bab iii karakterisasi reservoir - digilib.itb.ac.id · deskripsi batuan inti bor ... berdasarkan...

53
34 BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR Karakterisasi reservoir merupakan suatu proses untuk mengetahui sifat suatu batuan. Untuk mendapatkan karakteristik suatu reservoir secara lebih baik maka diperlukan beberapa data yang mendukung antara lain batuan inti bor, data log tali kawat, data rekaman seismik dan data teknik lainnya. Data batuan inti bor, data log tali kawat dan data rekaman seismik dikelompokkan sebagai data statik sedangkan data teknik dikelompokkan sebagai data dinamik. Di daerah penelitian, terdapat empat sumur yang mempunyai batuan inti bor dimana interval objek penelitian terdapat pada tiga sumur diantaranya. Selain itu, terdapat 37 data lubang sumur yang bisa dipakai dari total 39 sumur pemboran, rekaman seismik 3D, data tes sumur dan data fluida. Data-data tersebut akan di analisis untuk memberikan pemahaman tentang karakteristik reservoir B dan C sebagai objek penelitian. Total sumur dan lokasi sumur yang mepunyai batuan inti bor bisa dilihat pada gambar III.1. III.1 Deskripsi Batuan Inti Bor dan Hubungannya dengan Log GR Deskripsi batuan inti bor (core) dilakukan untuk mengetahui fasies batuan dan batas-batasnya maupun model lingkungan pengendapannya dilihat dari variasi tekstur sedimen, struktur fisik, biogenik dan komposisi mineralnya. Lokasi batuan inti bor di lapangan Pungut terletak di beberapa sumur, yaitu Pungut-01 dan Pungut-37 dibagian utara, Pungut-35 di bagian tengah dan Pungut-36 di bagian selatan. Dari ke-empat batuan inti bor tersebut, terdapat tiga sumur (Pungut-01, Pungut-35 dan Pungut-37) yang mempunyai interval core pada reservoir B dan C sebagai objek penelitian, sedangkan pada sumur Pungut-36 reservoir tersebut tidak terambil (Tabel III.1). Tiga batuan inti bor yang mencakup reservoir B dan C ini merupakan data dasar dalam penentuan fasies maupun lingkungan pengendapan di lapangan Pungut. Untuk bisa diaplikasikan ke seluruh lapangan, maka deskripsi core yang telah dilakukan kemudian dikalibrasi dengan pola log GR dari sumur-sumur

Upload: dinhdan

Post on 09-Jul-2018

244 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

34

BAB III

KARAKTERISASI RESERVOIR

Karakterisasi reservoir merupakan suatu proses untuk mengetahui sifat

suatu batuan. Untuk mendapatkan karakteristik suatu reservoir secara lebih baik

maka diperlukan beberapa data yang mendukung antara lain batuan inti bor, data

log tali kawat, data rekaman seismik dan data teknik lainnya. Data batuan inti bor,

data log tali kawat dan data rekaman seismik dikelompokkan sebagai data statik

sedangkan data teknik dikelompokkan sebagai data dinamik.

Di daerah penelitian, terdapat empat sumur yang mempunyai batuan inti

bor dimana interval objek penelitian terdapat pada tiga sumur diantaranya. Selain

itu, terdapat 37 data lubang sumur yang bisa dipakai dari total 39 sumur

pemboran, rekaman seismik 3D, data tes sumur dan data fluida. Data-data tersebut

akan di analisis untuk memberikan pemahaman tentang karakteristik reservoir B

dan C sebagai objek penelitian. Total sumur dan lokasi sumur yang mepunyai

batuan inti bor bisa dilihat pada gambar III.1.

III.1 Deskripsi Batuan Inti Bor dan Hubungannya dengan Log GR

Deskripsi batuan inti bor (core) dilakukan untuk mengetahui fasies batuan

dan batas-batasnya maupun model lingkungan pengendapannya dilihat dari variasi

tekstur sedimen, struktur fisik, biogenik dan komposisi mineralnya. Lokasi batuan

inti bor di lapangan Pungut terletak di beberapa sumur, yaitu Pungut-01 dan

Pungut-37 dibagian utara, Pungut-35 di bagian tengah dan Pungut-36 di bagian

selatan. Dari ke-empat batuan inti bor tersebut, terdapat tiga sumur (Pungut-01,

Pungut-35 dan Pungut-37) yang mempunyai interval core pada reservoir B dan C

sebagai objek penelitian, sedangkan pada sumur Pungut-36 reservoir tersebut

tidak terambil (Tabel III.1).

Tiga batuan inti bor yang mencakup reservoir B dan C ini merupakan data

dasar dalam penentuan fasies maupun lingkungan pengendapan di lapangan

Pungut. Untuk bisa diaplikasikan ke seluruh lapangan, maka deskripsi core yang

telah dilakukan kemudian dikalibrasi dengan pola log GR dari sumur-sumur

Page 2: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

35

lainnya untuk mengetahui jenis batuan yang sesuai. Hasilnya kemudian

ditampilkan dalam bentuk model log core.

Gambar III.1 Peta lokasi 39 sumur yang ada di daerah penelitian (Penulis, 2007)

Legenda:

Sumur produksi

Sumur tidak aktif

Sumur injektor

Sumur core

Legenda:

Sumur produksi

Sumur tidak aktif

Sumur injektor

Sumur core

Legenda:

Sumur produksi

Sumur tidak aktif

Sumur injektor

Sumur core

Legenda:

Sumur produksi

Sumur tidak aktif

Sumur injektor

Sumur core

Page 3: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

36

Tabel III.1 Daftar sumur, interval core dan reservoir yang dilakukan coring.

Sumur Interval Core (kaki) Interval Reservoir

Pungut-01 2860-2878 B

2889-2910 C

Pungut-35 2799-2825 C

Pungut-36 Tidak ada Tidak ada

Pungut-37 2856-2896 B

2913-2934 C

III.1.1 Deskripsi pada Sumur Pungut-01

Batuan inti bor pada sumur Pungut-01 terletak di bagian paling utara

daerah penelitian. Deskripsi batuan pada core barrel dengan diameter sekitar 1.5

inci ini tidak mudah dilakukan karena kondisi sampel batuan yang tidak begitu

baik (tidak lengkap dan lepas-lepas di beberapa bagian). Hal ini bisa dipahami

mengingat ini adalah sumur pemboran pertama di daerah penelitian. Kondisi core

seperti ini menyebabkan gambaran karakter fisik batuan pada sumur Pungut-01

tidak terekam secara utuh karena hanya tekstur batuannya saja yang bisa diamati

lebih jelas dibandingkan dengan struktur sedimennya. Untuk membantu deskripsi

batuan inti bor pada sumur ini maka digunakan juga hasil deskripsi yang terdapat

pada marked log Pungut-01 dengan harapan semakin menambah informasi yang

akan memperkuat interpretasi fasies sedimen dan lingkungan pengendapannya.

III.1.1.1 Deskripsi Reservoir B

Karakter fisik (tekstur batuan) dari reservoir B pada batuan inti bor sumur

Pungut-01 bisa di amati di kedalaman 2860-2878 kaki. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya bahwa kondisi core pada sumur ini tidak begitu bagus

sehingga kenampakan struktur sedimen tidak bisa dilihat dengan jelas.

Page 4: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

37

Deskripsi lebih detil mengenai reservoir B dari bagian bawah ke atas

adalah sebagai berikut:

Interval core kedalaman 2878-2871 kaki

Karakter litologi di bagian bawah reservoir B didominasi oleh batupasir

berwarna abu sampai abu kehijauan, berbutir sedang sampai kasar, terpilah buruk

dan keras. Di beberapa tempat ditemukan pirit dan kehadiran glaukonit sangat

jarang. Besar butir lebih kasar terdapat di bagian atas interval.

Interval core kedalaman 2871-2861 kaki

Karakter litologi di interval bagian atas reservoir B didominasi oleh

batupasir berwarna abu muda, berbutir sedang sampai kasar, terpilah buruk dan

keras. Mineral pirit masih bisa ditemukan sedangkan glaukonit sangat jarang

ditemukan. Batuan berbutir lebih kasar (kerikilan) bisa diamati di bagian bawah

interval ini.

Interval core kedalaman 2861-2859 kaki

Interval kedalaman ini didominasi oleh batupasir berwarna abu muda,

berbutir sedang, terpilah sedang dan keras. Terlihat jejak minyak (trace oil) pada

batuan ini juga ditemukan laminasi batulempung.

III.1.1.2 Deskripsi Reservoir C

Reservoir batupasir C pada batuan inti bor sumur Pungut-01 dapat diamati

secara fisik di kedalaman 2889-2908 kaki. Kenampakan struktur sedimen juga

tidak bisa dilihat dengan jelas karena kondisi core yang kurang bagus. Deskripsi

lebih detil mengenai reservoir C dari bagian bawah ke atas adalah sebagai berikut:

Interval core kedalaman 2908-2903 kaki

Litologi di bagian bawah reservoir C dicirikan oleh batupasir berwarna abu

gelap-kehijauan, berbutir halus-sedang, terpilah sedang dan keras, mengandung

glaukonit, mika dan material karbonan. Laminasi batulempung terlihat dibagian

bawah interval ini, selain itu ditemukan pirit. Di bagian atasnya, terdapat laminasi

batulanau dan batupasir.

Page 5: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

38

Interval core kedalaman 2903-2889 kaki

Karakteristik litologi di bagian atas reservoir C masih didominasi oleh

batupasir, berwarna abu kehijauan, berbutir sedang-kasar, terpilah buruk dan

keras, mengandung glaukonit, karbonatan serta terlihat jejak minyak (trace oil

show).

