bab iii gambaran umum gereja baptis indonesia di...

21
38 BAB III GAMBARAN UMUM GEREJA BAPTIS INDONESIA DI KELURAHAN SUMUREJO A. SEJARAH UMUM GEREJA BAPTIS Ketika Reformasi terjadi pada awal abad ke-16, banyak orang merasa kurang puas dengan apa yang telah dilakukan oleh Luther maupun Calvin. Mereka mengharapkan perubahan yang radikal dari Gereja Katolik Roma. Sebagian dari mereka kemudian melakukan perombakan-perombakan sendiri terhada gereja pada waktu itu, khususnya dalam hal hubungan antara gereja dan negara dan baptisan. Gereja dan negara, menurut mereka, harus sama sekali dipisahkan, sehingga tidak akan terjadi lagi penguasaan oleh salah satu lembaga terhadap yang lainnya. Baptisan, menurut mereka, harus dilakukan kepada orang yang benar-benar mengaku percaya. Dengan demikian baptisan anak tidak sah. Mereka yang telah dibaptiskan pada masa bayi, harus dibaptiskan ulang dengan baptisan yang sah. Oleh karena itulah oleh orang-orang Katholik maupun Protestan mereka dijuluki kaum Anabaptis, atau orang-orang yang membaptiskan kembali. Pada abad XVII di Inggris, orang-orang ini mulai menggunakan nama Baptis sebagai nama diri mereka. Kelompok Baptis ini berkembang dari kaum Separatis di Inggris, yang merasa bahwa kelompok itu tidak cukup radikal dalam memisahkan diri mereka dari ajaran dan praktek Gereja Inggris. Mereka pun dianggap kurang setia terhadap ajaran-ajaran Alkitab. Orang-orang ini kemudian mulai membentuk kelompok-kelompok gereja yang sepaham, sehingga muncullah aliran Baptis yang pertama. Dalam prakteknya, mereka sendiri juga berbeda-beda di dalam pemahaman mereka. Sebagian menerima ajaran tentang predestinasi dari Calvinisme (Baptis Khusus), sementara yang lainnya menolak ajaran itu dan menerima ajaran tentang kehendak bebas dari Arminianisme (Baptis Umum).

Upload: phungthu

Post on 02-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

38

BAB III

GAMBARAN UMUM GEREJA BAPTIS INDONESIA DI KELURAHAN SUMUREJO

A. SEJARAH UMUM GEREJA BAPTIS

Ketika Reformasi terjadi pada awal abad ke-16, banyak orang merasa

kurang puas dengan apa yang telah dilakukan oleh Luther maupun Calvin.

Mereka mengharapkan perubahan yang radikal dari Gereja Katolik Roma.

Sebagian dari mereka kemudian melakukan perombakan-perombakan sendiri

terhada gereja pada waktu itu, khususnya dalam hal hubungan antara gereja

dan negara dan baptisan.

Gereja dan negara, menurut mereka, harus sama sekali dipisahkan,

sehingga tidak akan terjadi lagi penguasaan oleh salah satu lembaga terhadap

yang lainnya. Baptisan, menurut mereka, harus dilakukan kepada orang yang

benar-benar mengaku percaya. Dengan demikian baptisan anak tidak sah.

Mereka yang telah dibaptiskan pada masa bayi, harus dibaptiskan ulang dengan

baptisan yang sah. Oleh karena itulah oleh orang-orang Katholik maupun

Protestan mereka dijuluki kaum Anabaptis, atau orang-orang yang

membaptiskan kembali.

Pada abad XVII di Inggris, orang-orang ini mulai menggunakan nama

Baptis sebagai nama diri mereka. Kelompok Baptis ini berkembang dari kaum

Separatis di Inggris, yang merasa bahwa kelompok itu tidak cukup radikal

dalam memisahkan diri mereka dari ajaran dan praktek Gereja Inggris. Mereka

pun dianggap kurang setia terhadap ajaran-ajaran Alkitab. Orang-orang ini

kemudian mulai membentuk kelompok-kelompok gereja yang sepaham,

sehingga muncullah aliran Baptis yang pertama. Dalam prakteknya, mereka

sendiri juga berbeda-beda di dalam pemahaman mereka. Sebagian menerima

ajaran tentang predestinasi dari Calvinisme (Baptis Khusus), sementara yang

lainnya menolak ajaran itu dan menerima ajaran tentang kehendak bebas dari

Arminianisme (Baptis Umum).

39

Perkembangannya di Amerika, Gereja Baptis dimulai oleh Roger

Williams yang mendirikan Providence, Rhode Island, sebagai “tempat

perlindungan bagi mereka yang merasa hati nuraninya terusik.” Williams,

walaupun tidak lama menjadi seorang Baptis, mendirikan First Baptist Church

of America di Providence pada tahun 1639. Di tempat-tempat lain, orang-orang

Baptis disisihkan dan ditolak, karena mereka dianggap memeluk agama yang

berbeda dengan agama yang dipeluk oleh sebagian besar pendatang di benua

baru ini.

