bab iii hasil penelitian dan analisis a. hasil penelitian 1. · bersama anggota lainnya dan...
TRANSCRIPT
-
35
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian
1. Kasus Posisi Perkara No : 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt Dan Perkara
No : 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.
Anak/2014/PN.Slt.
Pada hari Sabtu 20 September 2014, pukul 20.00 Wib, kawan-kawan
terdakwa Bagas Auliyandi, Agung Wahyu Triyanto, dan Dony Triyantoko
bermain ke rumah Terdakwa Inddi Bagaskoro yang beralamat di jalan Semboja
Sari Rt 1 Rw 11 Kp Karangduwet Kel.Kutowinangun Kec.Tingkir kota Salatiga.
Kemudian bersama- sama patungan sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah) dengan rincian sebagai berikut Agung Wahyu sebesar Rp. 30.000,- (tiga
puluh ribu rupiah), Bagas Auliyandi sebesar Rp. 55.000,- (lima puluh lima ribu
rupiah ), Doni Triyantoko sebesar Rp.15.000,-(lima belas ribu rupiah ), dan
Ronaldo Aldes Sandy sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah ), Sehingga
terkumpul uang sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu ) uang membeli
ganja. Uang tersebut diserahkan kepada Ronaldo Aldes Sandy untuk digunakan
membeli ganja, sedangkan Agung Wahyu, Bagas Auliyandi, Inddi Bagaskara dan
Doni Triyantoko Menunggu di rumah Inddi Bagaskara.
Kemudian pada pukul 21.30 Wib Ronaldo Aldes Sandy Menemui Ripan
sebagai pemilik ganja di Pembuangan Sampah Pasar Blauran Salatiga untuk
-
36
membeli 1 (satu) paket ganja , dan setelah 1 (satu) paket ganja diterima Ronaldo
Aldes Sandy membagi 1 (satu) paket ganja tersebut menjadi 3 (tiga) paket ganja.
Lalu pada pukul 22.00 Bagas Auliyandi di SMS oleh Ronaldo Aldes
Sandy untuk mengambil ganja di Canden Salatiga , kemudian Bagas Auliyandi
dan Inddi Bagaskoro menuju ke Canden menemui Ronaldo Aldes Sandy dan
diberi 2 (dua) paket ganja, sedangkan 1 (satu) paket ganja masih di tangan
Ronaldo Aldes Sandy. Selanjutnya 2 (dua) paket ganja tersebut diambil dan
dibawa pulang kerumah Inddi Bagaskoro. Setelah ganja berada di rumah Inddi
Bagaskara, kemudian paket ganja kering tersebut di buka oleh Bagas Auliyandi
dan diambil sebagian kemudian di linting menjadi 6 linting ganja oleh Bagas
Auliyandi.
Sisa sebagian paket ganja di tangan Bagas Auliyandi kemudian ditawarkan
kepada raga dengan cara Bagas Auliyandi mengirim sms kepada Raga bahwa ada
barang berupa ganja dan Raga menjawab mau untuk membeli ganja tersebut.
Kemudian Raga disuruh datang kerumah Inddi Bagaskara untuk mengambil
ganja tersebut. Sesampainya di rumah Inddi Bagaskara, Raga menyerahkan uang
sebesar Rp.20.000,. (dua puluh ribu rupiah) kepada Bagas Auliyandi dan Bagas
Auliyandi menyerahkan sisa sebgaian paket ganja kepada Raga.
Dari 6 linting ganja di tangan Bagas Auliyandi tersebut selanjutnya yang
2 linting ganja di gunakan oleh Dony Triyantoko, Bagas Auliyandi, dan Inddi
Bagaskoro. Kemudian 4 linting ganja kering di bawa oleh Dony Triyantoko
dengan cara di masukan ke dalam saku jemper warna merah yang di pakai Dony
Triyantoko.
-
37
Kemudian pada pukul 23.30 Wib Ronaldo Aldes Sandy mengirim SMS
kepada Agung Wahyu Triyanto untuk menyusul ke daerah Kali Londo Salatiga
lalu terdakwa Inddi Bagaskoro, Bagas Auliyandi, Agung Wahyu Triyanto dan
Dony Triyantoko menuju ke Kali Londo Salatiga menyusul Ronaldo Aldes Sandy,
setelah bertemu dengan terdakwa Aldes kemudian terdakwa Inddi Bagaskoro,
Bagas Auliyandi , Agung Wahyu Triyanto, Dony Triyantoko dan Ronaldo Aldes
Sandy menggunakan 1 linting ganja lagi yang dibuat dari bagian ganja yang
dikuasai oleh Ronaldo Aldes Sandy dengan cara di linting dengan kertas cigaret
kemudian di hisap dan setelah habis 1 linting tersebut kemudian terdakwa Inddi
Bagaskoro, Bagas Auliyandi, Agung Wahyu Triyanto, Dony Triyantoko dan
Ronaldo Aldes Sandy pergi ke rumah Raga, Sesampainya ke rumah Raga terletak
di Perum Manunggal 2 blok 36 Rt.4/7 Kel. Kauman Kidul. Kec. Sidorejo Salatiga
mereka bertemu 2 orang teman Raga dan mereka berbincang selama 2 jam.
Berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa bertempat di rumah Raga
terletak di Perum Manunggal 2 blok 36 Rt.4/7 Kel. Kauman Kidul. Kec. Sidorejo
Salatiga. sering dijadikan untuk transaksi narkoba dan menggunakan narkoba, lalu
pada hari Minggu 21 September 2014 sekira pukul 01.30 wib datang Gunawan
Nugroho dan Ahmad Jhon Febri selaku petugas Kepolisisan dari Polres Salatiga
bersama anggota lainnya dan melakukan penggeledahan rumah Raga. Di dalam
rumah terdapat beberapa orang yaitu Bagas Auliyandi, Ronaldo Aldes Sandy,
Bagus Raga Sukma, Daniel Septian Aggoro, Inddi Bagskoro, Donny Triyantoko,
dan Rochim Aditya.
Pada saat dilakukan penggeledahan ditemukan barang bukti berupa 4
(empat) linting ganja di ganja di temukan dalam saku jemper warna merah milik
-
38
Donny Triyantoko, 6 (enam) kertas cigaret di temukan dalam saku jemper warna
merah milik Bagas Auliyandi, 1 (satu) handphone Nokia warna biru berada di
lantai kamar milik Aldes, dan 1 (satu) handphone blackberry warna hitam berada
di lantai kamar milik Agung.
