bab iii brantakan
TRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Strategi Riset
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
survey yang menggunakan data primer dari kuesioner. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang menekankan pada penggunaan pertanyaan dengan
standar formal dan sebelumnya telah ditetapkan pilihan jawaban dalam
kuesioner maupun survey yang dibagikan pada responden (Hair et al, 2006).
Pendekatan kuantitatif ini dilakukan karena peneliti ingin menguji teori dan
model untuk menjelaskan perilaku pasar maupun hubungan antara variable-
variable pembentuk model. Dalam penelitian kuantitatif ini, metode yang
digunakan adalah metode survey. Metode survey adalah prosedur penelitian
untuk mengumpulkan sejumlah besar data menggunakan format tanya-jawab
(Hair et al, 2006). Metode survey fokus pada pengumpulan data yang
memungkinkan peneliti untuk mengerti dan menyelesaikan permasalahan.
Metode survey dalam penelitian ini digunakan karena kemampuannya untuk
mengakomodasi sejumlah besar ukuran sampel dengan biaya yang rendah.
Selain itu, data dapat dianalisis dalam berbagai cara berdasarkan perbedaan-
perbedaan dari variabelnya. Metode ini juga mengumpulkan data kuantitatif
yang dapat digunakan dengan analisis statistik untuk mengidentifikasi pola
maupun tren dalam data.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran
1) Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen adalah suatu komitmen yang dipegang untuk
membeli kembali atau berlangganan sebuah produk atau jasa dimasa yang
akan datang walaupun terdapat pengaruh lingkungan dan usaha
pemasaran yang berpotensi menyebabkan konsumen untuk berpindah
(Oliver dalam Kotler dan Keller, 2006, h. 135). Item-item yang
digunakan dalam mengukur loyalitas adalah : pernyataan hal positif
tentang perusahaan, merekomendasikan perusahaan tersebut, mendorong
relasi untuk menggunakan perusahaan tersebut, memposting hal baik di
internet, dan berniat menggunakan perusahaan tersebut dalam bisnis-
bisnisnya. Analisis terhadap variabel-variabel tersebut menggunakan five
- point Likert- Scale dari 5 (sangat setuju) ke 1 (sangat tidak setuju).
2) Persepsi Nilai Konsumen
Persepsi nilai konsumen (consumer perceived value) didefinisikan
sebagai rasio antara keuntungan yang dipersepsikan konsumen baik dari
segi ekonomi, fungsi maupun psikologi dengan sumber daya yang mereka
keluarkan seperti waktu, uang, usaha dan psikologi (Schiffman & Kanuk,
2007, h. 9). Item-item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur nilai
konsumen adalah : perbandingan daya tarik biaya sebuah produk/jasa,
perbandingan penetapan harga yang fair, perbandingan pemberian
layanan gratis, perbandingan biaya dengan nilai yang diperoleh, dan
perbandingan terhadap kompetitor. Analisis terhadap variabel-variabel
tersebut menggunakan five -point Likert- Scale dari 5 (sangat setuju) ke 1
(sangat tidak setuju).
3) Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai perasaan puas konsumen
yang timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai
kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka (Spreng et al., 1996).
Item-item yang digunakan dalam mengukur kepuasan ini diadopsi dari
penelitian Oliver (1980). Analisis terhadap variabel-variabel tersebut
menggunakan five -point Likert- Scale dari 5 (sangat setuju) ke 1 (sangat
tidak setuju).
3.3 Desain Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok dari orang, even maupun sesuatu
yang menarik dimana peneliti ingin melakukan penelitian (Sekaran,
2003). Populasi adalah sebuah kelompok dari berbegai elemen (baik
orang, produk mapun organisasi) yang dapat diidentifikasikan berdasar
minat peneliti dan berhubungan dengan informasi dari masalah yang
diteliti (Hair, 2006). Setiap anggota populasi disebut dengan elemen.
Elemen adalah orang maupun objek dari informasi yang dicari (Hair,
2006). Elemen harus unik, dapat dihitung dan ketika ditambah
jumlahnya dapat membentuk seluruh target populasinya. Sedangkan
unit sampel adalah elemen dari target populasi yang tersedia untuk
dipilih selama proses sampling (Hair, 2006). Dalam pengambilan
sampel satu tahap, unit sampel dan elemen populasi boleh jadi sama.
