bab ii undang-undang dasar negera republik indonesia … · 2016. 3. 17. · undang-undang dasar...

16
13 BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modren adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk mambangun suatu masa depan bersama dibawah satu negara walaupun warga masyarakat tersebut berbeda agama, suku etnis, ras atau golongan. 1 Sebagai suatu negara modern, Indonesia diciptakan dengan sengaja dan dalam waktu yang singkat. Maksud diciptakan dengan sengaja disini adalah, pertama, diciptakan dengan bermodalkan rakyat yang semula tidak merupakan suatu kesatuan bangsa karena perbedaan etnis, suku, agama dan golongan kemudian bersepakat menjadi sebuah bangsa. Kedua, diciptakan berdasarkan filsafat tentang negara dalam hal ini adalah pancasila, yang di dalamnya terdapat tujuan negara dan cara-cara dasariah untuk mencapai tujuan negara. Maksud diciptakan dengan singkat adalah dengan penciptaan dan terciptanya bangsa Indonesia sekaligus penciptaan dan terciptanya Negara Indonesia. 2 Proses penciptaan ini dilakukan oleh para pendiri bangsa dalam waktu yang relative singkat. ini Jadi dalam perjalanan negara ini harus selalu mengingat sejarah terbentuknya yang bermodalkan rakyat (berbeda agama, ras, etnis dan golongan) yang bersepakat untuk membentuk sebuah negara. 1 Syaafruedin Bahar & Nannie Hudawati (tim penyunting). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dengan kata pengantar Taufik Abdullah (Jakarta: Sekertariat Negara R.I, 1998), xlix. 2 Broto Semedi, Kehidupan Beragama Berdasarkan Pancasila: Menuju Toleransi Beragama (Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, tanpa tahun), 30.

Upload: others

Post on 27-Mar-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

13

BAB II

UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945

Pasal 29 Ayat (2)

II.1. Pengantar

Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modren adalah

negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu

pada tekad suatu masyarakat untuk mambangun suatu masa depan bersama dibawah satu

negara walaupun warga masyarakat tersebut berbeda agama, suku etnis, ras atau golongan.1

Sebagai suatu negara modern, Indonesia diciptakan dengan sengaja dan dalam waktu yang

singkat. Maksud diciptakan dengan sengaja disini adalah, pertama, diciptakan dengan

bermodalkan rakyat yang semula tidak merupakan suatu kesatuan bangsa karena perbedaan

etnis, suku, agama dan golongan kemudian bersepakat menjadi sebuah bangsa. Kedua,

diciptakan berdasarkan filsafat tentang negara dalam hal ini adalah pancasila, yang di

dalamnya terdapat tujuan negara dan cara-cara dasariah untuk mencapai tujuan negara.

Maksud diciptakan dengan singkat adalah dengan penciptaan dan terciptanya bangsa

Indonesia sekaligus penciptaan dan terciptanya Negara Indonesia.2 Proses penciptaan ini

dilakukan oleh para pendiri bangsa dalam waktu yang relative singkat. ini Jadi dalam

perjalanan negara ini harus selalu mengingat sejarah terbentuknya yang bermodalkan rakyat

(berbeda agama, ras, etnis dan golongan) yang bersepakat untuk membentuk sebuah negara.

1 Syaafruedin Bahar & Nannie Hudawati (tim penyunting). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dengan kata pengantar Taufik Abdullah (Jakarta: Sekertariat Negara R.I, 1998), xlix.

2 Broto Semedi, Kehidupan Beragama Berdasarkan Pancasila: Menuju Toleransi Beragama (Yogyakarta:

TPK Gunung Mulia, tanpa tahun), 30.

