bab iii biografi dan tuntunan doa haji sulong al...
TRANSCRIPT
BAB III
BIOGRAFI DAN TUNTUNAN DOA HAJI SULONG AL-FATANI
Dalam bab ini penulis berusaha menjelaskan doa-doa Haji Sulong dengan
membagi doa yang telah dia susun menjadi beberapa kategori. Namun, sebelumnya
akan diuraikan terlebih dahulu latar belakang dari pendidikan dan aktifitasnya. Hal ini
perlu dilakukan agar dapat mengapresiasikan sepenuhnya karisma Haji Sulong, serta
sumbangannya kepada perjuangan Patani. Selain itu, juga dengan pertimbangan bahwa
hasil pemikirannya pada dasarnya tidak terlepas dari ruang dan waktu yang sedang
berlangsung pada kehidupan tokoh legendaris ini.
A. Riwayat Hidup Haji Sulong Al-Fatani. 1. Sekilas tentang Al-Fatani
Al-Fatani adalah sebuah nama panggilan yang berasal dari bahasa Arab
yang ditujukan kepada negara Patani, ia menjadi tempat kelahiran Haji Sulong.
Letaknya di antara garis lintang 6 dan 7 derajat ke utara dan garis bujur 101 dan
102 ke timur. Luasnya 2.102 kilomiter persegi. Wilayah Patani perbatasan dengan
lautan China selatan di sebelah utara dan timurnya, wilayah Yala dan Narathiwat
di sebelah selatan dan wilayah Songkhla di sebelah baratnya.1
Para ahli telah sepakat menyatakan bahwa, bangsa yang pertama
bermustautin (menetap) di tanah Melayu di Asia Tenggara adalah suku
"Javanese-Malay" yang kemudian menurunkan keturunan masyarakat Melayu
Patani di selatan Thailand sekarang.2
Sebelum dipaksa bergabung dengan Thailand, Patani adalah kerajaan
Islam yang otonom dan berdaulat penuh. Sebagai identititas keagamaan,
masyarakatnya akrab dengan masjid, mushalla, dan pondok pesantren. Di tiga
1 Ayah Bannara, Patani Duhulu dan Sekarang, (Pattani: Panel Penyelidikan Angkatan al-
Fathani, 1977), hal. 1 2 Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar : Pustaka Darussalam, 1994),
hal. 2 46
47
tempat inilah pendidikan tradisional berlangsung. Sedangkan orang yang
berpengaruh dikalangan masyarakat Muslim itu adalah tok guru dan ustaz 3 (orang
alim dibidang agama).4
Meski termasuk kalangan elite, tok guru maupun ustaz tidak memiliki
peran aktif dalam pemerintahan dan perekonomian seperti halnya bangsawan.
Peranan mereka yang utama adalah mengembangkan, memelihara misi, dan
dakwah Islam. Dari sinilah agama Islam bisa menjadi identitas masyarakat yang
mapan dan berkesinambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Setelah ditaklukkan oleh Siam (Thailand) pada tahun 1785 M, dan dibagi-
bagi menjadi beberapa daerah pada tahun 1816 M. Negeri Patani perlahan-lahan
kehilangan identitasnya sebagai sebuah negeri Melayu yang merdeka. Pemerintah
Siam berusaha dengan berbagai cara untuk mensiamkan penduduk Patani.5
Sehingga, Patani menjadi sebuah negeri yang dilupakan orang, sepi dan tidak
terkenal. Namanya hanya ada dalam dokumen lama saja. Demikian juga orang-
orang Patani, hilang dan tidak dikenal.
Dari beberapa waktu, lahirlah seorang ulama yang memiliki sikap sebagai
sosok pemimpin yang bernama Haji Sulong Al-Fatani. Seorang pejuang keadilan
yang menuntut kemerdekaan ini ditakdirkan tidak terkenal karena kitab-kitab
karangannya atau karena muridnya yang banyak, akan tetapi lebih terkenal karena
keterlibatannya dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan rakyat
Patani pada tahun-tahun sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Hilangnya
secara misterius, justru menambahkan lagi keharuman nama baik beliau
dikalangan masyarakat Patani khususnya dan umat Islam semenanjung tanah
Melayu pada umumnya.6
2. Biografi Haji Sulong Al-Fatani
3 Tok guru adalah sebutan bagi para ulama yang lebih senior (dari segi umur dan karisma),
Sedangkan ustaz adalah sebutan yang ditujukan kepada pengajar atau ulama yang lebih muda. Baik tok guru maupun ustaz pernah nyantri di pesantren lokal atau luar negeri seperti Arab Saudi, Aljaza`ir, Pakistan, Mesir, dan Indonesia. Lihat, Emi Budiwati, “Patani, Konflik Tiada Henti” Hidayatullah, Edisi 07/18, Nopember 2005, hlm. 57
4 Ibid, hlm. 56 5 Ahmad Fathy al-Fathani, op. cit., hal. 67 6 Ahmad Fathy al-Fatani,op.cit., hlm 81
48
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Haji Abdul Qadir bin
Muhammad bin Tuan Minal. Beliau dilahirkan di Kampung Anak Ru di kota
Patani pada awal tahun 1895 M. Beliau merupakan anak tunggal dari Haji Abdul
Qadir dengan istrinya yang pertama, Syarifah (dipanggil Che Pah). Ibunya
meninggal dunia dalam tahun 1907 M, ketika Haji Sulong baru berusia 12 tahun.
Ayahnya menikah lagi dan dikaruniai sembilan orang anak dari dua orang istri.
