bab ii tinjauan teori a. pengertian - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5980/3/restu...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai
reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal dan fisik. Sedangkan marah lebih merujuk pada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah.
Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yeng muncul sebagai
respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu
(Riyadi & Purwito. 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010 dalam Direja. 2011).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai orang lain baik fisik
maupun psikologis (Berkowitz, 2000 dalam Yosep. 2011).
Senada dengan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan kekerasan baik verbal maupun non verbal yang dapat melukai diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan baik secara fisik maupun psikologis,
yang timbul akibat perasaan jengkel / marah / kesal / tidak puas.
B. Rentang Respon
Perasaan marah wajar bagi setiap manusia, tapi perilaku yang
ditunjukkan oleh perasaan marah dapat difluktuasi dalam rentang respon
kemarahan. Rentang responnya dimulai dari yang paling adaptif sampai
yang maladaptif. Dan dari yang adaptif adalah asertif dan yang paling
maladaptif adalah amuk atau kekerasan.
Gambar II. 1. Rentang Respons Neurobiologis
(Sumber: Stuart & Sundden. 2007)
Respons adaptif Respons maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku kekerasan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Keterangan :
- Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan ketenangan.
- Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
- Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
- Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
- Perilaku kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu :
a. Memperlihatkan permusuhan yang rendah.
b. Keras dan menurut.
c. Mendekati orang lain.
d. Memberikan kata-kata ancaman tanpa nilai melukai.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
g. Melukai dalam dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan
medis.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
C. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau yang
mempermudah terjadinya sebuah perilaku yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan maupun keyakinan.
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor
predisposisi artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan (Riyadi & Purwito. 2009).
1. Faktor biologis
a) Instinctual drive theory (Teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Psycomatic theory (Teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2. Faktor psikologis
a) Frustasion aggresion theory (Teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
b) Behavioral theory (Teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement
yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau luar rumah. Semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
c) Existensial theory (Teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia
apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi
kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3. Faktor sosial kultural
a) Social enviroment theory (Teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas
secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Social learning theory (Teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi.
b. Faktor Presipitasi
Faktor prespitasi (pencetus) dapat bersumber dari klien,
lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
- Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
- Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lingkungan.
- Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
c. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspersikan marahnya. Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
displacement, sublimasi, proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
- Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan, pada objek yang
tidak begitu berbahaya seperti pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu.
- Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
- Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
- Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang
berlawanan dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.
d. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar (Fight or flight)
Pada keadaan ini respon fisiologi timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,
mual, sekresi HCL meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat, disertai ketegangan otot seperti; rahang terkatup, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2) Menyatakan secara asertif (Asseartiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara
fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga
dapat mengembangkan diri.
3) Memberontak (Acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
4) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.
D. Psikopatologi
Stres, cemas harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
marah. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif
maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
kata-kata yang dapat dimengerti dan di terima tanpa menyakiti hati orang
lain, sehingga rasa marah tersebut dapat di pahami oleh orang lain. Selain
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya
perasaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang di ekspresikan secara destruktif, misalnya dengan
perilaku agresif dan menentang biasanya cara tersebut justru menjadikan
masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaanan marah karena
merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan
diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan
yang demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada
suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Gambar II. 2 .Psikopatologik
Sumber : Beck, Rowlin dan Williams (1996)
Ancaman atau kebutuhan
Stres
Cemas
Marah
Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak kuat
Menantang Menjaga kebutuhan orang lain Melarikan diri
Berkepanjangan Ketegangan menurun Mengingkari marah
Rasa marah teratasi Marah tidak terungkap
Muncul rasa bermusuhan
Rasa bermusuhan menahun
Marah pada diri sendiri Marah pada orang lain / lingkungan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
E. Manifestasi Klinis
1. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir.
2. Verbal
Bicara kasar, suara tinggi, membentak, berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, ketus.
3. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian,
Perencanaan/Intervensi, Pelaksanaan/Implementasi dan Evaluasi, yang
masing-masing berkesimbungan serta memerlukan kecakapan ketrampilan
profesional tenaga keperawatan.
1. Pengumpulan data
a. Aspek biologis
Respon fisiologi timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,
pengeluaran urine maningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot
seperti rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh kaku dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan
saat marah bertambah.
b. Aspek emosinal
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain,
mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui
proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selajutnya diolah dalam
proses intelektual sebagai suatu pengalaman.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan
orang lain. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan
disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu itu sendiri, menjauhkan dari orang lain, menolak
aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Klasifikasi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2
yaitu data subyektif dan obyetif. Data subyektif adalah data yang
disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
melalui wawancara dengan klien dan keluarga. Sedangkan data
obyektif yang ditemukan secara nyata. Data didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi klien dengan memperhatikan pohon
masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah
tersebut. Dari hasil analisa data inilah diagnosa keperawatan dapat
ditentukan.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
G. Pohon Masalah
Akibat
Masalah utama
Penyebab
Gambar II. 3. Pohon masalah Perilaku Kekerasan
(Sumber : Keliat. 2006)
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri : harga diri
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
H. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada perilaku kekerasan menurut Keliat. (2006)
meliputi :
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
d. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
e. Isolasi sosial
f. Berduka disfungsional
g. Inefektif proses terapi
h. Ketidakefektifan koping keluarga
I. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
J. Fokus Intervensi
a. Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
- Klien mau membalas salam
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau tersenyum
- Klien mau mengetahui nama perawat
Rencana Keperawatan :
- Bina hubungan saling percaya ; salam terapeutik,
empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak
menantang.
- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
- Beri rasa aman dan empati.
