bab ii tinjauan pustaka.pdf

17
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Prinsip Kerja Sinar-X Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supplai sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan-awan elektron. Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 kV-150 kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan terjadi garis-garis gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu. Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplai ke elektroda tabung Roentgen. Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda, akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus elektron yang berlawanan dengan arus listrik yang

Upload: riambot

Post on 28-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Prinsip Kerja Sinar-X

    Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya

    terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung

    Roentgen dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen

    ini akan memberi supplai sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan

    pada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission,

    dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya,

    sehingga terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan-awan elektron.

    Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan

    tinggi 10 kV-150 kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka

    akan terjadi garis-garis gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah

    bergantung dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan

    garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak

    listrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari

    setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu. Dari proses ini

    didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplai ke elektroda tabung

    Roentgen.

    Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik

    menuju anoda, akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka

    akan terjadi arus elektron yang berlawanan dengan arus listrik yang

  • 5

    kemudian disebut arus tabung. Pada saat yang bersamaan, elektron-

    elektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan.

    Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa

    breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron di kulit K, disebut

    K karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena

    elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi

    oleh elektron-elektron lain. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan

    suatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-

    beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 1 A

    inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen .

    Gambar II.1 Blok Diagram Sinar-X

    II.2 Interaksi Sinar-X dengan Bahan

    Pada saat foton mengenai suatu bahan maka akan terjadi interaksi

    yang mengakibatkan penyerapan atau penghamburan foton. Proses

    penyerapan dan penghamburan akan berpengaruh pada pelemahan atau

  • 6

    attenuasi dari foton tersebut yang disebabkan oleh kerapatan, ketebalan

    dan nomor atom bahan yang dilalui. Apabila radiasi elektromagnetik

    masuk ke dalam bahan , maka sebagian dari radiasi tersebut akan terserap

    oleh bahan. Sebagai akibatnya, intensitas radiasi setelah memasuki bahan

    penyerap lebih kecil dibandingkan intensitas semula.

    Proses pelemahan radiasi elektromagnetik baik sinar-X maupun

    sinar gamma dalam suatu bahan , maka akan terjadi pengurangan

    intensitas memenuhi persamaan :

    I = Ioe (II.1) Dimana intensitas radiasi elektromagnetik setelah melalui bahan

    (I), intensitas radiasi elektromagnetik sebelum melalui bahan (Io),

    koefisien serapan bahan bahan () dan ketebalan bahan (x).

    II.2.1 Efek Fotolistrik

    Pada penyinaran, energi radiasi akan diserap seluruhnya.

    Energi yang diserap itu dipergunakan untuk mengeluarkan elektron

    dari ikatan inti atom. Elektron yang terlepas itu disebut

    fotoelektron. Proses pengeluaran elektron ini terjadi pada

    penyinaran dengan energi foton yang rendah berkisar antara 0,01

    MeV hingga 0,5 MeV.

  • 7

    Gambar II.2 Efek Fotolistrik

    Radiasi elektromagnetik dengan energi fotonnya kecil akan

    berinteraksi dengan elektron-elektron yang berada di orbit luar

    atom. Semakin besar energi foton maka elektron-elektron yang

    berada pada orbit lebih dalam akan dilepaskan. Efek fotolistrik ini

    umumnya banyak terjadi pada materi dengan nomor atom yang

    besar, seperti pada tembaga (Z=29) atau timah hitam (Z=82).

    = + .... (II.2) = .........(II.3)

    = .(II.4) =

    .(II.5)

    Energi foton datang (hf) sebagian besar berpindah ke

    elektron fotolistrik dalam bentuk energi kinetik elektron. Dimana

    energi kinetik (Ek), konstanta Planck (h) = 6,63 x 10 J.s, energi

    ambang ().

  • 8

    II.2.2 Efek Compton

    Energi radiasi hanya sebagian saja diserap untuk

    mengeluarkan elektron dari atom (fotoelektron) sedangkan sisa

    energi akan terpancar sebagai hamburan radiasi dengan energi

    yang lebih rendah daripada energi semula. Elektron itu dilepaskan

    dari ikatan inti atom dan bergerak dengan energi kinetik disertai

    foton lain dengan energi lebih rendah dibandingkan foton datang.

