bab ii tinjaun pustaka 2.1 usaha perikanan tangkapeprints.umm.ac.id/40843/3/bab 2.pdfmerupakan...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Usaha Perikanan Tangkap
Definisi perikanan menurut UU No.45 tahun 2009 tentang perikanan
adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di
perairan yang tidak dalam kegiatan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkan.
Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan
tangkap, binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan
sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik
seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut. Perikanan tangkap
merupakan suatu sistem, yang terdiri atas beberapa elemen atau subsistem yang
saling berkaiatan dan mempengaruhi satu sama lain. Elemen yang yang saling
berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya disebut komponen-komponen
perikanan tangkap. Menurut Monintja (2001) sistem perikanan terdiri atas
subsistem:
1) Sarana produksi
Salah satu indikator berkembangnya usaha perikan tangkap sangat
tergantung pada berjalannya fungsi sarana produksi dengan optimal. Sarana
produksi merupakan salah satu fasilitas yang menunjang berlangsungnya kegiatan
perikanan. Sarana produksi tersebut antara lain penyediaan alat tangkap, pabrik es,
5
galangan, instalasi air tawar, instalasi listrik, dan pendidikan pelatihan tenaga
kerja.
2) Usaha penangkapan
Usaha penangkapan terdiri atas unit penangkapan dan unit sumberdaya.
Unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan yang
terdiri dari kapal, alat tangkap, dan nelayan. Unit sumberdaya terdiri atas spesies,
habitat seperti mangrove, terumbu karang dan padang lamun serta musim.
3) Prasarana (pelabuhan)
Pelabuhan perikanan beserta fasilitasnya merupakan indikator penting
dalam keberhasilan usaha penangkapan ikan. Kondisi dermaga, kolam pelabuhan,
TPI, suplai air tawar, depot BBM, kios perbekalan, bengkel alat dan docking
merupakan fasilitas penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut.
4) Unit pengolahan
Unit pengolahan sering disebut sebagai unit agroindustri perikanan,
merupakan rantai yang tidak terpisahkan dari usaha penangkapan ikan. Hasil
tangkapan selain dijual segar, sebagian lainnya perlu prosees pengawetan atau
perubahan produk sesuai permintaan pasar. Fasilitas ini perlu memiliki jenis dan
kapasitas terpasang yang memadai.
5) Unit pemasaran
Unit pemasaran merupakan unit penentu harga dan pendapatan usaha
penangkapan. Unit pemasaran mengkaji terbentuknya pasar yang sempurna
dengan kapasitas yang memadai serta proses rantai pemasarannya.
6
6) Masyarakat pembina/penyedia layanan pendukung
Peran lembaga pemerintah, peran sistem informasi, aspek peraturan dan
kapasitas usaha, penguasaan teknologi merupakan unsur pendukung keberlanjutan
usaha penangkapan ikan. Masyarakat juga berperan sebagai konsumen.
2.2 Pukat Cincin ( Mini purse seine)
Pukat cincin (Mini purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring
yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk
seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan
untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian pukat
cincin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor (purse
line) ditarik ke dan dari kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk.
Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok
atau scoop. Mini purse seine disebut juga pukat atau jaring kantong, karena
bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini
disebut juga jaring kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali
kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi
dengan cara menarik tali kolor tersebut (Diniah, 2008).
Karakteristik Mini purse seine terletak pada cincin dan purse line atau tali
kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris
bawahnya, sedangkan alat tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara
memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah. Mini purse seine
dikelompokkan ke dalam kelompok surrounding nets. Ada dua tipe Mini purse
seine yaitu Mini purse seine tipe Amerika dan Mini purse seine tipe Jepang. Mini
purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian
7
pembentuk kantong terletak di bagian tepi jaring. Mini purse seine tipe Jepang
berbentuk empat persegi panjang dengan bagian bawah jaring berbentuk busur
lingkaran dan bagian pembentuk kantong terletak di tengah jaring (Brandt, 2005)
Menurut Baskoro (2002) menyatakan bahwa alat penangkap ikan (pukat
cincin) ini dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan baik dengan
menggunakan satu kapal ataupun dua unit kapal. Setelah gerombolan ikan
terkurung, kemudian bagian bawah jaring dikerutkan hingga tertutup dengan
menarik tali kerut yang dipasang sepanjang bagian bawah melalui cincin. Alat
penangkapan ini ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan
(pelagic fish) dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Alat Tangkap Mini purse seine
Sumber : Baskoro (2002)
8
2.3 Alat Bantu Penangkapan Ikan
2.3.1 Rumpon
Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat
bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut
dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar
berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Definisi
rumpon menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor Per.02/Men/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat
Penangkap Ikan dan Alat Bantu Penangkapan ikan di Wilaya Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia adalah alat bantu untuk mengumpulkan
ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat atau atraktor dari
benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.