- Lakukan kontrak singkat tapi sering.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan perasaannya
- Klien dapat mengungkapkan penyebab marah
(dari diri sendiri, orang lain atau lingkungan)
Rencana keperawatan :
- Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
- Bantu klien mengungkapkan perasaan
- Bantu klien mengungkapkan perasaan
jengkel/kesal
- Dengarkan ungkapan rasa kesal/marah dan
perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang
TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
Kriteria hasil :
- Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah
- Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala
marah/kesal yang dialami
Rencana keperawatan :
- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat marah/jengkel
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
- Observasi tanda perilaku kekerasan
- Simpulkan bersama klien tanda jengkel/kesal
yang dialami klien
TUK IV : Klien dapat mengidentifikasikan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
Kriteria hasil :
- Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
- Klien dapat bermain peran sesuai perilaku
kekerasan yang dilakukan
- Klien dapat mengetahui cara yang biasa
dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Rencana keperawatan :
- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
- Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku yang
biasa dilakukan
- Tanyakan “Apakah dengan cara yang dilakukan
masalah selesai ?”
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan
Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang
digunakan oleh klien : akibat pada klien sendiri,
orang lain dan pada lingkungan
Rencana keperawatan :
- Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang
digunakan
- Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara
yang digunakan
- Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru
yang sehat
TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap marah
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan
perilaku kekerasan secara fisik : tarik nafas
dalam, pukul kasur dan bantal
- Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan
- Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yng
baik dalam mecegah perilaku kekerasan :
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
meminta dengan baik, menolak dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik
- Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang
biasa dilakukan
- Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang
dipilih
- Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara
pencegahan fisik, verbal/sosial, spiritual, dan obat
yang telah dipelajari sebelumnya
- Klien mengevaluasi kemampunnya dalam
melakukan cara fisik, verbal/sosial, spiritual dan
obat sesiau jadwal yng telah disusun
Rencana keperawatan :
- Tanyakan pada klien “Apakah ia mau
mempelajari cara baru mengontrol perilaku
kekerasan yang sehat”
- Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
- Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
memukul bantal atau kasur
- Secara verbal : katakan bahwa anda sedang
marah/kesal
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
- Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat, latihan asertif, latihan
menejemen perilaku kekerasan
- Secara spiritual : berdoa dan sholat
TUK VII : Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol
perilaku kekerasan
Kriteria hasil :
- Klien mampu memilih cara yang mau dilatih
- Klien mengetahui manfaat dari cara yang telah
dipilih
Rencana keperawatan :
- Bantu klien memilih cara yang tepat
- Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang
telah dipilih
- Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang
dicapai dalam stimulasi
- Anjurkan klien menggunakan cara yang telah
dipilih saat jengkel/marah
TUK VIII : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria hasil : Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat
klien
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Rencana keperawatan :
- Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien
dari sikap yang telah dilakukan keluarga selama
ini
- Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
klien
- Jelaskan cara-cara merawat klien
- Cara mengontrol perilaku kekerasan secara
konstruktif
- Sikap tenang, bicara tenang dan jelas
- Membantu klien mengenal penyebab marah
- Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi
TUK IX : Klien dapat menggunakan obat yang benar (sesuai
program)
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu
minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5
benar : benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara
pemberian)
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
- Klien mampu mendemonstrasikan minum obat
sesuai dengan jadwal yang ditentukan
- Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara
pencegahan dengan minum obat
- Klien mengevaluasi kemampuannya dalam
mematuhi minum obat
Rencana keperawatan :
- Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
pada klien dan keluarga
- Diskusikan manfaat obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa seijin dokter
- Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien,
obat, dosis, cara, dan waktu)
- Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau
dokter jika merasa efek tidak menyenangkan
- Beri pujian jika klien meminum obat dengan
benar
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
- Klien mau membalas salam
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau tersenyum
- Klien mau mengetahui nama perawat
Rencana keperawatan :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi
- Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai
- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak
menantang
- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
- Beri rasa aman dan sikap empati
- Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan aspek
positif yang dimiliki
Kriteria hasil : Klien mengingat mengungkapkan kemampuan positif
yang dimiliki klien kepada perawat
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Rencana keperawatan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
- Setiap bertemu klien hindari memberi penilaian
yang negatif
- Utamakan memberikan pujian realistis
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat
dilakukan
Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan kemampuan yang
masih dapat digunakan selama sakit
Rencana keperawatan :
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang
digunakan selama sakit
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
TUK IV : Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Kriteria hasil : Klien dapat memilih kegiatan yang masih bisa
dilakukan selama di Rumah Sakit (kegiatan mandiri,
kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total)
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Rencana keperawatan :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan:
• Kegiatan mandiri
• Kegiatan dengan bantuan sebagian
• Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
- Tingkatkan bantuan yng sesuai dengan toleransi
kondisi klien
- Beri contoh dalam cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan klien
TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuan lainnya
Kriteria hasil :
- Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan yang
telah dipilih
- Klien dapat mengevaluasi kemampuannya dalam
melakukan kegiatan yang dipilih
Rencana keperawatan :
- Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan pelaksanaan di rumah
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Strategi Pelaksanaan (SP) Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain
SP 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi, tanda-tanda / gejala, perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan, akibat, cara
mengontrol dan dapat mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 : tarik
nafas dalam
SP 2 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik 2
(memukul bantal / kasur) untuk mencegah perilaku
kekerasan
SP 3 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial / verbal
untuk mencegah perilaku kekerasan
SP 4 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan
SP 5 : Klien dapat mendemoonstrasikan kepatuhan minum
obat untuk mencegah perilaku kekerasan
SP 1 Keluarga : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol perilaku kekerasan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., RESTU PAMULARSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012