Untuk mendukung upaya penginjilan pada abad ke-18 orang-orang

Baptis mulai mendirikan perhimpunan-perhimpunan. Philadelphia Baptist

Association dibentuk pada tahun 1707. Charleston Baptist Association

dibentuk pada tahun 1751. Pada masa Kebangunan Rohani Besar pada akhir

abad ke-18, gereja-gereja Baptis mengalami pertumbuhan yang pesat. Seperti

halnya nenek moyang mereka di Inggris, orang-orang Baptis ini sangat

menekankan kebebasan beragama dan pemisahan antara gereja dan negara

secara ketat. Menurut mereka, kebebasan beragama adalah hak setiap orang,

bukan cuma orang Kristen atau Baptis melainkan apapun juga agama

seseorang.

Di kalangan orang-orang kulit hitam, gereja-gereja Baptis juga

berkembang pesat. Pada tahun 1773, terbentuk sejumlah Gereja Baptis

independen yang kemudian menjadi dua kelompok denominasi yang besar,

yakni Foreign Mission Baptist Convention pada tahun 1880 dan National

Baptist Convention pada tahun 1895.

Misi ke negara lain terjadi pada awal abad ke-19, dalam gerakan misi

besar-besaran ke seluruh penjuru dunia, Gereja Kongregasionalis mengutus

sepasang suami-istri misionaris ke Myanmar, yang bernama Adoniram dan

Ann Judson. Dalam pelayaran mereka ke India, kedua suami-istri ini

dipengaruhi oleh sejumlah orang Baptis, sehingga sesampainya mereka di

Myanmar mereka telah menjadi misionaris Baptis. Pekerjaan mereka di

Myanmar menghasilkan buah yang sangat luar biasa, sehingga sampai

40

sekarang Gereja Baptis menjadi denominasi terbesar di negara itu, khususnya

di kalangan suku Karen.

Ajaran Gereja Baptis pada umumnya hampir sama dengan ajaran

kebanyakan Gereja-gereja Protestan, seperti pengakuan terhadap kewibawaan

Alkitab, Tritunggal, hakikat manusia dan dosanya, dll. Namun demikian, ada

juga sejumlah perbedaan bahkan di lingkungan Gereja Baptis sendiri. Sebagian

Gereja mengakui bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan (ineransi) dan

karena itu harus diterima dan ditafsirkan secara harfiah, sementara yang

lainnya menerima infalibilitas Alkitab dalam arti pengajarannya dapat dan

layak diterima dan dijadikan pegangan hidup orang Kristen.

Gereja Baptis mengakui bahwa baptisan hanya dilayankan kepada

orang dewasa. Perjamuan kudus dipahaminya hanya sebagai peringatan tentang

penderitaan dan kematian Yesus, sehingga peristiwa itu tidak dianggap

memiliki arti yang lebih istimewa dibandingkan dengan bagian lain dari liturgi.

Gereja Baptis tidak mempunyai ajaran yang resmi. Satu-satunya

keyakinan mereka yang paling jelas adalah kebebasan beragama. Keyakinan ini

berkembang karena dari pengalaman mereka sendiri ketika mereka ditindas

oleh Gereja karena mereka tidak mengikuti ajaran yang berlaku saat itu.

Namun demikian, ada juga kecenderungan-kecenderungan di

kalangan gereja-gereja Baptis tertentu untuk merumuskan ajarannya. Secara

tradisional Gereja Baptis percaya akan ajaran tentang “imamat orang percaya.”

Namun kini mereka cenderung untuk menempatkan kewibawaan pendeta di

atas kedudukan kaum awam. Secara tradisional Gereja Baptis menempatkan

Yesus dan Roh Kudus sebagai kriteria satu-satunya dalam menafsirkan

Alkitab, namun kini rumusan Iman Baptis dan Pesan 2000 dari Southern

Baptist Convention dipergunakan sebagai satu-satunya pemahaman yang sah

untuk menafsirkan Alkitab. Southern Baptist juga menolak penahbisan

perempuan sebagai pendeta, sehingga banyak pendeta perempuan di Gereja itu

terpaksa harus melepaskan jabatan mereka.

Di lingkungan Southern Baptist Convention yang mempunyai anggota

sekitar 16 juta orang ini muncul pula perdebatan tentang aliran teologi Gereja

41

ini. Sebagian orang berpendapat bahwa Southern Baptist secara historis

menganut teologi Calvinis, khususnya kelima butir doktrinnya: TULIP – Total

depravity, Unconditional election, Limited atonement, Irresistible Grace,

Perseverance of the Saints (Keadaan manusia yang sama sekali berdosa,

Manusia dipilih tanpa syarat oleh Allah, Penebusan yang terbatas, Anugerah

yang tidak dapat ditolak, dan Ketekunan hidup orang Kristen).

Sebagian teolog lainnya menekankan bahwa meskipun secara teologis

mereka Calvinis, pada kenyataannya mereka lebih dipengaruhi oleh

Arminianisme yang membuat teologi Calvinis mereka lebih moderat dan lebih

evangelikal. Jadi tampaknya kedua aliran teologi yang sesungguhnya

bertentangan ini justru dipertemukan di Gereja Baptis

Keluarga Gereja Baptis di dunia ada banyak sekali denominasi Gereja

Baptis. Di Amerika Serikat saja diperkirakan ada lebih dari 50 denominasi

yang menyebut dirinya Baptis. Yang terbesar di antaranya adalah Gereja Baptis

Selatan (Southern Baptist Convention) yang terbentuk pada tahun 1845 karena

masalah perbudakan. Gereja-gereja Baptis yang menolak perbudakan

umumnya berada di Utara, dan pada tahun 1907 mereka membentuk

Konferensinya sendiri yang bernama Northern Baptist Convention yang kini

berubah namanya menjadi American Baptist Convention. Sebelumnya pada

tahun 1905 dari Southern Baptist terbentuk kelompok Landmarkism yang

membentuk American Baptist Association dan Baptist Bible Fellowship pada

tahun 1950-an. Kelompok Baptis Landmark ini percaya bahwa Gereja Baptis

sudah ada sejak masa Yohanes Pembaptis.

