bab ii - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · web viewtinjauan teori. 2.1 konsep dasar....

56
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Definisi Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda- benda asing (Sylvia Anderson, 1994). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing. 2.1.2 Epidemiologi 4

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk

bercak-bercak (patchy distribution).

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu

atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-

bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary,

batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu

meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare,

1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu

radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-

benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu

atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-

bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda

asing.

2.1.2 Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada

anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,

sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh

penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.(1)

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah

utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang

maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001

influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di

Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di

Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan

WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat

penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk

4

Page 2: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika

adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab

kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka

kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika

dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%.

Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa

hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat

menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan

awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran

napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di

Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga

merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan

adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis,

pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya

kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus

infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr.

Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti

dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti

menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang

dirawat per tahun.

2.1.3 Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

Faktor Infeksi

- Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial

Virus (RSV).

- Pada bayi :

Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,

Cytomegalovirus.

Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,

Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.

- Pada anak-anak :

Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

5

Page 3: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

- Pada anak besar – dewasa muda :

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

Faktor Non Infeksi.

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

- Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah

atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak

tanah dan bensin).

- Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung

minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap

keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti

latoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau

pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak

yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada

jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang

mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak

contohnya seperti susu dan minyak ikan .

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk

terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-

penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang

belum berkembang pada bayi dan anak, malnutrisi energy protein

(MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna

merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

2.1.4 Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang

memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan

etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian

pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan

terapi yang lebih relevan.Pembagian secara anatomis :

- Pneumonia lobaris

- Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)

- Pembagian secara etiologi :

6

Page 4: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,

Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae.

- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,

Adenovirus

- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,

Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.

- Corpus alienum

- Aspirasi

- Pneumonia hipostatik

2.1.5 Patogenesis

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme

pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan

ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme

dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat

melalui berbagai cara, antara lain :Inhalasi langsung dari udaraAspirasi

dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring Perluasan

langsung dari tempat-tempat lain Penyebaran secara hematogen

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien

untuk mencegah infeksi yang terdiri dari : Susunan anatomis rongga

hidung Jaringan limfoid di nasofaring Bulu getar yang meliputi sebagian

besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh

sel epitel tersebut. Refleks batuk. Refleks epiglotis yang mencegah

terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan

fungsi menyaring kelenjar limfe regional. Fagositosis aksi limfosit dan

respon imunohumoral terutama dari Ig A. Sekresi enzim – enzim dari

sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba

yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka

mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang

menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.

Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses

peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu : A. Stadium I (4 – 12

jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia, mengacu pada respon

peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang

terinfeksi.

7

Page 5: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut

mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga

mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan

histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru

dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak

yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka

perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. B. Stadium II

(48 jam berikutnya) Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus

terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh

penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,

eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada

perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau

sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini

berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. C. Stadium III (3 – 8

hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-

sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi

pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. D.

Stadium IV (7 – 11 hari) Disebut juga stadium resolusi yang

terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin

dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali

ke strukturnya semula.

2.1.6 Gambaran Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran

nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara

mendadak sampai 39-40˚C dan mungkin disertai kejang karena demam

yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal

8

Page 6: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan

mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan

mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa

batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan

cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.

Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi :

Sonor memendek sampai beda Auskultasi : Suara pernafasan mengeras

(vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung halus sampai

sedang.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung

pada luasnya daerah yang terkena.Pada perkusi toraks sering tidak

dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi mungkin hanya terdengar

ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang

bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi

terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi

terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar

lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi

antara 2-3 minggu.

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium

a. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –

40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak

meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.

b. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun

c. Sinar x  : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga

menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi

menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan

infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada

mungkin bersih.

d. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan

hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

e. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi

jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi

pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Kultur

dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati.

9

Page 7: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

f. JDL      : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah

terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan

berkembangnya pneumonia bakterial.

g. Pemeriksaan serologi    : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.

h. LED     : meningkat

i. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan

kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan

komplain menurun, hipoksemia.

j. Elektrolit           : natrium dan klorida mungkin rendah

k. Bilirubin            : mungkin meningkat

l. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka   :menyatakan

intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges,

1999)

2.1.8 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan

pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan

sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada bronkopneumonia,

bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto

rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,

atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke

arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil

jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar

hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun(1,2).

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi

serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan

bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan.

Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana

yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia

dibedakan berdasarkan :

Bronkopneumonia sangat berat :

Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak

harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

Bronkopneumonia berat :

Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup

minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi

antibiotika.

10

Page 8: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Bronkopneumonia :

Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

> 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

> 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

Bukan bronkopenumonia :

Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu

dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan

dengan identifikasi kuman penyebab:

1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung

2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab),

terutama virus

3. Deteksi antigen bakteri

2.1.9 Diagnosa Banding

Bronkiolitis

Aspirasi pneumonia

Tb paru primer

2.1.10 Penatalaksanaan

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji

resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu

yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi

maka yang biasanya diberikan:

a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70

mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum

luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas

demam 4-5 hari.

b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan

campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1

ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.

c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik

akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil

analisa gas darah arteri.

d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

11

Page 9: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Penatalaksanaan keperawatan:

Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit

datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping

hidung, sianosis, dan gelisah. Masalah yang perlu diperhatikan ialah:

a. Menjaga kelancaran pernafasan.

b. Kebutuhan istirahat.

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan.

d. Mengontrol suhu tubuh.

e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.

f. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

2.1.11 Komplikasi

Otitis media

Bronkiektase

Abses paru

Empiema

2.1.12 Prognosis

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih

tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-

protein dan datang terlambat untuk pengobatan.

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama

diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan

makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.

Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya

tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka

malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang

lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan

malnutrisi apabila berdiri sendiri.

2.1.13 Pencegahan

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari

kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit

yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini.

Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti :

cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga

kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.

