bab ii.docx

Upload: fikrani-f-asha

Post on 16-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1 Defenisi KotaKota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang dapat dikatakan paling kompleks, karena perkembangannya dipengaruhi oleh aktivitas pengguna perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup. Selain itu, kota juga mempengaruhi kehidupan di segala bidang, yang berdampak pada timbulnya masalah-masalah yang semakain kompleks yang memerlukan pemecahan.Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bangunan-bangunan dan kegiatannya yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan kosong di angkasa. Namun dalam pengertian lebih umum kota itu adalah tempat yang mempunyai prasarana kota yaitu besar-besar, banyak bangunan perkantoran, jalan yang lebar-lebar, pasar yang luas-luas, beserta pertokoannya, jumlah kawat listrik, dan jaringan pipa air minum, dan sebagainya.Penduduk di perkotaan dalam melakukan kegiatan untuk kelangsungan hidupnya cenderung akan menumbuhkan kegiatan ekonomis. Kegiatan tersebut memiliki tempat-tempat, lokasi-lokasi yang cocok dengan spesifikasinya dan strategis, sehingga dalam pengelompokan dan penggabungannya sering disebut dengan kawasan komersial. Kawasan komersial diperkotaan merupakan kawasan strategis, yang dicirikan dengan tingkat perubahan yang tinggi, dan mampu menyangga kawasannya sendiri, namun terkadang memiliki efek yang negative pula (Hestin Mulyandari).

2.2 Prinsip Pertumbuhan KotaDalam membahas masalah pertumbuhan kota perlu mengenai struktur kota, demikian pula pertumbuhan penduduknya. Boulding melukiskan pertumbuhan kota sebagai suatu proses yang cukup pelik, dia mengemukakan beberapa prinsip yang penting untuk menganalisis masalah pertumbuhan kota. Diantaranya:1. Prinsip pertama menyatakan bahwa dalam setiap gerak pertumbuhan, maka bentuk dari setiap objek, organisme atau organisasinya adalah merupakan akibat dari hukum pertumbuhannya. Lebih lanjut prinsip ini menyatakan bahwa pertumbuhan suatu kota akan menciptakan bentuknya sendiri dan seringkali terjadi bahwa bentuk bentuk suatu kota dapat membatasi pertumbuhannya.2. Yang kedua adalah prinsip equal advantage (faedah atau manfaat sama). Prinsip ini berusaha menjelaskan bahwa kemampuan bertumbuh di antara begian-bagian struktur kota diupayakan secara berimbang.Teori ekologi klasik menekankan pada pentingnya saling ketergantungan menekankan pada pentingnya saling ketergantungan antara pertumbuhan dan bentuk kota, sedangkan teori-teori modern kelihatannya lebih menekankan pada prinsip equal advantage (Rahardjo Adisasmita).2.3 Pembangunan Pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia tidak terlepas dari penggunaan berbagai jenis sumberdaya alam. Eksploitasi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan kemapuan daya dukung lingkungannya dapat mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Dalam penelitian yang dilakukan Hendrickson dan Harvath pada tahun 2000 dikatakan bahwa kontruksi berpengaruh secara signifikan terhadap lingkungan. Oleh karena itu sudah seharusnya dilakukan minimasi pengaruh kontrubusi terhadap lingkungan, tidak hanya memenuhi jadwal dan biaya yang ditetapkan oleh pemilik proyek. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Abidin & Jaapar, bahwa sector kontruksi merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi suatu Negara, namun dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan kontruksi terhadap lingkungan sangat besar. Kontribusi sektor kontruksi terhadap kerusakan alam disebabkan oleh: pengambilan material, proses pengolahan material, peruses pengelolaan material, distribusi material dari sumber ke pemakai, proses kontruksi, pengambilan lahan untuk bangunan, konsumsi energi saat bangunan dioperasikan (Wulfarm I. Erfianto).