    Foton lain itu disebut foton hamburan dengan energi hf dan

    terhambur dengan sudut terhadap arah foton datang. Efek

    Compton terjadi pada elektron-elektron bebas atau terikat secara

    lemah pada penyinaran dengan energi radiasi yang lebih tinggi

    yaitu berkisar antara 200-1.000 KeV.

    Gambar II.3 Efek Compton

    Dalam hamburan Compton, energi foton datang yang

    diserap atom diubah menjadi energi kinetik elektron dan foton

    hamburan yang berenergi lebih rendah. Elektron selanjutnya akan

  • 9

    kehilangan energinya melalui proses ionisasi atom bahan.

    Perubahan panjang gelombang foton dari foton primer menjadi '

    foton hamburan adalah :

    = ..(II.6) = (1 cos) ..(II.7)

    =

    (1 cos) ..(II.8) Dimana konstanta Planck (h) = 6,63 x 10 J.s, massa diam

    elektron (m) = 0,000549 sma, kecepatan cahaya (c) = 3 x 10 m/s

    dan sudut hamburan ().

    II.3 Proses Terjadinya Radiografi

    Bayangan laten yang terbentuk pada film Roentgen (radiografi)

    dihasilkan oleh berkas sinar-X sesudah menembus objek mengenai film

    atau berasal dari berkas cahaya tampak yang dihasilkan pada proses emisi

    cahaya dari interaksi radiasi sinar-X dengan lembar penguat.

    Berkas radiasi sinar-X yang mengenai objek sebagian diserap oleh

    objek dan sisanya diteruskan (menembus objek). Berkas cahaya yang

    diteruskan tersebut mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan

    objek. Berkas cahaya sinar-X yang menembus objek akan diserap oleh

    lembar penguat dan dipancarkan kembali dalam bentuk cahaya tampak.

    Berkas cahaya tampak tersebut selanjutnya mengenai emulsi film sehingga

    terbentuk bayangan laten.

  • 10

    II.4 Lembar Penguat

    II.4.1 Pengertian Lembar Penguat

    Lembar penguat merupakan alat yang terbuat dari kardus

    berlapis fosfor. Diletakkan dalam kaset berhadapan langsung

    dengan film. Lembar penguat berfungsi mengubah sinar-X menjadi

    cahaya tampak dan cahaya tampak tersebut akan berinteraksi

    dengan film sehingga membentuk bayangan laten. Bila memakai

    film emulsi tunggal, digunakan sebuah lembar penguat yang

    berhadapan dengan sisi emulsi film, sedangkan pada film emulsi

    ganda digunakan dua buah lembar penguat yang masing-masing

    berhadapan dengan kedua permukaan film.

    II.4.2 Prinsip Kerja Lembar Penguat

    Foton sinar-X yang mengenai kristal fosfor, dapat

    menghasilkan beribu foton cahaya yang diemisikan kristal fosfor.

    Proses perubahan sinar-X menjadi cahaya tampak oleh screen

    disebut dengan luminisensi (perpendaran cahaya). Energi radiasi

    diserap (penyerapan fotolistrik oleh atom-atom dari material

    fosfor). Ada dua jenis luminisensi :

    a. Fosforisensi, yaitu cahaya yang dipancarkan setelah terjadinya

    penyerapan energi dari radiasi gelombang pendek (sinar-X),

    pemancaran akan diteruskan walaupun radiasi gelombang

    pendek sudah berhenti menyinarinya. Istilah ini disebut after

  • 11

    glow. Waktu terjadinnya pencahayaan lebih besar dar 10

    detik.

    b. Fluoresensi, yaitu cahaya yang dipancarkan setelah terjadi

    penyerapan energi dari radiasi gelombang pendek, cahaya

    dipancarkan hanya selama adanya radiasi gelombang pendek

    tersebut. Waktu terjadinnya pencahayaan kurang dari 10

    detik.