Haji Abdul Rahim dan Sofiah adalah dua orang adiknya dari istri ayahnya yang
kedua dan tujuh orang lagi dari istri ayahnya yang ketiga. Sedangkan gelar sulong
disebabkan karena beliau adalah anak sulung dalam keluarganya. 7
Sedangkan ayahnya, Haji Abdul Qadir bin Muhammad ialah cucu dari
ulama Patani yang termasyhur yaitu Toh Mena (Tuan Minal) penulis kitab
Kashful Litham, Akidah Al-Najim dan lain-lain. Nama sebenarnya Haji Abdul
Qadir bin Muhammad bin Toh Mena ialah Haji Zainal Abidin bin Ahmad. 8
Ketika Haji Sulong masih kecil, beliau dikirim untuk menuntut ilmu
bersama sanak saudaranya Tuan Guru Haji Wan Ahmad di Mekah. Namun, pada
tahun 1908 M. gurunya meninggal dunia, beliau terpaksa mencari tempat
perlindungan yang lain. Salah seorang saudara Tuan Minal adalah Pak Da Omar
(nama panggilan), Ia membawa Haji Sulong tinggal bersamanya di Kampung
Jiad, Mekah. Kemudian, Haji Sulong dinikahkan dengan anaknya yang bernama
Cik Safiah binti Omar. Baru setahun menikah, istrinya meninggal dunia sebelum
mendapat keturunan. Dua tahun kemudian, Haji Sulong menikah lagi dengan
Hajjah Khadijah binti Haji Ibrahim Tok Raja, yaitu adik dari Haji Mohammad
Nor Ibrahim yang kemudian menjadi Mufti 9, kerajaan Kelantan, Malaysia.
3. Pendidikan dan Guru-guru Haji Sulong Al-Fatani.
Sejak kecil, Haji Sulong mempelajari ilmu al-Qur`an dari ayahnya sendiri.
Beliau dikenal sebagai anak yang pintar dan cerdas. Pada usia delapan tahun
beliau sudah khatam al-Qur`an. Kemudian dikirim belajar agama di Pondok Haji
7 Muhammad Kamal K. Zaman, Fatani 13 Ogos, (Kelantan : tp., 1996), hal, 1 8 Ibid., hlm. 1 9 Mufti adalah sebutan bagi orang yang memberi fatwa untuk memutuskan masalah yang
berhubungan dengan hukum Islam, sebagaimana pejabat dalam pemerintahan dibidang syari`at Islam.
49
Abdul Rasyid di Kampung Bandar, Sungai Pandan yang terletak kira-kira lima
kilometer dari kota Patani. Empat tahun kemudian, ketika berusia 12 tahun, beliau
berangkat menuju ke Mekah dan berguru kepada saudara sepupunya yang
bernama, Tuan Guru Haji Wan Ahmad bin Wan Zain bin Mustapha al-Fatani,
salah seorang ulama Fatani di Mekah.10
Adapun guru-guru Haji Sulong sewaktu di Mekah, selain dari ulama-
ulama yang berasal dari Patani, terdapat dari kalangan ulama terkenal dari Mesir,
Maghribi dan Arab. Beliau cenderung menyukai bidang politik, bergaul dengan
tokoh-tokoh politik. Beliau gemar membaca sastra Arab dan belajar terakhir
bersama orang Tunisia yang bernama Habibullah, seorang ulama yang terkenal.11
Haji Sulong tekun mempelajari kitab-kitab dan bergabung dengan
lingkungan-lingkungan skolastik (haalqah) yang berbahasa Melayu di Masjidil-
Haram, dimana beliau menjadi seorang lektor yunior mengenai hukum Islam
mazhab Imam Syafi`i.12 Beliau alim dalam dua bidang ilmu, yaitu ilmu
ushuluddin dan tafsir serta fasih dalam bahasa Arab dan menguasai sastra Arab,
dimana kebolehannya diakui oleh para ahli dikalangan masyarakat Arab sendiri.
beliau menimba ilmu di Mekah selama 20 tahun.13
4. Aktifitas Haji Sulong Al-Fatani
Haji Sulong tergolong cendikiawan Muslim yang memimpin pembaharuan
agama Islam dan gerakan nasionalis di Malaya (Melayu Patani dan Malaysia) dan
Indonesia dalam dasawarsa pertama abad ke-20.14
Sewaktu terjadi perang dunia pertama (1914-1915), kehidupan di Mekah
sangat susah, beliau musafir ke tanah Jawi dalam rangka berdakwah dan mencari
rizki. Setelah 45 hari perjalanan melalui darat, maka sampailah di negeri
Kamboja. Disana beliau tinggal di Kampung Cham dimana mayoritas
10 Muhammad Kamal K. Zaman, op. cit, hlm. 1 11 Haji Zainal Abidin Haji Sulong, Mulnithi Haji Sulong “Buku Kenangan Berdiri Yayasan Haji
Sulong, (Pattani : Yayasan Haji Sulong, 1990), hal. 74 12 Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai, Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakarta,
LP3ES, 1989), hlm. 114 13 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hlm. 1 14 Surin Pitsuwan, op. cit, hlm. 114
50
penduduknya beragama Islam. Dari situlah aktifitas dakwahnya dijalankan.