-
39
2. Proses Diversi.
SKEMA PROSES DIVERSI
Perkara No : 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No :
05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt
Ketua pengadilan negeri
menetapkan Fasilitator
Diversi
Mengupayakan
proses diversi 7
Hari
Forum Mediasi
Anak (pelaku), Fasilitator
Diversi, Panitera Pengganti,
Jaksa, Orangtua atau walinya,
Pembimbing Kemasyarakatan
(BAPAS), Pendamping atau
Penasehat Hukum,
BAPERMAS kota Salatiga dan
PSMP Antasena
Musyawarah
Pelimpahan
berkas dari
Penuntut
Umum
KESEPAKATAN DIVERSI
BERHASIL
(Perkara No :
04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt ,
Perkara No :
05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt)
Fasilitator membuat
berita acara
kesepakatan diversi
Ketua Pengadilan
mengeluarkan
penetapan
kesepakatan
Penghentian
perkara
1. Penyerahan kembali kepada
orang tua.
2. Keikutsertaan dalam pendidikan
di Psmp ‘Antasena’ Magelang
selama 3 bulan
-
40
Proses diversi di Pengadilan diawali dengan Pelimpahan berkas dari
penuntut umum ke Pengadilan setelah berkas di terima Ketua Pengadilan
menetapkan Hakim yang bertugas sebagai fasilitator diversi. Hakim sebagai
fasilitator diversi mengupayakan proses selama 7 hari kemudian dilakukan
musyawarah oleh forum mediasi yang terdiri dari anak, orang tua/ wali/
pendamping, Penasehat Hukum, pembimbing kemasyarakatan, Bapernas Kota
Salatiga dan PSMP Antasena, Hakim memerintahkan Penuntut Umum untuk
menghadirkan anak, orang tua/ wali/ pendamping, Penasehat Hukum,
pembimbing kemasyarakatan, Bapernas Kota Salatiga dan PSMP Antasena untuk
melakukan mediasi. Setelah di adakan mediasi dan dinyatakan berhasil Fasilitator
membuat berita acara kesepakatan diversi. Berita acara kesepakatan diversi
kemudian diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk mengeluarkan penetapan
kesepakatan diversi. Setelah di dikeluarkan penetapan diversi perkara pidana anak
kemudian dihentikan dan anak pelaku tindak pidana dikembalikan kepada orang
tua dan mengikuti pendidikan di PSMP Antasena Magelang.
a. Kesepakatan Diversi Perkara No : 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt
Pada hari Senin tanggal 13 Oktober 2014 bertempat di ruang Mediasi
Pengadilan Negeri Salatiga, dihadapan fasilitator Diversi Fasilitator Djoni
Witanto.SH , Anak Pelaku : Inddi Bagaskara , Orang tua pelaku : Monica
Sri Indarti, Pembimbing Kemasyarakatan Anak : Sri Eti Prihartiningsih.
SH, Penasehat Hukum : Dr. C. Maya Indah S,SH.M.Hum dan Bambang
Tri Wibowo. SH, Tokoh Masyarakat :Sunaryo dan Abdul Bari, Panti
Sosial Marsudi Putra (PSMP) „Antasena‟ Magelang : Drs. Agung S.M.S,
-
41
Jaksa Penuntut : Umum Sujiati,SH, dan Penyidik : M. Budiyanto dalam
proses diversi perkara anak Nomor: 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt telah
dicapai kesepakatan diversi dengan ketentuan :
Pasal 1 : Para orang tua sanggup melakukan pemeriksaan medis di RSUD
Kota Salatiga, terhadap pelaku (yang bersangkutan) untuk mengetahui
apakah para pelaku mengalami ketergantungan pada Narkotika;
Pasal 2 : Pihak Orang tua pelaku menyetujui dilakukannya tindakan
rehabilitasi medis di Yayasan Cinta Kasih Bangsa di Ds. Susukan Kec.
Ungaran Timur Kab. Semarang sesuai SK Mentri Sosial RI No
41/Huk/2014 tanggal 21 april 2014 sampai dinyatakan bebas dari
ketergantungan;
Pasal 3 : Pihak orang tua bersedia melakukan tindakan rahabilitasi social
selama 3 (tiga) bulan dipanti social MARSUDI PUTRA ANTASENA
Magelang, apabila hesil medis tidak menunjukan pelaku mengalami
ketergantungan Narkotika sesuai hasil pemeriksaan medis, dengan catatan
pelaksanaan rehabilitasi social terseut tidak menggangu proses pelaku
mengikuti/melaksanakan pendidikan sekolah masing-masing;
Pasal 4 : Pihak Orang tua dan tokoh masyarakat setempat akan berusaha
mengawasi pelaku tersebut agar tidak melakukan tindak pidana lagi ;
Pasal 5 : Pelanggaran atas kesepakatan ini, apabila selama 3 (tiga) bulan
pelaku melakukan tindak pidana pengulangan maka proses pemeriksaan
akan dilanjutkan ke persidangan;
-
42
Pasal 6 : Kesepakatan ini dibuat tanpa unsur paksaan, kekeliruan, dan
penipuan dari pihak manapun; Demikianlah kesepakata ini dibuat dan
ditanda tangani oleh para pihak dan fasilitator diversi
Anak Pelaku : Inddi Bagaskara
Orang tua pelaku : Monica Sri Indarti
Saksi –saksi :
1) Pembimbing Kemasyarakatan Anak Sri Eti Prihartiningsih. SH
2) Penasehat Hukum Dr. C. Maya Indah S,SH.M.Hum dan Bambang Tri
Wibowo. SH
3) Tokoh Masyarakat Sunaryo dan Abdul Bari
4) Psmp „Antasena‟ Magelang Drs. Agung S.M.S
5) Jaksa Penuntut Umum Sujiati,SH
6) Penyidik M. Budiyanto
7) Fasilitator Djoni Witanto,SH
b. Kesepakatan Diversi Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt
Pada hari Senin tanggal 13 Oktober 2014 bertempat di ruang Mediasi
Pengadilan Negeri Salatiga, dihadapan fasilitator Diversi Fasilitator Djoni
Witanto,SH, Anak Pelaku : Bagas Auliyandi, Agung Wahyu Triyanto,
Rondaldo Aldes Sandy , Orang tua pelaku : Kelik Pekik Waskito ,Siti
Rohmah , Hj Emmawaty dan H Uripin, Pembimbing Kemasyarakatan :
Sony Yunianto dan Wahyu Budi ,Penasehat Hukum : Dr. C. Maya Indah
S,SH.M.Hum dan Anys Rita Indarwati,SH ,Tokoh Masyarakat : Sunaryo
dan Abdul Bari ,Panti sosial marsudi putra „Antasena‟ Magelang : Drs.
