bab ii tinjauan umum tentang hak cipta dan … ferry... · 2.1.1 pengertian dan dasar hukum hak...

21
1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN FOLKLOR 2.1 Hak Cipta 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta 2.1.1.1Pengertian Hak Cipta Pengertian hak cipta yang termuat dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mendapatkan perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada keharusan untuk mendaftarkan. Pendaftaran hanya semata-mata untuk keperluan pembuktian belaka. Dengan demikian, begitu suatu ciptaan berwujud, maka secara otomatis Hak Cipta melekat pada ciptaan tersebut. Biasanya publikasi dilakukan dengan mencantumkan tanda Hak Cipta. Perlindungan hukum terhadap pemegang Hak Cipta dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya semangat mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Hak Cipta, antara lain sebagai berikut. - Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,

Upload: vothu

Post on 08-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

1

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN FOLKLOR

2.1 Hak Cipta

2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta

2.1.1.1Pengertian Hak Cipta

Pengertian hak cipta yang termuat dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta adalah

hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk

mendapatkan perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada keharusan untuk

mendaftarkan. Pendaftaran hanya semata-mata untuk keperluan pembuktian

belaka. Dengan demikian, begitu suatu ciptaan berwujud, maka secara otomatis

Hak Cipta melekat pada ciptaan tersebut. Biasanya publikasi dilakukan dengan

mencantumkan tanda Hak Cipta.

Perlindungan hukum terhadap pemegang Hak Cipta dimaksudkan sebagai

upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya

semangat mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Hak Cipta, antara lain

sebagai berikut.

- Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas

inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

32

imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam

bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

- Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya

dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

- Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak

yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima

lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.

- Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran,

atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk

media internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan

dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

- Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara

keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan

bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan

secara permanen atau temporer.

- Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang

Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak

Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

2.1.1.2Dasar Hukum Hak Cipta

Pada tahun 1987 Undang-Undang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC)

Indonesia direvisi dan skala perlindungannya diperluas. Salah satu alasannya

adalah perlindungan atas para pencipta dianggap kurang memadai dibandingkan

dengan yang diberikan oleh hukum hak cipta di luar negeri Indonesia.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

33

Diantaranya perubahan mendasar yang terjadi didalamnya adalah masa berlaku

perlindungan karya cipta diperpanjang menjadi selama hidup pencipta dan 50

tahun setelah meninggalnya pencipta. Pada tahun 1997 UUHC Indonesia direvisi

lebih lanjut guna mengarahkan hukum Indonesia memenuhi kewajibannya pada

TRIPs. Hak yang berkaitan dengan Hak Cipta secara khusus diakui dan dilindungi

dalam bagian UU tersebut. Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian

dalam definisi karya-karya kreatif pasal 1 ayat 2. Hal yang menarik disini adalah

dipertahankannya sistem pendaftaran Hak Cipta secara sukarela.

Pada tahun 2002 UUHC telah diundangkan dengan mencabut dan

menggantikan UUHC 1997 dengan UUHC Nomor 19 Tahun 2002 yang memuat

perubahan-perubahan untuk disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan

beberapa hal yang perlu untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual

di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya

intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tradisional Indonesia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar hukum UUHC diawali

pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta

berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 dan menetapkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan

undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut

kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 dan terakhir

diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

34

2.1.2 Lingkup Hak Cipta

a. Ciptaan yang dilindungi

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta menetapkan secara rinci ciptaan yang dilindungi meliputi

Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas :

1. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil

karya tulis lainnya:

2. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

3. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

2. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

3. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

4. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

5. karya seni terapan;

6. karya arsitektur;

7. peta;

8. karya seni batik atau seni motif lain;

9. karya fotografi;

10. Potret;

11. karya sinematografi;

12. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

13. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi ekspresi

budaya tradisional;

14. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya;

15. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli

16. permainan video; dan

17. Program Komputer.

b. Ciptaan yang tidak diberi Hak Cipta

Sebagai pengecualian terhadap ketentuan di atas, tidak diberikan

Hak Cipta untuk hal-hal berikut:

1. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

35

2. peraturan perundang-undangan;

3. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;

4. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau

5. keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.