Namun, tidak lama beliau ditangkap oleh tentara Perancis karena diduga sebagai
mata-mata (spionase) Turki, dan dibebaskan dalam beberapa hari kemudian.15
Selama tiga bulan beliau mengajar ilmu agama di Kamboja, Haji Sulong
terus ke Bangkok dan tinggal di Bangkrua, sebulan kemudian beliau menuju ke
Aceh, Sumatera, Singapore dan Malaysia. Semuanya dalam rangka dakwah Islami
dan mencari rizki. Kemudian Haji Sulong meneruskan perjalanannya ke Mekah
untuk yang kedua kalinya.16
Haji Sulong bersama istrinya pulang ke Patani pada akhir tahun 1927 M17
dengan niat tinggal selama dua tahun saja untuk menghibur istrinya yang sangat
sedih atas kehilangan anak sulungnya yang bernama Mahmud, yang baru berusia
dua tahun. Ketika itu negeri Patani telah menjadi wilayah Pattani (Cangwad
Pattani) diperintah oleh Phraya Udum Pong Phing Sawat sebagai penguasa
pemerintahan pusat. Haji Sulong hampir tidak percaya bahwa masyarakat Patani
kebanyakan masih terbelakang dan buta huruf. orang-orang awam masih percaya
kepada hantu, setan dan tempat-tempat karamat, dan lain sebagainya. Dimana
ketika itu, Patani mempunyai penduduk sekitar 600.000 orang, sedangkan
masyarakat terpelajar hanya 1% saja dan di pesantren hanya mengajar masalah
amalan ibadah semata-mata. 18
Kedatangan Haji Sulong cukup mewarnai kehidupan masyarakat. Karena,
beliau merupakan pemimpin kerohanian yang sebenar-benarnya dari umat Islam
di negeri Thai, beliau adalah Syikh al-Islam de facto bagi kaum Melayu-Muslim.19
Tidak seperti ulama-ulama sezaman dengannya yang kebanyakan mengajar dalam
bentuk halaqah di pondok pesantren sepenuh masa. Corak pengajaran Haji Sulong
lebih berupa kuliah mingguan dan kuliah antara shalat maghrib-isya. Pada
umumnya beliau mengajar dua bidang ilmu, yaitu tafsir dan ushuluddin. Cara
pendekatan dalam menyampaikan pengajaran dan ide-idenya juga berbeda dengan
15 Ibid, hlm. 2-4 16 Ibid, hlm. 2-4 17 Ahmad Fathy al-Fatani, op cit., hal. 85 18 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hlm. 4 19 Surin Pitsuwan, op. cit., hlm. 113
51
para ulama tradisional lainnya, bagi masyarakat Patani yang biasa mengenal tafsir
melalui kitab “Bidhori dan Jalalin”. Maka, uraian dan tafsiran ayat-ayat al-Qur`an
dari Haji Sulong terasa baru dengan konsep tauhid dan semangat jihad. Sehingga,
dalam menyampaikan kuliahnya sangat menarik, progresif dan berani.20
Dalam aktifitas politik, beliau semata-mata memikirkan untuk kepentingan
masyarakat Muslim. Beliau mengadakan tuntutan kepada pemerintah pusat, yang
meliputi; otonomi hukum bagi pengadilan Islam, pembentukan dewan
keagamaan, penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi di samping bahasa
Thai untuk di Selatan, masyarakat Muslim dapat ikut serta dalam mengkontrol
terhadap pemerintahan dan keuangan di daerahnya. Tuntutan ini sebagai
kegigihan Haji Sulong. Sedangkan bagi pemerintah pusat dianggap sebagai
pemberontakan terhadap negara merdeka yang sah. Akhirnya Haji Sulong
dihukum dengan tahanan penjara.21 Setelah tiga setengah tahun dalam penjara,
beliau dibebaskan dan pulang ke rumah untuk melanjutkan aktifitasnya.
Setelah kembali ke Patani, Haji Sulong melanjutkan mengajar seperti
semula di Madrasah Al-Maarif Al-Wataniah. Tidak lama kemudian, beliau
bersama anaknya yang bernama Ahmad dan rekannya Wan Utsman bin Wan
Ahmad, Che Ishak Abbas dipanggil untuk menghadiri pertemuan di Sanggora.
Beliau terpaksa hadir memenuhi panggilan Bunlert Pichai untuk mengadakan
pertemuan tertutup pada hari jum`at tepatnya pada 13 Agustus 1954.
Sejak pertemuan itu berlangsung, rombongan Haji Sulong dinyatakan
hilang, tidak lagi pulang ke rumahnya. Sehingga, tiga hari kemudian Istrinya
Hajjah Khadijah menemui polisi di Sanggora, jawaban yang diterima adalah Haji
Sulong sudah diizinkan pulang. Merasa tidak puas dengan jawaban itu, Hajjah
Khadijah menuju ke Bangkok untuk menemui Menteri Dalam Negeri, dan
berikutnya Perdana Menteri Phibul Songkram, jawaban yang diperoleh dari
keduanya adalah Haji Sulong telah pergi keluar negeri. 22
20 Ahmad Fathy al-Fatani, op. cit, hal. 84 21 Ismail Che Daud, Tokoh-Tokoh Ulama Semenanjung Melayu (I), (Kota Baru Kelantan :
Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1992), hal. 444 22 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hlm. 32-33
52
Tiga tahun kemudian, Haji Mohammad Amin anak dari Haji Sulong,
memenangkan pemilihan umum, kemudian menjabat sebagai Sekretaris Menteri
Dalam Negeri. Pelantikan ini dilakukan agar dapat meredakan kemarahan
masyarakat Patani terhadap kerajaan. Haji Mohammad Amin menggunakan
jabatannya untuk membongkar misteri hilangnya sang ayah. Dan akhirnya
membuahkan hasil, ia diberi tahu oleh isteri Menteri Dalam Negeri yang bernama
Kunying Udom Lak bahwa, Haji Sulong di bunuh di pantai Semila, Sanggora.
