bab iii hasil penelitian 3.1 keadaan provinsi...

36
40 BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Maluku Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi yang terletak disebelah timur Indonesia.Secara geografis provinsi Maluku merupakan wilayah Kepulauan yang terdiri dari 1.421 pulau. Provinsi 2 o 30’ – 8 o 30’ LS dan 124 o 135 o 30’ BT. 1 Luas wilayah Provinsi Maluku ialah 54.185 Km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Maluku pada tahun 2012 mencapai 1.664.631 jiwa dan tersebar di 11 kabupaten. Sesungguhnya masyarakat Maluku dikenal sebagai masyarakat majemuk yang dicirikan dengan heterogenitas etnik dan agama. 2 Berbagai macam orang yang berasal dari berbagai suku, agama dan ras mendiami provinsi Maluku.Mayoritas penduduk Provinsi Maluku menganut Agama Kristen Protestan dan Islam. Sebelum konflik 1999 terjadi, Provinsi Maluku menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan. Provinsi yang beribukota Ambon ini, memiliki penataan kota yang rapi dan lingkungan yang bersih serta suasana yang aman, tenang dan damai. Provinsi Maluku terlebih khusus Kota Ambon dikenal dengan julukan Ambon Manise, kata Manise artinya 1 http://www.bkpmd-maluku.com/index.php/komoditi-unggulan/gambaran-umum, diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, Pukul 17.16 WIB 2 Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk, Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 148.

Upload: dokiet

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

40

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Keadaan Provinsi Maluku

Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi yang terletak

disebelah timur Indonesia.Secara geografis provinsi Maluku merupakan

wilayah Kepulauan yang terdiri dari 1.421 pulau. Provinsi 2o30’ – 8

o30’

LS dan 124o – 135

o30’ BT.

1 Luas wilayah Provinsi Maluku ialah 54.185

Km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Maluku pada tahun 2012

mencapai 1.664.631 jiwa dan tersebar di 11 kabupaten. Sesungguhnya

masyarakat Maluku dikenal sebagai masyarakat majemuk yang dicirikan

dengan heterogenitas etnik dan agama.2Berbagai macam orang yang

berasal dari berbagai suku, agama dan ras mendiami provinsi

Maluku.Mayoritas penduduk Provinsi Maluku menganut Agama Kristen

Protestan dan Islam.

Sebelum konflik 1999 terjadi, Provinsi Maluku menjadi destinasi

favorit bagi para wisatawan. Provinsi yang beribukota Ambon ini,

memiliki penataan kota yang rapi dan lingkungan yang bersih serta

suasana yang aman, tenang dan damai. Provinsi Maluku terlebih khusus

Kota Ambon dikenal dengan julukan Ambon Manise, kata Manise artinya

1 http://www.bkpmd-maluku.com/index.php/komoditi-unggulan/gambaran-umum, diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, Pukul 17.16 WIB 2 Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk, Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 148.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

41

manis atau indah. Berbagai penghargaan pernah diterima oleh Provinsi

Maluku, salah satunya Piala Adipura pernah diraih oleh Kota Ambon.3

Keadaan sosial masyarakat Provinsi Maluku sebelum konflik ialah

hidup dalam kebersamaan tanpa memandang latar belakang suku, agama

dan ras.Setiap warganya hidup dalam semangat kebersamaan yang tinggi,

sikap toleransi dan saling menghormati dan menghargai dapat dijumpai di

setiap sudut provinsi Maluku.4

Konflik Maluku yang terjadi pada tahun 1999 membawa efek

negatif bagi Provinsi Maluku.Efek negatif yang dimaksudkan ialah banyak

yang kehilangan orang – orang yang mereka sayang sehingga

menimbulkan rasa benci, trauma batin, dll.Konflik yang tak akan pernah

terlupakan dan menjadi catatan kelam dalam sejarah bangsa Indonesia

terlebih khusus sejarah kelam bagi masyarakat Maluku. Kehilangan dan

kekerasan seakan menjadi warna tersendiri ketika konflik terjadi.Sikap

saling menghargai dan menghormati perlahan-lahan mulai pudar

digantikkan dengan sikap saling curiga, benci dan dendam.

Masyarakat Maluku umumnya dan kota Ambon khususnya lebih

mengakrabi hidup kerakyatan yang berbasis nilai – nilai keakraban, dan

persaudaraan sejati. Kenyataan itulah yang membuat sebuah sistem

kehidupan sosial yang khas bagi masyarakat Maluku. Sebelum konflik

3 http://www.bkpmd-maluku.com/index.php/komoditi-unggulan/gambaran-umum, diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, Pukul 17.16 WIB 4Ibid,.

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

42

terjadi di Maluku masyarakat ada dalam sebuah hidup bersama yang

teratur dengan kehidupan persaudaraan begitu indah tanpa memandang

latar belakang suku, Agama, RAS dan golongan, tidak hanya masyarakat

yang homogen namun yakni heterogen dimana bukan saja masyarakat

lokal Maluku namun juga etnis pendatangseperti halnya Buton, Bugis,

bahkan Cina dan lain – lain. Dalam keadaan kehidupan bersama selalu

adanya komunikasi yang terbangun sebagai bagian dari interaksi sosial,

sebuah kerja sama dalam bentuk yang pada dasarnya saling melengkapi

apa yang menjadi kebutuhan masing – masing.5Namun pada akhirnya

kehidupan yang harmonis berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan

ketegangan, sikap saling mencurigai satu dengan yang lainnya. Konflik

yang terjadi di Maluku akhirnya menghancurkan hubungan interkasi yang

berjalan sangat baik di Maluku dan kota Ambon khususnya mengalami

pergeseran, peperangan terjadi sehingga masing – masing komunitas baik

itu agama, suku, dan lain – lain berusaha untuk memisahkan diri satu sama

lainnya.6

Sebelum konflik yang terjadi di Maluku pada tahun 1999 peran

dari para perempuan yang ada di maluku tidak begitu nampak secara

signifikan untuk membangun atau memberikan dukungan bagi Maluku.

Hal ini dikarenakan pada saat itu peran laki – laki lebih dominan

dibandingkan perempuan. Perempuan dikenal sebagai sosok yang pasif

5http://blogspot.com/2013/06/perubahan-sosial-pasca-konflik-studi.html. Ditulis oleh Hendra Manuputty, pada juni 2013. Diunduh pada tanggal 3 februari 2015, jam 9.29 WIB 6www.acdemia.edu/5160619/makalah-perubahan-sosial-di-Ambon, diunduh pada tanggal 3 feb 2015, jam 9.38 WIB. Upload by Septian Raha

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

43

dalam artian tidak bisa berargumen dan mereka lebih condong

diam tanpa melakukan apa – apa. Hingga pada saat pecahnya konflik

pertama di Maluku disitulah mulai nampak awal mula peran penting dari

para perempuan untuk membantu proses perdamaian dan juga memberikan

dukungan moral dan sumbangan pikiran mereka untuk masyarakat Maluku

pada umumnya. Mereka akhirnya berubah menjadi sosok yang aktif bisa

dilihat sebagai sosok pembela.Mereka juga dikenal sebagai sosok pemicu

perdamaian di Maluku.7

Perempuan tentunya memiliki peranan dan pengaruh yang besar

dalam menghadapi konflik yang terjadi Maluku. Dalam keluarga sebagai

istri, perempuan dapat membujuk suami mereka untuk tidak terlibat dalam

konflik dan sebagai ibu, mereka dapat mendidik anak – anak mereka untuk

tidak berprasangka buruh terhadap orang lain. Perempuan tentunya

memaminkan peran yang aktif dalam upaya penciptaanperdamaian di

Ambon.Pertemuan antar agama dikalangan pengungsi perempuan tidak

hanya menjamin distribusi bantuan darurat kepada pengungsi, tapi juga

menjadi ajang untuk rekonsiliasi antara perempuan Muslim dan Kristen.8

3.2 Biografi Elsina E Syauta – Latuheru

Sesudah konflik terjadi sampai tahun 2002, provinsi Maluku mulai

berbenah diri.Berbagai upaya perbaikan dan rekonsiliasi mulai terjadi,

berbagai langkah penyelesaian konflik mulai di lakukan.Perbaikan

7Hasil wawancara dengan M.L , pada tanggal 15 Januari 2015 8Hasil wawancara dengan J.H pada tanggal 16 November 2014

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

44

sarana dan pra sarana pun mulai dilaksanakan.Semua elemen masyarakat

Maluku mulai berbenah diri dan berusaha menata kembali kehidupan

mereka. Laki – laki maupun perempuan, anak – anak dan orang tua

bekerja bersama – sama untuk memulihkan kehidupan mereka.

