bab iii gambaran umum gereja baptis indonesia di...
TRANSCRIPT
38
BAB III
GAMBARAN UMUM GEREJA BAPTIS INDONESIA DI KELURAHAN SUMUREJO
A. SEJARAH UMUM GEREJA BAPTIS
Ketika Reformasi terjadi pada awal abad ke-16, banyak orang merasa
kurang puas dengan apa yang telah dilakukan oleh Luther maupun Calvin.
Mereka mengharapkan perubahan yang radikal dari Gereja Katolik Roma.
Sebagian dari mereka kemudian melakukan perombakan-perombakan sendiri
terhada gereja pada waktu itu, khususnya dalam hal hubungan antara gereja
dan negara dan baptisan.
Gereja dan negara, menurut mereka, harus sama sekali dipisahkan,
sehingga tidak akan terjadi lagi penguasaan oleh salah satu lembaga terhadap
yang lainnya. Baptisan, menurut mereka, harus dilakukan kepada orang yang
benar-benar mengaku percaya. Dengan demikian baptisan anak tidak sah.
Mereka yang telah dibaptiskan pada masa bayi, harus dibaptiskan ulang dengan
baptisan yang sah. Oleh karena itulah oleh orang-orang Katholik maupun
Protestan mereka dijuluki kaum Anabaptis, atau orang-orang yang
membaptiskan kembali.
Pada abad XVII di Inggris, orang-orang ini mulai menggunakan nama
Baptis sebagai nama diri mereka. Kelompok Baptis ini berkembang dari kaum
Separatis di Inggris, yang merasa bahwa kelompok itu tidak cukup radikal
dalam memisahkan diri mereka dari ajaran dan praktek Gereja Inggris. Mereka
pun dianggap kurang setia terhadap ajaran-ajaran Alkitab. Orang-orang ini
kemudian mulai membentuk kelompok-kelompok gereja yang sepaham,
sehingga muncullah aliran Baptis yang pertama. Dalam prakteknya, mereka
sendiri juga berbeda-beda di dalam pemahaman mereka. Sebagian menerima
ajaran tentang predestinasi dari Calvinisme (Baptis Khusus), sementara yang
lainnya menolak ajaran itu dan menerima ajaran tentang kehendak bebas dari
Arminianisme (Baptis Umum).
39
Perkembangannya di Amerika, Gereja Baptis dimulai oleh Roger
Williams yang mendirikan Providence, Rhode Island, sebagai “tempat
perlindungan bagi mereka yang merasa hati nuraninya terusik.” Williams,
walaupun tidak lama menjadi seorang Baptis, mendirikan First Baptist Church
of America di Providence pada tahun 1639. Di tempat-tempat lain, orang-orang
Baptis disisihkan dan ditolak, karena mereka dianggap memeluk agama yang
berbeda dengan agama yang dipeluk oleh sebagian besar pendatang di benua
baru ini.
Untuk mendukung upaya penginjilan pada abad ke-18 orang-orang
Baptis mulai mendirikan perhimpunan-perhimpunan. Philadelphia Baptist
Association dibentuk pada tahun 1707. Charleston Baptist Association
dibentuk pada tahun 1751. Pada masa Kebangunan Rohani Besar pada akhir
abad ke-18, gereja-gereja Baptis mengalami pertumbuhan yang pesat. Seperti
halnya nenek moyang mereka di Inggris, orang-orang Baptis ini sangat
menekankan kebebasan beragama dan pemisahan antara gereja dan negara
secara ketat. Menurut mereka, kebebasan beragama adalah hak setiap orang,
bukan cuma orang Kristen atau Baptis melainkan apapun juga agama
seseorang.
Di kalangan orang-orang kulit hitam, gereja-gereja Baptis juga
berkembang pesat. Pada tahun 1773, terbentuk sejumlah Gereja Baptis
independen yang kemudian menjadi dua kelompok denominasi yang besar,
yakni Foreign Mission Baptist Convention pada tahun 1880 dan National
Baptist Convention pada tahun 1895.
Misi ke negara lain terjadi pada awal abad ke-19, dalam gerakan misi
besar-besaran ke seluruh penjuru dunia, Gereja Kongregasionalis mengutus
sepasang suami-istri misionaris ke Myanmar, yang bernama Adoniram dan
Ann Judson. Dalam pelayaran mereka ke India, kedua suami-istri ini
dipengaruhi oleh sejumlah orang Baptis, sehingga sesampainya mereka di
Myanmar mereka telah menjadi misionaris Baptis. Pekerjaan mereka di
Myanmar menghasilkan buah yang sangat luar biasa, sehingga sampai
40
sekarang Gereja Baptis menjadi denominasi terbesar di negara itu, khususnya
di kalangan suku Karen.
