bab iii metode penelitian

28
III. METODE PENELITIAN A. Materi dan Sasaran Penelitian 1. Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian, yaitu : a) Air sungai yang melalui TPAS Sarimukti dan Desa Sarimukti (Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan Sungai Cimeta) serta lindi TPAS Sarimukti b) Masyarakat di Desa Sarimukti 2. Sasaran Penelitian Kualitas Air Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan Sungai Cimeta serta Perilaku Kesehatan di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. B. Metode Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai, dimana dilakukan pada pertengahan bulan September 2012 hingga akhir bulan Oktober 2012

Upload: piksi-ganesha-bandung

Post on 22-Jun-2015

529 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab iii metode penelitian

III. METODE PENELITIAN

A. Materi dan Sasaran Penelitian

1. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian, yaitu :

a) Air sungai yang melalui TPAS Sarimukti dan Desa Sarimukti

(Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan Sungai Cimeta) serta

lindi TPAS Sarimukti

b) Masyarakat di Desa Sarimukti

2. Sasaran Penelitian

Kualitas Air Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan Sungai Cimeta

serta Perilaku Kesehatan di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat,

Kabupaten Bandung Barat.

B. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai, dimana

dilakukan pada pertengahan bulan September 2012 hingga akhir bulan

Oktober 2012 terhadap kualitas air dan perilaku masyarakat. Penelitian

dilakukan pengambilan sampel terhadap kualitas air yang terdiri atas

enam stasiun pengamatan pada Sungai Cilimus, Sungai Cipicung dan

Sungai Cimeta serta satu sampel logam Pb pada kolam pengelolaan lindi

TPAS Sarimukti, sedangkan sampel mengenai perilaku kesehatan

masyarakat dilakukan secara purposive terhadap masyarakat yang

terkena dampak keberadaan TPAS Sarimukti berdasarkan pemanfaatan

air sungai dengan menggunakan wawancara dan kuesioner.

Page 2: Bab iii metode penelitian

19

1.1 Penetapan Sampel

a) Sampel Air Sungai

Penetapan ke enam stasiun pengamatan dilakukan berdasarkan pada

jarak lokasi titik stasiun pengamatan tersebut terhadap lokasi outlet

(saluran keluar) dari lindi TPAS Sarimukti, yaitu :

1. Stasiun I = berada di Sungai Cilimus sebagai stasiun kontrol

berjarak ± 100 m sebelum outlet lindi dari kolam pengelolaan

lindi TPAS Sarimukti (Titik koordinat pada 6°48'7.56" LS dan

107°20'47.63" BT dengan ketinggian ± 312,42 meter di atas

permukaan laut (mdpl)),

2. Stasiun II = outlet lindi dari kolam pengelolaan lindi TPAS

Sarimukti yang berada di Sungai Cilimus (Titik koordinat pada

6°48'21.16" LS dan 107°20'55.32" BT dengan ketinggian ±

303,28 mdpl) ,

3. Stasiun III = ± 1.500 m setelah outlet lindi dari kolam

pengelolaan lindi TPAS Sarimukti yang berada di Sungai Cilimus

(Titik koordinat pada 6°48'28.96" LS dan 107°20'55.88" BT

dengan ketinggian ± 298,70 mdpl),

4. Stasiun IV = terdapat di Sungai Cipicung sebagai stasiun kontrol

yang berjarak ± 500 m sebelum pertemuan Sungai Cilimus (Titik

koordinat pada 6°48'37.25" LS dan 107°20'54.11" BT dengan

ketinggian ± 284,98 mdpl),

Page 3: Bab iii metode penelitian

20

5. Stasiun V = ± 3.000 m setelah outlet lindi kolam pengelolaan

lindi TPAS Sarimukti yang berada di Sungai Cilimus) (Titik

koordinat pada 6°48'39.05" LS dan 107°20'49.44" BT dengan

ketinggian ± 276,76 mdpl), dan

6. Stasiun VI = ± 5.000 m setelah outlet lindi kolam pengelolaan

lindi TPAS Sarimukti yang berada di Sungai Cimeta (± > 1.500 m

dari RW 13, Desa Sarimukti) (Titik koordinat pada 6°49'7.55" LS

dan 107°19'55.82" BT dengan ketinggian ± 249,94 mdpl).