Sementara konflik masih terus berlangsung sampai konflik selesai

salah seorang perempuan Maluku muncul dengan memberikan kontribusi

dalam penangan korban dan rekonsiliasi konflik. Tutur Elsina Syauta –

Latuheru bahwa “Awal kerusuhan saya dan tim menjadi bagian dalam

pengambilan dan penaganan pengungsi dan berlanjut dengan

pendampingan serta emergency pengungsi di daerah Pulau Seram”.9

Elsina E. Syauta – Latuheru lahir di Ambon, 12 Maret 1973. Ia tiggal

dengan kedua orang tuanya, ayahnya adalah Herman Yulius Latuheru

dan ibunya Josina Petronela Nanulaita. Ayahnya adalah seorang Pendeta

sedangkan ibunya hanya seorang ibu tangga.Selain itu Elsina E. Syauta –

Latuheru juga memiliki 4 orang saudara yang bernama Elsina (anak yang

pertama), Reynelda, Ludya, dan Nesly.Sejak bayi Elsina E. Syauta –

Latuheru di besarkan dengan penuh keserderhanaan oleh kedua orang

tuannya.10

Sejak kecil Elsina E. Syauta – Latuheru telah diajarkan oleh

opanya untuk displin dalam menjalankan segala sesuatu.Selama sekolah

dari tingkat sekolah dasar sampai pada tingkat SMA banyak penghragaan

yang di raih oleh perempuan asal Maluku tersebut. Sejak SMA ia tidak

9Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 19 Novermber 2014

10Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 19 November 2014

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

45

tinggal dengan kedua orang tuanya namun ia tinggal dengan salah satu

keluarga misionaris dan mereka mulai menjelajahi pulau seram dan

belajar bahasa di pedalam seram dan mengajar baca tulis di suku Naulu.

Pendidkan Formal yang di gelutinya meliputi Pendidikan Setara S2

“Sekolah Pengelolaan Keberagaman” angkatan ke II di Religious and

Cross Cultural Stadies Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Pada tahun

2013 meraih gelar S1 dalam bidang Management Sumberdaya Perikanan.

Selain itu dengan pengalamannya tinggal dengan keluarga misionaria

maka ia juga mengguluti Pendidikan Bahasa dan Pelayanan bagi Suku

Terasing di Indonesia setingkat D1. Pendidikan penunjang lainnya yang

digeluti anata lain,11

Pelatihan Fasilitator Suku Terasing di Indonesia –

Jakarta 1998 Konsultasi kasih peduli-suku-suku terabaikan di Inodoneisa

– Jakarta 1998 Konsultasi Kasih Peduli, JRN, Toraja 1999 Pelatihan

Pelatih Pendamping Anak, PEA Jakarta-Ambon, 1999 Pelatihan Pelatih

Evagelism Explotion, GKI Makasar, 1999 Pendidikan Konseling Anak

Korban Perang, Mary Hower, Psy.D. Los Angeles, USA 2000 Pelatihan

Penyuluh Sex Bebas & Anti Aborsi, Yayasan Pondok Hayat-Surabaya

2002 Pelatiha Penyuluh Narkoba & Konseling Krisis Yayasan Dulos

Surabaya 2000 Training of Facilitator (TOF) Pendidikan Pemilih bagi

Perempuan Akar Rumut, Center for East Indonesian Affairs (CEIA), Feb,

2004 Pelatihan Trauma Konseling (Chrisis Center), Ambon 2003

Seminar & Konsultasi HAM, Y. Parakletos & Perwakilan Komnas HAM

11Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 19 November 2014

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

46

Maluku 6 Agustus 2004 Workshop Pengungsi, Forum Bersama untuk

Maluku, Ambon 11 Nopember 2004 Pelatihan Guru Sekolah Minggu

Betani-GPM Ambon Juni 2005 Leadership Capacity Building, Dale

Carnegie Training, Jaringan Kerja Pelayanan Kristen Indonesia, Ambon

Oktober 2005 Lokakarya Peace Through Developmen untuk Maluku,

UNDP, Ambon November 2005 Simposium Nasional Perempuan. Pusat

Informasi Pengembangan Perempuan Indonesia, Jakarta 29-30 November

2005 Konsultasi Nasioanal Anak Bangsa III & Pameran Pelayanan Anak

Beresiko. Jaringan Peduli Anak Bangsa Jakarta, 23-26 November 2005

Konsultasi Nasional “Pengharapan Bagi Orang Miskin, Link TCI,

Januari 2006 Planning dan Strategic Pusat Rujuk Anak Maluku, Bapeda

Maluku-UNICEF Mei 2006 Fasilitator Pelatihan Konseling Pasca

Trauma, Ambon 7-10 Mei 3007. Open Doors Paltihan Perencanaan

Usaha Bussiness Plan), Unpatti-Maluku Advvance, Agustus 2007

Pelatihan Haggai Institut, Desember 2009 Training a Live Cahnging

Your Live- Boot Camp , Edunet Global Febrari 2012 Workshop Living

Value Educationa dan Non Valions Communication 1 - 4 Bali, Jakarta

2012-2013 Peace Mind , Mount Abu India Oktober 2012.12

Aktivitas sosial kemasyarakatan yang dilakukan atara lain:13

Pendamping Anak Pondok Gembira, PEA-Ambon 2002-Sekarang Wakil

Ketua Tim Konseling-Pendampingan Anak dan Remaja Klasis GPM

12Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 19 November 2014

13Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 20 November 2014

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

47

Pulau Ambon 2003-sekarang Representatif “Open Doors” di Maluku

2000-sekarang Fasilitator Pengungsi Korban Kerusuhan Maluku

Amahai-TNS, Maluku Tengah Kerjasama YEU-Parakletos Maret 2003-

Pebruari 2004 Fasilitator Pengungsi Korban Kerusuhan Ambon 25 April

2004, Kerjasama YEU-Parakletos, April 2004-sekarang Penyuluh &

Konselor korban aborsi, sex bebas dan narkoba 2002-sekarang

Bendahara I, Yayasan Parakletos 2001-2004 Tim Konsultan

Pembangunan Maluku Advance, PEMDA Prov Maluku, 2006-2010

Pediri dan pengekola sekolah paud dan TK ”Parakletos Academi

Nasioanal ” sejak 2004. Social Capital Strengthening, Workshop on the

following days of 8 & 9 August 2006, Baguala Bay resort, Pemerhati

Perempuan dan Kekerasan Pada Anak 2005-sekarang Anggota Pusat

Pelayanan Terpadu Anak, Forum Perlindungan Anak Maluku 2006

Bidang Riset (Penelitian) Pengurum HIMPAUDI Maluku 2006 –

sekarang Pelatih dan Fasilitator Living Value Education 2012- sekarang

Bekerja sama dengan The Asia Foundation untuk perdamaian Maluku

sejak 2011- sekarang Inisitaor Program Coffie Badati suatu kegiatan anak

muda untuk perdamian melalui kegiatan budaya dan pengembangan

sosial enterpreuner, kegiatan Festival 1000 cinta untuk maluku Inisiator

program Ekspedisi 1000 Pulau 2013-sampai sekarang. Elsina E. Syauta –

Latuheru telah banyak melakukan berbagai aktifitas sosial

kemasyarakatan dan berbagai pendidikan penunjang lainnya. Dari

berbagai usaha kerja yang dilakukannya tersebut ia mendapat

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

48

pengharagaan dalam mengikuti Nominasi SCTV Liputan 6 Award untuk

kategori Kemanusian 22 Mei 2014.

