bab ii tinjuan pustaka 2.1 tanaman lada (piper nigrum l.)repository.ump.ac.id/7611/3/bab ii_laeli...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
Tanaman lada (Piper nigrum L.) berasal dari daerah barat Ghat,
India. Penyebaran lada di Indonesia pertama kali dilakukan oleh para koloni
Hindu yang sedang melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agamanya,
setelah itu lada di Indonesia menyebar ke berbagai pulau. Provinsi di
Indonesia yang memproduksi lada selain Lampung dan Bangka diantaranya
di daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, Aceh, Sumatera Barat dan Jawa Barat yang umumnya merupakan
usaha petani rakyat (Widyastuti, 2005).
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman lada perdu sebagai berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.
Lada merupakan tumbuh-tumbuhan memanjat, dengan panjang
batang berkisar 5 – 15 m. Daun berseling dan tersebar, bertangkai dengan
daun penumpu yang cepat rontok, dan meninggalkan bekas yang berbentuk
cincin. Helaian daun bulat telur sampai memanjang dengan ujung meruncing
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
7
8 – 20 kali, 5 – 15 cm, bagian bawah terisi dengan kelenjar kecil, tenggelam
dan rapat. Bulir berdiri sendiri, diujung, berhadapan dengan daun
menggantung, Daun pelindung memanjang, panjang 4 – 5 mm.; tangkai 1 –
3,5 cm ; sumbu 3,5 – 22 cm. Tangkai sari panjang kurang lebih 1 mm, kepala
putik terdiri 2 – 5, kebanyakan 3 – 4. Buah buni berbentuk bola.(van Steenis
et al.,1987).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Lada Perdu (Piper nigrum L)
Tanah memiliki peran yang penting di bidang pertanian maupun
perkebunan. Sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu.
2.2.1 Kondisi Tanah
Lada dapat tumbuh disemua jenis tanah, terutama tanah gembur
berpasir dengan unsur hara yang cukup dan drainase yang baik. Lada dapat
tumbuh optimal pada tanah yang netral dengan pH 6,0-7,0. Suhu tanah
berkisara anatara 14-290C. Berikut sifat dan karakteristik yang dapat
dilihat dari sifat fisik fisika, kimiawi maupun biologisnya. Tanaman lada
menghendaki kondisi tanah yang memiliki aerasi dan drainase yang baik
serta kelembaban udara antara 60-80%.
a. Sifat fisika
tekstur tanah merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir
partikel-partikel, tanah tersusun atas partikel mineral dan organik
dalam berbagai ukuran. Partikel mineral dan organik menyusun kuran
lebih 50 % dari voleme tanah, sisanya adalah berupa pori yang terisi
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
8
oleh air dan udara (Sartohadi et al.2012). Komponen mineral dalam
tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu
berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral
dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: pasir (berukuran 50
mikron – 2 mm), debu (berukuran 2-50 mikron), liat berukuran dibawah
2 mikron
Tabel 2.1. Perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah
Jenis tekstur Ca Fe2O3 MgO P K
Pasir 0,08 2,53 2,92 5,19 1,02
Debu 0,10 3,44 6,58 9,42 2,22
Liat 0,20 4,20 5,73 17,10 1,77
Warna tanah di alam tidak selalu dalam kondisi seragam pada setiap
horizon yang ada pada profil tanah. Ketidakseragaman warna tanah
disebabkan karena adanya bercak yang mempunyai warna berbeda dengan
warna matriks. Warna bercak tidak selalu dalam dalam kondisi berbeda
tegas dengan warna matrik. Biasanya perbedaan warna bercak di dalam
profil tanah dideskripsi menurut kejelasan, jumlah, dan ukuran permukaan
tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin
gelap warna semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah
dilapisan bawah yang kandungan bahan organik rendah lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di
daerah yang mempunyai sistem darinase (serapan air) buruk, warna
tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat didalam tanah berbentuk
Fe 2+
(Sartohadi et al, 2012).