Pada penelitian ini elemen yang digunakan adalah pengguna
(konsumen) yang menggunakan jasa laundry di Yogyakarta.
3.3.2 Metode Sampling yang digunakan
Sampel adalah bagian dari populasi (Sekaran, 2003). Proses dari
pemilihan beberapa elemen dari populasi sehingga dengan
mempelajari sampel dan memahami karakteristik dari subjek sampel
dapat merepresentasikan populasi pada umumnya disebut dengan
proses sampling. Sampling dilakukan karena adanya keterbatasan
penulis baik dari segi waktu dan biaya untuk meneliti seluruh populasi
yang ada. Selain itu sampling digunakan agar penelitian lebih efisien
serta menghindari adanya bias dalam pengumpulan data. Sampel yang
baik harus mengandung dua kriteria yaitu cermat (accuracy) dan tepat
(precision) (Sekaran, 2003). Cermat yang dimaksud adalah bahwa
sampel tersebut tidak bias dan tidak memberikan reaksi berlebih
maupun kurang. Sedangkan tepat mengandung arti sampel yang
diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi tersebut.
Dalam menentukan sampel ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, antara lain adalah seberapa besar keberagaman
populasi, seberapa besar tingkat keyakinan yang diperlukan, seberapa
besar toleransi kesalahan yang dapat diterima, tujuan penelitian yang
akan dilakukan serta keterbatasan yang dimiliki.
Pada penelitian ini metode pengambilan sampel (sampling) yang
digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik purposive
sampling yang menggunakan judgment sampling. Non-probability
sampling adalah desain pengambilan sampel dimana elemen dalam
populasi tidak dapat diketahui atau diantisipasi kesempatannya untuk
dipilih sebagai subjek sampel (Sekaran, 2003). Dalam Hair (2006),
non-probability sampling diartikan sebagai proses pengambilan
sampel dimana probabilitas dari setiap unit sampel yang dipilih tidak
dapat diketahui. Pemilihan dari unit sampel berdasarkan beberapa tipe
dari keputusan yang intuitif atau pengetahuan peneliti (Hair, 2006).
Tingkat dimana sampel dapat atau tidak merepresentasikan populasi
yang ditargetkan bergantung pada pendekatan pengambilan sampel
dan bagaimana peneliti melaksanakan dan mengontrol aktivitas
pengambilan sampel dengan baik. Judgment sampling adalah salah
satu metode non-probability sampling dimana responden diseleksi
berdasarkan pengalamannya yang dipercaya bahwa mereka dapat
memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Hair, 2006).
Judgment sampling berkaitan dengan pemilihan subjek yang
menempati posisi terbaik untuk menyediakan informasi yang
dibutuhkan. Tetapi terdapat beberapa kelemahan dalam metode ini,
karena judgment sampling membatasi generalisasi dari hasil
penelitian, jika dibandingkan dengan menggunakan convenience
sampling.
Dari berbagai pertimbangan dan pemilihan pengambilan sampel
yang telah diuraikan tersebut. Sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah konsumen (pengguna) yang menggunakan jasa laundry di
Yogyakarta selama kurang lebih 2 bulan
3.3.3 Ukuran Sampel
Ukuran sampel adalah jumlah total dari unit sampel yang
ditentukan dimana dibutuhkan untuk merepresentasikan populasi yang
ditentukan. Banyaknya elemen yang termasuk kedalam sampel yang
telah ditentukan digunakan untuk meyakinkan gambaran yang tepat
dari target populasi yang ditentukan (Hair, 2006). Ada beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah sampel yang
tepat. Waktu serta biaya yang tersedia biasanya mempengaruhi
penentuan jumlah. Secara umum, semakin besar sampel, semakin
besar sumberdaya yang digunakan untuk mengumpulkan data. Tiga
faktor yang menjadi poin penting dalam menentukan jumlah sampel
adalah pertama, keanekaragaman dari karakteristik populasi; kedua,
tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam mengestimasi; dan
terakhir, tingkat ketepatan yang diinginkan dalam mengestimasi
karakteristik populasi. Semakin besar keanekaragaman dari
karakteristik populasi maka semakin tinggi tingkat kepercayaan yang
dibutuhkan. Sama halnya dengan semakin tinggi ketepatan yang
dibutuhkan maaka semakin besar jumlah sampel yang harus diambil.
