sarimukti
adalah warga masyarakat yang dipilih berdasarkan lokasi tempat
tinggalnya pada radius 100 hingga 3.000 m dari TPAS Sarimukti, terutama
warga Desa Sarimukti RW 2 dan RW 13 yang dilalui Sungai Cilimus dan
Cipicung serta telah lama bertempat tinggal pada lokasi tersebut lebih dari
2 tahun dan juga memanfaatkan air sungai tersebut untuk kebutuhan
sehari-hari.
Berdasarkan data demografi (Lampiran I) Kecamatan Cipatat
diperoleh jumlah warga sebanyak 5.179 orang dengan jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 1.505. Sampel responden diambil sebanyak 94
KK berdasarkan rumus Taro Yamane (Kuswanto, 2012) dengan
perhitungan sebagai berikut, yaitu:
n = N / (N.d2 + 1)n = 1505 / (1505.(0,1)2 + 1)n = 93,77 n = 94
Keterangan :n = ukuran sampelN = ukuran populasid2= galat pendugaan, dalam penelitian ini sebesar 10%.
22
C. Variabel Penelitian dan Prosedur Pengukuran
1. Kualitas Air Sungai
Kualitas air terdiri atas beberapa parameter diantaranya fisika (bau,
rasa, warna, TDS), kimia (pH, BOD, COD, DO dan Pb) dan biologi
(Total Coliform dan Fecal Coliform).
a. Prosedur Pengukuran Kualitas Air
I. Parameter Fisik
a. Bau
Bau diukur langsung dengan bantuan organoleptik yaitu 5 orang
pengamat yang terdiri atas seorang peneliti, 2 orang warga setempat
dan 2 staff laboratorium analisis kualitas air, kemudian hasilnya
dicatat dan dikelompokkan menjadi berbau atau tidak berbau.
b. Rasa
Rasa diukur langsung dengan bantuan organoleptik yaitu 5 orang
pengamat yang terdiri atas seorang peneliti, 2 orang warga setempat
dan 2 staff laboratorium analisis kualitas air dan kemudian hasilnya
dicatat serta dikelompokkan menjadi berasa atau tidak berasa.
c. Warna
Warna diukur secara tidak langsung dengan metode
spektofotometri. Prinsip kerja spektrofotometri dapat dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
23
perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk
komponen yang berbeda. Cara kerja Spektronik-20 yaitu steker
dihubungkan dengan sumber tegangan yang telah distabilkan dan
tegangan yang sesuai. Alat dinyalakan dengan memutar knop 1 ke
kanan sampai lampu indikator menyala. Panjang gelombang diatur ke
posisi panjang gelombang yang paling sesuai dengan memutar tombol
panjang gelombang. Jarum penunjuk skala dinolkan dengan memutar
knop 1. Kuvet yang berisi larutan blanko dimasukkan ke dalam tempat
sel dan jarum diatur menunjuk hingga menunjukkan angka T=100%,
atau A=0,0. Dengan memutar knop-2. Larutan blanko dikeluarkan dan
sampel dimasukkan ke dalam tempat sel, kemudian %T dibaca atau
dicatat. Dua langkah terakhir diulangi untuk pengukuran larutan dan
sampel selanjutnya. Pengukuran panjang gelombang maksimum
dilakukan dengan melakukan perbandingan pengukuran antara larutan
blanko dan salah satu larutan yang sudah dibuat sebelumnya. Ke enam
larutan tersebut diukur pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Absorban = −log% T100
Keterangan :
Absorban = Nilai Absorbansi
-log = konstanta logaritmik
% T = Persen Transmitan
100 = volume kuvet (ml)
24
d. Total Padatan Terlarut (TDS)
Prinsip dasar TDS adalah penguapan contoh uji yang sudah
disaring dengan kertas saring berpori 2 µm pada suhu 180 oC
kemudian ditimbang sampai berat tetap. Persiapan kertas saring : (a)
Masukkan jertas saring kedalam alat penyaring; (b) Hubungkan alat
saring dengan pompa penghisap dan bilas dengan air suling sebanyak
3 kali masing-masing 20 ml; (c) Lanjutkan pengisapan untuk
menghilangkan seluruh kotoran yang halus dalam kertas saring; (d)
Buang air hasil pembilasan; (e) Kertas saring ini siap digunakan untuk
pengujian padatan terlarut. Pengujian TDS : (a) Kocok contoh uji
hingga homogen; (b) Pipet 50 ml sampai 100 ml contoh uji, masukkan
ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi dengan alat pompa
penghisap dan kertas saring; (c) Operasikan alat penyaringnya; (d)
Setelah contoh tersaring semuanya bilas kertas saring dengan air
suling sebanyak 10 ml dan dilakukan 3 kali pembilasan; (f) Lanjutkan
penghisapan selama kira-kira 3 menit setelah penyaringan sempurna;
(g) Pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan ke dalam
cawan yang telah mempunyai berat tetap; (h) Uapkan hasil saringan
yang ada dalam cawan sehingga kering pada penangas air; (i)
Masukkan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah kering ke
dalam oven pada suhu 180 ± 2 oC selama kurang dari 1 jam; (j)
Pindahkan cawan dari oven dengan penjepitdan didinginkan dalam
desikator; (k) Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik.