Agung S.M.S , Jaksa Penuntut Umum : Yusup Hadiyanto,SH.MH ,
-
43
Penyidik : M. Budiyanto dalam proses diversi perkara anak Nomor:
04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt telah dicapai kesepakatan diversi dengan
ketentuan :
Pasal 1 : Para orang tua sanggup melakukan pemeriksaan medis di RSUD
kota Salatiga, terhadap pelaku (yang bersangkutan) untuk mengetahui
apakah para pelaku mengalami ketergantungan pada Narkotika;
Pasal 2 : Pihak Orang tua pelaku menyetujui dilakukannya tindakan
rehabilitasi medis di Yayasan Cinta Kasih Bangsa di Ds. Susukan Kec.
Ungaran Timur Kab. Semarang sesuai SK Mentri Sosial RI No
41/Huk/2014 tanggal 21 april 2014 sampai dinyatakan bebas dari
ketergantungan;
Pasal 3 : Pihak orang tua bersedia melakukan tindakan rahabilitasi social
selama 3 (tiga) bulan dipanti social MARSUDI PUTRA ANTASENA
Magelang, apabila hesil medis tidak menunjukan pelaku mengalami
ketergantungan Narkotika sesuai hasil pemeriksaan medis, dengan catatan
pelaksanaan rehabilitasi social terseut tidak menggangu proses pelaku
mengikuti/melaksanakan pendidikan sekolah masing-masing;
Pasal 4 : Pihak Orang tua dan tokoh masyarakat setempat akan berusaha
mengawasi pelaku tersebut agar tidak melakukan tindak pidana lagi ;
Pasal 5 : Pelanggaran atas kesepakatan ini, apabila selama 3 (tiga) bulan
pelaku melakukan tindak pidana pengulangan maka proses pemeriksaan
akan dilanjutkan ke persidangan; Pasal 6 : Kesepakatan ini dibuat tanpa
unsur paksaan, kekeliruan, dan penipuan dari pihak manapun;
-
44
Demikianlah kesepakatan ini dibuat dan ditanda tangani oleh para pihak
dan fasilitator diversi.
Anak Pelaku :
1) Bagas Auliyandi
2) Agung Wahyu Triyanto
3) Rondaldo Aldes Sandy
Orang tua pelaku :
1) Kelik Pekik Waskito
2) Siti Rohmah
3) Hj Emmawaty dan H Uripno
Saksi –saksi :
1) Pembimbing Kemasyarakatan Sony Yunianto dan Wahyu Budi
2) Penasehat Hukum Dr. C. Maya Indah S,SH.M.Hum dan Anys Rita
Indarwati,SH
3) Tokoh Masyarakat Sunaryo dan Abdul Bari
4) Drs. Agung S.M.S dari Psmp „Antasena‟ Magelang
5) Jaksa Penuntut Umum Yusup Hadiyanto,SH.MH
6) Penyidik M. Budiyanto
7) Fasilitator Djoni Witanto,SH
Dalam kesepakatan Diversi Perkara No : 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt
dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Sltdapat dilihat Aspek
sosiologis dengan adanya musyawarah antara Anak,Orang Tua
pelaku/anak, Pembimbing Kemasyarakatan, Penasehat Hukum, Psmp
„Antasena‟ Magelang, Jaksa Penuntut Umum, Penyidik, Fasilitator,
-
45
Masyarakat dan Pihak Sekolah memberikan kesimpulan dikabulkannya
kesepakatan diversi demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari segala
kemungkinan yang membahayakan anak di masa depan agar dapat
kembali bersosialisasi dan bertumbuh di dalam msayarakat secara
normal.
3. Upaya Diversi Tingkat Penyidikan
Tersangka Inddi Bagaskara, Bagas Auliyandi, Agung Wahyu
Triyanto, Ronaldo Aldes Sandy di tangkap oleh petugas dari Polres
Salatiga pada hari minggu tanggal 21 September 2014, sekitar Pukul.
01.30 Wib, di Perum Manunggal 2 blok 36 Rt.4/7 Kel. Kauman Kidul.
Kec. Sidorejo Salatiga.
Pada saat dilakukan penggeledahan ditemukan barang bukti berupa
4 (empat) linting ganja di temukan dalam saku jemper warna merah milik
Donny Triyantoko , 6 (enam) kertas cigaret di temukan dalam saku jemper
warna merah milik tersangka, 1 (satu) handphone Nokia warna biru berada
di lantai kamar milik tersangka, dan 1 (satu) handphone blackberry warna
hitam berada di lantai kamar milik tersangka.
Empat linting ganja yang disita polisi adalah milik tersangka, yang
didapat dibeli dari membeli secara patungan. Maksud dan tujuan tersangka
membeli paket tersebut adalah untuk di gunakan bersama-sama.
-
46
Di dalam perkara anak ini perbuatan tersangka sebagaimana yang
diatur tanpa hak atau melawan hukum , menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan 1 dalam
bentuk tanaman ganja, percobaan atas permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana
dimaksud dalam pasal 111 UU RI No 35 tahun 2009 tentang Narkotika
dan ketentuan pasal 56 ayat 1 KUHAP dalam hal tersangka atau tersangka
sangka atau didakwa melakukan tindak pidana di ancam dengan pidana
ancaman paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan di ancam
pidana dalam pasal 127 ayat 1 huruf a UU R1 No 35. tahun 2009 tentang
Narkotika Nomor urut 8 . Jo Pasal 132 ayat 1 UU RI No 35 tahun 2009 .
Perkara ini ditingkat penyidikan tidak dilakukan diversi
berdasarkan keterangan dari Kanit Narkotika Polres Salatiga, Bapak Moh.