Elsina E. Latuheru menikah dengan Franklin Syauta yang bekerja

sebagai seorang dosen perikanan di Universitas Pattimura Ambon dan

sekarang sedang melanjutkan studi S3 nya di Universitas Kristen Satya

Wacana (UKSW). Dari pernikahannya itu mereka dikarunia 1 orang anak

yang diberi nama Joshua Syauta. Sampai sekarang Elsina E. Syauta –

Latuheru terus bergerak dalam bidang kemanusian. Motivasinya dalam

terjun ke dunia sosial kemanusiaan dalam bidang perdamaian ialah ia

ingin membuat orang – orang yang ada disekitarnya merasa senang atau

hidup damai pasca konflik yang dirasakan. Selain daripada itu alasan lain

yang mendorongnya untuk terus berjuang untuk memperjuangkan

perdamaian karena ia melihat pasca konflik orang – orang masih

menyimpan dendam satu dengan yang lainnya, masih ada sikap saling

mencurigai yang pada akhirnya masih sering memicu terjadinya konflik.

Kurang adanya perhatian serta dukungan dari pemerintah.Maka dengan

alasan itulah Elsina E. Syauta – Latuheru tetap semangat dan berjuang

untuk meperjuangkan perdamaian melalui peran perempuan – perempuan

di Maluku.

Dengan mengetahui berbagai tindakan yang dilakukan Elsina E.

Syuata – Latuheru, maka kita mengetahui bahwa Elsina E. Syauta –

Latuheru ingin berjuang untuk membawa perdamaian di Maluku pasca

Konflik. Ia ingin membuat Maluku menjadi lebih baik terutama

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

49

memajukan para perempuan – perempuan di Maluku untuk bergerak

sebagai aktor perdamaian. Dalam pandangan Elsina E. Syauta – Latuheru

tentang perdamaian, maka ia mendefenisikan kata “damai” yang berarti

“bahagia”. Maka dalam hal ini dengan semua tindakan yang dilakukan ia

ingin membuat orang – orang yang ada disekitarnya merasa bahagia /

hidup damai pasca konflik.

Elsina E. Syauta – Latuheru sehari – harinya bekerja sebagai

seorang aktifis Kopi Badati14

yang bergerak dalam dialog perdamaian

lintas komunitas berbeda agama untuk mebangun relasi kemanusian.

Tujuan dari gerakan ini ialah untuk melakukan provokasi kepada

masyarakat agar dapat mengkontribusikan apa saja yang bisa dilakukan

untuk dapat menciptakan perdamaian.15

Dengan istilah “Badati” inilah

Elsina E. Syauta – Latuheru bersama dengan timnya membangun

semangat perjuangan mereka melalui aktifitas Yayasan dengan moto “

mulai dari beta”. Sebagai salah satu aktifis, Elsye panggilan akrabnya

juga bekerja sebagai direktur di Yayasan Parakletosyang didirikan pada

tahun 2001.Parakletos diambil dari bahasa Yunani yang berarti

“penghibur”. Banyak hal yang telah yayasan ini guluti, bergerak dalam

bidang sosial kemanusiaan yang telah dilakukan. Tujuan dari

didirikannya yayasan ini ialah Elsina E. Syauta – Latuheru ingin

membawa pesan damai dengan mengingat manisnya hidup bersama

14Istilah Badati dalam bahasa orang Ambon artinya Urungan atau tanggungan. Kopi Badati diartikansebagai membagi – bagikan kopi yang saat itu dilakukan untuk orang – orang yang berpartisipasidalam menjaga keamanan saat konflik terjadi. 15 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 November 2014.

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

50

tanpa memandang perbedaan. Oleh sebab itu yayasan ini berdiri untuk

membuka ruang pertemuan bagi anak – anak muda lintas agama untuk

dapat bekerja sama membawa pesan damai.16

Selain itu ia juga sebagai seorang pelatih, konselor, pekerja sosial,

peneliti dan fasilitator Living Values Education (LVE).Pada tahun 2010

ia pertama kali mengenal LVE atas ajakan temannya. Sejak menganl

LVE melalui beberapa pelatihan yang telah diikutinya, ia merasa bahwa

ini merupakan kesempatan yang luar biasa, karena pelatihan inilah yang

selama ini dicarinya dalam rangka proses kerja untuk perdamauan di

Maluku sejak awal kerusuhan. LVE digunakan Elsina E. Syauta –

Latuheru sebagai media untuk mmepromosikan perdamaian.

Elsina E. Syauta – Latuheru mulai menunjukan aksi sosialnya yang

sudah dibentuk sejak kecil oleh orang tuannya. Gerakan sosial pertama

kali ia lakukan dan karirnya dalam beraktifis dimulai sejak ia duduk di

bangku SMA. Kegiatan tersebut meliputi berbagai kegiatan

extrakulikuler yang dilakukan di sekolah antara lain gerakan pramuka,

kegiatan – kegiatan OSIS, dan lain – lain.

Hampir selama 20 tahun ia menekuni dan terlibat dalam bidang

kemanusian. Keluar masuk pedalaman bukan hal baru baginya dan

banyak hal yang telah dilakukannya mulai dari menangani pengungsi,

16Hasil Wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 November 2014

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

51

resolusi konflik, bidang pendidikan hingga pangan.17

Ia mulai beraktifis

dalam memberikan kontribusinya untuk terlibat dan mempunyai keingan

untuk mebuat orang – orang disekelilingnya merasa senang seperti yang

telah penulis paparkan sebelumnya diatas. Karena menurut Elsina E.

Syauta – Latuheru membuat orang – orang yang ada disekitarnya merasa

senang merupakan suatu sikap yang dilakukan untuk dapat membangun

kepercayaan diri.18

Selama 20 tahun ia terlibat dalam aktifitas kemasyarakatan Elsina

E. Syauta – Latuheru telah banyak di kenal oleh masyarakat Maluku. Ia

dikenal dengan sikap pemberaninya dan mau bergerak untuk dapat

membantu orang – orang yang ada di sekitranya.19

Bagi masyarakat Maluku sepak terjang Elsina E. Syauta – Latuheru

bagai Martha Christina modern bagi Maluku.Ia adalah salah satu

perempuan Maluku yang berani untuk maju dan bertindak bagi para

perempuan – perempuan Maluku pasca Konflik untuk mengobati trauma

– trauma batin dan kepercayaan diri mereka. Berikut ini merupakan

pendapat beberapa perempuan – perempuan Maluku yang mengenal

sosok Elsina E. Syauta – Latuheru:

Pendapat F, sebagai salah satu perempuan muslim yang melihat sosok

Elsina E. Syauta – Latuheru:

17http://liputan6.com/read/2050313/elsye-syauta-latuheru-pemeliharaan-perdamaian-maluku di unduh pada tanggal 25 november 2014

18 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 23 November 2014

19 Hasil wawancara dengan salah satu perempuan M.T di Desa Saparuapada tanggal 10 Desember 2014

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

52

“Sosok Elsye panggilan akrab Elsina E. Syauta – Latuheru sebagi salah satu

aktifis perdamaian Maluku yang berani dan peduli terhadap masyarakat, dalam hal

ini khususnya perempuan.Baginya Elsye merupakan orang yang berkomitmen

untuk memberikan sesuatu perubahan bagi perempuan.Ia mengenal sosok Elsye

sejak tahun 2012 yang saat itu menjadi juri teater nasional dan ikut terlibat dalam

setiap kegiatan – kegiatan yang perdamaian yang dilakukan oleh Elsye. Elsye juga

merupaan seorang perempuan yang hamble, sederhana, pekerja keras,

bersemangat dalam mencapai suatu tujuan untuk membantu orang.”20

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh D.T yang melihat

sosok Elsina E. Syauta-Latuheru, seperti :