Page 2: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

14

Kehendak suku-suku nusantara menyatukan diri untuk merdeka dengan

menyelenggarakan kehidupan negara sebagai suatu bangsa yang merdeka, dan pada saat

bersamaankonsep filsafati tentang negara bertumbuh dan berkembang, yang di ujung

perjuangan Soekarno mengkristalisasikannya dan menyampaikannya dalam sidang Badan

Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian dikenal sebagai

pidato lahirnya Pancasila.3 Jadi Pancasila selain sebagai filsafat negara, pancasila juga dapat

dipahami sebagai perjanjian kesepakatan suku-suku bangsa penghuni nusantara untuk hidup

bersama berbangsa dan bernegara.4

Nilai-nilai yang ada dalam pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai luhur sosio-

kultural bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang ada dalam pancasila ini kemudian menjadi pokok-

pokok pikiran pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 selanjutnya menjiwai

rancangan batang tubuh UUD 1945.5 Untuk dapat memahami maksud UUD 1945 terlebih

dahulu kita harus mempunyai pemahaman tentang pancasila. Semangat dan nilai-nilai serta

ide-ide yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar untuk menafsirkan atau menjelaskan

batang tubuh UUD 1945.

UUD 1945 yang dirancang dengan dijiwai nilai-nilai pancasila adalah hukum dasar

tertulis negara Indonesia.6 UUD 1945 pasal 29 ayat (1) sebagai pengkuan terhadap dimensi

religious adalah penerjemahan pancasila sila pertama.7 Sila pertama Pancasila saat ini dijiwai

oleh prinsip ketuhanan yang disampaikan Soekarno dalam pidato pada 1 Juni. Menurut

Soekarno prinsip Ketuhanan bukan saja memaksudkan bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi

3 Ibid., 47.

4 Ibid., 31.

5 Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila (Jakarta:Gramedia

Pustaka Utama, 2011), 31. 6 Ibid., 31.

7 Broto Semedi, Kehidupan Beragama Berdasarkan Pancasila, 79.

Page 3: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

15

masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. “Hendaknya Negara Indonesia ialah

negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara leluasa”.8 Soekarno

merumuskannya dengan istilah “Ketuhanan yang berkebudayaan” ke-Tuhanan yang berbudi

perkerti luhur, ke-Tuhanan yang saling hormat-menghormati.

Indonesia sebagai bangsa yang lahir dan terbentuk oleh masyarakat plural, termasuk di

dalamnya pluralitas agama. Sebuah fakta dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan

dengan pluralisme.9 Sila pertama dalam pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” didasari oleh

prinsip ketuhanan yang disampaikan Soekarno dalam pidatonya. Prinsip ketuhanan tersebut

mengakui kemajemukan agama yang ada di Indonesia dan sekaligus memberikan jaminan

untuk menjalankan agamanya dengan leluasa. Pengakuan kemajemukan agama dan prinsip

jaminan untuk dapat menjalankan agamanya merupakan bagian dari prinsip kebebasan

beragama. Prinsip jaminan kebebasan beragama ini selanjutnya secara tegas diatur dalam

UUD 1945 pasal 29 ayat (2).

II.2. Proses Perumusan UUD 1945 pasal 29 ayat 2

Undang-undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum tertulis tertinggi dalam kasanah

perundang-undangan di Indonesia.10

Proses pembahasan dan perumusan UUD 1945, diawali

setelah rapat BPUPKI pada 11 Juli 1945 dengan membentuk panitia perancang hukum dasar

dengan anggota 19 orang, dan diketuai oleh Soekarno. Setelah mengalami proses yang

panjang akhirnya pada 18 Agustus 1945 UUD disahkan dalam rapat pertama Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

8 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, 101.

9 Djohan Effendi, Pluralisme dan Kebebasan Beragama (Yogyakarta:Interfidei, 2011), vii.

10 Sri Bintang Pamungkas & Ernalia Sri-Bintang, Menggugat Dakwaan Subversi : Sri-Bintang Pamungkas di

balik Jeruji Besi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000), 149.