12

Page 10: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan

terinfeksi antara lain:

1. Vaksinasi Pneumokokus

2. Vaksinasi H. influenza

3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan

tubuh rendah

4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

2. 2 Asuhan Keperawatan

1. Data focus

a. Data Subyektif

Anak dikeluhkan rewel, tidak mau makan, sesak nafas, terdengar suara

grek-grek, orang tua menyatakan kurang paham tentang penyakit yang

diderita anaknya , anak mencret. 

b. Data Obyektif

Pernafasan cepat dan dangkal , pernafasan cuping hidung, cianosis, batuk

berdahak sputum purulen, penggunaan otot Bantu nafas, bunyi nafas

bronchovesikuler, ronchi, respirasi meningkat, peningkatan suhu

tubuh,penurunan nafsu makan, muntah malaise, penurunan berat badan

dan lain-lain.

2. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan

1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk,

pilek, demam.

2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.

3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti

malnutrisi.

4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan

5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan

dangkal, gelisah, sianosis

b. Pemeriksaan fisik

1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung

2) Auskultasi paru ronchi basah

3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal

4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada

kedua paru)

13

Page 11: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan

1) Usia tingkat perkembangan

2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan

3) Koping

4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua

5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

d. Pengetahuan keluarga / orang tua

1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan

2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan

3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya

e. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

f. Sirkulasi

Gejala : Riwayat gagal jantung kronis

Tanda : Takikardi, penampilan keperanan atau pucat

g. Integritas Ego

Gejala : banyak stressor, masalah finansial

h. Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM

Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan

turgor buruk, penampilan malnutrusi

i. Neurosensori

Gejala : sakit kepala dengan frontal

Tanda : perubahan mental

j. Nyeri / Kenyamanan

Gejala  : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,

atralgia

k. Pernafasan

Gejala  : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,

pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori,

pelebaran nasal

Tanda   : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen Perkusi ;

pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi 

pleural

Bunyi nafas  : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau

nafas Bronkial

14

Page 12: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi

Warna  : pucat atau sianosis bibir / kuku

l. Keamanan

Gejala  : riwayat gangguan sistem imun, demam

Tanda   : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,

mungkin pada kasus rubeda / varisela

m. Penyuluhan

Gejala     : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol

kronis 

3. Diagnosa keperawatan dan intervensi

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif

Dapat dihubungkan dengan :

Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan

produksi sputum

Nyeri pleuritik

Penurunan energi, kelemahan

Kemungkinan dibuktikan dengan :

Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan

Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori

Dispnea, sianosis

Bentuk efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum

Kriteria Hasil :

Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas

Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak

ada dispnea atau sianosis

Intervensi :

Mandiri

Kali frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada

Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan

bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)

Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam

Penghisapan sesuai indikasi

Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari

Kolaborasi

Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi

lain

15

Page 13: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran,

bronkodilator, analgesik

Berikan cairan tambahan

Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri

Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan

2) Kerusakan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan

Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)

Gangguan kapasitas oksigen darah

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Dispnea, sianosis

Takikardi

Gelisah / perubahan mental

Hipoksia

Kriteria Hasil :

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress

pernafasan

Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen

Intervensi :

Mandiri

Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas

Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku

Kaji status mental

Awasi status jantung / irama

Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan

untuk menurunkan demam dan menggigil

Pertahankan istirahat tidur

Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas

dalam dan batuk efekti

Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.

Kolaborasi

Berikan terapi oksigen dengan benar

Awasi GDA

3) Pola nafas tidak efektif

Dapat dihubungkan dengan :

Proses inflamasi

Penurunan complience paru

16

Page 14: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Nyeri

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Dispnea, takipnea

Penggunaan otot aksesori

Perubahan kedalaman nafas

GDA abnormal

Kriteria Hasil :

Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA

dalam rentang normal

Intervensi :

Mandiri

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

Auskultasi bunyi nafas

Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

Observasi pola batuk dan karakter sekret

Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk

efektif

Kolaborasi

Berikan Oksigen tambahan

Awasi GDA

4) Peningkatan suhu tubuh

Dapat dihubungkan  : proses infeksi

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Demam, penampilan kemerahan

Menggigil, takikandi

Kriteria Hasil :

Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh

Tidak menggigil

Nadi normal

Intervensi :

Mandiri

Obeservasi suhu tubuh (4 jam)

Pantau warna kulit

Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan

     

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi : antiseptik

17

Page 15: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari

5) Resiko tinggi penyebaran infeksi

Dapat dihubungkan dengan :

Ketidakadekuatan pertahanan utama

Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan

imun)

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat

diagnosa aktual

Kriteria Hasil :

Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi

Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah / menurunkan

resiko infeksi

Intervensi :

Mandiri

Pantau TTV

Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan

perubahan warna jumlah dan bau sekret

Dorong teknik mencuci tangan dengan baik

Ubah posisi dengan sering

Batasi pengunjung sesuai indikasi

Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu

Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.

Kolaborasi

Berikan antimikrobal sesuai indikasi

6) Intoleran aktivitas

Dapat dihubungkan dengan

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Kelemahan, kelelahan

Kemungkinan dibuktikan dengan :

Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan

Dispnea, takipnea

Takikandi

Pucat / sianosis

Kriteria Hasil :

18

Page 16: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap

aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan

berlebihan dan TTV dalam rentang normal

Intervensi :

Mandiri

Evaluasi respon klien terhadap aktivitas

Berikan lingkungan terang dan batasi pengunjung

Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat

Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

7) Nyeri

Dapat dihubungkan dengan :

Inflamasi parenkim paru

Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin

Batuk menetap

Kemungkinan dibuktikan dengan :

Nyeri dada

Sakit kepala, nyeri sendi

Melindungi area yang sakit

Perilaku distraksi, gelisah

Kriteria Hasil :

Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol

Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas

dengan cepat

Intervensi :

Mandiri

Tentukan karakteristik nyeri

Pantau TTV

Ajarkan teknik relaksasi

Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama

episode batuk.

8) Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Dapat dihubungkan dengan :

Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan

proses infeksi

Anoreksia distensi abdomen

19

Page 17: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Kriteria Hasil :

Menunjukkan peningkatan nafsu makan

Berat badan stabil atau meningkat

Intervensi :

Mandiri

Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah

Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin

Auskultasi bunyi usus

Berikan makan porsi kecil dan sering

Evaluasi status nutrisi

 

9) Resti kekurangan volume cairan

Faktor resiko :

Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak,

hiperventilasi, muntah)

Kriteria Hasil :

Balance cairan seimbang

Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat

Intervensi :

Mandiri

Kaji perubahan TTV

Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa

Catat laporan mual / muntah

Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine

Hitung keseimbangan cairan

Asupan cairan minimal 2500 / hari

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik

Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

10) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan

Dapat dihubungkan dengan :

Kurang terpajan informasi

Kurang mengingat

Kesalahan interpretasi

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Permintaan informasi

Pernyataan kesalahan konsep

20

Page 18: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Kesalahan mengulang

Kriteria Hasil :

Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan

Melakukan perubahan pola hidup

Intervensi

Mandiri

Kaji fungsi normal paru

Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya

penyembuhan dan harapan kesembuhan

Berikan dalam bentuk tertulis dan verbal

Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif

Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode

yang dianjurkan.