Hak Cipta juga merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk

melindungi pengetahuan tradisional yang terdapat dalam pelestarian dan

pemanfaatan plasma nutfah. Di era perkembangan teknologi molekuler, issu lain

yang berkaitan dengan penerapan Hak Cipta dalam hubungannya dengan plasma

nutfah adalah adanya pro dan kontra tentang perlindungan sekuen DNA.

2.1.3 Sistem Perlindungan Hak Cipta

Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu

diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu

kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun

pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat

pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan

apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut. Ciptaan dapat

didaftarkan ke Kantor Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

(Ditjen. HKI), Departemen Hukum dan HAM.

2.1.4 Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta

Jangka waktu perlindungan hak cipta sangat erat kaitannya dengan bentuk

perlindungan. Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa

saja untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut

kecuali dengan seijin Pemegang Hak Cipta.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

36

Sebagai pengecualian, maka dengan menyebut atau mencantumkan

sumbernya, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta atas:

1. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan

suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari

Pencipta;

2. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna

keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;

3. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna

keperluan:

a. ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan; atau

b. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan

ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

4. perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika

Perbanyakan itu bersifat komersial;

5. perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas

dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan

umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi

yang non komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;

6. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis

atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

37

7. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik

Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Jangka waktu perlindungan Hak Cipta pada umumnya berlaku selama

hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 70 (tujuh puluh) tahun setelah

Pencipta meninggal dunia terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Dalam hal Ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, pelindungan Hak Cipta

berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan

berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1

Januari tahun berikutnya. Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dimiliki atau

dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama

kali dilakukan Pengumuman (Pasal 58 Undang – Undang nomor 28 tahun 2014

tentang Hak Cipta).

Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:

1. karya fotograh;

2. Potret;

3. karya sinematografi;

4. permainan video;

5. Program Komputer;

6. perwajahan karya tulis;

7. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,

modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

8. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi

budaya tradisional;

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

38

9. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan

Program Komputer atau media lainnya; dan

10. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli, berlaku selama 50 (1ima puluh) tahun sejak

pertama kali dilakukan Pengumuman (Pasal 59 ayat (1) UUHC).

Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku

selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman

(Pasal 59 ayat (2) UUHC). Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional yang

dipegang oleh negara berlaku tanpa batas waktu (Pasal 60 ayat (1) UUHC). Hak

Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya tidak diketahui yang dipegang oleh negara

berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali

dilakukan Pengumuman (Pasal 60 ayat (2) UUHC). Hak Cipta atas Ciptaan yang

dilaksanakan oleh pihak yang melakukan Pengumuman berlaku selama 50 (lima

puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali dilakukan Pengumuman (Pasal

60 ayat (3) UUHC).

2.1.5 Peralihan Hak Cipta dan Lisiensi

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan Hak Cipta adalah

apabila karya intelektual yang dihasilkan direncanakan pula untuk dilindungi

dengan rezim HKI yang lain, misal Rahasia Dagang atau Paten. Publikasi yang

“tidak tepat” dapat menggugurkan kemungkinan untuk di”Paten”kan atau

di”Rahasia-Dagang”kan. Oleh karena itu, perlu pula dipertimbangkan apa yang

bisa dipublikasikan dan apa yang masih harus disimpan.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

39

Hak Cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:

pewarisan; hibah; wasiat; perjanjian tertulis; atau sebab-sebab lain yang

dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Cipta yang telah dihasilkan perlu dimanfaatkan oleh Pemegang Hak

Cipta atau pihak lain berdasarkan perjanjian tertulis (lisensi) untuk kepentingan

masyarakat. Menurut Pasal 80 ayat (1) UUHC, Pemegang Hak Cipta atas karya

sinematografi dan program komputer berhak memberikan lisensi kepada pihak

lain untuk kepentingan yang bersifat komersial. Atas lisensi yang diberikan,

Pemegang Hak Cipta berhak mendapatkan royalti sesuai dengan kesepakatan

(Pasal 80 ayat (3) sampai dengan ayat (5) UUHC).