2.4 Pembangunan BerkelanjutanDefenisi dasar pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Komisi Brundtland adalah pembangunan untuk memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpamengabaikan keperluan hidup manusia masa datang. Pengertian awal ini dikembangkan oleh UNEP menjadi memperbaiki kualitas kehidupan manusia dengan tetap memelihara kemampuan daya dukung semberdaya alam dan lingkngan hidup dari ekosistem yang menopangnya. Suatu pendapat mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan aspek sosial politik sedemikin rupa masing-masing terhadap pola perubahan yang terjadi pada kegiatan manusia (produksi, konsumsi dan sebagainya) dapat menjamin kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa mendatang dan disertai akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang lingkungan (WCED, 1987). Perlu digaris-bawahi bahwa pengertian keberlanjutan tidak dapat didefenisikan secara mutlak maupun mengikuti pendekatan atau ukuran pemahaman tertentu, demikian pula dengan keberlanjutan kebijakannya.Defenisi pembangunan berkelanjutan menurut Bond et al. (2001) adalah pembangunan dari kesepakatan multidimensional untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk semua orang dimana pembangunan ekonomi, sosial dan proteksi lingkungan saling memperkuat dalam pembangunan. Bosshard (2000) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang harus mempertimbangkan lima prinsip criteria yaitu: (1) abiotik lingkungan, (2) biotic lingkungan, (3) nilai-nilai budaya, (4)sosiologi, dan (5) ekonomi. Marten (2001) mendefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kecukupan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan tidak berarti berlanjutnya pertumbahan ekonomi, karena tidak mungkin ekonomi tumbuh jika ia tergantung pada keterbatasan kapasitas sumberdaya alam yang ada.Konsep pembangunan yang berkesimanbungan memang mengimplikasikan batas atau daya dukung lingkungan. Batas yang dimaksud bukan batas absolute akan tetapi batas yang ditentukan oleh organisasi sosial, kemampuan biosfer menyerap pengaruh-pengaruh kegiatan manusia, dan teknologi yang member jalan bagi era baru pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan mengaitkan tiga aspek utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk menjamin keberlanjutan pembangunan ekonomi dan sosial budaya, ekosistem terpadu (integrated ecosystem) yang menopang harus tetap terjaga dengan baik. Oleh karena itu aspek lingkungan perlu diinternalisasikan ke dalam pembangunan ekonomi. Secara sosial, ekosistem ini harus dijaga hingga generasi yang akan dating (inter-generasi) sebagai sumber berdaya alam pendukung terutama menghadapi tantangan pertumbuhan penduduk tinggi yang memacu produksi dan konsumsi. Sementara dampak bagi intra-generasi, pembangunan ekonomi seharusnya tidak membuat kesenjangan dalam masyarakat, tetapi justru memicu terjadinya pemerataan dan kestabilan.

EKONOMI:Pertumbuhan Eko-Efisiensi Pemerataan StabilitasEkologi:Integritas ekosistem Pelestarian LH Pencegahan Pemborosan SDA Pencegahan Pencemaran Pemulihan LH yang RusakIntra-generasiInternalisasiInter-generasiSOSIAL:Pengentasan Kemisikinan Peran Serta Pemantapan Jatidiri Bangsa Sumberdaya Manusia Berkelanjutan Mobilitas Sistem Kelembagaan

Gambar 2.2. Aspek Utama Pembangunan BerkelanjutanSumber: RE Suriaatmaja, 2001

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga matra berikut ini:1. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan fakta bahwa lingkungan hidup dan berbagai elemen didalamnya memiliki nilai ekonomi (dapat dinyatakan dengan nilai uang). Pembangunan ekonomi berkelanjutan dapat mengelola lingkungan hidup dan sumberdaya alam secara efektif dan efisien dengan yang berkeadilan perimbangan modal masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.2. Keberlanjutan sosial budaya. Pembangunan berkelanjutan berimplikasi pada pembentukan nilai-nilai sosial budaya yang telah ada, serta peranan pembangunan yang berkelanjutan terhadap iklim politik serta stabilitasnya. Dalam hal ini juga keikutsertaan masyarakat diperlukan dalam pembangunan ekonomiyang berwawasan lingkungan serta mengurangi kesenjangan antar tingkat kesejahteraan masyarakat. Penekanan pandangan para sosiolog mengenai keberlanjutan sosial budaya terletak kepada manusia sebagai kunci keberhasilan pembangunan melalui pemberdayaan organisasi sosial kemasyarakatan yang berkembang dan pendekatan partisipatif.Keberlanjutan kehidupan lingkungan (ekologi) manusia dan eksistensinya. Sebagai penopang pembangunan ekonomi, lingkungan perlu dipertahankan kualitasnya, karena itu harus dijaga keselarasan antar lingkungan alam dan lingkungan buatan. Sebagai satu upaya mempertahankan keberlanjutan, setiap kegiatan diminimasikan dampak lingkungannya, diupayakan menggunakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, mengurangi limbah dan meningkatkan penggunaan teknologi bersih (Dr. Lutfi MutaAli S.Si, Msp).