Sosok Elsina E. Syauta – Latuheru sebagai sosok yang penuh insipirasi. Karena

beliau mempunyai banyak ide yang dilakukan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat (perempuam – perempuan Maluku).Selain itu Elsyemelihat kebutuhan

masyarakat sebagai suatu masalah yang harus diatasi.Selama ini pemerintah hanya

melihat kebutuhan masyarakat sebagai suatu hal yang harus diatasi dan peluang

untuk mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik.Tindakan – tindakan

yang dilakukan Elsye sangat berdampak positif untuk perempuan – perempuan di

Maluku pasca konflik.Lewat kegiatan LVE yang dibangun Elsye sendiri,

perempuan – perempuan Maluku sudah bisa menjadi kader- kader terdepan dan

bisa hidup mandiri. Selain itu menurut D.T apa yang dilakukan oleh Elsye

merupakan tindakan yang bijaksana, karena tidak semua orang dapat melakukan

hal – hal tersebut.21

Elsina E. Syauta – Latuheru dalam pandangan salah satu pemuda Kristen

A. W. N, berkata bahwa :

Menurutnya, Elsye Syauta – Latuheru adalah seorang yang deterministicsekali,

punya kemauan keras untuk menggapai apa yang dicita – citakan, contoh women

leader yang tidak pernah lelah. Sejauh ini yang terlihat lebih memintingkan

kepentingan untuk orang banyak bahkan waktu untuk keluarga jadi kurang karena

harus banyak terjun di yayasan dan lapangan. Sejauah pandangn saya beliau

melakukan semua ini untuk membuat orang – orang “kurang” disekililingnya

merasa senang dan apa yang dilakukan berdampak positif bagi mereka. Dampak

dari tindakan yang dilakukan terhadap perempuan – perempuan Maluku tentunya

untuk pemberdayaan pribadi mereka masing – masing.Dalam melakukan sesuatu

hal pasti kita sering menumukan kendala. Hal itu juga yang saya lihat, kendala

yang dialami Usi Elsye tentunya ada, apalagi sebagai orang luar/baru yang mau

20Hasil wwancara dengan F salah seorang pengurus yayasan Parakletos, pada tanggal 18 desember 2014. 21Hasil wawancara dengan salah seorang perempuan muslim D.T , pada tanggal 18 desmber 2014.

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

53

mencoba dekati masyarakat untuk memberdayakan mereka, tapi sejauh ini

komunikasi skills bagus sekali untuk membuka hubungan baik dengan raja – raja

dan masyarakat mereka. Sesuatu yang mungkin bagi saya sendiri belum mampu

untuk dapat melakukannya.Harapan saya kedepan, spirit sudah sangat bagus,

berharap kaderisasi tetap berjalan agar tidak hanya sampai di Usi Elsye saja tetapi

juga pada generasi – genarasi selanjutnya.22

3.3Alasan Elsina E. Syauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan –

perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik

Perempuan tidak pernah dilibatkan bahkan sering tidak dianggap

penting dalam proses perdamaian meskipun dalam kehidupan sehari – hari

perempuan memiliki inisiatif yang kreatif dalam membangun perdamian.

Bergelar Sarjana Perikanan dari Universitas Pattimura tapi sangat

konsen untuk selalu memajukan wanita Maluku, terutama di

kepulauannya. Pantang menyerah tidak pernah ada dalam kamus

hidupnya demi memajukan kaum perempuan.Kecintaannya yang kuat

pada tanah kelahirannya sepertinya membuat perempuan kuat yang

bernama lengkap Elsina E. Syauta - Latuheru ini tidak mau dibayang-

bayangi oleh trauma akan kejadian kerusuhan yang sempat melanda

daerah kelahirannya beberapa tahun yang silam. Buat Elsye saatnya

bangkit dan berjuang, tentunya berjuang saat ini bukan lagi menggunakan

bambu runcing seperti jaman Martha Christina Tiahahu pahlawan

perempuan asal Maluku.23

22 Hasil wawancara dengan salah seorang pemudi Kristen A W. N pada tanggal 22

November 2014 23 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 20 November 2014

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

54

Menurut Elsina E. Syauta-Latuheru menggerakan perempuan –

perempuan di Maluku untuk perdamaian merupakan suatu cara yang tidak

mudah. “Kita bisa menggerakan mereka untuk membuat perdamaian

adalah dengan cara bagaimana kita bisa memulai berdamai dengan diri

sendiri baru bisa melakukan perdamaian dengan orang lain /

lingkungannya”.24

Living Values Education adalah salah satu program yang

dilakukan untuk menghidupkan nilai – nilai dalam diri kita.Bagi Elsye

berbicara tentang pendidikan tidak hanya fokus pada ilmu-ilmu saja, tetapi

juga pada nilai-nilai yang memungkinkan orang untuk saling menghormati

dan hidup harmonis, pendidikan membantu perbaikan dan memperkuat

kondisi pikiran untuk bereaksi terhadap apa yang terjadi di dunia luar.25

Mengapa Elsye lebih memfokuskan untuk menggerakan

perempuan – perempuan dibandingkan laki – laki atau masyarakat secara

utuh? Alasan pertama, karena ia memiliki latar belakang sebagai seorang

perempuan. Bagi Elsina E. Syauta – Latuheru ia lebih tertarik dalam

menggerakan perempuan karena ia sendiri mempunyai latar belakang

sebagai seorang perempuan. Sentuhan pertama itu akan lebih gampang jika

dilakukan oleh sesama perempuan. Kedua, perempuan dianggap sebagai

kaum yang lemah dan selalu diposisikan dibelakang kaum laki –

laki.Keberadaannya sebagai seorang perempuan tidak menjadi alasan

utama bagi Elsye untuk melakukan tindakan kemanusiaannya ini.

24Hasil wawancara dengan Elsye. Syauta-Latuheru pada tanggal 20 Novermber 2014

25http://www.thejakartapost.com/news/2013/09/24/elsye-syauta-latuheru-spreading-peace-among-youth.html

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

55

Menyadari akan pandangan universal yang telah dibangun selama ini

mengenai perempuan dalam kehidupan sosial bahkan budaya orang

Maluku bahwasanya mereka ialah kaum yang lemah dan mestinya di

tempatkan pada posisi belakang laki-laki menjadi motivasi besar bagi

Elyse untuk membuktikan bahwa paradigma semacam demikian tidak

menjadikan dirinya sebagai seorang perempuan Maluku bersikap diam dan

tidak bergerak melakukan perubahan sosial. Ketiga, perempuan tidak

pernah dianggap atau dilibatkan dalam artian bahwa perempuan selalu

disampingkan. Kenyataan yang terjadi di Maluku sebelum konflik dan

pasca konflik ialah perempuan selalu di tempatkan diantara posisi laki –

laki sebagai sumber patriakal sehingga perempuan tidak bisa bergerak.

