bab ii.docx
DESCRIPTION
BAB II.docxTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem
Informasi Manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga
bersifat interaktif dengan pemakainya. Interaktif dengan tujuan untuk memudahkan
integrasi antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti
prosedur, kebijakan, analisis, pengalaman dan wawasan manajer untuk mengambil
keputusan yang lebih baik. (Kusumadewi, 2010)
SPK adalah sistem yang dibangun untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
bersifat manajerial atau organisasi perusahaan yang dirancang untuk mengembangkan
efektivitas dan produktivitas para manajer untuk menyelesaikan masalah dengan
bantuan teknologi komputer. Hal lainnya yang perlu dipahami adalah bahwa SPK
bukan untuk menggantikan tugas manajer akan tetapi hanya sebagai bahan
pertimbangan bagi manajer untuk menentukan keputusan akhir.
Kegiatan merancang sistem pendukung keputusan merupakan sebuah kegiatan
untuk menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan
yang mungkin untuk dilakukan. Tahap perancangan ini meliputi pengembangan
dan mengevaluasi serangkaian kegiatan alternatif yang digunakan. Sedangkan
kegiatan memilih dan menelaah ini digunakan untuk memilih satu rangkaian tindakan
tertentu dari beberapa yang tersedia dan melakukan penilaian terhadap tindakan yang
telah dipilih. (Umar Daihani, 2010)
9
10
2.1.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Scott
Morton. Dalam bukunya Turban (2008) Scott Morton mendefenisikan SPK sebagai
”sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan
untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah
tidak terstruktur”.
Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk menunjang seluruh tahapan
pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih
data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan
keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Pada sisi lain, pembuat keputusan seringkali dihadapkan pada kerumitan dan
lingkup pengambilan keputusan dengan data yang begitu banyak. Untuk kepentingan
itu, sebagian besar pembuat keputusan dengan mempertimbangkan rasio manfaat atau
biaya, dihadapkan pada suatu keharusan untuk mengandalkan seperangkat sistem
yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif yang kemudian disebut
sistem pendukung keputusan.
Gambar 2.1 Model Konsep Sistem Pendukung Keputusan
11
2.1.2 Konfigurasi Sistem Pendukung Keputusan
Dukungan keputusan dapat diberikan dalam banyak konfigurasi yang
berbeda-beda. Konfigurasi tersebut tergantung pada sifat situasi keputusan
manajemen dan teknologi spesifik yang digunakan untuk dukungan. Teknologi ini
dirakit dari empat komponen dasar (masing-masing dengan beberapa variasi): data,
model, antarmuka pengguna, dan (opsional) pengetahuan.
Masing-masing komponen dikelola dengan perangkat lunak yang tersedia
secara komersil atau harus diprogram untuk tugas spesifik. Cara komponen tersebut
dirakit menentukan kapabilitas utamanya dan sifat dukungan yang disediakan.
Sistem pendukung keputusan secara garis besar seorang pengambil keputusan
dalam melakukan pengambilan keputusan melewati beberapa alur/ proses seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah ini untuk mendapatkan keputusan yang terbaik
Gambar 2.2 Tahapan Konfigurasi Sistem Pendukung Keputusan
12
2.1.3. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Pada awalnya Turban & Aronson (2008), mendefenisikan sistem pendukung
keputusan ( Decision Support System – DSS ) sebagai sistem yang digunakan untuk
mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pembuatan keputusan pada
kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah
sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan pembuatan keputusan dan
tidak melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer.
Little (2007) mendefinisikan SPK sebagai sekumpulan prosedur berbasis
model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil
keputusan. Dia menyatakan bahwa untuk sukses, sistem tersebut haruslah sederhana,
cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan isu-isu penting, dan mudah
berkomunikasi.
Bonczek, dkk., (2008) mendefinisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer
yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi: sistem bahasa (mekanisme
untuk memberikan komunikasi antara pengguna dan komponen DSS lain), sistem
pengetahuan (repositori pengetahuan domain masalah yang ada pada SPK apakah
sebagai data atau sebagai prosedur), dan sistem pemrosesan masalah (hubungan
antara dua komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi
masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan).