Page 4: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

16

Pada saat penyusunan rancangan dasar negara (Pancasila) dan UUD 1945 terjadi

perdebatan antara dua golongan, yaitu golongan kebangsaan dan golongan Islam. Golongan

Islam berpandangan bahwa negara tidak dapat dipisahkan dari agama. Hal ini dinyatakan

oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam paparan pandangannya “bahwa Islam mengandung

ideologi negara, sehingga Islam dan negara tidak dapat dipisahkan“.11

Golongan kebangsaan

dalam pandangan hubungan negara dan agama terbagi dalam dua pandangan lagi. Ada

golongan kebangsaan yang menghendaki agar urusan negara dan agama dipisahkan dengan

tegas. Ada pula golongan kebangsaan yang menghendaki tidak sepenuhnya pemisahan

negara dan agama.12

Namun pada prinsipnya golongan kebangsaan menghendaki agar negara

netral terhadap agama. Soekarno akhirnya berhasil membuat kedua golongan ini

berkompromi dengan menjembatani kesenjangan kedua kepentingan melalui pidatonya

tanggal 1 Juni. Soekarno menyatakan bahwa Negara mengakui keberadaan Tuhan Yang

Maha Esa dan tiap orang dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Dalam hal ini

hubungan negara dan agama tidaklah terpisahkan, namun negara tidak berdasarkan satu

agama tertentu. Kompromi antara golongan kebangsaan dan Islam berlanjut pada saat

perancanga Undang-Undang Dasar 1945.13

Menurut Parada Harahap pada saat membaca mukadimah, sesungghunya sudah melihat

gambaran dari pada undang-undang dasar itu. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat

Soepomo sebagai panitia penyusun rancangan hukum dasar (undang-undang dasar). Menurut

Soepomo dalam merumuskan undang-undang dasar bahwa “cita-cita dan pokok-pokok

pikiran yang terkandung dalam pembukaan itu, menjadi dasar cita-cita dan pokok pikiran

11

Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, 376. 12

Yudi Latif, Negara Paripurna, 69. 13

Ibid., 24.

Page 5: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

17

undang-undang yang akan disusun. Dalam pembukaan kita menerima aliran pengertian

negara persatuan yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara

mengatasi segala paham golongan dan segala paham perseorangan. Negara menurut paham

pembukaan adalah negara “persatuan” meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah

yang menjadi dasar negara yang tidak boleh dilupakan”.14

Dalam Pidato tanggapan Moh. Yamin terhadap hasil rancangan hukum dasar (UUD) dari

panitia, Yamin menyatakan bahwa “UUD yang kita rancang tidak saja menjamin

kesejahteraan, haruslah juga menjamin hak rakyat sebagai manusia yang merdeka.15

Selayaknya rakyat mendengar isi konstitusi ini atau membacanya hendaklah ia merasa

masuk ke negara baru dan negara merdeka.

Selanjutnya dalam pidato Yamin menegaskan bahwa “Republik ini bukan negara yang

anti-Tuhan, melainkan republik yang ber-Tuhan. Konstisusi Republik Indonesia berlindung

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa”.16

Soepomo juga menyatakan hal yang tidak berbeda

bahwa “salah satu pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan ialah “negara berdasar

atas ke-tuhanan, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap”. Oleh karena itu UUD

harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara.

untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral

rakyat yang luhur”.17

Penolakan Latuharhary terhadap rancangan UUD pasal 29 ayat (1) (pada saat itu pasal 28

ayat (1)) mengawali perdebatan panjang pembahasan undang-undang dasar tersebut. Karena

14

Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, 289-290. 15

Ibid.,209. 16

Ibid.,209-210. 17

Ibid.,290.

Page 6: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

18

menurut Latuharhary pasal tersebut berakibat besar sekali terhadap agama lain dan dapat

menimbulkan benih-benih atau kemungkinan yang dapat diartikan macam-macam yang

dapat membawa perasaan tidak senang kepada golongan yang bersangkutan.18

Menurut

Soepomo undang-undang dasar adalah hasil keadaan histori, keadaan negara pada waktu

membentuk undang-undang itu. Sehingga tidak perlu ada kekuatiran terhadap pasal tersebut,

sebab pasal 29 ayat (2) merupakan penegasan untuk menghilangkan kekuatiran atau

keraguan warga negara yang tidak beragama Islam.19

Pasal 29 ayat (2) pada saat itu berbunyi

demikian “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan

untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing”.