2.3 Konsep Dasar Farmakologi

2.3.1 Pengertian Farmakologi

a. Farmakologi dalam arti luas, adalah ilmu yang mempelajari sejarah,

asal usul obat, sifat fisika dan kimia, cara mencampur dan membuat

obat, efek terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorbsi,

distribusi, biotransformasi, dan ekskresi, penggunaan dalam klinik

dan efek toksiknya.

b. Farmakologi dalam arti sempit, adalah ilmu yang mempelajari

penggunaan obat untuk diagnosis, pencegahan dan penyembuhan

penyakit.

2.3.2 Pengetahuan Dasar Tentang Obat

a. Pengertian

Obat : ialah semua zat, baik kimiawi, hewani maupun nabati

yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau

mencegah penyakit maupun gejala-gejalanya. Zat tersebut

berbentuk padat, cair, atau gas dan diberikan kepada pasien

dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut.

Indikasi : ialah petunjukyang diperoleh untuk menentukan cara

pengobatan mana yang harus diikuti.

Kontra Indikasi : ialah petunjuk yang menyatakan adanya

bahaya atau pengaruh apabila obat diberikan.

Mekanisme kerja obat : ialah cara kerja obat atau proses kerja

obat di dalam tubuh.

21

Page 19: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Dosis obat : ialah ukuran tertentu dari suatu obat yang

disesuaikan dengan diagnose dan keadaan pasien.

Efek samping : ialah efek atau pengaruh obat yang tidak ada

hubungannya dengan tujuan utama pemberian obat.

Toxic effect : ialah efek racun dari suatu obat terhadap tubuh.

Resep : ialah perminttan tertulis dari dokter kepeda Apoteker

atau asisten Apoteker, supaya menyiapkan obat dan

menyerahkannya kepada pasien.

b. Kegunaan obat

Untuk menyembuhkan penyakit

Untuk mencegah penyakit

Untuk mengurangi rasa sakit

Untuk menghambat perkembangan penyakit

Untuk menambah kekuatan

Untuk menambah nafsu makan

c. Mekanisme kerja obat

Beberapa mekanisme kerja obat, dapat digolongkan sebagai berikut:

Secara fisika

Secara kimiawi

Melalui proses metabolisme

Secara kompetisi (saingan)

2.3.3 Peran Perawat Dalam Pengobatan

1. Melaksanakan pemberian obat kepada pasien sesuai program terapi

dengan menerapkan prinsip minimal 4 tepat 1 waspada :

a. Tepat Penderita

Dalam memberikan obat, harus memastikan dan

memeriksa identitas klien pada setiap kali pemberian obat.

Apakah obat yang diberikan sesuai dengan penderitanya.

b. Tepat Obat

Sebelum memberikan obat pada klien, perlu membaca

kembali label obat serta interaksi obat dan memastikan kembali

bahwa klien menerima obat yang telah diresepkan sesuai dengan

penyakit yang derita.

Dalam memberikan obat pada klien, sebaiknya

mengecek obat pada saat menerima resep, akan memberikan

pada klien dan pada saat pemberian pada klien agar tidak terjadi

kesalahan memberikan obat.

22

Page 20: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

c. Tepat Dosis

Memastikan dan memeriksa dosis tertentu yang telah

diresepkan dokter untuk klien dengan penyakit tertentu agar

tidak terjadi over dosis atau under dosis yang dapat

menimbulkan efek yang tidak dingin (efek skunder)

d. Tepat Waktu

Memberikan obat yang telah diresepkan pada waktu-

waktu tertentu serta memperhatikan kapan obat tersebut

diberikan, sebelum makan atau sesudah makan. Misal: obat x

diberikan dengan dosis harian 2 x sehari sebelum makan

e. Waspada

Waspada terhadap efek samping yang ditimbulkan obat.

2. Mengelola penempatan, penyimpanan, pemeliharaan, dan

administrasi obat di ruangan agar selalu tersedia, siap pakai, tidak

rusak, mudah ditemukan dan tidak kadaluwarsa.

3. Memberikan penyuluhan berkaitan dengan obat yang digunakan,

meliputi khasiat obat, makanan yang boleh, dan tidak boleh selama

terapi, ESO obat dan cara mengatasi, kepatuhan obat, dampak

ketidakpatuhan, penghentian obat.

4. Mengamati dan mencatat efek samping, efek terapi, efek toksis dari

pengalaman klinis dan empiris beberapa pasien selama

menggunakan obat untuk bahan masukan dan laporan.

Kompetensi perawat dalam pemberian obat

No Kompetensi Keterampilan

1 Mengkaji

keadaan

umum

pasien

kaitannya

dalam

penggunaa

n obat

a. Memkaji pasien riwayat pengobatan

dan alergi.

b. Mengkaji kondisi umum pasien

berkaitan dengan efektifitas

farmakokinetik (absorbs, distribusi,

metabolism dan ekskresi).

c. Mengkaji diet yang berkaitan dengan

interaksi farmakokinetik obat.

d. Mengkaji tanggapan, kerjasama dan

penilaian pasien terhadap pemberian

obat.

23

Page 21: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

e. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien

terhadap tindakan pengobatan yang

diberikan.

2 Merencanakan

pemberian

obat kepada

pasien

untuk

mencapai

tingkat

efektivitas

maksimal

a. Merencanakan diet pasien sehubungan

dengan obat yang diberikan.

b. Menetapkan waktu pemberian obat

untuk memperoleh efektifitas terapi.

c. Memprediksi efek, terapi toksisitas

dan ESO serta rencana pengawasan

dan penanggulangannya.

d. Merencanakan penyuluhan kesehatan

yang diperlukan.

3 Melaksanakan

pemberian

obat sesuai

progam

terapi

a. Identifikasi progam terapi menuju 5

benar.

b. Memberikan obat.