Hasil deskripsi yang dilakukan pada batuan inti bor sumur Pungut-01 ini,

menunjukkan bahwa penentuan asosiasi fasies tidak mudah dilakukan karena

sulitnya melihat struktur sedimen secara jelas. Hal ini disebabkan karena kondisi

batuan inti bor yang tidak bagus ditambah dengan keterbatasan jenis log yang ada

dimana log GR tidak lengkap dan kualitasnya tidak begitu bagus. Dengan

demikian, penentuan fasies pada sumur ini mengacu kepada perubahan besar butir

yang bisa dilihat dan didukung oleh pola log GR-nya.

Berdasarkan pola log GR, interval kedalaman pada reservoir B dan C

dibedakan menjadi Sand bar dan Channel. Batupasir yang mengandung glaukonit

dan karbonatan pada reservoir C menunjukkan bahwa reservoir ini diendapkan

dalam kondisi pengaruh lingkungan laut yang cukup kuat dan lebih dalam.

Berbeda dengan reservoir B di atasnya, dimana kandungan glaukonit sangat

jarang terlihat dan ditemukannya mineral pirit menunjukkan bahwa reservoir ini

diendapkan pada lingkungan yang lebih fresh dan relatif dangkal. Deskripsi lebih

detil batuan inti bor pada sumur Pungut-1 bisa di lihat pada model core log-nya

(lampiran 1).

Pernyataan tersebut diatas didukung juga oleh analisis foraminifera

(biostratigrafi) yang telah dilakukan oleh Darwin Kadar dan Robertson Utama

(1998) terhadap sampel batuan di Pungut-01. hasil analisis terhadap sampel

batuan yang diambil pada Formasi Bekasap di kedalaman 2928 kaki

memperlihatkan kehadiran fosil arenaceous foram sebagai petunjuk bahwa

reservoir ini diendapkan pada lingkungan sekitar Intertidal sampai Inner neritic.

Analisis foraminifera dan nanofosil ini juga memperlihatkan bahwa reservoir

Bekasap ini mempunyai kisaran umur geologi Miosen Bawah (Lower Miocene).

Hasil analisis biostratigrafi pada sumur Pungut-1 yang lebih lengkap bisa dilihat

pada lampiran 4.

Page 6: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

39

III.1.2 Deskripsi pada Sumur Pungut-35

Batuan inti bor pada sumur Pungut-35 merupakan data yang relatif masih

baru dan lokasinya terletak di bagian tengah daerah penelitian. Deskripsi batuan

pada core barrel dengan diameter sekitar 3 inci ini lebih mudah dilakukan karena

kondisi sampel batuan yang masih baik, kompak dan lengkap/menerus. Kondisi

ini memungkinkan karakter fisik batuan maupun struktur sedimen pada sumur ini

bisa digambarkan lebih baik sehingga penentuan fasies dan lingkungan

pengendapan menjadi lebih akurat. Sayangnya, sumur ini hanya mengambil

batuan inti bor pada interval reservoir C saja.

III.1.2.1 Deskripsi Reservoir C

Karakter fisik reservoir batupasir C pada batuan inti bor sumur Pungut-35

dapat diamati di kedamanan 2793-2825 kaki. Selain itu, kenampakan struktur

sedimen juga bisa dilihat dengan jelas karena kondisi core yang cukup bagus.

Deskripsi lebih detil mengenai reservoir C dari bagian bawah ke atas adalah

sebagai berikut:

Interval core kedalaman 2825-2819 kaki

Interval kedalaman paling bawah dari core ini mempunyai litologi

batupasir berwarna abu sampai abu terang, berbutir sedang-kasar, terpilah sedang-

buruk, membulat tanggung. Fragmen mineral kuarsa tersebar merata dengan

intensitas glaukonit makin banyak ke arah bawah. Selain itu ditemukan mud clast

siderit di beberapa tempat (gambar III.2).

Interval core kedalaman 2819-2812 kaki

Interval core di atasnya di dominasi oleh litologi batupasir berwarna abu-

kehijauan, berbutir kasar-sangat kasar, terpilah sedang-baik, membulat tanggung,

karbonatan setempat dan kompak (keras). Struktur sedimen laminasi silang siur

dan ditemukan mineral glaukonit, glosifungites dan batulempung kecoklatan di

bagian bawah.

Page 7: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

40

Gambar III.2 Fasies batupasir glaukonit yang memperlihatkan mud clast siderit

pada interval kedalaman 2821-2824 kaki sumur Pungut-35.

Interval core kedalaman 2812-2808 kaki

Litologi pada interval ini berupa batupasir berwarna abu gelap, berbutir

halus-sedang, terpilah baik, kompak, terdapat glosifungites dan mineral kuarsa.

Interval core kedalaman 2808-2800 kaki

Tidak berbeda jauh dengan interval di atasnya, litologi batupasir berwarna

abu-abu masih mendominasi, berbutir halus, terpilah sedang-baik, membulat-

membulat tanggung dan kompak. Intensitas bioturbasi rendah, ditemukan struktur

sedimen flaser, burrow dengan orientasi vertikal dan horisontal. Komposisi

mineral berupa glaukonit dan fragmen mineral kuarsa.

Interval core kedalaman 2800-2795 kaki

Pada interval kedalaman ini, karakter litologi dicirikan oleh batupasir

berwarna abu-abu, berbutir sedang-sangat halus, terpilah sedang-baik, membulat

tanggung, dengan komposisi mineral berupa glaukonit, kuarsa, non karbonatan

dan intensitas bioturbasi rendah.

Page 8: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

41

Interval core kedalaman 2795-2793 kaki

Karakter litologi pada interval paling atas ini dicirikan oleh batupasir

berwarna abu-abu, berbutir halus, terpilah baik, kompak dan karbonatan (semen

kalsit).

Interval reservoir batupasir C mempunyai ketebalan reservoir sekitar 32

kaki dengan kadar minyak (oil-stain) berwarna coklat terang sampai kehijauan.

Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan,

struktur sedimen yang berkembang, kehadiran organisme dan dibantu oleh pola

log GR, maka reservoir C di sumur Pungut-35 ini ditafsirkan asosiasi fasiesnya

sebagai Tidal Channel Sand di bagian bawah interval dan Tidal Sand Flat di

bagian atas interval. Hampir mirip dengan reservoir C di sumur Pungut-01,

adanya kandungan glaukonit yang ditemukan hampir di seluruh interval

menunjukkan bahwa reservoir ini diendapkan pada lingkungan yang relatif lebih

dalam dengan pengaruh laut yang cukup kuat. Berdasarkan hal tersebut, maka

lingkungan pengendapan reservoir C diperkirakan terjadi pada lingkungan Inner

neritic atau Shelf. Deskripsi lebih detil batuan inti bor pada sumur Pungut-35 bisa

di lihat pada model core log-nya (lampiran 2).

III.1.3 Deskripsi pada Sumur Pungut-37

Seperti halnya sumur Pungut-35, batuan inti bor pada sumur Pungut-37 ini

merupakan data yang relatif masih baru dimana lokasinya terletak di bagian utara

daerah penelitian. Kualitas conto batuan inti bornya masih bagus, cukup lengkap

dan kompak sehingga deskripsi tekstur maupun struktur sedimen batuan bisa

dilakukan. Kondisi ini menjadikan batuan inti bor di sumur Pungut-37 menjadi

sangat penting untuk mengontrol penentuan fasies sedimen di daerah penelitian

terutama interval reservoir B dan C sebagai objek penelitian.

Page 9: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

42

III.1.3.1 Deskripsi Reservoir B

Karakter fisik reservoir B dari Formasi Bekasap ini bisa dilihat pada

batuan inti bor sumur Pungut-37 pada interval 2856-2896 kaki. Kondisi core pada

interval ini cukup bagus, menerus dan kompak sehingga deskripsi batuan lebih

mudah dilakukan. Secara umum, reservoir ini mempunyai karakter litologi

batupasir berwarna abu-abu muda, berbutir halus-sedang, memperlihatkan

laminasi bergelombang (wavy-laminaation), sedikit bioturbasi dan terdapat galian

binatang (burrows).

Interval core kedalaman 2896-2894 kaki

Litologi pada interval ini adalah batupasir berwarna abu-abu muda,

berbutir kasar, terpilah sedang, membulat tanggung, fragmen min. kuarsa tersebar,

karbonatan, kompak dan keras. Terdapat rekahan yang diperkirakan diisi oleh

kalsit dan semen dolomit, juga nodul lempung (siderite) yang umumnya

berasosiasi dengan kontak batulempung di bagian bawah.

Interval core kedalaman 2894-2882 kaki

Interval core ini didominasi oleh batupasir berwarna abu terang sampai

kecoklatan, berbutir sedang-halus, terpilah sedang-baik, membulat tanggung,

fragmen mineral kuarsa, ditemukan juga mineral mika, banyak terdapat burrow

dengan orientasi vertikal dan horisontal (skolithos, planolithes, paleophycus),

struktur sedimen laminasi silang siur, mud drape, semakin ke bawah intensitas

bioturbasi makin banyak, non karbonatan.

Interval core kedalaman 2882-2864 kaki

Batupasir masih mendominasi interval kedalaman ini, berwarna abu gelap

sampai kecoklatan, berbutir sedang-halus, terpilah sedang-baik, membulat

tanggung, fragmen mineral kuarsa dan pirit kadang ditemukan. Terdapat burrrow,

struktur sedimen flaser, wavy dan laminasi silang siur, mengandung karbon.

Struktur sedimen wavy lamination pada batupasir B di sumur Pungut-37

dapat dilihat dengan jelas pada gambar III.3.

Page 10: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

43

Gambar III.3 Reservoir batupasir B yang memperlihatkan struktur laminasi

bergelombang (wavy) pada core Pungut-37.

Interval core kedalaman 2864-2861 kaki

Batupasir berwarna abu kecoklatan, berbutir sedang-kasar, terpilah

sedang-buruk, membulat tanggung, struktur sedimen paralel laminasi, burrow

(ophiomorpha), mineral mika dan mengandung karbon.