    Ketika sinar-X mengenai butiran fosfor akan memendarkan

    cahaya, kerapatan lapisan fosfor juga terdapat celah antar butiran

    fosfor lainnya sehingga radiasi akan melewati celah tersebut yang

    juga akan memendarkan cahaya pada lapisan lembar penguat

    berikutnya. Elektron yang terlepas meninggalkan pita valensi

    menuju pita konduksi. Pada posisi ini elektron memasuki energi

    yang lebih tinggi. Material fosfor yang tidak murni menghasilkan

    luminisensi yang cenderung memiliki kekuatan menarik elektron

    kembali ke pita valensi. Karena energinya cukup tinggi maka

    X-ray

    Gambar II.4 Proses Terjadinya Fluoresensi

  • 12

    terjadi lompatan elektron dari energi tinggi ke daerah energi

    rendah. Pada saat terjadi lompatan energi terebut terjadilah

    pelepasan energi foton cahaya, sebagai bentuk pencahayaan

    fluoresensi.

    II.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lembar Penguat

    a. Komposisi Fosfor

    Komposisi yang diproduksi dengan baik tentu akan

    menghasilkan efisiensi pencahayaan yang baik pula. Pemakaian

    jenis fosfor yang berbeda pada lembar penguat akan

    mempengaruhi kecepatannya.

    b. Ketebalan Lapisan Fosfor

    lapisan fosfor lebih tebal akan menghasilkan lembar penguat

    lebih cepat karena menyerap banyak foton sinar-X dari pada

    lapisan tipis, tetapi lapisan tebal akan menyebabkan

    pengurangan ketajaman gambar yang tercatat pada film.

    c. Ukuran Kristal Fosfor

    Semakin besar ukuran kristal fosfor, semakin besar pula

    penyerapan yang terjadi maka semakin banyak cahaya yang

    dipancarkan setiap adanya interaksi dengan energi gelombang

    sinar-X, semakin besar pula kecepatan pada lembar penguat.

    Lembar penguat kecepatan tinggi ukuran kristalnya 8 mikro

    sedangkan kecepatan rendah ukuran kristalnya 4 mikro.

  • 13

    d. Adanya Lapisan Pemantul / Penyerap

    Lapisan pemantul berfungsi memantulkan cahaya kembali ke

    arah permukaan lembar penguat untuk membantu proses

    pembentukan gambar sehingga menambah kecepatan tetapi

    mengurangi resolusi gambar. Lapisan penyerap memiliki sifat

    yang berlawanan dengan lapisan pemantul. Berfungsi

    mengontrol penyebaran cahaya, menyerap cahaya hamburan

    sehingga dapat menigkatkan ketajaman gambar.

    e. Pemilihan Nilai Tegangan Tabung

    Tegangan tabung merupakan beda potensial antara katoda dan

    anoda di dalam tabung yang diperlukan untuk memindahkan

    satuan muatan yaitu untuk menerik elektron dari filament ke

    permukaan target anoda. Menggunakan nilai tegangan tabung

    tinggi (kV) maka faktor penguatnya akan naik sehingga lembar

    penguat memperoleh penguatan yang maksimum.

    II.4.4 Kecepatan Lembar Penguat

    Kecepatan lembar penguat adalah kemampuan lembar

    penguat dalam mengubah energi sinar-X menjadi cahaya tampak

    pada eksposi yang diperlukan untuk menghasilkan densitas pada

    radiografi. Jenis lembar penguat menurut kecepatannya dibagi

    menjadi tiga :

  • 14

    a. Kecepatan Tinggi

    Mempunyai butiran-butiran fosfor yang lebih besar sehingga

    gambaran yang dihasilkan memiliki detail yang rendah tetapi

    hanya membutuhkan sedikit nilai eksposi yang dapat

    menghitamkan film. Jadi dapat mengurangi dosis radiasi pada

    pasien dan ini bisa digunakan pada pemeriksaan pelvis, kepala

    dan abdomen.

    b. Kecepatan Sedang

    Jenis lembar penguat ini memiliki butiran fosfor yang sedang

    sehingga memberikan perbandingan yang baik antara

    kecepatan dan detail yang sedang.

    c. Kecepatan Rendah

    Lembar penguat dengan kecepatan rendah terdiri dari butiran

    butiran fosfor yang kecil sehingga dapat menghasilkan

    gambaran detail yang tinggi, tetapi untuk menghasilkan

    kehitaman tertentu yang dihasilkan lembar penguat kecepatan

    tinggi membutuhkan sedikit eksposi maka dengan

    menggunakan kecepatan rendah membutuhkan banyak eksposi.