Menurut Roscoe (1975) dalam Sekaran (2003), jumlah sampel
yang terdiri lebih dari 30 dan kurang dari 500 merupakan jumlah yang
tepat untuk berbagai tipe penelitian. Sedangkan menurut Hair (2006),
dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda),
jumlah sampel sebaiknya beberapa kali (lebih baik 10 kali atau lebih)
dari variabel dalam penelitian tersebut. Berdasarkan rule of thumb
diatas, peneliti menggunakan jumlah sampel sebanyak 160 responden.
Hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe (1975) dalam Sekaran (2003).
3.3.4 Lokasi Riset
Dalam penelitian ini, lokasi penelitian yang akan digunakan adalah
wilayah Propinsi DIY di sekitar lingkungan kampus UGM tetapi tidak
menutup kemungkinan responden juga berasal dari luar kampus UGM
mengingat terdapat mahasiswa dari universitas lain disekitar kampus
UGM yang juga menggunakan jasa laundry. Lokasi tersebut dipilih
atas pertimbangan bahwa sebagian besar konsumen laundry adalah
mahasiswa. Lokasi tersebut dijelaskan dalam peta dibawah ini :
Gambar 3.3.4.1
Peta Area Lokasi Riset
Sumber: Google maps, data diolah (URL: http://maps.google.com)
3.4 Obyek Riset
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah persepsi nilai konsumen
(perceived value) dan kepuasan (Satisfaction) yang dirasakan oleh pengguna
jasa laumdry di Jogjakarta. Para konsumen yang menggunakan jasa laundry
di Yogyakarta yang telah berlangganan pada suatu penyedia jasa laundry
selama kurang lebih 3 bulan. Peneliti berkeinginan untuk menguji persepsi
nilai-loyalitas dan hubungan kepuasan loyalitas serta efek mediasi persepsi
nilai – kepuasan yang terdapat pada industri laundry. Alasan dari pemilihan
industri laundry sebagai objek dalam penelitian ini disebabkan karena
menjamurnya laundry-laundry baru yang bermunculan akhir-akhir ini.
Dengan banyaknya laundry-laundry yang bermunculan menyebabkan adanya
persaingan dalam industry tersebut, untuk itu produsen sebaiknya dapat
menjadi kan konsumen sebagai konsumen yang loyal yang dan dapat
menyampaikan persepsi atau nilai baik jasa laundry yang mereka gunakan
kepada konsumen lain. Pemain – pemain besar di industry laundry di
Yogyakarta seperti Laundry Zone dan Simply Fresh Laundry pun tak lagi
bisa tinggal diam dalam menyambut penetrasi yang di lakukan oleh pemain
– pemain baru karena dengan semakin banyak nya pilihan yang di tawarkan
kepada konsumen makan persaingan akan semakin ketat. Oleh karena itu
hal- hal yang menyangkut untuk meningkatkan kepuasan serta loyalitas
konsumen sangant penting dilakukan mengingat sulitnya mencari konsumen
baru dalam industri yang mempunyai banyak pesaing.
Gambar 3.4.1
Tampilan Simply Fresh Laundry
.
Sumber: Website Simply Fresh Laundry (URL:
www.simplyfreshlaundry.com)
3.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan data primer yang dikumpulkan
secara langsung dari responden melalui pengisian kuesioner. Data primer
adalah data yang dikumpulkan tangan pertama dalam analisis untuk
menemukan solusi dari problem dalam penelitian (Sekaran, 2003).
Pengumpulan data dilakukan secara cross section di berbagai tempat sesuai
dengan lokasi penelitian, yaitu di sekitar lingkungan kampus UGM. Data
cross section adalah data yang dikumpulkan hanya satu kali (bisa selama satu
minggu atau satu bulan atau lebih) untuk menjawab pertanyaan penelitian
(Sekaran, 2003). Responden yang berhak mengisi kuesioner adalah
responden yang memenuhi kriteria. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 150
buah.
3.6 Instrumen Riset
Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini, setiap variabel diukur
menggunkan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner yang berupa
closed-ended questioner, dimana responden menjawab pertanyaan dengan
memilih alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pendapatnya.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian.