Interval core kedalaman 2861-2856 kaki

Interval paling atas dari reservoir B ini didominasi oleh batupasir berwarna

abu muda kecoklatan, berbutir kasar, terpilah buruk, menyudut tanggung-

membulat tanggung, fragmen kuarsa, masih ditemukan burrow (ophiomorpha)

dan non karbonatan. Batupasir kerikilan ditemukan pada bagian bawah interval ini

dengan karakteristik kompak dan keras.

Deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur

sedimen, kehadiran organisme dan mineral serta menganalis pola log pada interval

kedalaman 2856-2896 kaki ini, maka reservoir B di sumur Pungut-37 dapat

ditafsirkan sebagai asosiasi fasies Tidal Channel Sand di bagian bawah interval

dan Tidal Sand Bar di bagian atas interval. Biasanya fasies Tidal Sand Bar

mempunyai karakter pola log GR yang coarsening upward (perubahan besar butir

makin kasar ke arah atas).

Page 11: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

44

Seperti halnya karakteristik reservoir B yang di amati pada sumur Pungut-

01 sebelumnya, terdapat kemiripan dengan litologi batupasir ini terutama pada

interval bagian atas reservoir B di Pungut-37. Kandungan glaukonit sangat jarang

terlihat dan ditemukannya mineral pirit menunjukkan bahwa reservoir B ini

diendapkan pada lingkungan yang relatif dangkal dan fresh dimana pengaruh

lingkungan laut belum begitu kuat. Berdasarkan hal tersebut, lingkungan

pengendapan reservoir B diperkirakan terjadi pada Intertidal sampai Inner neritic.

Deskripsi lebih detil batuan inti bor pada sumur Pungut-37 bisa di lihat pada

model core lognya (lampiran 3a).

Berdasarkan deskripsi batuan dan karakter log Gamma Ray, secara umum

reservoir batupasir B terbentuk dalam dua siklus pengendapan yaitu retrograde di

bagian bawah interval yang di ikuti dengan siklus prograde di bagian atas interval

ini.

III.1.3.2 Deskripsi Reservoir C

Karakter fisik reservoir C pada batuan inti bor sumur Pungut-37 dapat

dilihat pada interval kedalaman 2913-2934 kaki. Sama halnya dengan interval

reservoir B di atas, kondisi core pada interval ini mempunyai kualitas cukup

bagus, menerus dan kompak sehingga cukup memudahkan dalam penafsiran

fasies maupun lingkungan pengendapannya. Deskripsi batuan secara lebih detil

mulai dari interval kedalaman paling bawah ke atas, adalah sebagai berikut:

Interval core kedalaman 2934-2928 kaki

Interval paling bawah dari reservoir C ini mempunyai litologi berupa

batupasir berwarna abu muda samapai kehijauan, berbutir sedang-kasar, terpilah

buruk, menyudut tanggung-membulat tanggung, kompak (sementasi baik),

struktur sedimen laminasi silang-siur dengan lapisan tipis mud drape, terdapat

nodul lempung, dengan mineral glaukonit, kuarsa, mika dan karbonatan.

Contoh gambar batupasir glaukonit yang mengandung ophiomorpha bisa

dilihat pada gambar III.4.

Page 12: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

45

Gambar III.4 Fasies batupasir glaukonit dengan jejak fosil ophiomorpha dibagian

atas dan lapisan tipis mud drape pada core Pungut-37.

Interval core kedalaman 2928-2922 kaki

Interval di atasnya di dominasi oleh batupasir berwarna abu muda, berbutir

sedang-halus, terpilah sedang-baik, membulat tanggung dan bioturbasi. Jejak

galian binatang (burrow) ditemukan dengan orientasi vertikal dan horisontal

(ophiomorpha, planolithes, paleophycos), struktur sedimen berupa wavy dan

flaser, non karbonatan, mineral glaukonit, mika dan mineral hitam.

Interval core kedalaman 2922-2916 kaki

Litologi batupasir masih mendominasi pada interval kedalaman ini,

berwarna abu kehijauan sampai kecoklatan, berbutir sedang-halus, terpilah

sedang-baik, menyudut-membulat tanggung dengan intensitas bioturbasi rendah.

Struktur sedimen yang berkembang berupa burrow dan flaser, non karbonatan,

dimana intensitas glaukonit makin banyak ke arah atas, dan ditemukan kuarsa,

mika, mineral hitam.

Page 13: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

46

Gambar III.5 Karakteristik fasies batupasir glaukonit yang terlihat pada core

Pungut-37.

Interval core kedalaman 2916-2913 kaki

Interval core paling atas dari reservoir C berupa batupasir berwarna abu

kehijauan, berbutir sedang-kasar, terpilah sedang, membulat tanggung dan keras.

Mineral glaukonit masih ditemukan, kuarsa dan sedikit karbonatan.

Hasil deskripsi batuan inti bor pada interval reservoir batupasir C di sumur

Pungut-37 menunjukkan bahwa asosiasi fasies reservoir ini bisa ditafsirkan

sebagai Tidal Channel Sand di bagian bawah interval dan Tidal Sand Flat di

bagian atas interval. Korelasi pola log GR yang cukup baik antara Pungut-37 dan

Pungut-35 memungkinkan kedua sumur tersebut memiliki fasies sedimen yang

sama. Selain itu, tekstur batuan dan adanya kandungan glaukonit pada reservoir C

ini semakin mendukung penafsiran bahwa reservoir ini diendapkan pada

lingkungan dengan pengaruh laut yang cukup kuat dan relatif dalam. Berdasarkan

hal tersebut, maka lingkungan pengendapan reservoir C diperkirakan terjadi pada

Inner neritic atau Shelf. Selengkapnya mengenai deskripsi batuan inti bor pada

sumur Pungut-37 bisa di lihat pada model core lognya (lampiran 3b).

Page 14: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

47

III.1.4 Fasies dan Lingkungan Pengendapan

Penafsiran fasies di daerah penelitian mengacu kepada model fasies dan

lingkungan pengendapan menurut Dalrymple (1992) dimana fasies sedimen yang

terbentuk dipengaruhi oleh pasang-surut (tide-dominated Estuarin). Kriteria

penafsiran masing-masing fasies dijelaskan pada bab sebelumnya.

Deskripsi batuan inti bor secara umum yang telah dilakukan pada tiga

sumur dengan interval reservoir B dan C, bisa dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel III.2. Ringkasan hasil deskripsi batuan inti bor pada reservoir B dan C di

daerah penelitian.

Reservoir karakteristik sedimen Litofasies Asosiasi Fasies

B

Batupasir, abu gelap-kecoklatan, berbutir sedang-halus, terpilah sedang-buruk, membulat tanggung, fragmen min. kuarsa, pirit

kadang ditemukan, burrow (ophiomorpha) , struktur sedimen flaser, wavy dan laminasi silang siur, karbonan. Batupasir berbutir

kasar

batupasir ,

flaser, wavy &

karbonan Tidal Sand Bar

Batupasir, abu terang-kecoklatan, berbutir sedang-kasar, terpilah sedang-buruk, membulat tanggung, fragmen min. kuarsa,

mika, burrow (skolithos, planolithes, paleophycus) , struktur sedimen laminasi silang siur, mud drape , bioturbasi, non

karbonatan. Batupa

batupasir

boiturbasi Tidal Channel

Batulanau, abu-abu kehitaman, terpilah baik, non karbonatan, konkresi besi, lentikuler.

batulanau

lentikuler Mud flat

C

Batupasir, abu kehijauan-kecoklatan, berbutir sedang-sangat halus, terpilah baik, menyudut-membulat tanggung, bioturbasi,

burrow, flaser , intensitas glaukonit cukup tinggi, kuarsa dan mika. Batupasir, berbutir kasar terdapat di bagian atas, keras &

batupasir ,

flaser &

bioturbasi Tidal Sand Flat

Batupasir, abu muda-kehijauan, berbutir sedang-kasar, terpilah sedang-buruk, membulat tanggung, bioturbasi, burrow

(ophiomorpha, planolithes, paleophycos), struktur laminasi silang siur, wavy, mudrape. Glaukonit, mika dan mineral hitam.

Batupasir, berbutir

batupasir ,

flaser,

bioturbasi &

karbonatan Tidal Channel

Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor pada ketiga sumur tersebut

maka secara umum reservoir B dan C dari Formasi Bekasap ini terdiri dari

beberapa asosiasi fasies yaitu Tidal Channel Sand, Tidal Sand Flat dan Tidal Sand

Bar, sedangkan material halus batulempung dan batulanau yang membagi kedua

reservoir ini ditafsirkan sebagai fasies Mud Flat. Lingkungan pengendapan pada

reservoir B dan C diperkirakan terjadi pada lingkungan Intertidal sampai Inner

neritic atau Shelf. Hal ini didukung oleh analisis biostratigrafi terhadap

foraminifera maupun nanofosil pada interval reservoir Bekasap (Kadar dan

Utama, 1998). Hasil analisis biostratigrafi juga memperlihatkan umur batuan

reservoir Bekasap yang ditafsirkan berumur Miosen Bawah (Lower Miocene).

Berdasarkan karakter pola log GR yang bisa diamati, secara garis besar

reservoir B dan C terbagi menjadi dua siklus pengendapan. Siklus pengendapan

reservoir B dimulai dengan siklus retrograde dibagian bawah dan di ikuti siklus

prograde di bagian atasnya. Siklus retrograde ini merupakan pergerakan ke arah

darat sebagai respon dari kondisi transgresif dimana laju akomodasi lebih besar

Page 15: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

48

dibandingkan suplai sedimennya. Hal ini terjadi selama naiknya muka air laut

dengan influx sedimen yang rendah. Selanjutnya pada interval bagian atas

reservoir B terjadi pergerakan sedimen ke arah cekungan yang menghasilkan

siklus prograde. Progradasi ini bisa terjadi akibat kenaikan muka air laut yang di

iringi oleh influx sedimen yang tinggi (regresi).