Atas perintah Bunlert Prichai, dan mayat Haji Sulong bersama rumbungannya
dibuang ke laut yang berdekatan dengan pulau Tikus dan pulau Kucing.23
Namun sayangnya, Haji Mohammad Amin tidak mempunyai saksi-saksi
yang kuat untuk membela perkara dalam pengadilan negeri Thai. Sehingga ia
terpaksa merelakan kehilangan ayahnya secara misterius sampai sekarang.
5. Karya-karya Haji Sulong Al-Fatani
Karya-karya Haji Sulong yang dapat diketahui dalam bentuk karangan
ilmiah hanya tiga buah saja yang telah diterbitkan (tidak termasuk yang belum di
cetak). Tiga buah ini ialah:
a. Khulazah al-Jawahir, yang berisi masalah-masalah mengenai ushuluddin.
b. Cahaya Islam, Kitab mengenai maulid Nabi (tentang hukum mengingat hari
kelahiran Nabi Muhammad Saw.)
c. Gugasan Cahaya Keselamatan. Buku yang paling terkenal dan sangat dicari-
cari, buku ini menjadi masyhur karena nilai-nilai sejarah yang dikandungnya:
pertama karena ditulis dalam tahanan di Legor sewaktu menunggu keputusan
Mahkamah Besar Bangkok (San U`thon) untuk kasus penahanan. Kedua,
karena buku ini yang diterbitkan oleh anaknya, Haji Muhammad Amin pada
tahun 1958 M. yang kemudian dilarang beredar oleh kerajaan Thailand. Buku-
buku yang telah beredar di pasaran telah ditarik kembali, sementara sisanya
yang sedang dalam proses cetak di Saudara Press, Patani telah dimusnahkan.
Tetapi, tidak semua buku ini yang sudah dicetak dapat ditarik, oleh Ibnu Al-
23 Ibid., hlm. 33-36
53
Fatani(M. Kamal K. Zaman) disusun kembali dan dicetak ulang dengan judul
“Fatani 17 Ogus”. Buku ini mengandungi doa-doa dan ayat-ayat al-Qur`an.
Menurut keterangan para guru di Patani yang menguasai dibidang tafsir
adalah mereka yang pernah menjadi murid-murid Haji Sulong. Antara lain adalah;
Haji Mustafa bin Haji Abdul Rasyid (kampung Bandar), Haji Abdulkadir Wamud
(Nad Tanjung, Dala), Haji Hasan Mak Enggol, Haji Muhammad Nor Chenak,
Haji Muhammad Pauh (Bendang Jelapang), Haji Abdul Rahman Padang Ru
(Jala), dan lain-lain.
B. Tuntunan Doa dan Macam-macamnya
1. Tinjauan Tentang Doa Haji Sulong
Setiap manusia senantiasa mengalami suka dan duka, mengalami senang
dan susah, sehat dan sakit, kemajuan dan kemunduran, dan lain sebagainya yang
datang silih berganti. Untuk itu manusia membutuhkan doa, karena doa adalah
suatu fitrah di dalam diri manusia, doa bukanlah permohonan ala kadar tetapi ia
adalah teks-teks pelajaran aqidah dan tasawuf yang tersusun dalam bentuk amalan
dan dialog dengan Tuhan. Isi tulisan akan menjadi undang-undang etika, kehidupan
sosial serta memberi kesadaran kepada manusia kearah pemahaman tentang arti
kelemahan dan kehinaan. Sehingga, doa merupakan kata kunci untuk mengenal
kebahagiaan dan kesengsaraan dimana orang yang melakukannya berada.
Sebagaimana doa-doa Islami lainnya, doa Haji Sulong diambil dari al-
Qur`an, al-Hadist dan berbagai kisah para shalihin. Yakni, kisah orang-orang shaleh
yang pernah mengamalkannya serta bukti kemujarabannya. Selain itu, menurut
catatan sejarah doa yang ditulis beliau menunjukkan bahwa semua isi diperoleh dari
kekuatan daya ingat yang hebat dan diakui sebagai amalan selama hidupnya. Hal ini
dapat diyakinkan bahwa dengan berdoa membuat beliau berani dan tabah dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya.
Dalam penulisan doa serta penjelasannya, menunjukkan adanya sisi
mujarab, dan betul-betul dapat memberikan manfaat di dunia maupun di akhirat
54
kepada siapa saja yang mengamalkannya,24 sehingga doa dan amalan-amalan
tersebut dapat dipercayai oleh masyarakat luas. Dengan berdoa merupakan suatu
jalan menuju rahasia Auliya`Allah, dimana mereka telah mengajar kepada orang
yang berduka cita dalam menghadapi sesuatu pekerjaan atau ditimpa musibah.25
Semangat spiritual serta tegar dalam menghadapi problematika kehidupan,
merupakan hal yang sangat penting dari doa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat ketika
Haji Sulong disuruh oleh orang lain agar segera melarikan diri dari ancaman polisi,
kamudian beliau menegaskan bahwa "saya tidak hirau (peduli), ini tugas saya".