Menurut Yusfiandayani (2004), rumpon adalah suatu bangunan
menyerupai pepohonan yang dipasang di suatu tempat di tengah laut. Disebut
sebagai alat bantu penangkapan, fungsinya hanya sebagai pembantu, yaitu untuk
mengumpulkan ikan pada suatu titik atau tempat tertentu untuk kemudian
dilakukan operasi penangkapan ikan. Yusfiandayani (2004) juga menambahkan
bahwa tertariknya ikan yang berada di sekitar rumpon disebabkan:
1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan
tertentu;
2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan
tertentu;
3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur, bagi ikan-ikan tertentu;
4. Rumpon sebagai tempat berlindung;
9
5. Rumpon sebagai tempat atau titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikanikan
yang beruaya.
Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang
dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut
bertujuan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon,
sehingga ikan mudah ditangkap. Melalui pemasangan rumpon, kegiatan
penangkapan ikan akan menjadi lebih efektif dan efisien karena tidak perlu lagi
berburu ikan atau dengan mengikuti ruayanya), tetapi cukup melakukan kegiatan
penangkapan ikan disekitar rumpon tersebut (Jungjunan, 2009).
Rumpon menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor Per.02/Men/2011 tentang JalurPenangkapan Ikan dan
Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat Bantu Penangkapan ikan di Wilaya
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia terdiri dari:
1. Rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak
dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus
2. Rumpon menetap, merupakan rumpon menetap yang ditempatkan secara
menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat. Rumpon menetap
terdiri dari rumpon permukaan untuk mengumpulkan ikan pelagis dan rumpon
dasar untuk mengumpulkan ikan demersal. Untuk lebih jelasnya mengenai
konstruksi rumpon dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
10
Gambar 2. Konstruksi Rumpon
Sumber : Yusfiandayani (2004)
Yusfiandayani (2004) menyatakan bahwa dalam melakukan pemasangan
rumpon perairan dalam ada hal-hal yang harus dperhatikan, antara lain:
1. Tidak boleh mengganggu alur pelayaran
2. Jarak pemasangan antar rumpon tidak boleh kurang dari sepuluh (10) mil laut
3. Tidak boleh mengganggu pergerakan ikan di perairan laut
4. Tidak boleh dipasang pada kedalaman perairan kurang dari 200 meter
5. Tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 12 mil laut diukur dari garis
6. pasang surut terendah pada waktu air surut dari setiap pulau
7. Cara pemasangan rumpon tidak boleh mengakibatkan efek pagar (zig zag),
8. yang dapat mengancam kelestarian jenis ikan pelagis.
2.3.2 Cahaya
Pada mulanya sumber cahaya yang digunakan untuk mengumpulkan ikan
adalah obor. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi mulailah
digunakan lampu minyak dan gas karbit, dan pada akhirnya menggunakan lampu
listrik. Intensitas cahaya obor kurang lebih sebesar 100 kandela, untuk lampu
11
minyak intensitas cahayanya anatara 400 β 600 kandela, intensitas cahaya lampu
gas karbit berkisar antara 100 β 1000 kandela sedangkan untuk lampu listrik,
intensitasnya tergantung pada daya lampu yang digunakan (Yudianto, 2006).