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
9
b. Sifat kimia
Tanah sebagai bagian dari tubuh alam mempunyai komposisi kimia
berbeda-beda. Tanah terdiri atas berbagai macam unsur kimia, senyawa-
senyawa kimia di dalam tanah merupakan hasil dari pelapukan bahan
induk tanah dan pelapukan sisa organisme tanah. Pelapukan bahan induk
tanah menghasilkan mineral-mineral primer dan sekunder (Sartohadi,
2012). Penentu sifat kimia tanah antara lain kandungan bahan organik,
unsur hara, dan pH tanah. Tanah yang kita lihat adalah suatu campuran
dari material-material batuan yang telah lapuk (sebagai bahan anorganik),
material organik, bentuk-bentuk kehidupan (jasad hidup tanah), udara, dan
air. Bahan organik tanah terdiri atas sisa-sisa tanaman serta hewan dalam
tanah, termasuk juga kotoran dan lendir-lendir serangga, cacing, serta
binatang besar lainnya. Kandungan bahan organik dalam tanah
memengaruhi karakteristik tanah. Pada tanah dengan kandungan bahan
organik yang tinggi akan memberikan efek warna tanah cokelat hingga
hitam. Sehingga sifat kimia tanah berupa kandungan bahan organik dapat
dikenali dari warnanya. Sifat kimia tanah yang lain, yaitu berupa derajat
keasaman atau pH tanah. pH tanah dikatakan normal antara 6,5 sampai
dengan 7,5. Pada keadaan ini, semua unsur hara pada larutan tanah dalam
keadaan tersedia, seperti ketersediaan nitrogen serta unsur hara lainnya.
Unsur – unsur hara ini berasal dari udara, air, atau tanah. Jumlah unsur
hara esensial ada 17 yang dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan
mikro. Unsur makro meliputi : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
10
unsur mikro meliputi : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur hara
makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak,
sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam
jumlah yang sedikit. (Anonymous, 2015)
c. Sifat biologis
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup organisme
di dalamnya menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dan
organisme lainnya. Menurut (Sartohadi et al, 2012) masa tanah tersusun
atas fase padat, cair, dan gas. Fase padat terdiri atas partikel – partikel
mineral dan bahan organik serta jazad hidup atau organisme tanah.
Organisme tanah dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu golongan
tumbuhan dan golongan hewan, dan berdasarkan ukurannya dikelompokan
ke dalam jasad makro (kasat mata) dan jasad mikro.
2.2.2 Ketinggian
Tinggi rendahnya tempat mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman lada. Untuk mencapai produktivitas optimal jika lada
dibudidayakan di dataran rendah, yaitu di wilayah dengan ketinggian 3 -
1.000 m dari permukaan laut. Lada yang ditanam di dataran menengah atau
tinggi (lebih dari 1.000 m.d.p.l), pertumbuhan vegetatifnya yaitu akar,
batang, dan daun lebih dominan dibandingkan dengan kemampuannya
menghasilkan buah (Sutarno dan Andoko, 2005). Tingkat kemiringan lahan
yang ideal bagi tanaman lada adalah maksimal 15%. Berdasarkan
pemantauan dilapangan, dataran rendah merupakan tempat paling dominan
untuk menanam lada dengan ketinggian kurang dari 200 m dpl. Lada yang
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
11
ditanam di dataran rendah akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang
terbaik dan berbuah sangat lebat.
2.2.3 Iklim
Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang
memuaskan, sebaiknya lada ditanam di daerah beriklim tropis dengan curah
hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun; sinar matahari 10 jam/hr; suhu
udara 20-34oC dan kelembaban udara optimal 60-80%. (Artanti.2007).