2.5 LingkunganDefenisi lingkungan hidup dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1997 adalah :kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.Dalam defenisi tersebut di atas terdapat unsur makhluk hidup, yaaitu manusia dimana peran aktif manusia dapat menjadikan lingkungan hidup seperti apa yang diinginkannya. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup, manusia membutuhkan sumber daya alam yang lain. Penggolongan sumber daya alam dapat dibedakan menjadi:a. Sumberdaya alam yang terbarukan (tidak habis), misalnya sinar matahari, angin dan gelombang laut.b. Sumberdaya alam takterbarukan, misalnya bahan bakar fosil, mineral logam dan non-logam.c. Sumberdaya alam yang berpotensi terbarukan, misalnya udara segar, air bersih tumbuhan dan hewan.

Manusia harus menyadari bahwa semua sumberdaya alam yang ada tersebut mempunyai kendala keterbatasan dalam banyak hal, diantaranya adalah keterbatasan ketersediaan dalam aspek kuantitas dan kualitas, keterbatasan dalam aspek ruang dan waktu. Oleh karena itu perlu harmonisasi antara manusia dengan lingkungan hidup harus dicapai, termasuk seluruh sumberdaya alam yang dimilikinya.Saat ini banyak dijumpai kerusakan lingkungan di berbagai belahan bumi. Hal ini disebabkan oleh ulah manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tidak lain bertujuan untuk kesejahteraan. Kelompok enviromentalis mengatakan bahwa akar permasalahan lingkungan yang terjadi dewasa ini adalah pandangan tradisional barat yang antroposentis. Filosofi antroposentis beranggapan bahwa manusia sebagai pengendali ekologi bumi. Hal serupa juga diungkapkan oleh John Horgon pada tahun 2005, bahwa manusia sebagai pusat dari segala perlakuan sistem-sistem dalam biosistem. Jika manusia sebagai pengendali sistem dalam keberlangsungan planet bumi maka secara matematis petaka ekologi dapat diprediksi akan terjadi tidak lebih dari satu abad yang akan dating. Akibat keserakahan manusia dalam eksploitasi sumberdaya alam dan memaksa bumi untuk memberi lebih dari apa yang bisa diberikan sesuai dengan kemampuannya, maka terjadilah ketidakharmonisan antara peran manusia dengan lingkungan alam/bumi sehingga menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan di berbagai tempat.Berbeda dengan filosofi biosentris, yang menempatkan manusia sebagai bagian dari biosistem yang ikut terlibat dalam interaksi ekologi sejajar dengan makhluk hidup lainnya. Pandangan biosentris berpendapat bahwa limbah/sampah tidak pernah ada di bumi ini karena apa yang menjadi produk limbah dari makhluk hidup lainnya. Permasalahan yang muncul saat ini adalah manusia dengan kehidupan yang konsumentris dan terkonsentrasi pada satu area perkotaan. Berbagai aktifitas manusia menimbulkan bermacam-macam limbah/sampah yang tidak mampu didekomposisi secara alamiah oleh makhluk yang mengonsumsi limbah tersebut. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan antara kecepatan produksi limbah dengan kecepatan proses dekomposisi yang mengakibatkan terjadinya akumulasi limbah disuatu area atau wilayah. Terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, seperti percemaran udara, pencemaran tanah, serta kerusakan hutan, kesemuanya tidak lepas dari aktivitas manusia dan pada akhirnya akan merugikan manusia sendiri (Wulfarm I. Erfianto).