Ajaran Gereja Baptis pada umumnya hampir sama dengan ajaran
kebanyakan Gereja-gereja Protestan, seperti pengakuan terhadap kewibawaan
Alkitab, Tritunggal, hakikat manusia dan dosanya, dll. Namun demikian, ada
juga sejumlah perbedaan bahkan di lingkungan Gereja Baptis sendiri. Sebagian
Gereja mengakui bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan (ineransi) dan
karena itu harus diterima dan ditafsirkan secara harfiah, sementara yang
lainnya menerima infalibilitas Alkitab dalam arti pengajarannya dapat dan
layak diterima dan dijadikan pegangan hidup orang Kristen.
Gereja Baptis mengakui bahwa baptisan hanya dilayankan kepada
orang dewasa. Perjamuan kudus dipahaminya hanya sebagai peringatan tentang
penderitaan dan kematian Yesus, sehingga peristiwa itu tidak dianggap
memiliki arti yang lebih istimewa dibandingkan dengan bagian lain dari liturgi.
Gereja Baptis tidak mempunyai ajaran yang resmi. Satu-satunya
keyakinan mereka yang paling jelas adalah kebebasan beragama. Keyakinan ini
berkembang karena dari pengalaman mereka sendiri ketika mereka ditindas
oleh Gereja karena mereka tidak mengikuti ajaran yang berlaku saat itu.
Namun demikian, ada juga kecenderungan-kecenderungan di
kalangan gereja-gereja Baptis tertentu untuk merumuskan ajarannya. Secara
tradisional Gereja Baptis percaya akan ajaran tentang “imamat orang percaya.”
Namun kini mereka cenderung untuk menempatkan kewibawaan pendeta di
atas kedudukan kaum awam. Secara tradisional Gereja Baptis menempatkan
Yesus dan Roh Kudus sebagai kriteria satu-satunya dalam menafsirkan
Alkitab, namun kini rumusan Iman Baptis dan Pesan 2000 dari Southern
Baptist Convention dipergunakan sebagai satu-satunya pemahaman yang sah
untuk menafsirkan Alkitab. Southern Baptist juga menolak penahbisan
perempuan sebagai pendeta, sehingga banyak pendeta perempuan di Gereja itu
terpaksa harus melepaskan jabatan mereka.
Di lingkungan Southern Baptist Convention yang mempunyai anggota
sekitar 16 juta orang ini muncul pula perdebatan tentang aliran teologi Gereja
41
ini. Sebagian orang berpendapat bahwa Southern Baptist secara historis
menganut teologi Calvinis, khususnya kelima butir doktrinnya: TULIP – Total
depravity, Unconditional election, Limited atonement, Irresistible Grace,
Perseverance of the Saints (Keadaan manusia yang sama sekali berdosa,
Manusia dipilih tanpa syarat oleh Allah, Penebusan yang terbatas, Anugerah
yang tidak dapat ditolak, dan Ketekunan hidup orang Kristen).
Sebagian teolog lainnya menekankan bahwa meskipun secara teologis
mereka Calvinis, pada kenyataannya mereka lebih dipengaruhi oleh
Arminianisme yang membuat teologi Calvinis mereka lebih moderat dan lebih
evangelikal. Jadi tampaknya kedua aliran teologi yang sesungguhnya
bertentangan ini justru dipertemukan di Gereja Baptis
Keluarga Gereja Baptis di dunia ada banyak sekali denominasi Gereja
Baptis. Di Amerika Serikat saja diperkirakan ada lebih dari 50 denominasi
yang menyebut dirinya Baptis. Yang terbesar di antaranya adalah Gereja Baptis
Selatan (Southern Baptist Convention) yang terbentuk pada tahun 1845 karena
masalah perbudakan. Gereja-gereja Baptis yang menolak perbudakan
umumnya berada di Utara, dan pada tahun 1907 mereka membentuk
Konferensinya sendiri yang bernama Northern Baptist Convention yang kini
berubah namanya menjadi American Baptist Convention. Sebelumnya pada
tahun 1905 dari Southern Baptist terbentuk kelompok Landmarkism yang
membentuk American Baptist Association dan Baptist Bible Fellowship pada
tahun 1950-an. Kelompok Baptis Landmark ini percaya bahwa Gereja Baptis
sudah ada sejak masa Yohanes Pembaptis.
Dari Northern Baptist Convention muncul General Association of
Regular Baptist Churches pada tahun 1932 dan Conservative Baptist Churches
pada tahun 1940. Ada pula Baptist General Conference (yang berasal dari
Baptis Swedia) dan North American Baptist Conference (yang berasal dari
Baptis Jerman). Masih banyak lagi Gereja Baptis lainnya di Amerika Serikat,
khususnya di kalangan kaum kulit hitam.
42
Gereja German Brethren (Dunkard) dan Gereja Menonit juga
tergolong di dalam keluarga Gereja-gereja Baptis, atau lebih tepatnya Gereja-
gereja Anabaptis.
Tokoh-tokoh Baptis yang terkemuka adalah John Bunyan, pengarang
buku “Perjalanan Seorang Musafir”, dan Charles Spurgeon dari Inggris, dan
Walter Rauschenbusch, Billy Graham, Martin Luther King,Jr., Jimmy Carter,
Jesse Jackson, Bill Clinton dan Al Gore di Amerika Serikat.