Dari Northern Baptist Convention muncul General Association of

Regular Baptist Churches pada tahun 1932 dan Conservative Baptist Churches

pada tahun 1940. Ada pula Baptist General Conference (yang berasal dari

Baptis Swedia) dan North American Baptist Conference (yang berasal dari

Baptis Jerman). Masih banyak lagi Gereja Baptis lainnya di Amerika Serikat,

khususnya di kalangan kaum kulit hitam.

42

Gereja German Brethren (Dunkard) dan Gereja Menonit juga

tergolong di dalam keluarga Gereja-gereja Baptis, atau lebih tepatnya Gereja-

gereja Anabaptis.

Tokoh-tokoh Baptis yang terkemuka adalah John Bunyan, pengarang

buku “Perjalanan Seorang Musafir”, dan Charles Spurgeon dari Inggris, dan

Walter Rauschenbusch, Billy Graham, Martin Luther King,Jr., Jimmy Carter,

Jesse Jackson, Bill Clinton dan Al Gore di Amerika Serikat.

Hubungan dengan Gereja-gereja Lain, gereja-gereja Baptis pada

umumnya kurang bergaul dengan Gereja-gereja dari denominasi yang lain. Di

banyak negara Gereja Baptis tidak bergabung menjadi anggota Dewan Gereja

Nasional, melainkan cenderung untuk membentuk kelompoknya sendiri.

Seperti juga halnya di banyak negara lain di Asia (kecuali di Myanmar

yang kuat dipengaruhi oleh American Baptist Convention), Gereja-gereja

Baptis di Indonesia, umumnya berafiliasi dengan Southern Baptist Convention.

Di Kalimantan terdapat sejumlah kecil Gereja Baptis yang berasal dari

pekerjaan misi Conservative Baptist dari Amerika serikat.1

B. SEJARAH GEREJA BAPTIS INDONESIA DI KELURAHAN

SUMUREJO

Gereja Baptis Indonesia Kelurahan Sumurejo Gunung Pati Semarang

letaknya tepat di Dusun Karanggeneng. Gereja ini merupakan salah satu

cabang gereja induk Baptis Indonesia yang ada di Banyumanik. Selain itu

Gereja induk Baptis Indonesia di Banyumanik memiliki cabang lain yaitu

Gereja Baptis Indonesia di Pudakpayung.

Berdirinya Gereja Baptis Indonesia di Sumurejo pada mulanya ketika

ada seorang utusan atau penginjil dari Ngesrep Semarang yang berkunjung ke

desa Karanggeneng tepatnya di rumah Harjo, kemudian di rumahnya Haryono,

1 http:// Gereja_Baptis.com diambil tanggal 16. jam 12:16

43

dan Sarjono. Tujuann kedatangannya untuk menyelenggarakan pembinaan

warga Kristen khususnya dominasi baptis.2

Setelah adanya pembinaan tersebut, warga berkeinginan memiliki

sebuah tempat ibadah (gereja) untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan

pembinaan warga. Akhirnya pada tahun 1990-an warga membeli tanah yang

sudah ada rumahnya. Pemliknya tanah itu adalah orang keturunan Cina (tidak

disebutkan namanya) yang berasal dari Banyumanik. Pada waktu itu dana

pembelian tanah itu berasal dari para donatur dari gereja induk salah satunya

gereja Banyumanik.3

Bersamaan dengan itu terbentuklah pengurus gereja. Ketua pertama

kali gereja itu adalah Agung yang sekaligus menjadi pendeta di gereja. Setelah

beliau meninggal kemudian dilanjutkan oleh pendeta Nunuk sebagai ketua

gereja dan kemudian diteruskan Sarjono yang memimpin gereja sampai

sekarang.

Pada mulanya, sebelum dugunakan menjadi tempat ibadah,

berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri tahun 1979 tentang Pendirian Tempat Ibadah, pihak gereja

mengadakan dialog dengan para tokoh ulama’ di sekitar lingkungan gereja dan

pejabat kelurahan. Saat itu tejadi pro dan kontra diantara sesama para tokoh

agama Islam. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju dengan

keberdaan gereja tersebut. Selama terjadi pro dan kontra, rumah tersebut masih

belum digunakan untuk beraktifitas layaknya sebuah gereja pada umumnya. hal

ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.4

Beberapa bulan kemudian pengurus gereja melakukan pendekatan-

pendekatan kepada para ulama’ dan tokoh masyarakat lingkungan gereja.

Akhirnya berkat perjuangan dan kegigihan para pengurus gereja diijinkan

berdiri dengan syarat tidak boleh mengganggu aktifitas warga muslim. Pun

begitu dengan dari pemerintah kelurahan.