2.6 Daya Dukung LingkunganCarrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan makhluk hidup secara optimal dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.Daya dukung lingkungan meliputi daya dukung biofisik dan daya dukung social dimana keduanya mempunyai keterkaitan. Daya dukung biofisik dipengaruhi oleh daya dukung sosial. Daya dukung dipengaruhi oleh factor ketersediaan sumber daya, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor teknologi, budaya dan kebijakan. Daya dukung biofisik adalah jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh sumberdaya dengan tingkat teknologi tertentu. Tingkat keberlanjutan daya dukung biofisik yang ditentukan oleh organisasi sosial termasuk tingkat konsumsi dan kegiatan perdagangan.Sifat daya dukung pada suatu wilayah tidaklah tetap. Daya dukung dapat berubah oleh perkembangan teknologi, tetapi tyang paling sering terjadi adalah perubahan ke arah kondisi yang lebih buruk akibat tekanan penduduk yang terus meningkat. Sejalan dengan penurunan kualitas lingkungan daya dukung actual juga mengalami penyusutan sehingga tidak mampu lagi mendukung jumlah penduduk yang ada untuk hidup sejahtera. Pada suatu periode, daya dukung wilayah memang dapat berada pada posisi yang rendah akibat kerusakan dan degradasi sumberdaya, namun dapat meningkat lagi oleh factor perubahan sosial dan intervensi teknologi.Pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah mempunyai hubungan dengan daya dukung wilayah yang bersangkutan. Jumlah penduduk yang terus meningkat berpotensi mencapai suatu kondisi dimana daya dukung wilayah sudah tidak lagi mampu mendukung jumlah penduduk yang ada. Dampaknya adalah adanya penderitaan dan kemerosotan kesejahteraan. Selain faktor pertumbuhan penduduk, dinamika daya dukung dipengaruhi pula oleh dinamika spasial dan temporal sumberdaya yang tersedia. Oleh sebab itu, model pengembangan wilayah yang berbasis daya dukung perlu memperhatikan dua aspek tersebut (Dr. Lutfi MutaAli S.Si, Msp).

2.7 Pentingnya Daya Dukung Lingkungan dalam PembangunanWilayah sebagai living system mereflesikan adanya keterangan antara pembangunan dan lingkungan. Dengan demikian, perubahan dalam ruang wilayah akan menyebabkan perubahan pada kulaitas lingkungan baik positif maupun negatif. Padahal lingkungan hidup secara alamiah memiliki daya dukung yang terbatas (carrying capacity). Oleh karena itu perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan komponen lingkungan dalam aspek pembangunan.Pembangunan adalah optimasi, interdependensi dan interaksi antara komponen pembangunan, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, tata nilai masyarakat, dan teknologi untuk meningkatkan kulaitas hidup. Dalam kenyataannya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tuntutan kebutuhan manusia menyebabkan manusia mengekploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan kemampuan daya dukungnya, akibatnya terjadi penurunan sumber daya alam yang belim memadai..Dinamika daya dukung wilayah merupakan fungsi keseimbangan dari sumber daya wilayah dengan jumlah penduduk pada tingkat hidup layak dengan segala implikasinya. Akibat luasnya pengertian daya dukung wilayh, maka dalam tulisan ini pengertian daya dukung wilayah dibedakan menjadi tujuh konsep yaitu:1. Konsep ekonomi, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam mendukung penduduknya untuk hidup pada tingkat yang layak, di atas garis kemiskinan. Secara operasional diindikasikan dengan jumlah pendudk miskin.2. Konsep sosial, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam mendukung penduduknya untuk dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan sosialnya seperti beribadah, pendidikan, kesehatan, berbelanja dan lain sebagainya.3. Konsep pangan, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan atau mencukupi kebutuhan pangan dari daerahnya sendiri (swasembada).4. Konsep papan (permukiman), daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan atau mencukupi kebutuhan lahan untuk permukiman dan permukiman itu sendiri.5. Konsep lingkungan, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan lingkungan yang baik tanpa merusak lingkungan bagi penduduk yang tinggal. Secara operasional diindikasikan dengan dinamika tekanan penduduk terhadap lahan pertanian.6. Konsep mobilitas, daya dukung wilayah dalam kemampuan wilayah dalam memberikan kebebasan dan ruang gerak yang baik kepada penduduknya untuk melakukan mobilitas.7. Konsep tata ruang, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan pola keseimbangan peruntukan fungsi wilayah antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.Intervensi pembanguna diperlukan untuk dapat menjaga kestabilan hubungan antara penduduk dan sumberdaya wilayah, namun dalam kenyataannya pembangunan justru menjadi instrument instabilitas. Oleh karena itu pembangunan harus memperhatikan daya dukung wilayah sebagai basis perumusan kebijakan yang mampu menjaga kestabilan lingkungan dan wilayah. Selain itu variasi kekurangan daya dukung wilayah menjadi komponen penting tindakan perencanaan keruangan, sehingga menuntut pemahaman variasi regional yang komprehensif, termasuk determinan pembada (Dr. Lutfi MutaAli S.Si, Msp).