25
Ulangi langkah 8-10, sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai B
gram). Pengujian TDS yang menguap : (a) Lanjutkan langkah diatas
dengan memanaskan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah
ditimbang di dalam tanur pada suhu 550 oC selama 15-20 menit; (b)
Keluarkan cawan dari tanur menggunakan penjepit dan biarkan pada
suhu kamar; (c) Didinginkan dalam desikator dan segera timbang
dengan neraca analitik; (d) Ulangi langkah 1-3 sehingga diperoleh
berat tetap (catat sebagai gram C). Rumus perhitungannya adalah
sebagai berikut:
a) Konsentrasi padatan terlarut total (mg/l) = (B-A1) x 106/ml
contoh
b) Konsentrasi padatan terlarut total yang terikat (mg/l) = (C-A2)
x 106/ml contoh
c) Konsentrasi padatan terlarut total yang menguap (mg/l) =
kadar padatan terlarut total (mg/l) – kadar padatan terlarut total
terikat (mg/l)
Keterangan:
A1 = berat tetap (g) cawan kosong setelah pemanasan 180 oCA2 = berat tetap (g) cawan kosong setelah pembakaran 550 oCB = berat tetap (g) cawan berisi padatan terlarut total setelah
pemanasan 180 oCC = berat tetap (g) cawan berisi padatan terlarut total setelah
pembakaran 550 oC
II. Parameter Kimia
a. Oksigen Terlarut (DO)
Pengujian oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan
Metode SNI 06-6989.14-2004 tentang Cara Uji Okigen Terlarut
26
Secara Iodometri (modifikasi azida) dan dilakukan langsung di
lapangan. Air sampel dalam botol Winkler ditambahkan 1 ml MnSO4
dan 1 ml KOH-KI kemudian dikocok agar homogen; didiamkan
beberapa saat (5-10 menit) sampai terbentuk endapan; ditambahkan 1
ml H2SO4 pekat, ditutup dan dihomogenkan sampai larutan
terendapkan sempurna setelah itu dipipet 50 ml dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 150 ml. Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3
0,025 N hingga berwarna kuning muda lalu ditambahkan indikator
alumunium/kanji sampai muncul warna biru, titrasi dilanjutkan samapi
warna biru tepat hilang lalu dilakukan perhitungan dengan rumus:
Oksigen Terlarut (mg/l )= VxNx 8000 xF
50
Keterangan:V = ml Na2S2O3;N = normalitas Na2S2O3 0,0025 N. ; F = faktor (volume botol dibagi volume botol yang dikurangi pereaksi
MnSO4 dan KOH-KI).
b. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Pengujian kebutuhan Oksigen Biokimia dilakukan dengan
menggunakan Metode Pengujian Konsentrasi Kebutuhan Oksigen
Biokimiawi (BOD) dalam Air (SNI 06-2503-1991) dengan langkah-
langkah sebagai berikut: air sampel diencerkan sebanyak dua kali dan
telah diberi nutrisi ± 10 mg bubuk inhibitor nitrifikasi lalu dimasukkan
kedalam dua botol Winkler; sampel pertama diukur konsentrasi
oksigen terlarutnya (DO) nol hari (C0) sesuai dengan metode
27
pengujian DO); sampel kedua dimasukkan kedalam lemari pengeram
bersuhu 20oC; dieramkan selama lima hari lalu kadar oksigen terlarut
dalam air diperiksa sesuai dengan metode pengujian DO untuk
mengukur DO lima hari (C5), larutan juga dilakukan terhadap larutan
pengencer untuk pengerjaan blanko.