2 Wawancara dengan Ibu Nunuk Tri Sulastri, Pendeta dan mantan Ketua pengurus Gereja, Pada Tanggal 11April 2006

3 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006 4 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006

44

Pada tahun 2000, gereja itu mulai berkembang dari tahap demi tahap,

melalui dana persembahan. Dana persembahan ini berasal dari para jemaat

yang dikumpulkan setiap acara kebaktian mingguan, besarnya persembahan

dari setiap para jemaat adalah sepuluh persen dari penghasilan pokok apabila

sudah memilki pekerjaan. Akan tetapi yang belum berpenghasilan,

persembahan dilakukan secara sukarela.

Proses perubahan rumah menjadi gereja baru dilakukan kurang lebih

lima tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan minimnya jumlah jemaat. Karena

sampai sekarang jumlah jemaat tersebut empat puluh lima orang yang berasal

dari enam kepala keluarga di Karanggeneng dan tiga kepala keluarga dari

kelurahan Pakintelan dan Ngijo.

Motto Gereja Baptis tersebut adalah “Kasihilah manusia seperti

engkau mengasihi dirimu sendiri”. Dengan motto inilah pihak gereja membina

dan menjalin hubungan dengan lingkungannya dalam rangka menjaga toleransi

dan kerukunan antar umat beragama.5 Toleransi dalam pandangan mereka

(gereja) adalah mengakui perbedaan keyakinan dan menghargai kepercayaan

orang lain.6

Adapun misi gereja tersebut adalah mempertebal iman,

mensejahterakan jemaat, dan tolong menolong sesama manusia.7

C. LETAK GEOGRAFI

Gereja Baptis Indonesia Cabang Banyumanik Semarang yang terdapat

di kelurahan Sumurejo secara geografis lerletak di tengah-tengah antara dua

kecamatan yaitu Ungaran dan Gunungpati. Kecamatan Ungaran termasuk

wilayah Kabupaten Semarang. Sedangkan kecamatan Gunungpati termasuk

wilayah Kota Semarang Selatan dan Kelurahan Sumurejo bagian dari

kecamatan Gunungpati. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut

5 Wawancara dengan Ibu Nunuk Tri Sulastri, Pendeta dan mantan Ketua pengurus Gereja, Pada Tanggal 11April 2006

6 Wawancara dengan Bapak Andreas, Pendeta Gereja baptis Indonesia Cabang Karanggeneng, Pada Tanggal 28 Mei 2006

7 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006

45

a. Sebelah Utara dibatasi oleh kelurahan Mangunsari dan Pakintelan

kecamatan Gunungpati.

b. Sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Kalisidi dan Desa Keji Kecamatan

Ungaran.

c. Sebelah Barat dibatasi oleh Perkebunan karet Sidorejo Kecamatan

Gunungpati

d. Sebelah Timur dibatasi oleh Kelurahan Pudak Payung Kecamatan

Banyumanik

Kelurahan Sumurejo mempunyai 6 (enam) Rukun Warga (RW) dan 7

(tujuh) Rukun Tetangga (RT) yang terbagi pada masing-masing dukuh.

Masing-masing Dukuh mempunyai jumlah RT dan RW yang bermacam-

macam sesuai dengan pembagian wilayah. Wilayah yang termasuk kelurahan

Sumurejo adalah :

a. Dukuh Karanggeneng,

b. Dukuh Sumur Jurang,

c. Dukuh Kauman,

d. Dukuh Dampyak,

e. Dukuh Sumur Gunung dan,

f. Dukuh Karang sari.

Gereja Baptis Indonesia terletak di dukuh Karanggeneng, luas

bangunan gereja ± 700 M², adapun batas-batasnya sebagai berikut :

a. Sebelah barat berbatasan dengan SD N 1 Karanggeneng

b. Sebelah selatan berbatasan dengan pekarangan warga

c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga

d. Sebalah utara berbatasan dengan jalan raya Gunungpati-Ungaran

Gereja Baptis Indonesia sangat dekat dengan jalan raya sehingga

tempat ini mudah dijangkau.

D. AKTIFITAS GEREJA BAPTIS INDONESIA SUMUREJO

Gereja Baptis Indonesia Cabang Banyumanik di Sumurejo

mempunyai kegiatan yang sudah tersusun dengan jelas. Kegiatan tersebut

46

disusun setiap tiga bulan sekali oleh seksi acara dan ibadah yang meliputi

kegiatan mingguan, bulanan, dan tahunan. Adapun nama kegitan tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Pelayan Kebaktian Minggu

Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap hari minggu yang diikuti oleh

pengurus dan anggota jemaat, dalam pelayanan mingguan acaranya :

• Pujian Persiapan

• Panggilan Berbakti

• Doa Pembuka

• Pujian

• Pembacaan Al Kitab

• Pujian

• Doa Syafaat

• Pujian

• Saat Persembahan

- Panggilan memberi

- Doa & petugas persembahan

- Pujian

• Pujian Persiapan Khutbah

• Khutbah

• Pujian

• Warta Gereja

• Doa Penutup

• Pujian Penutup

Dalam setiap Do’a syafaat di Gereja Baptis Indonesia Cabang

Sumurejo ditujukan kepada:

- Bangsa dan Negara

- Seluruh Jemaat GBI Cabang Banyumanik

- Gembala Sidang dan Jemaat BPW Pudak Payung

47

- Kegiatan-kegiatan Gereja

- Pembangunan Gereja yang belum selesai

- Kerinduan akan seorang Gembala Sidang yang melayani sepenuh

waktu.8

Selain itu setiap dalam kegiatan Pelayan Kabaktian Mingguan ada

laporan persembahan yaitu pengumpulan dana untuk kegiatan-kegiatan dan

kepentingan gereja yang terdiri dari :

- Persembahan Umum pemberian sesuai dengan kemampuan yang dimilik

dari jemaat gereja itu sendiri atau dari gereja yang lain

- Persepuluhan adalah pemberian sepuluh persen dari penghasilan pokok

- Persembahan Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB) pemberian dari

kas PKMB

Setiap kegiatan Pelayan Kebaktian Mingguan Jemaat selalu

bergantian dalam mengisi acara. Adapun Jadwal petugas kebaktian selama tiga

bulan sebagai berikut :

Jadwal Petugas Kebaktian

Gereja Baptis Cabang Sumurejo Bulan : April-Juni 2006

Tgl. MC Singer Persembahan Doa

Syafaat

Penyambut

Tamu Khotbah Musik

2/4/06 Desi Margi Andreas Rikho

9/4/06 Beny Reni Yuli & Sutris Sarjono Risa Eko

16/4/06 Budi Yuyun Kotik & Evi Sutrimo Desi Andreas Rikho

23/4/06 Prini Ratna Trimo & Risa Haryono Sutris Eko

30/4/06 Indra Margi Prini & Budi Benny Evi Yustinus Rikho

7/5//6 Trimo Desi Rusti &

Denok Subagio Budi Andreas Rikho

14/5/06 Prini Reni Madi & Sutris Kotik Denok Eko

21/5/06 Rikho Ratna Yuli & evi Sarjono Risa Andreas Rikho

8 Ibid

48

28/5/06 Benny Denok Eko & Budi Prini Reni Eko

4/6//06 Margi Desi Warti & Risa Trimo Sutris Andreas Rikho

11/6/06 Indra Yuyun Sarjono &

Risa Haryono Budi Eko

18/6/06 Budi Ratna Rikho Subagio Margi Andreas Rikho

25/6/06 Prini Risa Andreas & Evi Benny Desi Eko

Dalam pelaksanan tugas di atas setiap petugas yang tidak bisa hadir

atau berhalangan segera menghubungi seksi acara minimal 2 hari sebelum

ibadah dan dalam menjalankan setiap petugas mengenakan pakaian rapi.dan

untuk pria berdasi dan wanita tidak boleh memakai celana panjang jeans.

Setelah acara kebaktian mingguan ada kegiatan sekolah minggu yang

pesertanya adalah anak-anak usia SD sampai SMP yang jumlahnya 30 anak,

berasal dari para orang tua baptis gereja sendiri.

2. Kegiatan Bulanan

a. Kelompok Pembinaan Warga (KPW).

Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan sekali. Gereja Baptis

Indonesia Cabang Karanggeneng mempunyai tiga KPW yaitu KPW

Karanggeneng, KPW Ngijo dan KPW Pakintelan. Setiap KPW

mempunyai anggota dari kepala keluarga yang berada di setiap wilayah

masing-masing. Kelompok Pembinaan Warga wilayah karanggeneng

erjumlah 9 KK, wilayah Ngijo 4 KK dan Wilayah Pakintelan 5 KK.

Jumlah semua jemaat yang ada di Gereja Baptis Indonesia Cabang

Sumurejo 50 jemaat.

Acara dalam kegitan bulanan ini berupa diskusi atau musyawarah

dan doa, dilaksanakan dirumah dan berganti-ganti tempat dari rumah

kerumah. Berikut adalah jadwal KPW (kelompok PembinaWarga :

49

Jadwal Kegiatan

Kelompok Pembinaan Warga (KPW) Bulan April-Juni 2006

KPW Hari/tanggal Jam Tempat Pembicara Mc

Rabu, 5-4-2006 18.00 Gereja Sarjono Denok

Rabu, 12-4-2006 18.00 Sarjono Benny Ning

Rabu, 19-4-2006 18.00 Gereja Prini Rusti

Rabu, 26-4-2006 18.00 Gereja Andreas Evi

Rabu, 3-5-2006 18.00 Sulimin Subagio Budi

Rabu, 10-5-2006 18.00 Gereja Sarjono Denok

Rabu, 17-5-2006 18.00 Gereja Prini Evi

Rabu, 24-5-2006 18.00 Harjo Benny Ning

Rabu, 31-5-2006 18.00 Gereja Andreas Sutris

Rabu, 7-6-2006 18.00 Gereja Sarjono Budi

Rabu, 14-6-2006 18.00 Kotik Prini Rusti

Rabu, 21-6-2006 18.00 Gereja Benny Denok

Karang

Geneng

Rabu, 28-6-2006 18.00 Gereja Andreas Evi

Jumat, 7 -4-2006 18.00 Benny Prini Desi

Jumat, 14-4-2006 18.00 Bagio Andreas Yuli

Jumat, 21-4-2006 18.00 Haryono Benny Yuyun

Jumat, 28-4-2006 18.00 Benny Subagio Indra

Jumat, 5-5-2006 18.00 Bagio Benny Ratna

Jumat ,12-5-2006 18.00 Haryono Prini Reni

Jumat, 19-5-2006 18.00 Benny Sarjono Desi

Jumat, 26-5-2006 18.00 Bagio Andreas Yuyun

Jumat,2-6-2006 18.00 Haryono Subagio Retno

Jumat,9-6-2006 18.00 Benny Sarjono Indra

Jumat, 16-6-2006 18.00 Bagio Benny Yuli

Jumat, 23-6-2006 18.00 Haryono Andreas Ratna

Pakintelan

dan Ngijo

Jumat, 30-6-2006 18.00 Benny Prini Desi

50

b. Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB)

