bab ii tinjaun pustaka 2.1 usaha perikanan tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/bab 2.pdfmerupakan...

14
4 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Definisi perikanan menurut UU No.45 tahun 2009 tentang perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam kegiatan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkan. Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan tangkap, binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem, yang terdiri atas beberapa elemen atau subsistem yang saling berkaiatan dan mempengaruhi satu sama lain. Elemen yang yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya disebut komponen-komponen perikanan tangkap. Menurut Monintja (2001) sistem perikanan terdiri atas subsistem: 1) Sarana produksi Salah satu indikator berkembangnya usaha perikan tangkap sangat tergantung pada berjalannya fungsi sarana produksi dengan optimal. Sarana produksi merupakan salah satu fasilitas yang menunjang berlangsungnya kegiatan perikanan. Sarana produksi tersebut antara lain penyediaan alat tangkap, pabrik es,

Upload: vocong

Post on 26-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

4

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Usaha Perikanan Tangkap

Definisi perikanan menurut UU No.45 tahun 2009 tentang perikanan

adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,

pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem

bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di

perairan yang tidak dalam kegiatan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,

termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkan.

Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan

tangkap, binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan

sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik

seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut. Perikanan tangkap

merupakan suatu sistem, yang terdiri atas beberapa elemen atau subsistem yang

saling berkaiatan dan mempengaruhi satu sama lain. Elemen yang yang saling

berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya disebut komponen-komponen

perikanan tangkap. Menurut Monintja (2001) sistem perikanan terdiri atas

subsistem:

1) Sarana produksi

Salah satu indikator berkembangnya usaha perikan tangkap sangat

tergantung pada berjalannya fungsi sarana produksi dengan optimal. Sarana

produksi merupakan salah satu fasilitas yang menunjang berlangsungnya kegiatan

perikanan. Sarana produksi tersebut antara lain penyediaan alat tangkap, pabrik es,

Page 2: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

5

galangan, instalasi air tawar, instalasi listrik, dan pendidikan pelatihan tenaga

kerja.

2) Usaha penangkapan

Usaha penangkapan terdiri atas unit penangkapan dan unit sumberdaya.

Unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan yang

terdiri dari kapal, alat tangkap, dan nelayan. Unit sumberdaya terdiri atas spesies,

habitat seperti mangrove, terumbu karang dan padang lamun serta musim.

3) Prasarana (pelabuhan)

Pelabuhan perikanan beserta fasilitasnya merupakan indikator penting

dalam keberhasilan usaha penangkapan ikan. Kondisi dermaga, kolam pelabuhan,

TPI, suplai air tawar, depot BBM, kios perbekalan, bengkel alat dan docking

merupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut.

4) Unit pengolahan

Unit pengolahan sering disebut sebagai unit agroindustri perikanan,

merupakan rantai yang tidak terpisahkan dari usaha penangkapan ikan. Hasil

tangkapan selain dijual segar, sebagian lainnya perlu prosees pengawetan atau

perubahan produk sesuai permintaan pasar. Fasilitas ini perlu memiliki jenis dan

kapasitas terpasang yang memadai.

5) Unit pemasaran

Unit pemasaran merupakan unit penentu harga dan pendapatan usaha

penangkapan. Unit pemasaran mengkaji terbentuknya pasar yang sempurna

dengan kapasitas yang memadai serta proses rantai pemasarannya.

Page 3: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

6

6) Masyarakat pembina/penyedia layanan pendukung

Peran lembaga pemerintah, peran sistem informasi, aspek peraturan dan

kapasitas usaha, penguasaan teknologi merupakan unsur pendukung keberlanjutan

usaha penangkapan ikan. Masyarakat juga berperan sebagai konsumen.

2.2 Pukat Cincin ( Mini purse seine)

Pukat cincin (Mini purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring

yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk

seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan

untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian pukat

cincin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor (purse

line) ditarik ke dan dari kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk.

Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok

atau scoop. Mini purse seine disebut juga pukat atau jaring kantong, karena

bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini

disebut juga jaring kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali

kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi

dengan cara menarik tali kolor tersebut (Diniah, 2008).