Konsentrasi BOD dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
BOD = {(C0 - C5) – k(AP0 – AP5) } x p
Keterangan:C0 = konsentrasi DO mg/l nol hari benda uji;C5 = konsentrasi DO mg/l lima hari benda uji;AP0= konsentrasi DO mg/l nol hari larutan pengencer;AP5= konsentrasi DO mg/l lima hari larutan pengencer;k = koreksi sebesar (p-1)/p;p = faktor pengenceran
Selisih konsentrasi BOD maksimum yang diperbolehkan setelah triplo
pengujian adalah 10% setelah itu dirata-ratakan hasilnya.
c. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Kebutuhan Oksigen Kimiawi diuji dengan menggunakan Metode
Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi dalam Air dengan Alat
Refluks Tertutup (SNI 06-2506-1991) dengan cara sebagai berikut :
sampel air dikocok terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam
gelas piala 100 ml sebanyak tiga kali (triplo) lalu larutan campuran
kalium dikromat-merkuri sulfat (K2Cr2O7HgSO4) dipipet 5 ml dan
dimasukkan ke dalam sampel kemudian ditambahkan 10 ml larutan
campuran asam sulfat-perak sulfat (H2Ag4-Ag2SO4), campuran
28
tersebut diaduk dalam tabung COD kemudian ditutup. Ulangi tahap
kedua hingga tahap ke empat terhadap 10 ml air suling untuk blanko,
unit pengaman tutup dipasang pada masing-masing tabung dan
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 150 oC selama 2 jam; tabung
COD dikeluarkan dari dalam oven lalu dibiarkan hingga dingin
setelah itu campuran dari tabung COD dipindahkan ke dalam labu
Erlenmeyer 100 ml dan dibilas dengan air suling sebanyak 10 ml,
ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan ditambahkan tiga tetes indikator
ferroin, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan baku ferro
amonium sulfat (FAS) 0,025 N yang telah dibakukan sampai terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi warana merah coklat, jumlah
pemakaian larutan FAS dicatat (dalam ml).
Apabila perbedaan pemakaian larutan baku FAS secara triplo lebih
dari 0,10 ml penetapan diulangi kembali, apabila kurang atau sama
maka hasilnya dirata-ratakan untuk perhitungan konsentrasi COD.
Konsentrasi COD dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
COD = {(A – B) x N x 800} x p
Keterangan:A = ml pemakaian larutan baku FAS untuk titrasi blanko;B = ml pemakaina larutan baku FAS untuk titrasi benda uji;N = kenormalan larutan baku FAS;p = besar pengenceran contoh uji.
Apabila hasil perhitungan lebih besar dari 50 mg/l, maka diulangi
dengan cara melakukan pengenceran pada benda uji.
29
d. pH (Derajat Keasaman)
Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter universal (metode
Kalorimeter) atau dengan menggunakan pH meter digital.
e. Timbal (Pb)
Pengujian kadar Pb dilakukan dengan menggunakan Metode SNI
6989.46-2009 tentang Cara Uji Timbal (Pb) secara Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) –Tungku Karbon yang merupakan hasil revisi
dari SNI 06-6989.46-2005. Langkah kerja yang dilakukan adalah
sebagai berikut; pertama menyiapkan contoh uji pengujian timbal total
dengan menghomognkan terlebih dahulu contoh uji, pipet 50 ml
contoh uji ke Erlenmeyer 100 ml; tambahkan 5 ml HNO3 pekat,
menggunakan corong sebagai penutup; lalu memanaskan perlahan-
lahan sampai sisa volumenya 15-20 ml; jika destruksi belum
sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat,
kemudian Erlenmeyer ditutup dengan corong dan dipanaskan lagi
(tidak sampai mendidih). Proses ini dilakukan secara berulang hingga
seluruh logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh
uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih; contoh uji
dipindahkan masing-masing kedalam labu ukur 50 ml (penyaringan
dilakukan jika perlu) dan ditambahkan air bebas mineral sampai tepat
tanda tertera lalu dihomogenkan; contoh uji siap diukur
absorbansinya.
