bab iii metode penelitian 3.1. waktu dan tempat...

14
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Perairan Pulau Pramuka dalam teknis pengelolaan berada di wilayah kerja seksi III Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, sedangkan secara administratif pemerintahan berada dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu. Perairan sekitar Pulau Pramuka terletak pada posisi 106 0 35’00’’ BT dan 05 o 43’08’’ LS. Kawasan ini dikenal untuk pemanfaatan kegiatan penelitian, pendidikan, budidaya kelautan, dan ekowisata bahari. 3.2. Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1. Alat Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini (Lampiran 1): 1. Coral boot, digunakan untuk melindungi kaki saat berjalan di daerah lamun. 2. Bak sterofoam, digunakan untuk menaruh barang-barang yang dibawa. 3. Ember, digunakan untuk tempat mengumpulkan ikan. 4. Refraktometer dengan ketelitian 1 , digunakan untuk mengukur kadar salinitas. 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat pada saat di dalam air ketika menghitung tegakan lamun. 6. pH meter, digunakan untuk mengukur derajat keasaman air atau pH air. 7. Termometer dengan ketelitian 1 o C, digunakan untuk mengukur suhu perairan. 8. Tongkat berskala, digunakan untuk mengukur kedalaman air. 9. Floating droged/bahan apung, untuk mengukur kecepatan arus. 10. Stopwatch, digunakan sebagai alat bantu menghitung waktu. 11. Jaring tegur (Gill Net), digunakan untuk menangkap ikan.

Upload: duongphuc

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli

2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Perairan Pulau Pramuka dalam teknis pengelolaan berada di wilayah kerja seksi

III Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, sedangkan secara administratif

pemerintahan berada dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten

Kepulauan Seribu. Perairan sekitar Pulau Pramuka terletak pada posisi

106035’00’’ BT dan 05

o43’08’’ LS. Kawasan ini dikenal untuk pemanfaatan

kegiatan penelitian, pendidikan, budidaya kelautan, dan ekowisata bahari.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini (Lampiran 1):

1. Coral boot, digunakan untuk melindungi kaki saat berjalan di daerah

lamun.

2. Bak sterofoam, digunakan untuk menaruh barang-barang yang dibawa.

3. Ember, digunakan untuk tempat mengumpulkan ikan.

4. Refraktometer dengan ketelitian 1 ‰, digunakan untuk mengukur kadar

salinitas.

5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat pada saat di

dalam air ketika menghitung tegakan lamun.

6. pH meter, digunakan untuk mengukur derajat keasaman air atau pH air.

7. Termometer dengan ketelitian 1oC, digunakan untuk mengukur suhu

perairan.

8. Tongkat berskala, digunakan untuk mengukur kedalaman air.

9. Floating droged/bahan apung, untuk mengukur kecepatan arus.

10. Stopwatch, digunakan sebagai alat bantu menghitung waktu.

11. Jaring tegur (Gill Net), digunakan untuk menangkap ikan.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

17

12. Transek kuadrat 1m x 1m, digunakan untuk pengamatan kerapatan

lamun.

13. Hand counter, digunakan sebagai alat bantu menghitung tegakan lamun.

14. Global Positioning System (GPS), digunakan sebagai alat memplot letak

posisi geografis titik sampling.

15. Patok kayu, tali tambang dan tali rafia sebagai alat bantu dalam membuat

plot.

16. Lifeform identifikasi lamun, digunakan untuk mengidentifikasi jenis

lamun.

17. Buku identifikasi ikan Allen (2000).

18. Alat tulis dan papan sabak, digunakan untuk mencatat.

19. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi kegiatan.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sampel air laut

2. Sampel lamun

3. Sampel substrat

4. Ikan

4.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

tiga lokasi sampling penelitian. Ketiga lokasi sampling penelitian ditentukan

berdasarkan survei pendahuluan untuk penentuan stasiun penelitian.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Penentuan Stasiun

Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi tiga stasiun dimana pembagian

stasiun berdasarkan letak perairan (Tabel 1):

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

18

Tabel 1. Kriteria Stasiun Penelitian

Stasiun Kriteria Perairan

I Letaknya berdekatan dengan tempat pembuatan

kapal nelayan

II Letaknya jauh dari pemukiman penduduk dan

jauh dari aktivitas masyarakat.