selanjutnya, beliau membaca:
عمي البصراذا انزل القضاء "Apabila tiba taqdir Allah atas seseorang, maka beratlah mata dan fikirannya". 26
Ketegasan tersebut menunjukkan bahwa, kondisi kejiwaaan Haji Sulong
tidak ada sama sekali rasa takut, yang ada hanya tenang walaupun ancaman di atas
berkaitan dengan keselamatan jiwa raganya. Bila dilihat lebih jauh berdasarkan
suatu teori yang menyatakan bahwa, tidak mungkin seseorang dapat menyelami
terhadap batinnya (dengan berdoa), apabila kesadaran kalbu terganggu oleh
berbagai perangkat duniawi, seperti ancaman, serangan dan sebagainya. Karena,
mata batin sangat membutuhkan konsentrasi untuk menunjukkan kesungguhan.27
Maka dari sini dapat dibuktikan bahwa Haji Sulong benar-benar tidak takut kepada
yang lain selain Allah SWT. 2. Macam-macam Tata Cara Ritual Doa
Mengingat doa merupakan bagian dari zikir, sedangkan buah dari zikir
adalah keyakinan yang mendalam bahwa; manusia selalu dilihat oleh Tuhannya,
maka dalam melakukan segala aktifitas harus didasari dengan doa, berdoa tersebut
bukan semata-mata meminta atau mengeluarkan seperangkat ayat (teks doa) lalu
menguntaikannya dengan berkeyakinan akan diterimanya. Akan tetapi, masih
banyak amalan yang lain yang pada hakikatnya juga termasuk berdoa. Seperti
24 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hal. 45 25 Ibid. hal. 87 26 Ibid. hal. 25 27 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhani, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 21
55
berzikir, bertaubat (berhenti dari perbuatan yang jahat), dan lain-lain. Karena, Allah
SWT sangat mengerti apa yang dibutuhkan hambanya.
Oleh karena itu, berdoa dipandang sebagai suatu kegiatan utama dalam
kehidupan beragama, dan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara untuk
menyatakan permohonan kepada Allah SWT diantaranya adalah:
a). Berdoa dengan membaca ayat-ayat tertentu dalam al-Qur`an.
Doa dalam bentuk membaca al-Qur`an ini bukan berarti membaca teks-
teks al-Qur`an yang berupa doa. Tetapi, terdapat beberapa ayat al-Qur`an yang
dipercayai bahwa, apabila dibacakan sama artinya dengan berdoa. Dalam hal
ini, terdapat beberapa ayat yang dibacakan untuk menjadi pelindung diri dalam
rangka melepaskan dari seteru, bala, kezaliman dan pencuri sebagaimana
pernyataan Haji Sulong yang berbunyi:
Barang siapa yang merasa takut akan sesuatu kejahatan pada dirinya, seperti; pencuri, penyamun dan sebagainya, ketika sedang dalam musafir (orang yang berpergian) atau tidak, hendaklah membaca ayat yang amat besar (segi manfaat) untuk mengelilingi tubuh dalam setiap keadaan.28
Adapun ayat-ayatnya sebagai berikut:
1). Berdiri menghadap kearah kiblat
أعوذ باهللا السميع العليم من الشيطان الرجيم صم بكم عمي فهم ال ال ال
"Aku berlindung dengan Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengtahui daripada Setan yang terhina, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak, tidak, tidak (akan kembali ke jalan yang benar)".
2). Berpaling ke sebelah kanan
أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا وأنكم إلينا ال ال ال"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak, tidak, tidak" (akan dikembalikan) kepada Kami.
3). Berpaling ke belakang
غشيناهم فهم ال ال ال وجعلنا من بين أيديهم سدا ومن خلفهم سدا فأ
28 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hlm. 58
56
"Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak tidak tidak. (tidak dapat melihat)"
4). Berpaling ke kiri
إنس إن استطعتم أن تنفذوا من أقطار السماوات والأرض يا معشر الجن وال فانفذوا ال ال ال
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasan kamu tidak, tidak, tidak" (dapat menembusnya).
Ayat yang pertama menunjukkan bahwa, walaupun pancaindra mereka
(orang-orang zalim) sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta, karena tidak
dapat menerima kebenaran. Bagi orang yang berada dalam ketakutan atau
mengahadapi sesuatu yang menakutkan, apabila membacanya akan
memberikan pengertian bahwa orang tersebut dalam keadaan membutuhkan.
Dan pada ayat yang kedua, memberi ketegasan bahwa manusia diciptakan
dengan sesungguhnya dan akan kembali kepada Allah apabila di kehendaki-
Nya. Dan ayat yang ketiga memaparkan kata "sadda" berarti dinding, penutup
dan sebagainya yang akan melindungi pembacanya dari kecelakaan oleh musuh
atau orang yang zalim, sedangkan pada ayat yang terakhir merupakan seruan
kepada manusia maupun jin yang dianggap makhluk yang pandai. Tetapi,
tidaklah setara dengan kekuatan Allah SWT.
Dari sini dapat dipahami bahwa, suatu permohonan hamba kepada Allah
agar mendapat kekuatan yang dapat mengatasi segala sesuatu ciptaan-Nya
melalui membaca ayat suci al-Qur`an.
b. Berdoa dengan melakukan amalan khusus.