2.1.6 Pelanggaran terhadap Hak Cipta dan Sanksi

Hak cipta dilanggar jika materi hak cipta tersebut digunakan tanpa ijin dari

penciptanya yang mempunyai hak eksklusif atas ciptaannya. Namun, pencipta

atau pemegang hak cipta harus membuktikan bahwa karyanya telah dijiplak atau

karya lain tersebut berasal dari karyanya. Hak cipta juga dilanggar jika seluruh

atau bagian substansial dari suatu ciptaan yang dilindungi hak cipta diperbanyak.

Pelanggaran semacam ini dapat dikenaklan denda atau sanksi pidana secara

khusus yang diatur oleh UUHC.

Menurut Pasal 112 sampai dengan Pasal 119 UUHC, bagi mereka yang

dengan sengaja atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah).

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

40

2.2 Folklor

2.2.1 Pengertian Folklor dan Dasar Hukum Folklor

2.2.1.1Pengertian Folklor

Folklor merupakan suatu istilah yang benyak berkenaan dengan bidang

kebudayaan. Folklore folklore merupakan kata majemuk yang berasal dari dua

kata yaitu folk dan lore. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri

pengenal fisik, social dan dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari

kelompok lainnya. Sehingga folk sinonim dengan kata kolektif yang memiliki ciri

pengenal fisik atau system kebudayaan yang sama serta mempunyai kesadaran

kepribadian sebadai kesatuan masyarakat.1

Istilah lore artinya adalah tradisi rakyat itu sendiri, yaitu sebagian

kebudayaan yang diwariskan turun-temurun baik secara lisan maupun menggunakan

gerak isyarat. Masyarakat lebih mengenal istilah kebudayaan sebagai pengganti

kata lore, sehingga folklore secara singkat disebut juga kebudayaan rakyat.

Sebagai perbandingan, di bawah ini terdapat beberapa dafinisi atau

pengertian folklore di bawah ini.

1. Jan Harold Brunvand (1968)

Folklore dapat didefinisikan sebagai berbagai materi kebudayaan

yang disampaikan secara tradisional diantara anggota komunirtas tertentu

dengan beragam versi, baik secara lisan maupun kegiatan yang telah

menjadi kebiasaan. 2

1 James Danandjaya, 2002, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, h, 1. 2 Ibid, h. 2.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

41

2. James Danandjaya (1984)

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar

dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun

contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. 3

3. Kamal Puri (1998)

Folklor merupakan jalan menuju identitas budaya dan sosial

masyarakat yang berupa standar-standar dan nilai-nilai. Biasanya folklore

disampaikan secara lisan, melalui imitasi atau cara-cara lain. Bentuknya dapat

berupa, antara lain bahasa, sastra, music, tari, permainan, mitos, ritual,

kebiasaan, kerajinan tangan, arsitektur, dan kesenian lainnya. Folklore

merupakan bentuk manifestasi tingkat tinggi karena sifatnya yang beragam

dan bentuknya yang terus berkembang. Kadang-kadang folklore disebut

juga budaya tradisional dan popular karena sangat berorientasi kepada

kelompok dan berbasis tradisi. 4

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dalam

penjelasannya terhadap Pasal 38 ayat (1) memberikan pengertian tentang

Ekspresi Budaya Tradisional/Folklor mencakup salah satu atau kombinasi

bentuk ekspresi sebagai berikut :

a. verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa

maupun puisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang

dapat berupa karya sastra ataupun narasi informatif;

b. musik, mencakup antara lain, vokal, instrumental, atau kombinasinya;

c. gerak, mencakup antara lain, tarian;

3 James Danandjaya, Op.Cit, h.2.

4 Kamal Puri, 1998, Copyright Protection of Folklore: A New Zealand Perspective.

Copyright Bulletin, UNESCO, Vol. 22. No. 3.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

42

d. teater, mencakup antara lain, pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat;

e. seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang

terbuat dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam,

batu, keramik, kertas, tekstil, dan lain-1ain atau kombinasinya; dan

f. upacara adat.