Pada bagian pertama akan diisi profil responden yang meliputi jenis kelamin,
usia, pekerjaan, pendapatan perbulan, frekuensi penggunaan jasa laundry, dan
pernah atau tidak menggunaka jasa laundry lain. Kemudian bagian kedua,
berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tiap variabel yang akan diuji dalam
penelitian yaitu pertanyaan mengenai hal yang berkaitan dengan persepsi
nilai, kepuasan, serta loyalitas konsumen pada sebuah jasa laundry.
Kuesioner akan mengukur tiga variabel yang berisi beberapa item akan
diteliti yaitu :
(1.) Persepsi nilai konsumen yang mengukur rasio antara keuntungan
yang dipersepsikan konsumen baik dari segi ekonomi, fungsi
maupun psikologi dengan sumber daya yang mereka
keluarkan yang diukur melalui lima pertanyaan.
(2.)Kepuasan konsumen yang mengukur perasaan puas konsumen
yang timbul ketika konsumen menggunakan produk atau
jasa yang diukur melalui lima item.
(3.) Loyalitas yang mengukur komitmen yang dipegang konsumen
untuk membeli kembali yang diukur melalui lima item
pertanyaan.
Sehingga secara keseluruhan akan terdapat 15 item pertanyaan pada
kuesioner.
Pada Kuesioner yang peneliti gunakan memakai skala likert 1 sampai 5,
yaitu:
SS = Sangat Setuju ( 5 point)
S = Setuju (4 point)
N = Netral (3 point)
TS = Tidak Setuju (2 point)
STS = Sangat Tidak Setuju. (1 point)
3.7 Pengujian Instrumen
3.7.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu tes dari item-item
mengukur apa yang seharusnya diukur (Ghiselli et al., 1981). Validitas
adalah bukti bahwa sebuah instrumen, teknik, atau proses yang biasa
digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur
konsep yang dimaksud (Sekaran, 2003). Sebuah alat ukur dinyatakan
valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang hendak
diukur.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan:
a) Content Validity
Content validity memastikan bahwa pengukuran yang
dilakukan sudah memasukkan item-item yang sesuai dengan
konsep (Sekaran, 2000). Face validity merupakan content validity
yang mempunyai indeks dasar dan sangat minimum. Face validity
mengidikasikan bahwa item yang dimaksud untuk mengukur
konsep, secara sepintas terlihat mengukur konsep tersebut
(Sekaran, 2003). Pengujian pada penelitian ini akan dilakukan oleh
pakar, Kidder dan Judd (1986) dalam sekaran (2000) menyatakan
bahwa contoh dimana suatu tes di desain dapat memiliki validitas
isi jika dievaluasi oleh penilaian oleh sekelompok pakar, dalam hal
ini dapat berupa para professional maupun dosen.
b) Convergent Validity
Construct validity secara sederhana dilihat sebagai tingkat
dimana variabel dalam penelitian secara lengkap dan akurat
diidentifikasi sebelum menghipotesiskan berbagai hubungan
fungsional (Hair, 2006). Construct validity yang digunakan untuk
memastikan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan
alat ukur sesuai dengan teori disebut convergent validity.
Convergent validity didapatkan apabila nilai-nilai yang dihasilkan
oleh dua instrument yang berbeda dalam mengukur konsep yang
sama adalah sangat behubungan atau highly correlated (Sekaran,
2003).
Untuk menguji validitas dalam penelitian digunakan analisis
faktor. Analisis faktor adalah teknik multivariate yang
mengkonfirmasi dimensi dari konsep yang didefinisikan secara
operasional, sebaik mengindikasikan item mana yang paling tepat
untuk setiap dimensi (membangun construct validity). Analisis
faktor adalah teknik statistika multivariate yang digunakan untuk
menjumlahkan informasi berupa sejumlah besar dari variabel
menjadi lebih kecil atau faktor (Hair, 2006). Dengan adanya faktor
analisis, tidak ada lagi perbedaan antara variabel dependen dan
independen, semua variabel dalam penelitian dianalisis secara
bersama untuk mengidentifikasi faktor yang mendasari.
Langkah awal menginterpretasikan analisis faktor adalah faktor
loading. Faktor loading menunjukkan korelasi antara variabel dan
faktornya (Hair, 2006). Setiap faktor loading adalah sebuah ukuran
dari pentingnya variabel tersebut dalam mengukur setiap faktor.