Keterangan : I, II, III, IV, V, dan VI = Stasiun Penelitian

Gambar 2. Skema Peta Lokasi Penentuan Stasiun Pengamatan

Parameter utama yang digunakan yaitu parameter fisik (bau, rasa,

warna, dan total zat padat terlarut), kimia (DO, BOD, COD, pH, dan kadar

Pb) dan biologi (Total Coliform atau Coliform Fecal) sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air Baku Mutu Air Kelas II.

Akses Jalan Ke TPAS

Kolam Lindi TPA

S

Sari-

U

III

III

IV

VVI

S.Cimeta

S.Cipicung

S.Cilimus

Page 4: Bab iii metode penelitian

21

Sampel lindi yang diambil pada kolam pengelolaan lindi yang terletak

di bagian selatan area pengolahan kompos sampah TPAS Sarimukti

digunakan sebagai pembanding kadar logam Pb dalam lindi dengan air

sungai yang diamati.

b) Sampel masyarakat sebagai responden

Pengambilan sampel responden dari variabel perilaku kesehatan

masyarakat (pengetahuan, sikap dan praktik) diambil dengan teknik simple

random sampling. Masyarakat sebagai responden di Desa Sarimukti

adalah warga masyarakat yang dipilih berdasarkan lokasi tempat

tinggalnya pada radius 100 hingga 3.000 m dari TPAS Sarimukti, terutama

warga Desa Sarimukti RW 2 dan RW 13 yang dilalui Sungai Cilimus dan

Cipicung serta telah lama bertempat tinggal pada lokasi tersebut lebih dari

2 tahun dan juga memanfaatkan air sungai tersebut untuk kebutuhan

sehari-hari.

Berdasarkan data demografi (Lampiran I) Kecamatan Cipatat

diperoleh jumlah warga sebanyak 5.179 orang dengan jumlah Kepala

Keluarga (KK) sebanyak 1.505. Sampel responden diambil sebanyak 94

KK berdasarkan rumus Taro Yamane (Kuswanto, 2012) dengan

perhitungan sebagai berikut, yaitu:

n = N / (N.d2 + 1)n = 1505 / (1505.(0,1)2 + 1)n = 93,77 n = 94

Keterangan :n = ukuran sampelN = ukuran populasid2= galat pendugaan, dalam penelitian ini sebesar 10%.

Page 5: Bab iii metode penelitian

22

C. Variabel Penelitian dan Prosedur Pengukuran

1. Kualitas Air Sungai

Kualitas air terdiri atas beberapa parameter diantaranya fisika (bau,

rasa, warna, TDS), kimia (pH, BOD, COD, DO dan Pb) dan biologi

(Total Coliform dan Fecal Coliform).

a. Prosedur Pengukuran Kualitas Air

I. Parameter Fisik

a. Bau

Bau diukur langsung dengan bantuan organoleptik yaitu 5 orang

pengamat yang terdiri atas seorang peneliti, 2 orang warga setempat

dan 2 staff laboratorium analisis kualitas air, kemudian hasilnya

dicatat dan dikelompokkan menjadi berbau atau tidak berbau.

b. Rasa

Rasa diukur langsung dengan bantuan organoleptik yaitu 5 orang

pengamat yang terdiri atas seorang peneliti, 2 orang warga setempat

dan 2 staff laboratorium analisis kualitas air dan kemudian hasilnya

dicatat serta dikelompokkan menjadi berasa atau tidak berasa.