Hubungan dengan Gereja-gereja Lain, gereja-gereja Baptis pada
umumnya kurang bergaul dengan Gereja-gereja dari denominasi yang lain. Di
banyak negara Gereja Baptis tidak bergabung menjadi anggota Dewan Gereja
Nasional, melainkan cenderung untuk membentuk kelompoknya sendiri.
Seperti juga halnya di banyak negara lain di Asia (kecuali di Myanmar
yang kuat dipengaruhi oleh American Baptist Convention), Gereja-gereja
Baptis di Indonesia, umumnya berafiliasi dengan Southern Baptist Convention.
Di Kalimantan terdapat sejumlah kecil Gereja Baptis yang berasal dari
pekerjaan misi Conservative Baptist dari Amerika serikat.1
B. SEJARAH GEREJA BAPTIS INDONESIA DI KELURAHAN
SUMUREJO
Gereja Baptis Indonesia Kelurahan Sumurejo Gunung Pati Semarang
letaknya tepat di Dusun Karanggeneng. Gereja ini merupakan salah satu
cabang gereja induk Baptis Indonesia yang ada di Banyumanik. Selain itu
Gereja induk Baptis Indonesia di Banyumanik memiliki cabang lain yaitu
Gereja Baptis Indonesia di Pudakpayung.
Berdirinya Gereja Baptis Indonesia di Sumurejo pada mulanya ketika
ada seorang utusan atau penginjil dari Ngesrep Semarang yang berkunjung ke
desa Karanggeneng tepatnya di rumah Harjo, kemudian di rumahnya Haryono,
1 http:// Gereja_Baptis.com diambil tanggal 16. jam 12:16
43
dan Sarjono. Tujuann kedatangannya untuk menyelenggarakan pembinaan
warga Kristen khususnya dominasi baptis.2
Setelah adanya pembinaan tersebut, warga berkeinginan memiliki
sebuah tempat ibadah (gereja) untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan
pembinaan warga. Akhirnya pada tahun 1990-an warga membeli tanah yang
sudah ada rumahnya. Pemliknya tanah itu adalah orang keturunan Cina (tidak
disebutkan namanya) yang berasal dari Banyumanik. Pada waktu itu dana
pembelian tanah itu berasal dari para donatur dari gereja induk salah satunya
gereja Banyumanik.3
Bersamaan dengan itu terbentuklah pengurus gereja. Ketua pertama
kali gereja itu adalah Agung yang sekaligus menjadi pendeta di gereja. Setelah
beliau meninggal kemudian dilanjutkan oleh pendeta Nunuk sebagai ketua
gereja dan kemudian diteruskan Sarjono yang memimpin gereja sampai
sekarang.
Pada mulanya, sebelum dugunakan menjadi tempat ibadah,
berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri tahun 1979 tentang Pendirian Tempat Ibadah, pihak gereja
mengadakan dialog dengan para tokoh ulama’ di sekitar lingkungan gereja dan
pejabat kelurahan. Saat itu tejadi pro dan kontra diantara sesama para tokoh
agama Islam. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju dengan
keberdaan gereja tersebut. Selama terjadi pro dan kontra, rumah tersebut masih
belum digunakan untuk beraktifitas layaknya sebuah gereja pada umumnya. hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.4
Beberapa bulan kemudian pengurus gereja melakukan pendekatan-
pendekatan kepada para ulama’ dan tokoh masyarakat lingkungan gereja.
Akhirnya berkat perjuangan dan kegigihan para pengurus gereja diijinkan
berdiri dengan syarat tidak boleh mengganggu aktifitas warga muslim. Pun
begitu dengan dari pemerintah kelurahan.
2 Wawancara dengan Ibu Nunuk Tri Sulastri, Pendeta dan mantan Ketua pengurus Gereja, Pada Tanggal 11April 2006
3 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006 4 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006
44
Pada tahun 2000, gereja itu mulai berkembang dari tahap demi tahap,
melalui dana persembahan. Dana persembahan ini berasal dari para jemaat
yang dikumpulkan setiap acara kebaktian mingguan, besarnya persembahan
dari setiap para jemaat adalah sepuluh persen dari penghasilan pokok apabila
sudah memilki pekerjaan. Akan tetapi yang belum berpenghasilan,
persembahan dilakukan secara sukarela.
Proses perubahan rumah menjadi gereja baru dilakukan kurang lebih
lima tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan minimnya jumlah jemaat. Karena
sampai sekarang jumlah jemaat tersebut empat puluh lima orang yang berasal
dari enam kepala keluarga di Karanggeneng dan tiga kepala keluarga dari
kelurahan Pakintelan dan Ngijo.