Kegiatan yang dilakukan oleh kaum muda baptis yang diikuti oleh

pemuda dan pemudi untuk melakukan musyawaroh untuk pengembangan

generasi dilingkungan gereja baptis dan melatih disiplin rohani secara

pribadi untuk terlibat dalam usaha penginjilan dan untuk menumbuh

kembangkan kreatifitas dan mengelola organisasi. Untuk mengetakui

kegiatan acara PKMB seperti dalam jadwal dibawah ini

Jadwal Acara

Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB) Bulan April-Juni 2006

Tanggal Acara Tempat Pembicara Mc

1-4-2006 Firman Gereja Yuyun

8-4-2006 Diskusi Gereja Andreas Reni

15-4-2006 PA Benny Benny Risa

22-4-2006 Permainan Gereja Margi Sutris

29-4-2006 Firman Gereja Andreas Budi

6-5-2006 Diskusi Gereja Rikho Desi

13-5-2006 PA Eko Yuyun Denok

20-5-2006 Permaian Gereja Eko Evi

27-5-2006 Firmani Gereja Benny Isa

3-6-2006 Diskusi Gereja Indra Sutris

10-6-2006 PA Budi Rikho Reni

17-6-2006 Permainan Gereja Yuyun Denok

24-6-2006 Firman Gereja Margi Risa

Jadwal di atas dilaksanakan setiap hari sabtu jam 15:00. Selain

kegiatan tersebut PKMB juga ada kegiatan latihan musik gereja yang

dilaksanakan setiap hari sabtu sore untuk persiapan acara ibadah

mingguan di dalam Gereja.

51

c. Wanita Baptis Indonesia (WBI) dan Pria Baptis Indonesia ( PBI)

Kegiatan ini diikuti oleh para pria dan wanita baptis yang sudah

berkeluarga. Kegiatan di Gereja Baptis Indonesia Cabang Sumurejo

Wanita Baptis Indonesia (WBI) dan Pria Baptis Indonesia (PBI)

dilaksanakan setiap minggu pertama dan minggu keempat setiap

bulannya. Acara dalam kegiatan tersebut berupa musyawarah, diskusi dan

mencurahkan hati sesama umat beriman, dan kegiatan ini dilaksanakan di

gereja stelah acara kebaktian mingguan. Adapun Program Pria Baptis

Indonesia dan Wanita Baptis Indonesia adalah :

- Menyelenggrakan persekutuan Pria Baptis Indonesia dan Wanta Baptis

Indonesia untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama antar pria

baptis dalam pelayanan di gereja, daerah, nasional maupun

internasiaonal.

- Menyelenggarakan kegiatan doa bersama secara nasional maupun

internasioanal untuk mendukung pelayanan penginjilan dan pendanan.

- Menyelenggaraan kegiatan yang membangkitkan semangat penginjilan

di kalangan umat Baptis Indonesia.

- Saling bekerja sama menyelenggarakan hubungan pembinaan keluarga

yang harmonis melalui persekutuan khusus.9

3. Kegiatan Tahunan

Kegiatan tahunan ini dilaksanakan setiap tahun sekali dilaksanakan

gereja seperti :

a.. Paskah,

b. Natal

c. Kenaikan Isa Al Masih

d. Kelahiran dan wafatnya Isa Al Masih.

e. Jumat Agung

f. Tahun baru

9 GGBI, Minit Kongres VII, Yogyakarta, 7-11 Maret 2005, hlm. 290

52

Kegiatan-kegiatan di atas selama ini dapat berjalan dengan baik dan

tidak ada permasalahn dari pihak gereja sendiri maupun oleh warga sekitar

(Muslim). Karena selain sudah diprogram secara khusus dalam jangka waktu

yang sudah ditentukan, warga tidak merasa terganggu dengan kegiatan-

kegiatan gereja seperti di atas. 10

E. SUSUNAN ORGANISASI GEREJA BAPTIS INDONESIA SUMUREJO

F. KONDISI LINGKUNGAN SOSIAL GEREJA

1. Kondisi Kehidupan Beragama Masyarakat

Gereja yang terdapat di kelurahan Sumurejo berdiri tengah-tengah

masyarakat yang mayoritas muslim, satu sisi kehidupan religi yang cukup

kuat di masyarakat adalah kegiatan-kegiatan keagamaan, hal ini telah

menjadi karakteristik yang sudah mengakar sejak dahulu. Selain itu

solidaritas dan mempunyai sikap toleransi yang tinggi, kepatuhan dan rasa

kepercayaan yang fanatik terhadap agamanya sebagi ciri masyarakat agamis,

10 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006

KETUA SARJONO

SEKRETARIS YERIKO SEPTA

BENDAHARA YERIKO SEPTA

SEKSI PBI S. BAMBANG

SEKSI WBI YULIATI

SEKSI PKMB KUSUMA

SEKSI SKL MINNGU ELIZA YUYUN

SEKSI SOSIAL RINI HABSARI

SEKSI ACARA ANDREAS

53

patuh terhadap ulama’ dan tokoh masyarakat yang dituakan mempunyai

menempatkan harga diri yang tinggi serta memiliki etika moral yang kuat,

sebagaiman sifat umum masyarakat desa Sumurrejo.