c. Warna

Warna diukur secara tidak langsung dengan metode

spektofotometri. Prinsip kerja spektrofotometri dapat dianggap

sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih

mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel

diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu

Page 6: Bab iii metode penelitian

23

perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk

komponen yang berbeda. Cara kerja Spektronik-20 yaitu steker

dihubungkan dengan sumber tegangan yang telah distabilkan dan

tegangan yang sesuai. Alat dinyalakan dengan memutar knop 1 ke

kanan sampai lampu indikator menyala. Panjang gelombang diatur ke

posisi panjang gelombang yang paling sesuai dengan memutar tombol

panjang gelombang. Jarum penunjuk skala dinolkan dengan memutar

knop 1. Kuvet yang berisi larutan blanko dimasukkan ke dalam tempat

sel dan jarum diatur menunjuk hingga menunjukkan angka T=100%,

atau A=0,0. Dengan memutar knop-2. Larutan blanko dikeluarkan dan

sampel dimasukkan ke dalam tempat sel, kemudian %T dibaca atau

dicatat. Dua langkah terakhir diulangi untuk pengukuran larutan dan

sampel selanjutnya. Pengukuran panjang gelombang maksimum

dilakukan dengan melakukan perbandingan pengukuran antara larutan

blanko dan salah satu larutan yang sudah dibuat sebelumnya. Ke enam

larutan tersebut diukur pada panjang gelombang maksimum yang

diperoleh. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Absorban = −log% T100

Keterangan :

Absorban = Nilai Absorbansi

-log = konstanta logaritmik

% T = Persen Transmitan

100 = volume kuvet (ml)

Page 7: Bab iii metode penelitian

24

d. Total Padatan Terlarut (TDS)

Prinsip dasar TDS adalah penguapan contoh uji yang sudah

disaring dengan kertas saring berpori 2 µm pada suhu 180 oC

kemudian ditimbang sampai berat tetap. Persiapan kertas saring : (a)

Masukkan jertas saring kedalam alat penyaring; (b) Hubungkan alat

saring dengan pompa penghisap dan bilas dengan air suling sebanyak

3 kali masing-masing 20 ml; (c) Lanjutkan pengisapan untuk

menghilangkan seluruh kotoran yang halus dalam kertas saring; (d)

Buang air hasil pembilasan; (e) Kertas saring ini siap digunakan untuk

pengujian padatan terlarut. Pengujian TDS : (a) Kocok contoh uji

hingga homogen; (b) Pipet 50 ml sampai 100 ml contoh uji, masukkan

ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi dengan alat pompa

penghisap dan kertas saring; (c) Operasikan alat penyaringnya; (d)

Setelah contoh tersaring semuanya bilas kertas saring dengan air

suling sebanyak 10 ml dan dilakukan 3 kali pembilasan; (f) Lanjutkan

penghisapan selama kira-kira 3 menit setelah penyaringan sempurna;

(g) Pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan ke dalam

cawan yang telah mempunyai berat tetap; (h) Uapkan hasil saringan

yang ada dalam cawan sehingga kering pada penangas air; (i)

Masukkan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah kering ke

dalam oven pada suhu 180 ± 2 oC selama kurang dari 1 jam; (j)

Pindahkan cawan dari oven dengan penjepitdan didinginkan dalam

desikator; (k) Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik.

Page 8: Bab iii metode penelitian

25

Ulangi langkah 8-10, sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai B

gram). Pengujian TDS yang menguap : (a) Lanjutkan langkah diatas

dengan memanaskan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah

ditimbang di dalam tanur pada suhu 550 oC selama 15-20 menit; (b)

Keluarkan cawan dari tanur menggunakan penjepit dan biarkan pada

suhu kamar; (c) Didinginkan dalam desikator dan segera timbang

dengan neraca analitik; (d) Ulangi langkah 1-3 sehingga diperoleh

berat tetap (catat sebagai gram C). Rumus perhitungannya adalah

sebagai berikut:

a) Konsentrasi padatan terlarut total (mg/l) = (B-A1) x 106/ml

contoh

b) Konsentrasi padatan terlarut total yang terikat (mg/l) = (C-A2)

x 106/ml contoh

c) Konsentrasi padatan terlarut total yang menguap (mg/l) =

kadar padatan terlarut total (mg/l) – kadar padatan terlarut total

terikat (mg/l)