Hasin bahwa alasan tidak dilaksanakan diversi di tahap penyidikan adalah
berdasarkan surat dari Bapas dan tindak pidana yang dilakukan oleh
tersangka meresahkan masyarakat dan juga generasi muda.1
4. Proses Diversi Tingkat Dakwaan Dan Penuntutan
Bahwa petugas dari Polres Salatiga pada hari minggu tanggal 21
September 2014, sekitar Pukul. 01.30 Wib, di Perum Manunggal 2 blok
36 Rt.4/7 Kel. Kauman Kidul. Kec. Sidorejo Salatiga. Atau disuatu tempat
lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Salatiga, melakukan pemufakatan jahat yang tanpa hak atau melawan
1 Wawancara dengan Bapak. Moh Hasin Kanit Narkotika Polres Salatiga Pada Hari Senin 02-07-
2018.
-
47
hukum, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika
Golongan I, perbuatan tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut
:
Berawal pada hari Minggu tanggal 21 september 2014 sekitar jam
20.00 Wib, Terdakwa I Bagas Auliyandi Bin Kelik Pelik Waskito (Anak
berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran No. 1279/1996 lahir pada tanggal 23
November 1996 berusia 17 tahun 10 bulan) Terdakwa II Agung Wahyu
Triyanto Bin Budi Santoso ( Anak bedasarkan kutipan Akta Kelahiran
No.852/TP/2001 lahir pada tanggal lahir pada tanggal 04 Februari 1997
berusia 17 tahun 7 bulan), Saksi Doni Triyatmoko ( dalam penuntutan
terpisah) berkumpul di rumah saksi Inddi Baskoro di Jln. Semboja Sari
Rt.01/XI Kp. Karang Duwet Kel. Kutowinangun Kec. Tingkir Kota
Salatiga.
Lalu bersepakat untuk membeli ganja dengan cara patungan
dengan jumlah masing yaitu : Terdakwa I Bagas sebesar Rp. 55.000,-
(lima puluh lima ribu rupiah ), Terdakwa II Agung sebesar Rp.30.000,-
(tiga puluh ribu rupiah), Terdakwa III Ronaldo Aldes Sandy Bin H. Urino
( Anak berdasarkan kutipan Akta Kelahiran No.141/Tp/1997 Lahir pada
tanggal 28 Desember 2018 1996 berusia 17 Tahun 9 Bulan ) Rp.50.000,- (
lima puluh ribu rupiah) dan saksi Doni Triyantoro Rp. 15.000,-(lima belas
ribu rupiah ), yang selanjutnya terdakwa Ronaldo Aldes memesan kepada
Ripan (DPO) melalui BBM untuk dicarikan ganja dan di jawab Ripan
„iya‟.
-
48
Bahwa 1 (satu) paket ganja dibawa terdakwa III Ronaldo Aldes
sedangkan 2 (dua ) paket ganja dibawa terdakwa Bagas dan Inddi, dibawa
ke rumah Inddi Baskoro di Jln. Semboja Sari Rt.01/XI Kp. Karang Duwet
Kel. Kutowaningun Kec. Tingkir Kota Salatiga, kemudian 2 (dua ) paket
ganja dibuka oleh Bagas Auliyandi diambil sebagian dan di linting
menjadi 6 (enam) liting ganja. Dan sisanya paket tersebut di bawa oleh
Bagas Auliyandi untuk diserahkan kepada Raga.
Kemudian mereka menggunakan 1 (satu) linting ganja kering yang
dibawa terdakwa III Ronaldo sehingga habis, lalu terdakwa II Agung,
terdakwa I Bagas, terdakwa III Ronaldo, saksi Donny dan saksi Inddi
pergi kerumah saksi Bagus Raga Sukma di Perum Manunggal 2 Blok K 36
Rt.4/7 Kel. Kauman Kidul Kec. Sidorejo Salatiga. Setelah mereka berada
di rumah tersebut sekitar jam 01.30 saksi Gunawan Nugroho bersama Tim
Polres salatiga melakukan penggerebekan dan penggeledahan menemukan
4(empat ) linting ganja yang ditemukan dalam saku jemper warna merah
milik saksi donny. Lalu tim polres Salatiga juga menyita 6 (enam) lembar
kertas cigaret,1 (satu) unit HP Nokia, 1 (satu) unit HP Blacberry dan 1
(satu) Unit HP Samsung warna hitam.
Bahwa para terdakwa di dalam membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, atau menyerahkan narkotika golongan I, tidak
ada ijin dari pihak yang berwenang dalam hal ini Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 114 Ayat (1) Jo. Pasal 132 Ayat (1) UU RI Nomor 35
Tahuun 2009 tentang narkotika.
-
49
Bahwa para terdakwa di dalam memiliki, menyimpan, mengusai,
atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk Tanam, tidak ada
ijin dari pihak yang berwenang dalam hal ini Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 111 Ayat (1) Jo. Pasal 132 Ayat (1) UU RI Nomor 35
Tahuun 2009 tentang narkotika.
Bahwa para terdakwa di dalam menggunkanan Narkotika
Golongan I tersebut tidak ada ijin dari pemerintah. Perbuatan terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 Ayat (1) UU RI
Nomor 35 Tahuun 2009 tentang narkotika. Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP.
Alasan tidak dilaksanakan diversi di tahap penuntutan adalah
berdasarkan surat dari Bapas, tindak pidana diatas 7 (tujuh tahun), tindak
pidana yang dilakukan oleh tersangka meresahkan masyarakat dan juga
generasi muda. 2
2 Wawancara dengan Bapak. Sarwo Edhi S.H Kasi Pidana Umum Kejakasaan Negeri Salatiga Pada
Hari Jumat Tanggal 06-07-2018
-
50
B. Analisis
Proses Diversi Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Di Pengadilan
Negeri Salatiga
1. Kajian Diversi Terhadap Jenis Tindak Pidana Dan Umur
Terdakwa
Dalam perkara penyalahgunaan narkotika di Pengadilan Negeri
Salatiga melibatkan para pelaku mempunyai identitas sebagai berikut
Bagas Auliyandi, Tanggal Lahir 23 November 1996, umur 17 Tahun
Pelajar, Tempat Tinggal : Perumahan Argomas Timur VII No.137 Rt 003
Rw 009 Kel. Ledok Kec. Argomulyo Kota Salatiga, Ronaldo Aldes Sandy,
Tanggal Lahir 28 Desember 1996, Umur 17 Tahun, Pelajar, Tempat
Tinggal : Perumahan Argomas Timur 92-93 Rt 05 Rw 09 Kel. Ledok Kec.