2.2.1.2Dasar Hukum Folklor

Pasal 38 ayat (1) Undang – Undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak

Cipta mengatur bahwa Negara memegang hak cipta ekspresi budaya tradisional

atau folklor yang menjadi milik bersama. Penjelasan ketentuan ini menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan ekspresi budaya tradisional atau folklor mencakup

salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi sebagai berikut:

1. verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun

puisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa

karya sastra ataupun narasi informatif;

2. musik, mencakup antara lain, vokal, instrumental, atau kombinasinya;

3. gerak, mencakup antara lain, tarian;

4. teater, mencakup antara lain, pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat;

5. seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang

terbuat dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu,

keramik, kertas, tekstil, dan lain-1ain atau kombinasinya; dan

6. upacara adat.

Pasal 38 ayat (4) Undang – Undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak

Cipta mengamatkan agar bentuk Peraturan Pemerintah untuk mengatur lebih

lanjut Hak Cipta yang dipegang oleh Negara. Peraturan pemerintah dimaksud

bertujuan untuk menentukan mekanisme yang digunakan untuk pengguanaan

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

43

kebudayaan tradisional secara komersial bagi orang asing, menentukan begaimana

pembagian keuntungan yang seadil-adilnya, serta untuk menentukan pihak atau

instansi yang menangani hal dimaksud. Akan tetapi hingga saat ini belum diatur

peraturan pemerintah tentang folklor. Inilah yang menjadi kekurangan dalam

pengaturan mengenai folklor di Indonesia. Adapun seiring dengan tuntutan

Negara-negara berkembang melalui forum WIPO akan dibuat undang-undang

bersifat sui generis mengenai folklor. 5

2.2.2 Jenis-Jenis Folklor

Sebelum menguraikan jenis-jenis folklor, di sini dikemukakan terlebih

dahulu ciri-ciri pengenal folklor. James Danandjaya merumuskan ciri-ciri

pengenal utama folklore sehingga dapat dibedakan dari kebudayaan yang lainnya.

Menurutnya, ciri-ciri pengenal utama folklor dapat dirumuskan sebagai berikut.6

1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni

disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu

contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat)

dari satu genenasi ke generasi berikutnya.

2. Folklor bersifat tradisional , yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap

atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam

waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).

3. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.

Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan),

5 Edi Sedyawan, 2003, Perlindungan atas Folklor Indonesia, Makalah disajikan pada

seminar tentang Desain Industri, Jakarta. 6 James Danandjaya, Op.Cit., h. 3-4.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

44

biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa

diri manusia atau proses interpolasi (interpolation), folklor dengan mudah

dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya

terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap

bertahan.

4. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui

orang lagi.

5. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat,

misalnya, selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas

hari” untuk menggambarkan kecantikan seorang gadis dan “seperti ular

berbelit-belit” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau

ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau

kata-kata pembukaan dan penutup yang baku, seperti kata “sahibul hikayat

... dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut

empunya cerita... demikianlah konon” atau dalam dongeng Jawa banyak

yang dimulai dengan kalimat Anuju sawijining dina (pada suatu hari), dan

ditutup dengan kalimat: A lan B urip rukun bebarengan kayo mimi lan

mintuna (A dan B hidup rukun bagaikan mimi jantan dan mimi betina).

6. Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu

kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat

pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

45

7. folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan

dan sebagian lisan.

8. Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini

sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak

diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa

memilikinya.

9. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali

kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila

mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang

paling jujur manifestasinya.

Berdasarkan ciri-ciri pengenal folklor tersebut di atas, Jan Harold

Brunvand, seorang ahli folklor dari AS, menggolongkan ke dalam tiga kelompok

besar berdasarkan jenisnya yaitu: yang pertama adalah Folklor Lisan (Verbal

Folklore). Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan.

Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara

lain: (1) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional,

dan titel kebangsawanan; (2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah,

dan pemeo; (3) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (4) puisi rakyat, seperti

pantun, gurindam, dan syair; (5) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dam

dongeng; dan (6) nyanyian rakyat. Yang kedua adalah folklor sebagian lisan.

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur

lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya. Bentuk-bentuk folklor

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

46

yang tergolong dalam kelompok besar ini, selain kepercayaan rakyat, adalah

permainan rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. 7

Kemudian yang ketiga adalah folklor bukan lisan. Folklor bukan lisan

adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya

diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua

subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentuk-bentuk

folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah

asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat;

pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan

tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara laim: gerak

isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan

tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang

dilakukan di Afrika), dan musik rakyat.

2.2.3 Konsep kepemilikan Folklor

Sebagian besar dari folklor merupakan ciptaan yang diwariskan secara

turun temurun dan seringkali dikumpulkan dan dipublikasikan oleh sejarawan atau

peneliti dan pengamat lainnya. Namun demikian folklor tidak statis karena folklor

mengembangkan dan menghasilkan karya cipta baru sebagai perbaikan atau

penyesuaian terhadap berbagai perubahan keadaan. Folklor berkembang

beradaptasi, dan berubah secara dinamis dengan waktu. Ide-ide baru digabungkan

7 James Danandjaya, Op.Cit, h. 3-4.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

47

dan proses-proses baru dikembangkan.8 Dapat pula dikemukakan bahwa folklor

juga merupakan karya cipta yang dinamis. Artinya folklor dibuat dan diciptakan

sebagai respon individu atau masyarakat dalam menjawab setiap tantangan sosial

dan tantangan alam.9

Beberapa folklor terkodifikasi, sementara yang lainnya tidak

terkodifikasi.10

Tidak semua folklor dihasilkan secara kolektif dan/atau

antargenerasi. Oleh karena itu, definisi luas folklor tidak mungkin dibatasi

menurut sistem atau kodifikasi, atau karya cipta asli dalam suatu kumpulan.

Sekalipun pengamatan dilakukan di luar, suatu sistem tidak terdokumentasi,

pemegang folklor mungkin mau tidak mau menerima bahwa folklor perlu

menyesuaikan dengan suatu pengakuan atau sistem pengetahuan terdokumentasi

sehingga menjadi layak untuk perlindungan hukum.11

Banyak karya-karya folklor diciptakan oleh masyarakat tradisional secara

berkelompok-kelompok, berarti banyak orang yang memberi sumbangan terhadap

produk akhir. Lagipula, karya-karya folklor juga dapat dikembangkan oleh orang

yang berbeda selama jangka waktu yang panjang (barangkali selama beberapa

abad). Bahkan lebih penting lagi, banyak masyarakat tradisional tidak mengenal

konsep hak individu; harta berfungsi sosial dan bersifat milik umum. Dengan

8 Anil K. Gupta, 2001, “Rewarding Traditional Knowledge and Contemporary Grassroots

Creativity : The Role of Intellectual Property,” Paper presented at the Second WIPO International

Conference on Electronic Commerce and Intellectual Property, Geneva, h. 10. 9 Henry Soelistyo Budi, Op Cit, hal 2.