2.3 Stek Lada
Tanaman lada termasuk tanaman memanjat yang memiliki 2 sulur
yaitu sulur panjat dan sulur cabang buah. Apabila digunakan bibit sulur
panjat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat memanjat sedangkan sulur
cabang buah akan menghasilkan tanaman yang tidak memanjat disebut lada
perdu. Dalam usaha dan pengembangan tanaman, bibit merupakan salah satu
faktor penentu bagi keberhasilan pertanian di lapangan. Bibit yang unggul
dan berkualitas baik akan lebih menjamin keberhasilan usaha yang
dilakukan, tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan teknik
budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan
kualitas dapat dipertanggungjawabkan (Lawani, 1995). Perkembangbiakan
vegetatif (stek), bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat tanpa ada
perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan
tanaman induk.
Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari
tanaman (akar, batang, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
12
tersebut membentuk akar. Pada irisan miring, stek akan mempunyai
permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar
sehingga jumlah akar yang tumbuh lebih banyak karena pada pangkal stek
ini terakumulasi zat tumbuh (Artanti, 2007). Perbanyakan tanaman dengan
stek pada lada dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu keberhasilan stek.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal yang
harus diperhatikan agar tingkat keberhasilan stek lada tinggi.
2.3.1 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan
stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman,
1983). Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama
pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan
penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik. Media
perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah dan pasir. Suhu
perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21°C-27°C pada
pagi dan siang hari dan 15°C pada malam hari. Suhu yang terlampau
tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan
perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
2.3.2 Faktor Bahan Stek
Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan adalah
uraur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek,
persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh.
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
13
a. Umur bahan stek
Menurut Hartman (2002). stek yang berasal dari tanaman muda akan
lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini
disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi
peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan
senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang
mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis tanaman
Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis
tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang
sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim
yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit
berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif
(Kramer, 1960).
c. Tunas dan daun pada stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting pada perakaran.
Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi
sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan
suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong
pembentukan akar yang dinamakan Rjhizokalin (Hartman, 1983).
d. Persediaan bahan makanan
Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan
dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N
ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
14
akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi
akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N
ratio rendah.
2.4 Zat Pengatur Tumbuh
Hormon dari bahasa Yunani “hormoenin” artinya menggiatkan.
Hormon selain ditemukan pada hewan juga terdapat pada tanaman. Hormon
pada tanaman disebut fitohormon atau hormone tumbuhan didefinisikan
sebagai senyawa organik yang disintesis secara endogen dalam tanaman
yang dalam konsentrasi sangat kecil (mikromolar) dapat menginduksi
serangkaian reaksi fisiologis menuju kesuatu pola pertumbuhan yang
spesifik. Hormon bekerja dalam menginduksi pertumbuhan dalam
konsentrasi yang tepat, jika konsentrasi berlebih atau kurang maka hormon
akan menghambat pertumbuhan (Latunra et al., 2012).
Hormon akan mamacu pertumbuhan pada konsentrasi tertentu dan
akan menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang tinggi. Hormon
biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat
keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas
dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin,
sitokinin dan gibrelin. Zat pengatur tumbuh berfungsi mendorong
pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap
tanaman merangsang pemanjangan sel dan pembentukan akar sehingga dapat
merangsang penyerapan hara oleh tanaman. Ini sesuai dengan fungsi auksin
yaitu sebagai salah satu hormon pertumbuhan yang memacu terjadinya
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
15
pembelahan sel, dan pertumbuhan akar, sehingga tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan baik. Pemberian zat pengatur tumbuh juga dapat merangsang
seluruh jaringan tumbuhan dan langsung meresap melalui akar, batang dan
daun (Trisna et al., 2013).
Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari 5 (lima) kelompok
yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etylen, dan Inhibitor dengan ciri khas dan
pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologi (Abidin,1994). Menurut
Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Fanesa (2011) jumlah daun, jumlah
akar sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan makanan dan hormon yang
terdapat pada bahan setek, sehingga semakin panjang setek semakin mampu
membentuk akar tumbuh dan membentuk tunas cukup banyak. Pembentukan
akar terjadi karena adanya pergerakan kebawah auksin, karbohidrat dan zat-
zat yang berintegrasi dengan auksin. Zat-zat ini akan mengumpulkan di dasar
setek yang selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar, tunas dan daun.
Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti
meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang
mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang
menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin
menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kearah cahaya. Fenomena
pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak
ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui
pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada
sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross, 1995).
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
16
Auksin yang ditemukan Went, yang kini diketahui sebagai Indol
Asetat Acid (IAA) atau Asam Indole Asetat dan beberapa ahli fisiologi masih
menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa
lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon
yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai
auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam
fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1990).
Asam 4 kloroindol asetat ditemukan pada biji muda berbagai jenis
kacang-kacangan. Asam fenilasetat (PAA) ditemukan pada berbagai jenis
tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya dari pada IAA, walaupun
kurang aktif dalam menimbulkan respon IAA. Asam indol butirat merupakan
senyawa yang ditemukan belakangan. Senyawa ini ditemukan pada daun
jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil, sehingga kemungkinan besar zat
tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan (Tjitrosoma, 1984).
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai
peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Konsentrasi auksin tertinggi dijumpai pada meristem (akar, batang) yang
aktif tumbuh dan daun muda. Auksin diangkut dari daerah meristem
konsentrasinya semakin rendah, demikian juga pada jaringan yang telah
dewasa dan telah berhenti memanjang. Sifat penting auksin adalah
berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat
pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan
sel. Pada permukaan akar, auksin akan mempengaruhi jaringan meristem
primordial akar dalam jaringan batang (Latunra dkk., 2012).
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
17
2.5 Media Tanam
Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk tipe
pembibitan stek lada perlu diperhatikan untuk mutu bibit tanaman. Media
yang baik untuk perakaran tanaman harus mudah untuk dilalui oleh air,
Selain itu media perakaran yang berfungsi memegang tanaman pada
tempatnya selama pertumbuhan akar, harus cukup sarang, agar aliran udara
baik, mempunyai daya menahan air tinggi, mudah dilalui oleh air, bebas
hama dan penyakit, serta tidak mengandung zat yang meracuni tanaman.
Media tanam mampu menjaga kelembapan daerah akar, menyediakan udara,
dan bisa menahan keterdapatan unsur hara. Ardana (2009) menyatakan
bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila nutrisi yang terkandung pada
media dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Media penyetekan yang baik
adalah media yang mempunyai porositas cukup, airase baik, drainase baik,
kapasitas mengikat air tinggi, dan bebas patogen. Media dalam penyetekan
ini berfungsi sebagai penahan stek selama masa pertumbuhan akar, menjaga
kelembaban, dan memudahkan penetrasi udara (Wuryaningsih, 1998). Pada
tahap pembibitan media tumbuh diutamakan untuk mendapatkan tanaman
muda yang sehat, dan mampu tumbuh baik setelah ditanam pada media
produksi. Media tanam yang berupa campuran tanah, dan bahan organik
memberikan dua keuntungan yaitu berperan sebagai media pertumbuhan akar
dan penyedia unsur hara dan air untuk pertumbuhan perakaran (Wasito dan
Nuryani, 2005).
