bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/2367/3/susi rindianti bab ii.pdf · (transfer in)...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis (TB)
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis, yang sebagian besar
(80%) menyerang paru-paru. Mycobakterium Tuberculosis termasuk
dalam basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya
mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit
ditembus zat kimia (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2005).
Kuman tuberkulosis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1882. Jenis kuman tersebut adalah Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium africanum dan Mycobacterium bovis.
Basil tuberkulosis termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu
anggota dari family dan termasuk ke dalam ordo Actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat
pada manusia dan juga penyebab terjadinya infeksi tersering.
2 . Cara Penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA (Basil Tahan Asam)
positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
5
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2006).
Menurut Aditama (2011), TB juga mudah menular pada
mereka yang tinggal di perumahan padat, kurang sinar matahari
dan sirkulasi udaranya buruk/pengap, namun jika ada cukup
cahaya dan sirkulasi, maka kuman TB hanya bisa bertahan
selama 1-2 jam. Aditama juga menyatakan bahwa di Indonesia
setiap tahun ditemukan 582.000 penderita baru TB dengan
angka kematian 41 orang /100.000 sebagian besar penderita TB
atau sebesar 75 % adalah penduduk usia produktif antara 15-49
tahun.
3. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien
Pengklasifikasian penyakit dapat didasarkan atas organ
tubuh yang terkena, berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopik dan berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
terbagi menjadi tuberkulosis paru dan TB ekstra paru. TB Paru
adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.
Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Sedangkan TB Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain (Depkes
RI, 2006).
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis pada TB paru dikelompokan menjadi 2 yaitu
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
6
Tuberkulosis paru Basil Tahan Asam (BTA) positif adalah
sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA
positif, satu spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) hasilnya
BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis, satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif, satu atau lebih spesimen dahak hasilnya
positif setelah tiga spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT. TB paru BTA negatif adalah
kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif,
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: Paling
tidak tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif, foto toraks
abnormal menunjukkan gambaran TB, tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotik non OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan (Depkes RI, 2006).
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan dibedakan
menjadi TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk. TB ekstra-paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: TB
ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis,
milier, perikarditis, peritonitis, pleuriti seksudativa bilateral, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin
(Depkes RI, 2006).
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
dibagi menjadi beberapa tipe pasien yaitu:
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
7
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati oleh OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
3. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
4. Pengobatan TB Paru
Tujuan dari pengobatan TB paru adalah untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Depkes RI, 2006).
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
8
a. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam
obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk
membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.
b. Waktu pengobatan TB anak 6-12 bulan dengan pemberian obat
jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
c. Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
1. Tahap intensif selama 2 bulan pertama.
Pada tahap intensif, diberikan minimal 3 macam obat
tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat
ringannya penyakit.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan diberikan selama 4-10 bulan
selanjutnya tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan
berat ringanya penyakit.
Selama tahap intensif dan tahap lanjutan, OAT pada anak
diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidakteraturan
minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminun
setiap hari.
d. Pada TB anak dengan gejalaklinis yang berat, baik pulmonal
maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB
tulang dan lain-lain dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan.
e. Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program
Nasional Pengendalian TB di Indonesia adalah:
1. Kategori anak dengan 3 macam obat: 2 HRZ/ 4HR
2. Kategori anak dengan 4 macam obat : 2 HRZE(S)/ 4-10HR
f. Panduan OAT kategori anak diberikan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT
KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
9
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.
Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
g. OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT
kombipak untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.
Pada fase intensif pasien TB anak kontrol setiap minggu untuk
melihat kaptuhan, toleransi dan kemungkinan adanya efek
samping obat. Sedangkan padafase lanjutan kontrol setiap
bulan. Respon pengobatan dikatkan baik jika gejala klinis
berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat
(KemenKes RI, 2013).
B. Pengetahuan dan Ketaatan Pengobatan
Pengetahuan penderita TB Paru adalah semua informasi yang
diperoleh penderita TB Paru mengenai program pengobatan.
Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi
dan kebiasaan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan
lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat
pengetahuan, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan –pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
10
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah keampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan atau memisahkan, mengkelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Ketaatan pengobatan sangat diperlukan untuk mencapai
keberhasilan pengobatan. Bentuk ketidaktaatan terhadap
farmakoterapi bagi penderita TB diantaranya: (Direktorat Jendral
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005).
1. Tidak mengambil obatnya
2. Minum obat dengan dosis yang salah
3. Minum obat pada waktu yang salah
4. Lupa minum obat
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
11
5. Berhenti minum obat sebelum waktunya
Metode-metode pengukuran ketaatan penggunaan obatdibagi
menjadi 2 kelompok yaitu: (Farmer KC, 1999)
1. Pengukuran ketaatan secara langsung adalah penentuan kadar
obat dalam darah dan urin, penggunaan penanda obat pada
pengobatan dan observasi langsung pada pasien secara tidak
langsung.
2. Pengukuran ketaatan secara tidak langusng terdiri dari
berbagai bentuk laporan mandiri oleh pasien, penghitungan
obat (pill Count), penggunaan perangkat monitoring
elektronik, dan tinjauan rekam resep dan klaim.
C. Puskemas
1. Definisi
Puskesmas adalah Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesms
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam
hidup sehat (Depkes RI, 2006).
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004
Tentang kebijakan dasar puskesms, fungsi puskesmas ditengah
masyarakat yaitu:
1. Pusat Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
a. Berupaya menggerakan lintas sektor dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggraakan pembangunan
berwawasan kesehatan.
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya.
2. Pusat Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014
12
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yaitu pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
D. Community-Based Interactive Approach (CBIA)
Metode yang digunakan didapat dari metode belajar
mengajar yang dahulu digunakan untuk sekolah dasar di Indonesia,
dan lebih dikenal dengan nama CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif).
Metode ini telah diuji coba, dan terbukti sangat efektif dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemilihan obat.
Pada mulanya metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) hanya
diperuntukan untuk ibu-ibu saja, tetapi ternyata metode ini dapat
digunakan oleh para pria dan remaja, sehingga namanya diubah
menjadi Cara Belajar Insan Aktif, walaupun singkatannya tetap
CBIA. Setelah CBIA digunakan di negara‐negara lain, nama CBIA
sering dipanjangkan menjadi Community‐Based Interactive
Approach (Suryawati, 2003). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat
metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) menunjukkan hasil yang
lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah konvensional
(Suryawati, 2003).
Metode intervensi ini didasarkan pada proses belajar
mandiri (self-learning process). Tutor berfungsi sebagai fasilitator
diskusi, dan bila perlu menunjukan cara/jalan untuk mendapatkan
jawaban atas suatu masalah. Tutor dianjurkan tidak mendominasi
diskusi (Suryawati, 2003).
Kegiatan dalam CBIA dilakukan dengan cara diskusi yang
dibagi dalam kelompok kecil dengan anggota 5-6 orang.
Narasumber berasal dari seorang apoteker, dokter, atau mahasiswa
farmasi dan kedokteran (Suryawati, 2003).
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketaatan..., Susi Rindianti, Fak. Farmasi UMP 2014