Sedangkan pada siklus pengendapan reservoir C ditafsirkan sebagai dua

siklus yang retrograde. Seperti halnya siklus retrograde pada reservoir B bagian

bawah, siklus pengendapan pada reservoir B ini terjadi akibat laju sedimentasi

yang lebih rendah dibandingkan laju akomodasinya.

Secara keseluruhan, siklus pengendapan kedua reservoir B dan C di daerah

penelitian terjadi dalam kondisi transgresif (Transgresive System Tract).

Berdasarkan penafsiran asosiasi fasies dan lingkungan pengendapan dari

batuan inti bor, maka daerah penelitian diperkirakan terjadi pada lingkungan

transisi (Estuarin) yang dipengaruhi oleh pasang surut (Tide-Dominated Estuary).

Model yang ideal dari Estuarin ini bisa dilihat pada gambar III.6.

Gambar III.6 Penafsiran fasies dan lingkungan pengendapan di daerah penelitian

mengacu pada model ideal Tide-dominated Estuary (Dalrymple, 1992).

Daerah PenelitianDaerah Penelitian

Page 16: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

49

III.2 Korelasi antar Sumur

Korelasi antar sumur di daerah penelitian dilakukan dengan pendekatan

stratigrafi sikuen dengan tujuan untuk melihat penyebaran fasies dan arah

sedimentasinya.

III.2.1 Korelasi antar Sumur dengan Data Core

Korelasi antar sumur di daerah penelitian dilakukan dalam beberapa tahap,

yaitu :

1. Korelasi antar sumur yang mempunyai batuan inti bor (core)

2. Korelasi dilakukan dengan pendekatan stratigrafi sikuen sampai ke tingkat

parasekuen yang masing-masing dibatasi oleh suatu flooding surface (FS).

Dalam hal ini pembagian dua siklus pengendapan pada reservoir B dan C

tersebut akan digunakan sebagai marker untuk melakukan korelasi.

Sumur-sumur yang mempunyai batuan inti bor merupakan pengontrol

utama yang dipakai sebagai penampang model dalam melakukan korelasi. Apabila

korelasi antar sumur-sumur tersebut sudah sesuai maka langkah selanjutnya

adalah melakukan korelasi stratigrafi terhadap sumur-sumur terdekatnya.

Untuk mengetahui secara detil penyebaran fasies sedimen di lapangan

Pungut ini maka korelasi dilakukan sampai ke tingkat parasikuen dengan

menetapkan flooding surface (FS) sebagai batasannya. Penentuan batas flooding

surface (FS) ini bisa ditafsirkan dari pola log sumur (GR). Lintasan yang

menghubungkan sumur core Pungut-01, Pungut-37, Pungut-35 dan Pungut-36

kemudian dilakukan korelasi dan dijadikan sebagai lintasan model korelasi.

Berdasarkan lintasan model korelasi yang dibuat, secara keseluruhan

reservoir B dan C dibatasi oleh empat flooding surface yaitu FS_C2, FS_C1,

FS_B2 dan FS_B1. Masing-masing batas flooding surface ini mencerminkan

suatu parasikuen dan juga fasies sedimennya. Dalam hal ini, fasies sedimen yang

termasuk dalam objek penelitian ditafsirkan sebagai fasies Tidal Channel, Tidal

Sand Flat, Tidal Sand Bar dan Mud Flat. Hasil korelasi antar sumur core yang

dijadikan sebagai model penampang korelasi bisa dilihat pada gambar III.7.

Page 17: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

50

Gambar III.7 Model korelasi antar sumur yang mempunyai data batuan inti bor (core) dan penyebaran fasiesnya, dengan lintasan berarah

utara-selatan.

Page 18: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

51

III.2.2 Korelasi antar Sumur untuk Seluruh Lapangan

Korelasi antar sumur core merupakan model korelasi yang akan dipakai

dalam melakukan korelasi antar sumur untuk seluruh lapangan. Pada awalnya

korelasi antar sumur seluruh lapangan ini dicoba dengan menggunakan data sumur

saja. Untuk lebih mendukung penafsiran yang dilakukan, korelasi antar sumur

kemudian dibantu oleh lintasan seismik yang sesuai.

Beberapa penampang stratigrafi dibuat dengan arah lintasan relatif utara-

selatan dan timur-barat yang dianggap mewakili seluruh daerah penelitian. Empat

buah penampang dengan arah lintasan utara-selatan dan tujuh buah penampang

dengan arah lintasan timur-barat.

III.2.2.1 Lintasan Korelasi Berarah Utara-Selatan

Lintasan korelasi yang berarah relatif utara-selatan diwakili oleh lintasan

2U. Lintasan ini terletak dibagian utara daerah penelitian dan menghubungkan

sumur core Pungut-01 dan Pungut-35. Lintasan korelasi ini di ikat pada flooding

surface FS_B1 sebagai datum reservoir B dan FS_C1 sebagai datum reservoir C.

Hasil korelasi pada lintasan 2U memperlihatkan adanya perubahan fasies

terutama pada fasies Tidal Sand Bar yang dibatasi oleh flooding surface FS_B1

dibagian atas dan FS_B2 dibagian bawah. Fasies Tidal Sand Bar ini terlihat

mengalami penipisan sedimen ke arah selatan (Pungut-31). Sebaliknya fasies

Tidal Channel B yang dibatasi oleh flooding surface FS_B2 dibagian atas dan

material halus dibagian bawah, umumnya tidak mengalami perubahan fasies yang

berarti ke arah utara kecuali pada sumur Pungut-01 fasies tersebut menjadi hilang.

Reservoir batupasir C yang tersusun oleh fasies Tidal Sand Flat di bagian

atas dan fasies Tidal Channel di bagian bawahnya terlihat mempunyai ketebalan

yang relatif hampir sama sepanjang lintasan korelasi. Hal ini diartikan sebagai

tidak adanya perubahan fasies pada lintasan ini.

Berdasarkan pola log GR, lintasan 2U bisa dibedakan menjadi 4 siklus

pengendapan dari kedua reservoir B dan C. Reservoir B mempunyai siklus awal

retrograde yang di ikuti dengan siklus prograde di atasnya. Sedangkan reservoir

C mempunyai dua siklus pengendapan yang retrograde. Lebih detil mengenai

korelasi antar sumur lintasan 2U bisa di lihat pada gambar III.8.

Page 19: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

52

Gambar III.8 Korelasi antar sumur dengan lintasan berarah utara-selatan (lintasan 2U) yang menggambarkan distribusi sedimen fasies B1,

B2, C1 dan C2 di bagian utara daerah penelitian.

1U

1S

2U

2S

1U

1S

2U

2S

Page 20: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

53

Lintasan korelasi 2S dibuat dengan arah relatif utara-selatan. Lintasan ini

terletak dibagian selatan daerah penelitian dan merupakan kelanjutan dari korelasi

2U disebelah utaranya.

Hasil korelasi pada lintasan 2S memperlihatkan adanya perubahan fasies

pada fasies Tidal Sand Bar (B1) yang dibatasi oleh flooding surface FS_B1

dibagian atas dan FS_B2 dibagian bawah. Dari sumur Pungut-17, fasies ini

terlihat mengalami penipisan sedimen ke arah selatan (Pungut-18) dan

menghilang pada sumur Pungut-20 dan muncul lagi pada sumur Pungut-38 dan

Pungut-19. Fasies Tidal Channel B (B2) yang dibatasi oleh flooding surface

FS_B2 dibagian atas dan material halus dibagian bawah, juga mengalami

perubahan fasies dan tidak berkembang di sumur Pungut-21 dan muncul lagi di

sumur Pungut-08 sampai Pungut-19 di bagian selatannya. Perkembangan yang

cukup tebal dari fasies Tidal Channel B ini terlihat pada sumur Pungut-20.

Adanya perubahan fasies pada reservoir B ini bisa ditafsirkan bahwa arah

sedimentasi pada lintasan ini tidak berasal dari utara-selatan, karena lintasan ini

diperkirakan tegak lurus terhadap arah sedimentasi regional yang terjadi di daerah

penelitian.

Fasies Tidal Sand Flat (C1) yang merupakan bagian dari reservoir

batupasir C dibatasi oleh flooding surface FS_C1 di bagian atas dan FS_C2 di

bagian bawah. Dari penampang lintasan 2S, fasies ini terlihat mengalami

penebalan sedimen ke arah selatan. Sebaliknya fasies Tidal Channel C (C2) yang

dibatasi flooding surface FS_C2 di bagian atas dan material halus dibawahnya

terlihat semakin menipis ke arah selatan.

Berdasarkan pola log GRnya, siklus pengendapan kedua reservoir B dan C

bisa dikenali pada lintasan 2S ini. Pada lintasan ini terdapat 4 siklus pengendapan

dimana reservoir B mempunyai siklus awal retrograde yang di ikuti dengan siklus

prograde di atasnya. Sedangkan reservoir C mempunyai dua siklus pengendapan

yang retrograde. Korelasi antar sumur yang lebih detil pada lintasan 2S bisa di

lihat pada gambar III.9.

Page 21: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

54

Gambar III.9 Korelasi antar sumur dengan lintasan berarah utara-selatan (lintasan 2S) yang menggambarkan distribusi sedimen fasies B1,

B2, C1 dan C2 di bagian selatan daerah penelitian.

1U

1S

2U

2S

1U

1S

2U

2S

Page 22: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

55

III.2.2.2 Lintasan Korelasi Berarah Timur-Barat

Lintasan korelasi yang berarah relatif timur-barat diwakili oleh lintasan 5.

Lintasan ini terletak dibagian utara daerah penelitian dan menghubungkan sumur

core Pungut-37. Sama halnya dengan lintasan yang lain, lintasan korelasi ini di

ikat pada flooding surface FS_B1 sebagai datum reservoir B dan FS_C1 sebagai

datum reservoir C.