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
18
Beberapa jenis bahan yang digunakan pada penelitain sebagai media tanam
diantaranya:
2.5.1 Tanah
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik),
dan udara. Bahan organik berperan sangat penting di dalam menciptakan
struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan
kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi, dan
stabilitas agregat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan aliran
permukaan dan erosi. Unsur hara tanah yang diperlukan terdiri dari unsur
makro (yang diperlukan dalam jumlah banyak) meliputi N, P, K, Ca, Mg,
dan S, dan unsur mikro (yang diperlukan dalam jumlah sedikit) meliputi Fe,
Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl. Media tanam campuran dengan bahan utama
tanah yang baik adalah media tanam yang cukup kandungan unsur haranya,
teksturnya gembur atau tidak terlalu keras. Pertumbuhan tanaman tidak
hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang
tetapi juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat fisik
tanah berpengaruh langsung terhadap perakaran, air dan udara tanah, yang
kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia tanah. Pentingnya
sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak
disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi kesuburan
kimianya. Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman,
tanah merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan
mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer
harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
19
tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara
langsung dari udara. Perkembangan akar yang sehat serta proses pernafasan
udara oleh akar menjadi tolak ukur dari baik atau tidaknya aerasi udara pada
struktur tanah tertentu.(Zulkarnain, 2010)
2.5.2 Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai
jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sementara bobot pasir yang
cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan
dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Oleh karena
memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan, pasir dianggap
memadai dan sesuai digunakan sebagai media penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman
Kartasapoetra (2002)
2.5.3 Abu Sekam
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oriza sativa) yang terlepas saat biji
digiling. Sekam padi yang biasa digunakan adalah sekam bakar dan sekam
mentah. Sekam sangat berperan dalam perbaikan struktur tanah sehingga
sistem drainase di media tanam menjadi lebih baik. Sekam mentah
mempunyai kelebihan sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak
mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
20
tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat
tumbuh dengan sempurna, abu sekam padi memiliki fungsi mengikat
logam. Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah,
sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara.
Darmawijaya (1990).
2.5.4 Arang Sekam
Arang sekam merupakan hasil pembakaran dari sekam padi yang
banyak digunakan sebagai media secara komersial di Indonesia. Arang
sekam mengandung N 0,32 %, P 0,15%, K 0,51 %, Ca 0,95 %, dan Fe 180
ppm, Mn 80 ppm, Zn 14,1 %. pH arang sekam cukup tinggi, yaitu antara 8,5
sampai 9,0 sehingga sangat baik digunakan untuk meningkatkan pH pada
tanah asam. Sekam bakar atau arang sekam juga memiliki sifat porositas
yang baik dan kemampuan menyerap air rendah.(Shofiyah dan bambang,
2017). Karakteristik lain dari arang sekam adalah ringan (berat jenis 0,2
kg/l) sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna
kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif
(Wuryaningsih, dan Andyantoro 1998). Arang sekam bersifat porositas
yang baik, tidak dapat menggumpal/memadat, mudah mengikat air, steril
dan mempunyai porositas yang baik sehingga akar tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan sempurna. (Prihmantoro dan Indriani, 2003)
2.6 Penelitian yang Relevan
Ulfa, dkk (2017) melakukan percobaan respon pertumbuhan stek
lada (Piper nigrum L.) akibat pemberian hormon auksin (ZPT atonik)
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018
21
menunjukan bahwa hormon auksin (ZPT atonik) berpengaruh nyata
terhadap jumlah akar pada umur 40 dan 60 HSS. Hasil penelitian tersebut
rata-rata perlakuan terbaik dijumpai pada pemberian hormon auksin dengan
konsetrasi 1,5ml/ liter dan 2ml/ liter air.
Hasil penelitian Indrawati, dkk (2015) menunjukan bahwa media
tanam dari subsoil + pupuk + pasir dengan perbandingan (2:1:1)
memberikan pertumbuhan yang baik pada stek lada. Bahwa pemberian
pupuk kandang pada media akan menghasilkan nilai tinggi tunas yang tinggi
pada setek. Media tanpa pemberian pupuk kandang akan menghasilkan nilai
tinggi tunas yang rendah. Pada media tanah topsoil dan tanah subsoil yang
sama-sama diberikan pupuk kandang akan menghasilkan tinggi tunas yang
tidak berbeda nyata, mulai dari setek berumur 30 HST sampai 120 HST.
Pengaruh Lama Perendaman..., Laeli Nur Khomsatun, FKIP UMP, 2018