2.8 Perubahan Iklim GlobalPerubahan iklim pada abad ini telah menjadi isu lingkungan yang cukup penting. Berbagai perubahan dan konsekuensi yang terukur sangat diperlukan untuk dapat melakukan respons dan adaptasi yang tepat terhadap perubahan iklim, terutama adaptasi yang dapat dilakukan di kawasan perkotaan. Hal penting lainnya yang di perlukan adalah eksploitasi pengetahuan mengenai bagaimana pembangunan kota-kota baru dapat memenuhi criteria untuk mitigasi dan tujuan-tujuan adaptasi.Penggunaan teknologi bahan yang kedap air untuk meningkatkan daya tahan bangunan, adalah bentuk lain dari efisiensi ekonomi di perkotaan. Padahal, tingkat kepadatan yang tinggi dan penggunaan bahan-bahan kedap air dengan kapasitas panas yang tinggi merupakan faktor-faktor yang memnerikan kontribusi besar terhadap pemanasan di perkotaan. Respons yang sering muncul terhadap gejala untuk pendingin ruangan, yang memberikan respons balik dan memperkuat gejala pemanasan di perkotaan, baik dalam wujud pendingin mobil maupun pendingin ruang-ruang pada bangunan perkotaan dan bangunan komersial lainnya (Hestin Mulyandari).

2.9 Pemanasan GlobalFenomena pemanasan global (global warming) adalah naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Istilah efek rumah kaca berasal dari pengalamn para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran di dalam rumah kaca. Pada siang hari suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya. Hal ini karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh tanaman di dalam rumah kaca itu sebagai sinar inframerah yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan tidak dapat keluar dari rumah kaca sehingga suhu di dalamnya menjadi naik.Sebagian besar energy yang berasal dari matahari berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energy ini tiba di permukaan bumi maka akan berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan mementulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar, sedangkan sebagian panas tetap terperangkap di atmosfir akibat menumpuknya gas rumah kaca, antara lain uap air, karbondioksida dan metana. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi. Akibatnya, panas tersebut akan tersimpan dipermukaan bumi. Kejadiaan ini terjadi secara terus-menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) benar-benar sangat nyata adanya. Kita sungguh telah merasakan dampaknya. Bumi semakin panas akibat suhu yang terus meningkat. Es di kutub yang mencair serta suhu dan permukaan air laut yang naik adalah bukti nyata pemanasan global. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim. Akibatnya, bencana alam seperti gelombang panas, badai, topan, banjir, kekeringan dan lain-lain yang dasyat terjadi di mana-mana, semakin tidak terkendali dan berjalan terus-menerus. Kerusakan hebat dimuka bumi ini adalah realita dari dampak perubahan iklim tersebut (Freddy Numberi).