1. Peroral (ditelan).

2. Sub lingual (bawah lidah).

3. Personde (melalui sonde).

4. Memberikan obat parenteral.

Intra muskuler

Intra vena

Subkutan

Intrakutan

5. Perrektal (supositoria)

6. Inhalasi

7. Efek lokal

Perkonjungtival.

Pernasal.

Tetes telinga.

Pada luka (antiseptik).

Topical (dioleskan kulit).

c. Melaksanakan penyuluhan obat pada

pasien pada saat terapi dan menjelang

pulang, meliputi:

ESO yang mungkin timbul.

Penghentian obat.

Kepatuhan obat, kaitannya dengan

24

Page 22: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

penyembuhan.

Efek lain yang mungkin muncul

dan cara mengatasi.

2.4 Terapi Obat Dan Cairan

2.4.1 Ampisilin

Nama & Struktur Kimia

:

Asam (2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amino-2-

fenilacetamido]-3-3-dimetil-7-okso- 4-tia-1-

azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat [69-53-4]

(Trihidrat [7177-48-2]). C16H19N3O4S

Sifat Fisikokimia : Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat

mengandung tidak kurang dari 900 µg tiap

milligram C16H19N3O4S dihitung terhadap zat

anhidrat. Secara komersial, sediaan ampisilin

tersedia dalam bentuk trihidrat untuk sediaan oral

dan garam natrium untuk sediaan injeksi. Potensi

ampisilin trihidrat dan natrium penisilin dihitung

berdasarkan basis anhidrous. Ampisilin trihidrat

berwarna putih, praktis tidak berbau , serbuk kristal,

dan larut dalam air. Ampisilin trihidrat mempunyai

kelarutan dalam air sekitar 6 mg/mL pada suhu

200C dan 10 mg/mL pada suhu 40 0C. Ampisilin

sodium berwarna hampir putih, praktis tidak berbau,

serbuk kristal, serbuk hidroskopis, sangat larut

dalam air, mengandung 0.9% natrium klorida.

Pelarutan natrium ampicilin dengan larutan yang

sesuai, maka 10 mg ampicilin per mL memiliki pH

8-10. Jika dilarutkan secara langsung ampisillin

trihidrat oral suspensi memiliki pH antara 5-7.5

Keterangan : Ampisilin adalah aminopenisilin. Perbedaan

struktur ampisilin dengan penicillin G hanya

terletak pada posis gugus amino pada alpha cincin

benzena yang terletak pada R dalam inti penisilin.

25

Page 23: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

 

Golongan/Kelas Terapi

Anti Infeksi

Nama Dagang

- Actesin

inj- Ambripen - Amcillin - Ampi

- Arcocillin

-

Bannsi

pen

- Bimapen - Binotal

- Biopenam

-

Broada

pen

- Cinam - Corsacillin

- Dancillin - Decapen

-

Erphacil

lin

- Etabiotic

- Etrapen - Hufam - Kalpicillin - Kemocil

- Lactapen - Medipen - Megapen - Metacillin

- Mycill - Opicillin

-

Pampici

llin

- Parpicillin

- Penbiotic - Penbritin - Pincyn - Polypen

-

Primacil

lin

- Ronexol - Sanpicillin

-

Standacil

lin

- Unasyn - Varicillin - Viccillin - Xepacillin

- Akrotalin

Indikasi

Pengobatan infeksi yang peka (non-betalaktamase-producting organisme); bakteri

yang peka yang disebabkan oleh streptococci, pneumococci nonpenicillinase-

producting staphilocochi, listeria, meningococci; turunan H.Influenzae,

salmonella, Shigella, E.coli, Enterobacter, dan Klebsiella .Dosis, Cara Pemberian

dan Lama Pemberian

DOSIS ANAK :

Infeksi ringan – sedang: I.M., I.V.: 100 -150 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap

6 jam. (maksimal:2-4 mg/hari). Oral: 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap

26

Page 24: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

6 jam (maksimal: 2-4 g/hari)

Infeksi berat/mengitis: I.M.,I,V: 200-400 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6

jam (maksimal; 6-12 g/hari).

Endocarditis profilaxis: Gigi, mulut, saluran pernafasan atau esophagus: 50 mg/kg

digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol, Saluran kemih, GI: pasien resiko

tinggi: 50 mg/kg (maksimal 2 g) digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol.

Pasien risiko tinggi: 50 mg/kg digunakan 30 menit sebelum prosedur operasi.

DOSIS DEWASA

Dosis lazim:

Oral : 250 – 500 mg tiap 6 jam.IM.IV: 50-100 mg/kg/hari setiap 6 jam.

Sepsis/meningitis: IM.IV: 150-250 mg/kg/24 jam dosis terbagi setiap 3-4 jam 

(rentang:6-12g/hari).

PENYESUAIAN DOSIS.

ClCr >50 mL/menit: diberikan tiap 6 jam. ClCr 10-50 mL/menit diberikan setiap 6-

12 jam. ClCr <10 mL/menit diberikan setiap 12-24 jam.

Lama pemberian:

Lama pemberian ampicillin tergantung pada tipe dan tingkat kegawatan serta

tergantung juga pada respon klinis dan  bakteri penginfeksinya. Seperti contoh

umum jika ampisillin digunakan untuk penanganan infeksi gonore maka ampicillin

diberikan tidak kurang dari 48 – 72 jam setelah pasien mengalami gejala infeksi

maupun sesuai temuan hasil uji laboratorium. Untuk infeksi persisten,

kemungkinan diberikan untuk beberapa minggu.

CARA PEMBERIAN:

Disesuaikan dengan jeda waktu yang telah ditetapkan untuk mempertahankan

kadar obat dalam plasma. Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk

memaksimalkan absorpsi (1 jam sebelum makan dan 2 jam setelah makan).

Farmakologi

Absorbsi: oral: 50%.

Distribusi: empedu, dan plasma jaringan; menembus ke cairan serebrospinal terjadi

hanya ketika terjadi inflamasi meningitis.

Ikatan protein: 15 – 25%

T½ eliminasi:

Anak – anak dan dewasa: 1-1.8 jam.

Anuria/ARF:7-20 jam.

T max: Oral: 1-2 jam

Eksresi: urin (90% bentuk utuh) dalam 24 jam.