Maksud dari amalan khusus disini adalah serangkaian shalat sunat dan
berdoa menurut kaifiat (tata cara) yang telah dianjurkan oleh Haji Sulong untuk
diamalankan agar terpelihara iman ketika hampir meninggal dunia, hal ini
menurut beliau diambil dari tingkah laku para shalihin. Lebih lanjut, amalan-
57
amalan tersebut memperlihatkan kesetiaan dan kesungguhan seorang hamba
kepada Tuhannya. Sebagaimana pernyataan beliau yang berbunyi:
“Barangsiapa yang melakukukan amalan shalat serta wiridnya setelah
menunaikan shalat magrib pada setiap malamnya, niscaya akan dipelihara
imannya pada saat ia hampir meninggal dunia”.29
Adapun tata caranya adalah sebagai berkut :
1). Mendirikan shalat sunat dua rakaat, masing-masing raka’at, hendaklah
membaca tiga surat yaitu surat al-Ikhlas satu kali, surat an-Nas satu kali dan
surat al-Falaq satu kali setelah memebaca surat al-Fatihah
2). Setelah memberi salam, bershalawat atas Nabi Saw sepuluh kali di ikuti
dengan membaca doa dibawah ini tiga kali. Inilah doanya :
اتى ويفى ح ليع فظهنى فاحدي كتعدوتى اسان ماللهفاتى عنو دعباتى ومم دنالميالع با رة ياتموء الخس ا منؤمنم ى القاكتح.
"Ya Allah, aku titipkan kepada-Mu agama-ku, maka jagalah agar tetap padaku dalam hidupku, matiku dan setelah wafatku sehingga menemui-Mu dalam keadaan beriman, jauhkanlah dari su`ul khatimah wahai Tuhan semesta alam."
c. Berdoa dengan membaca istighfar.
Istighfar adalah permohonan ampun dari dosa-dosa yang telah di perbuat
oleh hamba Allah agar selalu mengingati-Nya. Maka, orang yang membacanya
harus menunjukan sikap yang tulus, serta mengharapkan bantuan dan
pertolongan. Dalam hal ini, Haji Sulong telah mengajari tentang bagaimana cara
yang semestinya dilakukan dalam rangka beristghfar kepada Allah. Menurutnya:
“Seharusnya istighfar dibaca sebanyak lima sampai tujuh kali setelah
melakukan ibadah shalat, karena besar manfaatnya. Sebab, di dalamnya
terkandung permohonan ampun kepada kedua orang tua, guru dan lain-lain.30
Adapun bacaan istighfar disini adalah:
29 Ibid, hal. 105 30 Ibid, hlm. 111
58
ولمشا يخى ولجميععلي الحقوق استغفر اهللا العظيم لى ولوالدي وال صحا ب .منات والمسلمني والمسلمات األحياء منهم واالموات ؤمنني والمؤلما
"Aku minta ampunan kepada Allah yang Maha Agung untukku, kepada kedua orang tuaku, dan untuk orang-oarng yang punya hak atas-ku, untuk nenek moyang-ku, untuk semua orang-orang Mukmin dan Mukminat, orang-orang Muslim dan Muslimat baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal."
Maksud dari pernyataan ayat di atas menunjukan bahwa, untuk
memohon sesuatu diharapkan memperbanyak amalan kepada Allah, karena
Sang Khalik yang memiliki segala-galanya akan memenuhi permintaan bila
hamba-Nya melakukan dengan sungguh-sungguh serta betul-betul taat. Allah
SWT menjadikan segala sesuatu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan
penuh hikmah. Maka layaknya sang hamba memohon atas segala sesuatu
kepada-Nya, untuk diri sendiri, keluarga maupun untuk orang lain. Istighfar ini
diharapkan membaca secara rutin setiap kali setelah melakukan shalat.
d. Berdoa dengan melakukan shalat hajat.
Shalat hajat adalah amalan yang lazim dilakukan oleh kaum Muslimin
pada umumnya, terutama ketika mereka merasa butuh sesuatu. Maka mereka
akan mendirikan shalat hajat dua rakaat, sambil berdoa kepada Allah SWT,
berupa memohon perlindungan, memohon keselamatan, dilimpahkan rizki dan
lain sebagainya. Maka, shalat hajat termasuk doa karena ia menunjukan sikap
tidak berdaya terhadap Tuhannya, serta dilakukan karena ada suatu keperluan.
Dalam hal ini, Haji Sulong meriwayatkan dari Muhammad bin
Darastaweh bahwa; telah melihat dalam kitab Imam Syafi`i dengan khatnya
(tulisannya) sendiri tentang tata cara shalat hajat yang diajarkan oleh Nabi
Khaidir kepada sebagian hambanya.31 Adapun tata cara tersebut adalah:
1). Mendirikan shalat hajat dua rakaat, pada rakaat pertama setelah membaca
surat al-Fatihah, hendaklah membaca surat al-Kafirun sebanyak sepuluh
31 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hal. 84
59
kali. Pada rakaat kedua, setelah membaca surat al-Fatihah, diikuti surat al-
Ikhlas sebanyak sebelas kali.
2). Setelah memberi salam, hendaklah sujud serta membaca shalawat atas Nabi
saw sebanyak sepuluh kali, diikuti dengan membaca ayat di bawah ini
sepuluh kali, yaitu:
لية اال باهللا العال قول ووال حو راكب اللهو اال الله ال إلهلله و دمالحان الله وحبس اللهم ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار ,العظيم
"Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas izin Allah yang maha tinggi dan maha Agung. Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat serta jauhkan kami dari siksa neraka".
Setelah itu mulai menyatakan hajatnya (berdoa). Dengan izin Allah akan
dipenuhi segala hajatnya.32 Para ahli mengatakan, Inilah bacaan doa yang
sebaik-baiknya bagi seorang Muslim.
e. Berdoa dengan melakukan istikharah.