Motto Gereja Baptis tersebut adalah “Kasihilah manusia seperti
engkau mengasihi dirimu sendiri”. Dengan motto inilah pihak gereja membina
dan menjalin hubungan dengan lingkungannya dalam rangka menjaga toleransi
dan kerukunan antar umat beragama.5 Toleransi dalam pandangan mereka
(gereja) adalah mengakui perbedaan keyakinan dan menghargai kepercayaan
orang lain.6
Adapun misi gereja tersebut adalah mempertebal iman,
mensejahterakan jemaat, dan tolong menolong sesama manusia.7
C. LETAK GEOGRAFI
Gereja Baptis Indonesia Cabang Banyumanik Semarang yang terdapat
di kelurahan Sumurejo secara geografis lerletak di tengah-tengah antara dua
kecamatan yaitu Ungaran dan Gunungpati. Kecamatan Ungaran termasuk
wilayah Kabupaten Semarang. Sedangkan kecamatan Gunungpati termasuk
wilayah Kota Semarang Selatan dan Kelurahan Sumurejo bagian dari
kecamatan Gunungpati. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut
5 Wawancara dengan Ibu Nunuk Tri Sulastri, Pendeta dan mantan Ketua pengurus Gereja, Pada Tanggal 11April 2006
6 Wawancara dengan Bapak Andreas, Pendeta Gereja baptis Indonesia Cabang Karanggeneng, Pada Tanggal 28 Mei 2006
7 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006
45
a. Sebelah Utara dibatasi oleh kelurahan Mangunsari dan Pakintelan
kecamatan Gunungpati.
b. Sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Kalisidi dan Desa Keji Kecamatan
Ungaran.
c. Sebelah Barat dibatasi oleh Perkebunan karet Sidorejo Kecamatan
Gunungpati
d. Sebelah Timur dibatasi oleh Kelurahan Pudak Payung Kecamatan
Banyumanik
Kelurahan Sumurejo mempunyai 6 (enam) Rukun Warga (RW) dan 7
(tujuh) Rukun Tetangga (RT) yang terbagi pada masing-masing dukuh.
Masing-masing Dukuh mempunyai jumlah RT dan RW yang bermacam-
macam sesuai dengan pembagian wilayah. Wilayah yang termasuk kelurahan
Sumurejo adalah :
a. Dukuh Karanggeneng,
b. Dukuh Sumur Jurang,
c. Dukuh Kauman,
d. Dukuh Dampyak,
e. Dukuh Sumur Gunung dan,
f. Dukuh Karang sari.
Gereja Baptis Indonesia terletak di dukuh Karanggeneng, luas
bangunan gereja ± 700 M², adapun batas-batasnya sebagai berikut :
a. Sebelah barat berbatasan dengan SD N 1 Karanggeneng
b. Sebelah selatan berbatasan dengan pekarangan warga
c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga
d. Sebalah utara berbatasan dengan jalan raya Gunungpati-Ungaran
Gereja Baptis Indonesia sangat dekat dengan jalan raya sehingga
tempat ini mudah dijangkau.
D. AKTIFITAS GEREJA BAPTIS INDONESIA SUMUREJO
Gereja Baptis Indonesia Cabang Banyumanik di Sumurejo
mempunyai kegiatan yang sudah tersusun dengan jelas. Kegiatan tersebut
46
disusun setiap tiga bulan sekali oleh seksi acara dan ibadah yang meliputi
kegiatan mingguan, bulanan, dan tahunan. Adapun nama kegitan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Pelayan Kebaktian Minggu
Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap hari minggu yang diikuti oleh
pengurus dan anggota jemaat, dalam pelayanan mingguan acaranya :
• Pujian Persiapan
• Panggilan Berbakti
• Doa Pembuka
• Pujian
• Pembacaan Al Kitab
• Pujian
• Doa Syafaat
• Pujian
• Saat Persembahan
- Panggilan memberi
- Doa & petugas persembahan
- Pujian
• Pujian Persiapan Khutbah
• Khutbah
• Pujian
• Warta Gereja
• Doa Penutup
• Pujian Penutup
Dalam setiap Do’a syafaat di Gereja Baptis Indonesia Cabang
Sumurejo ditujukan kepada:
- Bangsa dan Negara
- Seluruh Jemaat GBI Cabang Banyumanik
- Gembala Sidang dan Jemaat BPW Pudak Payung
47
- Kegiatan-kegiatan Gereja
- Pembangunan Gereja yang belum selesai
- Kerinduan akan seorang Gembala Sidang yang melayani sepenuh
waktu.8
Selain itu setiap dalam kegiatan Pelayan Kabaktian Mingguan ada
laporan persembahan yaitu pengumpulan dana untuk kegiatan-kegiatan dan
kepentingan gereja yang terdiri dari :
- Persembahan Umum pemberian sesuai dengan kemampuan yang dimilik
dari jemaat gereja itu sendiri atau dari gereja yang lain
- Persepuluhan adalah pemberian sepuluh persen dari penghasilan pokok
- Persembahan Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB) pemberian dari
kas PKMB
Setiap kegiatan Pelayan Kebaktian Mingguan Jemaat selalu
bergantian dalam mengisi acara. Adapun Jadwal petugas kebaktian selama tiga
bulan sebagai berikut :
Jadwal Petugas Kebaktian
Gereja Baptis Cabang Sumurejo Bulan : April-Juni 2006
Tgl. MC Singer Persembahan Doa
Syafaat
Penyambut
Tamu Khotbah Musik