27

Page 25: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Dialisis: Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial dialisis: 20-50%

Stabilitas Penyimpanan

Ampisilin kapsul, serbuk oral suspensi disimpan pada wadah kedap dengan suhu

antara 15-30°C, setelah mengalami pencampuran, ampisilin trihidrat disimpan

dalam lemari pendingin dengan suhu antara 2-8°C dan akan bertahan selama 14

hari, tapi jika disimpan dalam suhu ruangan maka akan bertahan selama 7 hari.

Ampisilin injeksi, setelah mengalami pelarutan sebaiknaya digunakan kurang dari 1

jam setelah pencampuran. Stabilitas ampisilin injeksi setelah dilarutkan tergantung

kenaikan konsentrasinya, ampisillin peka sekali dengan cairan yang mengandung

dextrose, karena akan mengakibatkan efek katalitik dan menghidrolisis obat.

Kontraindikasi

Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau

komponen lain dalam sediaan.

Efek Samping

SSP : Demam, penisilin encephalitis, kejang.

Kulit : Erythema multifom, rash, urticaria.

GI : Lidah hitam berambut, diare, enterochollitis, glossitis, mual,

pseudomembranouscollitis, sakit mulut dan lidah, stomatitis, muntah.

Hematologi : Agranulositosis, anemia, hemolitik anemia, eosinophilia, leukopenia,

trombocytopenia purpura.

Hepatik : AST meningkat.

Renal : Interstisisal nephritin (jarang)

Respiratory : Laringuela stidor

Miscellaneous : Anaphilaxis.

Interaksi

 - Dengan Obat Lain :

Meningkatkan efek toksik:

1. Disulfiran dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar ampisilin.

2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar ampisilin

3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam.

Menurunkan efek:

Dicurigai ampisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.

Dengan Makanan : Makanan dapat menurunkan tingkat absorbsi ampisillin,

sehingga kemungkinan akan menurunkan kadar ampisillin.

Pengaruh

Terhadap Kehamilan : Data keamanan penggunaan pada ibu hamil belum ada

sehingga CDC (center for disease controle and prevention) memasukannya pada 

28

Page 26: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Kelas faktor risiko B.

Terhadap Ibu Menyususi : CDC mengklasikasikan keamananya kategori B

Karena amoksisilin terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka dikhawatirkan

amoksisilin dapat menyebabkan respon hipersensitif untuk bayi, sehingga

monitoring perlu dilakukan selama menggunakan obat ini pada ibu menyusui.

Terhadap Anak-anak : Data tentang keamanan masih establish

Terhadap Hasil Laboratorium : Berpengaruh terhadap hasil pengukuran :

Hematologi dan hepar.

Parameter Monitoring

Pengamatan rutin terhadap : Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT),

Hematologi. (Hb), Indikator infeksi.(Suhu badan, kultur ).

Bentuk Sediaan

Kapsul, Serbuk Kering Suspensi Oral, Serbuk Injeksi

Peringatan

Pada pasien yang mengalami gagal ginjal, perlu penyesuaian dosis. Tingkat

kejadian ruam akibat penggunaan ampisilin pada anak – anak  sebanyak 5 – 10%

kebanyakan muncul pada 7-14 hari setelah penggunaan obat.

Kasus Temuan Dalam Khusus

Informasi Pasien

Untuk menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya amoksisilin digunakan

dalam dosis dan rentang waktu yang telah ditetapkan. Obat digunakan dalam

keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan). Amati jika

ada timbul gejala ESO obat, seperti mual, diare atau respon hipersensitivitas. Jika

masih belum memahami tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker.

Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka harap

menghubungi dokter.

Mekanisme Aksi

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada

ikatan penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga

menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis

peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel

terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis). Monitoring Penggunaan Obat

Lamanya penggunaan obat : Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir

penggunaan obat. Mengamati kemungkinan adanya efek anafilaksis pada

pemberian dosis awal.

29

Page 27: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

GENTAMISIN 2.4.2

Golongan : Aminoglikosida

Komposisi : Gentamicin / Gentamisin sulfat

Indikasi : Infeksi Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram

positif  (Staphylococcus),  infeksi tulang, infeksi saluran nafas,  infeksi kulit dan

jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia ,

penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit

Dosis umum :

Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.            Anak

> 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.

Note : Usual dose yang lebih tinggi dan/atau frekuensi yang lebih tinggi (setiap 6

jam) yang diberikan pada kondisi klinik secara selektif ( cystic fibrosis) data serum

level yang dibutuhkan

Anak dan dewasa :

Intratekal : 4 – 8 mg/hari

Optalmik :

Salep : Dioleskan pada mata 2 – 3 kali sehari sampai setiap 3 – 4 kali

Tetes mata : Teteskan pada mata yang sakit 1 – 2 tetes setiap 2 – 4 jam, naikan 2tetes

setiap jam untuk infeksi parah

Topikal :

Salep : Salep dioleskan pada kulit yang sakit  3 – 4 kali sehari

Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m.

Konfensional : 1 – 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 – 12 jam untuk mendapatkan kadar

puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang lebih tinggi dapat diberikan

dengan pertimbangan yang cermat untuk pasien jika cairan ekstraseluler meningkat

(udem, syok

Dosis tunggal : 4 – 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi memberikan

rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.

Indikasi spesifik :

Bruselosis : 240 mg/hari i.m.  atu 5 mg/kg BB/hari secara i. v. selama 7 hari. Dapat

juga dikombinasi dengan Doxyciclin

Kolangitis : 4 – 6 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan Ampisilin

Divertikulitis (komplikasi) : 1,5 – 2 mg/kg BB setiap 8 jam  (kombinasi dengan

Ampisilin dan Metronidazol)

30

Page 28: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Profilaksis endokarditis : Gigi, mulut, saluran nafas bagian, atas, saluran pencernaan,

saluran urin 1,5 mg/kg BB dikombinasi dengan Ampisilin  50 mg/kg BB 30 menit

sebelum operasi

Endokarditis atau sejenisnya (untuk infeksi Gram Positif) : 1 mg/kg BB setiap 8 jam

(kombinasi dengan Ampisilin)

Meningitis Listeria : 5 – 7 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan Penicillin selama 1

minggu

Meningitis Neonatal, 0 – 7 hari :

Neonatal dengan BB < 2000 gr : 2.5 mg/kg BB setiap 18 – 24 jam.