Budaya patriakal merupakan salah satu budaya masyarakat Maluku dalam

tatanan kehidupan sosial yang masih dipupuk hingga sekarang

ini.Parahnya, ketika masyarakat Maluku menghidupi budaya seperti ini

terkhusus bagi kaum laki-laki mereka cenderung mengesampingkan

perempuan tegas Elsye.Pasca konflik seolah telah menjadikan budaya

patriakal tersebut tumbuh subur dalam tatanan kehidupan sosial

masyarakat Maluku.Keempat, Perempuan hampir tidak diberikan ruang

untuk melihat dunia luar dengan cara mereka sendiri. Bagi Elsye budaya

patriakal telah menjadi bagian yang sistematis dalam kehidupan

masyarakat maluku. Melihat hal itu Elsye yang adalah seorang perempuan

Maluku telah bertahun-tahun hidup dalam budaya tersebut termotivasi

untuk menggerakan perempuan-perempuan Maluku melakukan perubahan

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

56

bukan hanya berkaitan dengan pemahaman budaya patriakal tersebut tetapi

bagaimana bersikap menciptakan perubahan dalam kehidupan masyarakat

Maluku pasca konflik agar mereka pun melihat bahwa Maluku sebenarnya

memiliki perempuan-perempuan hebat yang punya kontribusi besar bagi

pembangunan masyarakat.26

Tidak hanya itu, gerakan yang dilakukan oleh Elsye juga bertujuan,

agar perempuan Maluku tidak dipandang sebelah mata yang hanya ada

dibawah pengaruh kaum patriakal, namun menurutnya perempuan juga

memiliki peranan ganda.Mereka dapat memposisikan diri mereka baik

sebagai pelindung, pengayom dan juga kaum yang dapat membuat suatu

perubahan.Dengannya, Elsye mempunyai sebuah keinginan yang besar

untuk dapat membangun sekolah bagi para kaum perempuan.Tujuan dari

didirikannya sekolah tersebut ialah untuk melahirkan perempuan –

perempuan Maluku yang siap menjadi pemimpin dan berani untuk

memperjuangkan Maluku apapun kondisinya.Selain itu menurut Elsye,

Perempuan Maluku memiliki semangat dan kemampuan kerja

keras.Keterasingan mereka di daerah kepulauan menuntut mereka

berkemauan kuat dan berusaha lebih keras untuk sama-sama bisa bertahan

dan melanjutkan hidup seperti halnya kaum perempuan di daerah wilayah

daratan (kontinen). Ungkapan lain juga yang diungkapkan Elsye “Bagi

saya, perempuan Maluku adalah perempuan yang kuat, mengapa? Karena

perempuan adalah central dalam rumah tangga dimana perempuan disini

26Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014, pukul 16.00 WIT

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

57

mempunyai fungsi yang sangat menentukan, dimana dia harus dapat

bertindak sebagai ibu diapun merupakan orang yang mempunyai akses

terdekat dengan suaminya.Sehingga bilamana perempuannya tidak

tangguh maka rumah tangga tidak akan stabil," begitu paparan Elsye

tentang pandangannya terhadap perempuan.27

Banyak hal yang menjadi inti pemikiran Elsye untuk menjadikan

perempuan Maluku tangguh, kuat, mandiri berdaya guna bagi Maluku.

Dalam kenyataannya sejak terjadinya kerusuhan, banyak perempuan-

perempuan Maluku yang mengalami trauma. Inilah kesempatan bagi

Elsye untuk mendampingi mereka dan berusaha mengatasi rasa trauma

tersebut. Elsye mengajarkan bagaimana agar dapat bertahan (survive)

dalam menghadapi kehidupan.Disini Elsye berusaha fokus untuk

mempersiapkan pemimpin perempuan yang produktif.

Gerakan sosial yang dilakukan Elsye Syauta Latuheru untuk

menggerakan perempuan – perempuan di Maluku bertujuan untuk

mewujudkan suatu perubahan yang lebih baik demi menciptakan

perdamaian pasca konflik.Dalam usahanya “Elsina E. Syauta – Latuheru”

selalu menguatkan peran perempuan untuk berpartisipasi dalam upaya

perdamaian dan pembangunan perdamaian di wilayah pasca

konflik.Namun untuk menciptakan perdamaian pasca konflik yang terjadi

di Maluku tentunya bukan hal yang mudah.Dibutuhkan banyak waktu,

27Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014, pukul 16.15 WIT

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

58

strategi, dan energi untuk menyakinkan masyarakat pasca

konflik.Menghilangkan trauma perempuan-perempuan Maluku dan

menciptakan kembali harapan-harapan baru bagi mereka di tanah mereka

sendiri membutuhkan perjuangan yang keras.Sebab ketika terjadinya

konflik, ada jurang pemisah yang besar antara Islam dan Kristen di

Maluku yang berakibat kepada krisis kepercayaan antara agama.28

Hal ini

merupakan salah satu faktor penghambat bagi para aktivis perdamaian

untuk melakukan misi perdamaian di Ambon, Maluku. Namun semangat

untuk tetap melakukan perdamaian tetap dilakukan oleh Elsina E. Syauta

Latuheru walaupun banyak hal yang menghambat niat baiknya itu.Elsina

E. Syauta Latuheru selalu berusaha untuk menjembatani perempuan –

perempuan Maluku yang menjadi korban dari konflik yang terjadi dalam

rangka untuk mengakhiri luka yang dirasakan pasca konflik dan mencari

solusi yang produktif dalam membangun perdamaian yang berkelanjutan.29

3.4 Tindakan - tindakan yang di lakukan Elsye Syauta-Latuheru dalam

menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk Perdamaian

pasca Konflik

Sudah hampir 20 tahun Elsye Syauta – Latuheru tekun sebagai

seorang pekerja sosial di Maluku. Selama itu pulalah Elsye tidak pernah

bosan untuk terus mengembangkan konsep dan program Pembangunan

28Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 22 Desember 2014 29Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014, pukul 16.30 WIT

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

59

terhadap para perempuan Maluku Damai melalui pendekatan

pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi. Elsye mengawali kegiatannya

tersebut dengan Membangun dan Menguatkan Karakter Pendidikan

masyarakat Maluku melalui pendidikan Menghidupkan Kembali Nilai-

nilai Kehidupan (Living Value Education).Ia sudah terlibat dalam berbagai

aktifitas perdamaian untuk mendampingi masyarakat yang ada di Maluku.

Ada banyak kegiatan – kegiatan perdamaian yang ia gagas yang telah ia

lakukan pada awal kerusuhan yang terjadi di kota Ambon misalnya, Elsye

Syauta Latuheru turut terlibat dalam pengambilan dan penanganan

pengungsi, tetapi bukan hanya masalah konflik yang menjadi fokus

utamanya. Ia juga turut terlibat secara langsung dalam persoalan

kemanusiaan lainnya misalanya, dalam persoalan yang berkaitan dengan

dunia anak dan perempuan, pendidikan, resolusi konflik dan trauma

healing. Kemudian setelah sekian lama konflik di maluku telah di

pulihkan, ia tidak berhenti dalam melayani misi kemanusian yang ada di

maluku. Kedamaian yang telah bersama-sama diciptakan kembali

terganggu, konflik yang sudah tujuh tahun berhenti kembali terjadi pada

tahun 2011.Sehingga membuat tokoh-tokoh perdamaian yang ada di

Maluku harus berupaya keras dalam kembali mengusahakan langkah-

lankah untuk kembali menciptakan sebuah perdamaian di tengah-tengah

masyarakat maluku.Elsye Syauta – Latuheru mempunyai inisiatif untuk

membuka ruang pertemuan antar anak muda (Kristen dan Isalam) untuk

mencari solusi yang baik untuk konflik tersebut, selain itu dengan

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

60

melaksanakan kegiatan budaya yang melibatkan pemuda Kristen dan

Muslim dalam event 1000 cinta untuk maluku, dengan maksud agar

kegiatan ini memberikan rasa cinta yang dalam bagi daerah tempat tinggal,

tetapi juga penghormatan dan penghargaian bagi nilai-nilai luhur yang

sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan salah satu jembatan

perdamainan yang digunakan oleh para toko perdamaian dalam

mewujudkan perdamain setelah mengalami konflik panjang antara tahun

1999 – 2004 di seluruh Maluku. Selain sebagi perintis perdamaian, ia juga

dalam perjuangannya bukan hanya untuk menyelesaikan konflik saja,

tetapi ia juga turut berjuang membantu pembangunan pasca konflik.