Pada saat bunyi pasal 29 ayat (1) dan (2) diperdebatkan dalam sidang BPUPKI Soepomo

sebagai panitia perancang UUD mengatakan bahwa

“UUD merupakan hasil kompromis kaum kebangsaan dan kaum islam. Namun yang

harus diingat adalah “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agama lain dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing”.

Sekali-kali bukan maksudnya kompromis untuk membatasi kemerdekaan penduduk untuk

beragama lain, sama sekali tidak! Kita menghendaki dasar ke-Tuhanan dan dasar

kemanusiaan dan atas dasar-dasar itu kita menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agama apapun dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya masing-

masing”.20

Bunyi pancasila sila pertama (“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam

bagi pemeluk-pemeluknya”) dan UUD 1945 pasal 29 ayat (1) yang merupakan hasil

kompromis beberapa kali ditolak oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo. Sebab kalimat ini terkesan

tidak tegas bagaimana sikap negara terhadap Islam.21

Penolakan golongan Islam berlanjut

pada rancangan UUD pasal 29 ayat (2) (pada saat itu pasal 28 ayat (2)). Dalam pandangan

18

Ibid.,239. 19

Ibid.,288. 20

Ibid.,291. 21

Ibid.,376.

Page 7: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

19

Islam pasal ini dapat menyinggung kaum muslimin karena sebagai sugesti kaum muslimin

untuk meninggalkan agamanya. Mereka meminta supaya perkataan “untuk” yang pertama

dalam ayat kedua itu diganti dengan kata “yang” dan perkataan “dan” disitu dibuang sama

sekali. Jadi bunyi teksnya begini “negara menjamin kemerdekaan tiap2 penduduk yang

memeluk agama lain untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-

masing”.22

Hal tersebut sempat disetujui oleh oleh Soepomo sebagai pantia perancang undang-

undang dasar. Latuharhary langsung memberikan tanggapan penolakan terhadap usul

tersebut. Sebab dengan dihilangkannya kedua kata tersebut, maka kalimat tersebut berbunyi

“negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk yang memeluk agama lain”. Maksud

pasal tersebut yang awalnya melindungi agama berubah menjadi melindungi orang yang

memeluk agama. Sedangkan maksud panitia sebenarnya adalah menghormati agama bukan

orang yang memeluk agama.23

Terhadap permasalahan tersebut anggota Dahler mengusulkan

bunyi pasal 29 ayat (2) “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing”.24

Usul ini

dimufakati semua peserta rapat BPUPKI.

Rancangan UUD 1945 oleh BPUPKI selanjutnya dibawa dalam Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam sidang pertama pada 18 Agustus 1945 PPKI

mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 dengan beberapa hal pokok

perubahan. Perubahan ini dipengaruhi oleh teks proklamasi Indonesia yang tidak

menggunakan naskah rencana Pernyataan Indonesia Merdeka (PIM) yang disusun oleh

22

Ibid.,364. 23

Ibid.,365. 24

Ibid.,365-366.

Page 8: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

20

BPUPKI. Akibat tidak digunakannya teks PIM tersebut pada saat Indonesia menyatakan

kemerdekaannya, maka naskah Piagam Jakarta seluruhnya hendak dijadikan Pembukaan

UUD 1945. Wakil dari Protestan dan Katolik menolak tujuh kata dalam alenea keempat.

Pada akhirnya disepakatilah perubahan Piagam Jakarta menjadi pembukaan UUD 1945.

Perubahan yang terjadi pada alenia ke tiga dan keempat. Perubahan pada alenia ketiga ialah

dihapusnya kata “Allah” dan pada alenia keempat pada kata “berdasar kepada keTuhanan,

dengan kewajiban melakukan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.25

Pada sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18

Agustus 1945, suasana kebatinan dan situasi politik Indonesia berubah secara dramatis, hal

ini dikarenakan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus sebelumnya. Dalam

sidang pertama ini tujuh kata dalam sila pertama “dengan kewajiban menjalankan syariat

Islam bagi pemeluk-pemeluknya” disepakati untuk dihapus. Dengan disepakatinya dihapus

ketujuh kata tersebut mengakibatkan hilangnya keistimewaan Islam.26

Oleh sebab itu, seluruh

rancangan batang tubuh UUD 1945 yang mengandung keistimewaan Islam seluruhnya

dihapus. Piagam Jakarta yang kemudian disepakati menjadi pembukaan juga harus

menghapus kata yang mengandung keistimewaan islam.27

Perubahan yang terjadi pada pasal

29 ayat (1) “negara berdasar keTuhanan Yang Maha Esa” tujuh kata dibelakang dihapus.