Kondisi keagamaan yang nampak dalam sistem kehidupan masyarakat

Sumurejo sekarang lebih modern dan mengedepankan aspek rasionalitas, dan

kehidupan masyarakat desa Sumurejo yang tenang sangat mendukung

masyarakat dalam mengekspresikan perilaku sosial keberagamanya

Agama merupakan fenomena sosial, yang memiliki dimensi

individual di samping yang bersifat sosial. Agama mempunyai makna atau

fungsi dalam kehidupan manusia maka agama merupakan suatu kebutuhan

yang dalam pemenuhan kebutuhannya melalui suatu interaksi dalam suatu

sistem yan terbuka dalam diri individu maupun dalam diri struktur sosial

yang plural, sebagai konsekuensi rasional. Realita beragama di Kelurahan

Sumurejo adalah sebuah relita kehidupan masyarakat yang plural.

Sifat keberagaman yang plural juga berpengaruh pada kehidupan

masyarakat. Kondisi kehidupan sosial beragama yang plural harus diimbangi

antara pengetahuan agama dan umum agar masyarakat dapat mengendalikan

dan minat kehidupannya, sehinga dapat membantu perkembangan

masyarakat yang lebih baik. Selama ini masyarakat desa Sumurejo hanya

memandang sebelah mata. Sebagian masyarakat hanya mementingkan

masalah agama dan sebagaian yang lebih mementingkan kepentingan

umumnya. Di sinilah letak kurangnya kesadaran beragama dalam masyarakat

yang kurang seimbang.11

Dalam beragama masyarakat Kelurahan Sumurejo mayoritas memeluk

agama Islam dan Kristen baik Katolik maupun Protestan sebagai warga

minoritas.12 Banyaknya pendatang baru menjadikan jumlah penduduk dan

perkembangan agama menunjukan semakin pesat baik agama Islam maupun

11 Fathur Rahman, “Masalah Konversi Agama di Desa Sumurejo Kecamatan Gunungpati

Semarang”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, 2005, hlm.26 12 Wawancara dengan Bapak Hengky, Kepala desa Sumurejo, Pada Tanggal 14 April

2006

54

Kristen. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berdasarkan jumlah penduduk

menurut agama yang dipeluk berikut :

Tabel I Jumlah Penduduk menurut Agama yang Dipeluk

NO AGAMA JUMLAH PEMELUK

1 Islam 4493 orang

2 Kristen Protestan 26 orang

3 Kristen Katolik 58 orang

4 Hindu -

5 Budha -

Selain penduduk mayoritas beragama Islam, di Sumurejo ditunjang

dengan beberapa tempat ibadah baik berupa Masjid, Mushalla maupun

Gereja. Di kelurahan Sumurejo mempunyai 6 masjid di masing-masing

dukuh, sedangkan musholla hampir tersebar di setiap RT. Selain itu terdapat

satu gereja yang belum lama didirikan di dukuh Karanggeneng di mana dari

sekian banyak umat Kristen di kelurahan Sumurejo, pemeluk agama Kristen

di dukuh karanggeneng cukup banyak walaupun sebagian besar warga baru..

Dengan adanya gereja ini menunjukan perkembangan agama Kristen sangat

pesat. Jumlah sarana ibadah dapat di lihat dalam tabel berikut:

Tabel II Jumlah Sarana Peribadatan

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 6 buah

2 Mushalla 17 buah

3 Gereja 1 buah

4 Pura -

5 Wihara -

55

Dari hasil pengamatan penulis, kegiatan keagamaan di kelurahan

Sumurejo yang beragama Islam merupakan agama mayoritas, mereka dapat

dikatakan taat menjalankan ajaran agamanya baik yang berupa hubungan

langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun sesama manusia di

sekitarnya. Dari sini dapat dipahami bahwa memang sepantasnya kegiatan

agama Islam lebih maju dari agama lainnya, dan adanya kegiatan di dukuh-

dukuh menunjukan adanya pembinaan yang cukup tinggi dari masing-masing

agama dengan cara toleransi dan saling menghormati yang tinggi. Tokoh

penggerak kegiatan-kegiatan tersebut adalah para tokoh agama dan

mayarakat di masing-masing dukuh, yaitu para kyai, guru agama, modin, dan

tokoh pemuda.

Wujud kepatuhan warga muslim terhadap ajaran Islam dapat dilihat

dengan adanya berbagai pembangunan (renovasi) masjid, musholla dan

pondok pesantren. Selain itu juga diramaikan dengan berbagai kegiatan yang

ada di antaranya adalah Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dan tadarus

setiap sore hari. Demi menjalin silahturahmi antara sesama muslim ada

kegiatan yasinan, manaqib, mujahadah, berjanji, dan tadarus al Qur-an yang

diikuti orang tua, muda, dan anak-anak.13

Masyarakat beragama Kelurahan Sumurejo terdiri dari beberapa corak

pemahaman terhadap agama yang mereka anut. Ada yang sudah benar-benar

memahami agama yang mereka anut berkat latar belakang pendidikannya.