Karakteristik Mini purse seine terletak pada cincin dan purse line atau tali

kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris

bawahnya, sedangkan alat tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara

memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah. Mini purse seine

dikelompokkan ke dalam kelompok surrounding nets. Ada dua tipe Mini purse

seine yaitu Mini purse seine tipe Amerika dan Mini purse seine tipe Jepang. Mini

purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian

Page 4: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

7

pembentuk kantong terletak di bagian tepi jaring. Mini purse seine tipe Jepang

berbentuk empat persegi panjang dengan bagian bawah jaring berbentuk busur

lingkaran dan bagian pembentuk kantong terletak di tengah jaring (Brandt, 2005)

Menurut Baskoro (2002) menyatakan bahwa alat penangkap ikan (pukat

cincin) ini dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan baik dengan

menggunakan satu kapal ataupun dua unit kapal. Setelah gerombolan ikan

terkurung, kemudian bagian bawah jaring dikerutkan hingga tertutup dengan

menarik tali kerut yang dipasang sepanjang bagian bawah melalui cincin. Alat

penangkapan ini ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan

(pelagic fish) dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Alat Tangkap Mini purse seine

Sumber : Baskoro (2002)

Page 5: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

8

2.3 Alat Bantu Penangkapan Ikan

2.3.1 Rumpon

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat

bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut

dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar

berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Definisi

rumpon menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor Per.02/Men/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat

Penangkap Ikan dan Alat Bantu Penangkapan ikan di Wilaya Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia adalah alat bantu untuk mengumpulkan

ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat atau atraktor dari

benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.

Menurut Yusfiandayani (2004), rumpon adalah suatu bangunan

menyerupai pepohonan yang dipasang di suatu tempat di tengah laut. Disebut

sebagai alat bantu penangkapan, fungsinya hanya sebagai pembantu, yaitu untuk

mengumpulkan ikan pada suatu titik atau tempat tertentu untuk kemudian

dilakukan operasi penangkapan ikan. Yusfiandayani (2004) juga menambahkan

bahwa tertariknya ikan yang berada di sekitar rumpon disebabkan:

1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan

tertentu;

2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan

tertentu;

3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur, bagi ikan-ikan tertentu;

4. Rumpon sebagai tempat berlindung;

Page 6: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

9

5. Rumpon sebagai tempat atau titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikanikan

yang beruaya.

Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang

dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut

bertujuan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon,

sehingga ikan mudah ditangkap. Melalui pemasangan rumpon, kegiatan

penangkapan ikan akan menjadi lebih efektif dan efisien karena tidak perlu lagi

berburu ikan atau dengan mengikuti ruayanya), tetapi cukup melakukan kegiatan

penangkapan ikan disekitar rumpon tersebut (Jungjunan, 2009).

Rumpon menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor Per.02/Men/2011 tentang JalurPenangkapan Ikan dan

Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat Bantu Penangkapan ikan di Wilaya

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia terdiri dari:

1. Rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak

dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus

2. Rumpon menetap, merupakan rumpon menetap yang ditempatkan secara

menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat. Rumpon menetap

terdiri dari rumpon permukaan untuk mengumpulkan ikan pelagis dan rumpon

dasar untuk mengumpulkan ikan demersal. Untuk lebih jelasnya mengenai

konstruksi rumpon dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Page 7: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

10

Gambar 2. Konstruksi Rumpon

Sumber : Yusfiandayani (2004)

Yusfiandayani (2004) menyatakan bahwa dalam melakukan pemasangan

rumpon perairan dalam ada hal-hal yang harus dperhatikan, antara lain:

1. Tidak boleh mengganggu alur pelayaran

2. Jarak pemasangan antar rumpon tidak boleh kurang dari sepuluh (10) mil laut

3. Tidak boleh mengganggu pergerakan ikan di perairan laut

4. Tidak boleh dipasang pada kedalaman perairan kurang dari 200 meter

5. Tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 12 mil laut diukur dari garis

6. pasang surut terendah pada waktu air surut dari setiap pulau

7. Cara pemasangan rumpon tidak boleh mengakibatkan efek pagar (zig zag),

8. yang dapat mengancam kelestarian jenis ikan pelagis.

2.3.2 Cahaya

Pada mulanya sumber cahaya yang digunakan untuk mengumpulkan ikan

adalah obor. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi mulailah

digunakan lampu minyak dan gas karbit, dan pada akhirnya menggunakan lampu

listrik. Intensitas cahaya obor kurang lebih sebesar 100 kandela, untuk lampu

Page 8: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

11

minyak intensitas cahayanya anatara 400 – 600 kandela, intensitas cahaya lampu

gas karbit berkisar antara 100 – 1000 kandela sedangkan untuk lampu listrik,

intensitasnya tergantung pada daya lampu yang digunakan (Yudianto, 2006).