Kata “Istikharah” dapat diartikan sebagai shalat sunah yang dilakukan
seseorang agar mendapat petunjuk kejalan yang benar.33 Akan tetapi, disini
istikharah dapat dilakukan melalui shalat dan dapat juga dilakukan tanpa
mendirikan shalat.34 sebagaimana Haji Sulong membagi istikharah kepada
beberapa macamnya, yang termasuk dalam kategori berdoa, karena dilakukan
dalam rangka memohon bantuan atau meminta petunjuk kepada Allah SWT
oleh pemohon. Adapun istikharah menurut Haji Sulong adalah sebagai berikut:
1. Istikharah melalui mendirikan Shalat
Barang siapa yang ingin mengetahui suatu pekerjaannya yang akan
dilakukannya, baik atau tidaknya (hasil dari akhir pekerjaannya) hendaklah
32 Ibid. hal. 84 33 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), Edisi III, hlm. 446 34 Muhammad Kamal K. Zaman, op cit., hlm. 98
60
ia shalat istikharah dua rakaat, setelah shalat isya dan sebelum melakukan
shalat witir, dalam keadaan suci. Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a). Shalat dua rakaat, masing-masing rakaat, membaca surat al-Fatihah
diikuti membaca ayat kursi satu kali.
b). Setelah memberi salam hendaklah membaca ayat Kursyi dua puluh satu
kali, surat al-Qadr satu kali, surat al-Ikhlas tiga kali, surat al-Falaq satu
kali dan surat an-Nas satu kali, kamudian membaca doa :
اللهم إنى تفاءلت بكالمك القديم فأرنى ما هو المكنون والمخبأ فى ليلتى ا لممو هنع ألتا سذه ممر الذى هذا األمه من جورلى الخ نيبأل وأس
أخافه وأحذره اللهم إن كان خيرا فأرنى بياضا او خضرة وإن كان شرا .ةفأرنى سوادا او حمرة وأ رسل لى خادما من خدام هذه األية الشريف
"Ya Allah, sesungguhnya aku merasa optimis dengan Kalam-Mu yang qadim, maka tunjukan padaku apa yang yang tersumbunyi dan tertutup dimalam hariku, ini baik yang aku minta maupun yang tidak aku minta, dan terangkanlah jalan keluar bagiku atas perkara yang aku takutkan dan khawatirkan. Ya Allah jika perkara ini baik, maka tunjukkan padaku putih atau hijau, jika perkara ini buruk maka tunjukkanlah bagiku hitam atau merah dan utuslah untuk ku pelayan dari pelayan-pelayan yang mulia ini".
Apabila telah mengerjakan hal tersebut, maka akan datang Khadam
ayat kursyi memberitahukan hajat baik maupun tidak baik di saat tidur. Jika
tidak melihat pada malam pertama, hendaklah diulangi shalatnya pada
malam kedua dan hendaklah disertai dengan niat yang bersih, karena niat itu
mendahului amal perbuatan. 35
2. Istikharah tanpa shalat.
Istikharah ini dilakukan setelah menunaikan shalat isya dalam
keadaan berwudhu`. melalui duduk di tempat yang suci dan membaca:
Shalawat atas Nabi saw. : Tiga kali. Membaca surat al-Fatihah : Sepuluh kali. Membaca surat al-Ikhlas : Sebelas kali Shalawat atas Nabi saw. : Tiga kali.
35 Ibid, hlm, 95
61
Setelah itu tidur miring ke sebelah kanan dengan menghadap kiblat.
Dengan melakukan amalan seperti di atas, akan diperlihatkan oleh
Allah SWT mengenai pekerjaan yang ingin diketahui. Jika terdapat
keraguan (dalam mimpi tidak jelas akan sesuatu yang diperlihatkan), maka
hendaklah bertanyalah kepada orang yang arif (mengenai ta`bir mimpi).36
Dalam hal ini, ketulusan dan bersungguh-sungguh dalam
melakukannya merupakan nilai tersendiri. Yakni, akan mendapat manfaat
secara langsung, berupa ketenangan yang menyejukan hati bagi orang yang
yakin akan keagungan Allah SWT. Apalagi bila diperlihatkan apa yang
diinginkan oleh pemohon, maka kebahagiaan semakin bertambah.
f. Berdoa dengan menggunakan "Tulisan Khatam" (azimat).
Dalam kajian tentang tulisan khatam atau azimat sampai saat ini masih
ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama, sebagaimana telah penulis
jelaskan dalam bab-bab sebelumnya. Adapun menurut Haji Sulong dibolehkan,
asalkan niatnya semata-mata karena Allah SWT. Sebagaimana penyataan beliau
berikut ini:
Barang siapa yang ingin melihat seseorang di dalam mimpinya atau ingin memohon sesuatu kepada Allah, hendaklah ia shalat dua rakaat. Pada rakaat pertama, membaca surat al-Fatihah diikuti surat asy-Syams, sebanyak tujuh kali. Dan pada rakaat kedua, membaca surat al-Fatihah diikuti surat al-Lail satu kali. Kamudian, bershalawat atas Nabi saw sebanyak-banyaknya. Kamudian tuliskan khatam berikut ini dan letakkan di bawah kepala, serta tidur dalam keadaan miring kekanan. Dengan ijin Allah akan diperlihatkan apapun yang diniatkan.37
Inilah khatamnya:
36 Ibid, hlm. 98 37 Ibid, hlm. 96-97
ا ل م ص
ل م ص ا
م ص ا ل
ص ا ل م
62
Arti dari penulisan "المص" adalah rahasia Ilahi yang ditulis dalam
rangka pendekatan diri dengan-Nya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari doa
melalui penulisan tentang suatu rahasia. Agar diberi pengtahuan tentang
seseorang dalam mimpi. Dengan demikian, hanya Allah yang Maha mengtahui
apa yang dibutuhkan hambanya.
g. Berdoa dengan membaca doa-doa pilihan.