Neonatal dengan BB > 2000 gr : 2,5 mg/kg BB setiap 12 jam 

Meningitis Neonatal, 8 – 28 hari :

Neonatal dengan BB < 2000 gr : 2.5 mg/kg BB setiap 8 – 12 jam.

Neonatal dengan BB > 2000 gr : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam

Inflamasi pelvik :

Loading Dose : 2 mg/kg BB, selanjutnya 1,5 mg/kg BB setiap 8 jam

Alternate therapy : 4,5 mg/kg BB/hari

Plague (Yersinia pestis) : 5 mg/kg BB/hari diikuti dengan postexposture dengan

Doksisiklin.

Pneumonia : 7 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan antipseudomonas  beta laktam

atau Carbapene

Tularemia : 5 mg/kg BB/hari  dibagi setiap 8 jam untuk 1 – 2 minggu

Infeksi saluran Urin :1,5 mg/kg BB/dosis setiap 8 jam

Interval Dosis pada penurunan fungsi ginjal

Dosis konvensional :

Klirens kreatinin >= 60 ml/menit : diberikan setiap 8 jam

Klirens kreatinin 40 – 60 ml/menit : diberikan setiap 12 jam

Klirens kreatinin 20 – 40 ml/menit : diberikan setiap 24 jam

Klirens kreatinin < 20  ml/menit : loading dose, kemudian monitor

Dosis tinggi untuk terapi : Interval diperpanjang ( mis. setiap 48 jam) pada pasien

dengan gangguan ginjal yang moderat (klirens kreatinin  30 – 59 mL/menit) dan atau

dasar  perhitungan pada serum level determination.

Hemodialisa :

Dilanjutkan dengan dialisa : 30% lanjutan dari Aminoglikosida dilaksanakan selama

4 jam hemodialisa.; pemberian dosis selama hemodialisa dan follow level.

Terapi lanjutan dengan Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) :

Pemberian melalui cairan CAPD :

Infeksi Gram–negative : 4 – 8 mg/L(4 – 8 mc/L) dari cairan CAPD

31

Page 29: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Infeksi Gram–positif (mis. siergis) : 3 – 4 mg/L (mcg/L) dari cairan CAPD

Pemberian injeksi dengan rute i. m. Atau i. v.  Selama CAPD.

Dosis untuk  Clcr <10 mL/menit dan follow level

Lanjutan melalui kontinius arterovenous atau venovenous hemofiltration :

Dosis untuk Clcr 10 - 40 mL/menit dan follow level

Penyesuaian dosis pada penyakit hepar : Monitor konsentrasi dalam plasma

Cara pemberian :

1Injeksi i. m.atau i.v.

Tetes mata

Lama penggunaan :

Sesuai dengan aturan pada pemberian dosis

Farmakologi

Didistribusikan melalui plesenta

Volume distribusi meningkat pada odem, asites dan menurun pada dehidrasi.

Neonatus : 0,4- 0,6 per kg BB,

Anak 0,3 -0,35 /kg BB.

Dewasa 0,2-0,3 /kg BB

Protein binding : < 30 %

Waktu paruh eliminasi :

Infant : umur < 1 minggu  3-11,5 jam. 1 minggu -6 bulan 3-3,5 jam.

Dewasa ; 1,5-3 jam.

Pasien dengan gangguan ginjal 36-70 jam

Kadar puncak serum : i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah pemberian dengan infus

Ekskresi : Urin

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas     :

Stabil selama 30 hari setelah kemasan ditusuk

Stabil selama 24 pada suhu kamar dalam campuran NaCl fisiologis atau Dextrosa 5%

Penyimpanan :

Tidak berwarna sampai kuning muda pada penyimpanan  pada suhu 2% - 30%

Jangan disimpan di refrigerator

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain

Efek Samping

> 10%

Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas (vertigo, ataxia)

Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability

32

Page 30: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular)

Ginjal : Nefrotoksik ( meningkatkan klirens kreatinin) 1% – 10%

Cardiovaskuler : Edeme

Kulit : rash, gatal, kemerahan < 1%

Agranulositosis 

Reaksi alergi

Dyspnea

Granulocytopenia

Fotosensitif

Pseudomotor Cerebral

Trombositopeni

Interaksi

Dengan Obat Lain :  Penisilin, Sefalosporin, Amfoterisin B, Diuretik  dapat

meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan neuromuscular blocking

agen

Dengan Makanan :  Harus dipertimbangkan terhadap diet makanan yang

mengandung Calcium, magnesium , potassium 

Peringatan

Jangan digunakan pada pengobatan yang lama karena dapat berisiko toksik

pemberian yang lama yaitu penurunan fungsi ginjal, miastenia gravis, hipokalsemia,

kondisi dengan depresi neuromuskuler transmitens

Aminoglikosoda secara parenteral dapat menimbulkan nefrotoksisitas dan

ototoksisitas dapat secara langsung secara proporsional dengan jumlah obat yang

diberikan dan durasi pengobatan; tinnitus atau vertigo adalah indikasi dari vestibular

injuri dan mengancam hilangnya pendengaran.

2.4.3 ULSIKUR

INDIKASI

Ulkus duodenum aktif, pencegahan ulkus duodenum kambuhan, ulkus

lambung akut yang jinak, sindroma Zollinger-Ellison.

PERHATIAN

Kerusakan ginjal, keganasan lambung, hamil, menyusui.

Interaksi obat :

meningkatkan kadar Lignokain, Fenitoin, Teofilin, Warfarin dalam darah.

33

Page 31: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

mengurangi metabolisme hepatik dari antikoagulan tipe Warfarin,

Fenitoin,

Lidokain, Teofilin.

EFEK SAMPING

Diare, pusing, mengantuk terus/ketagihan tidur, ruam kulit, sakit kepala yang

bersifat reversibel, nyeri sendi, nyeri otot, keadaan kekacauan/kebingungan

yang bersifat reversibel, ginekomastia ringan, impotensi yang bersifat

reversibel, kebotakan, neutropenia/agranulositosis, trombositopenia, anemia

aplastik, demam, nefritis interstisial, hepatitis, pankreatitis.

KEMASAN

Ampul 200 mg x 5 biji.