2.1.4. Karakterisktik Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan pada dasarnya merupakan pengembangan lebih
lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi (computerized management
13
information systems), yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif
dengan pemakainya.
Sifat interaktif ini diperlukan untuk memudahkan integrasi antara berbagai
komponen dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur, kebijakan, teknik
analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka
keputusan yang bersifat fleksibel (Suryadi dan Ramdhani, 2008)
Sudirman dan Widjajani (2006), mengemukakan karakteristik SPK yang
dirumuskan oleh Alters Keen sebagai berikut:
1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur
dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi.
2.1.5. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Bagaimanapun juga harus diingat bahwa Sistem Pendukung Keputusan tidak
ditekankan untuk membuat keputusan. Dengan sekumpulan kemampuan untuk
mengolah informasi atau data yang akan diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan, sistem hanya berfungsi sebagai alat bantu manajemen. Jadi sistem ini
tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi pengambil keputusan dalam membuat
keputusan dalam melaksanakan tugasnya (Daihani, 2010).
14
Secara luas, dapat dikatakan bahwa SPK dirancang untuk menghasilkan
berbagai alternatif yang ditawarkan kepada para pengambil keputusan dalam
melaksanakan tugasnya. Karena sebagian besar proses pengambilan keputusan yaitu
perumusan masalah dan pencarian alternatif telah dikerjakan oleh sistem, maka
diharapkan para manajer akan lebih cepat dan akurat dalam menangani masalah yang
dihadapinya
Sistem pendukung keputusan pada hakekatnya memiliki beberapa tujuan
(Turban, 2008) yaitu:
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi-
terstruktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukan untuk
menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada
perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi. komputer memungkinkan para pengambil keputusan
untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.
5. Dukungan kualitas. komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang
dibuat, misalnya: semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga
alternatif yang bisa dievaluasi.
6. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.
Menurut Simon (2007) menggambarkan otak manusia memiliki kemampuan
yang terbatas untuk memproses dan menyimpan informasi. Orang-orang kadang sulit
mengingat sebuah informasi dengan cara yang bebas dari kesalahan.
15
2.1.6. Komponen-komponen SPK
Dengan adanya Sistem Pendukung keputusan ini maka akan sangat membantu
pekerjaan dalam hal pengambilan keputusan dan orang yang sangat terbantu adalah
seorang manajer. Karena seorang manajer dituntut untuk menyampaikan gagasan
untuk memecahkan suatu masalah dan memberikan solusi agar hasil yang diperoleh
memuaskan dan menguntungkan. SPK dapat menjadi stimulan bagi pengambil
keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu menyajikan berbagai
alternatif pemecahan
SPK dapat terdiri dari tiga subsistem utama yang menentukan kapabilitas
teknis SPK (Suryadi dan Ramdhani, 2008), yaitu:
1. Subsistem Manajemen Basis Data (Data Base Management Subsystem)
2. Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base Management Subsystem)
3. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog Generation and
Management Software)
Komponen-komponen SPK dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Model Konseptual SPK (Turban, 2008)
16
2.1.6.1 Subsistem Manajemen Basis Data (Data Base Management Subsystem)
Subsistem data merupakan bagian yang menyelediakan data yang
dibutuhkan oleh Data Base Management Subsystem (DBMS). DBMS sendiri
merupakan susbsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data yang
merupakan dalam suatu Sistem Pendukung Keputusan dapat berasal dari luar
lingkungan. Keputusan pada manajemen level atas seringkali harus memanfaatkan
data dan informasi yang bersumber dari luar perusahaan.
Kemampuan subsistem data yang diperlukan dalam suatu Sistem Pendukung
Keputusan, antara lain :
a. Mampu mengkombinasikan sumber – sumber data yang relevan melalui proses
ekstraksi data.
b. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logical sesuai dengan
pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa saja yang tersedia dan
dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.
c. Mampu menambah dan menghapus secara cepat dan mudah.
d. Mampu menangani data personal dan non personal, sehingga user dapat
bereksperimen dengan berbagai alternatif keputusan.
e. Mampu mengolah data yang bervariasi dengan fungsi manajemen data yang luas.