2/4/06 Desi Margi Andreas Rikho
9/4/06 Beny Reni Yuli & Sutris Sarjono Risa Eko
16/4/06 Budi Yuyun Kotik & Evi Sutrimo Desi Andreas Rikho
23/4/06 Prini Ratna Trimo & Risa Haryono Sutris Eko
30/4/06 Indra Margi Prini & Budi Benny Evi Yustinus Rikho
7/5//6 Trimo Desi Rusti &
Denok Subagio Budi Andreas Rikho
14/5/06 Prini Reni Madi & Sutris Kotik Denok Eko
21/5/06 Rikho Ratna Yuli & evi Sarjono Risa Andreas Rikho
8 Ibid
48
28/5/06 Benny Denok Eko & Budi Prini Reni Eko
4/6//06 Margi Desi Warti & Risa Trimo Sutris Andreas Rikho
11/6/06 Indra Yuyun Sarjono &
Risa Haryono Budi Eko
18/6/06 Budi Ratna Rikho Subagio Margi Andreas Rikho
25/6/06 Prini Risa Andreas & Evi Benny Desi Eko
Dalam pelaksanan tugas di atas setiap petugas yang tidak bisa hadir
atau berhalangan segera menghubungi seksi acara minimal 2 hari sebelum
ibadah dan dalam menjalankan setiap petugas mengenakan pakaian rapi.dan
untuk pria berdasi dan wanita tidak boleh memakai celana panjang jeans.
Setelah acara kebaktian mingguan ada kegiatan sekolah minggu yang
pesertanya adalah anak-anak usia SD sampai SMP yang jumlahnya 30 anak,
berasal dari para orang tua baptis gereja sendiri.
2. Kegiatan Bulanan
a. Kelompok Pembinaan Warga (KPW).
Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan sekali. Gereja Baptis
Indonesia Cabang Karanggeneng mempunyai tiga KPW yaitu KPW
Karanggeneng, KPW Ngijo dan KPW Pakintelan. Setiap KPW
mempunyai anggota dari kepala keluarga yang berada di setiap wilayah
masing-masing. Kelompok Pembinaan Warga wilayah karanggeneng
erjumlah 9 KK, wilayah Ngijo 4 KK dan Wilayah Pakintelan 5 KK.
Jumlah semua jemaat yang ada di Gereja Baptis Indonesia Cabang
Sumurejo 50 jemaat.
Acara dalam kegitan bulanan ini berupa diskusi atau musyawarah
dan doa, dilaksanakan dirumah dan berganti-ganti tempat dari rumah
kerumah. Berikut adalah jadwal KPW (kelompok PembinaWarga :
49
Jadwal Kegiatan
Kelompok Pembinaan Warga (KPW) Bulan April-Juni 2006
KPW Hari/tanggal Jam Tempat Pembicara Mc
Rabu, 5-4-2006 18.00 Gereja Sarjono Denok
Rabu, 12-4-2006 18.00 Sarjono Benny Ning
Rabu, 19-4-2006 18.00 Gereja Prini Rusti
Rabu, 26-4-2006 18.00 Gereja Andreas Evi
Rabu, 3-5-2006 18.00 Sulimin Subagio Budi
Rabu, 10-5-2006 18.00 Gereja Sarjono Denok
Rabu, 17-5-2006 18.00 Gereja Prini Evi
Rabu, 24-5-2006 18.00 Harjo Benny Ning
Rabu, 31-5-2006 18.00 Gereja Andreas Sutris
Rabu, 7-6-2006 18.00 Gereja Sarjono Budi
Rabu, 14-6-2006 18.00 Kotik Prini Rusti
Rabu, 21-6-2006 18.00 Gereja Benny Denok
Karang
Geneng
Rabu, 28-6-2006 18.00 Gereja Andreas Evi
Jumat, 7 -4-2006 18.00 Benny Prini Desi
Jumat, 14-4-2006 18.00 Bagio Andreas Yuli
Jumat, 21-4-2006 18.00 Haryono Benny Yuyun
Jumat, 28-4-2006 18.00 Benny Subagio Indra
Jumat, 5-5-2006 18.00 Bagio Benny Ratna
Jumat ,12-5-2006 18.00 Haryono Prini Reni
Jumat, 19-5-2006 18.00 Benny Sarjono Desi
Jumat, 26-5-2006 18.00 Bagio Andreas Yuyun
Jumat,2-6-2006 18.00 Haryono Subagio Retno
Jumat,9-6-2006 18.00 Benny Sarjono Indra
Jumat, 16-6-2006 18.00 Bagio Benny Yuli
Jumat, 23-6-2006 18.00 Haryono Andreas Ratna
Pakintelan
dan Ngijo
Jumat, 30-6-2006 18.00 Benny Prini Desi
50
b. Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB)
Kegiatan yang dilakukan oleh kaum muda baptis yang diikuti oleh
pemuda dan pemudi untuk melakukan musyawaroh untuk pengembangan
generasi dilingkungan gereja baptis dan melatih disiplin rohani secara
pribadi untuk terlibat dalam usaha penginjilan dan untuk menumbuh
kembangkan kreatifitas dan mengelola organisasi. Untuk mengetakui
kegiatan acara PKMB seperti dalam jadwal dibawah ini
Jadwal Acara
Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB) Bulan April-Juni 2006
Tanggal Acara Tempat Pembicara Mc
1-4-2006 Firman Gereja Yuyun
8-4-2006 Diskusi Gereja Andreas Reni
15-4-2006 PA Benny Benny Risa
22-4-2006 Permainan Gereja Margi Sutris
29-4-2006 Firman Gereja Andreas Budi
6-5-2006 Diskusi Gereja Rikho Desi
13-5-2006 PA Eko Yuyun Denok
20-5-2006 Permaian Gereja Eko Evi
27-5-2006 Firmani Gereja Benny Isa
3-6-2006 Diskusi Gereja Indra Sutris
10-6-2006 PA Budi Rikho Reni
17-6-2006 Permainan Gereja Yuyun Denok
24-6-2006 Firman Gereja Margi Risa
Jadwal di atas dilaksanakan setiap hari sabtu jam 15:00. Selain
kegiatan tersebut PKMB juga ada kegiatan latihan musik gereja yang
dilaksanakan setiap hari sabtu sore untuk persiapan acara ibadah
mingguan di dalam Gereja.