2.10 Efek Gas Rumah KacaMenurut Frick dan Suskiyatno (1998), istilah efek rumah kaca berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di diluarnya.Efek Rumah Kaca adalah efek pengandaian, dimana suhu udara di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada suhu udara di luar rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).Meningkanya Efek Gas Rumah Kaca (EGRK) di atmosfer adalah biang keladi dari pemanasan global. Apabila kita coba berpikir dan merenung barang sejenak tentunya kita akan menyadari, memahami dan menemukan sebuah jawaban mengapa dalam beberapa dekade terakhir ini kadar efek gas rumah kaca di atmosfer terus meningkat. Sebagai jawaban pasti bahwa penyebab utamanya ternyata tidak jauh-jauh dari kegiatan dan aktiftas kehidupan kita sehari-hari.Sejumlah hasil penelitian termasuk penelitian yang pernah dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah membenarkan hal itu. Pakar perubahan iklim dari Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Eddy Hermawan, misalnya pernah mengungkapkan bahwa efek gas rumah kaca sebagai faktor utama pemicu terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh faktor alam (proses alami), melainkan justru lebih banyak disebabkan oleh hasil kegiatan dan aktivitas manusia sehari-hari. Mulai dari asap pembuangan mesin pabrik dari sector industri baik di hulu maupun hilir, transportasi (mobil, sepeda motor, kereta api, pesawa terbang dan kapal laut), hingga pemanasan juga pendinginan serta penerangan gedung-gedung (perkantoran) dan rumah tangga. Kegiatan dan aktifitas sehari-hari itulah yang telah menimbulkan tingginya emisi gas rumah kaca (GRK) atau emisi karbon diatmosfir terutamadari gas buang karbondioksida (CO2), disamping gas metana (CH4), nitro oksida (N2O) dan gas rumah kaca lainnya. Timbunan gas-gas rumah kacayang tinggi diatmosfir itu pula yang menyebabkan kadar efek gas rumah kaca bertambah besar. Kerusakan hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyerap dan oenyimpanan CO2 kian memperparah keadaan. Sementara itu pohon-pohon yang telah mati juga akan melepaskan emisi karbon yang tersimpan didalam jaringan tubuhnya ke atmosfir. Kondisi itu kian diperparah oleh semakin meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh limbah industri serta sampah dari kegiatan dan aktifitas kehidupan sehari-hari kita. Akibatnya, suhu udara dipermukaan bumi dari waktu ke waktu menjadi terus meningkat.Dalam Assesment Report ke-4, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) menyatakan bahwa konsentrasi CO2 diatmosfir telah mengalami peningkatan dari 280 ppm ypada masa sebelum revolusi industri (1780) menjadi 379 ppm pada 2005. Konsentrasi CO2 saat ini telah mencapai kisaran alaminya antara 180-300 ppm yang telah bertahan selama 650.000 tahun terakhir (Indartono, www.infomentrik.com). Dilihat dari Negara penyumbang emisi global CO2 terbesar, China menempati urutan pertama sebagai Negara yang paling bertanggung jawab atas terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Disusul oleh Amerika Serikat (AS), India dan Jepang (Freddy Numberi).

2.11 Karakteristik Iklim PerkotaanIklim perkotaan merupakan hasil dari interaksi banyak faktor alami dan antrhopogenik. Polusi udara, material pemukaan perkotaan, emisi panas anthropogenic, bersama-sama dengan faktor alam menyebabkan perbedaan iklim antara kota dan area non perkotaan.Iklim suatu kota dikendalikan oleh banyak faktor alam, baik pada skala makro (seperti garis lintang) maupun pada skala meso (seperti topografi, badab air). Pada kota yang tumbuh dan berkembang, factor-faktor baru dapat mengubah iklim lokal kota. Guna lahan, jumlah penduduk, aktifitas industri dan transportasi, serta ukuran dan struktur kota, adalah faktor-faktor yang terus berkembang dan mempengaruhi iklim perkotaan.Iklim perkotaan dapat di perbaiki oleh perencanaan struktur perkotaan dengan cara mengurangi dampak negative faktor-faktor alam anthropogenetik. Misalnya melalui penempatan daerah hijau (misalnya tanaman) dan badan air daerah lokasi-lokasi yang strategis. Pabrik-pabrik sebaiknya dibangun dengan memprhatikan arah angin, sehingga polusi udara terbawa oleh angin dan tidak mencemari ke area-area dimana dibutuhkan kualitas udara yang baik seperti area permukiman (Hestin Mulyandari).