DOSIS

Injeksi intramuskular (IM) pada orang dewasa : 200 mg tanpa dilarutan

disuntikkan tiap 4-6 jam.

Infus intravena (IV) : 200 mg dilarutkan dalam 100 ml injeksi Dekstrosa

atau larutan IV lainnya diinfuskan selama 15-20 menit, diulangi tiap 4-6

jam.Maksimal : 2 gram/hari.

Injeksi IV : larutkan 200 mg dalam larutan injeksi NaCl sampai volume

total 20 ml dan disuntikkan secara lambat paling sedikit selama 2 menit.

Ulangi tiap 4-6 jam. Pasien dengan gangguan ginjal : 200 mg tiap 12 jam.

DIPHENHIDRAMI 2.4.4

Indikasi :

Rhinitis alergika, rhinitis vasomotor

Konjungtivitis alergika yang disebabkan oleh alergen atau makanan

Urtikaria dan angioedema yang ringan tanpa komplikasi

Dermatografisme

Reaksi alergi terhadap darah atau plasma, dan reaksi anafilaksis,

sebagai tambahan dari epinefrin dan pengobatan dasar, setelah gejala

akut telah diatasi

Mabuk perjalanan

Parkinsonisme (termasuk gejala ekstrapiramidal yang diakibatkan

obat-obatan) pada orang tua yang tidak dapat menerima obat yang

lebih kuat, serta kelompok umur lainnya dengan gejala yang ringan,

atau sebagai kombinasi dengan obat antikolinergik, sentral, atau bila

terapi oral tidak memungkinkan atau dikontraindikasikan.

Dosis :

34

Page 32: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Oral :

- Dewasa : 50 mg atau 20 mg, 3-4x sehari

- Anak : 5 mg/kg/hari atau 150 mg/hari, sampai 300 mg/hari

Parenteral :

Untuk reaksi alergi :

Dewasa : 10-50 mg IM (dalam) atau IV (100 mg, bila dibutuhkan),

sampai 400 mg/hari

Anak : 5 mg/kg/hari atau 150 mg/hari, sampai 300 mg/hari, IM

(dalam) atau IV, terbagi dalam 4 dosis

Cara Pemberian dan Penyesuaian Dosis :

Untuk mabuk perjalanan, obat diberikan 30 menit sebelum perjalanan,

diberikan sesudah makan, serta sebelum tidur.

Kontra Indikasi :

Hipersensitivitas : terhadap difenhidramin

Gejala saluran pernafasan bagian bawah, termasuk asma

Pengobatan bersama MAO-inhibitor : efek antikolinergik dari

difenhidramin diperhebat adau diperlama.

Perhatian :

Mengantuk, gangguan koordinasi : pekerjaan yang memerlukan

kewaspadaan dan ketelitian dapat terganggu : peringatkan penderita

terhadap hal ini.

Penderita usia lanjut : pusing, mengantuk, dan hipotensi lebih sering

terjadi pada penderita diatas umur 60 tahun.

Aktivitas “atropine-like”, antikolinergik : pakailah dengan hati-hati

pada penderita dengan riwayat asma bronkial, peninggian tekanan

intraokular, hipertiroidisme, penyakit kardiovaskuler atau hipertensi.

Penderita dengan resiko khusus : pakailah dengan hati-hati pada

penderita glaukoma “narrowangel”, tukak lambung, obstruksi

pilorodudenal, hipertrofi prostat atau obstruksi saluran kandung

kencing.

Efek Samping :

Kardiovaskuler : Hipotensi, sakit kepala, palpitasi, takikardi,

ekstrasistol.

Hematologi : anemia hemolitik, trombositopenia, agranulositosis.

SSP : mengantuk, pusing, gangguan koordinasi, keletihan,

kebingungan, kecemasan, tremor, mudah tersinggung, insomnia,

35

Page 33: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

euphoria, parastesis, vertigo, tinnitus, labirintitis akut, histeri, neuritis,

kejang.

Mata : gangguan penglihatan, diplopia.

Saluran pencernaan : sebah, anoreksia, mual, muntah, diare,

konstipasi.

Saluran kencing : sering kencing, sulit kencing, retensi urinal,

gangguan menstruasi.

Saluran pernapasan : pengentalan sekresi bronkial, rasa berat di dada

dan wheezing, pilek.u

Dermatologi : urtikaria, ruam kulit, fotosensitivitas.

Hipersensitivitas : syok anafilaktik.

Lain-lain : Mulut, hidung, tenggorokan kering, menggigil, banyak

keringat.

Penggunaan bagi Anak-anak :

(lihat indikasi). Dikontraindikasikan bagi bayi baru lahir atau prematur.

Dapat menimbulkan eksitasi pada anak kecil, overdosis dapat

menimbulkan halusinasi, kejang atau kematian.

Penggunaan bagi Ibu Hamil dan Menyusui :

Keamanannya belum terbukti bagi ibu hamil. Dikontraindikasikan bagi

ibu menyusui, karena meningkatkan resiko efek samping antihistamin

pada bayi. Penderita sebaiknya tidak menyusui bila terpaksa memakai

obat ini.

AMINOFILI 2.4.5

Komposisi : Aminophylline/Aminofilin.  

Indikasi : Menghilangkan & mencegah gejala-gejala asma &

bronkhospasme yang bersifat reversibel yang berhubungan dengan

bronkhitis kronis & emfisema.

Kontra Indikasi : Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12

tahun.  

Perhatian : Pasien dengan penyakit jantung berat, hipoksemia (keadaan

kadar oksigen darah yang menurun) parah, gagal jantung kongestif,

penyakit hati, usia lanjut, hipertensi, atau hipertiroidisme.

36

Page 34: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Interaksi Obat : klirens Teofilin dikurangi oleh Eritromisin dan

makrolida lainnya, dan Simetidin.

 Efek Samping : Gangguan saluran pencernaan, takhikardia, berdebar, &

gemetar.  

2.4.6 NOVALGIN

Komposisi : Metamizole Na

Indikasi : Nyeri hebat yang berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi,

post op, nyeri akut dan kronik karena spasme otot polos.