Argomulyo Kota Salatiga, Agung Wahyu Triyanto, Tanggal Lahir 04
Februari 1996, Umur 17 Tahun Pelajar Tempat Tinggal : Sukoharjo Rt 02
Rw 06 Kel. Cebongan Kec. Argomulyo Salatiga, dan Inddi Bagaskara 17
Tahun Tidak Bekerja Tempat Tinggal: Sembojasari Rt. 01/XI Kp. Karang
Duwet Kel. Kutowaninangun Kec. Tingkir Salatiga.
Diversi dalam Pasal 1 UU Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor
11 tahun 2012 disebutkan : “Diversi adalah pengalihan penyelesaian
perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan
pidana” .
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana menyebutkan bahwa anak yang berkonflik
-
51
dengan hukum adalah anak yang telah berumur 12 ( dua belas ) tahun,
tetapi belum berumur 18 ( delapan belas ) tahun yang diduga melakukan
tindak pidana. Menrut Pasal 2 Perma No 4 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak yang
menyebutkan bahwa diversi dilakukan terhadap anak yang telah berumur
12 (dua belas ) tahun tetapi belum berumur 18 ( delapan belas ) yang
diduga melakukan tindak pidana.
Adapun yang dimaksud dengan anak dalam Pasal 1
UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, menentukan sebagai berikut :
- Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berhadapan
dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang
menjadi saksi tindak pidana.
- Anak yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
- Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak
Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh tindak pidana.
Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, umur anak pelaku tindak pidana
narkotika dalam perkara No : 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara
-
52
No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt, memenuhi syarat untuk dilakukan
diversi.
Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Anak menyebutkan bahwa pada tingkat penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di Pengadilan Negeri wajib
diupayakan Diversi. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam dengan
pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun, dan bukan merupakan
pengulangan tindak pidana
Bahwa untuk kasus penyalahgunaan narkotika oleh anak yang
diperiksa Pengadilan Negeri Salatiga dalam perkara No :
04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No :
05/Pid.SUS.Anak/201t4/PN.Slt, merupakan dakwaan kombinasi dan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Bahwa dakwaan pertama bentuknya subsidair, yaitu dakwaan
ancaman pidananya paling singkat 5 (lima ) tahun dan paling lambat
20 ( dua puluh ) tahun sedangkan dakwaan subsidair ancaman
pidananya paling Singkat 5 ( lima ) tahun penjara. Memperhatikan
ancaman pidana dalam dakwaan kesatu primer dan kesatu subsidair
tidak memenuhi syarat untuk diversi
- Bahwa dakwaan kedua bentuknya tunggal, dakwaan kedua ancaman
pidananya adalaht 4 (empat ) tahun penjara. Memperhatikan
-
53
ancaman pidana dalam dakwaan kedua kurang dari 7 (tujuh ) tahun
sehingga memenuhi kriteria diversi.
Karena bentuk surat dakwaan adalah kombinasi dan salah satu
pasal yang di dakwakan ancaman pidananya kurang dari 7 ( tujuh )
tahun, maka sesuai dengan Perma No 4 Tahun 2014 Hakim
diperkenankan untuk melakukan diversi.
2. Proses Diversi Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Oleh Anak Dalam Tingkat Penyidikan, Penuntutan Dan
Pengadilan
a. Alasan Diversi Tidak Berhasil Dilakukan Di Tingkat
Penyidikan Dan Penuntutan
Pada tingkat penyidikan tidak dilakukan diversi karena perbuatan
anak pelaku tindak pidana narkotika tidak sesuai dengan kriteria
diversi. bahwa perbuatan anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan
narkotika diancam dengan hukum diatas 7 (tujuh ) tahun dan
perbuatan pelaku meresahkan masyarakat dan juga generasi muda.
Pada tingkat penuntutan pun tidak dilakukan diversi karena perbuatan
pelaku diancam dengan hukuman di atas 7 (tujuh ) tahun dan juga
melaksanakan surat dari bapas bahwa perbuatan pelaku meresahkan
masyarakat dan juga generasi muda.
-
54
b. Diversi di Tingkat Pengadilan
Diversi berupaya memberikan keadilan kepada anak yang
telah terlanjur melakukan tindak pidana sampai kepada aparat penegak
hukum. Ada tiga jenis pelaksanaan program diversi yang dilaksanakan
yaitu :
1) Pelaksanaan kontrol secara sosial (social control orintation) yaitu
aparat penegak hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab
pengawasan atau pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada
persetujuan atau peringatan yang diberikan. Pelaku menerima
tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak diharapkan adanya
kesempatan kedua kali bagi pelaku oleh masyarakat.
2) Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku (social service
orientation), yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi,
mencampuri, memperbaiki dan menyediakan pelayanan pada pelaku
dan keluarganya. Masyarakat dapat mencampuri keluarga pelaku
untuk memberikan perbaikan atau pelayanan
3) Menuju proses restroative justice atau perundingan (balanced or
restorative justice orientation), yaitu melindungi masyarakat, memberi
kesempatan pelaku bertanggung jawab langsung pada korban dan
masyarakat dan membuat kesepakatan bersama antara korban pelaku
dan masyarakat,pelaksanaanya semua pihak yang terkait
dipertemukan untuk bersama-sama mencapai kesepakatan tindakan
pada pelaku.
-
55
Pengadilan Negeri Salatiga dalam penanganan Perkara No
:04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No :
05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt berhasil melaksanakan mekanisme
diversi dengan memperhatikan Undang-Undang No 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Perma No 4 tahun 2014
Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi
Penanganan perkara tersebut berdasarkan Undang-Undang
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 7
yaitu :
“Pada tingkat Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan
perkara Anak di Pengadilan Negeri wajib diupayakan Diversi.” serta
Perma No 4 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksaan Diversi Pasal 3
yaitu “Hakim anak wajib mengupayakan diversi dalam hal anak
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana dibawah 7
tahun dan didakwa pula dengan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 7 tahun atau lebih dalam bentuk surat dakwaan
subsidaritas, kumulatif, alternative maupun kombinasi.”
Bahwa pada tahap pengadilan Hakim melakukan diversi
mengikuti Perma yang walaupun ada ancaman hukuman diatas 7
(tujuh) tahun tetap dilakukan diversi, sedangkan di tahap penyidikan
dan penuntutan mengikuti rekomendasi bapas yang hasilnya tidak
merekomendasi untuk dilakukan diversi.