2.1.6.2 Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base Management Subsystem)
Subsistem model dalam Sistem Pendukung Keputusan memungkinkan
pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan
membandingkan alternatf solusi. Intergrasi model-model dalam sistem informasi
manajemen yang berdasarkan integrasi data dari lapangan menjadi suatu sistem
17
pendukung keputusan. Kemampuan subsistem model dalam Sistem Pendukung
Keputusan antara lain :
1. Mampu menciptakan model – model baru dengan cepat dan mudah.
2. Mampu mengkatalogkan dan mengelola model untuk mendukung semua tingkat
pemakai.
3. Mampu menghubungkan model – model dengan basis data melalui hubungan
yang sesuai.
4. Mampu mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dengan
database manajemen.
2.1.6.3. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog
Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan
interaksi antara sistem dan pemakai, yang dinamakan subsistem dialog. Bennet
mendefenisikan pemakai, terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen –
komponen dari sistem dialog. Ia membagi subsistem dialog menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam
berkomunikasi dengan sistem. Hal ini meliputi pemilihan seperti papan ketik
(key board), panel sentuh, joystick, perintah suara dan sebagainya.
2. Bahasa tampilan dan presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai.
Bahasa tampilan meliputi pilihan-pilihan seperti printer, layar tampilan, grafik,
warna, plotter, keluaran suara, dan sebagainya.
3. Basis pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai agar
pemakaian sistem bisa efektif. Basis pengetahuan bisa berada dalam pikiran
pemakai, pada kartu referensi atau petunjuk, dalam buku manual
18
Kombinasi dari kemampuan-kemampuan tersebut terdiri dari apa yang disebut
gaya dialog, misalnya, pendekatan tanya jawab, bahasa perintah, menu - menu, dan
mengisi tempat kosong. Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk
mendukung dialog pemakai atau sistem meliputi:
1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi dialog, bahkan jika mungkin
untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.
2. Kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai dengan berbagai
peralatan masukan.
3. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan
peralatan masukan.
4. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui
basis pengetahuan pemakai.
2.2 Model Pengambilan Keputusan
Model pengambilan keputusan dibagi dua. Yaitu :
1. Model Single Criteria
Model ini menjadi dasar yang baik untuk mulai memahami bagaimana individu
membuat keputusan yang rasional di bawah kondisi ketidakpastian. Model ini
memungkinkan untuk mengapresiasikan konsep informasi yang memudahkan
pembuat keputusan untuk menajamkan kepercayaan subjektifnya tentang
pengambilan di masa depan atas keputusannya.
2. Model Multi Criteria
Menurut Kusumadewi (2007) “model multi criteria adalah suatu metode
pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah
19
alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu”. Kriteria biasanya berupa ukuran-
ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan tujuannya. multi criteria dapat dibagi menjadi 2 model
(Zimmermann, 2001):
a. Multi Attribute Decision Making (MADM); dan Multi Objective Decision
Making (MODM). Seringkali MCDM dan MADM digunakan untuk
menerangkan kelas atau kategori yang sama. MADM digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam ruang diskret. Oleh karena itu, pada
MADM biasanya digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap
beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas.
b. Sedangkan MODM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pada
ruang kontinyu (seperti permasalahan pada pemrograman matematis).
2.3 Pengertian Tower
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi
empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk
menempatkan antenna dan radio pemancar maupun penerima gelombang
telekomunikasi dan informasi.
Tower BTS (Base Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan
informasi, berbeda dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)
Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko yang ditanggung penduduk di
bawahnya. Tower BTS memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan
mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga
20
sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya. Tipe Tower jenis ini
pada umumnya 3 macam, yaitu :
1) Tower dengan 4 kaki, atau tower pipa besar (diameter pipa 30 cm keatas) (tanpa
kawat spanner).
2) Tower segitiga yang dikokohkan dengan tali pancang/spanner.