10 Contoh dari TK yang terkodifikasi misalnya : desain tekstil, sedangkan contoh dari TK

yang tidak terkodifikasi misalnya : sistem pengobatan yang digunakan oleh suku bangsa tertentu. 11

Intergovernmental Committee ..., Op Cit, hal. 13.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

48

demikian, para pencipta dalam masyarakat tradisional tidak berniat atau ingin

mementingkan hak individu atau hak kepemilikan atas karya-karya mereka.12

WIPO mendefinisikan pemilik/pemegang folklor yaitu : semua orang yang

menciptakan, mengembangkan, dan mempraktikkan folklor dalam aturan dan

konsep tradisional. Masyarakat asli, penduduk, dan negara adalah pemilik folklor,

tetapi tidak semua folklor tradisional adalah asli.13

Dengan demikian dalam

perlindungan folklor ini yang dikedepankan adalah kepentingan komunal daripada

kepentingan individu. Melindungi kepentingan komunal adalah cara-cara untuk

memelihara kehidupan harmonis antara satu dengan yang lain sehingga suatu

ciptaan yang dihasilkan oleh seorang anggota masyarakat tidak akan

menimbulkan kendala bila anggota yang lainnya juga membuat suatu karya yang

identik dengan karya sebelumnya.14

Sebagaimana diketahui bahwa folklor merupakan hasil kebudayaan

tradisional rakyat Indonesia yang telah berlangsung secara turun menurun. Karena

itu, folklor telah menjadi milik bersama seluruh masyarakat Indonesia. Berkenaan

dengan hal tersebut, Undang – Undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

menetapkan bahwa hak cipta atas folklor yang ada di Indonesia, hak ciptanya

dipegang oleh negara sebagaimana diatur dalam Pasal 38 ayat (1) Undang –

Undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. 15

12

Eddy Damian, Op Cit, h. 261; bandingkan dengan Achmad Zen Purba, Op Cit, h. 33,

bahwa: Persyaratan untuk melindungi TK cenderung komunal dan juga diharapkan dalam waktu

perlindungan yang tidak terbatas. 13

WIPO Report on Fact Finding Mission on Intellectual Property and Traditional

Knowledge (1998-1999), Geneva, April 2001, h. 22 14

Insan Budi Maulana, 1997, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten dan Hak Cipta,

Bandung : Citra Aditya Bakti, h. 162-163. 15

Marioris Jan Tobias, 1999, Copyright Protection of Indigeneous Expressions, Cantidig

Tionggo Nibunggo Law Office, Filipina, h. 2.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

49

2.2.4 Perlindungan Folklor Lingkup Nasional

Adanya perbedaan konsep kepemilikan dalam folklor memiliki

konsekuensi perbedaan dengan sistem HKI pada umumnya. Hal terpenting yang

harus diperhatikan bahwa folklor harus dijaga dan dipelihara oleh setiap generasi

secara turun menurun, karena dengan memberikan perlindungan bagi folklor akan

memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Salah satu alasan kurang jelasnya tentang perlindungan yang rasional dari

perbedaan arti diberikan terhadap konsep perlindungan. Beberapa pengertian

konsep ini dalam konteks HKI bahwa perlindungan pada dasarnya berarti :

pengecualian penggunaan tanpa izin oleh pihak ketiga. Penghargaan lainnya,

bahwa perlindungan sebagai alat untuk memelihara folklor dari penggunaan yang

mungkin mengikis folklor atau dampak negatif terhadap kehidupan atau tradisi

dari komunitas yang mengembangkan dan menerapkan folklor. Perlindungan di

sini memiliki banyak peranan positif dan mendukung folklor sebagai tradisi dan

sumber mata pancaharian komunitas masyarakat bersangkutan.16

Secara keseluruhan, alasan utama memberikan perlindungan terhadap

folklor, yaitu : a. pertimbangan keadilan; b. memelihara budaya dan praktik (gaya

hidup) tradisional; c. mencegah perampasan oleh pihak-pihak yang tidak

berwenang terhadap komponen-komponen folklor; dan d. mengembangkan

penggunaan dan kepentingan folklor.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam perlindungan terhadap folklor

terdapat 4 prinsip yang dimiliki oleh komunitas masyarakat setempat, yaitu :