Seperti korelasi, faktor loading benilai antar + 1 sampai – 1 (Hair,
2006). Dasar – dasar penentuan item – item pernyataan dikatakan
valid adalah dengan menggunakan rule of thumb:
• Besarnya faktor loading adalah lebih besar atau sama
dengan 0.4
• Faktor-faktor atau item-item yang ada tidak saling
berhubungan atau tidak menjadi bagian atau angora faktor
lain.
3.7.2 Uji Realibilitas
Reliabilitas mencerminkan apakah suatu pengukuran terbebas
dari kesalahan (error) sehingga memberikan hasil pengukuran yang
konsisten pada kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing butir
dalam instrument (Sekaran, 2003). Reliabilitas adalah tingkat dimana
pengukuran yang diambil dengan instrument tertentu dapat diulang
(Hair, 2006). Reliabel maksudnya adalah dengan alat ukur dan
fenomena yang sama walaupun diterapkan dalam kondisi dan situasi
yang berbeda maka akan menunjukkan hasil yang sama (Cooper &
Schindler, 2003).
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang dilakukan
menggunakan alpha cornbach. Koefisien reliabilitas dapat langsung
diketahui dalam output pengujian validitas dengan melihat koefisien
alphanya. Nilai yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah >
0,7, meskipun banyak sumber yang menyatakan > 0.6 (Hair et. al.,
1998; Sekaran, 2003). Dalam Sekaran (2003), nilai alpha cornbach
dikategorikan menjadi:
• α < 0.60 → reliabilitasnya dinilai lemah
• 0.6 < α < 0.79 → reliabilitasnya dapat diterima
• α > 0.80 → reliabilitasnya dinilai baik
Penelitian yang baik adalah penelitian yang alpha cornbachnya
mendekati angka 1. Semakin besar nilai alpha cornbach, maka
instrumen penelitian dan data yang diperoleh memiliki konsistensi
yang baik, handal dan dapat dipercaya.
3.8 Analisis Data
3.8.1 Metode Analisis
Untuk menguji hubungan antara persepsi nilai konsumen,
kepuasan dan loyalitas akan digunakan multiple regression analysis
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung (Ghozali, 2006, h. 86 ). Sedangkan efek moderasi
akan diuji dengan moderated regression analysis, yaitu aplikasi
khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
independen) (Ghozali, 2006, h. 164). Hubungan persepsi nilai
konsumen pada kepuasan akan diuji dengan simple regression
analysis.
3.8.2 Asumsi Dasar dan Pengujian Secara Teknis
3.8.2.1 Asumsi Dasar
Agar diperoleh model taksiran yang tidak bias dan
terbaik maka sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih
dahulu diuji asumsi-asumsi yang mendasari analisis regresi
linier. Asumsi – asumsi tersebut menurut Gujarati (2003)
adalah :
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
data yang ada mengikuti atau mendekati distribusi normal
yaitu distribusi dengan bentuk lonceng (bell shaped) atau
tidak. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
distribusi normal, yang terlihat dari selebaran data yang
bergerombol di sekitar garis uji dan tidak ada data yang
terletak jauh dari sebaran data (Santoso, 2004).
Asumsi normalitas dapat diperiksa dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan sisaan sebagai variabel yang akan dilihat,
berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis dari pengujian ini
adalah :
Ho : sisaan berdistribusi normal
H1 : sisaan tidak berdistribusi normal
Asumsi normalitas terpenuhi jika uji Kolmogorov-
Smirnov berada pada tingkat signifikansi > α yang
ditetapkan (Singgih, 2003).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat
apakah pada model regresi ditemukan korelasi antar
variabel independen. Multikolinearitas adalah
terjadinya hubungan linier yang sempurna atau pasti
antara variabel-variabel independen. Model regresi
harus bebas dari multikolinearitas, yang dilihat dari:
• Besarnya nilai VIF (Variable Inflation Faktor)
< 10 (sebaiknya <5)
• Besarnya nilai Tolerance > 0.1
• Nilai R2 tinggi tapi tidak satupun atau sangat
sedikit yang diduga signifikan secara statistik
(Supranto, 1995)
Konsekuaensi dari terjadinya multikolinearitas
adalah koefisien regresi tidak dapat ditentukan dan
standar eror yang ada tidak dapat didefinisikan dengan
jelas (Gujarati, 2003). Bila terjadi multikolinearitas,
maka salah satu cara yang dilakukan adalah membuang
salah satu variabel independen (Nachrowi, 2006).’