Pasal 6 ayat (1) (pada saat itu pasal 6 alenea 1) juga mengalami perubahan “Presiden ialah

orang Indonesia Asli” tidak ada tambahan yang beragama “Islam”.28

Pengaruh dihapusnya

syarat beragam Islam bagi Presiden dapat membantu dalam memahami pasal 29 ayat

25

John Titaley, Nilai-nilai Dasar Yang Terkandung Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945(Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 1999), 3-4.

26 Yudi Latif, Negara Paripurna, 84.

27 John Titaley, Nilai-nilai Dasar, 4.

28 Ibid., 83.

Page 9: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

21

(2).Kata “Allah” dalam Alenea preambule diganti dengan kata “Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Ketujuh kata keistimewaan Islam yang tercantum dalam preambule juga dihapus.

II.3. Penjelasan pasal 29 ayat 2

Apabila mengacu pada penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, tidak ada penjelasan terhadap UUD’45

pasal 29 ayat (2) tersebut. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga hukum negara yang

diberikan kewenangan sebagai penafsir final terhadap batang tubuh Undang-undang Dasar

1945 secara resmi tidak memberikan tafsiran terhadap UUD’45 pasal 29 ayat (2).29

Pasal ini

dianggap tidak perlu dijelaskan karena sudah jelas. Sebab tidak ada pakar, ahli atau

pembicara dalam seminar-seminar yang tidak meyakini atau menolak bahwa UUD 1945 pada

dasarnya telah mengakui dan memberikan jaminan terhadap kebebasan beragama dan

berkeyakinan.30

Secara eksplisit, soal kebebasan beragama telah jelas dan tidak perlu

diperdebatkan lagi karena telah diamanatkan oleh UUD 1945.

Sebuah undang-undang dasar tidak dapat dipahami secara utuh hanya dengan membaca

teks-teks pasal tertulis saja, akan tetapi perlu juga dipahami suasana kebatinan (geistlichen

hintergrund) dari berbagai persitiwa yang terjadi yang meliputi segenap lahirnya pasal-pasal,

serta ruang lingkup perdebatan ketika pasal tersebut dirumuskan. Hal ini sangat penting

ketika melakukan penafsiran konstitusi agar konstitusi tersebut menjadi hidup dan

29

Lihat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24C ayat (1). 30

Moh Mahfud MD, Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Konstitusi. http://www.google.co.id/#hl=id&sa=X&ei=umsVUNrlJZDJrQe5loH4Cg&ved=0CE0QvwUoAQ&q=kebebasan+beragama+dalam+perspektif+konstitusi&spell=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=63d2b467ac9ef5e0&biw=1278&bih=739.

Page 10: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

22

berkembang dalam masyarakat dengan tetap menjaga makna, maksud dan tujuan setiap pasal

dan ayatnya (original intent).31

Berdasarkan pemahaman di atas, maka suasana kebatinan, perdebatan dan dinamika

dalam perumusan UUD pasal 29 ayat (2) ini perlu dilihat. Namun, untuk membantu

memahami pasal 29 ayat (2) lebih utuh, maka suasana kebatinan dalam perumusan pasal-

pasal lain yang berhubungan dengan pasal 29 ayat (2) juga harus dilihat. Apabila mengacu

pada proses perumusan UUD 1945 pasal 29 ayat (2) yang telah dipaparkan di atas. Ada

beberapa hal yang dapat dilihat. Pertama, Yamin menyatakan bahwa “UUD yang kita

rancang tidak saja menjamin kesejahteraan, haruslah juga menjamin hak rakyat sebagai

manusia yang merdeka.32

Pandangan Moh. Yamin menegaskan bahwa UUD yang akan

dirumuskan mengakui hak asasi manusia dan sekaligus menjamin perlidungan terhadap hak

asasi manusia. Pengakuan sekaligus jaminan terhadap Hak Asasi Manusia baru di

deklarasikan tahun 1948, yaitu 3 tahun setelah disahkannya Undang-Undang Dasar 1945.