30
Cara uji kadar timbal dilakukan dengan menyuntikan contoh uji
dan matrix modifier (bahan yang digunakan untuk mengurangi
gangguan matriks contoh uji) sesuai dengan petunjuk SSA yang
digunakan ke dalam SSA-Tungku Karbon, setelah itu diukur
serapannya pada panjang gelombang 283,3 nm atau 217,0 nm (bila
perlu dilakukan pengenceran agar lebih jelas); catat hasil
pengukurannya. Kadar logam timbal (Pb) menggunakan perhitungan
rumus sebagai berikut:
Pb (µg/l) = C x fp
Keterangan:
C = kadar yang didapatkan dari hasil pengukuran (µg/l)
fp = faktor pengenceran
III. Parameter Biologi
a. Coliform atau Fecal Coliform (Ruyitno, 1997)
Tes pendugaan dari Coliform atau Fecal Coliform adalah dengan
menggunakan Most Probable Number (MPN) dimana suatu perkiraan
jumlah dari benda uji yang mendekati prakiraan. Pengujian ini melalui
tiga tahapan :
1. Tahap Tes Pendugaan (Presumtive Test)
Tabung fermentasi disiapkan yang didalamnya berisi tabung
durham (tabung kecil penangkap gas) dan media lauryl tryptose. tiap
tabung fermentasi berisi 10 ml media lauryl tryptose; sampel air
diinokulasikan pada tabung fermentasi yang berisi media tersebut
secara berturut-turut 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml masing-masing 3 atau 5
31
tabung (lebih baik); setelah itu diinkubasikan pada suhu 35 ± 0,5 oC
selama 24 ± 2 jam; produksi gas yang nampak dalam tabung-tabung
fermentas diamati, tampak dalam tabung durham dan media menjadi
keruh, kemudian dicatat jumlah tabung (+) dari tiap pemberian sampel
air, misalnya 5 (+) untuk tabung yang ditambah 10 ml sampel air; 2
(+) untuk yang ditambah 0,1 ml sampel air; tabung-tabung yang
belum menghasilkan gas (-) diinkubasikan lagi 24 jam, sehingga total
waktu inkubasi 48 ± 3 jam; tabung fermentasi yang memproduksi gas
(+) dan media menjadi keruh dicatat kembali seluruh tabung
fermentasi yang menghasilkan gas tersebut pada tes pendugaan
menunjukkan adanya bakteri koli positif. Tabung yang positif tersebut
dilanjutkan pada tes selanjutnya.
2. Tes Penegasan (Confirmed Test)
Tes selanjutnya merupakan tes penegasan bakteri fecal coliform
dimana seluruh tabung fermentasi hasil tes pendugaan yang positif
diinokulasikan sebanyak 1 ose ke dalam tabung-tabung fermentasi
yang berisi media agar EC dengan menggunakan ose yang
berdiameter 3 mm dan diinkubasikan pada suhu 44,5 ± 0,2 oC selama
24 ± 2 jam dalam water bath. Indikator positif dinyatakan dengan
terdapat gas dalam tabung-tabung fermentasi media agar EC.
3. Tes Lengkap (Completed Test)
Hasil dari tes dari tahap penegasan yang positif kemudian
dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu tes lengkap dimana tabung-
32
tabung positif hasil tersebut diambil dengan menggunakan ose lalu
digoreskan pada permukaan media agar Eosin Methylin Blue (EMB)
atau Endo-agar. Cara pengambilannya yaitu pertama-tama
dipersiapkan media Endo-agar dalam cawan petri; ose dicelupkan ke
dalam tabung-tabung fermentasi yang positif dan digoreskan pada
permukaan media Endo-agar tersebut. Cawan-cawan petri tersebut
diinkubasikan secara terbalik pada suhu 44,5 ± 0,5 oC selama 24 ± 2
jam; pertumbuhan bakteri koli yang positif ditunjukkan dengan
terbentuknya koloni-koloni berwarna merah pada permukaan media
EMB dan warna merah metalik pada permukaan media Endo-agar.
