bab iii deskripsi wilayah a. gambaran umum kota · pdf filewisata bahari dan wisata sejarah....
Post on 02-Mar-2019
220 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
45
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
A. Gambaran Umum Kota Batam
Kota Batam yang berada di Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah
satu kota dengan potensi pertumbuhan terpesat di Indonesia. Letaknya yang
sangat strategis, berdekatan dengan Singapura, menjadikan Kota Batam
sebagai salah satu destinasi utama bisnis dan perdagangan.
Awalnya, pada tahun 1970, pemerintah membangun Kota Batam dan
mengembangkannya sebagai kawasan industry dan perdagangan. Saat itu kota
ini dihuni sekitar 6.000-an penduduk. dan hanya dalam tempo 40 tahun saja,
penduduk Batam bertambah hingga 170 kali lipat. Salah satu faktor
peningkatan jumlah penduduk tersebut ditengarai sebagai dampak dahsyatnya
pembangunan infrastruktur dan properti di Kota Batam.
1. Luas dan Batas Wilayah administrasi
Luas wilayah Kota Batam seluas 426,463.28 Ha, terdiri dari luas wilayah
darat 108,265 Ha dan luas wilayah perairan/laut 318,298.28 Ha. Kota Batam
meliputi lebih dari 400 (empat ratus) pulau, 329 (tiga ratus dua puluh
Sembilan) di antaranya telah bernama, termasuk didalamnya pulau-pulau
terluar di wilayah perbatasan negara. Dalam hal ini Kota Batam berbatasan
dengan:
Sebelah Utara : Singapura dan Malaysia
Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga
Sebelah Barat : Kabupaten Karimun dan Laut Internasional
46
Sebelah Timur : Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang.38
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Batam
Sumber: Bapedda Kota Batam, 2011
Kedudukan Administrasi Wilayah
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 terjadi pemekaran
wilayah menjadi 12 kecamatan dan 64 kelurahan.
Tabel 3.1 Nama, Luas Wilayah Perkecamatan dan Jumlah Kelurahan
No
NAMA
KECAMATAN
JMLH
KELUR
AHAN
LUAS WILAYAH
ADMINISTRASI
LUAS
TERBANGUN
Ha Thd Ha Thd
1 Belakang Padang 6 76,778.44 18.00 4,402 8.9669
2 Batu Ampar 4 4,541.63 1.06 632 1.2873
3 Bengkong 4 1,942.48 0,46 938 1.9106
38
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kota Batam 2011-2016.
47
4 Lubuk Baja 5 3,960.61 0.93 450 0.9166
5 Batam Kota 6 4,629.53 1.09 2,352 4.7908
6 Sei Beduk 4 12,098.78 2.84 1,739 3.5422
7 Nongsa 4 32,589.55 7.64 5,554 11.3130
8 Sekupang 7 10,721.42 2.51 2,113 4.3040
9 Sagulung 6 6,429.99 1.51 3,579 7.2901
10 Batu Aji 6 6,236.77 1.46 2,119 4.3162
11 Bulang 4 46,029.11 10.79 8,967 18.2650
12 Galang 8 220,604.97 51.72 16,249 33.0977
Total 426,563.28 100.00 49,094 100
Sumber: Peta Ranperda RTRW Kota Batam 2011-2031
2. Letak dan Kondisi Geografis
a. Posisi Astronomis
Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat
strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam
berdasarkan perda nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Batam 2004-2014, terletak antara 0 25 29 -1 15 00
Lintang Utara 103 3435 - 104 26 04 Bujur Timur.
b. Posisi Geostrategik
Kota Batam berbatasan dengan daerah dan negara lain. Hal ini
memiliki implikasi posisi geostrategic Kota Batam, Singapura dan
Malaysia yang berada di sebelah utara Kota Batam, secara ekonomi makro
memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perekonomian Batam.
Letak strategis Batam telah menjadi daya tarik Singapura untuk
merelokasikan aktivitas industri mereka ke Batam karena ketersediaan
lahan yang cukup dan kemudahan investasi yang diberikan.
48
Sebelah selatan Kota Batam berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Lingga dan sebelah Barat dengan Kabupaten Karimun serta laut
internasional. Karakteristik wilayah ini secara geografis tidak jauh
berbeda, begitu juga dari sisi sosio-kulturnya. Kabupaten Karimun
merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau (Sekarang
Kabupaten Bintan) yang pembentukanya bersamaan dengan Kota Batam.
Daerah ini terkenal dengan industry pertambangan batu granit dan
produksi perikanan yang juga merupakan kenutuhan bagi proses
pembangunan Kota Batam.
Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan terletak di sebelah
Timur Kota Batam, kedua daerah ini memiliki keterkaitan emosional dan
kultural dengan Kota Batam. Kota Tanjung Pinang sekaligus merupakan
ibukota Provinsi Kepulauan Riau, sehingga menjadi pusat pemerintahan
provinsi. Kota ini uga memiliki potensi wisata yang cukup besar, baik
wisata bahari dan wisata sejarah.
Kabupaten Bintan selain merupakan daerah yang kaya akan
sumber daya alam, baik laut dan darat terutama bauksit, juga merupakan
kawasan yang cukup kaya dengan hasil pertanian dan perkebunan.
Produksi hasil bumi ini memberikan andil bagi kebutuhan masyarakat
Kota Batam.
49
3. Kondisi Sosial-Budaya dan Ekonomi
a. Kependudukan
Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau disekitarnya dikembangkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi daerah industri,
perdagangan, alih kapal dan pariwisata serta dengan terbentuknya
Kotamadya Batam tanggal 24 Desember 1983, laju pertumbuhan
penduduk terus mengalami peningkataxn dimana dari hasil sensus
penduduk rata-rata per tahun selama periode 2000-2013 laju pertumbuhan
penduduk Batam rata-rata 8 persen.
Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat yang heterogen
yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Suku yang dominan antara
lain melayu, jawa, batak, minangkabau dan tionghoa. Dengan
berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhineka Tunggal
Ika.
b. Kegiatan Perekonomian
Perekonomian Kota Batam setiap tahun relative mengalami
peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2011
mencapai 7,20 persen lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh karena itu wilayah ini dijadikan sebagai pemacu pertumbuhan
ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun
sektor penggerak ekonomi yang merupakan nadi perekonomian Kota
Batam meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, serta sektor
perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan
jasa.produk yang dihasilkan tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat
50
Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara
lain.
4. Potensi dan Sebaran Bahan Galian Tambang di Provinsi Kepulauan Riau
Tabel 3.2 Potensi dan Sebaran Bahan Galian Tambang di Provinsi Kepulauan
Riau
No
Jenis Bahan
Galian
Lokasi Sebaran Potensi Ket.
1 Timah Perairan kab. Karimun
dan kab. lingga
200.000 ton Ekspoitasi
2 Bauksit Kab. Bintan, kab.
Karimun, kab. Lingga
dan tanjung pinang
3.515 juta ton Ekspoitasi
3 Batu Besi Kab. Lingga dan
natuna
Ekspoitasi
4 Granit Kab.bintan, karimun
dan lingga
873 juta M Ekspoitasi
5 Pasir Darat Kab.bintan dan
karimun
16.800.000 M Ekspoitasi
6 Pasir Laut Kab. karimun 7.164.348.267
Ton
Ekspoitasi
Sumber: Bapedda Provinsi Kepulauan Riau
5. Pemetaan Pertambangan Pasir Ilegal di Kota Batam
Dari data hasil survey terhadap lahan tambang aktif dan lahan pasca
tambang, diperkirakan kegiatan penambangan telah mencakupi luasan lahan 83
51
ha (830.000 m2), dan terdapat lebih dari 72 spot tambang yang tersebar di
kecamatan nongsa. Kegiatan penambangan pasir dilakukan secara open pit dengan
menggunakan peralatan mekanis (pompa, back hoe, truck dll). Kedalaman fit rata-
rata 4 meter, sehingga diperkirakan volume pasir yang telah tertambang
3.320.000 m3
Gambar 3.2 Pemetaan Lokasi Penambangan Pasir Ilegal di Kecamatan Nongsa
Kota Batam
Sumber: Bapedal Kota Batam
Tabel 3.3 Lokasi Pertambangan Pasir Ilegal, Jumlah, dan Produksi di Kecamatan
Nongsa Kota Batam
No Lokasi Jumlah Produksi (M)
1 KDA (belakang perum family dream 30 289
2 Teluk Mata Ikan 6 48
3 Depan Vihara Sambau 7 120
52
4 Vihara proyek 4 57
5 Dapur Arang 10 262
6 Kebun Sayur Kampung 32 1 12
7 Mergung 1 10
8 Belakang SMU 3 1 15
9 Belakang SMU 4 1 15
10 Belakang SMU 5 1 15
11 Pelabuhan Batu Besar 1 15
Jumlah 63 858
Sumber: Bapedal Kota Batam
B. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL)
1. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota
Batam
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan merupakan unsur Pelaksana
tugas Walikota dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH), dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan
bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, Pengawasan dan
Evaluasi Kebijakan Daerah dibidang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH).
Dalam pelaksanaan tugasnya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
menyelenggarakan fungsi sebagai ber