Keterangan:

A1 = berat tetap (g) cawan kosong setelah pemanasan 180 oCA2 = berat tetap (g) cawan kosong setelah pembakaran 550 oCB = berat tetap (g) cawan berisi padatan terlarut total setelah

pemanasan 180 oCC = berat tetap (g) cawan berisi padatan terlarut total setelah

pembakaran 550 oC

II. Parameter Kimia

a. Oksigen Terlarut (DO)

Pengujian oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan

Metode SNI 06-6989.14-2004 tentang Cara Uji Okigen Terlarut

Page 9: Bab iii metode penelitian

26

Secara Iodometri (modifikasi azida) dan dilakukan langsung di

lapangan. Air sampel dalam botol Winkler ditambahkan 1 ml MnSO4

dan 1 ml KOH-KI kemudian dikocok agar homogen; didiamkan

beberapa saat (5-10 menit) sampai terbentuk endapan; ditambahkan 1

ml H2SO4 pekat, ditutup dan dihomogenkan sampai larutan

terendapkan sempurna setelah itu dipipet 50 ml dan dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer 150 ml. Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3

0,025 N hingga berwarna kuning muda lalu ditambahkan indikator

alumunium/kanji sampai muncul warna biru, titrasi dilanjutkan samapi

warna biru tepat hilang lalu dilakukan perhitungan dengan rumus:

Oksigen Terlarut (mg/l )= VxNx 8000 xF

50

Keterangan:V = ml Na2S2O3;N = normalitas Na2S2O3 0,0025 N. ; F = faktor (volume botol dibagi volume botol yang dikurangi pereaksi

MnSO4 dan KOH-KI).

b. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Pengujian kebutuhan Oksigen Biokimia dilakukan dengan

menggunakan Metode Pengujian Konsentrasi Kebutuhan Oksigen

Biokimiawi (BOD) dalam Air (SNI 06-2503-1991) dengan langkah-

langkah sebagai berikut: air sampel diencerkan sebanyak dua kali dan

telah diberi nutrisi ± 10 mg bubuk inhibitor nitrifikasi lalu dimasukkan

kedalam dua botol Winkler; sampel pertama diukur konsentrasi

oksigen terlarutnya (DO) nol hari (C0) sesuai dengan metode

Page 10: Bab iii metode penelitian

27

pengujian DO); sampel kedua dimasukkan kedalam lemari pengeram

bersuhu 20oC; dieramkan selama lima hari lalu kadar oksigen terlarut

dalam air diperiksa sesuai dengan metode pengujian DO untuk

mengukur DO lima hari (C5), larutan juga dilakukan terhadap larutan

pengencer untuk pengerjaan blanko.

Konsentrasi BOD dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

BOD = {(C0 - C5) – k(AP0 – AP5) } x p

Keterangan:C0 = konsentrasi DO mg/l nol hari benda uji;C5 = konsentrasi DO mg/l lima hari benda uji;AP0= konsentrasi DO mg/l nol hari larutan pengencer;AP5= konsentrasi DO mg/l lima hari larutan pengencer;k = koreksi sebesar (p-1)/p;p = faktor pengenceran

Selisih konsentrasi BOD maksimum yang diperbolehkan setelah triplo

pengujian adalah 10% setelah itu dirata-ratakan hasilnya.

c. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

Kebutuhan Oksigen Kimiawi diuji dengan menggunakan Metode

Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi dalam Air dengan Alat

Refluks Tertutup (SNI 06-2506-1991) dengan cara sebagai berikut :

sampel air dikocok terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam

gelas piala 100 ml sebanyak tiga kali (triplo) lalu larutan campuran

kalium dikromat-merkuri sulfat (K2Cr2O7HgSO4) dipipet 5 ml dan

dimasukkan ke dalam sampel kemudian ditambahkan 10 ml larutan

campuran asam sulfat-perak sulfat (H2Ag4-Ag2SO4), campuran

Page 11: Bab iii metode penelitian

28

tersebut diaduk dalam tabung COD kemudian ditutup. Ulangi tahap

kedua hingga tahap ke empat terhadap 10 ml air suling untuk blanko,

unit pengaman tutup dipasang pada masing-masing tabung dan

dimasukkan ke dalam oven pada suhu 150 oC selama 2 jam; tabung

COD dikeluarkan dari dalam oven lalu dibiarkan hingga dingin

setelah itu campuran dari tabung COD dipindahkan ke dalam labu

Erlenmeyer 100 ml dan dibilas dengan air suling sebanyak 10 ml,

ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan ditambahkan tiga tetes indikator

ferroin, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan baku ferro

amonium sulfat (FAS) 0,025 N yang telah dibakukan sampai terjadi

perubahan warna dari hijau menjadi warana merah coklat, jumlah

pemakaian larutan FAS dicatat (dalam ml).

Apabila perbedaan pemakaian larutan baku FAS secara triplo lebih

dari 0,10 ml penetapan diulangi kembali, apabila kurang atau sama

maka hasilnya dirata-ratakan untuk perhitungan konsentrasi COD.

Konsentrasi COD dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

COD = {(A – B) x N x 800} x p

Keterangan:A = ml pemakaian larutan baku FAS untuk titrasi blanko;B = ml pemakaina larutan baku FAS untuk titrasi benda uji;N = kenormalan larutan baku FAS;p = besar pengenceran contoh uji.

Apabila hasil perhitungan lebih besar dari 50 mg/l, maka diulangi

dengan cara melakukan pengenceran pada benda uji.

Page 12: Bab iii metode penelitian

29

d. pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter universal (metode

Kalorimeter) atau dengan menggunakan pH meter digital.

e. Timbal (Pb)

Pengujian kadar Pb dilakukan dengan menggunakan Metode SNI

6989.46-2009 tentang Cara Uji Timbal (Pb) secara Spektrofotometri

Serapan Atom (SSA) –Tungku Karbon yang merupakan hasil revisi

dari SNI 06-6989.46-2005. Langkah kerja yang dilakukan adalah

sebagai berikut; pertama menyiapkan contoh uji pengujian timbal total

dengan menghomognkan terlebih dahulu contoh uji, pipet 50 ml

contoh uji ke Erlenmeyer 100 ml; tambahkan 5 ml HNO3 pekat,

menggunakan corong sebagai penutup; lalu memanaskan perlahan-

lahan sampai sisa volumenya 15-20 ml; jika destruksi belum

sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat,

kemudian Erlenmeyer ditutup dengan corong dan dipanaskan lagi

(tidak sampai mendidih). Proses ini dilakukan secara berulang hingga

seluruh logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh

uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih; contoh uji

dipindahkan masing-masing kedalam labu ukur 50 ml (penyaringan

dilakukan jika perlu) dan ditambahkan air bebas mineral sampai tepat

tanda tertera lalu dihomogenkan; contoh uji siap diukur

absorbansinya.

Page 13: Bab iii metode penelitian

30

Cara uji kadar timbal dilakukan dengan menyuntikan contoh uji

dan matrix modifier (bahan yang digunakan untuk mengurangi

gangguan matriks contoh uji) sesuai dengan petunjuk SSA yang

digunakan ke dalam SSA-Tungku Karbon, setelah itu diukur

serapannya pada panjang gelombang 283,3 nm atau 217,0 nm (bila

perlu dilakukan pengenceran agar lebih jelas); catat hasil

pengukurannya. Kadar logam timbal (Pb) menggunakan perhitungan

rumus sebagai berikut:

Pb (µg/l) = C x fp

Keterangan:

C = kadar yang didapatkan dari hasil pengukuran (µg/l)

fp = faktor pengenceran

III. Parameter Biologi

a. Coliform atau Fecal Coliform (Ruyitno, 1997)