51
c. Wanita Baptis Indonesia (WBI) dan Pria Baptis Indonesia ( PBI)
Kegiatan ini diikuti oleh para pria dan wanita baptis yang sudah
berkeluarga. Kegiatan di Gereja Baptis Indonesia Cabang Sumurejo
Wanita Baptis Indonesia (WBI) dan Pria Baptis Indonesia (PBI)
dilaksanakan setiap minggu pertama dan minggu keempat setiap
bulannya. Acara dalam kegiatan tersebut berupa musyawarah, diskusi dan
mencurahkan hati sesama umat beriman, dan kegiatan ini dilaksanakan di
gereja stelah acara kebaktian mingguan. Adapun Program Pria Baptis
Indonesia dan Wanita Baptis Indonesia adalah :
- Menyelenggrakan persekutuan Pria Baptis Indonesia dan Wanta Baptis
Indonesia untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama antar pria
baptis dalam pelayanan di gereja, daerah, nasional maupun
internasiaonal.
- Menyelenggarakan kegiatan doa bersama secara nasional maupun
internasioanal untuk mendukung pelayanan penginjilan dan pendanan.
- Menyelenggaraan kegiatan yang membangkitkan semangat penginjilan
di kalangan umat Baptis Indonesia.
- Saling bekerja sama menyelenggarakan hubungan pembinaan keluarga
yang harmonis melalui persekutuan khusus.9
3. Kegiatan Tahunan
Kegiatan tahunan ini dilaksanakan setiap tahun sekali dilaksanakan
gereja seperti :
a.. Paskah,
b. Natal
c. Kenaikan Isa Al Masih
d. Kelahiran dan wafatnya Isa Al Masih.
e. Jumat Agung
f. Tahun baru
9 GGBI, Minit Kongres VII, Yogyakarta, 7-11 Maret 2005, hlm. 290
52
Kegiatan-kegiatan di atas selama ini dapat berjalan dengan baik dan
tidak ada permasalahn dari pihak gereja sendiri maupun oleh warga sekitar
(Muslim). Karena selain sudah diprogram secara khusus dalam jangka waktu
yang sudah ditentukan, warga tidak merasa terganggu dengan kegiatan-
kegiatan gereja seperti di atas. 10
E. SUSUNAN ORGANISASI GEREJA BAPTIS INDONESIA SUMUREJO
F. KONDISI LINGKUNGAN SOSIAL GEREJA
1. Kondisi Kehidupan Beragama Masyarakat
Gereja yang terdapat di kelurahan Sumurejo berdiri tengah-tengah
masyarakat yang mayoritas muslim, satu sisi kehidupan religi yang cukup
kuat di masyarakat adalah kegiatan-kegiatan keagamaan, hal ini telah
menjadi karakteristik yang sudah mengakar sejak dahulu. Selain itu
solidaritas dan mempunyai sikap toleransi yang tinggi, kepatuhan dan rasa
kepercayaan yang fanatik terhadap agamanya sebagi ciri masyarakat agamis,
10 Wawancara dengan Bapak Sarjono, Ketua Pengurus Gereja, Pada Tanggal 9 Mei 2006
KETUA SARJONO
SEKRETARIS YERIKO SEPTA
BENDAHARA YERIKO SEPTA
SEKSI PBI S. BAMBANG
SEKSI WBI YULIATI
SEKSI PKMB KUSUMA
SEKSI SKL MINNGU ELIZA YUYUN
SEKSI SOSIAL RINI HABSARI
SEKSI ACARA ANDREAS
53
patuh terhadap ulama’ dan tokoh masyarakat yang dituakan mempunyai
menempatkan harga diri yang tinggi serta memiliki etika moral yang kuat,
sebagaiman sifat umum masyarakat desa Sumurrejo.
