bab ii.docx

Upload: orrien-cantona

Post on 02-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

esrgdfs

TRANSCRIPT

5

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianKanker ginjal adalah merupakan suatu keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimal ginjal terbagi atas empat stadium, yaitu: 1) Stadium 1: Tumor masih terbatas dalam ginjal2) Stadium 2: invasi ke jaringan lemak perirenal3) Stadium 3: invasi ke vena renalis/vena kava4) Stadium 4: metastasis ke organ lain (misalnya: usus) (Arif Muttaqin, 2011: 141).2.3 Etiologi Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan dan genetik yang menjadi predisposisi terbentuknya sel karsinoma sel ginjal, meliputi hal-hal sebagai berikut (Arif Muttaqin, 2011: 142) :1) Merokok 2) Obesitas. Menjadi faktor resiko,terutama pada wanita berat badan meningkat memiliki hubungan linier dengan meningkatkan resiko (McLaughlin, 2006).3) Hipertensi. Dikaitkan dengan peningkatan insiden karsinomasel ginjal (McLaughlin, 2006).4) Penyakit kistik ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal jangka panjang. Hal ini predisposisi untuk kanker sel ginjal (McLaughlin, 2006).5) Transplatasi ginjal. Predisposisi pada penerima transplatasi ginjal (Zisman, 2002).6) Penyakit sindrom von Hipple-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan terkait dengan karsinoma ginjal. (Iliopoulos, 2000).2.4 Patofisiologi

3Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal. Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau nonherediter. Keduanya memberi bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari kromosom.Studi genetika kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang menghasilkan perubahan formasi tumorSetidaknya terdapat empat sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal meliputi :1. Sindrom von Hippel-Lindau (VHL)2. Hereditary papillary renal carciinoma(HPRC)3. Onkosit ginjal familial (FRO) associated with Birt-Hogg-Dube syndrome,dan4. Karsinoma ginjal herediter

3Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan yang memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma,termasuk kanker ginjal. Renal cell carcinoma berkembang hampir 40% dari pasien dengan penyakit Hippel-Lindau von dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien tersebut.Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan dengan pola dominan warisan autosom; individu yang terkena mengembangkan karsinoma ginjal bilateral. Individu dengan onkosit ginjal familial mengembangkan karsinoma ginjal bilateral. Individu dengan onkosit ginjal familial mengembangkan oncocytoma multifokal atau neoplasma oncotytic di ginjal. Sindrom Birt-Hogg-Dube adalah sindrom kulit turun-menurun. Pasien dengan sindrom Birt-Hogg-Dube memiliki kecenderungan dominan diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak dari folikel rambut (yaitu fibrofolliculomas), terutama di leher, wajah, batang atas, serta berisiko mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan kista paru (Arif Muttaqin, 2011: 142).2.5 Manifestasi Klinis1) Kanker ginjal tanpa disertai gejala dan ditemukan pada pemeriksaan fisik secara teratur. Saat melakukan palpasi ditemukan massa di daerah abdomen.2) Lemah, anemia, berat badan menurun dan demam akibat efek sistemik kanker ginjal.3) Classical triad (gejala lambat). (1) Hematuria : intermiten atau terus menerus pada pemeriksaan mikroskopis dan kasat mata.(2) Nyeri pinggul : distensi kapsul ginjal dan invasi sekitar struktuk ginjal.(3) Teraba massa pada pinggul. (nursalam, 2009: 62)Tanda yang biasanya menjadi petunjuk pertama kearah tumor ginjal adalah hematuria tanpa rasa nyeri. Hematuria ini bisa intermiten dan mikroskopis atau kontinyu dan tampak nyata (makroskopis).Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan balik yang ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perirenal atau perdarahan kedalam jaringan ginjal.Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter (Suharyanto, Toto, 2009: 265).2.6 Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria, tetapi jika diduga ada massa pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT-Scan atau MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik. CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal. Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya peyebaran tumor pada vena realis, vena cava, ekstensi perirenal dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitonetal. MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava tanpa membutuhkan kontras, tetappi kelemahannya adalah kurang sensitif mengenali lesi solid yang berukura kurang dari 3cm (Arif Muttaqin, 2011: 144).Semua pemeriksaan ini mungkin melelahkan pada pasien yang keadaan umumnya sudah menurun akibat efek sistemik tumor, pasien yang berusia lanjut, dan pasien yang merasa khawatir akan diagnosa penyakit, serta hasil akhirnya. Perawat harus memberikan bantuan fisik maupun mental pada pasien dalam mempersiapkan semua prosedur pemeriksaan dan memantau dengan cermat tanda-tanda dehidrasi serta kelelahan (Arif Muttaqin, 2011: 144).2.7 Penatalasanaan MedisTujuan penatalaksanaan tumor renal adalah untuk menghilangkan tumor tersebut sebelum terjadi metastasis. Menurut Purnomo (2005) penatalaksanaan pada tumor ginjal, meliputi hal-hal berikut.a. Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula Gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam stadium lanjut, tetapi masih mungkin untuk dilakukan operasi, masih dianjurkan untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada beberapa tumor yang telah mengalami metastasis, setelah tindakan nefrektomi kadang-kadang terjadi regresi pada fokus metastasis. Tindakan nefrektomi ini sering didahului dengan embolisasi arteri renalis yang bertujuan untuk memeudahkan operasi.b. Hormonal. Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya. Preparat yang dipakai adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa pemberian preparat hormon yang tidak banyak memberi manfaat.c. Imunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau dikombinasikan dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju. Oleh karena harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-obatan imunoterapi masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih sangat terbatas.d. Radiasi eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberikan manfaat pada adenokarsinoma ginjal karena tumor ini adalah tumor radioresisten.e. Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan manfaat pada tumor ginjal. Jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter. (Arif Muttaqin, 2011: 144)2.8 komplikasi Metastase yang luas ke berbagai organ (Nursalam, 2009: 63)