Hasil korelasi pada lintasan 5 umumnya tidak memperlihatkan adanya

perubahan fasies baik pada interval reservoir B maupun reservoir C. Fasies Tidal

Sand Bar (B1) yang dibatasi oleh flooding surface FS_B1 dibagian atas dan

FS_B2 dibagian bawah menunjukan sedimen yang lebih tebal pada sumur Pungut-

37, Pungut-39 dan Pungut-28 dibandingkan sumur sekitarnya. Sebaliknya fasies

Tidal Channel B (B2) yang dibatasi oleh flooding surface FS_B2 dibagian atas

dan material halus dibagian bawah, menunjukan sedimen yang lebih tipis pada

sumur Pungut-37, Pungut-39 dan Pungut-28 tersebut.

Tidak berbeda dengan fasies sebelumnya, Fasies Tidal Sand Flat (C1)

yang bagian atasnya dibatasi oleh flooding surface FS_C1 dan FS_C2 di batas

bawahnya juga tidak memperlihatkan adanya perubahan fasies. Fasies ini

mempunyai ketebalan sedimen yang relatif sama dari arah timur ke barat. Hal

yang hampir sama terlihat pada fasies Tidal Channel C (C2) dibawahnya, tidak

ada perubahan fasies yang terjadi. Tidak adanya perubahan fasies pada reservoir B

dan C ini bisa ditafsirkan bahwa arah sedimentasi di daerah penelitian umumnya

berasal dari timurlaut-baratdaya.

Berdasarkan pola log GR yang bisa diamati, terdapat 2 siklus pengendapan

yang terjadi pada reservoir B dan 2 siklus pengendapan pada reservoir C. Siklus

pengendapan reservoir B diawali oleh suatu retrograde di interval bawah dan

berubah menjadi siklus prograde di atasnya. Siklus pengendapan reservoir C

memperlihatkan dua siklus pengendapan yang retrograde. Kondisi siklus

pengendapan ini menunjukkan bahwa secara umum pengendapan pada reservoir B

dan C terjadi dalam keadaan transgresif. Korelasi antar sumur yang lebih detil

pada lintasan 5 bisa di lihat pada gambar III.10. korelasi antar sumur untuk

lintasan yang lainnya bisa dilihat pada lampiran.

Page 23: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

56

Gambar III.10 Korelasi antar sumur dengan lintasan berarah timur-barat (lintasan 5) yang menggambarkan distribusi sedimen fasies B1,

B2, C1 dan C2 di bagian utara daerah penelitian.

3

4

5

6

7

8

9

3

4

5

6

7

8

9

Page 24: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

57

Untuk melihat lebih jelas penyebaran fasies maupun sistem pengendapan

yang terjadi pada reservoir B dan C dari Formasi Bekasap ini, maka di lakukan

juga analisis terhadap penampang atau sayatan seismiknya. Penampang seismik

yang diamati adalah penampang dengan arah lintasan barat-timur yang dianggap

bisa memperlihatkan arah pengendapan dari sedimen karena relatif sejajar dengan

arah sedimentasi regional yang terjadi di lapangan Pungut.

Dalam melakukan korelasi di daerah penelitian tidak hanya melihat

hubungan antar sumur berdasarkan data log (picking marker) tetapi sebaiknya

didukung juga dengan korelasi terhadap seismiknya (picking horison) agar

kesalahan interpretasi bisa dikurangi (gambar III.11).

Selain itu pada penampang seismik tersebut kita bisa melakukan analisis

untuk melihat arah sedimentasi maupun kondisi pengendapan yang

mempengaruhinya. Berdasarkan penampang seismik daerah penelitian (gambar

III.12) yang di-flat-kan pada horison Bekasap B (garis kuning) sebagai objek

penelitian, agak sulit untuk melihat arah sedimentasi pada reservoir B dan C

karena interval seismik yang sempit. Reflektor seismik pada interval ini terlihat

sejajar satu sama lain dan tidak terlihat adanya progradasi menandakan bahwa

reservoir ini diendapkan dalam suatu lingkungan yang relatif datar. Tetapi dengan

melihat reflektor seismiknya yang mengalami perubahan reflektor seismik dari

kuat (warna merah tua) menjadi lemah (warna merah muda) dan terlihat menipis

ke arah timur. Hal ini memungkinkan bahwa daerah ini diendapkan dalam kondisi

transgresif.

Dari ketiga lintasan korelasi berarah utara-selatan dan timur-barat serta

penampang seismik yang dianggap mewakili daerah penelitian bisa ditafsirkan

bahwa arah umum sedimentasi di daerah penelitian berasal dari timurlaut-

baratdaya. Perubahan fasies lebih banyak terjadi pada lintasan korelasi berarah

relatif utara-selatan. Sedangkan dilihat dari siklus pengendapannya berdasarkan

data log, daerah penelitian diperkirakan terjadi dalam kondisi transgresif.

Page 25: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

58

Gambar III.11 Penampang seismik arah barat-timur yang melintasi sumur Pungut-24, menggambarkan hubungan picking marker sumur

dan picking horison seismik di daerah penelitian.

Peta indeks

survei seismik

Peta indeks

survei seismik

Page 26: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

59

Gambar III.12 Penampang seismik arah barat-timur yang di flat-kan pada horison Bekasap B (garis kuning).

Peta indeks

survei seismik

Basement

Peta indeks

survei seismik

Basement

Page 27: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

60

III.2.3 Pemetaan Reservoir

Seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, reservoir B dan C

masing-masing bisa dipisahkan dalam 2 siklus pengendapan. Untuk melihat

penyebaran tubuh lapisan batupasir penyusun reservoir B dan C ini maka ke

empat reservoir tersebut yang akan dipetakan. Dalam hal ini, pemetaan reservoir

yang akan dilakukan adalah pemetaan geometri dan properti (sifat) reservoir.

III.2.3.1 Pemetaan Geometri

Pemetaan geometri yang dilakukan merupakan pemetaan ketebalan

(isochore) dari masing-masing total ketebalan parasikuen Bekasap B dan C atau

fasies sedimennya. Penentuan geometri reservoir ini dilakukan dengan

menganalisis semua lintasan korelasi di daerah penelitian yang telah dikalibrasi

dengan hasil analisis dan penafsiran dari tiga sumur yang mempunyai batuan inti

bor (core). Untuk menghasilkan interpretasi yang lebih baik, hasil pemetaan

geometri ini kemudian akan digabung dengan peta atribut seismik, dalam hal ini

adalah amplitudo RMS.

III.2.3.1.1 Parasikuen C2

Parasikuen C2 terletak di bagian paling bawah dan merupakan bagian dari

reservoir C Formasi Bekasap. Parasikuen ini dibatasi bagian atasnya oleh suatu

flooding surface yang dinamakan FS_C2 dan bagian bawahnya dibatasi oleh

material halus lapisan batulempung (Mud Flat). Hasil analisis dan penafsiran

batuan inti bor, parasikuen ini didominasi oleh asosiasi fasies Tidal Channel yang

diperkirakan mempunyai lingkungan pengendapan Intertidal-Shelf.

Berdasarkan peta ketebalan batupasir yang telah dibuat pada parasikuen

C2 (Tidal Channel) terlihat bahwa distribusi fasies ini umumnya semakin tebal di

bagian timur dan sebagian kecil di bagian selatan daerah penelitian dengan

ketebalan sekitar 20 sampai 30 kaki. Makin ke arah barat daerah penelitian,

penyebaran fasies ini makin tipis atau tidak berkembang.

Dari pola orientasi reservoirnya, bisa ditafsirkan bahwa tren arah

pengendapan parasikuen C2 yang relatif timurlaut-baratdaya (gambar III.13).

Page 28: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

61

Gambar III.13 Peta ketebalan batupasir parasikuen C2 (Tidal Channel) di daerah

penelitian.

Page 29: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

62

III.2.3.1.2 Parasikuen C1

Parasikuen C1 diendapkan di atas parasikuen C2 yang juga merupakan

bagian dari reservoir C Formasi Bekasap. Parasikuen ini dibatasi bagian atasnya

oleh suatu flooding surface yang dinamakan FS_C1 dan bagian bawahnya dibatasi

oleh flooding surface FS_C2. Hasil analisis dan penafsiran dari tiga batuan inti

bor, parasikuen ini ditafsirkan sebagai asosiasi fasies Tidal Sand Flat yang

diperkirakan diendapkan pada lingkungan pengendapan Intertidal-Inner Neritic.

Dari peta ketebalan batupasir yang telah dibuat pada parasikuen C1

menunjukkan bahwa penyebaran fasies ini umumnya semakin tebal di bagian

utara dan selatan daerah penelitian dengan ketebalan sekitar 15 sampai 25 kaki.

Sedangkan di bagian tengah daerah penelitian, penyebaran fasies Tidal Sand Flat

ini semakin menipis atau tidak terlalu berkembang.

Berdasarkan pola orientasi dari geometri reservoirnya, terlihat bahwa arah

pengendapan parasikuen C1 menunjukkan tren sedimentasi yang umumnya masih

relatif timurlaut-baratdaya walaupun di bagian tengahnya terlihat relatif utara-

selatan (gambar III.14).

Page 30: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

63

Gambar III.14 Peta ketebalan batupasir parasikuen C1 (Tidal Sand Flat) di daerah

penelitian.

Page 31: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

64

III.2.3.1.3 Parasikuen B2

Parasikuen B2 diendapkan setelah parasikuen C1 (Tidal Sand Flat) yang

dibatasi dibagian bawah oleh material halus lapisan batulempung atau batulanau

(Mud Flat) sedangkan bagian atasnya dibatasi oleh suatu flooding surface

(FS_B2). Hasil analisis dan penafsiran batuan inti bor di dua sumur (Pungut-01

dan Pungut-37) menunjukkan bahwa parasikuen ini ditafsirkan sebagai asosiasi

fasies Tidal Channel dengan perkiraan lingkungan pengendapan yaitu Intertidal-

Inner Neritic.