Penempatan lampu bisa di permukaan air dan di dalam air. Lampu

dipasang di perairan 2-3 jam sebelum operasi penangkapan dilakukan. Untuk

lampu di permukaan air, bisa menggunakan lampu gas tekan (petromak) dan neon,

sedangkan untuk lampu di dalam air menggunakan lampu neon atau lampu

wolfram. Salah satu faktor yang mempengaruhi tertarik dan berkumpulnya ikan di

sekeliling lampu adalah kekuatan dan warna lampu yang digunakan. Ikan dapat

membedakan warna cahaya asalkan cahayanya cukup terang. Tiap spesies

menyenangi warna cahaya yang berbedabeda. Penangkapan ikan dengan cahaya

lampu umumnya dutujukan kepada ikan-ikan pelagis dengan suhu perairan antara

6Β°C – 28Β°C (Brant, 2005).

2.4 Fishing Ground

Daerah penangkapan atau lazim disebut β€œ fishing ground” adalah suatu

daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang

mengguntungkan. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian mini purse

seine yaitu :

a. bukan daerah yang dilarang menangkap ikan

b. terdapat ikan pelagis yang bergerombol

c. perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaring

Operasi penangkapan yang membutuhkan rumpon sebagai alat bantu

menangkap ikan, maka kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah

penangkapan yang diinginkan maka rumpon diturunnkan ke dalam perairan dan

Page 9: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

12

diberi pelampung tanda kemudian ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih

dari satu rumpon. Tetapi ada pula rumpon tidak ditinggalkan, tetapi setelah kapal

lego jangkar (menurunkan jangkar) rumpon diturunkan ke dalam air kemudian

diikatkan satu buah di haluan di haluan dan satu buah di buritan kapal. Lampu

penerangan (listrik atau minyak tanah) dinyalakan di sekeliling kapal sehingga

kapal tersebut sanggat terang, maksudnya supaya ikan bergerombol di sekitar

kapal. Penggunaan Sonar untuk mencari gerombolan ikan pada kapal penangkap

sanggat diperlukan tetapi cara mencari gerombolan ikan dapat dilihat dengan

memperhatikan tanda-tanda adanya ikan, yaitu :

a. Burung menyambar-nyambar ke permukaan air laut

b. Ikan-ikan yang melompat-lompat di permukaan laut terliahat ada buih-buih

atau percikan air laut

c. Adanya riak-riak di permukaan

d. Warna air laut yang lebih gelap dari warna laut sekitarnya (Indrawatit, 2000)

Menurut Warsito (2008) menyatakan bahwa metode pemilihan daerah

penangkapan adalah sebagai berikut :

1. Pendugaan yang memadai terhadap lingkungan untuk tingkah laku ikan,

dengan data penelitian oseanografi dan meteorologi

2. Pendugaan musim dan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman

penangkapan masa lalu

3. Seleksi daerah penangkapan secara ekonomis ditinjau dari jarak pelabuhan

perikanan, schooling ikan, kepadatan (densitas) dan kondisi meteorologi

(Warsito, 2008).

Page 10: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

13

2.5 Hasil Tangkapan

Tujuan penangkapan ikan menggunakan Mini purse seine adalah ikan

pelagis yang bergerombol. Ikan tersebut harus membentuk suatu gerombolan,

berada dekat dengan permukaan air dan sangat diharapkan memiliki densitas

shoal yang tinggi atau jarak antar ikan yang satu dengan ikan yang lain harus

sedekat mungkin. Ikan pelagis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan

pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup di

permukaan laut atau didekat permukaan laut dan umumnya berukuran relatif kecil,

antara lain layang (Decapterus sp.), kembung (Rastreliger sp.), tembang

(Sardinella sp.) dan selar (Selaroides leptolepis). Ikan pelagis besar antara lain

tuna (Thunus sp.), layaran (Isthioporus oriental) dan setuhuk (Makaira sp.)

(Mukhsin, 2003).

2.6 Analisis Kelayakan Usaha

Komponen-komponen yang digunakan dalam analisis usaha adalah

penerimaan usaha, pengeluaran usaha dan pendapatan yang diperoleh dari hasil

usaha. Pendapatan atau keuntungan adalah penerimaan total (Total Revenue =TR)

dikurangi biaya total (Total Cost = TC). Penerimaan adalah total produksi

dikalikan harga per satuan output tertentu. Biaya total adalah seluruh biaya yang

diperlukan untuk menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval tertentu

(Sugiarto, 2002).