3) Pipa besi yang dikuatkan dengan tali spanner.
Tower dengan 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki kekuatan
tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini mahal biayanya,
namun kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio. Tipe tower ini
banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis komunikasi dan informatika yang
bonafid. (Indosat, Telkom, Xl,dan lain-lain)
Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas.
Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di
bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60
meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter.
Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi
tower pipa ini sangat disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan
melengkung). Teknis penguatannya dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu
pada spanner.
2.4 Sistem Pendirian Tower
Pembangunan tower harus memiliki Izin Mendirikan Tower dari instansi yang
berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian Izin
21
Mendirikan tower wajib memperhatikan ketentuan tentang penataan ruang sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil-hasil penelitian yang ada hingga kini belum dapat disimpulkan dengan
mantap karena ada yang kontroversial bila menyangkut kesehatan masyarakat yang
tingkat pancarannya relatif tidak begitu tinggi dibandingkan dengan pancaran
terhadap tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan sumber medan
elektromagnetik (Soesanto, 1996).
Semula gangguan kesehatan sebagai dampak radiasi medan elektromagnetik
diketahui tahun 1972, ketika para peneliti Uni Soviet melaporkan bahwa mereka yang
bekerja dibawah transmisi listrik tegangan tinggi menderita sakit dengan gejala yang
berhubungan dengan sistem saraf seperti sakit kepala, kelelahan dan gangguan pola
tidur. Namun, studi di lingkungan kerja memberikan hasil yang lebih konsisten antara
pemaparan medan elektromagnetik dengan efek kesehatan tertentu seperti kanker,
leukimia, tumor otak dan melanoma (Anies, 2003).
Penyelenggara Telekomunikasi, Penyedia Menara, dan atau Kontraktor
Menara dalam mengajukan Izin Mendirikan tower wajib menyampaikan informasi
rencana penggunaan tower Bersama. Informasi harus dilakukan dengan perjanjian
tertulis antara Penyelenggara Telekomunikasi.
Penyelenggara Telekomunikasi yang towernya dikelola pihak ketiga harus
menjamin bahwa pihak ketiga tersebut memenuhi kriteria sebagai Pengelola tower
atau Penyedia Menara. Sedangkan untuk Penyelenggara Telekomunikasi yang
pembangunan Menaranya juga dilakukan oleh pihak ketiga, juga harus menjamin
bahwa pihak ketiga tersebut memenuhi kriteria Kontraktor tower. Pembangunan
22
Menara harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin keamanan
lingkungan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan
kestabilan konstruksi Menara, antara lain: Tempat/ space penempatan antena dan
perangkat telekomunikasi untuk penggunaan bersama, Ketinggian Menara, Struktur
Menara, Rangka struktur Menara, Pondasi Menara dan Kekuatan angin.
Tower harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang
jelas. Sarana pendukung harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, antara lain : Pentanahan (grounding), Penangkal petir, Catu daya, Lampu
Halangan Penerbangan (Aviation Obstruction Light) dan Marka Halangan
Penerbangan (Aviation Obstruction Marking). Sedangkan Identitas hukum terhadap
menara antara lain:
a. Nama pemilik menara;
b. Lokasi menara;
c. Tinggi menara;
d. Tahun pembuatan/ pemasangan menara;
e. Kontraktor menara; dan
f. Beban maksimum menara.
2.5 Metode Topsis
Metode TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal
Solution) adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang
pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang pada tahun 1981. Metode ini
23
merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menyelesaikan
pengambilan keputusan secara praktis. TOPSIS memiliki konsep dimana
alternatif yang terpilih merupakan alternatif terbaik yang memiliki jarak terpendek
dari solusi ideal positif dan jarak terjauh dari solusi ideal negatif. Semakin
banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan, maka semakin relatif sulit juga untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan. Apalagi jika upaya pengambilan
keputusan dari suatu permasalahan tertentu, selain mempertimbangkan berbagai
faktor/kriteria yang beragam, juga melibatkan beberapa orang pengambil
keputusan. Permasalahan yang demikian dikenal dengan permasalahan multiple
criteria decision making (MCDM). Dengan kata lain, MCDM juga dapat disebut
sebagai suatu pengambilan keputusan untuk memilih alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Metode TOPSIS
digunakan sebagai suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan multiple
criteria decision making. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah
dipahami, komputasinya efisien dan memiliki kemampuan untuk mengukur
kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
menggunakan metode TOPSIS adalah sebagai berikut :
1. Menggambarkan alternatif (m) dan kriteria (n) ke dalam sebuah matriks,
dimana Xij adalah pengukuran pilihan dari alternatif ke-i dan kriteria ke-j.