Peta ketebalan batupasir pada parasikuen B2 memperlihatkan distribusi

fasies yang umumnya semakin tebal di bagian tengah dan sebagian kecil di bagian

paling utara daerah penelitian dengan ketebalan sekitar 15 sampai 25 kaki. Fasies

ini terlihat yang lebih tipis di bagian utara dan selatan daerah penelitian.

Pola orientasi geometri reservoirnya masih menunjukkan tren arah

pengendapan parasikuen B2 tren yang relatif timurlaut-baratdaya (gambar III.15).

Page 32: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

65

Gambar III.15 Peta ketebalan batupasir parasikuen B2 (Tidal Channel) di daerah

penelitian.

Page 33: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

66

III.2.3.1.4 Parasikuen B1

Parasikuen B1 merupakan parasikuen paling atas yang diendapkan tepat di

atas parasikuen B2 sebagai bagian dari reservoir B Formasi Bekasap. Parasikuen

B1 ini dibatasi oleh suatu flooding surface yang dinamakan FS_B2 dibagian

bawahnya, sedangkan dibagian atas dibatasi oleh flooding surface FS_B1. Hasil

analisis dan penafsiran dari dua batuan inti bor di sumur Pungut-01 dan Pungut-37

menunjukkan bahwa parasikuen ini ditafsirkan sebagai asosiasi fasies Tidal Sand

Bar yang diperkirakan mempunyai lingkungan pengendapan Intertidal-Inner

Neritic.

Peta ketebalan batupasir yang telah dibuat pada parasikuen B1

memperlihatkan adanya penebalan penyebaran fasies di bagian tengah dan

sebagian kecil di bagian utara serta selatan daerah penelitian dengan ketebalan

sekitar 15 sampai 30 kaki. Penyebaran fasies ini kemudian terlihat semakin

menipis ke arah baratdaya daerah penelitian.

Seperti halnya fasies-fasies yang telah dibahas sebelumnya, pola orientasi

geometi reservoirnya masih memperlihatkan arah pengendapan dari parasikuen

B1 ini yang relatif timurlaut-baratdaya (gambar III.16).

Page 34: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

67

Gambar III.16 Peta ketebalan batupasir parasikuen B1 (Tidal Sand Bar) di daerah

penelitian.

Page 35: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

68

Setelah diperoleh hasil pemetaan terhadap ketebalan batupasir dari masing

masing fasies (parasikuen B1, B2, C1 dan C2) tersebut kemudian hasilnya

digabung dengan peta atribut seismik dalam hal ini terhadap RMS amplitudonya.

Analisis atribut seismik ini bertujuan untuk memperkuat interpretasi terhadap peta

ketebalan masing-masing fasies yang telah dibuat sehingga geometri dan juga

penyebaran lateral fasiesnya lebih jelas terlihat.

Atribut seismik RMS dibuat pada horison Bekasap B dan C sebagai objek

penelitian. Mempertimbangkan ketebalan rata-rata reservoir ini yang berkisar

antara 30-40 kaki maka dilakukan beberapa batasan jendela (windows) mulai dari

50 ms, 10 ms dan 5 ms. Dengan beberapa batasan jendela ini diharapkan geometri

reservoir bisa ditafsirkan lebih baik sehingga bisa diambil batasan atribut seismik

mana yang paling mendekati atau berkorelasi lebih baik.

Hasil dari pengolahan atribut seismik RMS pada windows 10 ms diambil

sebagai korelasi yang paling mendekati karena bisa memperlihatkan suatu pola

geometri dan arah sedimentasi dari reservoir B dan C (gambar III.17). Pada

horison Bekasap B dengan windows 10 ms, ditafsirkan adanya beberapa Channel

yang ditunjukkan oleh harga amplitudo atau frekuensi tinggi (warna merah-

kuning). Sedangkan pada horison Bekasap C, atribut seismik RMS terlihat

menyebar. Dari peta RMS ini terlihat juga bahwa arah sedimentasi relatif

timurlaut-baratdaya.

Peta atribut seismik RMS kemudian digabung dengan peta ketebalan

reservoir untuk melihat hubungan diantara keduanya (gambar III.18). Hasilnya

ternyata cukup memberikan gambaran bahwa ketebalan reservoir yang di picking

dari data sumur akan terlihat pada frekuensi RMS yang berharga tinggi (warna

biru muda) sebagai indikasi litologi batupasir. Korelasi antara peta ketebalan

reservoir dan atribut RMS ini kurang begitu baik dikarenakan kualitas seismik

yang mencakup daerah penelitian tidak begitu bagus. Walaupun demikian, peta

gabungan ini setidaknya memberikan tambahan informasi mengenai geometri dan

perkiraan arah sedimentasi di lapangan Pungut.

Page 36: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

69

Gambar III.17 Kenampakan seismik amplitudo RMS pada horison Bekasap B (kiri) dan C (kanan) di daerah penelitian dengan batas

jendela (windows) 10 ms.

Mud Flat

Mud Flat

Channel

Marsh

Sand Flat

Mud Flat

Mud Flat

Channel

Marsh

Sand Flat

Mud Flat

Mud Flat

Channel

Marsh

Sand Flat

Mud Flat

Mud Flat

Channel

Marsh

Sand Flat

Page 37: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

70

Gambar III.18 Peta gabungan antara ketebalan reservoir dan atribut seismik amplitudo RMS pada reservoir Bekasap B (kiri) dan C (kanan).

Page 38: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

71

III.2.3.2 Pemetaan Properti/Sifat Reservoir

Dalam melakukan pemetaan properti reservoir di daerah penelitian, data

properti yang dimaksud adalah porositas dan permeabilitas. Data porositas dan

permeabilitas ini dihasilkan dari data log sumur yang diolah berdasarkan evaluasi

formasi. Data log olahan ini dikerjakan dengan bantuan perangkat lunak Geolog.

Evaluasi Formasi atau petrofisik merupakan interpretasi log sumur secara

kuantitatif untuk mengetahui sifat atau properti dari reservoir. Hampir semua data

log sumur yang ada di daerah penelitian mempunyai pengukuran yang menerus

dengan resolusi vertikal 0.5 kaki. Log tersebut hanya mengukur sifat/properti

batuan dasar (kandungan radioaktif, resistivitas, densitas bulk) dan tidak

mengukur langsung properti reservoir seperti porositas, permeabilitas, kandungan

batuserpih (volume shale) maupun saturasi fluida. Sehingga untuk mendapatkan

properti reservoir tersebut harus dilakukan kalibrasi dengan menggunakan properti

reservoir yang diukur dari batuan inti bor (core) yang ada.

Interpretasi log sumur secara kuantitatif ini sudah dilakukan oleh peneliti

terdahulu terhadap 37 sumur dari total 39 sumur yang ada. Dua sumur yang tidak

dilakukan evaluasi formasi adalah sumur Pungut-03 dan Pungut-04 karena sumur

tersebut tidak ekonomis (tidak ditemukan minyak) dan tidak mempunyai data log

dasar yang lengkap. Untuk melihat heterogeneitas reservoir di lapangan Pungut,

maka analisis terhadap evaluasi formasinya difokuskan kepada sifat reservoir

yang berhubungan dengan porositas dan permeabilitas. Hasil interpretasi log

sumur ini nantinya akan dipakai sebagai data dasar untuk pemetaan properti

reservoir maupun pemodelan geologi 3D.

Berdasarkan hasil evaluasi formasi yang telah dilakukan terhadap Formasi

Bekasap, reservoir batupasir B dan C sebagai objek penelitian umumnya

mempunyai harga porositas dan permeabilitas yang berbeda dibandingkan dengan

reservoir batupasir A di atasnya atau reservoir batupasir D di bawahnya. Harga

permeabilitas rata-rata pada lapisan B sekitar 208 md sedangkan lapisan C

mempunyai harga permeabilitas lebih kecil (144 md) walaupun harga porositas

kedua reservoir tersebut hampir sama (17-18%). Berbeda dengan lapisan batupasir

A dan D yang mempunyai harga permeabilitas lebih besar (di atas 500 md)

dibandingkan lapisan batupasir B dan C.

Page 39: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

72

Berdasarkan pola log pada interval reservoir B dan C di daerah penelitian,

terlihat pola gradasi yang menunjukkan adanya litologi batupasir yang diselingi

oleh batulempung/serpih dengan kisaran harga GR 84-88 GAPI dan volume shale

25-27%. Hampir tidak terlihat pola log blocky pada interval reservoir ini yang

menunjukkan clean sand (batupasir bersih) seperti terlihat pada reservoir

batupasir D dengan harga GR rendah (62 GAPI) dan volume shale lebih rendah

(14 %).

Kondisi reservoir batupasir B dan C tersebut dalam industri perminyakan

termasuk dalam kategori reservoir dengan kualitas rendah sampai sedang (low-

medium quality reservoir) atau di daerah penelitian dikenal sebagai shalysand

reservoir. Karena sifat properti seperti inilah maka kandungan minyak yang ada di

dalamnya akan kurang efektif terambil oleh sumur vertikal. Hasil selengkapnya

mengenai perhitungan dari evaluasi formasi terhadap sifat reservoir Formasi

Bekasap bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel III.2 Ringkasan sifat/properti reservoir dari Formasi Bekasap berdasarkan

hasil perhitungan evaluasi formasi (petrofisik).

reservoir

Gamma

Ray (GAPI)

Volume

shale (%)

Porositas

eff. (%)

Permeabilitas

(md)

Saturasi

air (%)

A 84.4 28.5 17.5 501.5 67.2

B 88.4 26.9 17.6 208.4 87.3

C 84.8 25.2 18.5 144.4 95.4

D1 62.5 13.7 22.2 1511 76.3

Setelah didapatkan data-data properti hasil evaluasi formasi dari masing-

masing reservoir Bekasap B dan C, maka dilakukan pemetaan propertinya

(porositas dan permeabilitas) terhadap masing-masing parasikuen B1, B2, C1 dan

C2.