-
56
Mengacu pada tiga jenis pelaksanaan diversi Hakim
Pengadilan Negeri Salatiga mengeluarkan penetapan diversi perkara
pidana anak kemudian di hentikan dan apabila memperhatikan
pertimbangan, penetapan diversi tersebut sesuai dengan jenis yang
ketiga, yaitu Menuju proses restroative justice atau perundingan
(balanced or restorative justice orientation), yaitu melindungi
masyarakat, memberi kesempatan pelaku bertanggung jawab langsung
pada korban dan masyarakat dan membuat kesepakatan bersama
antara korban pelaku dan masyarakat,pelaksanaanya semua pihak
yang terkait dipertemukan untuk bersama-sama mencapai kesepakatan
tindakan pada pelaku
Anak pelaku tindak pidana narkotika dilakukan rehabilitasi
sosial di PSMP Antasena selama tiga bulan hal tersebut dilakukan
untuk mengawasi, memperbaiki anak pelaku tindak pidana
penyalahgunaan narkotika agar bisa lebih baik lagi dan tidak
mengulangi perbuatanya lagi.
3. Mengapa Diversi Berhasil Dilakukan Di pengadilan Negeri
Salatiga?
Pengadilan Negeri Salatiga memberikan atau mengupayakan
Diversi dengan penghentian proses pemeriksaan Perkara No
:04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No :
05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan dikabulkannya kesepakatan diversi
demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,
-
57
dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang
membahayakan anak di masa depan.
Menurut United Nations Standart Minimum Rules for
Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules), Diversi adalah
pemberian kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk mengambil
tindakan–tindakan kebijaksanaan dalam menangani atau menyelesaikan
masalah pelanggar anak dengan tidak mengambil jalan formal antara lain
menghentikan atau tidak meneruskan/melepaskan dari proses peradilan
pidana atau mengembalikan atau menyerahkan kepada masyarakat dan
bentuk-bentuk kegiatan pelayanan sosial lainnya.
Hakim sebagai fasilitator mengambil sikap diversi dengan
memperhatikan The Beijing Rules, bahwa Hakim mengembalikan anak
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika kepada masyarakat dan
juga bentuk pelayanan sosial lainya dengan pertimbangan kepentingan
terbaik anak.
Proses diversi di Pengadilan diawali dengan Pelimpahan berkas
dari penuntut umum ke Pengadilan setelah berkas di terima Ketua
Pengadilan menetapkan Hakim yang bertugas sebagai fasilitator diversi.
Hakim sebagai fasilitator diversi mengupayakan proses selama 7 hari
kemudian dilakukan musyawarah oleh forum mediasi yang terdiri dari
anak, orang tua/ wali/ pendamping, Penasehat Hukum, pembimbing
kemasyarakatan, Bapermas Kota Salatiga dan PSMP Antasena, Hakim
memerintahkan Penuntut Umum untuk menghadirkan anak, orang tua/
-
58
wali/ pendamping, Penasehat Hukum, pembimbing kemasyarakatan,
Bapermas Kota Salatiga dan PSMP Antasena untuk melakukan mediasi.
Setelah di adakan mediasi dan dinyatakan berhasil Fasilitator membuat
berita acara kesepakatan diversi. Berita acara kesepakatan diversi
kemudian diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk mengeluarkan
penetapan kesepakatan diversi. Setelah di dikeluarkan penetapan diversi
perkara pidana anak kemudian dihentikan dan anak pelaku tindak pidana
dikembalikan kepada orang tua dan mengikuti pendidikan di Panti Sosial
Marsudi Putra ( PSMP ) Antasena Magelang.
Bahwa mekanisme yang dilakukan oleh hakim sebagai fasilitator
diversi berjalan sesuai dengan proses yang ada. Dengan kata lain
walaupun di tingkat penyidikan dan penuntutan diversi tidak berhasil
dilakukan tetapi tidak menutup kewenangan hakim untuk tetap melakukan
diversi sesuai dengan Pasal 3 Perma No 4 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, yang
menyatakan bahwa Hakim anak wajib mengupayakan diversi dalam hal
anak melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana dibawah 7
tahun dan didakwa pula dengan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 7 tahun atau lebih dalam bentuk surat dakwaan
subsidaritas, kumulatif, alternative maupun kombinasi.
Anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika di
Pengadilan Negeri Salatiga di dakwa dengan dakwaan kombinasi. Dalam
dakwaan pertama yang bentuknya subsidair, anak pelaku tindak pidana
pada dakwaan primer di ancam dengan hukum paling singkat 5 ( lima )
-
59
tahun penjara dan paling lama 20 ( dua puluh ) tahun penjara dan dakwaan
kedua subsidair di ancam dengan ancam dengan hukuman paling lambat 5
( lima ) tahun penjara. Dakwaan kedua bentuknya tunggal anak pelaku di
ancam dengan hukuman 4 ( empat ) tahun penjara.
Hakim pengadilan Negeri dalam mengambil keputusan
menggunakan dakwaan kedua yang ancamannya kurang dari 7 (tujuh )
tahun sehingga diversi dapat dilakukan.
Diversi di Pengadilan Negeri Salatiga dilakukan diluar persidangan
dengan kesepakatan antara pihak terkait dengan melaksanakan
musyawarah yang melibatkan Anak, Orang Tua pelaku/anak, Pembimbing
Kemasyarakatan, Penasehat Hukum, Psmp „Antasena‟ Magelang, Jaksa
Penuntut Umum, Penyidik , Fasilitator berdasarkan pendekatan Keadilan
Restoratif. Bahwa penanganan yang tepat yaitu penetapan diversi karena
merupakan bentuk mediasi penal terbaik untuk menanggulangi masalah
anak pelaku tindak pidana, karena lebih memperhatikan masalah Hak
Asasi Manusia dengan pendekatan restorative justice.
Dari kesimpulan yang didapat oleh Pengadilan Negeri Salatiga
maka atas perkara No :04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No :
05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt ditetapkan Diversi untuk kepentingan
terbaik bagi anak. Sesuai dalam Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak angka 4 dijelaskan Fasilitator diversi
memberi kesempatan pada anak (pelaku) untuk memberikan tanggapannya
-
60
terhadap dakwaan yang didakwakan kepadanya dengan memberikan
tanggapan :
- Bahwa anak pelaku menyesali perbuatannya
- Bahwa pelaku masih ingin meneruskan pendidikannya
- Bahwa pelaku bebrbuat seperti dalam dakwaan tersebut karena rasa
solidaritas antar teman dan rasa ingin tahu serta coba-coba saja
- Bahwa pelaku bersedia memperbaiki perilakunya
- Bahwa pelaku ingin agar perkaranya bisa segera selesai sehingga
bisa sekolah untuk dapat meraih cita-cita nya.