2.12 Adaptasi terhadap perubahan iklimBerbagai isu lingkungan di perkotaan muncul dan membari peringatan mengenai ancaman berkelanjutan pembangunan kota-kota. Strategi pemanfaatan ruang, baik untuk kawasan budidaya maupun kawasan lindung, perlu dilakukan secara kreatif, sehingga konfersi lahan dari pertanian produktif maupun dari kawasan hijau lainnya menjadi kawasan non-hijau dan non-produktif, dapat dikendalikan. Ini merupakan langkah preventif untuk menurunkan laju perubahan suh, baik secara lokal maupun global.Sebagai langkah represif, respons dalam system perencanaan dan perancangn kawasan perkotaan dapat dilakukan, salah satunya melalui desain perkotaan yang mempertimbangkan system iklim.Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan ruang kota antara lain:1. Preservasi dan akuisisi ruang hijaua. Benchmarks untuk menggambarkan penggunaan lahan, terutama ruang terbuka hijau,b. Menghindari soil capping melalui pengembangan ruang hijau dan air,c. Pengembangan roof greening,d. Pengembangan faade greening.

2. Pengamanan pertukanran udara lokal, yang menyangkut:a. Produksi udara dingin,b. Suplay udara segar,c. Pengembangan koridor hijau,d. Pengembangan bentuk-bentuk bangunan yang menguntungkan.3. Menentukan tindaka untuk control polusia. Terhadap kawasan industry dan komersial,b. Terhadap home heating,c. Terhadap lalu lintas.4. Peranan ruang hiaju dalam penentuan iklim mikro perkotaan.

Tingginya tingkat pembangunan di daerah perkotaan, seringkali mengabaikan unsur-unsur alami seperti vegetasi. Padahal dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa vegetasi memiliki manfaat dan nilai untuk mempertahankan tingkat kenyamanan udara. Dalam hal ini, sangat penting untuk mempertimbang kebutuhan ruang hijau di perkotaan. Pembagunan fisik kota itu sendiri mempengaruhi ketersediaan ruang untuk vegetasi dan distribusinya.Perkembangan dan dinamisme perkotaan serta wilayah pada satu sisi tak bias dihindari karena berbagai faktor, seperti jumlah penduduk yang terus bertambah dan ekonomi yang terus tumbuh. Namun, hokum perencanaan tata kota harus tetap ditaati, demikian pula disiplin-disiplin lain.Bagaiman sebaiknya lokasi industry harus ditetapkan, dimana sebaiknya untuk pertanian, bagaimana kebutuhan ideal warga bias ditopang dengan baik oleh alam. Tetapi, termasuk juga didalamnya bagaimana perencanaan jalan, perumahan, sistem drainase dan fasilitas umum lainnya. Munculnya istilah daerah peruntukan atau land use, yang berarti pembagian wilayah (zonasi) untuk zona perkantoran, perumahan, perindustrian, perdagangan dan jasa serta daerah resapan, menjadi salah satu wujud upaya menata kota dan wilayah. Namun, zonasi yang direncanakan dalam master plan tersebut hanya disimpan saja. Dalam kenyataannya daerah resapan sering diabaikan, dialihfungsikan menjadi pertumbuhan gedung-gedung tinggi. Sehingga dampak yang timbul baru terasa ketika cuaca buruk dating, seperti pada saat banjir, air tidak bias menyerap kedalam tanah karena tanah sudut tertutup oleh bangunan dan pengerasan jalan.Dengan pemahaman ilmu tentang iklim, pada birokrat bisa membantu masyarakat dalam merencanakan aktivitas mereka, juga membantu pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan persiapan menghadapi keadaan darurat bencana. Pada sisi lain, manfaat memahami ilmu lingkungan baik untuk meningkatkau kesadaran agar senantiasa hidup harmonis dengan alam, tidak merusaknya (Hestin Mulyandari).