Page 40: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

73

Pemetaan properti reservoir dicoba dengan melakukan dua pendekatan

yaitu metode statistik biasa menggunakan perangkat lunak ZMAP dan metode

geostatistik yang menggunakan perangkat lunak Gocad. Kelebihan melakukan

pemetaan properti dengan analisis geostatistik adalah dipertimbangkannya model

geometri reservoir dan hubungan spatial sehingga model peta yang dibangun lebih

mendekati.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, parasikuen B1 merupakan bagian

dari reservoir B pada Formasi Bekasap. Parasikuen B1 yang ditafsirkan sebagai

fasies Tidal Sand Bar dibuat peta properti porositas dan permeabilitasnya.

Berdasarkan gambar III.19 sebelah kiri, terlihat adanya penyebaran porositas di

daerah penelitian. Porositas dengan kisaran 16 – 22 % merupakan nilai porositas

yang paling besar pada fasies ini dan umumnya menempati daerah di bagian

tengah, sebagian kecil di bagian utara dan selatan. Sedangkan porositas dibawah

16 % menempati daerah utara dan selatan lapangan Pungut.

Peta permeabilitas pada gambar III.19 sebelah kanan, memperlihatkan

kisaran nilai permeabilitas yang juga bervariasi. Permeabilitas dengan kisaran

nilai 200 sampai 400 md tersebar di daerah utara dan selatan penelitian.

Sedangkan nilai permeabilitas dibawah 200 md tersebar hampir di bagian tengah

daerah penelitian.

Dari kedua peta porositas dan permeabilitas pada fasies Tidal Sand Bar

tersebut, secara umum korelasi antara porositas dan permeabilitasnya cukup baik

dimana porositas yang tinggi mempunyai nilai permeabilitas yang besar walaupun

di beberapa tempat kondisi ini tidak selamanya ideal.

Page 41: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

74

Gambar III.19 Peta penyebaran porositas (kiri) dan permeabilitas (kanan) rata-rata pada parasikuen B1 (fasies Tidal Sand Bar).

Page 42: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

75

Parasikuen B2 berdasarkan analisis batuan inti bor ditafsirkan sebagai

fasies Tidal Channel. Gambar III.16 memperlihatkan peta properti dari porositas

dan permeabilitas dari fasies ini. Berdasarkan peta porositas yang telah dibuat

(gambar III.20 sebelah kiri), porositas dengan kisaran 16 – 22 % merupakan nilai

porositas yang dominan pada fasies ini dan umumnya tersebar di bagian tengah

dan selatan daerah penelitian. Sedangkan porositas dengan nilai dibawah 16 %

tersebar setempat di bagian utara dan sebagian kecil bagian tengah lapangan

Pungut.

Dari peta permeabilitas pada gambar III.20 sebelah kanan, memperlihatkan

kisaran nilai permeabilitas yang juga bervariasi. Permeabilitas dengan kisaran

nilai 200 sampai 400 md tersebar setempat-setempat di bagian tengah dan selatan

daerah penelitian. Sedangkan nilai permeabilitas dibawah 200 md terlihat cukup

mendominasi daerah penelitian terutama di bagian utara dan tengah.

Berdasarkan kedua peta properti porositas dan permeabilitas pada fasies

Tidal Channel Sand ini memperlihatkan korelasi yang cukup baik antara porositas

dan permeabilitas dibandingkan dengan fasies Tidal Sand Bar di atasnya. Nilai

porositas yang tinggi tersebar di daerah yang hampir sama dengan nilai

permeabilitas yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara

kualitas suatu reservoir dengan fasies sedimen atau lingkungan pengendapan.

Page 43: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

76

Gambar III.20 Peta penyebaran porositas (kiri) dan permeabilitas (kanan) rata-rata pada parasikuen B2 (fasies Tidal Channel).

Page 44: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

77

Parasikuen C1 merupakan bagian dari reservoir C dan ditafsirkan sebagai

fasies Tidal Sand Flat. Secara posisi stratigrafi, fasies ini diendapkan dibagian

bawah fasies Tidal Channel (parasikuen B2) dengan dibatasi oleh material halus

batulempung dan batulanau (Mud Flat).

Peta porositas dan permeabilitas dari fasies ini ditunjukkan oleh gambar

III.17. Berdasarkan peta porositas yang telah dibuat (gambar III.21 sebelah kiri),

bisa dilihat bahwa nilai porositas yang dominan berkisar antara 16 – 22 %.

Porositas tertinggi terdapat di daerah selatan penelitian dengan nilai 22 %.

Umumnya porositas yang cukup tinggi ini tersebar di bagian utara dan selatan

daerah penelitian. Sedangkan porositas dengan kisaran nilai 10 - 16 % tersebar di

bagian tengah dan sebagian kecil di bagian utara lapangan Pungut.

Dari peta permeabilitas pada gambar III.21 sebelah kanan, dapat diketahui

bahwa nilai permeabilitas dibawah 200 md cukup mendominasi fasies ini. Nilai

permeabilitas paling besar hanya sekitar 200 md yang tersebar setempat di bagian

barat (tengah) daerah penelitian. Sedangkan nilai permeabilitas antara 100 - 200

md tersebar di bagian selatan daerah penelitian.

Korelasi yang cukup baik antara properti porositas dan permeabilitas

masih bisa dilihat pada properti fasies Tidal Sand Flat ini. Rendahnya nilai

permeabilitas di daerah ini cukup beralasan karena fasies ini umumnya tersusun

dari batupasir halus.

Page 45: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

78

Gambar III.21 Peta penyebaran porositas (kiri) dan permeabilitas (kanan) rata-rata pada parasikuen C1 (fasies Tidal Sand Flat).

Page 46: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

79

Parasikuen C2 juga merupakan bagian dari reservoir C dan ditafsirkan

sebagai fasies Tidal Channel. Secara posisi stratigrafi, fasies ini diendapkan tepat

di bagian bawah fasies Tidal Sand Flat (parasikuen C1).

Penyebaran porositas dan permeabilitas dari fasies ini ditunjukkan oleh

peta properti (gambar III.22). Dari peta porositas yang telah dibuat (gambar III.18

sebelah kiri), terlihat adanya variasi nilai porositas yang umumnya tersebar dari

bagian tengah sampai ke selatan daerah penelitian dengan kisaran nilai 16 – 22 %.

Porositas tertinggi terdapat di daerah selatan penelitian dengan nilai 23 %. Kisaran

porositas yang lebih rendah (12 - 16 %) tersebar di bagian utara, barat dan

sebagian kecil di bagian timur lapangan Pungut.

Berdasarkan peta permeabilitasnya (gambar III.22 sebelah kanan), nilai

permeabilitas antara 100 md sampai 400 md mengikuti tren yang sama dengan

peta porositasnya yaitu tersebar di bagian tengah dan selatan daerah penelitian.

Nilai permeabilitas paling besar terlihat di bagian selatan sekitar 390 md (sumur

Pungut-26). Sedangkan nilai permeabilitas di bawah 100 md hampir melingkupi

seluruh daerah penelitian.

Seperti halnya fasies Tidal Channel (parasikuen B2), korelasi yang cukup baik

antara properti porositas dan permeabilitas juga diperlihatkan pada fasies Tidal

Channel parasikuen C2 ini. Nilai porositas yang tinggi tersebar di daerah yang

hampir sama dengan nilai permeabilitas yang besar begitu juga sebaliknya dengan

nilai properti yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa baik buruknya

kualitas suatu reservoir dikontrol salahsatunya oleh fasies sedimen atau

lingkungan pengendapannya.

Page 47: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

80

Gambar III.22 Peta penyebaran porositas (kiri) dan permeabilitas (kanan) rata-rata pada parasikuen C2 (fasies Tidal Channel).

Page 48: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

81

Hasil pemetaan properti reservoir dari ke empat fasies tersebut di atas

kemudian dibandingkan juga dengan hasil pemetaan properti reservoir yang

dibuat menggunakan metode pendekatan geostatistik dengan aplikasi perangkat

lunak Gocad.

Di daerah penelitian, pemetaan terhadap properti porositas dan

permeabilitas reservoir yang sudah dilakukan dalam Gocad oleh peneliti

terdahulu (BATM-Usakti, 2003) adalah pemetaan terhadap reservoirnya saja yaitu

reservoir B dan C dari Formasi Bekasap dan tidak membagi lagi reservoir tersebut

dalam suatu parasikuen seperti yang dilakukan pada penelitian ini.

Oleh karena itu, selain melakukan pemetaan properti terhadap masing-

masing parasikuen (B1, B2, C1 dan C2) maka dilakukan juga pemetaan terhadap

reservoir B dan C dengan menggunakan aplikasi Zmap agar bisa dibandingkan

secara lebih sesuai dengan pemetaan properti yang telah dilakukan sebelumnya

dengan menggunakan aplikasi Gocad (lampiran 14).

Berdasarkan hasil perbandingan antara peta properti dua dimensi (Zmap)

dan peta properti tiga dimensi dengan analisis geostatistik (Gocad) terhadap

reservoir B dan C di daerah penelitian, secara umum kedua metode pemetaan

tersebut memperlihatkan hasil yang saling mendukung satu sama lain di lihat dari

kisaran harga masing-masing properti maupun tren dari penyebaran properti

reservoir tersebut. Pemetaan properti dengan menggunakan metode statistik

(Zmap) mempunyai keterbatasan dalam melakukan ekstrapolasi data karena hanya

dikontrol oleh data sumur. Sedangkan pemetaan properti dengan menggunakan

metode analisis geostatistik mampu mengurangi keterbatasan dengan

mempertimbangkan hubungan spatial (spatial relationship), karena selain

dikontrol oleh data sumur yang ada juga dimasukkan unsur pendukung lain seperti

geometri reservoir maupun seismik atributnya sehingga hasilnya lebih baik.