Selanjutnya fasilitator diversi memberikan kesempatan kepada
orang tua anak pelaku untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan
dengan perbuatan anaknya dan bentuk penyelesaian yang diharapkan
yang atas kesempatan tersebut lalu bapak dan ibunya pelaku
menyampaikan intinya sebagai berikut :
- Bahwa apa yang terjadi pada pelaku , orang tua anak pelaku merasa
kaget dan syok , padahal menurut orangtua pelaku menyatakan
bahwa anak (pelaku) waktu dirumah merupakan anak yang santun
dan tidak pernah berbuat masalah.
- Bahwa orangtua beranggapan bahwa dilihat dalam masalah ini
dalam pengasuhan masih ada yang kurang
- Bahwa orang tua pelaku akan lebih memperhatikan anaknya
dikemudian hari dan pada forum diversi ini , orang tua berharap
agar anak bisa dikembalikan kepada orangtua dan akan di didik
-
61
yang lebih baik lagi dari anak yang sekarang dan apabila forum
diversi merasa perlu untuk anak ini direhab para orangtua akan
menyetujui.
Kemudian Fasilitator diversi memberikan kesempatan
kepada jaksa penuntut umum, yang atas kesempatan tersebut
penutut umum menyampaikan tanggapannya yang intinya sebagai
berikut : .
- Bahwa oleh karena pelaku adalah masih bersekolah maka akan
lebih baik apabila anak dikembalikan kepada orangtua dengan
catatan masih dalam pengawasan namun apabila dipandang
perlu di rehab penuntut umum menyetujuinya.
Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan kepada Bapas
untuk menyampaikan tanggapannya yang intinya sebagai berikut :
- Bahwa dalam penelitian bapas pelaku perlu dilakukan tindakan
berupa perawatan di PSMP Antasena Magelang
- Bahwa dari pengamatan Bapas perilaku pelaku setelah kejadian
ini merasa menyesal dan bersedia memperbaiki diri dan
berharap untuk tidak dihukum
- Bahwa perbuatan pelaku hanya bersifat coba-coba karena pelaku
saat ini pada saat pubertas sehingga rasa ingin tahunya sangat
tinggi
-
62
Selanjutanya fasilitator diversi memberikan kesempatan kepada
lembaga PSMP Antasena Magelang yang menyampaikan tanggapannya
yang intinya sebagai berikut:
- Bahwa pihak PSMP sangat menyetujui dilakukan diversi karena
hal tersebut diamanatkan dalam UU No 11 tahun 2012
- Bahwa pihak PSMP menyarankan pelaku perlu diadakan rehab
secara medis guna mngetahuiberapa dalam pelaku mengalami
ketergantungan narkotika baru kemudian apabila memang
pelaku mengalami ketergantungan maka perlu dilakukan rehab
secara social dan PSMP Antasena Magelang menyediakan.
Kemudian fasilitator diversi memberikan kesempatan kepada
Bapermas Salatiga untuk memberikan pendapatnya sebagai berikut :
- Bahwa Bapermas setuju dengan pendapat dan rekomendasi dari
BAPAS untuk dilakukan diversi Dan yang terakhir fasilitaor
memberikan kesempatan kepada perwakilan masyarakat yang atas
kesempatan tersebut menyampaikan yang intinya setuju dengan
proses diversi ini karea semata mata untuk kebaikan dan masa depan
pelaku.
Proses diversi di Pengadilan diawali dengan Pelimpahan berkas
dari penuntut umum ke Pengadilan setelah berkas di terima Ketua
Pengadilan menetapkan Hakim yang bertugas sebagai fasilitator diversi.
Hakim sebagai fasilitator diversi mengupayakan proses selama 7 hari
kemudian dilakukan musyawarah oleh forum mediasi yang terdiri dari
-
63
anak, orang tua/ wali/ pendamping, Penasehat Hukum, pembimbing
kemasyarakatan, Bapermas Kota Salatiga dan PSMP Antasena, Hakim
memerintahkan Penuntut Umum untuk menghadirkan anak, orang tua/
wali/ pendamping, Penasehat Hukum, pembimbing kemasyarakatan,
Bapernas Kota Salatiga dan PSMP Antasena untuk melakukan mediasi.
Setelah di adakan mediasi dan dinyatakan berhasil Fasilitator membuat
berita acara kesepakatan diversi. Berita acara kesepakatan diversi
kemudian diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk mengeluarkan
penetapan kesepakatan diversi. Setelah di dikeluarkan penetapan diversi
perkara pidana anak kemudian dihentikan dan anak pelaku tindak pidana
dikembalikan kepada orang tua dan mengikuti pendidikan di PSMP
Antasena Magelang.
Tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak di Pengadilan
Negeri Salatiga memenuhi kriteria untuk dilakukan penahanan tetapi
hakim sebagai fasilitrator diversi menggunakan kewenanganya untuk
tidak melakukan penahanan tetapi dilakukan diversi.
Diversi berhasil dilakukan di tingkat pengadilan karena Setelah
sampai di tingkat pengadilan bapas tidak berpegang erat pada
rekomendasi yang diberikan pada tingkat penyidikan dan penuntutan,
bapas mengeluarkan rekomendasi bahwa perbuatan yang dilakukan oleh
anak meresahkan masyarakat dan juga generasi muda, rekomendasi
tersebut yang menjadi dasar tidak lakukan diversi di tingkat penyidikan
dan penuntutan. Bapas menyetujui rekomendasi di tingkat pengadilan
-
64
setelah dilakukan musyawarah dan juga memahami kepentingan terbaik
bagi anak.
Diversi membawa keuntungan bagi pelaku/anak sesuai dengan
teori tujuan perbuatan menurut utilitarianisme, tujuan perbuatan
sekurang-kurangnya menghindari atau mengurangi kerugian yang
diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri sendiri ataupun
orang lain Adapun maksimalnya adalah dengan memperbesar kegunaan,
manfaat, dan keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang akan
dilakukan. Perbuatan harus diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan
daripada penderitaan, manfaat daripada kesiasiaan, keuntungan daripada
kerugian, bagi sebagian besar orang. Dengan demikian, perbuatan
manusia baik secara etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi diri
sendiri dan orang lain.