Tes pendugaan dari Coliform atau Fecal Coliform adalah dengan

menggunakan Most Probable Number (MPN) dimana suatu perkiraan

jumlah dari benda uji yang mendekati prakiraan. Pengujian ini melalui

tiga tahapan :

1. Tahap Tes Pendugaan (Presumtive Test)

Tabung fermentasi disiapkan yang didalamnya berisi tabung

durham (tabung kecil penangkap gas) dan media lauryl tryptose. tiap

tabung fermentasi berisi 10 ml media lauryl tryptose; sampel air

diinokulasikan pada tabung fermentasi yang berisi media tersebut

secara berturut-turut 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml masing-masing 3 atau 5

Page 14: Bab iii metode penelitian

31

tabung (lebih baik); setelah itu diinkubasikan pada suhu 35 ± 0,5 oC

selama 24 ± 2 jam; produksi gas yang nampak dalam tabung-tabung

fermentas diamati, tampak dalam tabung durham dan media menjadi

keruh, kemudian dicatat jumlah tabung (+) dari tiap pemberian sampel

air, misalnya 5 (+) untuk tabung yang ditambah 10 ml sampel air; 2

(+) untuk yang ditambah 0,1 ml sampel air; tabung-tabung yang

belum menghasilkan gas (-) diinkubasikan lagi 24 jam, sehingga total

waktu inkubasi 48 ± 3 jam; tabung fermentasi yang memproduksi gas

(+) dan media menjadi keruh dicatat kembali seluruh tabung

fermentasi yang menghasilkan gas tersebut pada tes pendugaan

menunjukkan adanya bakteri koli positif. Tabung yang positif tersebut

dilanjutkan pada tes selanjutnya.

2. Tes Penegasan (Confirmed Test)

Tes selanjutnya merupakan tes penegasan bakteri fecal coliform

dimana seluruh tabung fermentasi hasil tes pendugaan yang positif

diinokulasikan sebanyak 1 ose ke dalam tabung-tabung fermentasi

yang berisi media agar EC dengan menggunakan ose yang

berdiameter 3 mm dan diinkubasikan pada suhu 44,5 ± 0,2 oC selama

24 ± 2 jam dalam water bath. Indikator positif dinyatakan dengan

terdapat gas dalam tabung-tabung fermentasi media agar EC.

3. Tes Lengkap (Completed Test)

Hasil dari tes dari tahap penegasan yang positif kemudian

dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu tes lengkap dimana tabung-

Page 15: Bab iii metode penelitian

32

tabung positif hasil tersebut diambil dengan menggunakan ose lalu

digoreskan pada permukaan media agar Eosin Methylin Blue (EMB)

atau Endo-agar. Cara pengambilannya yaitu pertama-tama

dipersiapkan media Endo-agar dalam cawan petri; ose dicelupkan ke

dalam tabung-tabung fermentasi yang positif dan digoreskan pada

permukaan media Endo-agar tersebut. Cawan-cawan petri tersebut

diinkubasikan secara terbalik pada suhu 44,5 ± 0,5 oC selama 24 ± 2

jam; pertumbuhan bakteri koli yang positif ditunjukkan dengan

terbentuknya koloni-koloni berwarna merah pada permukaan media

EMB dan warna merah metalik pada permukaan media Endo-agar.

Seluruh penampakan positif koloni pada media tersebut lalu segera

diinokulasikan ke dalam tabung-tabung yang berisi media fermentasi

lauryl tryptose bile broth dan setelah itu diinkubasikan pada suhu 44,5

± 0,5 oC selama 24-48 ± 3 jam. Tabung-tabung yang menghasilkan

gas dan keruh menandakan bahwa hasilnya adalah positif, kemudian

digoreskan pada permukaan agar nutrien miring lalu diinkubasikan

44,5 ± 0,5 oC selama 18-24 jam. Pengecatan gram dilakukan

selanjutnya, hasilnya akan ditunjukkan dengan nampaknya gram

negatif (-) dan non spora.