Penempatan lampu bisa di permukaan air dan di dalam air. Lampu
dipasang di perairan 2-3 jam sebelum operasi penangkapan dilakukan. Untuk
lampu di permukaan air, bisa menggunakan lampu gas tekan (petromak) dan neon,
sedangkan untuk lampu di dalam air menggunakan lampu neon atau lampu
wolfram. Salah satu faktor yang mempengaruhi tertarik dan berkumpulnya ikan di
sekeliling lampu adalah kekuatan dan warna lampu yang digunakan. Ikan dapat
membedakan warna cahaya asalkan cahayanya cukup terang. Tiap spesies
menyenangi warna cahaya yang berbedabeda. Penangkapan ikan dengan cahaya
lampu umumnya dutujukan kepada ikan-ikan pelagis dengan suhu perairan antara
6Β°C β 28Β°C (Brant, 2005).
2.4 Fishing Ground
Daerah penangkapan atau lazim disebut β fishing groundβ adalah suatu
daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang
mengguntungkan. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian mini purse
seine yaitu :
a. bukan daerah yang dilarang menangkap ikan
b. terdapat ikan pelagis yang bergerombol
c. perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaring
Operasi penangkapan yang membutuhkan rumpon sebagai alat bantu
menangkap ikan, maka kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah
penangkapan yang diinginkan maka rumpon diturunnkan ke dalam perairan dan
12
diberi pelampung tanda kemudian ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih
dari satu rumpon. Tetapi ada pula rumpon tidak ditinggalkan, tetapi setelah kapal
lego jangkar (menurunkan jangkar) rumpon diturunkan ke dalam air kemudian
diikatkan satu buah di haluan di haluan dan satu buah di buritan kapal. Lampu
penerangan (listrik atau minyak tanah) dinyalakan di sekeliling kapal sehingga
kapal tersebut sanggat terang, maksudnya supaya ikan bergerombol di sekitar
kapal. Penggunaan Sonar untuk mencari gerombolan ikan pada kapal penangkap
sanggat diperlukan tetapi cara mencari gerombolan ikan dapat dilihat dengan
memperhatikan tanda-tanda adanya ikan, yaitu :
a. Burung menyambar-nyambar ke permukaan air laut
b. Ikan-ikan yang melompat-lompat di permukaan laut terliahat ada buih-buih
atau percikan air laut
c. Adanya riak-riak di permukaan
d. Warna air laut yang lebih gelap dari warna laut sekitarnya (Indrawatit, 2000)
Menurut Warsito (2008) menyatakan bahwa metode pemilihan daerah
penangkapan adalah sebagai berikut :
1. Pendugaan yang memadai terhadap lingkungan untuk tingkah laku ikan,
dengan data penelitian oseanografi dan meteorologi
2. Pendugaan musim dan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman
penangkapan masa lalu
3. Seleksi daerah penangkapan secara ekonomis ditinjau dari jarak pelabuhan
perikanan, schooling ikan, kepadatan (densitas) dan kondisi meteorologi
(Warsito, 2008).
13
2.5 Hasil Tangkapan
Tujuan penangkapan ikan menggunakan Mini purse seine adalah ikan
pelagis yang bergerombol. Ikan tersebut harus membentuk suatu gerombolan,
berada dekat dengan permukaan air dan sangat diharapkan memiliki densitas
shoal yang tinggi atau jarak antar ikan yang satu dengan ikan yang lain harus
sedekat mungkin. Ikan pelagis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan
pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup di
permukaan laut atau didekat permukaan laut dan umumnya berukuran relatif kecil,
antara lain layang (Decapterus sp.), kembung (Rastreliger sp.), tembang
(Sardinella sp.) dan selar (Selaroides leptolepis). Ikan pelagis besar antara lain
tuna (Thunus sp.), layaran (Isthioporus oriental) dan setuhuk (Makaira sp.)
(Mukhsin, 2003).
2.6 Analisis Kelayakan Usaha
Komponen-komponen yang digunakan dalam analisis usaha adalah
penerimaan usaha, pengeluaran usaha dan pendapatan yang diperoleh dari hasil
usaha. Pendapatan atau keuntungan adalah penerimaan total (Total Revenue =TR)
dikurangi biaya total (Total Cost = TC). Penerimaan adalah total produksi
dikalikan harga per satuan output tertentu. Biaya total adalah seluruh biaya yang
diperlukan untuk menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval tertentu
(Sugiarto, 2002).