Biaya operasi terdiri atas dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak dipengaruhi oleh perubahan

tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval

Page 11: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

14

tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan tingkat produksi (Umar 2007).

Analisis R/C adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa

jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dengan memberikan nilai penerimaan

sebagai manfaat. Umar (2007) menyatakan bahwa payback period adalah suatu

periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial

cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain, payback

period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya

yang hasilnya merupakan satuan waktu. Menurut Rangkuti (2006), Return on

Investment atau disingkat dengan ROI adalah rasio yang membandingkan hasil

usaha yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan

jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

tersebut (Sugiyono, 2002)

2.7 Analisis Investasi

Investasi adalah usaha menanamkan faktor- faktor produksi langka dalam

proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali atau perluasan proyek. Tujuan

utamanya yaitu memperoleh manfaat keuangan dan atau non keuangan yang layak

di kemudian hari. Investasi dapat dilakukan oleh orang perorangan, perusahaan

swasta maupun badan-badan pemerintah (Sutojo 2000).

Adapun setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah

didiscount dari arus-arus biaya dan manfaat selama umur suatu proyek. Menurut

Nurmalina (2009), mengatakan bahwa analisis secara finansial menggunakan

perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari lima bagian, yaitu :

1. NPV (Net Present Value)

Page 12: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

15

Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang

diperoleh dari usaha pembesaran kepiting soka. Usaha ini layak jika nilai NPV

yang diperoleh lebih besar dari nol (NPV > 0). Rumus yang digunakan untuk

menghitung NPV adalah :

𝑁𝑃𝑉 = βˆ‘π΅π‘‘ βˆ’ 𝐢𝑑

(1 + 𝑖)

𝑛

𝑑=1

Keterangan :

B = benefit;

C = coast;

i = discount rate

t = periode.

2. IRR (Internal Rate of Return)

Perhitungan IRR dilakukan untuk melihat tingkat pengembalian dari

investasi yang ditanamkan pada usaha pembesaran kepiting soka. Usaha

pembesran kepiting soka dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar

atau sama dengan discount rate yang digunakan. IRR memiliki hubungan dengan

NPV, di mana IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV

sama dengan nol. Dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐼𝑅𝑅 = 𝑖𝑁𝑃𝑉+ + (𝑖𝑁𝑃𝑉+ βˆ’ π‘–π‘π‘ƒπ‘‰βˆ’) (𝑁𝑃𝑉+

𝑁𝑃𝑉+ βˆ’ π‘π‘ƒπ‘‰βˆ’)

Keterangan :

i = discount rate;

iNPV+ = discount rate dimana NPV masih positif

iNPV+ = discount rate dimana NPV sudah negatif

Page 13: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

16

3. Net B/C (Benefit/Cost)

Perhitungan Net B/C berfungsi untuk melihat perbandingan antara

jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dengan keseluruhan jumlah manfaat

(benefit) yang diperoleh. Usaha pembesaran kepiting soka dikatakan layak jika

perhitungan Net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau

sama dengan satu. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah sebagai berikut :

Keterangan :

B = benefit;

C = cost;

i = discount;

t = periode

Apabila Net B/C = 1 menunjukkan bahwa suatu proyek layak untuk

dilanjutkan, sedangkan bila Net B/C < 1 merupakan tanda tidak layaknya suatu

proyek.

4. PP (Payback Period)

Periode pengambilan (Payback Period) adalah perkiraan jangka waktu

(dalam tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan atau melunasi investasi

semula. Inilah metode formal yang pertama sekali digunakan untuk mengevaluasi

proyek penganggaran barang modal. Penghitungan Payback Period (PP)

menggunakan rumus :

Page 14: BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/BAB 2.pdfmerupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut. 4) ... Unit pemasaran

17

𝑃𝑃 =𝐼

𝐿𝐡π‘₯ 1 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›

keterangan :

PP = Paybeck Period

LB = Laba Bersih

I = Jumlah Investasi

5. Break Even Point (BEP)

Break Even Point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu atas Unit, dan

atas dasar nilai jual dalam rupiah.

1) Analisis Break Even Point atas dasar produksi (banyaknya hasil tangkapan)

dapat dilakukan dengan rumus :

𝐡𝐸𝑃 (𝐾𝑔) =π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž

π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π½π‘’π‘Žπ‘™ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž

2) Analisis Break Even Point atas dasar harga jual dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐡𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜π‘ π‘–