    Dosis radiasi tidak terlalu dipertimbangkan serta bagian tubuh

    yang diperiksa, misalnya pemeriksaan ekstremitas.

    II.4.5 Jenis-Jenis Bahan Lembar Penguat

    Tidak semua fosfor berluminisensi menghasilkan warna

    yang sama. Hal ini penting menyangkut aplikasi dalam radiografi.

  • 15

    Ada fosfor yang digunakan dalam bentuk murninya dan ada

    beberapa fosfor yang membutuhkan pengaktif untuk

    berluminisensi. Pengaktif meningkatkan kemampuan fluoresensi

    juga mempengaruhi warna cahaya yang dipancarkan. Syarat utama

    bahan dasar lembar penguat mempunyai spesifikasi koefisien serap

    yang tinggi, biasanya bahan dengan nomor atom yang tinggi dan

    mempunyai after glow yang singkat.

    a. Calsium Tungsten

    Calsium tungsten dapat berluminisensi tanpa pengaktif.

    Memancarkan cahaya ultraviolet bila terkena radiasi

    gelombang pendek. Maksimum fluoresensi sekitar 420 nm.

    Namun jenis fosfor ini sudah jarang digunakan lagi karena

    efisiensi mengubah sinar-X ke cahaya hanya berkisar 5% jika

    dibandingkan dari fosfor jenis rare earth sekitar 15%.

    b. Barium Fluorochloride

    Jika dibandingkan dengan calcium tungsten maka barium

    fluorochloride mengabsorbsi sinar-X lebih banyak atau dengan

    kata lain koefisien absorbsinya lebih tinggi, selain itu barium

    fluorochloride lebih efisien dalam mengkonversikan sinar-X

    menjadi cahaya. Diaktifkan dengan europium. Sinar yang

    dihasilkan ultraviolet dan biru dengan panjang gelombang

    sampai 380 nm.

  • 16

    c. Rare Earth

    Materi fosfor yang secara alamiah jumlahnya sangat terbatas.

    Rare earth merupakan material fosfor efisiensi yang tinggi

    dalam menyerap berkas sinar-X menjadi cahaya tampak

    sehingga banyak dipakai sebagai bahan baku lembar penguat

    radiografi. Pencahayaannya menghasilkan empat kali lebih

    besar dari bahan lembar penguat calsium tungsten. Fosfor rare

    earth dibagi dalam tiga jenis, yaitu :

    1. Gadolinium oxysulphide, diaktifkan oleh terbium.

    2. Lantanum oxysulphide, diaktifkan oleh terbium.

    3. Ytrium oxybromide, diaktifkan oleh telerium.

    Lanthanum oxysulphide, lanthanum oxysulphide, dan

    ytrium soxybromide dengan pengaktif terbium dan telerium

    akan mengemisikan sinar warna hijau dengan panjang

    gelombang antara 625-550 nm.

    II.4.6 Struktur Lembar Penguat

    Gambar II.5 Struktur Lembar Penguat

  • 17

    Lapisan penguat memiliki struktur yang tersusun atas

    beberapa lapisan secara berturut - turut sebagai berikut.

    a. Lapisan Supercoat

    Lapisan supercoat terbuat dari bahan selulosa asetat yang tipis

    dan kuat, tebalnya sekitar 5-10 m. Fungsinya untuk

    melindungi seluruh permukaan lapisan bahan fluoresensi, serta

    tahan terhadap goresan.

    b. Lapisan Phosphor Layer

    Lapisan ini mengandung kristal bahan fluoresensi yang diikat

    oleh suatu bahan tebalnya sekitar 100-200 m. Bahan

    fluoresensi yang dapat digunakan adalah kalsium tungsten,

    barium lead sulfat atau rare earth.

    c. Lapisan Substratum

    Digunakan untuk menempelkan lapisan fosfor dengan lapisan

    dasar. Lapisan ini dibuat setipis mungkin untuk menghasilkan

    perlekatan yang cukup antara kedua lapisan. Tebalnya sekitar

    10-20 m. Ada 2 jenis lapisan substratum yaitu lapisan

    reflektive dan lapisan absorptive. Lapisan reflektif berfungsi

    untuk memantulkan kembali cahaya menuju ke film.