Jadi tidaklah berlebihan jika Moh. Hatta menyatakan UUD 1945 merupakan konstitusi

terbaik di zamannya.33

Seharusnya hal ini menjadi motivasi untuk tetap menjaga dan

memelihara amanat para pendiri bangsa ini. Bahwa sejak dahulu kala kita sebagai bangsa

menyadari pentingnya akan pengakuan dan jaminan terhadap hak asasi manusia termasuk di

dalamnya hak setiap orang untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan

agamanya.

31

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republic Indonesia 1945 (Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010), XiV.

32 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, 209.

33 Ibid., 550.

Page 11: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

23

Kedua, Yamin menyampaikan bahwa “Republik ini bukan negara yang anti-Tuhan,

melainkan republic yang ber-Tuhan. Konstitusi Republik Indonesia berlindung kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa”. Soepomo juga menyatakan hal tidak berbeda bahwa “salah satu pokok

pikiran yang terkandung dalam pembukaan ialah “negara berdasar atas ke-tuhanan, menurut

dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.34

Pandangan ini jelas bahwa negara mengakui

akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengakuan akan Ketuhaan tersebut didasari prinsip

kemanusiaan yang adil dan beradab. Prinsip ke-Tuhanan ini dapat diartikan sebagai

pengakuan kepada Tuhan dengan didasari sikap saling menghormati, menghargai dan

mengakui keberadaan orang lain. Hal ini seturut dengan prinsip ke-Tuhanan yang

disampaikan Soekarno dalam pidatonya, yaitu ke-Tuhanan yang saling hormat-menghormati

dan semua orang dapat menyembah tuhannya dengan leluasa.35

Pada saat bunyi pasal 29 ayat (1) dan (2) diperdebatkan, Soepomo dalam pidato

penjelasaannya sebagai panitia perancang UUD mengatakan bahwa “negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya masing-masing”. Kita menghendaki dasar ke-Tuhanan dan

dasar kemanusiaan dan atas dasar-dasar itu kita menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agama apapun dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya masing-

masing”.36

Jadi ada dua hal yang mendasari pasal 29, pertama, bahwa negara mengakui

keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, pengakuan tersebut dengan tetap menjunjung

tinggi dasar kemanusian. Nilai dasar kemanusiaan adalah martabat yang melekat pada

34

Ibid., 209-210. 35

Ibid., 101-102. 36

Ibid., 291.

Page 12: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

24

manusia, salah satunya adalah kebebasan beragama.37

Jadi pengakuan terhadap nilai dasar

kemanusiaan adalah adanya jaminan kemerdekaan setiap orang untuk memeluk agama yang

diyakininya dan beribadat sesuai dengan agamanya. Atas dasar ini, maka tidak dibernarkan

jika ada larangan atau hambatan bagi setiap orang untuk memilih agamanya, menjalankan

ajaran agamanya, beribadat menurut agamanya.

Selanjutnya Soepomo mengatakan bahwa walaupun pasal 29 ini merupakan hasil

kompromis kaum kebangsaan dan kaum Islam. Namun yang harus diingat adalah negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut

agama dan kepercayaannya. Jadi hasil kompromis maksudnya bukan untuk membatasi

kemerdekaan penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan agamanya.38

Penegasan Seopomo sebagai panitia perancang Undang-Undang Dasar dapat kita pahami

sebagai suasana kebatinan para pendiri bangsa saat itu dalam menyusun rancangan Undang-

Undang Dasar. Suasana kebatinan itu terlihat bahwa walaupun ada perbedaan pendapat

antara golongan kebangsaan dan Islam dalam rumusan pasal 29, namun pada prinsipnya baik

golongan kebangsaan dan golongan Islam menginginkan negara ini menjamin kemerdekaan

setiap penduduk untuk memeluk agama yang diyakininya dan beribadat menurut

agamanya.39

Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa pemerintah tidak boleh melakukan

pembatasan bagi setiap warga negaranya untuk memeluk agama yang diyakininya dan

beribadat sesuai dengan agamanya. Apabila negara tidak bisa melakukan pembatasan

kemerdekaan penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai agamanya, maka

37

John Kesley & Summer B Twiss, Agama dan Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Interfidei, 2007), Ii. 38

Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, 39

Moh. Mahfud MD, Kebebasan Beragama, 6.