Kondisi keagamaan yang nampak dalam sistem kehidupan masyarakat
Sumurejo sekarang lebih modern dan mengedepankan aspek rasionalitas, dan
kehidupan masyarakat desa Sumurejo yang tenang sangat mendukung
masyarakat dalam mengekspresikan perilaku sosial keberagamanya
Agama merupakan fenomena sosial, yang memiliki dimensi
individual di samping yang bersifat sosial. Agama mempunyai makna atau
fungsi dalam kehidupan manusia maka agama merupakan suatu kebutuhan
yang dalam pemenuhan kebutuhannya melalui suatu interaksi dalam suatu
sistem yan terbuka dalam diri individu maupun dalam diri struktur sosial
yang plural, sebagai konsekuensi rasional. Realita beragama di Kelurahan
Sumurejo adalah sebuah relita kehidupan masyarakat yang plural.
Sifat keberagaman yang plural juga berpengaruh pada kehidupan
masyarakat. Kondisi kehidupan sosial beragama yang plural harus diimbangi
antara pengetahuan agama dan umum agar masyarakat dapat mengendalikan
dan minat kehidupannya, sehinga dapat membantu perkembangan
masyarakat yang lebih baik. Selama ini masyarakat desa Sumurejo hanya
memandang sebelah mata. Sebagian masyarakat hanya mementingkan
masalah agama dan sebagaian yang lebih mementingkan kepentingan
umumnya. Di sinilah letak kurangnya kesadaran beragama dalam masyarakat
yang kurang seimbang.11
Dalam beragama masyarakat Kelurahan Sumurejo mayoritas memeluk
agama Islam dan Kristen baik Katolik maupun Protestan sebagai warga
minoritas.12 Banyaknya pendatang baru menjadikan jumlah penduduk dan
perkembangan agama menunjukan semakin pesat baik agama Islam maupun
11 Fathur Rahman, “Masalah Konversi Agama di Desa Sumurejo Kecamatan Gunungpati
Semarang”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, 2005, hlm.26 12 Wawancara dengan Bapak Hengky, Kepala desa Sumurejo, Pada Tanggal 14 April
2006
54
Kristen. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berdasarkan jumlah penduduk
menurut agama yang dipeluk berikut :
Tabel I Jumlah Penduduk menurut Agama yang Dipeluk
NO AGAMA JUMLAH PEMELUK
1 Islam 4493 orang
2 Kristen Protestan 26 orang
3 Kristen Katolik 58 orang
4 Hindu -
5 Budha -
Selain penduduk mayoritas beragama Islam, di Sumurejo ditunjang
dengan beberapa tempat ibadah baik berupa Masjid, Mushalla maupun
Gereja. Di kelurahan Sumurejo mempunyai 6 masjid di masing-masing
dukuh, sedangkan musholla hampir tersebar di setiap RT. Selain itu terdapat
satu gereja yang belum lama didirikan di dukuh Karanggeneng di mana dari
sekian banyak umat Kristen di kelurahan Sumurejo, pemeluk agama Kristen
di dukuh karanggeneng cukup banyak walaupun sebagian besar warga baru..
Dengan adanya gereja ini menunjukan perkembangan agama Kristen sangat
pesat. Jumlah sarana ibadah dapat di lihat dalam tabel berikut:
Tabel II Jumlah Sarana Peribadatan
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 6 buah
2 Mushalla 17 buah
3 Gereja 1 buah
4 Pura -
5 Wihara -
55
Dari hasil pengamatan penulis, kegiatan keagamaan di kelurahan
Sumurejo yang beragama Islam merupakan agama mayoritas, mereka dapat
dikatakan taat menjalankan ajaran agamanya baik yang berupa hubungan
langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun sesama manusia di
sekitarnya. Dari sini dapat dipahami bahwa memang sepantasnya kegiatan
agama Islam lebih maju dari agama lainnya, dan adanya kegiatan di dukuh-
dukuh menunjukan adanya pembinaan yang cukup tinggi dari masing-masing
agama dengan cara toleransi dan saling menghormati yang tinggi. Tokoh
penggerak kegiatan-kegiatan tersebut adalah para tokoh agama dan
mayarakat di masing-masing dukuh, yaitu para kyai, guru agama, modin, dan
tokoh pemuda.
Wujud kepatuhan warga muslim terhadap ajaran Islam dapat dilihat
dengan adanya berbagai pembangunan (renovasi) masjid, musholla dan
pondok pesantren. Selain itu juga diramaikan dengan berbagai kegiatan yang
ada di antaranya adalah Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dan tadarus
setiap sore hari. Demi menjalin silahturahmi antara sesama muslim ada
kegiatan yasinan, manaqib, mujahadah, berjanji, dan tadarus al Qur-an yang
diikuti orang tua, muda, dan anak-anak.13
Masyarakat beragama Kelurahan Sumurejo terdiri dari beberapa corak
pemahaman terhadap agama yang mereka anut. Ada yang sudah benar-benar
memahami agama yang mereka anut berkat latar belakang pendidikannya.