III Letaknya dekat resort wisatawan dan dekat

dengan pemukiman penduduk.

Gambar 2. Stasiun Penelitian (Sumber: Taman Nasional Laut Kepulauan

Seribu)

3.4.2. Pengukuran Parameter Kualitas Air

Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan (Tabel 2) dilakukan

secara insitu pada setiap stasiun dan pada awal penelitian, tengah dan akhir

penelitian dengan masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali

kemudian diambil nilai rata-ratanya.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

19

Tabel 2. Parameter Kualitas Air

No Parameter Unit Alat

A. Fisika

1. Suhu perairan oC Termometer

2. Kecerahan Cm Secchi disk

3. Kedalaman Cm Tongkat berskala

4. Kecepatan arus m/s Floating droged/Bahan

apung dan stopwatch

B. Kimia

1. Salinitas 0/00 Refraktometer

2. Derajat keasaman pH meter

3.4.3. Pengamatan Kerapatan Lamun

Pengamatan kerapatan lamun dilakukan dalam transek kuadrat berukuran 1

x 1 m2. Transek kuadrat berjumlah 4 buah dan diletakkan dalam garis tegak lurus

ke arah tubir berjarak 20 m per transek. Pengamatan dilakukan tiga kali

pengulangan dengan jarak masing-masing ulangan 10 m sejajar dengan garis

pantai. Pengamatan dilakukan pada saat surut terendah yaitu pada pagi hari hingga

menjelang sore hari (pukul 15.00 WIB). Parameter yang diamati yaitu jenis dan

jumlah tegakan lamun. Identifikasi jenis lamun menggunakan kertas bergambar

(Lifeform) dan perhitungan tegakan lamun menggunakan alat bantu hand counter

untuk memudahkan dalam menghitung jumlah tegakan lamun.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

20

Gambar 3. Plot Pengamatan Lamun

3.4.4. Pengambilan Substrat

Pengambilan substrat dilakukan pada tempat dan waktu yang sama dengan

pengamatan kerapatan lamun. Pengambilan substrat menggunakan sekop dan

substrat yang diambil sebanyak 250 gram. Analisis substrat dilakukan di

Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya

Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Hasil laboratorium

selanjutnya ditentukan tekstur substrat berdasarkan komposisinya dengan bantuan

segitiga Miller (Gambar 4).

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

21

Gambar 4. Segitiga Miller (sumber: USDA, 2009)

3.4.5. Identifikasi Ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jaring tegur.

Jaring tegur termasuk dalam alat tangkap gill net dan merupakan jaring ikan pasif

yang sering dipakai penduduk setempat untuk mencari ikan di daerah lamun Pulau

Pramuka. Jaring tegur yang akan digunakan memiliki panjang 100 m, ukuran

mata jaring/mesh size 1,2 inchi. Dalam pengoperasiannya, jaring tegur dipasang

membentuk ukuran bulan sabit dan kedua ujung jaring tegur diikatkan pada patok

kayu agar tidak terhempas arus (Gambar 5).

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

22

Gambar 5. Sketsa Pemasangan Jaring Tegur

Lokasi pengambilan sampel ikan dilakukan di tempat yang sama dengan

pengamatan kerapatan lamun. Jaring tegur dipasang pada saat air pasang (pukul

17.00 WIB) dan pada pagi harinya sekitar jam 09.00 dilakukan penggiringan ikan

oleh 3 orang dan 2 orang untuk memegangi jaring serta membentuk jaring seperti

huruf O, selanjutnya hasil tangkapan langsung didaratkan. Ikan yang masuk ke

dalam jaring kemudian dipisahkan dari serasah lamun ataupun sampah lainnya.