Page 13: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

25

masyarakat juga tidak boleh membatasi setiap orang untuk memeluk agamanya dan beribadat

sesuai dengan agamanya dengan alasan apapun. Sebab pada prinsipnya semua warga negara

setara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tindakan sekelompok masyarakat yang

membatasi orang lain untuk beribadat menurut agamanya, jelas tidak sesuai dengan prinsip

dan semangat konstitusi Indonesia. Pemerintah berdasarkan pasal 29 ayat (2) berkewajiban

untuk menjaga dan melindungi setiap warga negara dari tindakan intimidasi dan diskriminasi

berupa pembatasan kebebasan beragama dan beribadat.

Sepakatnya para pendiri bangsa untuk menghapuskan tujuh kata “dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, merupakan kesepakatan para pendiri

bangsa untuk menghilangkan keistimewaan satu kelompok atau golongan yang dalam hal ini

adalah agama Islam. Kesepakatan menghilangkan keistimewaan Islam berarti kesepakatan

untuk menjadikan semua warga negara sama, punya hak dan kewajiban yang sama, tidak ada

kelompok, golongan atau agama yang lebih tinggi dan tidak ada kelompok, golongan atau

agama yang lebih rendah. Dengan prinsip seperti ini, maka tidak boleh ada tindakan

intimidasidan diskriminasi dari satu kelompok pada kelompok lainnya. Oleh karena itu,

pemerintah sebagai pelaksana amanat konstitusi berkewajiban untuk menjaga dan

melindungi setiap warga negara dari tindakan intimidasi dan diskriminasi dari satu kelompok

tertentu. Walaupun kelompok tersebut adalah mayoritas. Fakta masyarakat Indonesia ada

yang mayoritas dan ada pula yang minoritas. Namun pendiri bangsa telah sepakat bahwa

tidak ada warga negara yang istimewa dan tidak tidak ada kelompok, golongan atau agama

yang istimewa. Karena semua warga negara sama kedudukan, hak dan kewajibannya.

Berdasarkan prinsip ini di atas, maka pemerintah berkewajiban untuk melindungi setiap

warga negara dari tindakan intimidasi dan diskriminasi. Tidak hanya sampai disitu,

Page 14: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

26

pemerintah juga berkewajiban memastikan semua warga negara diperlakukan sama. Oleh

karena itu, pemerintah sebagai pelaksana amanat konstitusi tidak boleh memberikan peluang

adanya produk-produk hukum yang dapat dijadikan payung hukum oleh satu kelompok yang

dapat mengintimidasi kelompok lain. Apalagi apabila produk hukum tersebut dapat

menciptakan tindakan diskriminasi terhadap satu kelompok tertentu. Sebab apabila hal itu

terjadi, maka produk hukum tersebut tidak sesuai dengan konstitusi yang telah amanatkan

bersama para pendiri bangsa ini.

Menurut Moh. Mahfud MD UUD 1945 pasal 29 adalah pengakuan agama sebagai hak

asasi manusia. Pasal itu menegaskan soal tugas negara untuk memberikan perlindungan

terhadap kebebasan beragama dan menjalankan ibadah dan kepercayaannya masing-masing

warga negara dan penduduk Indonesia. Dalam konteks negara Indonesia yang mengakui

posisi penting agama, perlindungan terhadap kebebasan beragama harus dipadukan dengan

perlindungan terhadap kemurnian ajaran agama.40

II.4. Kesimpulan

Melalui pernyataan dan argument-argument yang disampaikan para pendiri bangsa di atas

ada beberapa hal yang dapat dipahami sebagai ide dasar para pendiri bangsa merumuskan

pasal 29 ayat (2). Pertama, negara mengakui akan adanya Tuhan yang Maha Kuasa. Kedua,

sesuai dengan semangat dan jiwa pembukaan bahwa negara yang di bentuk adalah negara