Namun banyak pula beragama yang hanya ikut-ikutan saja. Kelompok ini

lebih cenderung mengikuti apa yang dikerjakan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang dianggap sebagai tokoh agama atau ulama’ / kyai,

walaupun kadang mereka juga bertindak semaunya sendiri. Keikutsertaan

mereka terhadap anjuran para tokoh agama disebabkan masyarakat masih

sangat memerlukan penerangan dan bimbingan oleh para kyai agar

13 Wawancara dengan Bapak Feqih, Ketua LPMK ( Lembaga Pemberdayaan Masyarkat

Kelurahan), 23 juni 2006

56

masyarakat dapat menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan mengontrol

segala tindakan dan menjalani kehidupan mereka. 14

2. Kondisi Pendidikan

Pendidikan bagi sebagian besar masyarakat Sumurejo adalah suatu hal

yang sangat penting. Ini tercermin dari adanya sikap malu dari orang tua

yang anaknya tidak bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah..

Sebagian besar masyarakat Sumurejo mengenyam pendidikan di lembaga

pendidikan umum. Namun ada sebagian lain yang lebih mempercayakan

pendidikannya di lembaga yang berbasis agama. Kelompok masyarakat ini

berasumsi bahwa apabila mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan

bebrbasis agama maka mereka bisa memperoleh pengetahuan agama

sekaligus juga pengetahuan umum.

Lembaga pendidikan yang ada di desa Sumurejo terdiri dari lembaga

formal dan non formal. Sejak dulu sudah ada lembaga pendidikan formal

mulai dari TK/RA, SD sampai SMP. Kemudian sejak lebih kurang lima

tahun yang lalu telah berdiri Madrasyah Tsanawiyah (MTs). Di tingkat dasar,

ada sebuah Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang baru-baru ini direlokasi dengan

gedung baru. Dan yang menarik, banyak warga yang antusias

mempercayakan madrasah ini sebagai tempat belajar anak-anak mereka. Ini

tak lain disebabkan karena adanya perubahan status madrasah yang semula

swasta menjadi negeri.

Selain lembaga pendidikan formal tadi, ada juaga dua gedung

pendidikan pesantren yang didirikan oleh Kyai Lutfi Ghozali dan Kyai Nur

Kholis serta Kyai Aminul Huda.

Adapun jumlah lembaga pendidikan yang ada di Sumurejo dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

14 Wawancara dengan Bapak Hengky, Kepala desa Sumurejo, Pada Tanggal 14 April 2006.

57

Tabel III Jumlah Lembaga Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. TK/RA 3 buah

2. SD/MI 4 buah

3. SLTP/MTs 2 buah

4. SLTA 1 buah

5. Perguruaan Tinggi -

6. Pondok Pesantern 5 buah

Lembaga pendidikan tersebut di atas memiliki peran yang sangat

penting dalam meningkatkan ilmu dan pengetahuan masyarakat kelurahan

Sumurejo. Kebetulan lokasi-lokasi sekolah yang ada cukup terjangkau dan

juga memiliki kualitas sekolah yang tidak diragukan oleh masyarakat.

Persaingan dengan lembaga sekolah diharapkan mampu meningkatkan

motivasi siswa dalam menuntut ilmu, sehingga lembaga sekolah Islam yang

berdiri setelah lembaga sekolah umum berusaha untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas serta fasilitasnya.

3. Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi kelurahan Sumurejo terbagi menjadi tiga tingkatan,

yaitu golongan ekonomi bawah, menengah, dan atas. Sebagian besar

masyarakat Sumurejo mempunyai matapencaharian sebagai petani dan buruh.

Namun karena cenderung memiliki penghasilan yang sama, antara kalangan

ekonomi bawah dengan menengah agaka sulit dibedakan. Ini berbeda dengan

kalangan ekonomi atas yang sudah memiliki penghasilan ekonomi jauh di

atas dua kalangan di atas. Dengan kondisi ekonomi yang demikian, tingkat

kehidupan perekonomian masyarakat desa Sumurejo dapat dikategorikan

sebagai masyarakat yang mampu atau standar.

58

Tabel IV Jumlah Penduduk Menurut

Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Karyawan 517 Orang

2. Wiraswasta 35 Orang

3. Tani 501 Orang

4. Pertukangan 185 Orang

5. Buruh 482 Orang

6. Pensiunan 63 Orang

7 Jasa -

8. Pemulung -

Berdasarkan tabel di atas, maka karyawan, buruh dan tani merupakan

tonggak utama sumber kehidupan mayarakat desa Sumurejo. Hal ini tidak

dapat terlepas dari faktor alam yang menguntungkan untuk bercocok tanam

buah, padi dan sayuran. Sehingga tak heran apabila sebagian masyarakat

Sumurejo berpenghasilan sebagai petani. Kemudian sebagian besar yang lain

sebagai karyawan karena memang pada dasarnya daerah Sumurejo berada

paling ujung selatan Kota Semarang dan berada dekat dengan Kota Ungaran

yang juga terkenal sebagai kawasan industri.