Contoh pemetaan properti menggunakan metode geostatistik bisa dilihat pada

gambar III.23 dan III.24.

Page 49: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

82

Gambar III.23 Peta 3D penyebaran porositas (kiri) dan permeabilitas (kanan) rata-rata reservoir B dengan metode geostatistik (Gocad).

Peta penyebaran

permeabilitas rata-rata

Reservoir B

Peta penyebaran

porositas rata-rata

Reservoir B

Peta penyebaran

permeabilitas rata-rata

Reservoir B

Peta penyebaran

permeabilitas rata-rata

Reservoir B

Peta penyebaran

porositas rata-rata

Reservoir B

Peta penyebaran

porositas rata-rata

Reservoir B

Page 50: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

83

Gambar III.24 Peta 3D penyebaran porositas (kiri) dan permeabilitas (kanan) rata-rata reservoir C dengan metode geostatistik (Gocad).

Peta penyebaran

porositas rata-rata

Reservoir C

Peta penyebaran

permeabilitas rata-rata

Reservoir C

Peta penyebaran

porositas rata-rata

Reservoir C

Peta penyebaran

porositas rata-rata

Reservoir C

Peta penyebaran

permeabilitas rata-rata

Reservoir C

Peta penyebaran

permeabilitas rata-rata

Reservoir C

Page 51: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

84

III.3 Validasi dengan Data Dinamik

Data dinamik merupakan data teknik yang dipakai untuk mendukung atau

mem-validasi hasil analisis yang dilakukan pada data statik di daerah penelitian.

Salahsatu data dinamik yang dipakai untuk mendukung karakterisasi dari reservoir

B dan C Formasi Bekasap ini adalah data produksi. Data produksi ini diambil dari

data tes sumur yang kemudian dihitung ulang untuk mendapatkan data kapasitas

deliverability dari suatu reservoir. Data deliverability yang dimaksud adalah data

permeabilitas. Agar data permeabilitas tersebut mencerminkan kualitas reservoir

yang bersangkutan maka data produksi yang diambil adalah data produksi yang

berasal dari satu interval reservoir (single zone test) bukan dari data produksi yang

diambil dari beberapa interval reservoir (commingled).

Untuk melihat kemampuan reservoir dalam mengalirkan fluida (minyak)

ke permukaan maka bisa dilihat dari laju fluida pada saat pengambilan data tes

sumur (swab test). Di daerah penelitian, kemampuan laju fluida reservoir Formasi

Bekasap bisa dikelompokan menjadi tiga yaitu :

1. Laju fluida < 400 BFPD sebagai low rate reservoir

2. Laju fluida 400 - 1500 BFPD sebagai medium rate reservoir

3. Laju fluida > 1500 BFPD sebagai high rate reservoir.

Klasifikasi di atas tentunya berbeda di tempat lain karena tergantung dari

karakteristik reservoir dan juga kondisi ekonomik lapangan minyaknya.

Berdasarkan hasil perhitungan permeabilitas dari data produksi di

beberapa lokasi yang diambil dari tes sumur pada satu interval reservoir (single

zone reservoir) B dan C (tabel III.2 dan tabel III.3), menunjukkan bahwa data

permeabilitas aktual pada reservoir B mempunyai nilai permeabilitas rata-rata 258

md sedangkan pada reservoir C mempunyai nilai permeabilitas rata-rata lebih

kecil yaitu 174 md. Nilai permeabilitas terendah pada reservoir B adalah 73 md

sedangkan nilai tertinggi 630 md. Nilai permeabilitas terendah pada reservoir C

adalah 69 md sedangkan nilai tertinggi 334 md.

Melihat hasil perhitungan tersebut, maka reservoir B dan C di daerah

penelitian dikategorikan sebagai low rate reservoir. Hal ini semakin mendukung

pernyataan bahwa reservoir B dan C di Formasi Bekasap merupakan low-medium

Page 52: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

85

quality reservoir.

Tabel III.3 dan III.4 dibawah menampilkan data produksi dan perhitungan

estimasi permeabilitas di daerah penelitian pada interval reservoir B dan C.

Perhitungan permeabilitas yang dilakukan tersebut di asumsikan adalah benar

sehingga tidak memerlukan pembuktian lebih lanjut.

Tabel III.3 Data produksi dan perhitungan estimasi permeabilitas pada interval

reservoir B di daerah penelitian, dengan asumsi nilai faktor volume

formasi minyak (Bo) = 1.15 rstb/stb dan viskositas minyak µo 1.6 cp.

Well Date BFPD BOPD WC SFL WFL PI h Rw Re Estimated OCUM

Upper Bottom (%) (ft) (ft) BBL/Psi (ft) (Inc) (In) K (mD) (MSTB)

Pungut # 01 31-Aug-01 2862 2877 389 97 75 2039 2284 3.67 14 852 3.5 374 1984

Pungut # 02 15-Oct-99 2718 2728 475 95 80 1620 2221 1.83 10 16452 3.5 401 1964

Pungut # 12 6-Jan-95 2792 2800 290 15 95 2190 2517 2.05 18 10968 3.5 238 561

Pungut # 13 6-Aug-83 2692 2702 648 642 1 1621 2076 3.29 38 6216 3.5 168 381

1-Sep-06 2720 2826 576 115 80 1077 1690 2.17 38 6216 3.5 111

Pungut # 14 19-Jul-86 2736 2876 984 197 80 638 1077 5.18 23 8340 3.5 455 126

Pungut # 16 3-May-90 2740 2760 324 19 94 1568 2417 0.88 23 5136 3.5 73 157

Pungut # 22 2-May-95 2780 2786 274 137 50 2313 2532 2.89 17 14196 3.5 367 888

Pungut # 23 27-Sep-99 2783 2789 486 0 100 1534 2311 1.44 17 10548 3.5 177

Pungut # 27 10-Jun-99 2798 2818 691 21 97 212 2098 0.85 7 11472 3.5 254 239

Pungut # 28 5-Sep-88 2736 3110 389 156 60 1793 2189 2.27 15 5604 3.5 290 122

19-Apr-97 2736 3060 874 0 100 1112 1901 2.56 15 5604 3.5 327

Pungut # 31 18-May-86 2662 2698 768 8 99 39 1886 0.96 17 5496 3.5 108 129

26-Jun-92 2662 2668 365 4 99 1594 2332 1.14 17 5496 3.5 128

Pungut # 17 10-Oct-98 2678 2706 461 300 35 726 1948 0.87 16 7548 3.5 109 164

Pungut # 18 6-Feb-03 2670 2708 194 49 75 1439 2367 0.48 4 10560 3.5 251 116

Pungut # 19 6-Aug-94 2672 2678 622 56 91 648 1003 4.05 13 8424 3.5 630 239

Pungut # 26 9-Sep-00 2746 2756 331 10 97 1221 2235 0.75 8 8940 3.5 192 166

Interval

Tabel III.4 Data produksi dan perhitungan estimasi permeabilitas pada interval

reservoir C di daerah penelitian, dengan asumsi nilai faktor volume

formasi minyak (Bo) = 1.15 rstb/stb dan viskositas minyak µo 1.6 cp.

Well Date BFPD BOPD WC SFL WFL PI h Rw Re Estimated OCUM

Upper Bottom (%) (ft) (ft) BBL/Psi (ft) (Inc) (In) K (mD) (MSTB)

Pungut # 02 19-Mar-95 2805 2811 739 0 100 1086 1660 2.97 22 13572 3.5 290 423

Pungut # 10 1-Oct-92 2828 2838 113 107 5 1364 2514 0.23 6 4464 3.5 70 13

Pungut # 12 6-Jan-95 2818 2838 110 83 25 2094 2486 0.65 13 21624 3.5 113 635

Pungut # 13 19-Feb-91 2750 2768 91 78 15 2063 2431 0.57 13 1428 3.5 69 322

Pungut # 16 3-May-90 2798 2808 970 0 100 1268 2467 1.87 12 13404 3.5 334 225

Pungut # 27 10-Jun-99 2860 2868 461 0 100 1474 2382 1.17 10 7344 3.5 233 56

2-Mar-99 2860 2868 389 194 50 1344 2189 1.06 10 7344 3.5 211

Pungut # 28 17-Mar-88 2790 2806 324 6 98 1586 2389 0.93 11 5412 3.5 162 34

19-Apr-97 2790 2806 487 0 100 1362 2312 1.18 11 5412 3.5 205

Pungut # 11 3-Nov-98 2746 2770 528 5 99 0 1617 0.75 12 6888 3.5 124 59

Pungut # 19 27-May-92 2784 2796 451 90 80 957 1707 1.39 28 6636 3.5 97 129

Pungut # 26 9-Sep-00 2830 2846 582 17 97 853 1537 1.97 23 13680 3.5 184 449

Interval

Page 53: BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR - digilib.itb.ac.id · Deskripsi batuan inti bor ... Berdasarkan hasil deskripsi batuan inti bor dengan mengamati tekstur batuan, struktur sedimen

86

Validasi dengan menggunakan data produksi ini tentunya mempunyai

beberapa kelemahan karena salahsatunya tergantung dari kualitas pengambilan

data tes sumur yang telah dilakukan. Akibat dari tidak terjaganya kualitas

pengambilan sampel air/minyak ini akan menyebabkan anomali data yang tidak

sesuai. Akan lebih baik jika dilakukan beberapa metode validasi data dinamik

yang lebih kuantitatif untuk menjelaskan kualitas dari suatu reservoir, tetapi

karena keterbatasan data dan waktu yang tersedia maka validasi dengan data

produksi ini dianggap cukup mewakili untuk mengetahui karakteristik dari

reservoir B dan C dari Formasi Bekasap di daerah penelitian.