    Sedangkan bila menggunakan lapisan absorptive cahaya akan

    diserap oleh zat warna pada lapisan ini.

  • 18

    d. Lapisan Base

    Lapisan dasar yang berfungsi sebagai penyokong untuk lapisan

    lain. Terbuat dari polyester, cardboard dan plastik. Tebalnya

    sekitar 200-400 m. Sifatnya tidak mempengaruhi bahan

    fluoresensi, tidak berkerut dan tembus sinar-X.

    II.5 Faktor Intensifikasi

    Faktor intensifikasi adalah perbandingan antara eksposi yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan densitas tertentu pada film tanpa

    menggunakan lembar penguat dengan eksposi yang dibutuhkan pada film

    yang menggunakan lembar penguat untuk menghasilkan densitas yang

    sama. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : () = EksposidenganIS

    Radiografi memerlukan lembar penguat, yang berfungsi sebagai lembar

    penguat gambar melalui proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila

    memakai lembar penguat dapat menghemat nilai penyinaran disamping

    menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik. Proses yang demikian

    disebut intensifikasi gambar. Dengan demikian apabila menggunakan

    lembar penguat memerlukan faktor intensifikasi, yaitu nilai perbandingan

    antara penyinaran tanpa menggunakan lembar penguat dengan penyinaran

    dengan menggunakan lembar penguat.

    Lembar penguat dengan ukuran kristal fosfor yang besar banyak

    menyerap radiasi bila dibandingkan dengan kristal ukuraan kecil, sehingga

  • 19

    faktor intensifikasi dari lembar penguat dengan ukuran kristal besar adalah

    tinggi tetapi kualitas gambarnya kurang baik. Jumlah kristal fosfor

    bilamana banyak dalam perunit volume maka faktor intensifikasinya

    tinggi. Kualitas radiasi bila menggunakan kV tinggi maka faktor

    intensifikasinya juga akan naik.

    II.6 Pengaruh Lembar Penguat Terhadap Radiografi dan Tegangan Tabung

    Lembar penguat dapat mempercepat proses terjadinya energi sinar-

    X menjadi cahaya tampak, karena foton sinar-X dapat menghasilkan 80-90

    foton cahaya, perubahan ini mempercepat proses penyinaran film, sekitar

    95% kepadatan gambar akan terbentuk dari foton cahaya yang dikeluarkan

    oleh lembar penguat, karena lebih banyak cahaya yang dikeluarkan dari

    lembar penguat. Alasan menggunakan lembar penguat untuk penyinaran

    radiografi adalah mengurangi dosis pasien.

    Dalam nilai kecepatan lembar penguat yang bervariasi akan

    berpengaruh terhadap kontras radiografi yang memungkinkan waktu

    eksposi singkat sehingga mengurangi artefak akibat pergerakan objek,

    selain itu dapat menghemat dan mengurangi beban kerja terhadap tabung

    pesawat sinar-X.

    II.7 Stepwedge

    Stepwedge merupakan benda berbentuk kotak bertingkat terbuat

    dari aluminium mempunyai ketebalan 2 mm yang paling tipis bertambah

    2 mm pada step berikutnya pada setiap tingkat sampai step yang paling

  • 20

    tebal. Tujuannya untuk mengetahui intensitas radiasi yang ditransmisikan

    ke film atau variasi intensitas radiasi yang ditransmisikan ke film.

    Step yang paling tipis menerima radiasi lebih banyak yang sampai

    ke film karena tingkat penyerapannya rendah. Nilai kehitaman film sangat

    bergantung pada intensitas radiasi setelah melewati step. Semakin tipis

    suatu step maka gambaran pada film semakin hitam dan semakin tebal

    suatu step gambaran pada film semakin putih. Untuk menghasilkan kurva

    karakteristik dengan menganalogikan konversi dari tingkat ketebalan.

    Gambar II.6 Stepwedge