3.8.2.2 Pengujian Secara Teknis
Selain pengujian asumsi regresi, pengujian ketepatan
(goodness of fit) juga dilakukan dalam penelitian ini. Goodness
of fit yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui arti dari masing-
masing parameter penduga secara parsial, apakah koefisien
parsial yang diperoleh tersebut mempunyai pengaruh atau
tidak dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya
konstan. Hipotesisnya adalah:
Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh dari variabel X terhadap
Y)
H1 : βi ≠ 0 (ada pengaruh dari variabel X terhadap Y)
Keputusan yang diambil adalah:
thit ≤ tα/2(n-k-1) , maka Ho diterima
thit ≤ tα/2(n-k-1) , maka Ho ditolak
Nilai thit didapat dari output hasil regresi. Keputusan
yang diharapkan adalah Ho ditolak yang berarti ada
pengaruh dari setiap variabel independen secara individu
terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan (1-α)
%.
2. Uji F
Uji F merupakan uji kelayakan model, apakah model
regresi linier berganda yang diajukan adalah model yang
layak untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara besama-sama
(simultan). Pengujian hipotesisnya :
Ho : β1 = β2 = …. = βk = 0, dengan k adalah banyaknya
variabel independen
H1 : β1 ≠ β2 ≠ ….. ≠ βk ≠ 0
Keputusan yang diambil adalah:
Fhit ≤ Fα(k)(n-k-1) , maka Ho diterima
Fhit > Fα(k)(n-k-1) , maka Ho ditolak
Nilai Fhit diperoleh dari output hasil regresi. Keputusan
yang diharapkan adalah Ho ditolak yang berarti setiap
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen
pada tingkat kepercayaan (1 - α) %. Pengambilan
keputusan dalam output SPSS juga dapat dilihat dari
tingkat signifikansinya < α yang ditetapkan maka
keputusannya adalah Ho ditolak.’
3. Uji Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menjelaskan seberapa jauh
presentase variabel-variabel independen mepengaruhi
variabel dependen. Koefisien determinasi ini dikenal
dengan besaran R2. Koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui proporsi varians variabel dependen yang
dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama
atau secara verbal R2 mengukur proporsi (bagian) atau
presentase total variasi dalam variabel dependen yang
dijelaskan oleh model regresi (Gujarati, 1999).
Nilai R2 diperoleh dari output hasil regresi. Jika R2 = 1,
berarti suatu kecocokan yang sempurna. Jika R2 = 0, berarti
tidak ada hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Semakin besar nilai R2 maka semakin
baik model untuk digunakan.
3.8.3 Formulasi Dasar Sesuai Model Riset
Berdasarkan model riset yang dikembangkan, secara matematis
formulasi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Model Simple regression analysis :
Y = α + β1X1 + ε
Y = α + β1X2 + ε
X2 = α + βX1 + ε
Dimana :
Y = Loyalitas
X1 = Persepsi Nilai Konsumen
X2 = Kepuasan
ε = Estimasi standar eror
3.9 Pretest
Sebelum kuesioner disebarkan kepada 150 responden, peneliti mengadakan
pengujian pendahuluan (pre-test) agar data yang digunakan berkualitas. Data yang
berkualitas yang dimaksud adalah data yang dihasilkan dari instrumen penelitian
yang mempunyai validitas serta reliabilitas yang tinggi. Untuk itu, pre-test dilakukan
untuk mengetahui kualitas item-item dalam setiap pertanyaan kuesioner yang dapat
diketahui melalui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Pengujian pendahuluan ini
akan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 50 responden dimana masing-
masing responden mengisi item-item pertanyaan dalam kuesioner yang meliputi
variabel persepsi nilai, kepuasan, dan loyalitas konsumen. Item-item pertanyaan
dalam setiap variabel yang akan diuji mengacu pada penelitian sebelumnya yang
dialih bahasakan menjadi bahasa Indonesia.