Sejalan dengan keberadaan doa-doa Islami lainnya dimana dengan
membaca ayat-ayat atas nama Allah SWT dalam aktifitas keseharian atau
menyebut nama Allah sebelum maupun sesudah beraktifitas merupakan anjuran
junjungan Nabi besar Muhammd saw. Hal ini oleh kaum Muslimin dimanapun
berada, sudah tentu lazim dilakukannya. Demikian juga Haji Sulong, dengan
membaca ayat-ayat Allah, akan memberi barakah bagi orang yang membacanya
di dunia maupun di akhirat, serta dilindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan
oleh orang yang berdoa.
Dalam hal ini, terdapat doa-doa yang dicontoh oleh Haji Sulong dalam
tuntunan berdoa, tetapi penulis sengaja tidak memuatkan semuanya, mengingat
doa-doa tersebut tidaklah jauh berbeda dengan doa-doa Islami lainnya. Adapun
contoh dari amalan ini adalah:
1. Doa menghilangkan kesusahan
Barang siapa yang berdukacita kamudian membaca doa ini, maka
Allah SWT. akan menghilangkan dukacitanya serta menggantikan dengan
kegembiraan. 38 Inilah doanya.
اللهم إنى عبدك وابن عبدك ابن امتك ناصيتى بيدك ماض في حكمك عدل فى تيمس لك وم هبكل اس ألكأسو ائكاو قض ابكفى كت هلتزأن او كفسبه ن
علمته احدا من خلقك إذ استأثرت به فى علم الغيب عندك ان تجعل القرأن .العظيم ربيع قلبى ونور بصرى وجالء حزنى وذهاب همى
38 Ibid, hlm. 107
63
"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, putra dari hamba-Mu, ubun-ubun ku dalam kekuasaan-Mu, hukum-Mu telah berlaku padaku, luruskanlah kepadaku keputusan-Mu, aku meminta dengan tiap-tiap nama-Mu yang engkau namakan Zat-Mu, yang telah engkau turunkan didalam kitab-Mu, atau yang engkau ajarkan kepada ku salah satu ciptaan-Mu. Dengan itu, Engkau berikan bekas (kesan) dalam ilmu ghaib disisi-Mu, Engkau jadikan al-Qur`an sebagai bagian dari belahan jiwaku, dan cahya mataku dan obatan hati serta menghilangkan kesusahanku."
2. Doa keluar dari rumah
Barang siapa yang membaca doa ini ketika keluar dari rumah karena
berpergian atau lain-lain, tidak akan melihat sesuatu kejahatan di dalam
perjalanannya. Inilah doanya :
.اللهم سلمنى وسلم ما معى واحفظنى واحفظ ما معى وبلغنى وبلغ ما معى"Ya Allah selamatkanlah aku dan apa yang ada disisiku, jagalah aku dan apa yang ada disisiku, sampaikan aku (pada cita-citaku) dan sampaikan apa yang ada disisiku ". ‘
Tata cara berdoa, pertama membaca surat al-Fatihah tiga kali dan
berdoa, kedua, surat al-Qadr tiga kali dan berdoa lagi, ketiga, membaca ayat
Kursyi tiga dan berdoa lagi tiga kali.39
3. Doa melembut hati.
Barang siapa yang hendak melembutkan hati seseorang, maka
hendaklah ia berdoa pada waktu tengah malam (setelah jam 12 malam dan
sebelum tiba waktu subuh) pada malam jumat, dengan memabca ayat serta
doa ini tiga puluh kali40. Inilah doanya :
اهللا ال إله بيسلوا فقل حومفإن تظيش العرالع بر وهو كلتوه تليع وإال ه .اللهم يا رب انت حسبى على فالن ابن فالنة عطف قلبه علي وذلله لى
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki “Arsy yang agung.”
39 Ibid, hlm. 108 40 Ibid, hlm. 110
64
Ya Allah Tuhanku, engkau cukup bagiku atas diri Fulan anak Fulan, condongkan hatinya untukku dan jadikanlah dia rendah di hadapanku.
Doa ini berdasarkan al-Qur`an surat At-Taubat ayat 129, agar
memperkuatkan posisi doa Haji Sulong untuk meyakinkan bagi orang-orang
yang membacanya. Ketika membacanya hendaklah menyebutkan nama
seseorang yang ingin hatinya lembut, serta nama ibunya pada kata “Fulan”.
Maka, Allah SWT. akan melembutkan hatinya serta akan menengahkan
(menempatkan keadilan) hatinya.
Keberadaan doa-doa diatas, bukanlah secara kebetulan karena
adanya problematika kehidupan. Tetapi berdoa dalam rangka ini adalah
memberi garis dasar yang jelas tentang maksud penciptaan manusia, dimana
manusia diciptakan untuk menyembah Tuhannya serta mengadu nasibnya.
Selain doa-doa diatas, masih banyak doa-doa Haji Sulong yang
sengaja tidak dimuatkan, mengingat dalam penulisan ini hanya dalam ruang
lingkup untuk mendapat keterangan akan kecenderungan beliau serta
hubungannya dengan masyarakat Patani.