2.9 PengkajianPada hemartoma ginjal sering didapatkan gejala klinis yang mungkin dikeluhkan yaitu nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas, dan kadang terdapat gejala perdarahan rongga retroperitoneal.Pada karsinoma ginjal didapatkan trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria, dan massa pada pinggang yang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan aliran urine, atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal. Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalaui ureter.Gejala sistemik akibat metastasis berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, hipertensi, peningkatan perasaan lemah, serta anemia. Sering didapatkan varikokel, tidak mengecil dengan posisi tidur, dan terjadi akibat obstruksi vena spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal (Arif Muttaqin, 2011: 143).2.10 Diagnosis Keperawatan1) Nyeri b.d spasme otot punggung dan abdomen, peregangan dari terminal saraf sekunder dari invasi tumor kedalam oergan lain, sumbatan aliran urine, massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal, bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter (Arif Muttaqin, 2011: 145).2) Gangguan Activity Daily Living (ADL) b.d kelelahan, kelemahan fisik efek sekunder dari peningkatan laju metabolisme, anemia(Arif Muttaqin, 2011: 145).3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme, intake nutrisi yang kurang, efek sekunder dari mual muntah (Arif Muttaqin, 2011: 145).4) Kecemasan b.d kurangnya informasi mengenai penyakit (Arif Muttaqin, 2011: 145).2.11 Prioritas Masalah1) Nyeri b.d spasme otot punggung dan abdomen, peregangan dari terminal saraf sekunder dari invasi tumor kedalam oergan lain, sumbatan aliran urine, massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal, bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter.2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme, intake nutrisi yang kurang, efek sekunder dari mual muntah3) Gangguan Activity Daily Living (ADL) b.d kelelahan, kelemahan fisik efek sekunder dari peningkatan laju metabolisme, anemia

2.12 Rencana KeperawatanNyeri b.d spasme otot punggung dan abdomen, peregangan dari terminal saraf sekunder dari invasi tumor kedalam oergan lain, sumbatan aliran urine, massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal, bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter

Tujuan: setelah dilakukan tindakan ASKEP selama 1 24 jam diharapkan, nyeri berkurang atau teradaptasiKriteria Evaluasi:1. Secara subjektif klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 0-1 (0-4)2. Secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah tampak rileks

IntervensiRasional

1. Kaji skala nyeri, frekuensi, dan lokasi nyeri

2. Atur posisi klien senyaman mungkin3. Ajarkan klien teknik distraksi dan relaksasi

4. Manajemen lingkungan: berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik1. Mengetahui derajat nyeri dan lokasi yang dirasakan, sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya.2. Posisi yang nyaman mebantu mengurani nyeri yang muncul3. Teknik relaksasi dapat meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan. Teknik distraksi dapat menurunkan stimulus internal sehingga dapat menurunkan persepsi nyeri4. Lingkungan tenang dapat menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatan kondisi O2 ruangan5. Membantu mengurangi nyeri dengan menekan pusat nyeri

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme, intake nutrisi yang kurang, efek sekunder dari mual muntah

Tujuan: setelah dilakukan tindakan ASKEP selama 3 24 jam diharapkan, kebutuhan nutrisi klien terpenuhiKriteria Evaluasi:1. Pasien tidak mual-muntah2. Pasien dapat menunjukan metode menelan makanan yang tepat

IntervensiRasional

1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual-muntah, dan diare2. Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).

3. Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah makanan dengan seksama4. Sajikan makanan dengan cara yang menarik5. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi yang akan digunakan pasien1. Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat

2. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

3. Makanan dapat lewat dengan mudah kelambung.

4. Membantu merangsang nafsu makan5. Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.6. Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.

Gangguan Activity Daily Living (ADL) b.d kelelahan, kelemahan fisik efek sekunder dari peningkatan laju metabolisme, anemia

Tujuan: setelah dilakukan tindakan ASKEP selama 3 24 jam diharapkan ADL dapat terpenuhiKriteria Evaluasi: 1. Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri2. Klien dapat ikut serta dalam proses penyembuhan

IntervensiRasional

1. Pantau kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari

2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari

3. Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien

1. Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya2. Mempermudah klien dalam melakukan kebutuhan sehari-hari3. Dengan partisipasi keluarga, klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan.

2.13 ImplementasiPelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.2.14 EvaluasiHasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi, meliputi hal- hal sebagai berikut:1. Penurunan skala nyeri2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi3. Peningkatan aktivitas sehari-hari