Data ikan yang diamati adalah jenis dan jumlah masing-masing jenis. Setiap jenis

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

23

ikan dikelompokkan berdasarkan jenisnya kemudian dihitung jumlah per jenis.

Masing-masing jenis diambil sampelnya untuk identifikasi spesies dan difoto.

Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak lima kali dengan interval waktu

delapan hari.

3.5. Analisis Data

3.5.1. Perhitungan Kerapatan Lamun

a. Kerapatan Jenis (D), yaitu jumlah tegakan dalam suatu unit area yang

diukur (Brower dan Zar 1989):

D =

Keterangan:

D = Kerapatan jenis (jumlah tegakan/m2)

N = Jumlah tegakan

A = Luas area (m2)

b. Kerapatan Relatif (RDi), yaitu perbandingan antara jumlah tegakan jenis

i (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n) (Brower dan Zar 1989):

RDi =

Keterangan:

RDi = Kerapatan relatif jenis ke-i

ni = Jumlah tegakan jenis ke-i

∑n = Jumlah total tegakan seluruh jenis

c. Frekuensi (Fi), adalah peluang ditemukannya jenis i dalam semua petak

contoh yang dibuat (Brower dan Zar 1989):

Keterangan:

Fi = Frekuensi jenis ke-i

i = Junlah plot ditemukannya jenis ke-i

ΣP = Jumlah plot pengamatan

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

24

d. Frekuensi relative (RFi), adalah perbandingan antara frekuensi jenis i (Fi)

dengan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (ΣF) (Brower dan Zar 1989):

Keterangan:

RFi = Frekuensi relative jenis i

Fi = Frekuensi jenis ke-i

ΣF = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis

e. Penutupan jenis (Ci), adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area

(Brower dan Zar 1989):

Keterangan:

Ci = Luas penutupan jenis i

Ai = Luas total penutupan spesies ke-i

A = Luas total area pengambilan contoh (plot)

f. Penutupan relatif jenis (RCi), adalah perbandingan antara luas area

penutupan jenis i (Ci) dan total luas area penutupan untuk seluruh jenis

(ΣC) (Brower dan Zar 1989):

Keterangan:

RCi : Penutupan relatif jenis i

Ci : Luas penutupan jenis ke-i

ΣC : Total luas area penutupan untuk seluruh jenis

g. Indeks nilai penting (INP), digunakan untuk menghitung dan menduga

secara keseluruhan dari peranan satu spesies di dalam suatu komunitas.

Semakin tinggi nilai INP suatu spesies relatif terhadap spesies lainnya

maka semakin tinggi peranan spesies tersebut pada komunitasnya. Rumus

yang digunakan dalam menghitung INP adalah (Brower et al., 1989) :

INP = RDi + RFi +RCi

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

25

Keterangan :

INP = indeks nilai penting

RDi = Kepadatan relatif

RFi = Frekuensi Relatif

RCi = Penutupan relatif

3.5.2 Perhitungan Struktur Komunitas Ikan

a. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

Indeks keanekaragaman memberikan informasi lebih banyak mengenai

komposisi komunitas daripada penghitungan kekayaan spesies yang sederhana,

juga memberikan catatan mengenai kelimpahan relatif spesies yang berbeda.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener digunakan untuk mengetahui

karakteristik keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas secara matematik.