2.13 Matriks Teori

NoTeoriPenulisUraian TeoriVariabel

1a. Pemanasan Globalb. Efek Gas Rumah KacaFreddy Numberia. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim. Akibatnya, bencana alam seperti gelombang panas, badai, topan, banjir, kekeringan dan lain-lain yang dasyat terjadi di mana-mana, semakin tidak terkendali dan berjalan terus-menerus.b. Meningkanya Efek Gas Rumah Kaca (EGRK) di atmosfer adalah biang keladi dari pemanasan global. Mengapa dalam beberapa dekade terakhir ini kadar efek rumah kaca di atmosfer terus meningkat. Sebagai jawaban pasti bahwa penyebab utamanya ternyata tidak jauh-jauh dari kegiatan dan aktiftas kehidupan kita sehari-hari.

Iklim, bencana alam dan aktivitas manusia.

2a. Pembangunan Berkelanjutanb. Daya Dukung Lingkunganc. Pentingnya Daya Dukung Lingkungan dalam PembangunanDr. Lutfi MutaAli S.Si, Mspa. Konsep pembangunan yang berkesinambungan memang mengimplikasikan batas atau daya dukung lingkungan. Batas yang dimaksud bukan batas absolute akan tetapi batas yang ditentukan oleh organisasi sosial, kemampuan biosfer menyerap pengaruh-pengaruh kegiatan manusia, dan teknologi yang member jalan bagi era baru pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan mengaitkan tiga aspek utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.b. Daya dukung lingkungan meliputi daya dukung biofisik dan daya dukung sosial dimana keduanya mempunyai keterkaitan. Daya dukung biofisik dipengaruhi oleh daya dukung sosial. Daya dukung dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumber daya, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor teknologi, budaya dan kebijakan.c. pembangunan harus memperhatikan daya dukung wilayah sebagai basis perumusan kebijakan yang mampu menjaga kestabilan lingkungan dan wilayah. Selain itu variasi kekurangan daya dukung wilayah menjadi komponen penting tindakan perencanaan keruangan, sehingga menuntut pemahaman variasi regional yang komprehensif, termasuk determinan pembada.Lingkungan dan kegiatan manusia.

3a. Pembangunanb. LingkunganWulfarm I. Erfianto a. Pembangunan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia tidak terlepas dari penggunaan berbagai jenis sumberdaya alam. Eksploitasi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan kemapuan daya dukung lingkungannya dapat mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. b. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

4Prinsip pertumbuhan Kota

Rahardjo AdisasmitaPertumbuhan kota perlu mengenai struktur kota, demikian pula pertumbuhan penduduknya. Boulding melukiskan pertumbuhan kota sebagai suatu proses yang cukup pelik, dia mengemukakan beberapa prinsip yang penting untuk menganalisis masalah pertumbuhan kota.Pertumbuhan penduduk

5a. Defenisi Kotab. Karakteristik Iklim Perkotaanc. Perubahan Iklim Globald. Adaptasi Terhadap Perubahan IklimHestin Mulyandaria. Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang dapat dikatakan paling kompleks, karena perkembangannya dipengaruhi oleh aktivitas pengguna perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup. Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bangunan-bangunan dan kegiatannya yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan kosong di angkasa.b. Iklim perkotaan merupakan hasil dari interaksi banyak faktor alami dan antrhopogenik. Pada kota yang tumbuh dan berkembang, faktor-faktor baru dapat mengubah iklim lokal kota. Guna lahan, jumlah penduduk, aktifitas industri dan transportasi, serta ukuran dan struktur kota, adalah factor-faktor yang terus berkembang dan mempengaruhi iklim perkotaan.c. Perubahan iklim pada abad ini telah menjadi isu lingkungan yang cukup penting. Berbagai perubahan dan konsekuensi yang terukur sangat diperlukan untuk dapat melakukan respons dan adaptasi yang tepat terhadap perubahan iklim, terutama adaptasi yang dapat dilakukan di kawasan perkotaand. Strategi pemanfaatan ruang, baik untuk kawasan budidaya maupun kawasan lindung, perlu dilakukan secara kreatif, sehingga konfersi lahan dari pertanian produktif maupun dari kawasan hijau lainnya menjadi kawasan non-hijau dan non-produktif, dapat dikendalikan. Ini merupakan langkah preventif untuk menurunkan laju perubahan suh, baik secara lokal maupun global.Aktivitas manusia, iklim dan pemanfaatan ruang.