16

Carlos M. Correa, Op Cit, h. 5.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

50

pengakuan, perlindungan, pembagian keuntungan, dan hak untuk berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan.17

Satu prinsip tambahan yang dapat diterapkan

pada folklor berupa hak-hak moral, yakni prior informed concern (informasi

terlebih dahulu).18

Pasal 38 UUHC memang seolah-olah negara melindungi folklor. Apabila

Pasal 38 UUHC dicermati, maka akan tampak bahwa lembaga pelaksana yang

berwenang untuk menetapkan suatu Ciptaan sebagai folklor tidak ada. Memang

dalam pasal tersebut ada ketentuan yang menyatakan bahwa Negara memegang

hak cipta atas folklor. Namun, ketentuan tersebut harus dipandang sebagai tahap

lanjutan dalam skema perlindungan folklor. Tahap awalnya ialah menentukan

suatu Ciptaan sebagai folklor.

Andaipun ketentuan Pasal 38 UUHC dimaksudkan untuk memberi

kewenangan bagi Negara dalam menetapkan suatu Ciptaan sebagai folklor,

permasalahan mengenai kejelasan lembaga pelaksana tetap saja ada. Hal tersebut

terjadi, karena lembaga yang disebut hanya Negara. Negara adalah entitas yang

abstrak. Untuk melaksanakan kewenangannya dalam arti yang kongkrit, maka

Negara harus dijabarkan lebih lanjut dengan menyebut instansi pemerintah yang

mengembang tanggungjawab tersebut. Dengan kondisi yang ada saat ini, maka

menjadi tidak jelas, apakah hanya Ditjen HKI yang berwenang

mengadministrasikan folklor, atau lembaga-lembaga lain juga berwenang. Hal ini

sangat penting untuk diatasi mengingat perlindungan folklor dapat berkaitan

17

Afrillyanna Purba, dkk, 2005, TRIPs-WTO & Hukum HKI Indonesia : Kajian

Perlindungan Hak Cipta Seni Batik Tradisional Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, h. 43. 18

Ahcmad Zen Umar Purba, Op Cit.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN … Ferry... · 2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta ... Revisi tahu 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya-karya

51

dengan instansi pemerintah seperti Departemen Hukum dan HAM, Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Perindustrian, dan Pemerintah Daerah.

Permasalahan lain yang berkaitan dengan perlindungan folklor adalah

dalam hal waktu dimulainya perlindungan dan aspek orisinalitas. Suatu Ciptaan

mendapat perlindungan Hak Cipta setelah Ciptaan itu selesai dibuat, karena

UUHC tidak melindungi gagasan atau ide. Apabila dikaitkan dengan keberadaan

folklor, maka Ciptaan yang dapat dianggap sebagai folklor seharusnya telah

berusia puluhan tahun; karena salah satu ciri pengenal folklor ialah

penyebarannya telah dilakukan sedikitnya dalam dua generasi. Itu artinya ekspresi

folklor yang diproduksi, ditampilkan, atau direkam lagi pada saat ini statusnya

adalah karya reproduksi.

Sistim perlindungan folklor saat ini belum menggunakan sistem sui

generis, tetapi masih memandang folklor sebagai Ciptaan yang dapat dilindungi

dengan Hak Cipta. Mengingat Hak Cipta hanya diberikan pada kreasi yang

bersifat asli, maka karya reproduksi tidak dapat memperoleh perlindungan Hak

Cipta. Hal itu dikarenakan, karya reproduksi tidak mengandung unsur orisinalitas

atau keaslian. Oleh karena itu, perlindungan terhadap karya reproduksi hanya dapat

menggunakan Hak Terkait, yaitu hak eksklusif untuk para performers (pelaku) dan

produser. Tetapi persoalannya, pembuat mebel ukir tidak dapat dianggap

sebagai performer. Hal inilah yang perlu untuk dicermati secara lebih mendalam

oleh para pembuat hukum di Indonesia.