Pembangunan yang ia lakukan bukan hanya terlibat dalam soal

pembangunan fisik yang kelihatan saja, seperti bangunan dan sebagainya,

tetapi ia mempunyai peran besar dalam membantu membangun kembali

psikis dari para korban maupun keluarga korban, sehingga melalui proses

tersebut dapat mempunyai pengaruh yang lebih besar lagi dalam mewujud

nyatakan perdammaian yang ada di maluku. 30

Selain itu ia juga turut serta

mendampingi dan menggerakan para perempuan – perempuan yang ada di

Maluku untuk turut serta terlibat secara langsung untuk menciptakan dan

merealisasikan perdamaian pasca konflik. Dalam merealisasikan usahnya

tersebut ia menciptakan berbagai kegiatan yang nantinya menjadi jalan

untuk membantu dirinya tetapi juga perempuan-perempuan yang akan

membantunya dalam menciptakan suasana perdamaian di maluku. Wujud

30Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 22 desember 2014

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

61

nyata dari tindakan – tindakan Elsina Syauta – Latuheru di bangun dalam

yayasan Parakletos yang didirikan oleh Elsina Syauta – Lateheru

sendiri.Elsye panggilan akrabnya juga bekerja sebagai Direktur Yayasan

Parakletos.Sejak tahun 2001 ia mendirikan Yayasan Parakletos.

Parakletos diambil dari bahasa yunani yang berarti penghibur.31

Banyak hal

yang telah Yayasan Parakletos geluti, bergerak dalam bidang pendidikan

dan kebudayaan, dengan memanfaatkan moment Nasional dan Daerah.

Bukan hanya itu saja banyak bidang sosial kemanusian yang telah

dilakukan. Tujuan dari didirikannya yayasan ini ialah ia ingin membawa

pesan damai dengan mengingatkan manisnya hidup bersama tanpa

memandang perbedaan. Oleh sebab itu yayasan ini berdiri untuk membuka

ruang pertemuan bagi anak – anak muda lintas agama untuk dapat bekerja

sama membawa pesan damai tanpa memandang perbedaan agama.

Berdasarkan dari apa yang menjadi tujuan Elsye Syauta-Latuheru dalam

berkarir maka ia dengan penuh semangat dan perjuangannya untuk dapat

mendirikan yayasan terebut. Sejak tahun 2012 The Asia Foundation (TAF)

menjadi salah satu mitra kerja dari yayasan Parakletos.32

Elsye Syauta-

Latuheru juga melibatkan pemuda pemudi dari lintas agama untuk bekerja

sama dalam menjalankan tugas di Yayasan Parakletos tersebut. Bukan saja

itu, beberapa komunitas dari berbagai kompenen pun ikut terlibat dan

bekerja sama dengan yayasan Parakletos, antara lain Kelompok komunitas

pencinta alam, komunitas anak muda maluku, dan Angkatan Muda-Gereja

31 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 desember 2014

32Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 15 desember 2014, pukul 11.00 WIT

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

62

Protestan Maluku. Ia tentunya tidak bekerja sendiri di yayasan tersebut

namun, ia memiliki beberapa staf dari kalangan pemuda – pemudi Kristen

dan Islam. Kegiatan – kegiatan besar yang dilakukan yayasan Parakletos

yang dibangun Elsye Syauta Latuheru, antara lain :33

1. 1000 cinta untuk Maluku, merupakan serangkaian kegiatan yang

didalamnya memadukan unsur budaya, seni, wisata dan pemberdayaaan

ekonomi dalam kemasan festival, ekspedisi dan penyusunan Road Map

Strategy Pembangunan Maluku Damai, sekaligus juga merupakan ujung

tombak pemberdayaan masyarakat denga tujuan agar Maluku bias bangkit

dan keluar dari posisi sebagai daerah termiskin nomor 3 (tiga).Kegiatan

yang dibuat dalam festival 1000 Cinta untuk Maluku adalah :

Seminar Road Map Strategy *Pembangunan Maluku Damai dengan

tujuan untuk menemukan suatu pendakatan yang harmoni, sinergi,

dan energy dalam menghadirkan dan membanagun kehidupan yang

damai di bumi Maluku, sekaligus berusaha menciptakan peluang

kerja baru bagi generasi muda khususnya dalam industry kreatif,

yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan

pengembangan ekonomi daerah.

Ekspedisi potensi pariwisata, seni, budaya, tokoh dan karya bagi

bangsa yang menjadi mutiara dari Maluku, dan dikemasi dalam

item kegiatan berikut:34

a. 1000 lukisan

33Data dari yayasan parakletos 34 Data yang di ambil dari yayasan Parakletos

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

63

b. 1000 lagu

c. 1000 artis

d. 1000 rupiah

e. 1000 lilin

f. 1000 lampion

g. 1000 leader

h. 1000 tokoh

i. 1000 foto

j. 1000 tanda tangan

k. 1000 pohon

l. 1000 jam

m. 1000 menit

n. 1000 detik

2. Damai dari Betaadalah semboyan untuk melakukan suatu hal yang

berdampak positif (perubahan) yang berawal dari diri sendiri sehingga

dapat diikuti oleh yang lain, dan pada nantinya dapat menjadi kekuatan

besar untuk memajukan Maluku.

3. Ekspedisi 1000 pulaubertujuan untuk menemukan, mengungkapkan dan

memaknai harta terpendam pada setiap pulau yang dipijak, dan bersama

msayarakat mengelola serta memberikan nilai tambah dan keluar dari realita

kemiskinan yang dipunggungi, bagi penikatan mutu hidup dan menjadikan

pulau-pulau tersebut sambung menyambung menjadi satu serta layak

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

64

dikunjungi dan dinikmati oleh pengunjung dari berbagai belahan dunia.

Adapun kegiatan dalam Program Ekspedisi 1000 Pulau adalah:35

Festival Timba Laor: festival ini merupakan salah satu kegiatan yang

telah menjadi rutinitas masyarakat Maluku. Dalam kegiatan ini,

dalam budaya Maluku perempuan selalu berperan untuk aksi

mengangkat laor dan meletakannya di tempat yang telah tersedia.

Kegiatan ini diikuti oleh perempuan – perempuan Maluku Kristen

dan Islam. Tujuan kegiatan ini dilakukan adalah untuk mempereray

hubungan perempuan – perempuan Maluku yang terlibat dalam

konflik.

Festival Heroes From Lease merupakan sebuah festival perdamaian

yang mengangkat Pattimura sebagai cikal bakalnya. Kegiatan yang

dilakukan dalam festival ini ialah kegiatan workshop pendidikan

toleransi beragama.

Festival Martha Chritina Tiahahu merupakan salah satu kegiatan

yang diadakan dengan kegiatan kampanye dan sosialisi perjuangan

dari salah satu pahlawan perempuan Maluku yaitu Martha Christina

Tijahahu dalam bentuk festival perdamaian. Festival ini dilakukan

ditanah kelahiran dari Martha Christina Tijahahu di pulau Nusalaut

desa Abubu.

Festival 1000 pulau

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan di dalamnya berupa :

35Data yang diambil dari Yayasan Parakletos serta wawancara dengan Elsina E. Syauta - Latuheru

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

65

a. 1000 perpustakaan kotak (Books in the box)

b. Gerakan Kamboti, Gerakan Kebersihan Pantai sebagai persiapan

untuk acara timba laor. Hal ini dilakukan di Negeri Ullath dan

Akon. Sampah plastik sepanjang pantai dibersihkan secara

berame-rame. Gerakan tersebut dilakukan oleh para perempuan –

perempuan dari Negeri Ulath dan Akon.

c. Training MBE (Mind Fullndes Education)

d. Rumah singgah wisatawan (Hime Stay)

e. Industri anak negeri

4. Training on Tolerance Educational and Peace-building for one addition,

adalah kegiatan pelatihan perdamaian dengan pendekatan pendidikan nilai.