Namun banyak pula beragama yang hanya ikut-ikutan saja. Kelompok ini
lebih cenderung mengikuti apa yang dikerjakan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap sebagai tokoh agama atau ulama’ / kyai,
walaupun kadang mereka juga bertindak semaunya sendiri. Keikutsertaan
mereka terhadap anjuran para tokoh agama disebabkan masyarakat masih
sangat memerlukan penerangan dan bimbingan oleh para kyai agar
13 Wawancara dengan Bapak Feqih, Ketua LPMK ( Lembaga Pemberdayaan Masyarkat
Kelurahan), 23 juni 2006
56
masyarakat dapat menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan mengontrol
segala tindakan dan menjalani kehidupan mereka. 14
2. Kondisi Pendidikan
Pendidikan bagi sebagian besar masyarakat Sumurejo adalah suatu hal
yang sangat penting. Ini tercermin dari adanya sikap malu dari orang tua
yang anaknya tidak bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah..
Sebagian besar masyarakat Sumurejo mengenyam pendidikan di lembaga
pendidikan umum. Namun ada sebagian lain yang lebih mempercayakan
pendidikannya di lembaga yang berbasis agama. Kelompok masyarakat ini
berasumsi bahwa apabila mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan
bebrbasis agama maka mereka bisa memperoleh pengetahuan agama
sekaligus juga pengetahuan umum.
Lembaga pendidikan yang ada di desa Sumurejo terdiri dari lembaga
formal dan non formal. Sejak dulu sudah ada lembaga pendidikan formal
mulai dari TK/RA, SD sampai SMP. Kemudian sejak lebih kurang lima
tahun yang lalu telah berdiri Madrasyah Tsanawiyah (MTs). Di tingkat dasar,
ada sebuah Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang baru-baru ini direlokasi dengan
gedung baru. Dan yang menarik, banyak warga yang antusias
mempercayakan madrasah ini sebagai tempat belajar anak-anak mereka. Ini
tak lain disebabkan karena adanya perubahan status madrasah yang semula
swasta menjadi negeri.
Selain lembaga pendidikan formal tadi, ada juaga dua gedung
pendidikan pesantren yang didirikan oleh Kyai Lutfi Ghozali dan Kyai Nur
Kholis serta Kyai Aminul Huda.
Adapun jumlah lembaga pendidikan yang ada di Sumurejo dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
14 Wawancara dengan Bapak Hengky, Kepala desa Sumurejo, Pada Tanggal 14 April 2006.
57
Tabel III Jumlah Lembaga Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. TK/RA 3 buah
2. SD/MI 4 buah
3. SLTP/MTs 2 buah
4. SLTA 1 buah
5. Perguruaan Tinggi -
6. Pondok Pesantern 5 buah
Lembaga pendidikan tersebut di atas memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan ilmu dan pengetahuan masyarakat kelurahan
Sumurejo. Kebetulan lokasi-lokasi sekolah yang ada cukup terjangkau dan
juga memiliki kualitas sekolah yang tidak diragukan oleh masyarakat.
Persaingan dengan lembaga sekolah diharapkan mampu meningkatkan
motivasi siswa dalam menuntut ilmu, sehingga lembaga sekolah Islam yang
berdiri setelah lembaga sekolah umum berusaha untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas serta fasilitasnya.
3. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi kelurahan Sumurejo terbagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu golongan ekonomi bawah, menengah, dan atas. Sebagian besar
masyarakat Sumurejo mempunyai matapencaharian sebagai petani dan buruh.
Namun karena cenderung memiliki penghasilan yang sama, antara kalangan
ekonomi bawah dengan menengah agaka sulit dibedakan. Ini berbeda dengan
kalangan ekonomi atas yang sudah memiliki penghasilan ekonomi jauh di
atas dua kalangan di atas. Dengan kondisi ekonomi yang demikian, tingkat
kehidupan perekonomian masyarakat desa Sumurejo dapat dikategorikan
sebagai masyarakat yang mampu atau standar.
58
Tabel IV Jumlah Penduduk Menurut
Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Karyawan 517 Orang
2. Wiraswasta 35 Orang
3. Tani 501 Orang
4. Pertukangan 185 Orang
5. Buruh 482 Orang
6. Pensiunan 63 Orang
7 Jasa -
8. Pemulung -
Berdasarkan tabel di atas, maka karyawan, buruh dan tani merupakan
tonggak utama sumber kehidupan mayarakat desa Sumurejo. Hal ini tidak
dapat terlepas dari faktor alam yang menguntungkan untuk bercocok tanam
buah, padi dan sayuran. Sehingga tak heran apabila sebagian masyarakat
Sumurejo berpenghasilan sebagai petani. Kemudian sebagian besar yang lain
sebagai karyawan karena memang pada dasarnya daerah Sumurejo berada
paling ujung selatan Kota Semarang dan berada dekat dengan Kota Ungaran
yang juga terkenal sebagai kawasan industri.