2. Perilaku Kesehatan Masyarakat

a. Variabel perilaku kesehatan masyarakat dalam penelitian ini diidentifikasi

melalui indikator pengetahuan, sikap atau tanggapan, dan praktik atau

tindakan.

Page 16: Bab iii metode penelitian

33

b. Prosedur Pengukuran

Pengukuran perilaku kesehatan masyarakat dilakukan dalam skala

ordinal terhadap indikator pengetahuan yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu proses “tahu”, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan kesehatan adalah suatu proses “tahu”

terhadap suatu objek yang memberi pengaruh atau dampak kesehatan

melalui proses penginderaan. Pengetahuan responden diukur melalui

indikator-indikator pengetahuan yaitu lingkungan hidup bersih, sampah,

TPAS, pencemaran, lindi, logam berat, timbal (Pb), kesehatan, dan 3R

(reduce, reuse dan recycle). Pengukuran indikator pengetahuan tersebut

dilakukan dengan memberikan skor pada jawaban setiap pertanyaannya

(pertanyaan-pertanyaan terdapat pada Lampiran IV).

2. Sikap

Sikap merupakan respons ataupun reaksi sesorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2003), sikap

yang utuh (total attitude) terbentuk akibat kepercayaan (keyakinan), ide,

konsep, dan kehidupan emosional (evaluasi emosional) terhadap suatu

objek serta kecenderungan untuk bertindak.

Sikap responden dapat diukur melalui beberapa indikator mengenai

tanggapan masyarakat terhadap keberadaan TPAS, penyediaan air bersih

dan fasilitas kesehatan. Pengukuran sikap dilakukan dengan memberikan

Page 17: Bab iii metode penelitian

34

skor pada jawaban setiap pertanyaannya (pertanyaan-pertanyaan terdapat

pada Lampiran IV).

3. Praktik atau tindakan

Praktik atau tindakan merupakan suatu bentuk sikap yang terfasilitasi

secara nyata (baik positif maupun negatif) terhadap suatu bentuk objek

yang mempengaruhi seseorang. Berdasarkan Notoatmojo (2003), tindakan

membutuhkan faktor pendukung (eksternal) seperti fasilitas atau suatu

kondisi yang memungkinkan agar sikap dapat terwujud menjadi perbuatan

nyata.

Praktik atau tindakan masyarakat Desa Sarimukti mengenai kesehatan

di sekitar TPAS Sarimukti diukur melalui indikator-indikator tindakan

seperti perbaikan kondisi sungai, perbaikan kondisi lingkungan sekitarnya,

perbaikan terhadap kondisi kesehatan, dan perbaikan fasilitas kesehatan.

Pengukuran praktik atau tindakan tersebut dilakukan dengan memberikan

skor pada jawaban setiap pertanyaannya (pertanyaan-pertanyaan terdapat

pada Lampiran IV).

D. Analisis Data

Data kualitas air sungai dibandingkan dengan ketentuan Baku Mutu

Air Kelas II yang tertera pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Setelah itu, data tersebut dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan

Metode Storet. Kemudian dijelaskan secara deskriptif kualitatif

berdasarkan keterkaitannya dengan keberadaan TPAS Sarimukti.

Page 18: Bab iii metode penelitian

35

Analisis data perilaku masyarakat dilakukan dengan menggunakan

software SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows

versi 16 untuk diperoleh suatu gambaran mengenai objek penelitian secara

deskriptif berdasarkan data dan variable dari kelompok subjek yang diteliti

dan kemudian ditampilkan dalam bentuk diagram persentase distribusi

frekuensi terhadap setiap variabel perilakunya. Selanjutnya dilakukan

crosstabulations antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakannya untuk

diperoleh pembentuk perilaku kesehatannya. Data tersebut kemudian

dilakukan deskripsi secara kualitatif berdasarkan hubungan antara kualitas

air dengan pembentuk perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap dan

tindakan) masyarakatnya mengenai keberadaan TPAS Sarimukti.