Teori keadilan bermartabat berangkat dari dasar pemikiran yang
mempunyai tujuan bahwa hukum yang dapat memberikan rasa adil yang
bermartabat dan keadilan yang dapat memanusiakan manusia.
Berdasarkan teori keadilan bermartabat bahwa diversi dilakukan
untuk menghindarkan anak dari proses peradilan sehingga dapat
memberikan rasa adil yang bermartabat dan keadilan yang dapat
memanusiakan manusia.
Di Pengadilan Negeri Salatiga penetapan diversi dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 4 Tahun
2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan
-
65
Pidana Anak karena melihat anak bukanlah miniatur orang dewasa, anak
mempunyai ciri dan karakteristik tersendiri, sehingga harus diperlakukan
secara berbeda (istimewa), dan memperhatikan hak-haknya,
kelangsungan hidupnya di masa depan, serta juga harus
mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak (the best interest of
child).
Bahwa ide dan pengaturan diversi sesuai dengan instrumen
instrumen yang diakui secara internasional yang memperhatikan tentang
kesejahteraan anak, yaitu :
a. diversi merupakan proses peradilan pidana anak yang edukatif karena
tidak harus melukai perkembangan jiwa si anak akibat dari
stigmatisasi atau labeling.
b. pemberlakuan atau penerapan konsep diversi merupakan cara
penyelesaian perkara anak melalui kesepakatan, dan memberikan
kesempatan pada sianak untuk memperbaiki diri atas dasar
kemauannya sendiri tanpa ada pemaksaan melainkan anjuran.
Dengan berhasilnya diversi di tingkat pengadilan , anak
sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika terhindar dari
sanksi pidana yang akan menimbulkan kerugian sebagi berikut yaitu :
a) anak diberi cap jahat oleh masyarakat yang di sebut stigma;
b) masyarkat menolak kehadiran mantan narapidana anak;
c) masa depan anak suram.
-
66
4. Proses Diversi Di Pengadilan Negeri Salatiga Dikaitkan Dengan
Prinsip Perlindungan Anak
Berdasarkan Fakta dari proses diversi di Pengadilan Negeri
Salatiga, Menurut penulis Pengadilan Negeri Salatiga juga melihat
Undang-undang Perlindungan Anak No. 35 tahun 2014 sebagai dasar
dilakukanya diversi karena asas Penyelenggaraan Perlindungan Anak
menjadi sangat penting sebagai tolak ukur dalam menyelenggarakan
perlindungan anak. Penyelenggaraan Perlindungan Anak sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang ini berazaskan kepada Pancasila,
Undang-undang Dasar 1945 dan Prinsip-prinsip dalam Konvensi hak
Anak.
Prinsip-prinsip dalam konvensi hak anak yang dijadikan asas dalam
menyelenggarakan perlindungan anak diantaranya adalah :
1) Non diskriminasi, artinya tidak membedakan anak berdasarkan asal-
usul, suku, agama, ras, dan sosial ekonomi.
2) Prinsip kepentingan terbaik bagi anak, bahwa dalam semua tindakan
yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
badan legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik
bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. Hak untuk hidup,
kelangsungan hidup dan perkembangan. Hak-hak ini merupakan hak
azasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh
pemerintah, masyarakat, keluarga, orangtua dan lingkungan.
-
67
3) Penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan terhadap
hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya
dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal
yang mempengaruhi kehidupannya.
Dalam perkara tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
anak di Pengadilan Negeri Salatiga, dilihat dari asal usul, suku, agama,
ras dan sosial ekonomi, anak sebagai terdakwa tidak dibeda-bedakan
dalam proses hukum yang berlaku.
Kepentingan terbaik bagi anak menjadi dasar dilakukannya
diversi ditingkat pengadilan, karena anak pelaku tindak pidana
penyalahgunaan nartkotika, sebagai bagian dari generasi muda, sebagai
salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus
cita-cita perjuangan bangsa di masa depan.
Anak sebagai pelaku tindak pidana narkotika di Pengadilan
Negeri Salatiga diberi kesempatan untuk memberikan tanggapam
terdahap dakwaan yang didakwakan kepadanya
Pasal 15 Undang-undang Perlindungan Anak No. 35 tahun 2014
menyatakan Hak Anak :
1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiyaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi
2) Setiap anak berhak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
-
68
3) Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya
dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya
dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa usia 17 ( tujuh belas ) tahun
berhak dilakukan diversi, yaitu mengalihkan proses pidananya dari proses
penal ke proses non penal.
Pengadilan Negeri Salatiga dengan melihat hak – hak anak untuk
secara umum memperoleh tujuan dari bekerjanya sistem peradilan pidana
anak pada dasarnya ditujukan untuk membangun sistem peradilan yang
adil dan ramah terhadap anak (fair and humane).
Hakim tidak menerapkan pidana sebagai penerapan sanksi yang
terakhir dalam penegakan hukum terhadap anak, tetapi lebih memilih
untuk dilakukan diversi karena melihat kepentingan terbaik bagi anak.
Adapun tindakan hakim sesuai dengan karakteristik sistem
peradilan pidana anak yang berlandaskan :
1) Hak anak;
2) Menerapkan prinsip keadilan restoratif;
3) Menempatkan kepentingan terbaik bagi anak sebagai acuan
pertama dan utama;
4) Fokus pada pencegahan sebagai tujuan utama;Menjadikan sanksi
penahan sebagai alternatif terakhir (the last resort) dan jika
-
69
memungkinkan menahan anak dalam waktu yang
sesingkatsingkatnya;
5) Prinsip proporsionalitas;
6) Menekankan rehabilitasi dan reintegrasi;
7) Melakukan Intervensi secara layak dan tepat waktu;
Dalam diversi ini diharapkan dapat tercapainya keadilan baik bagi
pelaku/anak.Keadilan yang hendak dicapai disini adalah keadilan yang
bermartabat.Yaitu keadilan yang memanusiakan manusia bukan saja
terhadap pelaku namun juga terhadap anak.Hal ini sangatlah penting
karena selama ini anak tindak pidana kurang mendapatkan rasa
keadilan.Meskipun demikian, diversi tidak dapat diterapkan kesemua
tindak pidana.