5. Training MBE (Mind Fullneds Education).salah satu program dalam

Ekspedisi 1000 Pulau (E1000P), pendidikan alam dengan pendekatan

pendidikan nilai.

6. Workshop on Tolerance Education and eace-buillding for youth, kegiatan

pelatuhan pendidikan perdamaian melalui pendidikan nilai dalam Living

Values Education.

7. Monev and meeting Living Values Educationadalah kegiatan untuk

mengevaluasi, memantau dan mengamati dampak/perubahan positif ataupun

negative dari pelaksanaan pendidikan nilai yang telah dilaksanakan oleh

Yayasan Parakletos dalam workshop LVE. (mengukur range perubahan dari

sebelum dan sesudah workshop LVE).

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

66

8. Pelaksanaan Peace Silentpendidikan nilai dengan maksud bahwa peserta

(siswa-sisiwi SMA Negeri 3 Ambon) sebelum memulai aktivitas belajar

mereka mendengan instrument lagu LVE dan kemudian mendengar pesan

positif serta menyebutkan nilai seperti Hebat, kasih sayang, kuat, cerdas,

bahagia, dll yang bersifat penyemangat selama 3 bulan pelaksanaan dalam 1

bulan 4 kali.

9. Pemutaran Film Perdamaian bertujuan untuk menyatukan persepsi atau

pandangan tentang budaya pluralisme di Maluku juga upaya untuk

membudayakan budaya Pela Gandong yang telah ada di Maluku

(aktivitasnya; pemutaran film perdamaian seperti The Imam and The Pastor,

berdiskusi, sharring dll)

10. Pendampingan Living Values Educationbertujuan untuk mengawal secara

intens kegiatan Workhsop yang telah dilaksanakan oleh Yayasan Parakletos

11. Seminar Pembangunan Karakter Berbasis Nilaiupaya mengembangkan

kapasitas bagi pemuda ataupun kelompok komunitas ojek di kota Ambon

untuk mengedepankan setiap nilai dasar dengan tetap pendidikan nilai.

12. Workshop Living Values Educationbertujuan untuk Mengenal LVEP dan

kerangka kerja yang bisa digunakan untuk menerapkan pembelajaran

berbasis nilai dalam suatu sistem, Menggali keterampilan menciptakan

suasana bermuatan nilai, Berpartisipasi dalam proses terbuka & aktif,

menggali cara untuk mengekspresikan dan mencontohkan nilai, Bersama

tim merasakan kegiatan bermuatan nilai untuk anak-anak, Bekerja sama

dengan pendidik lain yang memiliki komitmen pada pengembangan diri

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

67

yang positif demi anak-anak, Menumbuhkan semangat keterlibatan dengan

LVEP & pendidikan berbasis nilai, Semakin mengenali komponen yang ada

dalam Buku Panduan Pelatih LVE dan Memahami pentingnya pelatih

menciptakan suasana bermuatan nilai menghargai dan menyayangi semalam

proses Pelatihan LVE bagi Pendidik.

Semua kegiatan yang dilakukan oleh yayasan ini adalah dengan

tujuan untuk dapat menyalurkan damai bagi Maluku.Dalam kegiatan –

kegiatan yang digagas Elsye Syauta – Latuheru lewat yayasan tersebut

diikuti bukan hanya dari agama Kristen atau muslim saja tapi mereka

melibatkan pemuda – pemudi dari lintas agama. Selain itu kegiatan-kegiatan

yang dilakukan secara bersama-sama dengan perempuan-perempuan yang

menjadi korban konflik ada Beberapa diantaranya:36

1. Pelatihan peningkatan ekonomi dan peningkatan kapasitas bagi

kaum perempuan dari banyak komunitas baik Islam maupun

Kristen.

2. Pendampingan terhadap perempuan – perempuan janda,

pendampingan bagi perempuan – perempuan janda ini ia lakukan

agar mereka tidak terus larut dalam kesedihan pasca konflik

kehilangan suami mereka. berbagai kegiatan ia lakukan bersama

mereka.

36Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014,

pukul 17.00 WIT

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

68

3. Pendampingan terhadap anak – anak, dan

4. Pelatihan Living Values Education (LVE).

5. Inisitaor Program Coffie Badati suatu kegiatan anak muda untuk

perdamian melalui kegiatan budaya dan pengembangan sosial

enterpreuner, kegiatan Festival 1000 cinta untuk maluku.

Umumnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan generasi

muda yang Aktif, kreatif dan inovatif, Orientasi wirausaha, Optimis untuk

menjadi mandiri, Mampu mengelola sumberdaya alam secara bijak untuk

menerima manfaatnya, Berwatak sosial, saling percaya dan memiliki

semangat kooperatif untuk mengembangan komunitas, Berpikir jangka

panjang dan mampu merencanakan masa depan finansialnya.

Dengan adanya tindakan – tindakan yang dilakukan oleh Elsye dan

juga perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik

tersebut maka mereka akan tidak mudah untuk terprovokasi dengan keadaan

yang akan memunculkan konflik. Oleh sebab itu Elsinaye Syauta – Latuheru

melakukan tindakan – tindakan tersebut sebagai sebuah tindakan untuk

pencegahan.Tentunya dalam melakukan tindakan – tindakan atau gerakan –

gerakan sosial tersebut, Elsye tidak hanya melakukanya begitu saja. Namun

ada gerak langkah yang ia gunakan agar dapat mengalami sebuah perubahan,

gerak langkah yang dilakukan Elsye antara lain seperti :37

37Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

69

1. Bersentuhan langsung, dengan metode ini ia dapat melakukan sentuhan

langsung atau kontak langsung dengan para perempuan perempuan

tersebut. Agar apa yang ingin ia sampaikan kepada mereka dapat langsung

tersampaikan.

2. Menanyakan kebutuhan apa yang diperlukan. Tanpa mengetahui apa

kebutuhan mereka, tentunya ia tidak mungkin bisa melakukan apa – apa.

Oleh sebab itu metode ini saya gunakan agar sebelum saya bertindak, saya

telah mengetahui apa saja kebutuhan - kebutuhan yang mereka inginkan.

Setelah mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka, kemudian kita

sendiri punya apa yang akan kita pakai untuk memenuhi kebutuhan itu.

Karena ketika kita tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka maka kita

bisa tahu apakah kita bisa melakukannya atau tidak.

3. Memberikan kekuatan spiritual. Dengan metode ini saya lakukan agar

mereka dapat bangkit dari keterpurukan mereka, baik secara fisik maupun

moral. Karena tanpa spritualitas akan muncul sebuah kekosongan dalam

jiwa yang dapat berpengaruh dalam kehidupan mereka, sehingga jika tidak

bisa diatasi dengan baik dapat membuat mereka tenggelam dalam

kejatuhan tersebut pasca konflik dan tidak mungkin akan mendapatlan

kedamaian.

4. Pelatihan Living Values Education. Kegiatan pelatihan ini dilakukan agar

mereka dapat mengenal nilai - nilai apa saja yang ada dalam diri mereka.

Dan dengan nilai – nilai tersebut mereka dapat mengembangkan diri

mereka untuk mencapai sebuah perubahan pasca konflik yang mereka

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

70

alami. Metode untuk menghidupkan nilai merupakan sesuatu yang

universal. Nilai tersebut sudah ada dalam diri kita sebagai manusia.

Perempuan baru bisa berubah ketika ia bisa membuat perubahan dengan

meningkatkan kapasitas dia sebagai perempaun. Karena dengan

meningkatnya kapasitasnya maka ia bisa menemukan cara – cara baru

secara efektif untuk menjawab masalah – masalahx. Oleh sebab itu untuk

dapat meningkatkan kapasitasnya maka yang dibutuhkan adalah nilai –

nilai kehidupan tersebut.