Matriks ini dapat dilihat pada persamaan satu.
24
…….(1)
2. Membuat matriks R yaitu matriks keputusan ternormalisasi Setiap normalisasi
dari nilai rij dapat dilakukan dengan perhitungan menggunakan persamaan (2).
……..(2)
3. Membuat pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi Setelah
dinormalisasi, setiap kolom pada matriks R dikalikan dengan bobot (wj) untuk
menghasilkan matriks pada persamaan tiga.
……………(3)
4. Menentukan nilai solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Solusi ideal
dinotasikan A+, sedangkan solusi ideal negatif dinotasikan A-. Persamaan untuk
menentukan solusi ideal dapat dilihat pada persamaan empat.
………………..(4)Dimana :
25
5. Menghitung separation measure. Separation measure ini merupakan
pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal
negatif.
– Perhitungan solusi ideal positif dapat dilihat pada persamaan lima :
– Perhitungan solusi ideal negatif dapat dilihat pada persamaan enam :
6. Menghitung nilai preferensi untuk setiap alternatif. Untuk menentukan
ranking tiap-tiap alternatif yang ada maka perlu dihitung terlebih dahulu nilai
preferensi dari tiap alternatif. Perhitungan nilai preferensi dapat dilihat
melalui persamaan tujuh.
Setelah didapat nilai Ci+, maka alternatif dapat diranking berdasarkan
urutan i Ci+. Dari hasil perankingan ini dapat dilihat alternatif terbaik yaitu
alternatif yang memiliki jarak terpendek dari solusi ideal dan berjarak terjauh dari
solusi ideal negatif.
2.4. MySQL
MySQL adalah database server relasional yang gratis di bawah lisensi GNU
26
General Public License. MySQL dikembangkan oleh MySQL AB, sebuah
perusahaan komersial yang membangn layanan bisnisnya melalui basis data MySQL.
Awal mula pengembangan MySQL adalah pengguanaan mSQL untuk koneksi ke
tabel mempergunakan rutin level rendah (ISAM). Setelah beberapa pengujian
diperoleh kesimpulan mSQL tidak cukup cepat dan fleksibel untuk memenuhi
kebutuhan. Sehingga dihasilkan suatu antarmuka SQL baru pada basis data tetapi
dengan Application Programming Interface (API) yang mirip SQL. API ini dipilih
sedemikian sehingga memudahkan porting kode (Utdirartatmo, 2002).
MySQL juga disebut sebagai suatu sistem manajemen basis data. Suatu basis
data adalah sebuah kumpulan data yang terstruktur. Untuk menambahkan,
mengakses, dan memproses data yang tersimpan pada suatu basis data komputer
diperlukan sistem manajemen basis data seperti MySQL. MySQL mampu menangani
basis data berukuran besar yaitu bisa memuat 60 ribu tabel dan 50 juta record. Karena
komputer sangat unggul dalam menangani sejumlah besar data, sistem manajemen
basis data memainkan suatu peranan yang penting dalam komputasi, baik sebagai
utility stand-alone maupun bagian dari aplikasi lainnya.