Dosis : Tablet = dewasa dan remaja >15 tahun 1tablet, maksimal 4x/hari ;

Ampul = dewasa dan remaja >15 tahun 2-5 ml IM/IV dosis tunggal,

maksimal 10 ml/hari

Pemberian Obat : Berikan sesudah makan

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap metamizol, pirazolon. Porifiria

hepatik atau defisiensi G6PD kongenital. Hamil dan laktasi

Perhatian : Asma bronkial atau infeksi saluran napas kronik, hipersensitif

terhadap obat antirematik dan analgesik. Penderita yang memberikan reaksi

seperti bersin, mata berair, wajah kemerahan jika minum minuman

beralkohol. Gangguan hematologi. Tablet 500 mg: anak <15 tahun. Injeksi :

penderita yang memiliki TD < 100 mmHg atau gangguan sirkulasi.

Efek Samping : Jarang, diskrasia darah dan syok. Agranulositis.

Pembengkakan pada wajah, gatal, rasa tertekan pada dada, takikardi, rasa

dingin pada ekstremitas.

Interaksi Obat : Dapat menurunkan kadar siklosporin dalam dalam plasma.

Dapat meningkatakan efek dari alkohol.

Kemasan : Tablet 500 mg x 50 x 10 ; Ampul 500

2.4.7 VITAMIN A

Indikasi : Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau lebih

rendah) yang dilakukan secara berkala kepada anak, dimaksudkan untuk

menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi

kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti

xeroptalmia, kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati

dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Pemberian kapsul

vitamin A 200.000 SI kepada anak usia 1-5 tahun dapat memberi

perlindungan selama 6 bulan, tergantung berapa banyak vitamin A dari

37

Page 35: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

makanan sehari-hari dikonsumsi oleh anak dan penggunaannya dalam

tubuh.

Dosis : 200.000 SI

Over Dosis : Hipervitaminosis A: Suatu kondisi dimana vitamin A dalam

darah atau jaringan tubuh begitu tinggi sehingga menyebabkan timbulnya

gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis akut: disebabkan

karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar, atau

pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk

dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari. Hipervitaminosis

A akut: pada bayi dan anak biasanya terjadi dalam waktu 24 jam. Pada

beberapa anak, mengkonsumsi dosis 300.000 IU atau lebih dapat

menyebabkan mual, muntah dan sakit kepala. Penonjolan ubun-ubun

dapat terjadi pada bayi umur >1 tahun yang mengkonsumsi dosis yang

sangat besar, tetapi ini ringan dan akan hilang seketika dalam waktu 1-2

hari. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan

pengobatan asimptomatis. Hipervitaminosis kronis : disebabkan karena

mengkonsumsi dosis tinggi yang berulang-ulang dalam waktu beberapaa

bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang

dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri. Hipervitaminosis kronis :

pada anak-anak usia muda dan bayi biasanya menyebabkan anoreksia

(tidak nafsu makan), kulit kering, gatal dan kemerahan, peningkatan

tekanan intrakranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan

membengkak. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin

A dan pengobatan simptomatis, disamping itu hendaknya terhadap

kemungkinan penyakit lain yang dapat merupakan penyebab.

Komposisi : Dalam makanan, retinol adalah bentuk vitamin A

Penggunaan pada Wanita Hamil : Ada kemungkinan terjadi resiko

pada janin, bila si ibu mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang

berlebihan, terutama pada trisemester pertama. Hasil percobaan binatang

menunjukkan terjadi cacat bawaan, baik akibat hipovitaminosis maupun

hipervitaminosis A selama kehamilan, tetapi pada manusia hasil tersebut

secara statik tidak bermakna. Meskipun demikian, mengingat adanya data

tentang akibat tersebut diatas, baik pada manusia maupun hewan, bagi

wanita-wanita subur yang mungkin sedang hamil (misalnya bila telah

lebih 6 bulan setelah kelahiran bayi terakhir), sebaiknya hanya

mengkonsumsi vitamin A dengan kadar secukupnya saja. Vitamin A

dosis tinggi tidak dianjurkan untuk diberikan pada wanita hamil. Untuk

38

Page 36: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

menjaga kesehatan dapat diberikan dosis kecil, yaitu yang tidak melebihi

10.000 per hari.

Golongan : Vitamin

2.4.8 KA-EN 3B

Komposisi : Per L Na 50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20 mEq,

glocose 27 g

Indikasi : Menyalurkan atau memelihara keseimbangan air dan elektrolit

pada keadaan dimana asupan makanan peroral tidak mencukupi atau tidak

mungkin

Dosis : Dewasa dan anak ≥3 tahun atau BB ≥15 kg 500-1000 ml pada 1x

pemberian secara IV drip

Kontra Indikasi : Hiperkalemi, oliguria, penyakit Addison, luka bakar

berat dan azotemia. Kelebihan Na, sindrom malabsorpsi glukosa-

galaktosa, cedera hati yang berat, aritmia jantung.

Perhatian : Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, edema paru, dan

jaringan perifer, pre-eklamsi, hipertensi, post-traumatik, sepsis berat,

asidosis, obstruksi saluran kemih, DM

Efek Samping : Alkalosis; odema otak, paru, perifer; intoksikasi air dan

hiperkalemi, tromboflebitis

Interaksi Obat : Ca

Kemasan : Larutan infus 500 ml

2.4.9 KA-EN 4B

Komposisi : Per L Na 30 mEq, K 8 mEq, Cl 28 mEq, lactate 10 mEq,

glucose 37,5 g

Indikasi : Suplai cairan dan elektrolit untuk bayi dan anak <3 tahun atau

BB <15 kg

Dosis : Dosis disesuaikan menurut kondisi, umur, dan BB

Kontra Indikasi : Na berlebih, penyakit hati berat, sindrom malabsorpsi,

glukosa-galaktosa, aritmia jantung, hiperkalemia, oligiria, penyakit

Addison, luka bakar berat dan azotemia

Perhatian : Gagal jantung kronik, edema perifer dan pulmoner,

gangguan fungsi ginjal, pre-eklamsia, hipoproteinemia, stadium pasca

traumatik dini, sepsis berat, asidosis, berkurang pengeluaran urine karena

penyakit obstruksi saluran kemih, DM

Efek Samping : Edema serebral, pulmonal dan perifer; intoksikasi cairan

terjadi pada infus yang berlebihan khususnya pada bayi baru lahir dan

neonatus; tromboflebitis

39

Page 37: BAB II - cahayalumajang.files.wordpress.com …  · Web viewTINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar. 2.1.1 Definisi. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

Kemasan : Larutan 500 ml

40