Biaya operasi terdiri atas dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak dipengaruhi oleh perubahan
tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval
14
tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi (Umar 2007).
Analisis R/C adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dengan memberikan nilai penerimaan
sebagai manfaat. Umar (2007) menyatakan bahwa payback period adalah suatu
periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial
cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain, payback
period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya
yang hasilnya merupakan satuan waktu. Menurut Rangkuti (2006), Return on
Investment atau disingkat dengan ROI adalah rasio yang membandingkan hasil
usaha yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut (Sugiyono, 2002)
2.7 Analisis Investasi
Investasi adalah usaha menanamkan faktor- faktor produksi langka dalam
proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali atau perluasan proyek. Tujuan
utamanya yaitu memperoleh manfaat keuangan dan atau non keuangan yang layak
di kemudian hari. Investasi dapat dilakukan oleh orang perorangan, perusahaan
swasta maupun badan-badan pemerintah (Sutojo 2000).
Adapun setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah
didiscount dari arus-arus biaya dan manfaat selama umur suatu proyek. Menurut
Nurmalina (2009), mengatakan bahwa analisis secara finansial menggunakan
perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari lima bagian, yaitu :
1. NPV (Net Present Value)
15
Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang
diperoleh dari usaha pembesaran kepiting soka. Usaha ini layak jika nilai NPV
yang diperoleh lebih besar dari nol (NPV > 0). Rumus yang digunakan untuk
menghitung NPV adalah :
πππ = βπ΅π‘ β πΆπ‘
(1 + π)
π
π‘=1
Keterangan :
B = benefit;
C = coast;
i = discount rate
t = periode.
2. IRR (Internal Rate of Return)
Perhitungan IRR dilakukan untuk melihat tingkat pengembalian dari
investasi yang ditanamkan pada usaha pembesaran kepiting soka. Usaha
pembesran kepiting soka dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar
atau sama dengan discount rate yang digunakan. IRR memiliki hubungan dengan
NPV, di mana IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV
sama dengan nol. Dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
πΌπ π = ππππ+ + (ππππ+ β ππππβ) (πππ+
πππ+ β πππβ)
Keterangan :
i = discount rate;
iNPV+ = discount rate dimana NPV masih positif
iNPV+ = discount rate dimana NPV sudah negatif
16
3. Net B/C (Benefit/Cost)
Perhitungan Net B/C berfungsi untuk melihat perbandingan antara
jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dengan keseluruhan jumlah manfaat
(benefit) yang diperoleh. Usaha pembesaran kepiting soka dikatakan layak jika
perhitungan Net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau
sama dengan satu. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah sebagai berikut :
Keterangan :
B = benefit;
C = cost;
i = discount;
t = periode
Apabila Net B/C = 1 menunjukkan bahwa suatu proyek layak untuk
dilanjutkan, sedangkan bila Net B/C < 1 merupakan tanda tidak layaknya suatu
proyek.
4. PP (Payback Period)
Periode pengambilan (Payback Period) adalah perkiraan jangka waktu
(dalam tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan atau melunasi investasi
semula. Inilah metode formal yang pertama sekali digunakan untuk mengevaluasi
proyek penganggaran barang modal. Penghitungan Payback Period (PP)
menggunakan rumus :
17
ππ =πΌ
πΏπ΅π₯ 1 π‘πβπ’π
keterangan :
PP = Paybeck Period
LB = Laba Bersih
I = Jumlah Investasi
5. Break Even Point (BEP)
Break Even Point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu atas Unit, dan
atas dasar nilai jual dalam rupiah.
1) Analisis Break Even Point atas dasar produksi (banyaknya hasil tangkapan)
dapat dilakukan dengan rumus :
π΅πΈπ (πΎπ) =πππ‘ππ π΅πππ¦π
π»ππππ π½π’ππ πππ‘π β πππ‘π
2) Analisis Break Even Point atas dasar harga jual dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
π΅πΈπ (π π) =πππ‘ππ π΅πππ¦π
πππ‘ππ πππππ’ππ π