Pada tahap pre-test ini, kualitas item akan diukur melalui uji validitas dan
reliabilitas. Validitas menguji seberapa baik suatu instrumen yang dibuat mengukur
konsep tertentu yang ingin di ukur. Tujuan dilakukannya Uji Validitas adalah untuk
melakukan pengujian apakah item-item pertanyaan di dalam kuesioner mempunyai
ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi pengukurannya. Suatu skala
pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya diukur. Apabila
skala pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak
mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Sekaran, 2000).
Dalam rangka pengujian validitas butir-butir instrumen penelitian, terlebih
dahulu dilakukan pengujian face validity oleh dosen pembimbing pada penelitian ini.
Item-item penelitian dikatakan lolos uji face validity apabila pihak pihak yang
ditunjuk menyetujui item-item instrumen yang diusulkan.
Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini direplikasi dari
beberapa kuesioner yang telah digunakan peneliti sebelumnya dengan topik sejenis
dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi konseptual (sesuai dengan konsep
teoritis) dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini memberikan
dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti
memiliki validitas isi (content validity). Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa
indikator-indikator pengukuran dalam penelitian ini telah divalidasi oleh beberapa
peneliti sebelumnya. Akan tetapi dikarenakan perbedaan latar belakang penelitian,
waktu penelitian, dan objek penelitian, maka dirasa perlu mengadakan pengujian
ulang atas validitas instrumen penelitian ini. apabila koefisien yang tinggi dapat
menunjukkan reliabilitas yang tinggi (Gay and Diehl, 1996). Pada pre-test ini untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas akan di bagikan kuesioner sebanyak 50 buah
yang sudah dianggap cukup untuk mewakili.
Hasil validitas dan reliabilitasnya adalah sebagai berikut.
3.9.1 Uji Validitas
Pengujian validitas dalam pretest ini menggunakan confirmatory factor
analysis (CFA) untuk mengkonfirmasi apakah semua item dalam penelitian ini
mencerminkan keempat variabel dalam penelitian. Hasil dari confirmatory factor
analysis yang diolah dengan software SPSS 17.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
KMO and Barlett’s Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
.719
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square 375.861
df 105
Sig. .000
Pada Tabel 3.1 nilai KMO menunjukan nilai diatas 0,50 yaitu 0.719 sehingga
analisis faktor dapat dilakukan. Sedangkan nilai Bartlett test dengan Chi-squares
sebesar 375.861 dan signifikan pada 0.000, dapat disimpulkan bahwa uji analisis
faktor dapat dilanjutkan.
Tabel 3.2
Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3
PV1 .086 .342 .591
PV2 .332 -.183 .733
PV3 -.041 .103 .730
PV4 .433 .284 .507
PV5 .260 -.005 .761
S1 .126 .604 .195
S2 .096 .775 -.006
S3 -.109 .807 -.072
S4 .103 .879 .086
S5 .282 .782 .139
L1 .751 .071 .202
L2 .753 .174 .112
L3 .854 .164 .087
L4 .834 .116 .034
L5 .615 -.079 .267
Dari hasil pengujian validitas menggunakan confirmatory factor
analysis, dinyatakan bahwa item-item tersebuttelah mencerminkan variabel
penelitian. Hal ini mengindikasikan bahwa semua item penelitian valid.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach Alpha.
Nilai yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah > 0,7, meskipun
banyak sumber yang menyatakan > 0.6 (Hair et. al., 1998; Sekaran, 2003).
Dalam Sekaran (2003), nilai alpha cornbach dikategorikan menjadi:
• α <0.60 reliabilitasnya dinilai lemah
• 0.6< α<0.79 reliabilitasnya dapat diterima
• α >0.80 reliabilitasnya dinilai baik
Hasil pengujian reliabilitas pada pre - test adalah sebagai berikut
Tabel 3.3
Kesimpulan Uji Statistik Cronbach Alpha
Variabel Nilai Cronbach Alpha
Persepsi Nilai Konsumen 0.847
Kepuasan Konsumen 0.842
Loyalitas Konsumen 0.847
Dari hasil pengujian reliabilitas pada Tabel 3.3. tersebut, semua item dalam
penelitian ini dinyatakan reliabel, karena nilai Alpha Cornbach yang dihasilkan
menunjukkan angka lebih dari 0.6.