Perintah-perintah dasar Structured Query Language (SQL) yang dipergunakan
pada MySQL adalah sebagai berikut (Utdirartatmo, 2002).
a. CREATE DATABASE
Perintah ini berfungsi untuk membuat database baru
b. DROP DATABASE
Berfungsi untuk menghapus database.
c. CREATE TABLE
27
Perintah ini berfungsi untuk membat table baru.
d. DESCRIBE
Perintah ini berguna untuk menampilkan deskripsi dari sebua tabel.
e. ALTER TABLE
Perintah ini berfungsi untuk melakukan modifikasi tabel.
f. DROP TABLE
Perintah ini digunakan untuk menghapus tabel.
g. DELETE
Perintah ini digunakan untuk menghapus record dari sebuah tabel.
h. GRANT
Perintah ini berfungsi untuk memberikan privilege akses kepada pengguna
terhadap tabel dan dapat juga digunakan untuk membuat pengguna baru.
i. LOCK TABLES
Perintah ini berfungsi untuk menutup akses pengguna terhadap tabel.
j. UNLOCK TABLES
Perintah ini berfungsi untuk membuka akses yang sebelumnya dikunci.
k. INSERT INTO
Perintah ini berfungsi untuk memasukkan data ke dalam tabel.
l. LOAD DATA INFILE
Perintah ini gunakan untuk membaca data dari file teks.
m. SELECT
Perintah ini berfungsi untuk menampilkan record dari suatu tabel.
28
n. UPDATE
Perintah ini berfungsi untuk melakukan update data field dari sebuah tabel.
2.5 Data Flow Diagram
Diagram aliran data merupakan model dari system untuk menggambarkan
pembagian system ke modul yang lebih kecil. Salah satu keuntungan menggunakan
diagram aliran data adalah memudahkan pemakai atau user yang kurang menguasai
bidang computer untuk mengerti system yang akan dikerjakan (AL-Bahra,2005). Dan
berikut ini ada beberapa gambar /simbol dari Data Flow Diagram (DFD).
ee
Gambar 2.4 Simbol Data Flow Diagram
Diagram ini adalah diagram yang menggambarkan proses dari dataflow
diagram. Diagram ini memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem
Entitas Eksternal
Entitas Eksternal
Entitas eksternal dapat berupa orang /unit terkait yang berinteraksi dengan sistem tetapi diluar sistem
ProsesProses
Orang, unit yang mempergunakan atau melakukan transformasi data. Komponen fisik tidak didentifikasi.
Aliran data Eksternal
Aliran data Eksternal Aliran data dengan arah khusus dari
sumber ketujuan
Data store Data storePenyimpanan data atau tempat data direfer oleh proses
29
yang ditangani, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada,
aliran data, dan eksternal entity. Dalam setiap proses yang dilakukan oleh sistem yang
sehingga dapat memeberikan informasi atau ouput yang jelas dan akurat.
2.6 Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah komponen-komponen Himpunan
Entitas dan Himpunan Relasi yang dilengkapi atribut- atribut yang mempresentasikan
sebuah fakta Model ini dipilih karena mempunyai kelebihan yaitu.
1. Dapat menggambarkan hubungan antara entity dengan jelas.
2. Dapat menggambarkan batasan jumlah entity dan partisipasi antar entity.
3. Mudah dimengerti oleh perancang database.
Ada tiga macam komponen- komponen ERD yang digunakan yaitu :
1. Entity/objek data
Entity adalah kumpulan objek atau suatu yang dapat dibedakan atau dapat
diidentifikasi secara unik, kumpulan entitas yang sejenis disebut entityset
penggambaran entitas pada ERD menggunakan simbol persegi panjang.
Gambar 2.5 Simbol Entity
2. Relationship
Relationship adalah Hubungan yang terjadi antara satu entitas atau lebih,
kumpulan relationship yang sejenis disebut Relationship set.Hubungan digambarkan
dengan bentuk belah ketupat, tiap belah ketupat diberi label kata kerja.
30
Gambar 2.6 Simbol Relationship
3. Atribut
Atribut merupakan sifat atau karakteristik suatu entitas yang menyediakan
penjelasan detail tentang entitas tersebut.
Gambar 2.7 Simbol Atribut
4. Line
Line merupakan sifat atau karakteristik suatu entitas yang menyediakan
penghubungan relasi database
Gambar 2.8 Simbol Line