Hal – hal tersebut yang di gunakan Elsye Syauta- Latuheru sebagai

gerak langkah untuk mencapai sebuah perubahan pasca konflik yang

terjadi. Agar ia bisa mendekatkan diri dengan masyarakat – masyarakat

dalam hal ini dengan para perempuan – perempuan Maluku agar dapat

menciptakan perdamaian pasca konflik yang kita alami bersama.38

Dari semua tindakan – tindakan yang telah dilakukan oleh Elsina

E. Syauta – Latuheru, maka ia sering di sebut sebagai Martha Chritina39

muda bagi Maluku, karena peranan dan perjuangannya yang dilakukan

bagi masyarakat Maluku terutama para perempuan – perempuan

Maluku. Sosok Elsina E. Syauta – Latuheru merupakan

sosokperempuan pemberani yang mampu memimpin dengan tegas dan

38 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 desember 2014 39 Martha Christina : Seorang pahlawan perempuan asal Maluku

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

71

berjuang untuk memperjuangkan hak – hak para perempuan yang

terindas.40

Elsina E. Syauta – Latuheru di mata para perempuan – perempuan

Maluku sangat istimewa, lewat tindakan – tindakan yang dilakukan serta

pengorbanannya yang begitu besar bagi mereka, membuat ia menjadi

teladan bagi banyak orang. Sebagai para perempuan Maluku mereka

bangga karena masih ada sosok perempuan yang ingin berjuang

dengan semua tindakan yang dilakukannya untuk dapat membuat

orang lain senang dan hidup damai.41

3.5 Dampak dari tindakan yang dilakukuan Elsina E. Syauta-Latuheru

dalammenggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian

pasca konflik.

Sejauh ini, selama berkarir dan memberi diri untuk terjun dalam

kegiatan kemanusian untuk membangun perdamaian di Maluku Pasca

Konflik yang terjadi, Elsina E. Syauta – Latuheru dalam aktifitas atau

kegiatan – kegiatan yang ia lakukan untuk menggerakan para perempuan –

perempuan di Maluku berdampak positif bagi mereka. Menurut Elsye,

perempuan – perempuan yang ia kunjungi mengalami pencerahan pasca

konflik. Mereka mengakui bahwa ketika kehadiran Elsye mereka

mengalami sesuatu perubahan yang membuat mereka sembuh dari rasa

trauma serta emosional yang tak pernah dapat terkontrolkan akibat konflik

40 Hasil wawancara dengan J.H pada tanggal 5 Januari 2015 41 Hasil wawancara dengan D.T pada tanggal 18 desember 2014

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

72

yang mereka rasakan.42

Selain itu ketika Elsina E. Syauta - Latuheru

melakukan salah satu program pendampingan Berbasis Nilai di Desa

Saparua dan yang mengikuti kegiatan tersebut sebagian besar adalah

kelompok – kelompok perempuan maka tanggapan positif pun dilontarkan

salah seoranatakan bag ibu yang mengatakan bahwa setelah beberapa kali

mengikuti kegiatan atau program berbasis Nilai yang dibawakan oleh

Elsina Syauta – Latuheru sangat berdampak positif bagi dirinya. Ia dapat

menghidupkan nilai – nilai yang diajakrkan baik dalam lingkungan sosial,

keluarga, maupun di Sekolah karena beliau adalah seorang Guru di salah

satu sekolah di desa Saparua. Ia merupakan seorang guru yang

tempramental namun ketika Elsina Syauta – Latuheru hadir dengan

program berbasis nilai yang bertujuan untuk menghidupkan nilai – nilai

yang ada dalam diri kita maka ia merasakan dampak positif yang terjadi

dalam diri pribadinya.43

3.6 Kendala yang dialami Elsina Syauta-Latuheru dalam menggerakan

Perempuan – Perempuan di Maluku pasca konflik

Menurut Elsina Syauta – Latuheru yang adalah seorang pejuang

bagi Maluku, ia mengukapkan bahwa, tentunya dalam memperjuangkan

perdamaian yang terjadi pasca konflik ia juga tentunya mengalami kendala –

kendala dalam perjuangannya. Namun bagi ia sendiri kendala – kendala tersebut

42Hasil wawancara dengan salah seorang perempuan muslim di desa Negri Lima, pada tanggal 12 Desember 2014 43Hasil wawancara dengan salah seorang guru di desa Saparua, pada tanggal 10 Desember 2014

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

73

tidak membuatnya menjadi putus asa untuk terus maju dan berjuang menciptakan

perdamaian. Kendala – kendala yang ia alami antara lain :44

1. Faktor Ekonomi

Pendanaan merupakan salah satu faktor utama dalam perjuangan

Elsina Syauta –Latuheru untuk menggerakan perempuan – perempuan

di Maluku untuk perdamaian pasca konflik. Namun bagi Elsye,

ekonomi dalam hal ini pendanaan bukanlah menjadi masalah bagi dia

untuk terus berjuang mencapai sebuah perdamaian atau mencapai

sesuatu hal yang kita inginkan yang membawa dampak. “bagi saya

uang bukanlah hal yang penting ketika kita ingin maju dan berjuang

untuk mencapai sesuatu hal yang membawa perubahan dalam diri kita

dan banyak orang. Kurang lebih 12 tahun, saya bekerja tanpa

mendapatkan gaji, namun saya masih bisa terus berjuang untuk

memberikan sesuatu yang berharga bagi orang – orang yang ada

disekitar saya, dalam hal ini saya masih mempunyai tenaga dan pikiran

yang dapat saya sumbangkan bagi mereka.”45

Ungkap Elsina Syauta –

Latuheru dalam wawancara yang penulis lakukan.

2. Faktor wilayah

Faktor wilayah menjadi salah satu kendala yang dialami oleh

pejuang kaum perempuan tersebut. Mengapa permasalahan wilayah

menjadi sebuah hambatan atau kendala bagi dirinyakarena wilayah –

45Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru dalam kegiatan Hening MCT, pada tanggal 2 januari 2015

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

74

wilayah yang ia kunjungi memerlukan transportasi, tenaga, bahkan

waktu yang berjam – jam untuk sampai di wilayah tersebut.

“Terkadang saya harus menahan rasa takut dan berusaha

memberanikan diri ketika dihadapkan dengan gelombang laut yang

begitu menakutkan”. Namun berdasarkan tuturannya ia mencoba untuk

terus memberanikan diri karena akan selalu diperhadapkan dengan

situasi dan kondisi wilayah yang seperti ini.

3. Faktor Pemerintahan

Selama Elsina Syauta – Latuheru menjalankan aktifitasnya sebagai

seorang aktifis perempuan dan kemanusian, kurang lebih 12 tahun ia

tidak mendapat dukungan langsung dari pemerintah. Dengan semangat

dan perjuanganya serta kerja keras yang ia lakukan ia terus berjuang

walaupun tanpa ada dukungan dari para pemerintah setempat. Selain

itu ia juga mengatakan bahwa “Pemerintah terkadang tidak pernah

mau memikirkan bagaimana cara untuk membuat perubahan yang

terjadi bagi masyarakat pasca konflik. Selama ini apa yang mereka

lakukan tidak berjalan dengan baik, sehingga terkadang menjadi

tantangan atau hambatan juga bagi apa yang akan beta lakukan”.

Karena bagi masyarakat mereka lebih menghargai apa yang dilakukan

untuk mereka dengan sungguh – sungguh daripada yang hanya datang

dan pergi tanpa ada hasil yang mereka peroleh. Oleh sebab itu ketika

pemerintahan tidak menjalankan tugas dan fungsi mereka dengan baik

untuk bertanggung jawab atas para korban konflik maka hal tersebut

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Keadaan Provinsi Malukurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12400/3/T2_752013030_BAB... · diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, ... Ambon 11 Nopember

75

juga akan menjadi kendala bagi Elsina Syauta – Latuheru ketika ia

ingin memperjuangkan mereka dan membantu untuk menciptakan

perdamaian pasca konflik yang terjadi.