Seluruh penampakan positif koloni pada media tersebut lalu segera
diinokulasikan ke dalam tabung-tabung yang berisi media fermentasi
lauryl tryptose bile broth dan setelah itu diinkubasikan pada suhu 44,5
± 0,5 oC selama 24-48 ± 3 jam. Tabung-tabung yang menghasilkan
gas dan keruh menandakan bahwa hasilnya adalah positif, kemudian
digoreskan pada permukaan agar nutrien miring lalu diinkubasikan
44,5 ± 0,5 oC selama 18-24 jam. Pengecatan gram dilakukan
selanjutnya, hasilnya akan ditunjukkan dengan nampaknya gram
negatif (-) dan non spora.
2. Perilaku Kesehatan Masyarakat
a. Variabel perilaku kesehatan masyarakat dalam penelitian ini diidentifikasi
melalui indikator pengetahuan, sikap atau tanggapan, dan praktik atau
tindakan.
33
b. Prosedur Pengukuran
Pengukuran perilaku kesehatan masyarakat dilakukan dalam skala
ordinal terhadap indikator pengetahuan yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu proses “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan kesehatan adalah suatu proses “tahu”
terhadap suatu objek yang memberi pengaruh atau dampak kesehatan
melalui proses penginderaan. Pengetahuan responden diukur melalui
indikator-indikator pengetahuan yaitu lingkungan hidup bersih, sampah,
TPAS, pencemaran, lindi, logam berat, timbal (Pb), kesehatan, dan 3R
(reduce, reuse dan recycle). Pengukuran indikator pengetahuan tersebut
dilakukan dengan memberikan skor pada jawaban setiap pertanyaannya
(pertanyaan-pertanyaan terdapat pada Lampiran IV).
2. Sikap
Sikap merupakan respons ataupun reaksi sesorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2003), sikap
yang utuh (total attitude) terbentuk akibat kepercayaan (keyakinan), ide,
konsep, dan kehidupan emosional (evaluasi emosional) terhadap suatu
objek serta kecenderungan untuk bertindak.
Sikap responden dapat diukur melalui beberapa indikator mengenai
tanggapan masyarakat terhadap keberadaan TPAS, penyediaan air bersih
dan fasilitas kesehatan. Pengukuran sikap dilakukan dengan memberikan
34
skor pada jawaban setiap pertanyaannya (pertanyaan-pertanyaan terdapat
pada Lampiran IV).
3. Praktik atau tindakan
Praktik atau tindakan merupakan suatu bentuk sikap yang terfasilitasi
secara nyata (baik positif maupun negatif) terhadap suatu bentuk objek
yang mempengaruhi seseorang. Berdasarkan Notoatmojo (2003), tindakan
membutuhkan faktor pendukung (eksternal) seperti fasilitas atau suatu
kondisi yang memungkinkan agar sikap dapat terwujud menjadi perbuatan
nyata.
Praktik atau tindakan masyarakat Desa Sarimukti mengenai kesehatan
di sekitar TPAS Sarimukti diukur melalui indikator-indikator tindakan
seperti perbaikan kondisi sungai, perbaikan kondisi lingkungan sekitarnya,
perbaikan terhadap kondisi kesehatan, dan perbaikan fasilitas kesehatan.
Pengukuran praktik atau tindakan tersebut dilakukan dengan memberikan
skor pada jawaban setiap pertanyaannya (pertanyaan-pertanyaan terdapat
pada Lampiran IV).
D. Analisis Data
Data kualitas air sungai dibandingkan dengan ketentuan Baku Mutu
Air Kelas II yang tertera pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Setelah itu, data tersebut dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan
Metode Storet. Kemudian dijelaskan secara deskriptif kualitatif
berdasarkan keterkaitannya dengan keberadaan TPAS Sarimukti.
35
Analisis data perilaku masyarakat dilakukan dengan menggunakan
software SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows
versi 16 untuk diperoleh suatu gambaran mengenai objek penelitian secara
deskriptif berdasarkan data dan variable dari kelompok subjek yang diteliti
dan kemudian ditampilkan dalam bentuk diagram persentase distribusi
frekuensi terhadap setiap variabel perilakunya. Selanjutnya dilakukan
crosstabulations antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakannya untuk
diperoleh pembentuk perilaku kesehatannya. Data tersebut kemudian
dilakukan deskripsi secara kualitatif berdasarkan hubungan antara kualitas
air dengan pembentuk perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap dan
tindakan) masyarakatnya mengenai keberadaan TPAS Sarimukti.