Rumus Indeks Diversitas Shannon-Wiener adalah (Krebs 1989):

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

S = Jumlah spesies

Pi = Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap total individu dari S

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener memiliki indikator sebagai

berikut:

H’ < 1,5 = tingkat keanekaragaman rendah

1,5 ≤ H’ ≥ 3,5 = tingkat keanekaragaman sedang

H’ > 3,5 = tingkat keanekaragaman tinggi

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

26

b. Indeks Keseragaman

Indeks Keseragaman digunakan untuk mengetahui keseimbangan

komunitas, menunjukkan distribusi jumlah spesies yang ada. Adapun rumus

Indeks Keseragaman adalah (Krebs 1989):

Dengan: Hmax = ln S

Keterangan:

E = Indeks Keseragaman

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

S = Jumlah spesies dalam sampel

3.5.3. Korelasi Kelimpahan Ikan dengan Kerapatan Lamun

Asosiasi ikan dengan lamun dianalisis menggunakan Analisis Korelasi

Pearson. Analisis Korelasi Pearson adalah suatu bentuk rumus yang digunakan

untuk mencari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas atau

independent variable dan variabel terikat atau dependent variable, dimana

variabel terikat diberi notasi Y dan variabel bebas diberi notasi X. Rumus Analisis

Korelasi Pearson yaitu:

r =

Dimana:

X = kerapatan lamun

Y = kelimpahan ikan

Analisis Korelasi membahas tentang derajat keeratan hubungan yang

dinyatakan dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah pengukuran

statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Korelasi ini digunakan untuk

menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

27

(Usman dan Akbar 2000). Seberapa besar koefisien korelasi diketahui melalui

kelimpahan jenis ikan dengan kerapatan lamun menggunakan persamaan Regresi

Linier Sederhana, yaitu:

Y = a + bX

Dimana:

a = konstanta

b = kemiringan

Gambar 6. Grafik Koefisien Korelasi r = +1 (kiri) dan r = -1 (kanan) (Usman

dan Akbar 2000)

Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1.

Koefisien korelasi menunjukan kekuatan (strength) hubungan linier dan arah

hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel

mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai

variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka

kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi,

maka nilai variabel Y akan menjadi rendah, dan sebaliknya. Kriteria untuk

memudahkan melakukan interprestasi mengenai kekuatan hubungan antara dua

variabel adalah sebagai berikut (Sarwono dalam Nurlukman 2012):

0 : tidak ada korelasi antara dua variabel

>0 – 0,25 : korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5 : korelasi cukup

>0,5 – 0,75 : korelasi kuat

>0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat

1 : korelasi sempurna

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

28

3.5.4 Asosiasi Antar Jenis Ikan

Analisis asosiasi ini dihitung dengan metode presence-absence atau tabel

kontingensi (Ludwig & Reynolds 1988). Langkah-langkah perhitungan adalah

sebagai berikut:

Merekapitulasi kehadiran masing-masing spesies:

Matriks asosiasi antar dua spesies:

Keterangan:

a = frekuensi ditemukan kedua spesies dalam unit contoh

b = frekuensi ditemukan spesies A namun tidak terdapat spesies B dalam

unit contoh

c = frekuensi ditemukan spesies B namun tidak terdapat spesies A dalam

unit contoh

d = frekuensi dimana tidak ditemukan kedua spesies dalam unit contoh

Menganalisis pola hubungan asosiasi

E(a) =

Jika, a ≥ E(a), maka hubungan asosiasinya adalah positif

Jika, a ≤ E(a), maka hubungan asosiasinya adalah negatif, dimana E(a) adalah

nilai harapan muncul kejadian a.

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090075_3_7864.pdf · 5. Masker dan snorkel, digunakan sebagai alat bantu melihat

29

Jika, hitung > tabel, asosiasi antar spesies erat

Jika, hitung < tabel, asosiasi antar spesies tidak erat

3.5.5. Model Pengelolaan

Model pengelolaan dianalisis secara deskripsi eksplanasi yaitu pemaparan

dengan menjelaskan kondisi dan variabel-variabel yang diamati serta hubungan

antara masing-masing variabel. Variabel dalam hal ini adalah kerapatan lamun,

struktur komunitas ikan yang meliputi kelimpahan, keanekaragaman jenis,

keseragaman, dominansi serta asosiasi ikan dengan lamun dan asosiasi antar jenis

ikan.