“persatuan” yang melindungi seluruh golongan, agama, suku, dan paham yang ada. Ketiga,

pengkuan dan sekaligus jaminan hak rakyat sebagai manusia yang merdeka. Dan atas dasar

ide-ide inilah dapat pula dipahami maksud dan tujuan dari UUD’ 45 pasal 29 ayat (2) bahwa

40

Moh Mahfud MD, Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Konstitus, 9.

Page 15: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

27

negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk sebagai manusia merdeka untuk memeluk

agama atau keyakinannya dan negara menjamin melindungi tiap-tiap penduduk untuk

beribadat menurut agama dan kepercayaanya.

Walaupun terjadi perdebatan antara golongan kebangsaan dan golongan Islam dalam

perumusan pasal 29, namun pada prinsipnya kedua golongan memiliki pandangan yang sama

bahwa negara tidak boleh membatasi penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat

sesuai dengan agamanya. Dalam perdebatan tersebut pasal 29 ayat (1) masih berbunyi

“Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalan syariat Islam

bagi pemeluk-pemeluknya.” Dihapuskannya tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan

syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” mengakibatkan hilangnya keistimewaan Islam.

Penghapusan ke-tujuh kata tersebut bukan hanya menghilangkan keistimewan Islam, namun

penegasan para pendiri bangsa bahwa setiap warga negara bebas memeluk agamanya dan

beribadat sesuai dengan agamanya. Hal ini sekaligus penegasan para pendiri bangsa bahwa

tidak boleh ada pembatasan bagi setiap warga negara untuk menjalankan ajaran agamanya

dan beribadat menurut agama atau kepercayaannya.

Dengan dihapusnya 7 kata dalam sila pertama pancasila mengakibatkan hilangnya

keistimewaan Islam. Hilangnya keistimewaan Islam adalah penolakan ideologi Islam sebagai

dasar negara. Menurut pemahaman ini hubungan negara dan agama menjadi netral. Dengan

demikian, negara kembali kepada gagasan negara persatuan yang mengatasi paham

perseorangan dan golongan.41

Hal ini sesuai dengan pidato soepomo terhadap rancangan

UUD yang menyatakan dalam merumusakan undang-undang dasar bahwa “cita-cita dan

pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan itu, menjadi dasar cita-cita dan

41

Yudi Latif, Negara Paripurna, 84.

Page 16: BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA … · 2016. 3. 17. · UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 . Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar. Indonesia merupakan

28

pokok pikiran undang-undang yang akan disusun. Dalam pembukaan kita menerima aliran

pengertian negara persatuan yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi

negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham perseorangan. Negara menurut

paham pembukaan adalah negara “persatuan” meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya.

Inilah yang menjadi dasar negara yang tidak boleh dilupakan”.42

Hilangnya keistimewaan Islam juga mengakibatkan dihapusnya seluruh rumusan yang

mengandung keistimewaan Islam dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.43

Termasuk hilangnya syarat beragama Islam bagi seorang presiden dalam pasal 6 ayat (1)

(pada saat itu pasal 6 alenia 1). Hilangnya syarat beragama Islam bagi seorang presiden

menjadikan seluruh warga negara memiliki kedudukan yang setara, tanggungjawab yang

sama, kesempatan yang sama dan hak yang sama di negara Republik Indonesia. Hal ini dapat

diartikan sebagai amanah dari para pendiri bangsa agar negara tidak melakukan tindakan

diskriminasi terhadap kelompok atau golongan tertentu dan negara melindungi tindakan

diskriminasi dari satu kelompok terhadap yang lain. Inilah yang menjadi semangat bersama

para pendiri bangsa pada saat mendirikan negara ini.

42

Safroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penelidik, 289-290. 43

Yudi Latif, Negara Paripurna, 533.